Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK KMB I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ASTMA BRONCHIALE


Disusun Untuk Memenuhi Nilai Tugas Mata Kuliah Kmb I

Dosen Pengampu :

Pak Dr. Imam Makhruz, M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 7

1. Intan Nuraini Velia P17320321007

2. Siti Nabila Nurhaliza P17320321112

3. Tiasno Rizky Gunawan P17320321114

Tingkat 2C

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN BOGOR
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah asuhan keperawatan yang berisi
mengenai penyakit “Astma Bronchiale” dengan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I.
Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
penyakit Astma Bronchiale bagi para pembaca dan juga bagi penulisnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyelesaian makalah ini. Penulis menyadari makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 13 Juli 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .............................................................
1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
1.3 Tujuan ............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................
2.1 Definisi ...........................................................................................
2.2 Etiologi ...........................................................................................
2.3 Patofisiologi ...................................................................................
2.4 Faktor Resiko .................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS ......................................................
3.1 Kasus ..............................................................................................
3.2 Asuhan Keperawatan .....................................................................
BAB IV PENUTUP ......................................................................
4.1 Kesimpulan ....................................................................................
4.2 Saran ..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asma bronchial merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang bersifat
kronis. Kondisi ini disebabkan oleh peradangan saluran pernafasan yang
menyebabkan hipersensitivitas bronkus terhadap rangsang dan obstruksi pada jalan
nafas. Gejala klinis dari penyakit asma yang biasanya muncul berupa mengi
(wheezing), sesak nafas, nyeri dada dan batuk yang bervariasi dari waktu ke waktu
dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi. Gejala-gejala teersebut biasanya akan
memburuk pada malam hari, terpapar alergen (seperti debu, asap rokok) atau saat
sedang mengalami sakit seperti demam (Global Initiative of Asthma, 2018).
Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO), pada tahun 2016
dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma bronchial seluruh dunia adalah
325 juta orang dengan angka prevalensi yang terus meningkat terutama pada anak-
anak, tercatat pada tahun 2015 sebanyak 383.000 orang meninggal karena asma
bronchial. Asma bronchial merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemukan di
masyarakat dan memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi. Saat ini
diperkirakan sebanyak 235 juta orang menderita asma bronchial di dunia (WHO,
2017).
Dampak serangan asma yang parah dapat menyebabkan gagal nafas (terjadi bila
pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan karbondioksida dalam
sel-sel tubuh). Saluran nafas dapat tertutup sepenuhnya dan pengobatan tidak lagi
dapat berpengaruh. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera
ditangani (Kurniawan Adi Utomo, 2015).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini “Asuhan Keperawatan pada Klien
Penderita Asma Broncial Dengan Masalah Gangguan Tidur.”

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah Asuhan Keperawatan ini dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan pada klian dengan Asma Bronkial Dengan
Masalah Gangguan Tidur
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Mengkaji klien penderita Asma Bronkial Dengan Masalah Gangguan
Tidur
b) Menegakkan diagnose keperawatan klien penderita Asma Bronkial
Dengan Masalah Gangguan Tidur.
c) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan pada klien penderita Asma
Bronkial Dengan Masalah Gangguan Tidur.
d) Melaksankan intervensi asuhan keperawatan pada klien penderita Asma
Bronkial Dengan Masalah Gangguan Tidur.
e) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien penderita Asma
Bronkial Dengan Masalah Gangguan Tidur.

1.4 Manfaat

1.4.1 Teoritis 
Makalah ini diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan yang telah
ada tentang asma bronchial sehingga dapat membantu dalam menurunkan
angka penderita asma bronchial.
1.4.2 Praktis  
a) Bagi Perawat 
Menambah pengetahuan dan meningkatkan mutu pelayanan pada
asma. 
b) Bagi Institusi 
Digunakan sebagai tambahan wacana dan referensi sehingga
dapat menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada klien
asma bronchial.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Asma bronchial adalah suatu keadaan kondisi paru-paru kronis yang ditandai
dengan kesulitan bernafas, dan menimbukan gejala sesak nafas, dada terasa berat
dan batuk, terutama pada malam menjelang dini hari. Dimana saluran pernafasan
mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan penyempitan atau peradangan yang bersifat sementara (Masriadi,
2016).

Asma bronchial adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas dan
dikarakteristikkan dengan hiperresponsivitas, produksi mukus, dan edema mukosa.
Inflamasi ini berkembang menjadi episode gejala asma bronchial yang berkurang
yang meliputi batuk, nyeri dada, mengi dan dispnea. Penderita asma bronchial
mungkin mengalami periode gejala secara bergantian dan berlangsung dalam
hitungan menit, jam, sampai hari (Brunner & Suddarth, 2017).

2.2 Etiologi
Menurut Global Initiative for Asthma tahun 2016, faktor resiko penyebab asma
bronchial di bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Faktor genetik 
a) Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
b) Hipereaktivitas bronkus
Saluran nafas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen maupun iritan. 
c) Jenis kelamin
Anak laki-laki sangat beresiko terkena asma bronchial sebelum usia 14
tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak
perempuan.
d) Ras/etnik
e) Obesitas 
Obesitas atau peningkatan/body mass index (BMI), merupakan faktor resiko
asma. 
2) Faktor lingkungan
a) Alergen dalam rumah (tungau debu rumah, spora jamur, kecoa, serpihan kulit
binatang seperti anjing, kucing, dan lain sebagainya).
b) Alergen luar rumah (serbuk sari, dan spora jamur).
c) Faktor lain
 Alergen dari makanan. 
 Alergen obat-obatan tertentu 
 Exercise-induced asthma
2.3 Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma bronchial
adalah spasme otot polos edema dan inflamasi memakan jalan nafas dan edukasi
muncul intra minimal, sel-sel radang dan deris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resistensi jalan udara yang meredahkan volume ekspirasi paksa dan
kecepatan aliran penutupan prematur jalan udara, hiperinflamasi paru. Obstruksi
menyebabkan perbedaan suatu bagian dengan bagian lain ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi yang menyebakan kelainan gas-gas
terutama CO2 akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi disaluran nafas antibodi COE berikatan dengan alergi
degrenakulasi sel mati, akibat degrenakulasi tersebut histomin di lepaskan. Histomin
menyebabkan kontruksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin juga
merangsang pembentukuan mulkus dan peningkatan permiabilitas kapiler maka juga
akan terjadi kongesti dan pembangunan ruang intensium paru. Individu yang
mengalami asma mungkin memerlukan respon yang sensitif berlebihan terhadap
sesuatu alergi atau sel-sel mestinya terlalu mudah mengalami degravitasi dimanapun
letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut. Hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus edema dan obstruksi aliran udara (Amin, 2015).
3 Pathway

Infeksi Merokok Polusi Alergen Genetik

Masuk saluran pernapasan



Iritasi mukosa saluran
pernapasan

Reaksi inflamasi

Hipertropi dan hiperplasia
mukosa bronkus

Metaplasia sel globet Produksi sputum
↓ meningkat
Penyempitan saluran ↓
pernapasan Batuk
↓ ↓
Jalan nafas tidak efektif
↓ Potensial tidak
Penurunan Obstruksi efektifnya jalan
ventilasi ↓ nafas
↓ Penularan udara ke alveoli
Supply O2 ↓
Vasokontriksi pembuluh Gangguan
menurun
darah paru-paru pertukaran gas


Kelemahan
Supply oksigen berkurang


Intoleran Sesak nafas
aktivitas ↓
Kebutuhan tidur tidak
efektif

3.1 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan berat derajat aktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversibel secara spontan maupun dengan
pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain:

- Bising mengi (wheezing) yang terdengar/tanpa stetoskop.


- Batuk produktif sering pada malam hari.
- Nafas/dada seperti tertekan.
- Gejalanya dapat bersifat paroksimal, yaitu pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
Asma bronkial yang berlangsung lama megakibatkan empisema dan perubahan
torak yaitu membusung kedepan dan memanjang pada foto rontgen torak, fertilies
diafragma letaknya lebih rendah disertai debaran jantung yang menyempit. Bila
sekret banyak dan menyempit, salah satu bronkus dapat tersumbat sehingga dapat
terjadi afelektasis pada bronkus, pada lobus mediastinum tertarik ke arah eflekfasia,
bila berlangsung lama dapat menyebabkan bronkietasis dan disertai infeksi akan
menjadi bronkopneumonia pada stastus asmatikus dan bila tidak ditolong dengan
semestinya akan menyebabkan kematian, gagal jantung dan gagal nafas. (Brunner &
Sudaarth, 2000).

3.2 Penatalaksanaan
3.3 Penatalaksanaan Medis
Prinsip penatalaksanaan adalah menghilangkan edema bronkus, hipersekresi
bronkospasme, imbalance ventilasi, perforasi paru-paru.
Obat-obatan yang digunakan :

a. Simpatometik, Efedrin beserta derivatnya, obat-obat selektif terhadap reseptor.


1) Simpatometik
Dosis dewasa 0,3-0,5 cc dalam larutan 1:1000 diberikan subcutan. Anak dan
byi 0,01 cc/kg BB. Dosis maksimal 0,22 cc, dosis dapat diulangi (5-30 menit).

2) Efredin beserta derivatnya


Motif pada pemakaian oral dosis dewasa 25 gr tiap 4-6 jam.

3) Obat-obat selektif terhadap reseptor


Metapresterenol, salbutamol, dan terbutalin.

b. Bronkodilator lain
1) Teofilin
Khasiat : bronkodilator dan diuretik.

2) Aminophylin (campuran etitendramin dan teofilin)

c. Espektoran
Mukus kental yang terbentuk harus dikeluarkan karena dapat menyebabkan
obstruksi dan mempercepat tumbuhnya bakteri.

d. Antibiotik
Mengatasi infeksi yang terjadi pada saluran pernapasan/paru-paru, maka paru-
paru perlu diberikan antibiotik.

e. Kortokosteroid
Hanya dipakai setelah/bila jalan lain untuk mengontrol penyakit akut dan kronis
tidak berhasil dan dalam hal asma bronkial tersebut sangat membahayakan jiwa
penderita. (Mansjoer, 1999)

3.4 Penatalaksanaan Keperawatan


Prinsip penatalaksanaan adalah menunjang upaya medikasi, monitoring
keadaan pasien dan melakukan perawatan guna kesembuhan pasien :

a. Monitor tanda-tanda vital


b. Berikan posisi yang nyaman (semi fowler)
c. Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
d. Menjelaskan penyakit yang diderita pasien, tanda dan gejala.
e. Monitor keadaan umum pasien.
f. Monitor therapy oksigen
g. Kaji keluhan pasien dan awasi keadaan pasien.

4 Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma bronchial diantaranya (Amin
Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015) :
a) Spirometer
Dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup (nebulizer/inhaler), positif jika
peningkatan VEP / KVP > 20%.
b) Sputum
Eosinofil meningkat.
c) RO dada
Yaitu patologis paru/komplikasi asma.
d) AGD
Terjadi pada asma berat, pada fase awal terjadi hipoksemia dan hipokapnia (PCO2 turun)
kemudian pada fase lanjut normokapnia dan hiperkapnia (PCO2 naik).
e) Uji alergi kulit, IgE.

Komplikasi
Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita asma bronchial diantaranya (Kurniawan
Adi Utomo, 2015) : 1) Pneumonia Adalah peradangan pada jaringan yang ada pada salah satu atau
kedua paru-paru yang biasanya disebabkan oleh infeksi. 2) Atelektasis Adalah pengerutan sebagian
atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus). 3) Gagal
nafas Terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam paruparu tidak dapat
memelihara laju konsumsi oksigen dan terjadi pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh. 4)
Bronkitis Adalah kondisi dimana lapisan bagian dalam dari saluran pernafasan di paru-paru yang kecil
(bronkiolus) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan lendir (dahak). Akibatnya
penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang berlebihan. 5)
Fraktur iga Adalah patah tulang yang terjadi akibat penderita terlalu sering bernafas secara
berlebihan pada obstruksi jalan nafas maupun gangguan ventilasi oksigen.
ASUHAN KEPERAWATAN

ASMA BRONCHIAL

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S

Umur : 34 tahun

Alamat : Bogor barat RT 08 RW 02

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal Masuk : 05 Januari 2008

No. Register : 12345

Dx. Masuk : Asma Bronkial

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. R

Umur : 30 tahun
Alamat : Bogor barat RT 08 RW 02

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Agama : Islam

Hub. Dengan Klien : Istri

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Tanggal 05 Juni 2022 pasien merasakan sesak nafas dan batuk. Pasien kemudian
memeriksakan diri ke dokter umum RSU Pandan Arang dan oleh dokter yang
memeriksa menganjurkan untuk rawat inap untuk perawatan lebih lanjut, dengan
keluhan sesak nafas, batuk berdahak tetapi tidak disertai lendir darah. Pada saat
dilakukan pengkajian pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak, terpasang O 2 2
liter/menit. Pasien terlihat lemah, wajah pucat, respirasi 32 x/menit.

3. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. penyakit yang pernah dialami

a. Anak-anak : -

b. Kecelakaan : -

c. Pernah di rawat : Sebelumnya pasien pernah opname di RSU Pandan


Arang Boyolali sebanyak 1 kali, pada bulan April 2019 dengan
keluhan dan penyakit yang sama yaitu asma.

d. Operasi : -

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Dalam keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit seperti yang
diderita pasien, tidak ada yang mempunyai riwayat menular/ keturunan.
= perempuan = Klien

= laki-laki
C. Pola kebiasaan sehari-hari di Rumah dan di Rumah Sakit
POLA KEBIASAAN

HAL YANG DIKAJI Sebelum Sakit/Sebelum di


Saat Di Rumah Sakit
RS

1. Pola Nutrisi a. a.

a. Frekuensi makan:….x/hari
b. Nafsu makan: baik/tidak
Alasan : mual/ muntah/
sariawan/ …lain-lain
c. Porsi makanan yang
dihabiskan
d. Makanan yang tidak disukai
e. Makanan yang membuat
alergi
f. Makanan pantangan
g. Makanan diet
h. Penggunaan obat-obatan
sebelum makan
i. Penggunaan alat bantu
(NGT, dll)

2. Pola Eliminasi

a. BAK:
1) Frekuensi : ……x/hari
2) Warna :……………..
3) Keluhan :……………..
4) Penggunaan alat bantu
(kateter,dll)
b. BAB:
1) Frekuensi :…..x/hari
2) Waktu :
…………….
3) Warna :
…………….
4) Keluhan :
…………….
5) Konsistensi :…………….
6) Penggunaan Laksatif
(ya/tidak, jika ya tuliskan
nama obatnya)

3. Pola Personal Hygiene

a. Mandi
1) Frekuensi
:…………x/hari
2) Waktu
:Pagi/Sore/Malam
b. Oral Hygiene
1) Frekuensi:…………x/
hari
2) Waktu : Pagi/ Siang/
Setelah makan/ Sebelum
tidur
c. Cuci Rambut
Frekuensi :
……………………
4. Pola Istirahat dan Tidur

a. Lama Tidur siang :


….jam/ hari
b. Lama Tidur malam:
….jam/ hari
c. Kebiasaan sebelum tidur:
…………..

5. Pola Aktiivitas dan Latihan

a. Waktu bekerja :Pagi/ Siang/


Malam
b. Olah raga: Ya/Tidak
c. Jenis Olah Raga:
……………
d. Frekuensi olah raga:
……….. x/mgg
e. Keluhan dalam beraktivitas
(pergerakan tubuh/mandi/
mengenakan pakaian/sesak
setelah beraktifitas dll)

D. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum
a. Penampilan : lemah dan terlihat sulit dalam bernafas
b. Kesadaran : composmentis

2. Tanda-tanda Vital
TD : 130/80 mmHg

N : 80 x/menit

S : 367 oC

RR : 32 x/menit

3. Tinggi Badan : 170 cm


Berat Badan : 63 kg

4. Kepala
a. Bentuk kepala : antara muka dan tengkorak simetris.
b. Rambut : warna hitam keputihan, lurus, persebaran merata, bersih, tidak
ada ketombe, tidak mudah rontok.
c. Mata : simetris, seklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil
isokor, penglihatan baik, tanpa menggunakan alat bantu
penglihatan.
d. Hidung : bersih, septum simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak
terjadi perdarahan, hidung terpasang nasal kanul.
e. Telinga : bersih, tidak ada penumpukan serumen, fungsi pendengaran
baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
f. Mulut : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, mukosa bibir
lembab, lidah bersih, tidak ada perdarahan.
g. Leher : tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri telan.
5. Dada
a. Paru-paru
I : simetris, ada tarikan intercosta, ekspirasi dan inspirasi cepat dan dangkal.

Pa : retraksi traktil fremitus teraba sama

Pe : sonor

A : terdengar adanya wheezing


b. Jantung
I : dada simetris, ictus cordis tampak

Pa : ictus cordis teraba di intercosta 5

Pe : redup

A : S1 dan S2 reguler (lup-dup)

6. Abdomen
I : bersih, datar, tidak ada luka bekas insisi, dan tidak ada penonjolan

A : peristaltik usus 20 x/menit

Pa : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar

Pe : tympani

7. Genetalia
Bersih, tidak terpasang kateter.

8. Anus
Bersih, tidak terdapat hemorroid

9. Ekstermitas
a. Superior : lengkap, tidak ada oedem/cacat, tidak ada luka, rentang gerak (+), pada
tangan kiri terpasang infus D5% 20 tetes/menit, bersih.
b. Inferior : lengkap, tidak ada luka, oedem/cacat, rentang gerak (+), bersih.
10. Kuku dan Kulit
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi, warna dasar kuku merah
muda, sudut antara kuku dan dasar kuku ibu, dasar kuku kokoh, sirkulasi dan
pengisian kapiler baik, kapilary refill kurang dari 2 detik

E. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Laporan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal

Parameter Hasil Satuan Normal Ket

HB 13,2 g/dl P.12-16/L:13-18


Leukosit 6.400 / 4.000-11.000

LED 35/50 /mm 0-20

Hitung jenis sel

- Eosinofil 0 % 1-3
- Basofil
0 % 0-1
- Batang
- Segmen 0 % 2-6

- Limfosit 75 % 30-70
- Monosit
22 % 20-40
Hematokrit
4 % 2-8
PP
39 % 37-48
Trombosit
- g/dl 6,0-8,0
Eritrosit
276 130-140
MCV
4,14 4,5-55
MCH
93,5 Fl 80-100
MCHC
31,9 Pg 27-32

34,1 g/dl 32-36

Urinalisa Hasil Satuan Normal Ket

Warna Kuning - Kuning.md-kuning

Kekeruhan Jernih - Jernih

Leukosit Neg Sel/ul Neg

Nitrit Neg - Neg

Uroblinogen Neg - Normal

Protein Neg - Neg


PH 5,5 - 4,6-8,5

Blood/Eri Neg Sel/ul Neg

Keton Neg - 1,003-1,030

Bilirubin Neg - Neg

Glukosa Neg - Neg

SG/BJ 1.015 - Neg

SEDIMEN

- Epithel 1+ Sel/LPB 1+ (< 4)


- Leukosit
1+ Sel/LPB 1+ (< 4)
- Eritrosit
- Silinder 1+ Sel/LPB 1+ (< 4)

- Kristal Neg Sel/ Neg


- Lain-lain LPK
Neg Neg
Sel/
Neg -
LPK

2. Therapy
a. O2 2 liter/menit
b. Infus Dextrose 5% 20 tetes/menit
c. Syrup OBH 3 x 1 sendok makan
d. Methylprednisolon 3 x 1
e. Vilapon 3 x 1 tablet
f. Sopralan 2 x 1 tablet

Anda mungkin juga menyukai