SKRENARIO 3
MODUL6
SEMESTER 2
NAMA:MAWADDAH
SGD:4
NPM:71220811131
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. Wb Puji syukur saya panjatkan kehadiran Allah swt yang memberikan
rahmat serta karunia-nya kepada kita selaku mahasiswa fakultas kedokteran UISU dapat
menyelesaikan makalah ini alhamdulillah dengan tepat waktu. Makalah ini berjudul “kelainan
obstruktif akut system saluran pernafasan/asma akut berat”
Makalah ini berisikan tentang kelainan obstruktif akut system saluran pernafasan/asma akut
berat. sehingga sumbang saran dan kritik akan saya terima untuk menyempurnakan makalah ini.
Selain itu saya, saya dan teman SGD juga mengucapkan banyak berterima kasih kepada
dr. bilkes harris Sp KK FINSDV FAAD Yang bersedia membimbing saya dan teman- teman
sehingga makalah ini dapat diselesai.
Saya juga berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi referensi bagi teman teman
sebagian untuk bahan belajar akhir kata saya ucapkan terimakasih kepada pihak yang telah
berperan. Semoga Allah swt meridhai segala usaha kita aamiinn
MAWADDAH
DAFTAR ISI
PENGANTAR ...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................
BAB II
PEMBAHASAN ...........................................................................
3.1 Kesimpulan.............................................................................
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi trakea dan bronkus oleh
berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya penyempitan luar saluran nafas bagian
bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya secara spontan atau dengan pengobatan (Buku
Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FKUI).
Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang umumnya mengenai 1-18% populasi,
ditandai dengan gejala bervariasi dari mengi, sesak napas, rasa berat di dada dan/atau batuk
serta keterbatasan aliran udara ekspirasi yang bervariasi. Gejala dan keterbatasan aliran udara
pada asma memiliki karakteristik bervariasi dalam hal waktu dan intensitasnya. Variasi ini
sering dicetuskan oleh faktor seperti latihan, pajanan alergen/ iritan, perubahan cuaca atau
infeksi virus. Gejala dan keterbatasan aliran udara dapat membaik secara spontan atau
dengan ketika hilang dalam pengobatan dan kadang-kadang pada suatu beberapa pekan atau
bulan. Di sisi lain, pasien dapat mengalami periode flare-up (eksaserbasi) yang mungkin
mengancam jiwa serta menjadi beban yang bermakna pada pasien/masyarakat. Prevalens
asma berbeda dari satu tempat dengan tempat yang lain. Ada prevalens asma. besarnya faktor
mempengaruhi Berbagai kecenderungan peningkatan prevalens asma di berbagai negara.
Tujuan penatalaksanaan asma adalah menjadikan asma terkontrol, sehingga kualitas hidup
pasien meningkat. Asma adalah penyakit kronik saluran napas yang dapat terjadi pada
berbagai umur. Penyakit ini mnempunyai dampak sosial pada pasien, yaitu menyebabkan
kehilangan hari sekolah produktivitas dan atau kerja, mengganggu aktivitas, menurunkan
meningkatkan biaya kesehatan. Penyakit asma sudah lama dikenal orang. Berbagai cara dan
pengobatan diberikan pada pasien asma, baik cara atau pengobatan yang bersifat tradisional
yang tidak diketahui mekanisme kerjanya maupun pengobatan yang didasarkan pada hasil
penelitian yang dirancang dengan baik sehingga mekanisme kerja obatnya
diketahui dengan jelas.
1.3.TUJUAN PENULISAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis asma
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala pada asma
3. Mahasiswa mampu menjelaskan cara mendiagnosis asma
4. Mahasiswa mampu menjelaskan factor pencetus asma
5. Mahasiswa mampu menjelaskan factor keturunan yang terkait dengan asma
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana asma
BAB II
PEMBAHASAN
Patogenesis Asma Antigen ditangkap (up take) oleh sel dendrit, selanjutnya dipecah menjadi
peptide yang lebih kecil dan membentuk kompleks dengan molekul MHC-klas II menjadi
Peptide-MHC klas II complex. Complex ini melalui T cell receptor memberi signal kepada naive
T-lymphocyte (Th-0), selanjutnya akan disekresikan IL-12 yang akan menstimulasi Th-1 untuk
mensekresi IFN-γ, lymphotoxin, IL-2 dan disisi lain IL-12 menginhibisi Th-2 response 6 .
Sedangkan stimulasi pada Th-2 lymphocyte akan menghasilkan berbagai
sitokin seperti : IL-4, IL-5, IL-13, IL-9, GM-CSF. Sitokin tersebut mempengaruhi sel-sel
imunokompeten seperti limfosit B, eosinofil, basofil. Mediator inflamasi yang dihasilkan
mengakibatkan terjadinya perubahan anatomis (anatomical changes) sehingga timbul manifestasi
klinis asma
2.2 tanda dan gejala asma
Gejala asma yang klasik terdiri atas batuk, sesak dan mengie (wheezing) dan sebagian penderita
disertai nyeri dada). Gejala-gejala tersebut tidak selalu terdapat bersama-sama, sehingga ada
beberapa tingkat penderita asma sebagai berikut:
• Tingkat I penderita asma secara klinis normal. Gejala asma timbul bila ada faktor pencetus.
• Tingkat II penderita asma tanpa keluhan dan tanpa kelainan pada pemeriksaan fisik tetapi
fungsi paru menunjukan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
• Tingkat III penderita asma tanpa golongan tetapi pada pemeriksaan fisik maupun fungsi paru
menunjukan obstruksi jalan nafas.
Misal: Tingkat II dijumpai setelah sembuh dari serangan asma.
Tingkat III penderita sembuh tetapi tidak menemukan pengobatannya.
• Tingkat IV penderita asma yang paling sering dijumpai mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas
berbunyi.
Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan ditemukan obstruksi jalan nafas. Pada serangan
asma yang berat gejala yang timbul antara lain:
a. Kompresi otot-otot bantu pernafasan terutama otot sterna.
b. Cyanosis
c. Silent chest
d. Gangguan kesadaran
e. Penderita tampak letih, hiperinflasi dada
f. Thacycardi
• Tingkat V status asmatikus yaitu serangan asma akut yang berat bersifat refrater sementara
terhadap pengobatan yang langsung dipakai.
2.3 mengdiagnosis asma
1. Tes kulit (tuberculin dan alergen)
Tes kulit (+) reaksi lebih hebat, mengidentifikasi alergi yang spesifik.
2. Rontgen: foto thorax menunjukan hiperinflasi dan pernafasan diafragma.
3. Pemeriksaan sputum: Dapat jernih atau berbusa (alergi)
Dapat kental dan putih (non alergi)
Dapat berserat (non alergi)
4. Pemeriksaan darah: * Eusinofilia (kenaikan badan eusinofil)
* Peningkatan kadar IgE pada asma alergi
* AGD à hipoxi (serangan akut)
3.1 KESIMPULAN
Asma merupakan penyakit tidak menular yang sulit disembuhkan secara tuntas, kesembuhan
pasien dari serangan asma tidak menjamin bahwa dalam waktu dekat pasien akan terbebas dari
kekambuhan, apalagi jika pasien berada di lingkungan yang banyak mengandung asap rokok.
Maka penderita akan berhadapan dengan factor-faktor allergen yang menyebabkan kekambuhan.
REFERENSI
Prof.DR.dr.rai NBI Sp PK. Patofisiologi asma. Comprenshiv aproch off ashma. Jl gajah madha.
Denpasar 2016 17-19
Papi, A., et al. (2020). Treatment Strategies for Asthma: Reshaping the Concept of Asthma
Management. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology : Official Journal of the Canadian
Society of Allergy and Clinical Immunology, 16, pp. 75.
National Institute of Health (2020). National Heart, Lung, and Blood Institute. Asthma.
Dharmage, S., Perret, J., & Custovic, A. (2019). Epidemiology of Asthma in Children and
Adults. Frontiers in Pediatrics, 7, pp. 246.
Asma WHO [Internet] 2022 [dikutip 2022 Juni 20]. Tersedia dari: https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/asthma 2. Global Initiative for Asthma- GINA 2022 GINA MAIN
REPORT[Internet], 2022 [dikutip 2022 Juni 20). Tersedia dari:
https://ginasthma.org/gina laporan/