Anda di halaman 1dari 33

Telah disetujui Pembimbing Klinik Telah disetujui Pembimbing Akademik

1
Hari/Tanggal : Febuari 2024 Hari/Tanggal : Febuari 2024
Tanda Tangan : Tanda Tangan :

LAPORAN KELOMPOK 1
STASE KEPERAWATAN GADAR
STUDI PROGRAM PROFESI NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. U DENGAN ASMA


BRONKIAL DIRUANG ICU
RSUD BESEMAH KOTA PAGAR ALAM

Oleh :
KELOMPOK I
1. ESA MARSELA, S. Kep (23260005)
2. PERAWATI, S. Kep (23260039)
3. MALINDA, S. Kep (23260035)
4. SINDRI, S. Kep (23260047)
5. ESKA HINDRA, S. Kep(23260089)
6. LETI CITRALIA, S. Kep (23260089)
7. SUGIMAN, S. Kep (23260099)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES DEHASEN BENGKULU
T.A. 2023 – 2024
BAB 1
PENDAHULUAN
2

A. Latar Belakang
Asma bronkial mungkin merupakan gangguan pernapasan yang
mempengaruhi paru-paru. Peradangan pada sistem pernapasan menyebabkan iritasi
bronkus terhadap hambatan dan rangsangan jalur penerbangan, yang terjadi pada
penyakit ini (Worldwide Activity of Asthma, 2018). Menurut laporan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), asma bronkial mungkin menjadi masalah kesehatan
nyata di banyak komunitas, dengan tingkat kematian dan kematian yang tinggi. Di
seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 235.000.000 orang menderita asma bronkial.
(WHO, 2017).
Berdasarkan penelitian RISKESDAS 2013, prevalensi asma di Indonesia
adalah 4,5 persen, yang menunjukkan bahwa 9 juta orang dari 220 juta orang di
negara ini menderita asma (Riskesdas, 2013). Karena gaya hidup di kota-kota besar
meningkatkan kemungkinan terkena asma, prevalensi asma di daerah perkotaan
secara teratur lebih tinggi daripada di daerah pedesaan. Pembahasan di daerah
metropolitan telah tercemar oleh berbagai macam racun, dengan pembukuan gas
buang mobil sebesar 70-80 persen dari pembahasan pencemaran dan pembukuan
pencemaran mekanis sebesar 20-30 persen. (Ratih, 2010).
Asma adalah kondisi kompleks yang dapat disebabkan oleh gen atau
lingkungan, serta penyakit atopik, infeksi saluran pernapasan, perokok aktif dan
pasif, pajanan kerja, dan racun dalam makanan dan obat-obatan. Umumnya gejala
batuk, rasa tertekan di dada, sesak napas dan mengi merupakan hal yang sering
dikeluhkan para penderita asma. Gejala asma seringkali terjadi pada saat cuaca
dingin terlebih pada malam hari, yang ditandai dengan gejala awal mendadak batuk
seperti rasa tertekan didada yang mengakibatkan gangguan tidur yang diiringi
dengan sesak nafas dan suara napas mengi (Soemantri, 2008: Oktarina, 2018).
Faktor risiko yang sering terjadi pada penderita asma yaitu adanya serangan
sesak yang dapat timbul sewaktu-waktu, mendadak dan berulang- ulang bila tidak
segera diatasi dengan baik dapat berakibat fatal. Akibat seringnya sesak
menyebabkan aktivitas dan produktivitas kerja penderita/keluarganya menjadi
terganggu dan menurun (Rahmawati, 2017). Dampak serangan asma yang parah
jika tidak segera diatasi yaitu dapat mengakibatkan gagal nafas, Biasanya karena
pertukaran oksigen dengan karbon dioksida di dalam paru-paru tidak dapat
mempertahankan laju pemanfaatan oksigen sehingga terjadi di dalam sel-sel tubuh
untuk pengaturan karbon dioksida. Kondisi ini bisa mengakibatkan kematian jika
tidak segera diatasi dikarenakan saluran nafas tertutup dan pengobatan tidak ada
pengaruh lagi (Utomo, 2015).
Kasus asma bronchial PDL 1 RSD Besemah kota pagar alam pada tahun
2021 terdapat 30 klien dengan asma dan pada tahun 2022 terdapat 45 klien yang
rata-rata berusia 15 – 35 tahun. Oleh karena itu diharapkan perawat memiliki
3

keterampilan, pengetahuann yang cukup dalam memberikan asuhan keperawatan


pada pasien Asma Bronkial. Dengan hal ini penulis termotivasi untuk menyusun
karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. U Dengan Asma
Bronkial di Ruang PDL 1 RSD Besemah Kota Pagar Alam.

B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan Pada Tn. U Dengan Asma
Bronkial di Ruang PDL 1 RSD Besemah Kota Pagar Alam.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Perawat mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada klien Asma bronkial
2. Tujuan Khusus
Penulis mengetahui dan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan Asma Bronkial
b. Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan
Asma Bronkial
c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial
d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan Asma Bronkial
e. Melakukan evaluasi pada klien dengan Asma Bronkial
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Penulis
Hasil studi kasus ini dapat memberikan wawasan tentang penyakit Asma
Bronkial dengan menggunakn asuhan keperawatan.
2. Bagi instansi akademik
Sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan acuan pertimbanmgan pada
keperawatan khususnya kasus keperawatan dasar tentang penyakit Asma
Bronkial.
3. Bagi Klien
Memberi pengetahuan dan ketrampilan pada anggota keluarga tentang
perawatan dasar tentang penyakit Asma Bronkial
4. Bagi Rumah Sakit
4

Dapat memberikan asuhan keperawatan untuk kasus yang sama, serta menjaga
dan meningkatkan pelayanan pada masyarakat, khususnya asuhan keperawatan
pada penyakit Asma Bronkial
5. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran mengenai pelaksanaan, penerapan konsep ilmu
keperawatan khususnya pada kasus Asma Bronkial
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulis karya tulis ilmiah ini, menggunakan sistematika penulisan yang
terdiri dari enam bab, yaitu:

Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,


tujuan penulisan, pengumpulan data, dan sistematika
Bab II : penulisan
Bab III Berisi tentang profil RSD Besemah kota pagar alam
Landasan teori yang terdiri dari pengertian, anatomi,
etiologi dan predisposisi, manifestasi klinis, patofisiologi,
pathways, penatalaksanaan, komplikasi, pemeriksaan
penunjang dan konsep teori asuhan keperawatan.
Bab IV : Tinjauan kasus yang membahas tentang kasus Asma
Bronkial mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi
Bab V Pembahasan tentang kasus Asma brokial
Bab VI : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
5

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Asma adalah suatu keadaan kondisi paru – paru kronis yang
ditandai dengan kesulitan bernafas, dan menimbulkan gejala sesak
nafas, dada terasa berat, dan batuk terutama pada malam menjelang
dini hari. Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
penyempitan atau peradangan yang bersifat sementara (Masriadi,
2016).
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas
dan dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan
edema mukosa. Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma
yang berkurang yang meliputi batuk, sesak dada, mengi, dan dispnea.
Penderita asma mungkin mengalami periode gejala secara bergantian
dan berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner &
Suddarth, 2017).
2. Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko
penyebab asma bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
a. Faktor genetik
1) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya.
2) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
3) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia
14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
6

dibanding anak perempuan


4) Ras/etnik
5) Obesitas
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan
faktor resiko asma.
b. Faktor lingkungan
1) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
2) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
3) Faktor lain
a) Alergen dari makanan.
b) Alergen obat-obatan tertentu
c) Exercise-induced asthma
3. Klasifikasi
Secara etiologis menurut (Riyadi, 2014), asma bronkhial dibagi dalam 3
tipe:
a. Asma bronkhial tipe non atopi (intrinsik).
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungan nya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen dan sifat – sifatnya adalah serangan timbul
setelah dewasa, pada keluarga tidak ada yang menderita asma, penyakit
infeksi sering menimbulkan serangan, ada hubungannya dengan pekerjaan
atau beban fisik, rangsangan psikis mempunyai peran untuk menimbulkan
serangan reaksi asma, perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan peka bagi penderita.
b. Asma bronkhial tipe atopi ( Ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan terhadap
alergen lingkungan yang spesifik. Kepekaan ini biasanya dapat
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkhial. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat : timbul sejak anak – anak, pada famili ada yang
menderita asma, adanyan asma pada waktu bayi, sering menderita rinitis
(alergi serbuk bunga).
7

c. Asma bronkhial campuran (Mixed)


Pada golongan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor – faktor intrinsik
maupun ekstrinsik.

Klasifikasi derajat asma bronkhial


Klasifikasi tahapan penyakit asma berdasarkan keparahan penyakit pada pasien
tertera pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Penilaian derajat serangan asma
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman
Aktivitas Belajar Berbicara Istirahat Henti nafas
Bicara Kalimat Penggal Kata – kata Kalimat
Kalimat
Posisi Bisa Lebih suka Duduk
berbaring duduk bertompang
lengan
Kesadaraan Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
teragitasi teragritasi teragritasi
Mengi Sedang, Nyaring, Sangat Sulit atau
sering hanya sepanjang nyaring, terdengar
pada akhir ekspirasi terdengar tidak
ekspirasi tanpa
stetoscop
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Otot bantu Biasanya Biasanya Ya Gerakan
nafas tidak ya paradoks
thorakabdo
minal
Retraksi Dangkal, Sedang Dalam Dangkal
retraksi ditambah ditambah nafas hilang atau
interkostal retraksi cuping hidung
supertermal
8

Laju nafas meningkat Meningkat Meningkat Menurun


Pulsus Tidak ada < Ada 10-20 Ada mmHg Tidak ada
paradok 10 mmHg MmHg > 20 tanda
sus kelelahan

otot
nafas
PEFR atau % nilai % nilai
FEVI Dugaan Dugaan
Pra >60%, <40%
broncodilator >80%
Pasca <60%
broncodiator respons <2
jam
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%
PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg
SaO2 (%) >95% 91-95% <90%

4. Tanda dan Gejala


Gejala-gejala yang lazim muncul pada asma bronchial adalah batuk
dispnea dan mengi. Selain gejala di atas ada beberapa gejala yang menyertai
di antaranya sebagai berikut (Mubarak 2016 :198) :
a. Takipnea dan Orthopnea
b. Gelisah
c. Nyeri abdomen karena terlibat otot abdomen dalam pernafasan
d. Kelelahan
e. Tidak toleran terhadap aktivitas seperti makan berjalan bahkan berbicara
9

f. Serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa sesak dalam dada
disertai pernafasan lambat
g. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang di banding inspirasi
h. Gerakan-gerakan retensi karbondioksida, seperti berkeringat,takikardi
dan pelebaran tekanan nadi
i. Serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan
dapat hilang secara spontan

5. Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma
bronchial adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas
dan edukasi muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi
menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume
ekspirasi paksa dan kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara,
hiperinflamasi patu. Bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik
dan frekuensi pernafasan dapat menyebabkan gangguan kebutuhan istirahat
dan tidur. walaupun, jalan nafas bersifat difusi, obstruksi menyebabkan
perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas terutama
CO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan.
Histomin menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon
histamin juga merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan
permiabilitas kapiler maka juga akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang
intensium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memerlukan respon yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah
mengalami degravitasi dimanapun letak hipersensitivitas respon peradangan
tersebut. Hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus edema
dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
10

7. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma
bronchial diantaranya (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a. Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler),
positif jika peningkatan VEP / KVP > 20%.
b. Sputum
Eosinofil meningkat.
c. Rontgen Thorax
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d. AGD
11

Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia
(PCO2 turun) kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia
(PCO2 naik).
e. Uji alergi kulit, IgE.

7. Penatalaksanaan
Menurut (Bruner & Suddarth, 2017) yaitu :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Agonis adrenergik – beta 2 kerja –pendek.
b. Antikolinergik.
c. Kortikosteroid : inhaler dosis – terukur (MDI)
d. Inhibitor pemodifikasi leukotrien / antileukotrien.
e. Metilxatin.
2. Penatalaksanaan non farmakologis menurut (BTS,2014; GINA,2015)
a. Berhenti merokok.
b. Aktifitas fisik secara teratur.
c. Mencegah paparan alergen ditempat kerja, di dalam maupun di luar
ruangan.
d. Mencegah penggunaan obat yang dapat memperberat asma.
e. Tekinik pernapasan yang benar (Breathing Exercise, yoga dan senam
asma).
f. Diet sehat dan menurunkan berat badan.
g. Mengatasi sres emosional.
h. Imunoterapi alergen
Prinsip umum dalam pengobatan asma bronchiale
 Menghilangkan obstruksi jalan nafas
 Mengenal dan menghindari factor resiko serangan asma
 Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit

Penatalaksanaan non farmakologi pada pasien Asma menurut putri dan suarno
(2013 ) dapat di lakukan dengan:
12

 Postural Drainage
Adalah tehnik yang di gunakan untuk mengalirkan sputum /dahak yang
berada didalam paru agar mengalir ke saluran pernapasan yang besar
sehingga lebih mudah untuk di keluarkan
Tindakan ini dilakukan minimal 20 menit untuk satu kali lobus paru dan
dilkakukan pemeriksaan paru dahulu untuk menentukan posisi yang
tepat,dilakukan sehari sebanyak 2 Kali.
 Fisioterapi dada
- Claping/perkusi dada dialkkan bersamaan pemberian postural
drainage,dengan cara di posisikan membentuk
cup/mangkunk,ujung jari menyentuh ibu jati di perkusikan pada
permukaaan dada dengan gelombang amplitude dan frekuensi
yang bervariasi menurut perubahan konsitensi dan lokasi
sputum.jumlah keukan 25x kali dalam 10 menit.
 Vibrasi dada/mengertakan dada
Vibrasi dilakukan saat pasien eksoirasi dimana sebelumnya pasien diminta
Tarik nafas dalam kemudian saat ekspirasi di berikan vibrasi samapi akhir
ekspirasi dengan prekuensi 4- 5 kali getaran
 Batuk efektif
 Menerapakn posisi semi fowler

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan gawat darurat


1. Pengkajian
Pengkajian mengenai identitas klien dan keluarga mengenai nama, umur, dan
jenis kelamin karena pengkajian umur dan jenis kelamin diperlukan pada
klien dengan asma.
13

a. Pengkajian primer
- keluhan utama
Keluhan utama saat masuk rumah sakit,keluhan yang paling utma di
keluhkan oleh pasien sehingga masuk rumah sakit
Primer Assement
1. Airway
a) Kaji dan pertahankan jalan nafas
b) Lakukan head to tith,chin lift jika perlu
c) Gunakan bantuan untuk memperbaiki jalan nafas jika perlu
d) Pertimbangkan untuk di rujuk ke anesthetist utuk di lakukan intubasi
jika tidak mampu untuk menjaga jalan nafas atau pasien dalam kondisi
terancam kehidupanya atau pada Asthma akut berat
e) Jika pasien menujukan gejala yang mengancam kehidupan yakinkan
mendapatka pertolongan medis secepatnya.

2. Breathing
a) Kaji saturasi oxsigendengan menggunakan pulse oximetr dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen > 95%
b) Berikan aliran oxygen tingga melalui non breath mask
c) Pertimbangkan untuk menggunakan bag – valve mask –ventilation
d) Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk mengkaji
Pa02 dan paCO2
e) Kaji respiratory rate
f) Jika pasien mampu,rekam peak exipiratori flow dan dokumentasikan
g) Periksa sostem pernapasan ,cari tanda tanda sianosis,,deviasi
trachea,kesimetrisan pergerakan dada,retraksi dinding dada
h) Aukultasi adanya Wheezing dan penggurangan aliran darah masuk

3. Circulation
a) Kaji denyut jantung
b) Catat tekanan darah
c) Lakukan EKG
d) Berikan akses iv dan pertimbangkan pemberian magnesium sulfat 2
gram dalam 20 menit
e) Kaji intake dan output
f) Jika potassium rendah maka berikan potassium

4. Disability
a) Kaji tingakt kesadaran dengan menggunakan GCS/AVPU
b) Penurunan tingkat kesadaran merupakn tanda ekstrim pertama pasien
membutuhkan pertolongan diruang intesive

b. Pengkajian Sekundrer\
1. Riwayat penyakit saat ini
14

Klien dengan riwayat serangan asma datang mencari

pertolongan dengan keluhan sesak nafas yang hebat dan

mendadak, dan berusaha untuk bernapas panjang kemudian

diikuti dengan suara tambahan mengi (wheezing), kelelahan,

gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan darah.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit klien yang diderita pada masa- masa dahulu

meliputi penyakit yang berhubungan dengan sistem pernapasan

seperti infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan,

sinusitis, amandel, dan polip hidung.

3. Riwayat penyakit keluarga

Pada klien dengan asma juga dikaji adanya riwayat penyakit

yang sama pada anggota keluarga klien.

4. Pengkajian psiko-sosio-kultural

Kecemasan dan koping tidak efektif, status ekonomi yang

berdampak pada asuhan kesehatan dan perubahan mekanisme

peran dalam keluarga serta faktor gangguan emosional yang bisa

menjadi pencetus terjadinya serangan asma.

5. Pola Resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asma dapat membatasi klien dalam berperilaku hidup

normal sehingga klien dengan asma harus mengubah gaya

hidupnya agar serangan asma tidak muncul.

6. Pola hubungan dan peran


15

Gejala asma dapat membatasi klien untuk menjalani

kehidupannya secara normal sehingga klien harus menyesuaikan

kondisinya dengan hubungan dan peran klien.

7. Pola persepsi dan konsep diri

Persepsi yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada

diri klien sehingga dapat meningkatkan kemungkinan serangan

asma yang berulang.

8. Pola Penanggulangan dan Stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik

pencetus serangan asma sehingga diperlukan pengkajian

penyebab dari asma.

9. Pola Sensorik dan Kognitif

Kelainan pada pola persepsi dan kognitif akan mempengaruhi

konsep diri klien yang akan mempengaruhi jumlah stressor

sehingga kemungkinan serangan asma berulang pun akan

semakin tinggi.

10. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan klien dengan apa yang diyakini di dunia ini dipercaya

dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien sehingga dapat menjadi

penanggulangan stress yang konstruktif.

c. Pemeriksaan fisik head to toe

a. Keadaan umum: tampak lemah


b. Tanda- tanda vital : (tekanan darah menurun, nafas sesak, nadi
16

lemah dan cepat, suhu meningkat, distress pernafasan sianosis)


c. TB/ BB : Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
d. Kulit (Tampak pucat, sianosis, biasanya turgor jelek)
e. Kepala (Sakit kepala)
f. Mata (tidak ada yang begitu spesifik)
g. Hidung (Nafas cuping hidung, sianosis)
h. Mulut (Pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir kering,
bibir kuning, dan pucat)
i. Telinga (Lihat sekret, kebersihan, biasanya tidak ada spesifik
pada kasus ini)
j. Leher (Tidak terdapat pembesaran KGB dan kelenjar tiroid)
k. Jantung (Pada kasus komplikasi ke endokardititis, terjadi bunyi
tumbuhan)
l. Paru- paru (Infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),
wheezing (+), sesak istirahat dan bertambah saat beraktivitas)
m. Punggung (Tidak ada spesifik)
n. Abdomen (Bising usus (+), distensi abdomen, nyeri biasanya
tidak ada)
o. Genetalia (Tidak ada gangguan)
p. Ektremitas (Kelemahan, penurunan aktivitas, sianosis ujung
jari dan kaki).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma yaitu :
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas.
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
17

antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Intrvensi keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 Pola napas Setelah dilakukan Manajement jalan nafas
tidak efektif tindakan asuhan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor pola napas
dengan selama ....x24 jam 2. Monitor bunyi napas tambahan
hambatan diharapkan pola 3. Monitor
upaya napas napas pasien sputum
membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Pertahankan kepatenan jalan
1. Tidak terjadi napas
dispnea 2. Posisikan semi-fowler atau
2. Frekuensi fowler
pernapasan 3. Berikan minum hangat
normal 4. Lakukan fisioterapi dada, jika
3. Tidak terdapat diperlukan
suara tambahan 5. Berikan oksigen/
4. Ventilasi nebulizer
semenit Edukasi
meningkat 1. Anjurkan asupan
5. Kapasitas vital cairan
meningkat 200ml/hari, jika
6. Kedalaman tidak
nafas membaik kontraindikasi
7. Pemanjangan 2. Ajarkan teknik
fase ekspirasi batuk efektif
menurun 3. Kolaborasipemb
erian
18

bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
2 Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajement Asma
nafas tidak tindakan Observasi
efektif keperawatan 1. Monitor frekuensi dan keadaan
berhubungan selama ....x24 jam nafas
dengan diharapkan 2. Monitor tanda dan gejala
spasme jalan bersihan jalan hipoksia
napas napas pasien 3. Monitor bunyi nafas tambahan
membaik dengan Terapeutik
kriteria hasil : 1. Berikan posisi semifowler 30-45º
1. Batuk efektif Edukasi
meningkat 1. Anjurkan meminimalkan
2. Produksi ansietas yang dapat
sputum meningkatkan kebutuhan
menurun oksigen
3. Mengi 2. Anjurkan bernafas lambat dan
menurun dalam
4. Wheezing 3. Ajarkan mengidentifikasi dan
menurun menghindari pemicu
5. Gelisah
menurun
6. Frekuensi
nafas
membaik
7. Pola nafas
membaik
3 Gangguan Setelah diberikan Pemantauan respirasi
pertukaran gas tindakan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor frekuensi, irama,
19

dengan selama ...x24 jam kedalaman dan upaya nafas


ketidakseimba diharapkan 2. Monitor pola nafas
ngan pertukaran gas 3. Monitor kemampan batuk
ventilasi- pasien membaik, efektif
perfusi dengan kriteria 4. Monitor adanya produksi
hasil : sputum
1. Tingkat 5. Monitor adanya sumbatan jalan
kesadaran nafas
pasien 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi
meningkat paru
2. Bunyi nafas 7. Auskultasi bunyi nafas
tambahan 8. Monitor saturasi oksigen
menurun Terapeutik
3. Gelisah 1. Atur interval pemantauan
menurun respirasi sesuai kondisi pasien
4. Nafas cuping 2. Dokumentasikan hasil
hidung pantauan
menurun Edukasi
1. Jelaskan tujuan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
4 Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen Energi
aktivitas tindakan asuhan Observasi
berhubungan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dengan selama ....x24 jam yang mengakibatkan kelelahan
ketidakseimba diharapkan 2. Monitor kelelahan fisik dan
ngan antara intoleransi aktivitas emosional
suplai dan pasien membaik 3. Monitor pola dan jam tidur
kebutuhan dengan kriteria 4. Monitor lokasi dan
oksigen. hasil : ketidaknyamanan selama melakukan
1. Kemudahan aktivitas
20

dalam Terapeutik
melakukan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
aktivitas rendah stimulus
meningkat 2. Lakukan latihan rentang gerak
2. Dispnea pasif dan aktif
saat/setelah 3. Berikan fasilitas duduk disisi
aktivitas tempat tidur, jika tidak dapat
menurun berpindah atau berjalan
3. Perasaan lemah 4. Berikan aktivitas distraksi yang
menurun menenangkan
4. Tekanan darah Edukasi
membaik 1. Anjurkan tirah baring
5. Frekuensi napas 2. Anjurkan melakukan aktivitas
membaik secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. U


DIAGNOSA ASMA BRHONKIAL DI RUANG ICU RSUD BESEMAH
PAGAR ALAM
21

1. PENGKAJIAN

Identitas Klien:

Nama : Tn. U No Register : 11.07.58

Umur : 35 Tahun

Suku/Bangsa : Lintang/Indonesia

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan :-

Alamat : Tinggi ari

Tanggul masuk RS : 02 febuari 2024

Tanggal Pengkajian : 02 febuari 2024

Diagnosa Medis : ASMA BRONKIAL

Identitas Orang Tua:

a. Ayah

Nama/Umur : Tn.A No Telepon :

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Tinggi ari

Agama : Islam

b. Ibu

Nama/Umur : Ny.S No Telepon :

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Alamat : Bumi Agung

Agama : Islam
22

2. Riwayat Kesehatan / Keperawatan

1) Keluhan utama/alasan masuk RS:

Klien dating ke IGD pukul 09.00 wib dengan keluhan sesak nafas dan

disetai batuk

2) Riwayat Kesehatan Sekarang:

Tn. U mengeluh sesak nafas sejak 1 hari, batuk disetai secret kental. Hasil

pengkajian didapatkan batuk-batuk, bernafas terlihat berat dan cepat,

hidung kembang kempis, suara nafas wheezing, terlihat lesu, frekuensi

pernafasan 50 x/m, dada terasa nyeri saat bernafas dan tidak nafsu makan

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Penyakit yang pernah dialami: Batuk, demam diare dan asma

Konsumsi obat-obatan: salbutamole dengan dosis 2mg.

4) Riwayat kesehatan keluarga :

Keluarga pasien mengatakan bahwa di dalam keluarga tidak ada yang


menderita penyakit yang sama dengan yang diderita oleh pasien saat ini.
5) Riwayat spiritual

Support system dalam keluarga: keluarga memberi dukungan dan

semangat untuk kesembuhan pasien, pasien sholat dan membaca alquran.

3. Primary survey
 Airway
23

Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan jalan nafas


 (B) Breathing
Terdengar suara nafas wheezing dan pasisen terlihat sesak nafas,RR 30x
/menit,pasien terlihat gelisah
 CIRCULATION
Akral dingin,paseein terlihat pucat,cpr< 2 detik,TD 140/90mmHg,N :104
X/menit,S :36,8 c,SPO2 93%
 (D)Disability
Kesadaran compos mentis GCS,E =4,M = 6,V =5

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum Klien

Kesadaran pasien compos menthis, pasien tampak sesak nafas, nafas


pendek dan tapak lemah

b. Tanda-tanda Vital

Suhu : 36,8 0c
Nadi : 90 kali/menit
Respirasi : 30 kali/menit
Tekanan Darah : 120/80 mmHg :
c. Kepala

Bentuk simetris, distribusi rambut merata, rambut hitam, tidak ada lesi,

tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan.

d. Mata

Bentuk simteris, sclera anikterik, konjungtiva ananemis, pupil isokor, tidak

terdapat nyeri tekan dan benjolan, dan tidak ada gangguan penglihatan.

e. Hidung

Bentuk simetris, tidak terdapat polip , tidak terdapat peradangan,

kebersihan baik, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembengkakan

dan tidak terdapat gangguan penciuman.


24

f. Telinga

Bentuk simetris, tidak ada lesi , tidak terdapat radang, tidak ada nyeri

tekan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran, tidak ada cairan yang

keluar dari telinga.

g. Mulut

Mukosa bibir kering, gigi lengkap, terdapat karies gigi, tidak ada

pembengkakan bibir dan tidak terdapat stomatitis.

h. Leher

tidak terdapat lesi, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat pembesaran

kelenjar tyroid, tidak terdapat pembesaran vena jugularis.

i. Dada

Bentuk dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, pergerakan

dinding dada normal, tidak terdapat benjolan, bunyi nafas wheezing,

frekuensi nafas 50 x/menit

j. Abdomen

Tidak terdapat lesi, turgor kulit baik, tidak terdapat nyeri tekan pada

epigastrium dan tidak terdapat pembengkakan pada perut.

k. Ekstremitas

Jari lengkap, pergerakan kaki bebas, tidak terdapat lesi, tidak terdapat

nyeri tekan, tangan kanan terpasang infuse Rl mikro 20 tts/menit,

l. Genetalia

Tidak terdapat kelainan, tidak terpasang kateter dan bersih pada daerah

genetalia.
25

5. Terapi di IGD

- Berikan oksigen lewat NRM

- IVFD RL 500ml (IV)

- Injeksi Dexametasone 0,5 mg (iv)

- Bronkodilator (nebulizer ) ventolin 1x2,5 mg +pulmicort 1x1

ANALISA DATA

Harii/ DATA ETIOLOGI/POHON MASALAH


tanggal ()bjektif/Subjektif MASALAH KEPERAWATAN
Ds : Pasien mengatakan Spasme jalan napas Pola nafas tidak
masih sesak nafas d (bronchopasma) efektif

Do :
Pasien tampak
nafas berat dan
cepat
- Pasien tampak
lesu, lemas dan
gelisah
- Hidung
kembang kempis
- Suara nafas
wheezing
- TTV TD 120/60
mmHg,RR
30X/menit
N 90x/menit
S 36,8 c
SPO2 90%
- Pasien tampak
26

lesu, lemas
- Hidung
kembang kempis
- Suara nafas
wheezing
Frekuensi nafas 50x/m

PRIOROTAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas
(bronchospasme)

INTERVENSI KEPERAWATAN

N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI KEPERAWATAN


O KEPERAW
ATAN

1 Bersihan Setelah dilakukan 1. Monitor TTV


jalan nafas asuhan keperawatan 2. Monitor saturasi oxygen
tidak efektif selama 1x 30 jam 3. Monitor bunyi nafas tambahan
berhubungan diharapkan bersiahn 4. Berikan posisi semi fowler
dengan jalan nafas pasien 5. Kaloborasi dengan dokter dalam
spasme jalan teratasi dengan kriteria pemberian therapy
nafas hasil: - IVFD RL 500 ml (iv)
(brokospasm - Bronkodilator
1. TTV normal
e) (nebulizer ,ventolin 2,5 mg +
2. Sesak nafas
pilmicort 1x1 mg
berkurang
- Berikan oxygen lewat NRM
3. Pasien tamak rileks
- Injeksi dexametasone 0,5 mg
4. Tidak ada suara
1 amp
wheezing
27

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal No Jam Implementasi Evaluasi


Diagnosa

02 febuari 1 13.1 Memontoring TTV DS Pasien mengatakan


2024 0 masih sesak saat bernafas

DO =

- Tanda tanda vital


TD :120/60 mmHG,
RR :28X/menit
N :90 x/menit
S :36,8 C

02 1 14.0 Memonitoring saturasi DS : pasien mengtakan


FEBUARI 0 oxigen sesak nafas
2024
DO : SPO2 93% ,RR
30x/menit
28

02 febuari 14.1 Memonitoreng bunyi DS : Pasien mengatakan


2024 0 nafas tambahan sesak nafas
D0 :saat di aukultasi
terdengar suara nafas
whezung

14.3 Memberikan posisi DS ;pasien mengatakan


0 semi fowler masih sesak nafas
DO : Pasien terlihat masih
sesak
Klien tidur dalam posisi
sewi fowler

14.4 Kaloborasi dengan DS ;pasien mengatakan


0 dokter dalam masih sesak nafas
pemberian therapy DO :
medis - IVFD RL 500 ml
(iv)
- Bronkodilator
(nebulizer ,ventolin
2,5 mg + pilmicort
1x1 mg
29

- Berikan oxygen
lewat NRM
- Injeksi
dexametasone 0,5
mg 1 amp

14.4 Monitoring TTV DS :


5 Pasien menggatakan sudah
tidak sesak nafas
DS :
-Tanda – tanda vital
Td :120/80 mmg
RR :20x/menit
N :68x/menit
T ;36,5 c
- Pasien tampak rileks

14.5 Memonitoring bunyi DS : pasien mengatakan


5 nafas tambahan sudah tidak sesak nafas
DO : Saat di akultasi sudah
tidak ada suara nafas
wheezing
30

EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No dx Evaluasi keperawatan Paraf


02 febuari S ;pasein mengatakan sudah
2024 tidak sesak lagi

O : - Tanda – tanda vital


TD 100/60 mmhg
RR :22x/menit
N :68 x/menit
S : 36,5 c
- SPO2 :98%
- Pasien tampak rileks
- Tidak ada suara nafas
wheezing

A : Masalah bersihan jalan nafas


tidakefektif teratasi

P : Hentikan intervensi ( pasien


pulang )
31

BAB V
PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya


penyempitan bronkus yang berulang namun revesibel dan diantara
penyempitan bronkus tersebutterdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.
Keadaan ini terjadi pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah
ditimbulkan berbagai rangsangan yang menandakan suatu keadaan
hiveraktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).

Tn. U saat dilakukan pengkajian pada tanggal 02 febuari 2024 dari hasil
asma bronkial ditemukan keluhan utama batuk-batuk, bernafas terlihat berat
dan cepat, hidung kembang kempis, suara nafas wheezing, terlihat lesu,
lemah, frekuensi nafas 50 x/menit, dada terasa nyeri saat bernafas, tidak nafsu
makan.

2. Diagnosa Keperawatan
Pada teori didapatkan 5 Diagnosa keperawatan tapi pada kasus hanya
ditemukan 2 Diagnosa keperawatan karena tidak ada data pendukung untuk
ditegakannya ke 3 diagnosa tersebut. Jadi yang diangkat hanya 2 Diagnosa
keperawatan yaitu : 1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekpansi paru, 2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d penumpukan secret

3. Intervensi
Memprioritaskan masalah yang muncul pada klien, menetatapkan waktu yang
lebih spesifik untuk masing-masing diagnose, menyesuaikan kondisi yang
mungkin bisa dicapai oleh klien dalam waktu yang lebih spesifik. Pada tahap
penetapan tujuan dari kriteria hasil terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus. Pada teori tidak dialokasikan waktu, sedangkan pasa kasus ditetapkan
waktu dan pencapaian tujuan 1x7 jam yakni berfokus pada kebutuhan sesuai
dengan kondisi klien, kemampuan perawat serta kelengkapan alat-alat dan
32

adanya kerja sama dengan klien, keluarga dan perawat ruangan yang menjadi
factor pendukung.

4. Implementasi
Untuk secara keseluruhan semua diagnose sudah dilaksanakan sesua
perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien saat ini.

5. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang sudah dilakukan dan hasilnya semua
Diagnosa keperawatan teratasi dan pasien boleh pulang.
33

DAFTAR PUSTAKA
Brunner et al. 2017. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Global Initiatif for Asthma(GINA). 2017. Global strategy for asthma management
and Prevention.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika.
Riyadi, Sujono. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan(Ist ed). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Kriteria Hasil Keperawatan(1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai