Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KELOMPOK

PENYAKIT ASMA BRONKHIAL


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu Dhian Luluh Rohmawati, S.Kep.Ns

Disusun Oleh :
Kelompok 5 Tingkat 2A

Catur Yuda Brataningrat 015.20.18.448


Febri Erna R. 015.20.18.466
Nurul Saekhotur R. 015.20.18.496
Salwa Zahrotus Sobah 015.20.18.509
Wahyu Winata buwana 015.20.18.526
Yulia Tantri 015.20.18.530

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI
2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas
ridho dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik dan lancar. Tugas makalah yang kami buat berjudul “PENYAKIT
ASMA BRONKHIAL”.
Terwujudnya tugas makalah ini merupakan tujuan kami untuk memenuhi
kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan wawasan. Tersusunnya makalah ini adalah
berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat
dan ketulusan hati, kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang
telah memberi dukungan dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Ibu Dhian
Luluh Rohmawatin M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
yang telah memberi tugas ini. Serta teman-teman yang mengikuti mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas makalah ini.
Oleh karena itu kami ingin pembaca untuk memberikan kritik dan saran pada
tugas makalah ini agar nantinya bisa menjadi tugas yang baik dan bermanfaat bagi
para pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
2.1 Pengertian penyakit Asma Bronkial….............................................. 3
2.2 Etiologi penyakit Asma Bronkial...................................................... 3
2.3 Patofisiologi penyakit Asma Bronkial............................................... 4
BAB III TINJAUAN KASUS......................................................................... 6
3.1 Kasus ................................................................................................ 6
3.2 Asuhan Keperawatan......................................................................... 6
3.3 Diagnosa ........................................................................................... 9
3.4 Intervensi NIC dan NOC................................................................... 9
BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 19
4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 19
4.2 Saran .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Kata “Asthma “berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terengah-engah“


atau sukar bernafas. Di dalam ilmu kedokteran istilah asma meliputi dua
pengertian pertama untuk merujuk pada asma kradial yang sesak napasnya
berkaitan dengan kegagalan jantung yang menyebabkan sembab paru. Kedua,
asma bronkila yang sesak napasnya diakibatkan oleh penyempitan aluran napas
secara menyeluruh serta didasari oleh kepekaan yang meningkat (hyperreactivity)
yang tanggapan saluran pernapasan yang berlebihan (hyperesponiveness) terhadap
berbagai macam rangsangan. Asma bronkial adalah salah satu penyakit paru yang
termasuk dalam kelompok penyakit paru alergi dan imunologi dengan batasan.
Menurut “United States National Association“ 1967, asma bronkial
merupakan suatu penyakit yang ditandai oleh tenggap reaksi yang menigkat dari
trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan dengan manifestasi
berupa kesukaran bernapas yang disebabkan oleh penyempitan yang menyelurah
dari saluran napas. Penyempitan saluran napas ini bersifat dinamis, dan derajat
penyempitan dapat berubah, baik secara spontan maupun karena pemberian obat,
dan kelainan dasarnya berupa gangguan imunologi.
Sebenarnya asma bronkial bukan termasuk penyakit yang mematikan,
namun penyimpangan dari setatus sehat dan sejahtera asma bronkial relatif
meningkat tiap tahunnya, menurut WHO, sekitar 300 juta orang menderita asma
bronkial dan 225 ribu orang meninggal karena asma bronkial didunia pada tahun
2005 dan angka ini masih terus meningakat. Dilaporkan pada tahun 1994 sekitar
5500 pasien asma bronkial meninggal di Amerika. Dilaboratorium Ilmu Penyakit
Paru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/UPF Paru RSUD Dr. Soetomo
Surabaya menurut data 1991, jumlah penderita asma rawat jalan dan rawat tinggal
menduduki tempat kedua setelah penyakit infeksi tuberkulosis paru.
Maka disini kami akan memaparkan tentang Asma Bronkial yang nantinya
akan dibutuhkan oleh kita selaku sebagai seorang ahli kesehatan.

1.1 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep penyakit Asma Bronkial ?
2. Bagaimana Etiologi penyakit Asma Bronkial ?

1
3. Bagaimana Patofisiologi penyakit Asma Bronkial ?
4. Bagaimana diagnosa keperawatan pada kasus Asma Bronkial ?
5. Bagaimana rencana intervensi menggunakan NIC dan NOC ?

1.2 Tujuan Penulisan


1.Untuk mengetahui konsep penyakit Asma Bronkial
2. Untuk mengetahui pengkajian pada kasus penyakit Asma Bronkial
3. Untuk mengetahui pemerikasaan diagnostik pada kasus penyakit Asma
Bronkial
4. Untuk mengetahui prioritas diagnosa keperawatan pada kasus Asma Bronkial

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Asma Bronkhial


Asma Bronkhial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang disebabkan
penyempitan saluran nafas secara menyeluruh serta didasari oleh kepekaan
yang meningkat (hyperreactivity) dan tanggapan saluran pernafasan yang
berlebihan (hyperreponsiveness).
Asma Bronkhial juga disebut sebagai penyakit paru dengan tanda-tanda
khas berupa:
a. Obstruksi saluran pernafasan yang dapat pulih kembali (namun tidak pulih
kembali sempurna pada beberapa penderita) baik secara spontan maupun
dengan pengobatan.
b. Keradangan saluran pernafasan.
c. Peningkatan kepekaan dan tanggapan berlebihan dari saluran pernafasan
terhadap berbagai rangsangan.
2.2 Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai
teori sudah diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya
gangguan parasimpatis (hiperaktivitas saraf kolinergik), gangguan simpatis
(blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas reseptor alfa
adrenergik).
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi
3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik).
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang,
obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik
sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik).


Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin

3
atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan
emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan
dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis
kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik
dari bentuk alergik dan non-alergik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma bronchial:
1. Faktor predisposisi = Genetik
2. Faktor presipitasi = Alergen
3. Perubahan cuaca
4. Stress
5. Lingkungan kerja
2.3 Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang
alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast
dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya
histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua
factor-faktor ini akan menghasilkan edema lokal pada dinding bronkhioulus
kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan

4
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas
menjadi sangat meningkat.
Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa
menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)

5
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 KASUS

Ny. L (43 tahun ) dirawat di RS dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari
SMRS. Dokter mendiagnosa pasien mengalami asma bronkial. Pasien tinggal
dilingkup yang padat. Saat pemeriksaan fisik pasien mengeluh sesak napas, sekret
tidak bisa keluar dan ada batuk,lemas,jika bergerak merasa tambah sesak. Selain
itu pasien juga mengeluh mual dan tidak nafsu makan. Pasien bernapas dengan
retraksi dinding dada. Ekspansi paru simetris, vocal fremitus teraba sama kuat
pada kedua paru, suara napas wheezing. Tanda – tanda vital TD 120/80 mmHg,N
96 x/menit, suhu 36,8 , napas 32x/menit

3.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial

1. Pengkajian

A. Pasien

Identitas Pasien
Nama Ny. L
Umur 43 Tahuin
Jenis Kelamin Perempuan
Agama Islam
Suku/bangsa Indonesia
Pendidikan SMP
Alamat Jln.Kucangan,Kec.Ngrambe,Kab.Ngawi
Pekerjaan Ibu rumah tangga
Status Sudah menikah
Diagnosa Asma Bronkial
Tanggal masuk rumah sakit 11 September 2019
Tanggal pengkajian 12 september 2019

Sumber informasi Pasien dan keluarga


B. Penanggung Jawab

Identitas Penanggung
jawab
Nama Tn. M
Umur 45 Tahuin

6
Jenis Kelamin Laki laki
Agama Islam
Suku/bangsa Indonesia
Pendidikan SMP
Alamat Jln.Kucangan,Kec.Ngrambe,Kab.Ngawi
Pekerjaan Wirausaha
Status Sudah menikah
Diagnosa Suami pasien

C. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Sesak nafas, secret tidak bisa keluar, batuk, lemas, mual dan tidak
nafsu makan
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dirawat di RS. pasien mengatakan sesak nafas saat dikaji pasien
masih
mengeluh sesak dan secret tidak bisa keluar, batuk, lemas, mual dan tidak
nafsu makan.
D. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : compos metis
2) Tanda – Tanda Vital
 Respirasi : 32x/menit
 Tekanan darah :120/80 mmHg
 Nadi : 96x/menit
 Suhu : 36,8 ℃
3) BB/TB
4) Kepala
5) Mata
6) Hidung
7) Mulut
8) Telinga
9) Wajah
10) Leher
11) Dada ( vocal fremitus teraba sama,suara napas wheezing )
12) Kulit
13) Abdomen

F. Pemeriksaan Penunjang Pada Pasien


1) Lung Function Test Peak expiratory flow rate (PEFR atau FEV) berfungsi
untuk mendiagnosis asma dantingakatannya.
2) Skin test : Berfungsi untuk mengetahui penyebab dari asma.
3) Chest X-ray : Berfungsi untuk komplikasi (pneumotoraks) atau untuk
memeriksa pulmonaty shadows denganallergic bronchipulmonary
aspergilosis

7
4) Histamine bronchial provocation test : Untuk mengindikasikan adanya
airway yang hiperresponsif, biasanya ditemukan pada seluruh penyakit
asma, terutama pada pasien dengan gejala utama batuk. Test ini tidak
boleh dilakukan pada pasien yang mempunyai fungsi paru yang buruk
(FEV <1,5L)
5) sputum test : Pasien dengan asma mungkin memiliki peningakatan
eosinofil di darah perifer (>9,4x10)
G. Pengkajian Pola Fungsi
1) Pola makan/minum
Pasien mengeluh tidak nafsu makan
2) Pola eliminasi
3) Pola Aktivitas
Ada sesak nafas, Pasien mengeluh jika bergerak merasa tambah sesak
4) Pola istirahat dan tidur

3.3 Diagnosa
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan ketidaksamaan
perfusi-ventilasi
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
bronkokonstriksi,peningkatan produksi lender, batuk tidak efektif dan
infeksi bronkopulmonal
3. Pola pernafasan tidak efektif berhubungan dengan nafas
pendek,lender,bronkokonstriksi dan iritan jalan nafas.

3.4 Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


KEPERAWATAN HASIL

1 Gangguan NOC : NIC :


pertukaran gas yang
a. Respiratory Status : Airway Management
berhubungan dengan
Gas exchange
ketidaksamaan b. Respiratory Status : a. Buka jalan
perfusi-ventilasi ventilation nafas,
c. Vital Sign Status guanakan

8
Kriteria Hasil : teknik chin
lift atau jaw
Definisi : Kelebihan a. Mendemonstrasikan
thrust bila
atau kekurangan peningkatan ventilasi
perlu
dalam oksigenasi dan oksigenasi yang b. Posisikan
dan atau pengeluaran adekuat pasien untuk
b. Memelihara
karbondioksida di memaksimalk
kebersihan paru paru
dalam membran an ventilasi
dan bebas dari tanda c. Identifikasi
kapiler alveoli
tanda distress pasien
pernafasan perlunya
c. Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik pemasangan
batuk efektif dan suara
a.Gangguan alat jalan
nafas yang bersih,
penglihatan nafas buatan
tidak ada sianosis dan d. Pasang mayo
b.Penurunan CO2 dyspneu (mampu bila perlu
mengeluarkan sputum, e. Lakukan
c.Takikardi fisioterapi
mampu bernafas
d. Hiperkapnia dengan mudah, tidak dada jika
ada pursed lips) perlu
e. Keletihan d. Tanda tanda vital f. Keluarkan
dalam rentang normal sekret dengan
f. somnolen
batuk atau
g. Iritabilitas suction
g. Auskultasi
h. Hypoxia suara nafas,
catat adanya
i. kebingungan
suara
j. Dyspnoe tambahan
h. Lakukan
k. nasal faring
suction pada
l. AGD Normal mayo
i. Berika
bronkodilator
bial perlu
Faktor faktor yang

9
berhubungan : j. Barikan
pelembab
a. ketidakseimb
udara
angan perfusi k. Atur intake
ventilasi untuk cairan
mengoptimalk
b. perubahan
an
membran
keseimbangan
kapiler-
l. Monitor
alveolar
respirasi dan
status O2
Respiratory
Monitoring
m. Monitor rata –
rata,
kedalaman,
irama dan
usaha
respirasi
n. Monitor suara
nafas, seperti
dengkur
o. Monitor pola
nafas :
bradipena,
takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes,
biot
p. Catat lokasi
trakea
q. Monitor
kelelahan otot
diagfragma

10
(gerakan
paradoksis)
r. Auskultasi
suara nafas,
catat area
penurunan /
tidak adanya
ventilasi dan
suara
tambahan
s. Tentukan
kebutuhan
suction
dengan
mengauskulta
si crakles dan
ronkhi pada
jalan napas
utama
t. auskultasi
suara paru
setelah
tindakan
untuk
mengetahui
hasilnya

2 Bersihan jalan nafas NOC : NIC :


tidak efektif
a. Respiratory status : Airway Management
berhubungan dengan
Ventilation
bronkokonstriksi, b. Respiratory status : a. Buka jalan
peningkatan Airway patency nafas,
produksi lender, c. Aspiration Control guanakan

11
batuk tidak efektif teknik chin
dan infeksi lift atau jaw
Kriteria Hasil
bronkopulmonal. thrust bila
a. Mendemonstrasikan perlu
b. Posisikan
batuk efektif dan suara
pasien untuk
Definisi : nafas yang bersih,
memaksimalk
tidak ada sianosis dan
Ketidak mampuan an ventilasi
dyspneu (mampu
untuk membersihkan c. Identifikasi
mengeluarkan sputum,
sekresi atau pasien
mampu bernafas
obstruksi dari perlunya
dengan mudah, tidak
saluran pernafasan pemasangan
ada pursed lips)
untuk alat jalan
b. Menunjukkan jalan
mempertahankan nafas buatan
nafas yang paten
d. Pasang mayo
kebersihan jalan (klien tidak merasa
bila perlu
nafas. tercekik, irama nafas, e. Lakukan
frekuensi pernafasan fisioterapi
dalam rentang normal, dada jika
Batasan tidak ada suara nafas perlu
Karakteristik : f. Keluarkan
abnormal)
c. Mampu sekret dengan
- Dispneu,
mengidentifikasikan batuk atau
Penurunan suara
dan mencegah factor suction
nafas g. Auskultasi
yang dapat
suara nafas,
- Orthopneu menghambat jalan
catat adanya
nafas
- Cyanosis suara
tambahan
- Kelainan suara
h. Lakukan
nafas (rales,
suction pada
wheezing)
mayo
i. Berikan
- Kesulitan berbicara
bronkodilator
- Batuk, tidak bila perlu

12
efekotif atau tidak j. Berikan
ada pelembab
udara Kassa
- Mata melebar
basah NaCl
- Produksi sputum Lembab
k. Atur intake
- Gelisah untuk cairan

- Perubahan mengoptimalk

frekuensi dan irama an

nafas keseimbangan
.
l. Monitor
respirasi dan
Faktor-faktor yang
status O2
berhubungan:

- Lingkungan :
merokok, menghirup
asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi

- Fisiologis :
disfungsi
neuromuskular,
hiperplasia dinding
bronkus, alergi jalan
nafas, asma.

- Obstruksi jalan
nafas : spasme jalan
nafas, sekresi
tertahan, banyaknya
mukus, adanya jalan
nafas buatan, sekresi
bronkus, adanya

13
eksudat di alveolus,
adanya benda asing
di jalan nafas.

3 Pola pernafasan NOC : NIC :


tidak efektif
a. Respiratory status : Airway Management
berhubungan dengan
Ventilation
nafas pendek, lender, b. Respiratory status : a. Buka jalan
bronkokonstriksi dan Airway patency nafas,
iritan jalan nafas. c. Vital sign Status guanakan
Kriteria Hasil : teknik chin
lift atau jaw
a. Mendemonstrasikan
Definisi : Pertukaran thrust bila
batuk efektif dan suara
udara inspirasi perlu
nafas yang bersih,
b. Posisikan
dan/atau ekspirasi
tidak ada sianosis dan
pasien untuk
tidak adekuat
dyspneu (mampu
memaksimalk
mengeluarkan sputum,
an ventilasi
mampu bernafas c. Identifikasi
Batasan karakteristik
dengan mudah, tidak pasien
-Penurunan tekanan ada pursed lips) perlunya
b. Menunjukkan jalan
inspirasi/ekspirasi pemasangan
nafas yang paten
alat jalan
-Penurunan (klien tidak merasa
nafas buatan
pertukaran udara per tercekik, irama nafas, d. Pasang mayo
menit frekuensi pernafasan bila perlu
e. Lakukan
dalam rentang normal,
- Menggunakan otot fisioterapi
tidak ada suara nafas
pernafasan tambahan dada jika
abnormal)
- Nasal flaring c. Tanda Tanda vital perlu
f. Keluarkan
dalam rentang normal
- Dyspnea sekret dengan
(tekanan darah, nadi,
batuk atau
pernafasan)

14
- Orthopnea suction
g. Auskultasi
-Perubahan suara nafas,
penyimpangan dada catat adanya
suara
- Nafas pendek
tambahan
- Assumption of 3- h. Lakukan
point position suction pada
mayo
- Pernafasan pursed- i. Berikan
lip bronkodilator
bila perlu
- Tahap ekspirasi j. Berikan
berlangsung sangat pelembab
lama udara Kassa

- Peningkatan basah NaCl

diameter anterior- Lembab


k. Atur intake
posterior
untuk cairan
- Pernafasan rata- mengoptimalk
rata/minimal an
keseimbangan
Bayi : < 25 atau > 60
.
l. Monitor
 Usia 1-4 : < 20
respirasi dan
atau > 30
status O2
 Usia 5-14 : < 14
atau > 25

 Usia > 14 : < 11


atau > 24

- Kedalaman
pernafasan

 Dewasa volume

15
tidalnya 500 ml saat
istirahat

 Bayi volume
tidalnya 6-8 ml/Kg

- Timing rasio

- Penurunan
kapasitas vital

Faktor yang
berhubungan :

- Hiperventilasi

- Deformitas
tulang

- Kelainan bentuk
dinding dada

- Penurunan
energi/kelelahan

-
Perusakan/pelemaha
n muskulo-skeletal

- Obesitas

- Posisi tubuh

- Kelelahan otot
pernafasan

- Hipoventilasi

16
sindrom

- Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi
Neuromuskuler

- Kerusakan
persepsi/kognitif

- Perlukaan pada
jaringan syaraf
tulang belakang

- Imaturitas
Neurologi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

17
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif
intermiten yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode
bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Dan ada beberapa hal yang merupakan faktor penyebab timbulnya
serangan asma bronkhial yaitu: faktor predisposisi(genetic), faktor presipitasi
(alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olahraga/ aktifitas jasmani
yang berat). Pencegahan serangan asma dapat dilakukan dengan:
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma
4.2 Saran
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan kepada semua pembaca agar
dapat menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam makalah ini
sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca. Disamping itu
juga diharapkan saran dan kritik dari para pembaca sehingga kami bisa
berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kurniasih, Erwin dan Hamidatus Daris. 2017. Buku Ajar: GAngguan Sistem
Pernafasan. Jogja : Penerbit Samudra Biru.
Alsagaff, Hood (Ed) dan H. Abdul Mukhty (Ed). 2006. DAsar-dasar Ilmu
Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
https://nursefadhil.blogspot.com/2016/08/makalah-asma-bronchial.html?m=1
(diakses pada tanggal 18 september 2019 )

https://nursefadhil.blogspot.com/2016/08/makalah-asma-bronchial.html?m=1

(diakses pada tanggal 18 september 2019 )

https://www.academia.edu/11626974/ASKEP_DIAGNOSA_MEDIS_ASMA_BR
ONKIALE

(diakses pada tanggal 19 september 2019 )

http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-
pasien-asma.html?m=1

(diakses pada tanggal 19 september 2019 )

19

Anda mungkin juga menyukai