Anda di halaman 1dari 18

CLINICAL PRACTICE GUIDELINES PULMONAL

PADA PENDERITA ASMA

DISUSUN OLEH :

HAFSAH TAHIR

PO.71.5.241.19.2.004

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN AJARAN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Clinical Practice Guidelines Stase Kardiovascular dan Pulmonal dengan judul
kasus “Penderita Asma” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator)
dan Preceptor (Dosen).

Makassar, September 2020

Clinical Educator, Preceptor,

Lusi Sulandari,S.St.Ft Anshar,S.Pd.S.Ft,Physio,M.Kes


NIP.198310032008012008 NIP.196415111988031001
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan presentase
Clinical Practice Guidelines ini dengan tepat waktu meskipun masih jauh dari tahap
kesempurnaan. Praktek klinik ini merupakan mata kuliah Profesi Fisioterapi yang wajib
ditempuh di Kampus Jurusan Fisioterapi. Adapun kasus yang dibahas adalah
“Penderita Asma”

Dengan terselesaikannya laporan presentase Clinical Practice Guidelines ini


tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan
kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Pembimbing Klinik di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Makassar


2. Pembimbing Akademik

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penulis harapkan. Terimakasih.

Makassar, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii

KATA PENGANTAR...............................................................................................iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iv

A. PENDAHULUAN.........................................................................................1
1. Definisi .....................................................................................................1
2. Data Epidemiologi ....................................................................................1
3. Etiologi......................................................................................................1
4. Proses Patologi..........................................................................................2
5. Gambaran Klinis........................................................................................2

B. PROSES DIAGNOSTIK...............................................................................3
1. Inspeksi.....................................................................................................3
2. Palpasi.......................................................................................................3
3. Auskultasi..................................................................................................3
4. Pemeriksaan Mobilitas Thoraks.................................................................3
5. Pemeriksaan Ventilasi Paru.......................................................................3
6. Pemeriksaan Gas Darah Arteri..................................................................3
7. Pemeriksaan Sputum/Sekresi.....................................................................4
8. Pengukuran Derajat Sesak Napas..............................................................4
9. Muscle Length Test...................................................................................4
10. Pemeriksaan X-Ray/MRI...........................................................................4
11. Differential Diagnosis................................................................................5
12. Asma Kontrol Test....................................................................................5
13. Algorithma Assessment.............................................................................5
14. Pengukuran Toleransi Aktivitas (Six Minute Walking Test).....................5
15. London Chest Activity of Daily Living Scale............................................6
16. Problem Impairment, Activity Limitation, dan..........................................6
Participation Restriction

C. PROSES INTERVENSI FISIOTERAPI.......................................................7


1. Metode Pengobatan.................................................................................7
2. Clinical Prediction Rule..........................................................................11
3. Evaluasi..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................12
A. PENDAHULUAN adanya radang yang mengakibatkan
1. Definisi penyempitan saluran pernapasan bagian
Asma telah dikenal sejak ribuan bawah. Penyempitan ini akibat
tahun yang lalu, para ahli berkerutnya otot polos saluran
mendefinisikan bahwa asma merupakan pernapasan, pembengkakan selaput
suatu penyakit obstruksi saluran nafas lendir, dan pembentukan lendir yang
yang memberikan gejala–gejala batuk, berlebihan. Sedangkan Asma kardial
mengi, dan sesak nafas yang di sebabkan karena adanya
(Somantri,20013:52). Pada penyakit kelainan organ jantung. Gejalanya
asma, serangan umumnya datang pada biasanya terjadi pada malam hari saat
malam hari, tetapi dalam keadaan berat sedang tidur, di sertai dengan adanya
serangan dapat terjadi setiap saat tidak sesak napas yang hebat biasa di sebut
tergantung waktu. nocturnal paroxymul.
Asma merupakan suatu penyakit 2. Data Epidemiologi
gangguan obstruksi jalan nafas yang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
berhubungan dengan hypersensitive dan mencatat tahun 2008 ada 300 juta
hyperreaksi dari trachea dan broncus pasien asma di seluruh dunia. Indonesia
yang menyebabkan kesulitan respirasi sendiri memiliki 12,5 juta pasien asma.
akibat dari spasme bronkus dan mukus 95% diantaranya adalah pasien asma
yang meningkat. tak terkontrol. Data ini disampaikan
Asma adalah penyakit jalan nafas oleh Faisal (dalam Widodo, 2009)
obstruktif intermiten, yang bersifat Ketua Umum Dewan Asma Indonesia
reversibel di mana trakhea dan bronki (DAI) pada hari peringatan asma
berespon secara hiperaktif terhadap sedunia 04 Mei 2009. Jeremy (2006:
stimuli tertentu. Asma merupakan suatu 55) mengemukakan bahwa, satu dari
kelainan berupa inflamasi (peradangan) tujuh orang di Inggris memiliki
kronik saluran napas yang penyakit alergi dan lebih dari 9 juta
menyebabkan hipereaktivitas bronkus orang mengalami mengi dan sesak
terhadap berbagai rangsangan. nafas. Dalam 12 tahun terakhir ini
(J.Kesehat. Masy.Indones.10(2):2015) jumlah usia dewasa yang mengalami
Perbedaan Asma bronchial dan penyakit asma hampir dua kali lipat
asma kardial. Penderita asma broncial, dari usia anak-anak.
hipersensitif dan hiperaktif terhadap Asma merupakan problem
rangsangan dari luar, seperti debu, bulu kesehatan di seluruh dunia, yang
binatang, asap dan bahan lainya yang mempengaruhi kurang lebih 300 juta
menyebabkan alergi. Gejala jiwa. Angka kematian di dunia akibat
kemunculnnya sangat mendadak asma diperkirakan mencapai 250.00
sehingga gangguan asma bisa datang orang per tahun.
secara tiba-tiba. Apabila tidak Prevalensi asma di Indonesia
mendapatkan pertolongan secepatnya, merupakan 10 besar penyebab
resiko kematian bisa terjadi. Gangguan kesakitan dan kematian, diperkirakan 2-
asma bronkial bisa di sebabkan karena 5% penduduk Indonesia menderita
asma. Pravalensi penyakit asma di Idiopatik atau Nonallergic asthma/
Indonesia meningkat dari 5,2% tahun Intrinsic Asma nonallergic merupakan
2009 menjadi 6,4% tahun 2010. Tahun jenis asma yang tidak berhubungan
2010, pravalensi asma di seluruh secara langsung dengan alergen
Indonesia 13/1000, dibandingkan spesifik. Factor-faktor seperti common
bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi cold, infeksi saluran nafas atas,
paru 2/1000. (Ikawati, 2011) aktivasi, emosi, dan polusi lingungan
3. Etiologi dapat menimbulkan serangan asma.
Menurut Laila Setyaningtyan dalam Serangan asma idiopatik atau
penelitiannya pada tahun 2016 nonalergik dapat menjadi lebih berat
penyebab asma dipengaruhi atas faktor dan seiring berjalannya waktu dapat
genetik, faktor lingkungan dan berkembang menjadi bronchitis dan
beberapa faktor lain. Faktor genetik emfisema. Pada beberapa pasien, asma
meliputi atopi/alergi, hiperaktivitas jenis ini dapat berkembang menjadi
bronkus, jenis kelamin, ras/etnik dan asma campuran. Asma tersebut
obesitas. Sedangkan faktor lingkungan biasanya terjadi pada usia dewasa (>35)
meliputi alergen di dalam rumah dan (Mumpuni, 2013).
alergen di luar rumah. Faktor lainnya 4. Proses Patologi
meliputi alergen makanan, alergen Penyempitan saluran napas
obat-obatan tertentu, bahan yang merupakan hal yang mendasari
mengiritasi, ekspresi emosi berlebih, timbulnya gejala dan perubahan
asap rokok bagi perokok aktif maupun fisiologis asma. Ada beberapa faktor
pasif, polusi udara dari luar dan dalam yang menyebabkan timbulnya
lingkungan, exercised induced astma, penyempitan saluran napas yaitu
perubahan cuaca, status ekonomi dan kontraksi otot polos saluran napas,
infeksi saluran nafas. edema pada saluran napas, penebalan
Perbedaan asma karena alergi dan dinding saluran napas dan hipersekresi
asma karena idiopatik. Asma mukus.
Alergik/Ekstrinsik asma alergik Perubahan patologi berawal dari
merupakan suatu jenis asma yang spasme pada otot halus di cabang
disebabkan oleh alergen (misalnya bulu bronchial, penyempitan jalan nafas,
binatang, debu, ketombe, tepung sari, terjadi inflamasi pada mukosa lining
makanan, dan lain-lain). Alergen yang dan hypersekresi mukus yang
paling umum adalah alergen yang melengket sehingga terjadi obstruksi
perantaraan penyebarannya melalui yang menyebabkan ukuran dan volume
udara (airborne) dan alergen yang sel goblet meningkat. Kontraksi otot
muncul secara musiman (seasonal). polos saluran napas yang merupakan
Pasien dengan asma alergik biasanya respon terhadap berbagai mediator
mempunyai riwayat penyakit alergi bronkokonstiktor dan neurotransmiter
pada keluarga dan riwayat pengobatan adalah mekanisme dominan terhadap
eczema atau rhinitis alergik. Paparan penyempitan saluran napas dan
terhadap alergi akan mencetuskan prosesnya dapat dikembalikan dengan
serangan asma. Gejala asma pada bronkodilator. Edema pada saluran
umumnya dimulai saat anak-anak napas disebabkan kerena adanya proses
(Mumpuni, 2013). inflamasi.
Inflamasi kronis yang terjadi pada 2) Postur kifosis dan protraksi
bronkus menyebabkan kerusakan 3) Bentuk dada normal
jaringan yang menyebabkan proses 4) Sianosis
perbaikan (repair) yang terjadi b.Inspeksi Dinamis
berulang-ulang. Proses remodeling ini 1) Pernafasan menggunakan nafas
yang menyebabkan terjadinya asma. dada
Namun, pada onset awal terjadinya 2) Pernafasan lambat dan dalam
proses ini kadang-kadang sebelum (bradipnea)
disebabkan oleh inflamasi eosinofilik, 3) Prolog expirasi
dikatakan proses remodeling ini dapat 2. Palpasi
menyebabkan asma secara simultan. a. Spasme otot bantu pernafasan
Proses dari remodeling ini b. Pada serangan berat dapat terjadi
dikarakteristikan oleh peningkatan pulsus paradoksus
deposisi protein ekstraselular matrik di 3. Auskultasi
dalam dan sekitar otot halus bronkial, a. Ekspirasi memanjang
dan peningkatan daripada ukuran sel b. Mengi (wheezing)
atau hipertropi dan peningkatan jumlah 4. Pemeriksaan Mobilitas Thoraks
sel atau hiperplasia. Pemeriksaan mobilisasi sangkar
5. Gambaran Klinis thoraks pada kondisi kasus respirasi
Gejala klinis asma klasik terdiri dari bertujuan untuk mengetahui seberapa
trias sesak nafas, batuk, dan mengi. besar kemampuan paru-paru dapat
Gejala lainnya dapat berupa rasa berat mengembang pada fase inspirasi dan
di dada, produksi sputum, penurunan ekspirasi, dimana pemeriksaan ini
toleransi kerja, nyeri tenggorokan, dan bertujuan untuk mengetahui selisih
pada asma alergik dapat disertai dengan antara fase inspirasi dan ekspirasi
pilek atau bersin. Gejala tersebut dapat dengan pengukuran menggunakan
bervariasi menurut waktu dimana gejala midline. Biasanya pada penderita
tersebut timbul musiman atau perenial, asma mengalami penurunan ekspansi
beratnya, intensitas, dan juga variasi thoraks.
diurnal. Timbulnya gejala juga sangat Pemeriksaan mobilitas sangkar
dipengaruhi oleh adanya faktor thoraks dapat juga diukur dengan
pencetus seperti paparan terhadap melilitkan midline di tiga tempat
alergen, udara dingin, infeksi saluran yaitu :
nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. a. Setinggi Axilla atau upper
Faktor sosial juga mempengaruhi lateral costa (sejajar cartilage
munculnya serangan pada pasien asma, costa 4) nilai normalnya 2-3 cm.
seperti karakteristik rumah, merokok b. Setinggi Processus xyphoideus
atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau lowe lateral costa (sejajar
atau sekolah, tingkat pendidikan cartilage costa 7-8) nilai
penderita, atau pekerjaan. normalnya 4-5 cm.
c. Setinggi diafrahma (sejajar
costa 9) nilai normalnya 7-8 cm.
B. PROSES DIASNOGTIK 5. Pemeriksaaan Ventilasi Paru
1. Inspeksi a. Spirometri
a. Inspeksi Statis Pengukuran volume ekspirasi
1) Tidak terlihat Clubbing finger paksa detik pertama (VEP1) dan
kapasiti vital paksa (KVP) d. Tekanan parsial karbon
dilakukan dengan manuver ekspirasi dioksida adalah ukuran tekanan
paksa melalui prosedur yang karbon dioksida terlarut dalam
standar. Pemeriksaan itu sangat darah. Hal ini menentukan
bergantung kepada kemampuan seberapa baik karbon dioksida
penderita sehingga dibutuhkan dapat mengalir keluar dari tubuh.
instruksi operator yang jelas dan e. Saturasi oksigen adalah ukuran
kooperasi penderita. Obstruksi jalan dari jumlah oksigen yang dibawa
napas diketahui dari nilai rasio oleh hemoglobin dalam sel darah
VEP1/ KVP < 75% atau VEP 1 < 80% merah.
nilai prediksi (Iris, 2008). Biasanya Nilai normal analisa gas darah
interpretasi pada penderita asma adalah sebagai berikut:
adalah Restrictive disorder. a. pH darah normal (arteri): 7,38-7,42
6. Pemeriksaan Gas Darah b.Bikarbonat (HCO3): 22-28
Pemeriksaan analisa gas darah miliekuivalen per liter
akan memberikan hasil pengukuran c. Tekanan parsial oksigen: 75 sampai
yang tepat dari kadar oksigen dan 100 mm Hg
karbon dioksida dalam tubuh. Hal ini d.Tekanan parsial karbon dioksida
dapat membantu dokter menentukan (pCO2): 38-42 mm Hg
seberapa baik paru-paru dan ginjal e. Saturasi oksigen: 94 sampai 100
bekerja. persen.
a. pH darah arteri, menunjukkan Adapun hasil abnormal pada
jumlah ion hidrogen dalam darah. kondisi penyakit paru-paru, termasuk
pH kurang dari 7,0 disebut asam, asma, pneumonia dan PPOK adalah
dan lebih besar pH dari 7,0 pH darah:<7,4,
disebut basa, atau alkali. Ketika Bikarbonat:Tinggi, pCO2:Tinggi
pH darah menunjukkan bahwa => Asidosis Respiratorik.
darah lebih asam, maka hal ini 7. Pemeriksaan Sputum/Sekresi
terjadi akibat kadar karbon Auskultasi paru dilaksanakan
dioksida yang lebih tinggi. secara indirect yaitu dengan memakai
Sebaliknya ketika pH darah tinggi stetoskop yang bertujuan untuk
yang menunjukkan bahwa darah mengetahui letak dari sputum dan
lebih basa, maka hal ini terjadi banyak tidaknya sputum yang ada
akibat kadar bikarbonat yang lebih pada penderita asma. Pada penderita
tinggi. asma sputum berwarna putih
b. Bikarbonat adalah bahan kimia kekuningan dan sedikit lengket.
yang membantu mencegah pH 8. Pengukuran Derajat Sesak Nafas
darah menjadi terlalu asam atau Pengukuran derajat sesak nafas
terlalu basa. menggunakan Skala Borg. Dengan
c. Tekanan parsial oksigen adalah skala penilaian yaitu : 0= Tidak ada
ukuran tekanan oksigen terlarut sesak napas, 0,5= Sesak napas sangat
dalam darah. Hal ini menentukan ringan sekali, 1= Sesak napas sangat
seberapa baik oksigen bisa ringan, 2= Sesak napas ringan, 3=
mengalir dari paru-paru ke dalam Sesak napas sedang, 4= Sesak napas
darah. kadang berat, 5/6= Sesak napas berat,
7/8= Sesak napas sangat berat, 9=
Sesak napas sangat-sangat berat, 10= Terapis menggerakkan leher
Sesak napas sangat berat pasien kearah ekstensi, rotasi.
mengganggu. Biasaya penderita asma M. Sternocleidomastoideus
interpretasinya nilai 3 = sesak napas dikatakan memendek apabila
sedang. Akan tetapi, tergantung ada nyeri.
kembali pada kondisi pasien. 10. Pemeriksaan X-Ray/MRI
9. Muscle Length Test
a. M. Pectoralis mayor
Prosedur : posisi pasien
tidur terlentang, kemudian
instruksikan pasien untuk
mengangkat kedua tangannya ke
atas sampai full ROM/ sampai
menyentuh bed. M. pectoralis
mayor dikatakan memendek
apabila salah satu atau kedua
lengan tidak mampu menyentuh a. Foto toraks asma akut
bed. (serangan)
b. M. Pectoralis minor  Hiperaerasi
Prosedur : posisi pasien  Diafragma mendatar
tidur terlentang, kemudian  Peribronchial cuffing
pasien diinstruksikan untuk (edema peribronchial)
menggerakkan bahunya  Ruang retrosteranal
menyentuh bed. M. pectoralis bertambah
minor dikatakan memendek b. Foto toraks asma dalam
apabila salah satu atau kedua keadaan tidak ada serangan
bahu tidad dapat menyentuh
bed.
c. M. Upper Trapezius
Prosedur : posisi pasien
tidur terlentang dengan kepala
pasien berada diluar bed dan
disanggah oleh tangan terapis.
Terapis menggerakkan kepala
pasien kearah lateral fleksi
dengan memberikan caunter (normal)
fleksi pada bahu pasien. M.
Upper trapezius dikatakan
memendek apabila pasien
merasa nyeri atau terlihat
keterbatasan.
d. M. Sternocleidomastoideus
Prosedur : posisi pasien
tidur terlentang dengan kepala
pasien berada diluar bed dan
disanggah oleh tangan terapis.
11. Differential Diagnosis
Asma bronkial merupakan penyakit yang
dapat diderita baik anak-anak maupun
dewasa penyakit pernapasan lainnya dan History Taking : Asma
memiliki gejala yang hampir mirip dengan
penyakit pernapasan lainnya. Diagnosis Inspeksi : Statis : tidak terlihat Clubbing finger, postur kifosis dan
banding asma antara lain sebagai berikut : protraksi, bentuk dada normal, sianosis
Dinamis : pernafasan menggunakan nafas dada, pernafasan lambat dan
a. Dewasa dalam (branipnae), prolog expirasi
1) Penyakit paru obstruksi kronik
2) Gagal jantung kongestif Pemeriksaan Fisik
3) Emboli paru
4) Obstruksi jalan napas mekanis
(tumor) Palpasi : Spasme otot bantu Pemeriksaan Spirometri :
pernafasan dan pada serangan berat Restrictive disorder
b. Anak dapat terjadi pulsus paradoksus
1) Benda asing di saluran napas
2) Tuberkulosis
Auskultasi : Ekspirasi memanjang Mobilitas Thorax Midline :
3) Penyakit jantung bawaan dan Mengi (wheezing) Terjadi penurunan mobilitas
thorax
4) Refluk gastroesofageal
12. Asma Kontrol Test
Pengukuran derajat sesak napas Pemeriksaan Sputum: sputum
Asma kontrol test digunakan untuk dengan Borg Scale : 3 (Sedang) berwarna putih kekuningan dan
sedikit lengket.
mengetahui kontrol asma pasien
sebelum memberikan exercise pada
pasien Muscle Length Test : M. Pectoralis Asma Kontrol Test : 24
Mayor, M. Pectoralis Min, M. Upper terkontrol sebagian
Trapeziu, M. Sternocledomastoideus

Toleransi aktivitas :
London Chest Activity of Pre : Skala Borg  3
Daily Living Scale : pasien (Sesak sedang)
mengalami sesak napas ringan SaO2  98%
saat melakukan aktivitas fisik Tekanan Darah : 100/80 mmHg.
Post :

9 ×6 m 54
2.16 trek .
25 25
Diagnosa :
“ASMA”
13. Algorithma Assessment prosedur pelaksanaan test. Beri
14. Pengukuran Toleransi Aktivitas (Six informasi kepada pasien mengenai
Minute Walking Test) waktu yang sudah berjalan.
Toleransi Aktivitas adalah suatu c) Syaratnya : Hasil SaO2 tidak
cara untuk mengukur kemampuan daya kurang dari 95% dan hasil dari
pemeriksaan skala borg lebih dari
No. Deskripsi Kegiatan Skor
nilai 3.
Perawatan Diri
1. Memakai handuk setelah mandi 1 d) Contoh hasil pengukuran : Tes
2. Memakai pakaian (T-Shirt atau jaket) 2 dilakukan.
3. Memakai sepatu dan kaos kaki 1 Pre : Skala Borg  3 (Sesak
4. Mencuci rambut atau keramas 1
Aktivitas Rumah
sedang)
1. Merapikan tempat tidur 0 SaO2  98%
2. Merapikan seprei 0 Tekanan Darah : 100/80
3. Membersihkan jendela 0 mmHg.
4. Menyapu 0
5. Menyiapkan makanan 0
Post :
6. Membersihkan debu 0 9 ×6 m 54
Aktivitas Fisik = =2.16 trek .(Dalam waktu 3 menit 15 de
25 25
1. Menaiki tangga 3
2. Membungkuk 1 15. London Chest Activity of Daily
Aktivitas Waktu Luang Living Scale
1. Berjalan disekitar rumah 2 Keterangan :
2. Pergi keluar rumah 3
3. Berbicara 1 1 : saya tidak melakukan kegiatan ini
tahan pasien/klien dalam melakukan 2 : saya tidak mengalami sesak napas
aktivitas saat
melakukan kegiatan tersebut
tertentu dengan meminta pasien
3 : saya mengalami sesak napas ringan
berjalan pada track yang telah di saat
siapkan selama 6 menit dan terdapat melakukan kegiatan tersebut
skala 0 sampai 10 untuk mengukur 4 : saya mengalami sesak napas berat
toleransi aktivitas pasien. saat
a) Tujuan: Untuk mengukur toleransi melakukan kegiatan tersebut
aktivitas 5 : karena sesak napas saya tidak
melakukan
b) Teknik: Sebelum pasien melakukan kegiatan ini lagi dan tidak ada yang
tes, lakukan pemeriksaan vital sign, bisa
kemudian minta pasien untuk membantu
6 : karena sesak napas saya tidak
melakukan
kegiatan ini lagi dan tidak yang bisa

membantu dan saya membutuhkan


seseorang untuk membantu.
16. Problem Impairment, Activity
Limitation, dan Participation
Restriction
a. Impairment
1) Body structure
berjalan 25 meter bolak-balik (1 a) M. trapezius spasme
track) dan berikan instruksi sesuai b) Obstruksi bronkus
c) Bronkospasme c. Berdasarkan Tipe
2) Body function 1) Tipe A : panjang gelombang
a) Penurunan expansi thoraks 780-1.500 mm, penetrasi
b) Pola pernafasan lambat dan dalam
dalam (Bradipnea) 2) Tipe B : panjang gelombang
c) Bronkial hygine menurun 1.500-3.000 mm, penetrasi
d) Produksi sputum meningkat dangkal
b. Activity Limitation 3) Tipe C : panjang gelombang
Adanya penurunan endurance 3.000-10.000 mm, penetrasi
untuk beraktivitas seperti berjalan dangkal
jauh Terapi Infra merah (IR) akan
c. Participation Restriction memberikan pemanasan superfisial
Pasien kesulitan melakukan pada daerah kulit yang diterapi
aktivitas dilingkungan sosial karena sehingga menimbulkan beberapa
sering merasakaan sesak efek fisiologis yang diperlukan
Algorithma Rencana Fisioterapi
C. PROSES INTERVENSI
FISIOTERAPI
Diagnosa :
“ASMA”
1. Metode Pengobatan
a. Infra Red (IR)
Impairment
1) Neurofisiologi Infrared
Pengertian cahaya infra merah 1)Body structure : M. trapezius spasme, obstruksi
yaitu pancaran gelombang bronkus, bronkospasme
elektromagnetik dengan panjang 2)Body function : Penurunan expansi thoraks,
gelombang 7.700–4 juta pernafasan lambat dan dalam (Bradipnea), bronkial
hygine menurun, produksi sputum meningkat
Armstrong. Berdasarkan panjang
Activity Limitation
gelombang maka infra merah dapat
Adanya penurunan endurance untuk beraktivitas seperti
diklasifikan menjadi : berjalan jauh
a. Gelombang panjang (non-
penetrating) Participation Restriction
Pasien kesulitan melakukan aktivitas
Panjang gelombang 12.000 dilingkungan sosial karena sering merasakaan
Å sampai dengan 150.000 Å, sesak
daya penetrasi sinar ini hanya
sampai kepada lapisan Rencana Tindakan Fisioterapi
Infra Red, Oksigen, Nebulizer, Postural Drainage,
superficial epidermis, yaitu Pursed Lip Breathing, Diafragma Breathing,
sekitar 0,5 mm. Mobilisasi Sangkar Thoraks, Senam Asma.

b. Gelombang pendek
Panjang gelombang antara untuk penyembuhan. Efek-efek
7.700-12.000 Armstrong. Daya fisiologis tersebut berupa
penetrasi lebih dalam dari mengaktifasi reseptor panas
gelombang panjang, yaitu superfisial di kulit yang akan
sampai jaringan sub cutan yang merubah transmisi atau konduksi
dapat mempengaruhi pembuluh saraf sensoris dalam menghantarkan
darah kapiler, pembuluh darah nyeri sehingga nyeri akan dirasakan
limfa, ujung-ujung saraf dan berkurang, pemanasan ini juga akan
struktur lain di bawah kulit. menyebabkan pelebaran pembuluh
darah dan meningkatkan aliran adalah bronkolidator. Bronkolidator
darah pada daerah tersebut sehingga yang digunakan dalam terapi ini
akan memberikan oksigen yang adalah ventolin. Setiap 1 ampul
cukup pada daerah yang diterapi, ventolin nebules mengandung
menigkatkan aktifitas enzim-enzim salbutamol sulfat 2,5 mg.
tertentu yang digunakan untuk Salbutamol adalah obat beta-
metabolisme jaringan dan adrenergik (beta agonist). Selain
membuang sisa-sisa metabolisme berdaya bronkodilatasi baik,
yang tidak terpakai sehingga pada salbutamol juga memiliki efek
akhirnya akan membantu lemah terhadap stabilisasi mastcell.
mempercepat proses penyembuhan Pemberian nebulizer sangat
jaringan. bermanfaat apabila di hirup oleh
Berikut pasien. Efek dari pemberian obat ini
merupakan neurofisiologi adalah untuk mengurangi atau
dari infrared : pain depressor, menghilangkan spasme pada
homeostatic vasomotion, fasilitasi bronkus. Apabila spasme pada
tipe saraf II, gate control. bronkhus berkurang atau hilang
b. Oksigen maka secara otomatis keluhan sesak
Menurut peneliti hasil penelitian nepas pun ikut berkurang. Maka
tersebut sesuai dengan teori di atas dalam pemberian terapi nebulizer ini
bahwa penderita gangguan system efektif untuk menurunkan atau
pernapasan harus terpenuhi menghilangkan sesak napas pada
kebutuhan dasarnya dengan cara pasien (Silver, 2011).
pemberian terapi oksigen. d. Postural Drainage (PD)
Pemberian terapi oksigen adalah Menurut penelitian Febrina
suatu kemampuan untuk Adriana (2015) pada
memasukkan oksigen tambahan dari penatalaksanaan fisioterapi pada
luar ke paru melalui saluran Asma Bronkhial di RSKP Respira
pernafasan dengan menggunakan Jogjakarta. Postural drainase (PD)
alat sesuai kebutuhan (Depkes RI, merupakan salah satu intervensi
2005) tentunya cara pemberiannya untuk melepaskan sekresi dari
pun harus benar dan tepat. Dari hasil berbagai segmen paru dengan
penelitian ini didapatkan bahwa menggunakan pengaruh gaya
pelaksanaan pemberian terapi gravitasi. Mengingat kelainan pada
oksigen pada pasien gangguan paru bisa terjadi pada berbagai
sistem pernapasan yang dilakukan lokasi maka PD dilakukan pada
oleh perawat diruang paru RSUD berbagai posisi disesuaikan dengan
Bangil Pasuruan mayoritas adalah kelainan parunya. Waktu yang
cukup dengan persentase sebesar terbaik untuk melakukan PD yaitu
58,3% . sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi
c. Nebulizer dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada
Terapi nebulizer bertujuan untuk malam hari.
menghantarkan obat dalam bentuk Postural drainase (PD) dapat
gas yang dapat dihirup oleh saluran dilakukan untuk mencegah
pernapasan pasien. Adapun obat terkumpulnya sekret dalam saluran
yang digunakan pada nebulizer nafas tetapi juga mempercepat
pengeluaran sekret sehingga tidak bronkus sehingga dapat mencegah
terjadi atelektasis. Pada penderita air trapping dan kolaps saluran
dengan produksi sputum yang napas kecil pada waktu ekspirasi
banyak PD lebih efektif bila disertai (Harisma,2012).
dengan clapping dan vibrating. f. Diafragma Breathing
e. Breathing Exercise Teknik Pursed Dalam penelitian Laila
Lip Breathing Setyaningtyas terhadap penggunaan
Menurut penelitian Anita Puji diafragma breathing pada pasien
Lestari (2015) Penatalaksanaan asma bronchial di di Rumah Sakit
Fisioterapi Pada Sindrom Khusus Paru Respira Yogyakarta
ObstruksiPaska Tuberkulosis Di Rs pada tahun 2016 dapat diambil
Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga, kesimpulan bahwa diafragma
dalam pemberian Pursed Lip breathing exercise secara signifikan
Breathing terhadap penurunan sesak dapat meningkatkan nilai APE
nafas setelah dilakukan 6 kali (Arus Puncak Ekspirasi) pada pasien
terapidapat disimpulkan bahwa karena otot diafragma yang
tingkat nilai derajat sesak napas digunakan saat inspirasi akan
semakin berkurang, dari T1 nilai memipih dan mendatar sehingga
sesak napas 5, dan T6 tidak ada memberikan ruang yang lebih luas
sesak napas. untuk pengembangan paru.Senam
Breathing Exercise terdapat Asma.
berbagai macam tehnik, di antaranya g. Mobilisasi Sangkar Thoraks
yaitu latihan nafas dalam (deep Mobilisasi sangkar toraks
breathing exercise), diafragma adalah suatu bentuk latihan aktive
breathing exercise, pursed lip movement pada trunk dan
breathing, dan breathing control. extremitas yang dilakukan dengan
Pada deep breathing yang bertujuan
kondisi Asma bronchial Breathing untuk meningkatkan mobilitas
Exercise yang digunakan yaitu trunk dan shoulder yang
pursed lip mempengaruhi respirasi serta
breathing. memperkuat kedalaman inspirasi
Pursed Lip Breathing dan ekspirasi (Subroto, 2010).
merupakan latihan yang Mobiliasi sangkar toraks dapat
menekankan pada proses ekspirasi. dilakukan dengan bantuan
Ketika melakukan ekspirasi pasien pergerakan dari bahu dan tulang
sedikit mengatupkan kedua bibir belakang.Mobilisasi sangkar toraks
untuk menghambat udara keluar. melibatkan gerakan kompleks dari
Hambatan ini menyebabkan tekanan anggota gerak atas selain itu antara
dalam mulut lebih positif. Selama sternum, torakal vertebra, serta
Pursed Lip Breathing tidak ada otot-otot pernapasan.Mekanisme
udara ekspirasi yang mengalir mobilisasi sangkar toraks adalah
melalui hidung. Dengan Pursed Lip meningkatkan panjang otot
Breathing akan terjadi peningkatan interkostalis dengan melakukan
tekanan pada rongga mulut, kontraksi yang efektif dari anggota
kemudian tekanan ini akan gerak atas.
diteruskan melalui cabang-cabang h. Senam Asma
Berdasarkan penelitian Camalia dirawat. Pada pasien ini terdapat
et al, didapatkan hasil yang perbaikan klinis dan setelah diobservasi
menunjukkan bahwa dengan senam secara klinis keadaan pasien stabil.
asma yang dilakukan oleh pasien Namun perlu diperhatikan pencegahan
asma baik derajat ringan maupun terhadap faktor pencetus berupa alergi
sedang selama delapan minggu dingin dan membatasi aktivitas
berturut-turut, dimana seminggu berlebihan agar keluhan tidak timbul
melakukan senam tiga kali, secara kembali.
statistik dapat meningkatkan fungsi 3. Evaluasi
paru dan kekuatan otot pernapasan a. Evaluasi Sesak Nafas dengan Skala
sekitar 280 ml (41,4%). Borg
Senam asma yang dilakukan Derajat sesak nafas pada penderita
secara teratur akan menaikkan Asma dapat menurun disebabkan
volume oksigen maksimal, selain itu karena latihan pernapasan yang
dapat memperkuat otot otot digunakan dalam progressive muscle
pernapasan sehingga daya kerja otot relaxation dan latihan pursed lip
jantung dan otot lainnya jadi lebih breathing exercise yang menyebabkan
baik sehingga dapat meningkatkan terjadinya peningkatan tekanan pada
kualitas hidup penderita asma. rongga mulut yang diteruskan melalui
Untuk meningkatkan kekuatan cabang-cabang bronkus sehingga
otot-otot pernafasan perlu dilakukan meningkatkan tekanan intrabronkial
latihan otot pernafasan. Latihan otot seimbang atau sama dengan tekanan
ini dilakukan secara bertahap sesuai intraalveolar, pengosongan udara dari
dengan kemampuan pasien. Latihan rongga toraks, dan mempermudah
otot yang dianjurkan untuk pengeluaran karbondioksida sehingga
meningkatkan kekuatan otot pada dapat mencegah air trapping dan kolaps
pasien asma adalah senam asma. bronkiolus pada waktu ekspirasi
Senam yang teratur akan (Novarin, et.al, 2015).
mengurangi penumpukan asam b. Spasme Otot dengan Palpasi
laktat dalam darah sebagai efek Pemberian infrared dapat
metabolisme anaerob dan menurunkan tingkat spasme karena
mengurangi kebutuhan ventilasi efek termal yang ditimbulkan akan
selama senam. Dengan senam pun membantu proses rileksasi otot dan
dapat mengurangi gejala dyspnoe Algorithma Tindakan Fisioterapi
dan kelelahan selama senam.
Diagnosa :“ASMA”

2. Clinical Prediction Rule Impairment: Body structure : M. trapezius spasme,


Prognosis pada penderita ini baik, obstruksi bronkus, bronkospasme dan Body function :
didukung oleh kepustakaan yang Penurunan expansi thoraks, pernafasan lambat dan dalam
(Bradipnea), bronkial hygine menurun, produksi sputum
mengatakan bahwa jika setelah meningkat
nebulisasi 1 kali respon baik dan setelah
diobservasi selama 1-2 jam perbaikan Activity Limitation
klinis stabil maka pasien boleh Adanya penurunan endurance untuk beraktivitas seperti
berjalan jauh
dipulangkan. Tetapi jika gejala timbul
lagi, klinis tetap belum membaik atau Participation Restriction
memburuk pasien tetap diobservasi dan Pasien kesulitan melakukan aktivitas dilingkungan sosial
karena sering merasakaan sesak

Tindakan Fisioterapi
Infra Red, Oksigen, Nebulizer, Postural Drainage,
Pursed Lip Breathing, Diafragma Breathing,
Mobilisasi Sangkar Thoraks, Senam Asma.
menimbulkan vasodilatasi pada Bartolome R., Celli, M.D., 2013. Chest
jaringan sehingga oksigen dan nutrisi Physical Therapy.
berjalan dengan baik, dan www.msdmanuals.com/home/lung-
mengakibatkan spasme dapat and-airway-disorders/rehabilitation-for-
berkurang (Silbernagl, 2009). lung-and-airway-disorders/chest-
c. Evaluasi Sputum physical-therapy. Diakses pada 11
Postural drainage membantu Agustus 2020.
membersihkan jalan napas dari Cameron, M. H dan Monroe, L. 2013.
mucus/sputum yang berlebihan. Physical Rehabilitation for the Physical
Tekanan intra thorakal dan intra Therapist Assistant. Ch.7, hal 86-87.
abdominal yang tinggi, udara Elsevier HealthSciences.
dibatukkan keluar dengan akselerasi Cross, J.L., Elender, F., Barton, G., Clark,
yang cepat membawa sputum yang A., Shepstone, L., Blyth, A.,
tertimbun tadi untuk keluar. Bachmann, M.O., Harvey, I. 2012.
d. Perubahan sangkar thoraks Evaluation of Effectiveness of Manual
Mobilisasi sangkar thoraks dapat Chest Physiotherapy Techniques on
meningkatkan ekspansi thoraks pada Quality of Life at Six Months Post
proses inspirasi dan ekspirasi yang Exacerbation of COPD. BioMed
disebabkan oleh hambatan pada saluran Central. Volume 12. Page 33-42.
napas yang mengalami penurunan Harisma, Pratama. 2012. Fisioterapi Dada.
akibat dari meningkatnya sirkulasi Diakses: 29 Agustus 2020.
mikro pada pasien. http://harismapratama.wordpress.com/2
Mobilisasi sangkar toraks bertujuan 012/12/04/fisioterapi-dada/
untuk meningkatkan mobilitas trunk Hough, Alexandra. 2001. Physiotherapy in
dan shoulder yang mempengaruhi Respiratory Care. Third Edition.
respirasi serta memperkuat kedalaman United Kingdom: Nelson Thornes Ltd.
inspirasi dan ekspirasi.
Mobiliasi sangkar toraks dapat Algorithma Evaluasi
dilakukan dengan bantuan pergerakan
Diagnosa :“ASMA”
dari bahu dan tulang
belakang.Mobilisasi sangkar toraks
Impairment: Body structure : M. trapezius spasme,
melibatkan gerakan kompleks dari obstruksi bronkus, bronkospasme dan Body function :
anggota gerak atas selain itu antara Penurunan expansi thoraks, pernafasan lambat dan dalam
sternum, torakal vertebra, serta otot- (Bradipnea), bronkial hygine menurun, produksi sputum
meningkat
otot pernapasan. Mekanisme mobilisasi
sangkar toraks adalah meningkatkan
Activity Limitation
panjang otot interkostalis dengan Adanya penurunan endurance untuk beraktivitas seperti
melakukan kontraksi yang efektif dari berjalan jauh

anggota gerak atas.


Participation Restriction
Pasien kesulitan melakukan aktivitas dilingkungan sosial
karena sering merasakaan sesak

DAFTAR PUSTAKA
Tindakan Fisioterapi
Aras, D., &Ahsaniyah, B. 2017.Sumber Infra Red, Oksigen, Nebulizer, Postural Drainage,
Fisis. Physio Sakti: Makassar. Pursed Lip Breathing, Diafragma Breathing,
Mobilisasi Sangkar Thoraks, Senam Asma.

Evaluasi :

a. Evaluasi Sesak Nafas dengan Skala Borg


b. Spasme Otot dengan Palpasi
c. Evaluasi Sputum
d. Perubahan Sangkar Thoraks
Ikawati,Z. 2011. Farmakoterapi Gangguan Sistem Pernafasan. Edisi 2.
Penyakit Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Yogyakarta: Universitas Gadjah. Sudrajat Neza Ukhalima Hafia, Khairun
Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Nisa. 2016. Efektifitas Senam Asma
Bronkial. Manajemen Kedokteran Untuk Meningkatkan Fungsi Paru
Indonesia.Jakarta. Penderia Asma: Lampung
Kisner, C., Colby, L.A. 2007. Therapeutic Walburga Vincentia Maya. 2014. Pengaruh
Exercise, Foundations and Techniques. Deep Breathing Terhadap Nilai Arus
Fifth Edition. Philadhelphia: F. A. Puncak Expirasi Pada Penderita Asma
Davis Company. Bronchial: Surakarta.
Laswati H, dkk. (2015). Buku Ajar Ilmu Yossy, Willyana. 2018. Penatalaksanaan
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi edisi Fisioterapi pada Kasus Asma di Rumah
3. CV Sagung Seto.Jakarta. Sakit Khusus Paru Respira Bantul
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Yogyakarta. KTI. Program Studi
2015. Pedoman Pengendalian Penyakit Diploma III Fisioterapi. Universitas
Asma, dalam Keputusan Menteri Muhammadiyah Surakarta.
Kesehatan Republik Indonesia No.
1023/Menkes/SK/XI. Jakarta: Menteri
Kesehatan Republik Indonesia.
Mumpuni, Y & Wulandari, A. (2013). Cara
Jitu Mengatasi Asma. Yogyakarta:
Rapha Publishing.
Novarin, Christina., Murtaqib., Nur
Widayati. 2015. Pengaruh Progressive
muscle relaxation terhadap Aliran
Puncak Ekspirasi Klien dengan Asma
Bronkial di Poli Spesialis Paru B
Rumah Sakit Paru Kabupaten Jember.
E-jurnal pustaka kesehatan, vol. 3 (no.
2), Mei 2015.
Setyaningtyas Laila. 2016.
Penatalaksanaan Fisioteraapi Pada
Penderita Asma Bronchial Di Rumah
Sakit Khusus Paru Respira
Yogyakarta: Surakarta
Silbernagl, Stefan dan Agamemnon
Despopoulos. 2009. Color Atlas
Physiology 6th Edition. Germany:
Offizin Anderson Nexo.
Silver, Dragon. 2011. Manfaat dan
Kegunaan Nebulizer,(Online). http:/ /ne
bulizer/manfaat-kegunaan-
nebulizer.html, diakses tanggal 29
Agustus 2020.
Somantri, Irman. 2013. Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan

Anda mungkin juga menyukai