1
Hari/Tanggal : Febuari 2024 Hari/Tanggal : Febuari 2024
Tanda Tangan : Tanda Tangan :
LAPORAN KELOMPOK 1
STASE KEPERAWATAN GADAR
STUDI PROGRAM PROFESI NERS
Oleh :
KELOMPOK I
1. ESA MARSELA, S. Kep (23260005)
2. PERAWATI, S. Kep (23260039)
3. MALINDA, S. Kep (23260035)
4. SINDRI, S. Kep (23260047)
5. ESKA HINDRA, S. Kep(23260089)
6. LETI CITRALIA, S. Kep (23260089)
7. SUGIMAN, S. Kep (23260099)
A. Latar Belakang
Asma bronkial mungkin merupakan gangguan pernapasan yang
mempengaruhi paru-paru. Peradangan pada sistem pernapasan menyebabkan iritasi
bronkus terhadap hambatan dan rangsangan jalur penerbangan, yang terjadi pada
penyakit ini (Worldwide Activity of Asthma, 2018). Menurut laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), asma bronkial mungkin menjadi masalah kesehatan
nyata di banyak komunitas, dengan tingkat kematian dan kematian yang tinggi. Di
seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 235.000.000 orang menderita asma bronkial.
(WHO, 2017).
Berdasarkan penelitian RISKESDAS 2013, prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5 persen, yang menunjukkan bahwa 9 juta orang dari 220 juta orang di
negara ini menderita asma (Riskesdas, 2013). Karena gaya hidup di kota-kota besar
meningkatkan kemungkinan terkena asma, prevalensi asma di daerah perkotaan
secara teratur lebih tinggi daripada di daerah pedesaan. Pembahasan di daerah
metropolitan telah tercemar oleh berbagai macam racun, dengan pembukuan gas
buang mobil sebesar 70-80 persen dari pembahasan pencemaran dan pembukuan
pencemaran mekanis sebesar 20-30 persen. (Ratih, 2010).
Asma adalah kondisi kompleks yang dapat disebabkan oleh gen atau
lingkungan, serta penyakit atopik, infeksi saluran pernapasan, perokok aktif dan
pasif, pajanan kerja, dan racun dalam makanan dan obat-obatan. Umumnya gejala
batuk, rasa tertekan di dada, sesak napas dan mengi merupakan hal yang sering
dikeluhkan para penderita asma. Gejala asma seringkali terjadi pada saat cuaca
dingin terlebih pada malam hari, yang ditandai dengan gejala awal mendadak batuk
seperti rasa tertekan didada yang mengakibatkan gangguan tidur yang diiringi
dengan sesak nafas dan suara napas mengi (Soemantri, 2008: Oktarina, 2018).
Faktor risiko yang sering terjadi pada penderita asma yaitu adanya serangan
sesak yang dapat timbul sewaktu-waktu, mendadak dan berulang- ulang bila tidak
segera diatasi dengan baik dapat berakibat fatal. Akibat seringnya sesak
menyebabkan aktivitas dan produktivitas kerja penderita/keluarganya menjadi
terganggu dan menurun (Rahmawati, 2017). Dampak serangan asma yang parah
jika tidak segera diatasi yaitu dapat mengakibatkan gagal nafas, Biasanya karena
pertukaran oksigen dengan karbon dioksida di dalam paru-paru tidak dapat
mempertahankan laju pemanfaatan oksigen sehingga terjadi di dalam sel-sel tubuh
untuk pengaturan karbon dioksida. Kondisi ini bisa mengakibatkan kematian jika
tidak segera diatasi dikarenakan saluran nafas tertutup dan pengobatan tidak ada
pengaruh lagi (Utomo, 2015).
Kasus asma bronchial PDL 1 RSD Besemah kota pagar alam pada tahun
2021 terdapat 30 klien dengan asma dan pada tahun 2022 terdapat 45 klien yang
rata-rata berusia 15 – 35 tahun. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki
3
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan Pada Tn. U Dengan Asma
Bronkial di Ruang PDL 1 RSD Besemah Kota Pagar Alam.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Perawat mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada klien Asma bronkial
2. Tujuan Khusus
Penulis mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Asma Bronkial
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Asma Bronkial
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan Asma Bronkial
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit Asma
Bronkial dengan menggunakn asuhan keperawatan.
2. Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbanmgan pada
keperawatan khususnya kasus keperawatan dasar tentang penyakit Asma
Bronkial.
3. Bagi Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan dasar tentang penyakit Asma Bronkial
4. Bagi Rumah Sakit
4
Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama, serta menjaga
dan meningkatkan pelayanan pada masyarakat, khususnya asuhan keperawatan
pada penyakit Asma Bronkial
5. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan, penerapan konsep ilmu
keperawatan khususnya pada kasus Asma Bronkial
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulis karya tulis ilmiah ini, menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari enam bab, yaitu:
BAB II
5
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak
nafas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang
dini hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
penyempitan atau peradangan yang bersifat sementara (Masriadi,
2016).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas
dan dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan
edema mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma
yang berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea.
Penderita asma mungkin mengalami periode gejala secara bergantian
dan berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner &
Suddarth, 2017).
2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
2) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
3) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia
14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
6
otot
nafas
PEFR atau % nilai % nilai
FEVI Dugaan Dugaan
Pra >60%, <40%
broncodilator >80%
Pasca <60%
broncodiator respons <2
jam
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
f. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat
g. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
h. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi
dan pelebaran tekanan nadi
i. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan
5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas
dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume
ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik
dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat
dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan.
Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
histamin juga merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan
permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang
intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
10
7. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma
bronchial diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. Rontgen Thorax
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
11
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia
(PCO2 naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.
7. Penatalaksanaan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014; GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar
ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam
asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen
Prinsip umum dalam pengobatan asma bronchiale
Menghilangkan obstruksi jalan nafas
Mengenal dan menghindari factor resiko serangan asma
Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit
Penatalaksanaan non farmakologi pada pasien Asma menurut putri dan suarno
(2013 ) dapat di lakukan dengan:
12
Postural Drainage
Adalah tehnik yang di gunakan untuk mengalirkan sputum /dahak yang
berada didalam paru agar mengalir ke saluran pernapasan yang besar
sehingga lebih mudah untuk di keluarkan
Tindakan ini dilakukan minimal 20 menit untuk satu kali lobus paru dan
dilkakukan pemeriksaan paru dahulu untuk menentukan posisi yang
tepat,dilakukan sehari sebanyak 2 Kali.
Fisioterapi dada
- Claping/perkusi dada dialkkan bersamaan pemberian postural
drainage,dengan cara di posisikan membentuk
cup/mangkunk,ujung jari menyentuh ibu jati di perkusikan pada
permukaaan dada dengan gelombang amplitude dan frekuensi
yang bervariasi menurut perubahan konsitensi dan lokasi
sputum.jumlah keukan 25x kali dalam 10 menit.
Vibrasi dada/mengertakan dada
Vibrasi dilakukan saat pasien eksoirasi dimana sebelumnya pasien diminta
Tarik nafas dalam kemudian saat ekspirasi di berikan vibrasi samapi akhir
ekspirasi dengan prekuensi 4- 5 kali getaran
Batuk efektif
Menerapakn posisi semi fowler
a. Pengkajian primer
- keluhan utama
Keluhan utama saat masuk rumah sakit,keluhan yang paling utma di
keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit
Primer Assement
1. Airway
a) Kaji dan pertahankan jalan nafas
b) Lakukan head to tith,chin lift jika perlu
c) Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan nafas jika perlu
d) Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist utuk di lakukan intubasi
jika tidak mampu untuk menjaga jalan nafas atau pasien dalam kondisi
terancam kehidupanya atau pada Asthma akut berat
e) Jika pasien menujukan gejala yang mengancam kehidupan yakinkan
mendapatka pertolongan medis secepatnya.
2. Breathing
a) Kaji saturasi oxsigendengan menggunakan pulse oximetr dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen > 95%
b) Berikan aliran oxygen tingga melalui non breath mask
c) Pertimbangkan untuk menggunakan bag – valve mask –ventilation
d) Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk mengkaji
Pa02 dan paCO2
e) Kaji respiratory rate
f) Jika pasien mampu,rekam peak exipiratori flow dan dokumentasikan
g) Periksa sostem pernapasan ,cari tanda tanda sianosis,,deviasi
trachea,kesimetrisan pergerakan dada,retraksi dinding dada
h) Aukultasi adanya Wheezing dan penggurangan aliran darah masuk
3. Circulation
a) Kaji denyut jantung
b) Catat tekanan darah
c) Lakukan EKG
d) Berikan akses iv dan pertimbangkan pemberian magnesium sulfat 2
gram dalam 20 menit
e) Kaji intake dan output
f) Jika potassium rendah maka berikan potassium
4. Disability
a) Kaji tingakt kesadaran dengan menggunakan GCS/AVPU
b) Penurunan tingkat kesadaran merupakn tanda ekstrim pertama pasien
membutuhkan pertolongan diruang intesive
b. Pengkajian Sekundrer\
1. Riwayat penyakit saat ini
14
4. Pengkajian psiko-sosio-kultural
semakin tinggi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
17
3. Intrvensi keperawatan
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajement Asma
nafas tidak tindakan Observasi
efektif keperawatan 1. Monitor frekuensi dan keadaan
berhubungan selama ....x24 jam nafas
dengan diharapkan 2. Monitor tanda dan gejala
spasme jalan bersihan jalan hipoksia
napas napas pasien 3. Monitor bunyi nafas tambahan
membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Berikan posisi semifowler 30-45º
1. Batuk efektif Edukasi
meningkat 1. Anjurkan meminimalkan
2. Produksi ansietas yang dapat
sputum meningkatkan kebutuhan
menurun oksigen
3. Mengi 2. Anjurkan bernafas lambat dan
menurun dalam
4. Wheezing 3. Ajarkan mengidentifikasi dan
menurun menghindari pemicu
5. Gelisah
menurun
6. Frekuensi
nafas
membaik
7. Pola nafas
membaik
3 Gangguan Setelah diberikan Pemantauan respirasi
pertukaran gas tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor frekuensi, irama,
19
dalam Terapeutik
melakukan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas rendah stimulus
meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak
2. Dispnea pasif dan aktif
saat/setelah 3. Berikan fasilitas duduk disisi
aktivitas tempat tidur, jika tidak dapat
menurun berpindah atau berjalan
3. Perasaan lemah 4. Berikan aktivitas distraksi yang
menurun menenangkan
4. Tekanan darah Edukasi
membaik 1. Anjurkan tirah baring
5. Frekuensi napas 2. Anjurkan melakukan aktivitas
membaik secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Identitas Klien:
Umur : 35 Tahun
Suku/Bangsa : Lintang/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan :-
a. Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
b. Ibu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
22
Klien dating ke IGD pukul 09.00 wib dengan keluhan sesak nafas dan
disetai batuk
Tn. U mengeluh sesak nafas sejak 1 hari, batuk disetai secret kental. Hasil
pernafasan 50 x/m, dada terasa nyeri saat bernafas dan tidak nafsu makan
3. Primary survey
Airway
23
4. Pemeriksaan fisik
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,8 0c
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 30 kali/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg :
c. Kepala
Bentuk simetris, distribusi rambut merata, rambut hitam, tidak ada lesi,
d. Mata
terdapat nyeri tekan dan benjolan, dan tidak ada gangguan penglihatan.
e. Hidung
f. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada lesi , tidak terdapat radang, tidak ada nyeri
tekan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada cairan yang
g. Mulut
Mukosa bibir kering, gigi lengkap, terdapat karies gigi, tidak ada
h. Leher
tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran
i. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, pergerakan
j. Abdomen
Tidak terdapat lesi, turgor kulit baik, tidak terdapat nyeri tekan pada
k. Ekstremitas
Jari lengkap, pergerakan kaki bebas, tidak terdapat lesi, tidak terdapat
l. Genetalia
Tidak terdapat kelainan, tidak terpasang kateter dan bersih pada daerah
genetalia.
25
5. Terapi di IGD
ANALISA DATA
Do :
Pasien tampak
nafas berat dan
cepat
- Pasien tampak
lesu, lemas dan
gelisah
- Hidung
kembang kempis
- Suara nafas
wheezing
- TTV TD 120/60
mmHg,RR
30X/menit
N 90x/menit
S 36,8 c
SPO2 90%
- Pasien tampak
26
lesu, lemas
- Hidung
kembang kempis
- Suara nafas
wheezing
Frekuensi nafas 50x/m
PRIOROTAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(bronchospasme)
INTERVENSI KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
DO =
- Berikan oxygen
lewat NRM
- Injeksi
dexametasone 0,5
mg 1 amp
EVALUASI KEPERAWATAN
BAB V
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
Tn. U saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 febuari 2024 dari hasil
asma bronkial ditemukan keluhan utama batuk-batuk, bernafas terlihat berat
dan cepat, hidung kembang kempis, suara nafas wheezing, terlihat lesu,
lemah, frekuensi nafas 50 x/menit, dada terasa nyeri saat bernafas, tidak nafsu
makan.
2. Diagnosa Keperawatan
Pada teori didapatkan 5 Diagnosa keperawatan tapi pada kasus hanya
ditemukan 2 Diagnosa keperawatan karena tidak ada data pendukung untuk
ditegakannya ke 3 diagnosa tersebut. Jadi yang diangkat hanya 2 Diagnosa
keperawatan yaitu : 1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekpansi paru, 2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret
3. Intervensi
Memprioritaskan masalah yang muncul pada klien, menetatapkan waktu yang
lebih spesifik untuk masing-masing diagnose, menyesuaikan kondisi yang
mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu yang lebih spesifik. Pada tahap
penetapan tujuan dari kriteria hasil terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus. Pada teori tidak dialokasikan waktu, sedangkan pasa kasus ditetapkan
waktu dan pencapaian tujuan 1x7 jam yakni berfokus pada kebutuhan sesuai
dengan kondisi klien, kemampuan perawat serta kelengkapan alat-alat dan
32
adanya kerja sama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan yang menjadi
factor pendukung.
4. Implementasi
Untuk secara keseluruhan semua diagnose sudah dilaksanakan sesua
perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini.
5. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan dan hasilnya semua
Diagnosa keperawatan teratasi dan pasien boleh pulang.
33
DAFTAR PUSTAKA
Brunner et al. 2017. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Global Initiatif for Asthma(GINA). 2017. Global strategy for asthma management
and Prevention.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan(Ist ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.