Di susun oleh :
Kelompok 2 Tingkat 1A
Anggela Vero Nikasukma (015.20.18.436)
Arfianita Regina Putri (015.20.18.441)
Elvya Yuni Nur'aini (015.20.18.459)
Febri Erna Rahmawati (015.20.18.466)
Kapang Yoga Perdamaian (015.20.18.482)
Nurul Saekhotur Rofiqoh (015.20.18.496)
Risty Elia Eritriana (015.20.18.505)
Rochma Putri Novitasari (015.20.18.506)
Tri Kusuma Wardhany (015.20.18.523)
Wahyu Winata Buwana (015.20.18.526)
Yulia Tantri (015.20.18.530)
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI
2018
1|K ep e r a w a t a n D a s a r I
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas makalah "Perawatan Luka Pos Operasi" ini dengan baik
dan lancar. Adapun tugas tersebut adalah untuk mempelajari mengenai perawatan
luka setelah operasi yang harus dikuasai oleh mahasiswa sebagai calon perawat.
Terwujudnya tugas ini merupakan untuk memenuhi kebutuhan kami akan
ilmu pengetahuan dalam perawatan luka. Tersusunnya tugas ini adalah berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala hormat dan
ketulusan hati kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Keperawatan Dasar I Bu
Pariyem, S. Kep., Ns.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada tugas ini. Oleh
karena itu, kami menerima segala bentuk kritik dan saran agar kedepannya bisa
lebih baik lagi.
Hormat Kami
Penulis
2|K ep e r a w a t a n D a s a r I
Daftar Isi
Halaman sampul.............................................................................................1
Kata pengantar................................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................................3
Bab I Pendahuluan..........................................................................................4
1.1 Latar belakang masalah................................................................4
1.2 Rumusan masalah.........................................................................4
1.3 Tujuan...........................................................................................5
1.4 Manfaat ........................................................................................5
Bab II
Bab III Penutup..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan .................................................................................11
Lampiran-lampiran..........................................................................................
3|K ep e r a w a t a n D a s a r I
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
4|K ep e r a w a t a n D a s a r I
BAB II
KAJIAN TEORI
5|K ep e r a w a t a n D a s a r I
dengan mudah, dapat dengan mudah dan cepat ditempatkan dalam posisi syok,
dan mempunyai kelengkapan yang memudahkan perawatan, seperti tiang
intravena, pagar tempat tidur brankar beroda, dak rak penyimpan kertas catatan.
2.3 Pengkajian
Pengkajian dan Intervensi Pada Saat Pemindahan
Pengkajian pascaanestesi dilakukan sejak pasien mulai dipindahkan dari
kamar operasi ke ruang pemulihan. Pengkajian dilakukan saat memindahkan
pasien yang berada di atas brankar, perawat mengkaji dan melakukan intervensi
tentang kondisi jalan napas, tingkat kesadaran, status vaskular, sirkulasi,
perdarahan, suhu tubuh, dan saturasi oksigen. Pengaturan posisi kepala pada saat
pemindahan sangat penting dilakukan dengan tetap menjaga kepatenan jalan
napas.
Saat pasien masuk ke PACU, perawat dan anggota tim bedah
menyerahkan status pasien. Laporan tim bedah mencakup laporan tentang obat
anestesi yang diberikan, sehingga perawat PACU dapat mengantisipasi dengan
mudah pasien mana yang seharusnya sudah sadar. Laporan pemberian cairan IV
atau transfusi darah selama pembedahan berlangsung mengingatkan perawat pada
keseimbangan cairan dan elektrolit. Dokter bedah sering melaporkan beberapa hal
yang perlu mendapat perhatian khusus. Misalnya pasien yang berisiko mengalami
perdarahan atau infeksi. Perawat menerima laporan adanya komplikasi yang
terjadi selama pembedahan berlangsung, seperti kehilangan darah yang berlebihan
atau irama jantung tidak teratur. Biasanya laporan ini diberikan saat petugas
PACU menerima kedatangan pasien. Perawat akan memasang berbagai jenis
peralatan monitor, seperti alat monitor tekanan darah noninvasif, alat monitor
EKG, dan oksimeter nadi. Pada periode pemulihan ini, sebagian besar pasien
menerima oksigen melalui beberapa cara.
Pada saat pasien siap dipindahkan dari PACU, petugas memberitahu divisi
keperawatan tentang kedatangan pasien. Hal ini akan memudahkan petugas
keperawatan untuk memberi informasi kepada anggota keluarga pasien tentang
tindakan pembedahan yang telah dijalani. Perawat biasanya menganjurkan
anggota keluarga untuk tetap berada di ruang tunggu sehingga mereka dapat
6|K ep e r a w a t a n D a s a r I
dengan mudah ditemukan jika dokter bedah datang untuk menjelaskan kondisi
pasien. Dokter bedah akan memberi gambaran tentang status pasien, hasil
pembedahan, dan adanya komplikasi.
2.4 Patofisiologi Masalah Keperawatan di Ruang Pemulihan
Pasien pasca operasi akan mengalami perubahan fisiologi sebagai efek dari
anestesi dan intervensi bedah. Efek dari anestesi umum terlihat pada sistem
respirasi, di mana akan terjadi respons depresi pernapasan sekunder dari sisa
anestesi inhalasi, penurunan kemampuan terhadap kontrol kepatenan jalan napas
karena kemampuan memposisikan lidah secara fisiologis masih belum optimal
sehingga cenderung menutup jalan napas, dan juga penurunan kemampuan untuk
melakukan batuk efektif dan mutah yang masih belum optimal. Kondisi ini
menyebabkan adanya masalah keperawatan jalan napas tidak efektif dan resiko
tinggi pola napas tidak efektif.
7|K ep e r a w a t a n D a s a r I
Pascaoperasi
8|K ep e r a w a t a n D a s a r I
pasien yang mulai sadar biasanya gelisah. Kondisi penurunan reaksi anestesi akan
bermanifestasi pada munculnya keluhan nyeri akibat kerusakan neuromuscular
pascaoperasi, pasien pascaoperasi cenderung mengalami kecemasan pascaoperasi
sehubungan dengan penurunan kemampuan adaptasi normal.
Pascaoperatif
B6 (Bone
B4 (Bladder B5 (Bowel
Sistem
Sistem perkemihan Sistem pencernaan muskuloskeletal,Integritas
kulit dan luka
9|K ep e r a w a t a n D a s a r I
2.5 Pedoman pengkajian pascaoperatif
10 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
faring.
Status sirkulasi Respons TTV
Pasien berisiko mengalami komplikasi
kardiovaskular akibat kehilangan darah secara actual
atau risiko dari tempat pembedahan, efek samping
anestesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan depresi
mekanisme regulasi sirkulasi normal.
Pengkajian kecepatan denyut dan irama jantung yang
teliti serta pengkajian tekanan darah menunjukkan
status kardiovaskular pasien.
Perawat membandingkan TTV praoperatif. Dokter
harus diberitahu jika tekanan darah pasien terus
menurun dengan cepat pada setiap pemeriksaan atau
jika kecepatan denyut jantung menjadi semakin tidak
teratur.
Perawat mengkaji perfusi sirkulasi dengan melihat
warna dasar kuku dan mukosa kulit
11 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
vena yang letaknya dalam dan bkan superficial. Duaa
komplikasi serius dari TVP adalah embolisme
pulmonary dan sindrom pascafleblitis.
Respons trombosit vena provunda secara patologis
dimulai dengan adanya inflamasi ringan sampai berat
dari vena yang terjadi dalam kaitannya dengan
pembekuan darah. Komplikasi dapat terjadi dalam
kaitannya dengan pembekuan darah. Komplikasi
dapat terjadi dari sejumlah penyebab, termasuk
cedera pada vena yang disebabkan oleh pengikat
yang terlalu ketat atau penahan tungkai pada waktu
operasi, tekanan dari gulungan selimut dibawah lutut,
hemokonsentrasi akibat kehilangan cairan atau
dehidrasi, atau yang lebih umum lagi adalah
melambatnya aliran darah dalam kstremitas akibat
metabolism yang melambat dan depresi sirkulasi
setelah pembedahan. Kemungkinan juga beberapa
faktor ini berinteraksi untuk menghasilkan
thrombosis. Tungkai kiri lebih sering terkena
dibanding yang kanan.
Pengkajian TVP adalah dengan melihat tanda
Homan.
12 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
menyebabkan turunnya metabolisme dan
menurunkan suhu tubuh. Apabila pasien mulai sadar,
mereka mungkin akan mengeluh kedinginan dan
tidak nyaman.
Perawat mengukur suhu tubuh pasien dan
memberikan selimut hangat. Apbila suhu berada pada
≤35ºC, maka penghangat eksternal dapat digunakan.
Meningkatkan suhu tubuh menyebabkan peningkatan
metabolisme, sirkulasi, serta pernapasan pasien.
Menggigil mungkin bukan merupakan tanda
hipotermia, tetapi hanya efek samping dari obat
anestesi tertentu. Menggigil dapat dikurangi dengan
memberikan Demerol dalam jumlah kecil.
Pada hipertermia maligma tertentu, mungkin terjadi
komplikasi akibat pemberian anestesi yang dapat
mengancam kehidupan. Hipertermia maligna
menyebabkan takipnea, takikardia, tekanan darah
tidak stabil, dan kaku otot.
13 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
sadar. Biasanya perawat menekan tangan atau
mencubit kulit pasien dengan lembut.
Pengkajian orientasi pada lingkungan ruang pulih
sadar sangat penting dalam mempertahankan
kesadaran pasien. Perawat mengorientasikan pasien
kembali, menjelaskan bahwa pembedahannya sudah
selesai, dan memberikan gambaran tentang prosedur
dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
diruang pemulihan.
Respons nyeri Saat pasien sadar dari anestesi umum, rasa nyeri
menjadi sanagt terasa. Nyeri mulai terasa sebelum
kesadaran pasien kembali penuh. Nyeri akut akibat
insisi menyebabkan pasien gelisah dan menyebabkan
tanda-tanda vital berubah.. apabila pasien merasa
nyeri, mereka sulit melakukan batuk efektif dan
napas dalam. Pasien yang mendapat anestesi regional
dan lokal biasannya tidak mengalami nyeri karena
area insisi masih berada dibawah pengaruh anestesi.
Pengkajian rasa tidak nyaman pasien dan evaluasi
terapi untuk menghlangkan rasa nyeri pascaoperatif,
keperawatan yang penting. Skala nyeri merupakan
metode efektif bagi perawat untuk mengkaji nyeri
pascaoperatif, mengevaluasi respons pemberian
analgesik, dan mendokumentasikan beratnya nyeri.
Pengkajian nyeri pascaoperatif digunakan sebagai
dasar perawat mengevaluasi efektifitas intervensi
selama pemulihan pasien.
Genitourinari Dalam waktu 6-8 jam setelah anestesi, pasien akan
mendapatkan kontrol fungsi berkemih secara
volunter, bergantung pada jenis pembedahan.
Pasien perlu dibantu berkemih jika pasien tidak dapat
berkemih dalam waktu 8 jam. Karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan nyeri dan sering
menyebabkan kegelisahan selama pemulihan, maka
pemasangan kateter mungkin diperlukan.
Apabila pasien telah terpasang kateter tetap, maka
urine harus mengalir sedikitnya 2ml/kg/jam pada
dewasa dan 11ml/kg/jam pada anak-anak.
Perawat mengobservasi warna dan bau urine pasien.
Pembedahan yang melibatkan saluran perkemihan,
biasanya akan menyebabkan urine mengandung
14 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
darah kurang lebih selama 12-24 jam setelah
pembedahan, bergantung pada jenis pembedahan.
Sistem gastrointestinal :
1. Anastesi memperlambat motilitas gastrointestinal dan menyebabkan mual.
Normalnya, selama tahap pemulihan setelah pembedahan, bising usus
terdengar lemah atau hilang di keempat kuadran.
2. Inspeksi abdomen menentukan adanya distensi yang memungkinkan
terjadi akibat akumulasi gas.
3. Pada pasien yang baru menjalani pembedahan abdomen, distensi terjadi
jika pasien mengalamiperdarahan internal. Hal ini juga terjadi pada ileac
paralitik akibat pembedahan usus masalah ini mungkin juga berhubungan
dengan pemberian obat-obatan antikolinergik.
4. Pengaruh anastesi pada pengosongan lambungmaka isi lambung yang
terakumulasi tidak bisa keluar dan menimbulkan mual dan muntah.
15 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
keperawatn baru. Perawat juga mempertimbangkan kebutuhan keluarga pasien
saat membuat diagnosis.
Berdasarkan pada data pengkajian diagnosis keperawatan pasca operatif
dapat mencakup beberapa diagnosis berikut ini :
1. Risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
kontrol pernapasan efek sekunder anastesi.
2. Penurunan perfusi perifer berhubungan dengan depresi mekanisme
regulasi sirkulasi normal, perdarahan pasca operatif, penurunan curah
jantung, hipovolemia, pengumpulan darah perifer, dan vasokonstriksi
3. Nyeri berhubungan dengan cedera jarinngan lunak bedah urogenital,
kerusakan neuromuscular pascabedah.
4. Resiko terhadap cedera vaskular, pembentukan trombus pada ekstremitas,
efek sekunder kompresi p[osisi bedah
5. Konstipasi berhubungan denagnpenurunan motilitas lambung dan
ususselama periode intraoperatif
6. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan aktivitas, efek
medikasi dan penurunan pemasukan cairan
7. Kecemasan berhubungan dengan diagnosis pascaoperatif kemungkinan
perubahandalam gaya hidup dan perubahan dal konsep diri
8. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan kerentanan terhadap invasi
bakteri
Risiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan kontrol
pernapasan efek sekunder anastesi
intervensi rasional
Atur tempat pasien dengan Pasien biasanya masih mendapat
dekatkan pada akses oksigen dan oksigenasi pemeliharaan sampai
suction sadar penuh
16 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
hidung dan mulut pasien
17 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
yang rendah dan tinggi) adalah plasma
ekspander yang mengurangi
pembentukan bekuan mikroskopik
yang dicetuskan oleh hemokonsentrasi.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan kontrol nyeri pasien.Banyak faktor fisiologi (motivasi,
afektif, kognitif, dan emosional) yang
dapat mempengaruhi pasien nyeri.
Kaji persiapan pengelolaan nyeri Persiapan praoperatif yang diterima
praoperatif. oleh pasien (termasuk informasi
tentan apa yang diperkirakan dan
dukungan psikologis) adalah faktor
yang signifikan dalam menurunkan
ansietas dan nyeri yang dialami
dalam periode pascaoperatif.
Kaji skala nyeri. Skala nyeri pascaoperatif tergantung
pada persepsi psikologis dan
psikologis individu, toleransi yang
ditimbulkan untuk nyeri, letak insisi,
sifat prosedur, dan kedalaman trauma
bedah.
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan. Istirahat secara psikologis akan
Istilah pasien. menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme basal.
Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga
pernapasan dalam saat nyeri menurunkan nyeri sekunder dari
muncul. iskemia spina.
18 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
lingkungan tenang, batasi pembatasan penunjang akan
pengunjung dan istirahatkan membantu meningkatkan kondisi O2
pasien. ruangan yang akan berkurang apabila
banyak pengunjung yang berada
diruangan. Istirahat akan menurunkan
kebutuhan O2 jaringan perifer.
Lakukan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Masase ringan dapat meningkatkan
aliran darah dan membantu suplai
darah dan oksigen ke ara nyeri.
Lakukan teknik stimulasi Salah satu metode destraksi untuk
perkutaneus. menstimulasi pengeluaran endorfin-
enkafalin yang berguna sebagai
analgetik internal untuk memblok
rasa nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan membantu mengurangi
penyebab nyeri dan nyerinya dan mengembangkan
menghubungkan berapa lama kepatuhan pasien terhadap rencana
teraupetik.
nyeri akan berlangsung.
19 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan peristaltik setiap 4- Anestesi umum akan
8 jam. mempengaruhi penurunan
peristaltik usus. Penilaian bunyi
bising usus merupakan
parameter penting yang
dilakukan perawat untuk
mengetahui fungsi intestinal
sudah optimal.
Perawat mengkaji peristaltik
usus setiap 4-8 jam. Perawat
secara rutin mengauskultasi
abdomen untuk mendeteksi
kembalinya bising usus normal.
Adanya suara seperti berkumur
yang nyaring sebanyak 5-30 kali
per menit pada setup kuadran
abdomen menunjukkan bahwa
peristaltik telah kembali normal.
Bunyi gemerincing benda tinggi
yang disertai dengan distensi
abdomen menunjukkan usus
belum berfungsi dengan baik.
Perawat menanyakannya apakah
pasien sudah mengeluarkan gas
(flatus). Hal ini merupakan tanda
penting yang menunjukkan
bahwa fungsi usus telah kembali
normal.
20 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
bedah abdomen biasanya berpuasa 24-
48 jam pertama setelah pembedahan.
Apabila peristaltik sudah kembali,
perawat memberikan cairan yang encer,
dilanjutkan dengan cairan yang kental,
diet ringan makanan padat, dan akhirnya
diberikan diet reguler.
Lakukan dan tingkatkan ambulasi Aktivitas fisik merangsang kembalinya
dan latihan. peristaltik. Pasien yang mengalami
distensi abdomen dan "nyeri karena
gas" akan merasa lebih nyaman ketika
berjalan.
Pertahankan asupan cairan yang Cairan menjaga feses tetap lembut
adekuat. sehingga mudah dikeluarkan. Jus buah
dan air hangat biasanya sangat efektif.
Kolaborasi dengan dokter untuk Perawat memberikan enema, supositoria
pemberian obat supositoria. rektal, dan selang rektal sesuai instruksi.
Apabila terjadi konstipasi atau distensi,
dokter mencoba merangsang peristaltik
melalui katartik atau enema. Selang
rektal atau enema aliran balik
meningkatkan keluarnya flatus.
21 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
perawat mendapatlan gejala perubahan dari
non verbal, maka perawat meminta bantuan
dari perawat lain di ruang pemulihan untuk
melakukan fiksasi pada pasien.
Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, dan memperlambat
penyembuhan
22 | K e p e r a w a t a n D a s a r I
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
23 | K e p e r a w a t a n D a s a r I