Anda di halaman 1dari 31

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma Bronkial merupakan kelainan yang berupa inflamasi kronik saluran pernafasan

yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai

dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat didada

(Depkes RI, 2009). Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang

luas, bervariasi, dan sering kali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.

Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data

dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang

menderita asma pada tahun 2025 diperkirakan jumlah asma mencapai 400 juta.

Sedangkan untuk nasional prevalensi penyakit asma berdasarkan data dari riset kesehatan

dasar (RISKESDAS) (2013) bahwa pasien rawat inap berdasarkan umur tertinggi pada

umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,66% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar

0,10%. Sedangkan prevalensi asma pasien rawat jalan berdasarkan umur tertinggi pada

umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar

0,13% (Kementrian Kesehatan, 2018).

Faktor yang mempengaruhi prevalensi terjadinya penyakit asma antara lain usia,

jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat

mempengaruhi terjadinya serangan asma, dearajat asma, dan juga kematian.

Serangan asma biasanya ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi),

rubor (kemerahan karena vasodilatasi), tumor (eksudasi palsma dan edema), dolor (rasa

sakit karena ransang sensoris), dan finctio laesa (fungsi terganggu). Gejala-gejala tersebut

dapat diteemukan pada penderita asma tanpa membedakan penyebabnya baik yang
2

alergik maupun non alergik. Baik asma yang alergik maupun yang non alergik dapat

ditemukan adanya inflamasi dan hipersensitivitas (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Setiati,

2009).

Pada pasien asma perlu dilakukannya pemeriksaan faal paru untuk diagnosis, menilai

berat asma dan respons pengobatan. Pemeriksaan faal paru merupakan parameter objektif

yang dilakukan secara ebrkala dan teratur pada pasien asma. Salah satu parameter yang

dapat digunakan adalah spirometri (Azilla & Munir, 2016)Tujuan dari penatalaksaan

asma adalah untuk meningkatkan dan memmpertahankan kualitas hidup agar pasien asma

dapat hidup normal tanpa adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengidentifikasi rencana asuhan keperawatan yang tepat pada penderita asma

bronkial.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanan,

pemeriksaan fisik dan diagnostik, dan rencana asuhan keperawatan pada penderita

asma bronkial.

b. Mengetahui kaluhan utama dan riwayat kesehatan pada penderita asma bronkial.

c. Mengetahui rencana asuhan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita

asma bronkial.

C. Manfaan Penulisan

1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan


3

Penulisan ini bermanfaat bagi perawat mengenai bagaimana rencana asuhan

keperawatan pada penderita asma bronkhial. Penulisan ini juga diharapkan dapat

menjadi informasi tambahan mengenai bagaimana rencana asuhan keperawatan pada

penderita asma bronkial.

2. Bagi penulis lain

Bagi penulis selanjutnya, hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan data dan

informasi dasar untuk melakukan rencana asuhan keperawatan pada penderita asma

bronkial.

BAB II
4

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Asma Bronchial

1. Pengertian

Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat penyempitan

saluran nafas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya)

yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval asimtomatik

(Djojodbroto, 2017).

Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, karena adanya

penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible, peradangan pada jalan

nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan

hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa disebabkan oleh spasme/

kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus

meningkat (Putri & Sumarno, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan asma brochial adalah

penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran nafas

yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi

dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing).

2. Etiologi
5

Faktor penyebab asma brochial menurut Wijaya & Pitri (2013) adalah sebagai

berikut:

a. Alergen

Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukam jumlah allergen yang sedikit

untuk menimbulkan serangan asma.

b. Inspeksi saluran pernafasan

Infeksi saluran pernafasan biasanya disebabkan oleh virus respiratory synchyhal

virus (RSV) dan virus influenza.

c. Iritasi

Iritasi dapat disebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari

cat dan polutan udara, air dingin dan udara dingin.

d. Psikologis

Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh sehingga mudah

terjadi inflamasi pada bronkus yang akan menimbulkan asma bronkial.

3. Klasifikasi asma bronchial

Menurut Djojodibroto (2017) ada 2 penggolongan besar asma brochial yaitu:

a. Asma brochial yang berkairab dengan penderita yang mempunyai riwayat pribadi

atau riwayat keluarga dengan kelainann atopik. Dapat disebut asma ekstrinsik

(asma alergik) yaitu asma yang mulai terjadi saat kanak-kanak. Kadar IgE serum

meningkat, mekanisme terjadi berkaitan dengan system imun.

b. Asma brochial pada penderita yang tidak ada kaitanya dengan diatesis atopik. Asma

ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma idiosintrik yaitu asma yang terjadi

saat dewasa, kadar IgE normal dan bersifat Non-imun.

4. Manisfestasi klinis
6

a. Sesak nafas, batuk dan wheezing

b. Rasa berat didada

c. Produksi sputum

d. Penurunan aktivitas

e. Retraksi otot bantu pernafasan

f. Takikardi

g. Pada sama alergik dapat disertai pilek atau bersin.

5. Patofisiologi

a. Asma brochial atopic

Asma timbul karena seseorang yang atopic (alergi) akibat pemaparan allergen.

Allergen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya akan

merangsang pembentukan IgE. IgE akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam

jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi.

Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi

perubahan dala sel yang menurunkan kadar cAMP. kadar cAMP yang menurun itu

akan menimbulkan degranulasi sel berupa histamin dan kinin. Akibat dari

bronkospasme akan terjadi penyempitan bronkus dan percabangannya sehingga

akan menimbulkan rasa sesak, nafas berbunyi (wheezing) dan batuk yang profuktif.

Tanda dan gejala tersebut merupakan tanda dari asma bronkiale. (Muttaqin, 2008).

b. Asma brochial intrisik

Asma non alergik (asma instrik) terjadi bukan karena pemaparan allergen

tetapi terjadi akibat factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah raga atau

kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress psikologi. Serangan

asma terjadi akibat gangguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu
7

blockade adrenergic beta dan hiperreaktivitas adrenergic alfa. Pada sebagian

penderita asma aktivitas adrenergic alfa diduga meningkat yang mengakibatkan

bronkokonstriksi sehingga menimbulkan sesak nafas.

6. Pathway
8

7. Pemerikasaan diagnostik
9

Menurut Mubarak, Chayatin, dan Susanto (2015) pemeriksaan diagnostic pada

pasien asma bronchial yaitu:

a. Pemeriksaaan laboratorium dapat dilihat leukosit dengan netrofik yang meningkat

menunjukkan adanya infeksi, eosinofil darah meningkat > 250/mm3.

b. Pemeriksaan radiologi pada asma brochial akan ditandai dengan adanya hiperinflasi

paru-paru diafragma mendatar.

c. Uji kulit dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang

spesifik dalam tubuh.

8. Penatalaksanaan

Menurut (Muttaqin, 2008) penatalaksanaan pada pasien asma bronchial

yaitu:

a. Pengobatan farmakologi

1. Agnosis beta: metaproterenol (alupent, metrapelO. Bentuknya aerosol bekerja

sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan

pertama dan kedua adalah 10 menit.

2. Metilxantin: aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis

tidak memberikan hasil yang memuaskan.

3. Kortikosteroid: diberikan jika agnosis beta dan metilxantin tidak memberikan

respon yang baik. Dosis 4 x semprot tiap hari.

4. Kromolin dan ipratropium bromide. Kromolin merupakan obat pencegahan

asma khusus anak-anak.

5. Terapi nebulizer. Dosis ditentukan dengan cara BB X 3600/ CC. jenis obat yang

dipakai yaitu Pulmicord, Ventolin, bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).

b. Non faarmakologi
10

Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat

dilakukkan dengan melakukkan terapi nebulizer dan batuk efektif.

1. Batuk efektif, merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan secret

secara maksimal. Tujuannya untuk membersihkan jalan nafas. Indikasinya

pasien dengan sputum yang berlebih dan batuk yang tidak efektif.

2. Menerapkan posisi semifowler untuk memfasilitasi nafas dan ekspansi paru.

Posisi ini mengurangi kerja napas dan meningkatkan ekspansi paru.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian dilakukan pada pasien sma bronkial menurut Wijaya & Putri (2013) dan

Priscilla, Karen, Gerene (2016) meliputi:

a. Identitas klien

b. Riwayat kesehatan dahulu

c. Riwayat kesehatan sekarang

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Pemeriksaan fisik: tingkat distress yang tampak, TTV, suara napas , kecepatan

pernafasan dan ekskursi.

f. Pemeriksaan diagnostic: volume ekspirasi paksa, kecepatan aliran ekspirasi puncak,

gas darah.

g. Pola Gordon:
11

1) Pola aktivitas dan latihan

Aktifitas yang dinilai meliputi makan, mandi, berpakaian, eliminasi, mobilisasi

ditempat tidur, berpindah, ambulansi, naik tangga.

Airway: batuk kering/ tidak produktif, wheezing yang nyaring, penggunaan

otot-otot aksesoris pernafasan (retraksi otot interkosta)

Breathing: perpanjangan ekspirasi dan perpendekan periode inspirasi, dispnea,

takipnea, taktil fremitus menurun saat palpasi, suara tambahan ronchi,

hipersonon pada perkusi.

Circulation: hipotensi, diaphoresis, sianosis, gelisah, fatique, perubahan tingkat

kesadaran, pulsus paradoxus > 10 mm.

2) Pola istirahat tidur

Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun, kualitas dan kuantitas jam tidur.

3) Pola nutrisi-metabolic

Berapa kali makan sehari, makanan kesukaan, berat badan, mual muntah,

frekuensi minum.

4) Pola eliminasi

Frekuensi dan kuantitas BAK & BAB sehari, nyeri, perdarahan.

5) Pola konsep diri

Gambaran diri

Identitas diri

Peranan diri

Ideal diri

Harga diri

Cara pemecahan dan penyelesaian masalah

6) Pola peran hubungan


12

Hubungan dengan anggota keluarga

Dukungan keluarga

Hubungan dengan tetangga dan masyarakat

7) Pola nilai dan kepercayaan

Persepsi keyakinan

Tindakan berdasarkan keyakinan

2. Diagnosis

1) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

(bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

(bronkospasme).

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen

(bronkuspasme).

4) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas.

3. Intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteri
No Intervensi Rasional
Keperawatan a Hasil

1 Tidak Pencapaian Mandiri 1. Beberapa derajat

efektifnya bersihan jalan


1. Auskultasi spasme bronkus

bersihan napas dengan bunyi nafas, catat terjadi dengan

jalan nafas kriteria hasil adanya bunyi obstruksi jalan nafas

berhubungan sebagai berikut: nafas, ex: mengi dan dapat/tidak

dengan dimanifestasikan
13

gangguan 1. Mempertahan
2. Kaji/pantau adanya nafas

suplai kan jalan napas frekuensi advertisius.

oksigen paten dengan pernafasan, catat


2. Tachipnea

(bronkospas bunyi napas rasio biasanya ada pada

me), bersih atau jelas. inspirasi/ekspirasi beberapa derajat dan

penumpukan2. Menunjukan . dapat ditemukan

sekret, sekret perilaku untuk


3. Catat adanya pada penerimaan

kental memperbaiki derajat dispnea, atau selama

bersihan jalan ansietas, distress stress/adanya proses

nafas misalnya pernafasan, infeksi akut.

batuk efektif penggunaan obat


3. Disfungsi

dan bantu. pernafasan adalah

mengeluarkan 4. Tempatkan variable yang

sekret. posisi yang tergantung pada

nyaman pada tahap proses akut

pasien, contoh: yang menimbulkan

meninggikan perawatan di rumah

kepala tempat sakit.

tidur, duduk pada


4. Peninggian kepala

sandara tempat tempat tidur

tidur. memudahkan fungsi

5. Pertahankan pernafasan dengan

polusi lingkungan menggunakan

gravitasi.
14

minimum, contoh:
5. Pencetus tipe

debu, asap dll. alergi pernafasan

6. Tingkatkan dapat mentriger

masukan cairan episode akut.

sampai dengan
6. Hidrasi membantu

3000 ml/ hari menurunkan

sesuai toleransi kekentalan sekret,

jantung penggunaan cairan

memberikan air hangat dapat

hangat. menurunkan

Kolaborasi kekentalan sekret,

7. Berikan obat penggunaan cairan

sesuai indikasi hangat dapat

bronkodilator. menurunkan spasme

bronkus.

7. Merelaksasikan

otot halus dan

menurunkan spasme

jalan nafas, mengi,

dan produksi

mukosa.

2 Pola nafas Perbaikan pola Mandiri 1. Membantu pasien

tidak efektif nafas dengan memperpanjang


15

berhubungan kriteria hasil


1. Ajarkan pasien waktu ekspirasi

dengan sebagai berikut: pernapasan sehingga pasien

gangguan 1. Mempertahan dalam. akan bernapas lebih

suplai kan ventilasi


2. Tinggikan efektif dan efisien.

oksigen adekuat dengan kepala dan bantu


2. Duduk tinggi

(bronkospas menunjukan mengubah posisi. memungkinkan

me) RR:16-20 Berikan posisi ekspansi paru dan

x/menit dan semi fowler. memudahkan

irama napas Kolaborasi pernapasan.

teratur. 3. Berikan oksigen


3. Memaksimalkan

2. Tidak tambahan. bernapas dan

mengalami menurunkan kerja

sianosis atau napas.

tanda hipoksia

lain.

3. Pasien dapat

melakukan

pernafasan

dalam.

3 Gangguan Perbaikan Mandiri 1. Sianosis mungkin

pertukaran pertukaran gas


1. Kaji/awasi perifer atau sentral

gas dengan kriteria secara rutin kulit keabu-abuan dan

berhubungan hasil sebagai dan membrane sianosis sentral

dengan berikut: mukosa. mengindikasikan


16

gangguan 1. Perbaikan
2. Palpasi fremitus. beratnya

suplai ventilasi. 3. Awasi tanda- hipoksemia.

oksigen 2. Perbaikan tanda vital dan


2. Penurunan getaran

(bronkuspas oksigen jaringan irama jantung. vibrasi diduga

me) adekuat. Kolaborasi adanya pengumplan

4. Berikan oksigen cairan/udara.

tambahan sesuai
3. Tachicardi,

dengan indikasi disritmia, dan

hasil AGDA dan perubahan tekanan

toleransi pasien. darah dapat

menunjukan efek

hipoksemia sistemik

pada fungsi jantung.

4. Dapat

memperbaiki atau

mencegah

memburuknya

hipoksia.

4 Risiko tinggi Tidak terjadinya Mandiri 1. Demam dapat

terhadap infeksi dengan


1. Awasi suhu. terjadi karena

infeksi kriteria hasil


2. Diskusikan infeksi dan atau

berhubungan sebagai berikut: adekuat dehidrasi.

1.
dengan tidak Mengidentifik kebutuhan nutrisi.2. Malnutrisi dapat

asikan Kolaborasi mempengaruhi


17

adekuat intervensi untuk


3. Dapatkan kesehatan umum

imunitas mencegah atau specimen sputum dan menurunkan

menurunkan dengan batuk atau tahanan terhadap

resiko infeksi. pengisapan untuk infeksi.

2. Perubahan pewarnaan gram,


3. Untuk

pola hidup kultur/sensitifitas. mengidentifikasi

untuk organisme penyabab

meningkatkan dan kerentanan

lingkungan terhadap berbagai

yang nyaman. anti microbial.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

I. Gambaran Kasus
18

Seorang perempuan berinisial Ny. M berusia 80 tahun masuk ke ruang paru


terpadu RSUD AA pada tanggal 08 september 2019. Ny. M didiagnosa mengalami
asthma, berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa pasien mengeluh sesak lebih
kurang 1 bulan dengan frekwensi yang tidak tetap atau hilang timbul, sesak diikuti
dengan batuk berdahak dan nyeri dada serta penurunan nafsu makan dan berat
badan dalam 1 bulan terakhir.
Hasil pemeriksaan didapatkan wheezing pada dada kiri dan kanan,
pernapasan dangkal, TD 110/70, Suhu 36,7, RR 28x/menit, HR 72x/menit, pasien
menggunakan alat bantu terapi oksigen 3L/menit untuk mekompensasi pernapasan.

II. Hasil Pengkajian, pemeriksaan fisik, hasil Laboratorium dan diagnostik

A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Ny. M
TTL : Anak talang, 07 januari 1939/80 tahun
Gol Darah :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Stat perkawinan: janda
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : Rengat, batang cinaku inhil.
Diagnosa : Asthma

B. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak napas yang hilang timbul, pasien
mengatakan sesak dipengaruhi cuaca, sesak tidak di pengaruhi
aktifitas, batuk berdahak, nyeri dada dan penurunan nafsu
makan.
b. Faktor pencetus:
19

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit asthma


sebelumnya.
c. Lamanya keluhan:
Pasien mengatakan lebih kurang 1 bulan.
d. Faktor yang memperberat:
Pasien mengatakan dipengaruhi cuaca dan kondisi udara yang
tidak baik.

2. Status kesehatan masa lalu


a. Penyakit yang pernah dialami:
Pasien mengatakan mengalami astshma
b. Kecelakaan:
Tidak ada kecelakaan
3. Pernah dirawat
a. Penyakit: asthma
b. Waktu: tahun 2018
c. Riwayat operasi:
Tidak ada riwayat operasi

C. PENGKAJIAN POLA FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK


1. PERSEPSI DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Persepsi tentang kesehatan diri:
Pasien mengatakan keehatan diri merupakan akibat dari apa
yang dilakukan kebiasaan sehari hari.
b. Pengetahuan dan perepsi pasien tentang penyakit dan
perawatannya:
Pasien tidak tahu dari mana datang penyakitnya, tapi ia
mengetahui apa yang dapat membuat kambuh penyakitnya.
c. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan kesehatan:
-pasien memakan diit yang sehat, selalu berusaha mencukupkan
waktu istirahat.
-pasien selalu berobat ke klinik kesehatan jika sakit dan benar-
benar merasa sakit
20

-pasien mengatakan suka meminum jamu untuk menjaga


kesehatan
d. Faktor ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan:
Penghasilan : tidak terkaji
Jaminan Kesehatan : BPJS
2. NUTRISI, CAIRAN & METABOLIK
a. Gejala
1. Diit makanan biasa 3 kali sehari
2. Makan terakhir pagi hari
3. Selera makan menurun, tidak terdapat mual muntah
4. Tidak ada nyeri ulu hati & alergi makanan
5. Tiadak ada masalah mengunyah/menelan
6. Pola minum air putih lebih kurang 2 L perhari
7. Penurunan berat badan lebih kurang 2 kg dalam 1 bulan.
b. Tanda
1. Suhu: 36,7 tidak ada diaphoresis
2. Berat badan: 41 kg, tinggi badan 154 cm, turgor kulit baik,
tonus otot 4/4 atas 4/4 bawah.
3. Tidak terdapat edema atau asites
4. Integritass kulit baik, lingkar perut 68cm
5. Tidak terdapat distensi vena jugularis
6. Tidak terdapat hernia
7. Terdapat bau mulut
8. Kondisi mulut bersih tidak ada stomatitis, mukosa lembab
3. PERNAPASAN, AKTIVITAS DAN LATIHAN PERNAPASAN
a. Gejala
1. Memiliki keluhan sesak
2. Paparan asap mempengaruhi pernapasan pasien
3. Penggunaan oksigen nasal kanul 3 L/menit
b. Tanda
1. Frekwensi napas: 28x/menit, dinding daa simetris
2. Penggunaan oksigen nasal kanul
3. Batuk berdahak dengan sputum berwarna putih kekuningan
21

4. Bunyi nafas bronkial, terdapat wheezing dikiri dan kanan


5. Pernapasan dangkal.
4. AKTIFITAS DAN LATIHAN
a. Gejala
1. Pergerakan tidak mandiri dan butuh bantuan
2. Mandi makan dan beroakaan membutuhkan bantuan
3. Toileting membutuhan bantuan
4. Tidak ada keluhan sesak setelah beraktifitas
b. Tanda
1. Penampilan umum tampak lemah dan selalu dibantu
keluarga
2. Massa/ tonus otot skor 4 untuk ekstremitas atas dan bawah.
3. Postur bungkuk.
4. Rentang gerak dalam batas normal
5. Tidak ada deformitas
5. ISTIRAHAT
a. Gejala
1. Kebiasaan tidur kurang baik, sering sesak dimalam hari.
2. Waktu tidur lebih kurang 4 jam sehari
b. Tanda
1. Pasien tampak mengantuk dan mata sayu
2. Mata merah, dan kurang konsentrasi
6. SIRKULASI
a. Gejala
1. Tidak ada riwayat hipertensi atau masalah jantung
b. tanda
1. TD : 100/70 mmHg
2. 56.67
3. Pulsasi nadi + teraba
4. Tidak ada bunyi jantung abnormal
5. Tidak ada homan sign’s
6. Tidak ada varises
22

7. Membran mukosa tidak pucat, konjungtiva tidak anemis,


punggung kuku tidak kebiruan.
7. ELIMINASI
a. Gejala
1. Pola BAB 2 kali sehari
2. Tidak ada konstipasi atau gangguan BAB lainnya
b. Tanda
1. Tidak ada pembuncitan, bising usus + , tidak ada buny I
abmormal
2. Nyeri tekan tidak ada, tidak ada bunyi perkusi abnormal
3. Warna BAB kuning terang, konsistensi lunak kadang encer
4. Urin bewarna kuning seperti minyak, 300cc
8. NEUROSENSORI DAN KOGNITIF
a. Gejala
1. Tidak ada nyeri
2. Ada rasa pusing
3. Merasa kelelahan pada ekstermitas’
4. Penglihatan agak kabur
5. Tidak ada penurunan pendengaran
b. Tanda
1. Kesadaran composmentis
2. Gcs E4 V6 M5
3. Terorientasi waktu tempat dan orang
4. Reaksi pupil terhadap cahaya + kanan dan kiri

Hasil pemeriksaan Laboratorium

No Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


1 Hematologi
Hemoglobin 12.6 g/dL 12.0-16.0
Leukosit 11.33 (tinggi) 10^3 /𝜇L 4.80-10.80
Trombosit 251 10^3 /𝜇L 150-450
Eritrosit 4.64 10^6 /𝜇L 4.20-5.40
Hematokrit 40.3 % 37.0-47.0
23

2 Hitung jenis
Basofil 0.6 % 0-1
Eosinofil 8.6 % 1.0-30.0
Neutrofil 68.6 % 40.0-70.0
Limfosit 14.1 (rendah) % 20.0-40.0
Monosit 8.1 (tinggi) % 2.0-8.0
3 Ureum dan Kreatinin
Ureum 21.0 mg/dL 17.1-49.2
Kreatinin 0.64 mg/dL 0.55-1.30
4 Elektrolit
Na + 141 mmol/L 135-145
K+ 4.0 mmol/L 3.5-5.5
Cl 107 mmol/L 97-107
5 Mikrobiologi
Spesimen sputum Ditemukan bakteri
Coccus gram positif

Medikasi

Nama Obat Golongan & Dosis dan Rute Efek samping


manfaat frekuensi
Symbicort turbo 2x1 Inhalasi
healer
N- Acetyl Mukolitik, untuk 3x1 200 mg PO Mengantuk, mual,
cystein mengencerkan dahak muntah, sariawan,
pilek
Salbutamol Bronkodilator (beta2- 2x1 2 mg PO Berdebar,
agonist reaksi cepat) gemetaran, nyeri
untuk meringankan dada, batuk
gejala asma dan berdahak, menggigil
PPOK
24

Curcuma Multivitamin, 3x1 PO Mual, muntah,


memenuhi kebutuhan pusing
vitamin dan
menambah nafsu
makan
Amlodipine Antihipertensi, 1x1 5 mg PO Merasa lelah,
menurunkan tekanan pusing, mual,
darah pembengkakan
tungkai, berdebar
Methyl Kortikosteroid untuk 3x1 4 mg PO Peningkatan kadar
Prednisolon meredakan gula darah, sulit
peradangan tidur, sakit kepala,
mual muntah.

III. Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1 Tidak Pencapaian Mandiri 1.

efektifnya bersihan jalan 1. - Auskultasi bunyi - Beberapa derajat

bersihan napas dengan nafas, catat adanya spasme bronkus terjadi

jalan nafas kriteria hasil bunyi nafas, ex: dengan obstruksi jalan

berhubungan sebagai berikut: mengi nafas dan dapat/tidak

dengan 1. - Mempertahankan dimanifestasikan

gangguan jalan napas paten adanya nafas

suplai dengan bunyi advertisius.

oksigen napas bersih atau 2. - Kaji/pantau 2. - Tachipnea biasanya

(bronkospas jelas. frekuensi ada pada beberapa


25

me), 2. - Menunjukan pernafasan, catat derajat dan dapat

penumpukan perilaku untuk rasio ditemukan pada

sekret, sekret memperbaiki inspirasi/ekspirasi penerimaan atau

kental bersihan jalan selama stress/adanya

nafas misalnya proses infeksi akut.

batuk efektif dan 3. - Catat adanya 3. - Disfungsi pernafasan

mengeluarkan derajat dispnea, adalah variable yang

sekret. ansietas, distress tergantung pada tahap

pernafasan, proses akut yang

penggunaan obat menimbulkan

bantu. perawatan di rumah

4. sakit.

4. - Tempatkan posisi4. - Peninggian kepala

yang nyaman pada tempat tidur

pasien, contoh: memudahkan fungsi

meninggikan pernafasan dengan

kepala tempat menggunakan

tidur, duduk pada gravitasi.

sandaran tempat 5.

tidur.

5. - Pertahankan - Pencetus tipe alergi

polusi lingkungan pernafasan dapat

minimum, contoh: mentriger episode

debu, asap dll. akut.


26

6. - Tingkatkan - Hidrasi membantu

masukan cairan menurunkan

sampai dengan kekentalan sekret,

3000 ml/ hari penggunaan cairan

sesuai toleransi hangat dapat

jantung menurunkan

kekentalan sekret,

- memberikan air - penggunaan cairan

hangat. hangat dapat

menurunkan spasme

bronkus.

7. - Merelaksasikan otot

Kolaborasi halus dan menurunkan

7. - Berikan obat spasme jalan nafas,

sesuai indikasi mengi, dan produksi

bronkodilator. mukosa.

2 Pola nafas Perbaikan pola Mandiri 1.

tidak efektif nafas dengan 1. - Ajarkan pasien - Membantu pasien

berhubungan kriteria hasil pernapasan dalam. memperpanjang waktu

dengan sebagai berikut: ekspirasi sehingga

gangguan 1. - Mempertahankan pasien akan bernapas

suplai ventilasi adekuat


27

oksigen dengan lebih efektif dan

(bronkospas menunjukan 2. - Tinggikan kepala efisien.

me) RR:16-20 x/menit dan bantu 2. - Duduk tinggi

dan irama napas mengubah posisi. memungkinkan

teratur. Berikan posisi semi ekspansi paru dan

2. - Tidak mengalami fowler. memudahkan

sianosis atau tanda Kolaborasi pernapasan.

hipoksia lain. 3. - Berikan oksigen 3.

3. - Pasien dapat tambahan. - Memaksimalkan

melakukan bernapas dan

pernafasan dalam. menurunkan kerja

napas.

3. Gangguan - Axienty - Determinasi  - mengetahui

Pola Tidur reduction efek-efek penyebab pola tidur

- Comfort level medikasi terganggu dari

- Pain level terhadap pola medikasi yang

- Rest:extent and tidur diberikan

pattern - Jelaskan  - menambah

- Sleep: extent pentingnya pengetahuan pasien

ang pattern tidur yang dan keluarga

Kriteria hasil: adekuat pentingnya menjaga

- Jumlah jam pola tidur yang teratur

tidur dalam
28

bats normal 6-8 bagi kesehatan dan

jam/hari - Fasilitas untuk kesembuhan

- Pola tidur, mempertahanka - mempermudah untuk

kualitas dalam n aktivitas memulai tidur

batas normal sebelum tidur

- Perasaan segar - Ciptakan

sesudah tidur lingkungan - Lingkungan yang

atau istirahat yang nyaman nyaman membuat

- Mampu pasien juga merasa

mengidentifitka - Instruksikan nyaman

sikan hal-hal untuk - Mengontrol pola

yang memonitor tidur tiap hari,

meningkatkan tidur pasien mengetahui

tidur tindakan apa yang

akan dilakukan

jika pola tidur tetap

tidak teratur

IV. Evaluasi Keperawatan

Tanggal Diagnosa Kep. Implementasi SOAP Paraf


10/09/2019 Ketidakefektifan - Mengauskultasi S : pasien

bersihan jalan nafas bunyi nafas dan mengatakan

mencatat adanya masih sering

bunyi nafas batuk dan

tambahan berdahak,
29

- Memantau membuat tidak

frekuensi nyaman

pernafasan O : bunyi nafas

- Memposisikan tambahan :

pasien untuk wheezing ki/ka

menambah (+), terdengar

kenyamanan adanya sputum

saat batuk, RR :

26x/m

A : Masalah

keperawatan

belum teratasi

P : pantau

frekuensi

pernafasan,

batuk, bunyi

nafas tambahan,

kolaborasi

pemberian obat

bronkodilator,

obat batuk

10/09/2019 Pola Nafas tidak - Pemberian S : pasien

efektif oksigenasi atau mengatakan


30

menambah masih sering

volume oksigen sesak

- Meninggikan O : RR : 26 x/m,

posisi tampak sesak

kepala/kepala A : Masalah

tempat tidur Keperawatan

- Memberikan belum teratasi

terapi nebulizer P : melajutkan

intervensi :

menambah

volume nasal

kanul atau

mengganti

dengan terapi

oksigen yang

lain, pemberian

obat kolaborasi,

nebulizer.

10/09/2019 Gangguan Pola - Memantau pola S : pasien

tidur tidur pasien mengatakan

- Menjelaskan sulit tidur dan

pentingnya tidur sering terbangun

yang adekuat pada malam hari

karena sesak
31

- Memantau O : mata tampak

waktu tidur sayu, kurang

pasien konsentrasi

A : masalah

keperawatan

belum teratasi

P : melanjutkan

intervensi,

kolaborasi

pemberian obat

tidur

Anda mungkin juga menyukai