BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma Bronkial merupakan kelainan yang berupa inflamasi kronik saluran pernafasan
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat didada
(Depkes RI, 2009). Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan nafas yang
luas, bervariasi, dan sering kali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Saat ini penyakit asma masih menunjukkan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan data
dari WHO (2002) dan GINA (2011), di seluruh dunia diperkirakan terdapat 300 juta orang
menderita asma pada tahun 2025 diperkirakan jumlah asma mencapai 400 juta.
Sedangkan untuk nasional prevalensi penyakit asma berdasarkan data dari riset kesehatan
dasar (RISKESDAS) (2013) bahwa pasien rawat inap berdasarkan umur tertinggi pada
umur 45-64 tahun yaitu sebesar 25,66% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar
0,10%. Sedangkan prevalensi asma pasien rawat jalan berdasarkan umur tertinggi pada
umur 25-44 tahun yaitu sebesar 24,05% dan prevalensi terendah usia 0-6 hari sebesar
Faktor yang mempengaruhi prevalensi terjadinya penyakit asma antara lain usia,
jenis kelamin, ras, sosio-ekonomi, dan faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat
Serangan asma biasanya ditandai dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi),
rubor (kemerahan karena vasodilatasi), tumor (eksudasi palsma dan edema), dolor (rasa
sakit karena ransang sensoris), dan finctio laesa (fungsi terganggu). Gejala-gejala tersebut
dapat diteemukan pada penderita asma tanpa membedakan penyebabnya baik yang
2
alergik maupun non alergik. Baik asma yang alergik maupun yang non alergik dapat
2009).
Pada pasien asma perlu dilakukannya pemeriksaan faal paru untuk diagnosis, menilai
berat asma dan respons pengobatan. Pemeriksaan faal paru merupakan parameter objektif
yang dilakukan secara ebrkala dan teratur pada pasien asma. Salah satu parameter yang
dapat digunakan adalah spirometri (Azilla & Munir, 2016)Tujuan dari penatalaksaan
asma adalah untuk meningkatkan dan memmpertahankan kualitas hidup agar pasien asma
dapat hidup normal tanpa adanya hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
bronkial.
2. Tujuan khusus
pemeriksaan fisik dan diagnostik, dan rencana asuhan keperawatan pada penderita
asma bronkial.
b. Mengetahui kaluhan utama dan riwayat kesehatan pada penderita asma bronkial.
asma bronkial.
C. Manfaan Penulisan
keperawatan pada penderita asma bronkhial. Penulisan ini juga diharapkan dapat
Bagi penulis selanjutnya, hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan data dan
informasi dasar untuk melakukan rencana asuhan keperawatan pada penderita asma
bronkial.
BAB II
4
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
saluran nafas yang sifatnya reversible (penyempitan dapat hilang dengan sendirinya)
yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan diantara dua interval asimtomatik
(Djojodbroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, karena adanya
penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible, peradangan pada jalan
kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa bronkus dan sekresi kelenjar bronkus
penyakit saluran pernafasan yang terjadi karena adanya penyempitan saluran nafas
yang mengakibatkan sesak nafas dimana fase inspirasi lebih pendek dari fase ekspirasi
2. Etiologi
5
Faktor penyebab asma brochial menurut Wijaya & Pitri (2013) adalah sebagai
berikut:
a. Alergen
Bila tingkat hiperaktivitas bronkus tinggi diperlukam jumlah allergen yang sedikit
c. Iritasi
Iritasi dapat disebabkan oleh hairspray, minyak wangi, asap rokok, bau asam dari
d. Psikologis
Hal ini dapat memicu stress yang akan menurunkan respon tubuh sehingga mudah
a. Asma brochial yang berkairab dengan penderita yang mempunyai riwayat pribadi
atau riwayat keluarga dengan kelainann atopik. Dapat disebut asma ekstrinsik
(asma alergik) yaitu asma yang mulai terjadi saat kanak-kanak. Kadar IgE serum
b. Asma brochial pada penderita yang tidak ada kaitanya dengan diatesis atopik. Asma
ini golongkan sebagai asma instrinsik atau asma idiosintrik yaitu asma yang terjadi
4. Manisfestasi klinis
6
c. Produksi sputum
d. Penurunan aktivitas
f. Takikardi
5. Patofisiologi
Asma timbul karena seseorang yang atopic (alergi) akibat pemaparan allergen.
Allergen yang masuk tubuh akan ditangkap oleh makrofag dan selanjutnya akan
merangsang pembentukan IgE. IgE akan segera diikat oleh mastosit yang ada dalam
Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dala sel yang menurunkan kadar cAMP. kadar cAMP yang menurun itu
akan menimbulkan degranulasi sel berupa histamin dan kinin. Akibat dari
akan menimbulkan rasa sesak, nafas berbunyi (wheezing) dan batuk yang profuktif.
Tanda dan gejala tersebut merupakan tanda dari asma bronkiale. (Muttaqin, 2008).
Asma non alergik (asma instrik) terjadi bukan karena pemaparan allergen
tetapi terjadi akibat factor pencetus seperti infeksi saluran nafas atas, olah raga atau
kegiatan jasmani yang berat, serta tekanan jiwa atau stress psikologi. Serangan
asma terjadi akibat gangguan saraf otonom terutama gangguan saraf simpatis yaitu
7
6. Pathway
8
7. Pemerikasaan diagnostik
9
b. Pemeriksaan radiologi pada asma brochial akan ditandai dengan adanya hiperinflasi
c. Uji kulit dilakukan untuk menunjukkan adanya antibody IgE hipersensitif yang
8. Penatalaksanaan
yaitu:
a. Pengobatan farmakologi
sangat cepat, diberikan sebanyak 3-4 x semprot, dan jarak antara semprotan
2. Metilxantin: aminofilin dan teofilin. Obat ini diberikan bila golongan beta agonis
5. Terapi nebulizer. Dosis ditentukan dengan cara BB X 3600/ CC. jenis obat yang
dipakai yaitu Pulmicord, Ventolin, bisolvon larutan (Putri & Sumarno, 2013).
b. Non faarmakologi
10
Penatalaksanaan pada pasien asma menurut Putri & Sumarno (2013) dapat
1. Batuk efektif, merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan secret
pasien dengan sputum yang berlebih dan batuk yang tidak efektif.
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian dilakukan pada pasien sma bronkial menurut Wijaya & Putri (2013) dan
a. Identitas klien
e. Pemeriksaan fisik: tingkat distress yang tampak, TTV, suara napas , kecepatan
gas darah.
g. Pola Gordon:
11
Jam berapa biasa mulai tidur dan bangun, kualitas dan kuantitas jam tidur.
3) Pola nutrisi-metabolic
Berapa kali makan sehari, makanan kesukaan, berat badan, mual muntah,
frekuensi minum.
4) Pola eliminasi
Gambaran diri
Identitas diri
Peranan diri
Ideal diri
Harga diri
Dukungan keluarga
Persepsi keyakinan
2. Diagnosis
1) Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkospasme).
(bronkuspasme).
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan/Kriteri
No Intervensi Rasional
Keperawatan a Hasil
dengan dimanifestasikan
13
gangguan 1. Mempertahan
2. Kaji/pantau adanya nafas
gravitasi.
14
minimum, contoh:
5. Pencetus tipe
sampai dengan
6. Hidrasi membantu
hangat. menurunkan
bronkus.
7. Merelaksasikan
menurunkan spasme
dan produksi
mukosa.
tanda hipoksia
lain.
3. Pasien dapat
melakukan
pernafasan
dalam.
gangguan 1. Perbaikan
2. Palpasi fremitus. beratnya
tambahan sesuai
3. Tachicardi,
menunjukan efek
hipoksemia sistemik
4. Dapat
memperbaiki atau
mencegah
memburuknya
hipoksia.
1.
dengan tidak Mengidentifik kebutuhan nutrisi.2. Malnutrisi dapat
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
I. Gambaran Kasus
18
A. IDENTITAS
1. Identitas klien
Nama : Ny. M
TTL : Anak talang, 07 januari 1939/80 tahun
Gol Darah :-
Pendidikan :-
Agama : Islam
Suku : Jawa
Stat perkawinan: janda
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : Rengat, batang cinaku inhil.
Diagnosa : Asthma
B. STATUS KESEHATAN
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Pasien mengeluh sesak napas yang hilang timbul, pasien
mengatakan sesak dipengaruhi cuaca, sesak tidak di pengaruhi
aktifitas, batuk berdahak, nyeri dada dan penurunan nafsu
makan.
b. Faktor pencetus:
19
2 Hitung jenis
Basofil 0.6 % 0-1
Eosinofil 8.6 % 1.0-30.0
Neutrofil 68.6 % 40.0-70.0
Limfosit 14.1 (rendah) % 20.0-40.0
Monosit 8.1 (tinggi) % 2.0-8.0
3 Ureum dan Kreatinin
Ureum 21.0 mg/dL 17.1-49.2
Kreatinin 0.64 mg/dL 0.55-1.30
4 Elektrolit
Na + 141 mmol/L 135-145
K+ 4.0 mmol/L 3.5-5.5
Cl 107 mmol/L 97-107
5 Mikrobiologi
Spesimen sputum Ditemukan bakteri
Coccus gram positif
Medikasi
Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
jalan nafas kriteria hasil bunyi nafas, ex: dengan obstruksi jalan
4. sakit.
sandaran tempat 5.
tidur.
jantung menurunkan
kekentalan sekret,
menurunkan spasme
bronkus.
7. - Merelaksasikan otot
bronkodilator. mukosa.
napas.
tidur dalam
28
akan dilakukan
tidak teratur
tambahan berdahak,
29
frekuensi nyaman
- Memposisikan tambahan :
saat batuk, RR :
26x/m
A : Masalah
keperawatan
belum teratasi
P : pantau
frekuensi
pernafasan,
batuk, bunyi
nafas tambahan,
kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator,
obat batuk
- Meninggikan O : RR : 26 x/m,
kepala/kepala A : Masalah
intervensi :
menambah
volume nasal
kanul atau
mengganti
dengan terapi
oksigen yang
lain, pemberian
obat kolaborasi,
nebulizer.
karena sesak
31
pasien konsentrasi
A : masalah
keperawatan
belum teratasi
P : melanjutkan
intervensi,
kolaborasi
pemberian obat
tidur