Anda di halaman 1dari 33

RESUME ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. C DENGAN KEGAWATDARURATAN SISTEM PERNAFASAN :


ASMA BRONKHIALE DI RUANG IGD RSUD BATANG

Disusun Oleh:

1. Reza Eka Nabilah (P1337420317019)


2. Risqi Dwi Umboro (P1337420317061)
3. Nur Afiah Widya Ningrum (P1337420317022)
4. M. Beny Khaeroni (P1337420317088)

PRODI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
seminar kelompok yang berjudul “Resume Asuhan Keperawatan Pada Ny. C
dengan Kegawatdaruratan Sistem Pernafasan : Asma Bronkhiale Di Ruang IGD
RSUD Batang”
Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas akhir praktik stase Kegawat

Daruratan dan menambah pengetahuan serta ketrampilan dan memberikan asuhan

keperawatan khususnya pada klien yang menderita Asma Bronchiale.

Penyusunan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan,

arahan dan bimbingan dari semua pihak, kami ucapan terima kasih kepada semua

pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak

kekurangan, untuk menyempurnakan makalah ini kami mengaharapkan saran dan

kritik yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Batang, Februari 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
PRAKATA ............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................4

B. Tujuan ................................................................................................5

BAB II KONSEP DASAR ASMA BRONCHIALE.............................................6


BAB III TINJAUAN KASUS ..............................................................................17
A. Pengkajian ..........................................................................................17

B. Diagnosis Keperawatan ......................................................................26

C. Rencana Keperawatan ........................................................................27

D. Implementasi ......................................................................................29

E. Evaluasi ..............................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................35

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Asma Bronkial dapat menyerang semua golongan usia,

baik laki-laki maupun perempuan, dewasa maupun anak-anak. Dari

waktu ke waktu baik di negara maju maupun negara berkembang

prevalensi asma meningkat. Asma merupakan sepuluh besar penyebab

kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini tergambar dari data studi

survey kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai provinsi di

Indonesia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, gejalanya bervariasi

dari ringan sampai berat dan dapat dikontrol dengan berbagai cara.

Gejala asma dapat ditimbulkan oleh berbagai rangsangan antara lain

infeksi, alergi, obat-obatan, polusi udara, bahan kimia, beban kerja atau

latihan fisik, bau-bauan yang merangsang dan emosi. Prevalensi asma

di seluruh dunia adalah sebsar 80% pada anak dan 3-5% pada dewasa,

dan dalam 10 tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Selain di

Indonesia prevalensi asam di Jepang dilaporkan meningkat 3 kali

dibanding di tahun 2015 yaitu dari 1,2 % menjadi 3,14 %. Penyebab

pada asma sampai saat ini belum diketahui namun dari hasil penelitian

terdahulu menjelaskan bahwa saluran nafas penderita asma mempunyai

sifat yang sangat khas yaitu sangat peka terhadap rangsangan.

4
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang asuhan keperawatan pada Ny.
C dengan Asma Bronchiale.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui tinjauan teori pada kasus Asma Bronchiale
yang meliputi :
1) Pengertian Asma Bronchiale
2) Penyebab Asma Bronchiale
3) Klasifikasi asma bronkial
4) Patofisiologi Asma Bronchiale
5) Tanda dan Gejala Asma Bronchiale
6) Pemeriksaan Diagnostik Asma Bronchiale
7) Komplikasi Asma Bronchiale
8) Penatalaksanaan Asma Bronchiale
9) Pengkajian fokus dan Diagnosa keperawatan yang sering
muncul pada kasus Asma Bronchiale
b. Mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa Asma Bronchiale

5
BAB II

KONSEP DASAR

ASMA BRONCHIALE

A. PENGERTIAN

Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat


penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat hilang
dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara
dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, karena
adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible,
peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa
disebabkan oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa
bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2014).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma bronchial
adalah penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan
saluran nafas yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih
pendek dari fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).

B. ETIOLOGI

Faktor penyebab asma bronchial menurut Wijaya & Putri (2013)


adalah sebagai berikut :
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukan jumlah alergen yang
sedikit untuk menimbulkan serangan asma.
b. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory
synchyhal virus (RSV) dan virus para influenza.
c. Iritasi
Iritasi dapat di sebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau
asam dari cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.
6
d. Refleks gastroesopagus
Iritasi trakeobronkheal karena isi lambung dapat memperberat penyakit
asma.
e. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh
sehingga mudah terjadi inflamasi pada bronkus yang akan menimbulkan
asma bronkiale (Muttaqin, 2008).

C. KLASIFIKASI

Menurut Djojodibroto (2017) Ada 2 penggolongan besar asma


bronchial, yaitu :
f. Asma bronchial yang berkaitan dengan penderita yang mempunyai riwayat
pribadi atau riwayat keluarga dengan kelainan atopik. Dapat disebut asma
ekstrinsik (asma alergik) yaitu asma yang mulai terjadi saat kanak-kanak,
kadar IgE serum meningkat, mekanisme terjadinya berkaitan dengan
sistem imun.
g. Asma bronchial pada penderita yang tidak ada kaitannya dengan diatesis
atopik. Asma ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma
idiosinkratik yaitu asma yang terjadi saat dewasa, kadar IgE normal dan
bersifat Non-imun.

D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Putri & Sumarno, 2013 manifestasi klinik untuk asma bronkial
adalah sesak nafas mendadak disertai inspirasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing),
batuk yang disertai serangan sesak nafas yang kumat-kumatan.

E. PATOFISIOLOGI

Asma timbul karena seseorang yang atopik (alergik) akibat pemaparan


allergen. Alergen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh makrofag dan
selanjutnya akan merangsang pembentukan IgE. IgE akan segera diikat oleh
mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi.
7
Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.Kadar cAMP yang
menurun itu akan menimbulkan degranulasi sel berupa histamin dan kinin.
Akibat dari bronkospasme akan terjadi penyempitan bronkus dan
percabangannya sehingga akan menimbulkan rasa sesak ,nafas berbunyi
(wheezing) dan Zat
batuk yang masuk
allergen produktif. Tandatubuh
ke dalam gelajamelalui
tersebut merupakan tanda
pernapasan,
dari asma bronkiale mulut
(Muttaqin, dan kontak kulit
2008).

Reaksi tubuh terhadap allergen

Tubuh tidak tahan terhadap allergen

Kontraksi otot polos pernapasan

Bronkospasme

Penyempitan saluran pernapasan Produksi sputum berlebih

Hambatan aliran Gangguan Resiko tinggi


pernapasan pertukaran gas infeksi

Distraksi ventilasi Jalan napas tidak


yang tidak rata dan efektif
sirkulasi paru
F. PATHWAY Penurunan sirkulasi Batuk
Gangguan difusi gas darah, dispnea,
di tingkat alveoli wheezing, anoreksia Gangguan pemenuhan
dan kelemahan istirahat tidur
sianosis

hipoksia
Perubahan nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan tubuh aktivitas
ansietas
Imunitas
menurun
Ketidaktahuan
tentang penyakit Resiko tinggi
infeksi
8

Sumber : Stein J.H., (1998); Carpenito, L.J. (1999); Doenges, M.E. (2000);
Smeltzer, Suzanne, C. (2001)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaan diagnostik
pada pasein asma bronchial yaitu :
1. Pemeriksaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofil yang
meningkat menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat >
250/mm3.
2. Pemeriksaan radiologi pada asma bronchial akan ditandai dengan adanya
hiperinflasi paru-paru diafragma mendatar (wijaya & putri, 2013)
3. Uji kulit dilakukan untuk menunjukan adanya antibody IgE hipersensitif
yang spesifik dalam tubuh.

H. PENATALAKSANAAN

9
Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial yaitu
1. Pengobatan Farmakologi
a. Agnosis beta: metaproterenol ( alupent, metrapel). Bentuknya aerosol,
bekerja sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalah 10 menit.
b. Metilxantin : aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan
beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan.
c. Kortikosteroid. Diberikan jika agonis beta dan metilxantin tidak
memberikan respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari. Pemberian
steroid dalam jangka yang lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin dan Iprutropioum bromide (atroven). Kromolin merupakan
obat pencegah asma khusunya untuk anak-anak.
e. Terapi nebulizer. Dosis obat untuk pemberian Nebulizer ditentukan
dengan cara Berat badan (BB) x 3600/ cc. Jenis obat yang dipakai yaitu
Pulmicord ( budesonide 100 μg, 200 μg, 400 μg/ dosis), Ventolin
( beclomethasone 50, 100, 200, 250, 400 μg / dosis, NaCl 2 ml,
Bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).

2. Non Farmakologi
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
dilakukan dengan melakukan terapi nebulizer dan batuk efektif
a. Batuk Effektif. Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan
benar, dimana pasien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah
lelah dan dapat mengeluarkan secret secara maksimal.. Tujuan
membantu membersihkan jalan nafas., Indikasi :Produksi sputum yang
berlebih , Pasien dengan batuk yang tidak efektif
b. Menerapkan posisi semi fowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi
paru. Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi
paru.

H. KOMPLIKASI
Status asmatikus merupakan asma yang lama dan hebat dan tidak
berespon terhadap terapi rutin. status asmatikus dapat menyebabkan gagal
napas dengan hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis. Intubasi endotrakea,

10
ventilasi mekanis, dan terapi obat agresif dapat diperlukan untuk
mempertahankan jiwa. Selain gagal nafas akut, komplikasi lain terkait status
asma, antara lain dehidrasi, infeksi pernafasan, atelektasis, pneumotoraks, dan
kor pulmonale (Priscilla, Karen, Gerene, 2016).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian dilakukan pada pasien asma bronkial menurut Wijaya
& Putri (2013) dan Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi :
a. Identitas klien meliputi nama, usia, jenis kelamin ras dll
b. Informasi dan diagnosa medik yang penting
c. Data riwayat kesehatan
d. Riwayat kesehatan dahulu : pernah menderita penyakit asma
sebelumnya, menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosi
pada ujung jari.
e. Riwayat kesehatan sekarang
1) Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,
pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas
2) Sesak setelah melakukan aktivitas / menhadapi suatu krisis
emosional
3) Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
4) Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
f. Riwayat kesehatan keluarga
1) Riwayat keluarga yang mengalami asma
11
2) Riwayat keluarga positif menderita penyakit alergi, seperti
rinitis alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain
g. Pemeriksaan fisik : tingkat distres yang tampak ,tanda-tanda vital,
kecepatan pernapasan dan ekskursi, suara napas di seluruh lapang
paru, nadi apikal.
h. Pemeriksaan diagnostik meliputi volume ekspirasi paksa, kecepatan
aliran ekspirasi puncak, gas darah.

i. pola gordon
1) Pola aktivitas dan latihan
Menggunakan tabel aktifitas meliputi makan, mandi
berpakaian, eliminasi,mobilisaasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
a) Airway
Batuk kering/tidak produktif, wheezing yang nyaring,
penggunaan otot–otot aksesoris pernapasan ( retraksi otot
interkosta)
b) Breathing
Perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi,
dypsnea,takypnea, taktil fremitus menurun pada palpasi, suara
tambahanronkhi, hiperresonan pada perkusi
c) Circulation
Hipotensi, diaforesis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan
tingkatkesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm
2) Pola istirahat tidur
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun tidur, kualitas dan
kuantitas jam tidur
3) Pola nutrisi – metabolic
a) Berapa kali makan sehari
b) Makanan kesukaan
c) Berat badan sebelum dan sesudah sakit
d) Frekuensi dan kuantitas minum sehari
4) Pola eliminasi
a) Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
b) Nyeri
c) Kuantitas

12
5) Pola kognitif perceptual
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
6) Pola konsep diri
a) Gambaran diri
b) Identitas diri
c) Peran diri
d) Ideal diri
e) Harga diri
f) Cara pemecahan dan penyelesaian masalah
7) Pola seksual – reproduksi
Adakah gangguan pada alat kelaminya.
8) Pola peran hubungan
a) Hubungan dengan anggota keluarga
b) Dukungan keluarga
c) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
9) Pola nilai dan kepercayaan
a) Persepsi keyakinan
b) Tindakan berdasarkan keyakinan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen
(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Ketidakefektif kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan


produksi mukus, kekentalan sekresi, dan bronkospasme.
a. Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif.
2) Mencari posisi yang nyaman untuk memudahkan peningkatan
pertukaran udara.
3) Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
b. Intervensi :
1) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol
batuk.
13
2) Pertahankan hidrasi adekuat : meningkatkan masukan cairan 2
sampai 4 liter per hari bila tidak dikontra indikasi penurunan curah
jantung/gagal ginjal.
3) Auskultasi paru-paru sebelum dan sesudah tindakan.
4) Dorong / berikan perawatan mulut.
c. Rasional :
1) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif, menimbulkan
frustasi.
2) Sekresi kental sulit untuk dikeluarkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.
3) Pengkajian ini membantu mengevaluasi keberhasilan tindakan
4) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah
bau mulut. (Carpenito, L.J., 1999 : 131, Doenges, 1999 :166)

2. Kerusakan pertukaran gas berhubungkan dengan gangguan suplai oksigen


(obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme broncus), kerusakan alveoli.

a. Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan adekuat
dengan AGD (Analisa Gas Darah) dalam rentang normal dan bebas
gejala distres pernafasan.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat
kemampuan atau situasi

b. Intervensi keperawatan :
1) Kaji frekwensi kedalaman pernafasan
2) Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi
yang mudah untuk bernafas.
3) Batasi aktivitas pasien atau dorong untuk istirahat tidur
4) Awasi tanda-tanda vital.

c. Rasional

14
1) Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum.
2) Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan
pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (rujuk pada DK :
bersihan jalan nafas tak efektif).
3) Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi
oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.
4) Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan metabolik dan
kebutuhan oksigen dan mengganggu oksigenasi seluler. (Doenges
E., 2000 : 168)

BAB III
TINJAUAN KASUS
RESUME ASUHAN KEPERAWATAN
15
PADA Ny. C DENGAN KEGAWATDARURATAN SISTEM
PERNAFASAN : ASMA BRONKHIALE DI RUANG IGD RSUD BATANG

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas klien
Namaklien : Ny. C
No register : 101191
Usia : 52 tahun
Tanggal masuk : 5 Februari 2020
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Asma Bronkhiale
Tanggal Pengkajian : 5 Februari 2020

b. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. R
Umur : 35 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Warungasem Batang
Hub dengan klien : Anak

2. TRIAGE :
Kuning : Karena pasien gawat dan tidak darurat
3. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan Utama
Pada saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan mengalami sesak
nafas sejak 3 hari yang lalu.
b. Mekanisme Cidera
Pasien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba pasien batuk-
batuk disertai dahak yang sulit keluar kemudian merasa sesak nafas
lalu pasien merasa lemas dan terjatuh di lantai kemudian anaknya
datang menolong dan membawanya ke rumah sakit.
c. Riwayat kesehatan masa lalu

16
Pasien mengatakan punya penyakit asma pada tahun 2018 dan pasien
tidak rutin memeriksakannya ke poliklinik, bila asmanya kambuh
pasien hanya membeli obat yang ada di warung.
d. Orientasi
Pada saat dilakukan pengkajian pasien dalam keadaan sadar penuh dan
mampu menjawab tempat, waktu dan orang dengan benar.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Paseien mengatakan,keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
seperti yang dialami pasien.
f. Riwayata alergi
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat,makanan,minuman namun
asma pasien kambuh bila terkana debu dan setiap melakukan aktivitas
berlebih.

4. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway (A)
Pada saat dilakukan pengkajian pada jalan napas terdapat akumulasi
secret berlebih pada jalan nafas pasien.
b. Breating (B)
Terdengar suara ronchi dan whezzing dikedua lapang paru pasien.
pasien terlihat sesak nafas, retraksi dada dangkal, terlihat otot bantu
pernafasan, nafas cepat, Rr : 26 x/menit dan pola nafas tidak teratur.
c. Circulation (C)
Akral dingin, klien terlihat pucat, capillary refil > 3 detik, TD : 130 /
90 mmHg, N : 109 x/m. S : 36,60C, tidak terdapat perdarahan.
d. Dissability (D)
Respon Alert, kesadaran composmentis, GCS: 15 ( E4-M6-V5), pupil
isokor, terdapat reflek cahaya pada mata ketika disinari, pasien tidak
mengeluh nyeri.
e. Exposure (E)
Deformitas : tidak ada kelainan terutama pada tulang
Contusio : tidak terdapat memar pada tubuh
Abrasi : tidak terdapat luka abrasi pada tubuh
Penetrasi : tidak ada prembesan pada tubuh
Laserasi : tidak terdapat luka laserasi pada bagian tubuh
17
Edema : tidak terdapat edema pada tubuh

5. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Riwayat penyakit saat ini
Pasien mengatakan habis bersih-bersih rumah, tiba tiba pasien merasa
sesak nafas lalu pasien merasa lemas dan terjatuh di lantai kemudian
anaknya datang menghampirinya untuk segera menolong dan
membawanya ke IGD RSUD Batang pada pukul 17.15 WIB.
b. Keadaan umum
Pasien tampak lemah
c. Kesadaran
Composmentis , GCS : 15 ( E:4 V:5 M:6 )
d. Tanda –tanda Vital
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Pernafasan : 26 X/menit
- Nadi : 109 X/menit
- Suhu : 36,6°C
- SpO2 : 89%
e. Berat Badan
- BB : 56 Kg
- TB : 160 cm
f. Makan dan minum terakhir
Pasien mengatakan terakhir makan siang pada jam 13.00 dengan menu
nasi putih, sayur dan lauk serta minum dengan teh hangat.
g. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √

Saat sakit
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
18
Ambulansi √
Naik tangga √

Keterangan :
0 : Mandiri
1: Dibantu sebagian
2: Dibantu orang lain
3: Dibantu orang dan alat
4: Ketergantungan/ tidak mampu

h. Pemeriksaan fisik
Kepala
Inspeksi : Bentuk mesochepal, penyebaran rambut merata, rambut
sedikit kotor, rambut berwarna hitam dan beruban, tidak
ada hematom maupun lesi dikepala.
Palpasi : Tidak ada hematom maupun lesi, tidak ada nyeri tekan pada
kepala.
i. Mata
Inspeksi : Mata simetris, reflek pupil normal, pupil isokor, sklera
tidak ikterik, konjungtiva unanemis.
Palpasi : Sklera non ikterik, konjungtiva unanemis.
j. Hidung
Inspeksi : lubang hidung simetris, dan sedikit ada secret, terdapat
sinusitis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung.

k. Telinga
Inspeksi : Tidak ada kemerahan, telinga simetris, lubang telinga
cukup bersih tidak ada serumen.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada daun telinga maupun tulang
mastoid.
l. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Bibir pucat, mukosa lembab, tidak ada stomatitis, ada
karies gigi, tidak ada gusi bengkak, tidak terlihat
pembengkakan tonsil.
m. Leher

19
Inspeksi : Terlihat otot bantu pernafasan, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid dan tonsil.
Palpasi : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid dan tonsil,
n. Dada/ paru
a. Paru
Inspeksi : Bentuk simetris, Gerakan dada Simetris
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : terdengar whezzing dan ronki.
b. Jantung
Inspeksi : Terlihat ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Palpasi : Teraba ictus cordis di ICS ke 5 digaris midclavicula
sinistra.
Perkusi : Suara perkusi dullnes

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, suara lup-dup


o. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen, umbilkal tidak menonjol,
tidak ada kolostomi.
Auskultasi : terdengar peristaltik dengan frekuensi 12 x/menit
‘Palpasi : Tidak ada nyeri tekan epigastrik dan titik Mc Burney
point,tidak terdapat massa, tidak ada pembesaran hepar,
lien dan limfe
Perkusi: suara perkusi thympani
p. Genital
Pasien berjenis kelamin perempuan, genital bersih tidak ada cairan
abnormal dan tidak terpasang kateter.
q. Ekstremitas
Atas : Ekstermitas atas normal tidak terdapat edema, kekuatan
otot 5 pada kedua tangan.
Bawah : Ekstermitas bawah normal tidak terdapat edema,
kekuatan otot 5 pada kedua kaki, akral dingin.
r. Kulit
Inspeksi : Warna kulit sawo matang, turgor baik, tidak terdapat luka
dikubitus.
Palpasi : Akral dingin, tidak ada lesi dikulit.
16. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Flag Hasil Satuan Nilai Rujukan


20
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12,7 gr/Dl 11,5 – 16,5
Hematokrit 36,4 % 35 - 49
Leukosit 7,79 10ᵔ3/uL 4,0 – 10,0
Trombosit 269 10ᵔ3/uL 150 - 450
Eritrosit 4,72 10ᵔ3/uL 4,4– 6,0
Index Eritrosit :
MCV L 77,1 fl 79 – 99
MCH L 26,9 pg 27 – 31
MCHC 34,9 g/dL 33 – 37
RDW-CV 12,4 % 11,5 – 14,5
RDW- SD 40,2 fL 35 – 47
MPV 9,0 fL 7,9 – 11,1
PDW 12 fL 9 – 13
P- LCR 0,2 % 0,108 - 0, 282
Hitung jenis (Diff)
Eosinofil 2,8 % 0–3
Basofil 0,3 % 0-1
Neutrofil 69 % 50 - 70
Limfosit L 18,3 % 20 – 40
Monosit 4,8 % 2–8
Darah sewaktu H 131 mg/dL 70-140
Blood gas analysis
pO2 L 70 mmHg 75-100
pCO2 H 50 mmHg 38-42

17. Therapy
21
Pulmicort 1 x 1mg
Fentoline 1 x 2.5 mg
Ambroxol 3 x 1 tablet
Salbutamol 2 x 2 mg
O2 melalui nasal kanul 3 liter/menit
ANALISA DATA

Hari/ No Data focus Problem Etiologi


Tgl/Jam

Rabu, 1 DS : klien mengeluh sesak Ketidak Penumpukan


5/2/2020
nafas , batuk efektifan secret berlebih
Jam
berdahak sulit bersihan jalan
17.20
WIB dikeluarkan nafas
DO :
 Klien batuk disertai
secret berlebih
 Terdengar ronchi
dan whezzing
dilapang paru
kanan dan kiri.
 Klien terlihat sesak
nafas, retraksi dada
dangkal, terlihat
otot bantu
pernafasan
 RR : 26 ×/menit
 SpO2 : 89 %

22
DS : Klien mengatakan Gangguan Suplai oksigen
sesak nafas, pertukaran berkurang
badannya lemas gas
DO :
2  Klien tampak lemas
 Terdengar ronchi dan
whezzing
 Terdapat otot bantu
pernafasan
 Tekanan darah : 130/90
mmHg
 Pernafasan : 26×/menit
 Nadi : 109 ×/menit
 Suhu : 36,6°C
 SpO2 : 89 %
 pO2 : 70 mmHg
 pCO2: 50 mmHg
DS : Intoleransi ketidakseimban
 Klien mengatkan aktivitas gan antara
badannya lemas suplai oksigen
DO :
 Klien tampak terbaring dengan
3
lemah kebutuhan
 Aktivitas klien tampak
dibantu keluarga dan
perawat
 Pernafasan : 26 x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret berlebih
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan suplai oksigen
berkurang
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

23
Hari /
No Tujuan dan Intervensi
Tgl / Rasional
Dx Kriteria Keperawatan
Jam
Rabu , 1 Setelah dilakukan 1. Monitoring mengetahui
5 tindakan pernafasan gangguan nafas
Februari keperawatan pasien yang terjadi dan
2020 selama 2 x 24 jam, (frekuensi, menentukan
Jam bersihan jalan kedalaman, intervensi
17.25 nafas kembali bunyi nafas) selanjutnya.
2. Posisikan
WIB normal dengan memudahkan
semi fowler
kriteria hasil ekspansi dada
3. Berikan O2
menunjukan jalan dalam bernafas.
nasal/
nafas yang paten. Untuk
masker
4. Ajarkan memberikan
klien untuk bantuan nafas
batuk efektif dan
5. Kolaborasi
mempertahankan
dengan dokter
kadar O2 dalam
dalam
tubuh.
pemberian
Tehnik untuk
bronkhodilator
mengeluarkan
sekret secara
mandiri.
Untuk
mengencerkan
mukus dan
mendilatasikan
saluran nafas.

24
2 Setelah dilakukan 1. Monitoring Untuk
tindakan pernafasan mengetahui
keperawatan klien gangguan nafas
selama 2 x 24 jam (frekuensi, yang terjadi dan
pertukaran gas kedalaman, menentukan
membaik dengan bunyi nafas) intervensi
2. Posisikan
kriteria hasil TTV selanjutnya.
semi fowler
dalam rentang Untuk
3. Monitor
Normal. memudahkan
respirasi dan
Mendemostrasikan ekspansi dada
status O2
peningkatan 4. Ajarkan dalam bernafas.
ventilasi dan klien untuk Untuk
oksigen yang batuk efektif memberikan
5. Kolaborasi
adekuat bantuan nafas
dengan
dan
dokter dalam
mempertahankan
pemberian
kadar O2 dalam
bronkhodilat
tubuh.
or
Tehnik untuk
mengeluarkan
sekret secara
mandiri.
Untuk
mengencerkan
mukus dan
mendilatasikan
saluran nafas.
3 Setelah dilakukan 1. Monitor vital Untuk
tindakan sign mengetahui
2. Kaji tingkat
keperawatan keadaan umum
kemampuan
selama 2 x 24 jam pasien
aktivitas
25
diharapkan klien pasien Untuk
3. Batasi
mampu mengetahui
aktivitas yang
melakukan tingkat
berlebihan
aktivitas dengan kemampuan
4. Bantu pasien
kriteria hasil aktivitas pasien
dalam
Pasien dapat Untuk
melakukan
berpartisipasi mengurangi
aktivitas
dalam aktivitas resiko gangguan
sesuai
fisik tanpa disertai pola nafas
kemampuan
peningkatan Untuk membantu
pasien
tekanan darah, meringankan
nadi, pernafasan aktivitas pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon klien Paraf


Jam Dx Keperawatan

Rabu, 1,2,3 Memonitor Ds : Pasien mengatakan


5 Februari
tanda-tanda vitl bersedia dilakukan
2020
pemeriksaan tekanan
Jam 17.30
Reza
WIB darah
Do :
TD : 130/90 mmHg
N : 109×/ menit
1,2
17.40 WIB Memonitoring RR : 26×/ menit
Reza
S: 36,6ᵒC
pernafasan klien
Ds : pasien mengeluh sesak
nafas.
DO : Klien terlihat sesak
nafas, retraksi dada
dangkal, terlihat otot
bantu pernafasan,Saat
klien batuk, terdengar

26
ada dahak di
tenggorokan klien,
terdengar suara whezzing
dikedua lapang paru
klien.

17.50 WIB 1,2 Memposisikan DS : klien mengatakan masih Risqi


klien semi sesak.
DO : klien terlihat masih
fowler
sesak, klien tidur dalam
posis semifowler.

17.52 WIB 1,2 Memberikan O2 DS : klien mengeluh masih Risqi


lewat nasal sesak nafas.
DO: klien masih terlihat sesak
kanul 3 lpm
nafas.

18.00 WIB 1,2 Melakukan DS : klien mengatakan Reza


Kolaborasi dg nyaman.
DO : klien menghirup asap
dokter untuk
yuang keluar dari
pemberian
nebulezer.
pulmicort dan
ventolin lewat
mesin nebulezer

10.25 WIB 1,2 Mengajarkan DS : klien mengatakan mau Reza


klien batuk mencobanya.
DO : klien bisa melakuakn
efektif.
batuk efektif,
dahak/sekret keluar
setelah melakukan batuk
efektif.

18.30 WIB 1,2 Mengkaji ulang DS : klien mengatakan Rizqi


keadaan umum badannya masih lemas
Do : klien tampak lemas, dan
klien

27
gelisah
SpO2 : 95 %, Rr : 24 x/m,
TD : 132/85 mmHg,
N: 99×/menit
18.40 WIB 1,2 Melakukan DS : klien mengatakan
kolaborasi bersedia untuk dilakukan
Reza &
dengan petugas pemeriksaan
petugas
DO :
laboratorium
lab
dalam pO2 :72 mmHg
pemeriksaan pCO2 : 48 mmHg
BGA

19.00 WIB 3 mengkaji Ds : Pasien mengatakan belum Beny


tingkat bisa beraktivitas dengan
kemampuan mandiri
Do : Pasien dibantu oleh
aktivitas pasien
anaknya saat makan
dan ke toilet.

19.20 WIB 3 Membatasi Ds : Pasien mengatakan Beny


aktivitas yang bersedia mengikuti
berlebihan anjuran untuk membatasi
aktivitasnya.
Do : Pasien kooperatif

19.35 WIB 3 membantu Ds: pasien mengatakan Widya


pasien dalam bersedia dibantu dalam
melakukan beraktivitas.
Do : pasien tampak dibantu
aktivitas sesuai
dalam melakukan
kemampuan
aktivitasnya seperti
pasien
makan, minum dan
toileting.

28
E. EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/tanggal No Evaluasi Paraf


Dx
Rabu, 1 S : Pasien mengatakan masih sesak nafas .
5 Februari O : Masih terdengar suara nafas ronchi dan
2020 wheezing, dahak keluar sedikit, batuk sudah
20.30 WIB berkurang.
SpO2 : 95 %
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk teratur minum Beny
obat
2. Anjurkan pasien untuk menghindari
faktor kekambuhan (debu dan aktivitas
berlebih)
3. Anjurkan pasien untuka minum air
hangat
4. Anjurkan pasien melakukan batuk
efektif kembali jika terdapat dahak.

29
20.45 WIB 2 S : Pasien mengatakan rasa sesaknya sudah
sedikit berkurang.
O:
 Pasien tampak lebih rileks
 retraksi dada simetris, dalam dan
reguler, ekpansi dada optimal, nafas
pasien dangkal. Masih terdapat otot
bantu nafas. Rr : 24 x/menit. Beny
SpO2 : 95 %
pO2 :72 mmHg
pCO2 : 48 mmHg
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Anjurkan klien untuk teratur minum
obat
2. Pemberian O2 melalui nasal kanul 3 liter
per menit
3. Anjurkan klien menghindari faktor
kekambuhan
21.00 WIB 4. Anjurkan klien untuka istirahat yang
cukup

30
3 S : Pasien mengatakan rasa lemasnya sudah
sedikit berkurang dari sebelumnya.
O : Pasien terlihat lemas dan belum bisa
beraktivitas secara mandiri sepenuhnya.
A : Masalah belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi Widya
1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
pasien
2. Anjurkan keluarga pasien untuk
membantu aktivitas pasien
3. Batasi aktivitas berlebih yang membuat
kekambuhan sesak nafas

31
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016). Nursing


intervention classification (NIC). United States of America: Elsevier
Mosby.
Djojodibroto, R.D. (2017). Respirologi (Respiratory Medicine) Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Doenges, M. E., Moorhouse, F., Murr, A. C. Dkk. 2015. Manual diagnosis
keperawatan : rencana, intervensi & dokumentasi asuhan keperawatan .
editor edisi bahasa indonesia, Karyuni, P. E. dkk edisi 3. Jakarta : EGC.
Herdman & Kamitsuru. (2015). Diagnosis keperawatan : definisi keperawatan &
klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.
Moorhead, S.,Johnson, M., & Mass, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing
outcomes classification (NOC). United States of America: Elsevier Mosby.
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Priscilla, L., Karen, M. B., Gerene, B. (2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC.
Putri, H. & Soemarno, S. (2013). Perbedaan Postural Drainage Dan Latihan Batuk
Efektif Pada Intervensi Nabulizer Terhadap Penurunan Frekuensi Batuk
Pada Asma Bronchiale Anak Usia 3-5 Tahun. Jurnal Fisioterapi Volume 13
Nomor 1, (online), (http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-
3896-soemarno.pdf , diakses tanggal 29 Januari 2018).
Wijaya, A. S., & Putri, Y. S. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

32
33

Anda mungkin juga menyukai