Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KONSEP PERDARAHAN SALURAN CERNA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat


Dosen Pengampu Dhian Luluh R., M.Kep.,Sp.KMB

DisusunOleh :

Afriza Alya Salsabilla 015.20.18.429


Arfianita Regina Putri 015.20.18.441
CaturYudaBrataningrat 015.20.18.448
Febri Erna Rahmawati 015.20.18.466
Yulia Tantri 015.20.18.530

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB NGAWI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan lancar.
Adapun makalah kami adalah tentang “Perdarahan saluran cerna”.
Dengan adanya makalah ini, diharapakan dapat membantu proses pembelajaran dan
menambah pengetahuan tentang penyakit perdarahan saluran cerna. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya. Untuk
itu kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Ibu Dhian Luluh R.,M.Kep
Kami menyedari bahwa makalah ini mungkin kurang sempurna, untuk itu kami
menerima kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini agar kedepannya bisa lebih
baik lagi.

Ngawi, 8 September 2020

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
2.1 Rumusan Masalah.......................................................................................................1
3.1 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................3
2.1 Definisi........................................................................................................................3
2.2 Manifestasi Klinis........................................................................................................3
2.3 Klasifikasi....................................................................................................................4
2.4 Etiologi........................................................................................................................4
2.5 2.5 Pathway.................................................................................................................6
2.6 Patofisiologi.................................................................................................................7
2.7 Komplikasi..................................................................................................................8
2.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................8
2.9 Penatalaksanaan Medis................................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................................11
3.1 Identitas Klien...........................................................................................................11
3.2 Keluhan Utama..........................................................................................................11
3.3 Riwayat Kesehatan....................................................................................................11
3.4 Riwayat Pengkajian Psikologis.................................................................................12
3.5 Pemeriksaan Fisik......................................................................................................13
3.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................15
3.7 Penatalaksanaan.........................................................................................................16
3.8 Analisa Data..............................................................................................................16
3.9 Diagnosa Keperawatan..............................................................................................17
3.10 Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................................17
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................19
4.1 Kesimpulan................................................................................................................19
4.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan saluran pencernaan adalah kondisi ketika terjadi perdarahan pada saluran
pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi di saluran pencernaan atas, seperti kerongkongan
(esofagus), lambung, dan usus dua belas jari (duodenum). Perdarahan juga bisa terjadi di
saluran pencernaan bawah, seperti usus halus, usus besar, dan dubur.
Gejala perdarahan saluran pencernaan dapat berkembang perlahan dalam jangka
panjang (kronis), dan bisa juga terjadi seketika (akut). Pada perdarahan saluran pencernaan
akut, gejalanya dapat terlihat secara kasat mata, seperti mutah darah,perdarahan pada
dubur,dan feses berwarna gelap dengan tekstur lembek. Sebaliknya, pada perdarahan saluran
pencernaan kronis, gejala bisa sulit dideteksi. Gejalanya bisa meliputi nyeri dada, sakit perut,
pusing, sesak napas, hingga pingsan.Bila perdarahan berkembang makin parah dengan cepat,
penderita dapat mengalami gejala syok. Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan
sejumlah komplikasi serius bila tidak segera ditangani. Pada kasus perdarahan saluran
pencernaan kronis, penderita dapat mengalami anemia, suatu kondisi kekurangan sel darah
merah yang berpotensi mengancam jiwa.
Pada perdarahan saluran pencernaan akut yang tidak cepat ditangani, penderita akan
cepat kehilangan darah. Kondisi tersebut menyebabkan pusing dan lemas. Penderita juga
dapat mengalami sakit perut dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak juga ditangani,
risiko terjadinya syok yang berujung kematian akan meningkat.
Karena bahayanya penyakit perdarahan saluran pencernaan, dan banyak orang yang
belum benar memahami akan bahayanya penyakit ini dan bagaimana cara pengobatan
mandiri maupun pengobatan rumah sakit, maka dari itu kami membuat makalah ini untuk
menambah wawasan kita mengenai peyakit ini apa saja bahayanya,penyebab,dan komplikasi
serta cara pengobatannya untuk kita sebagai mahasiswa keperawatan serta untuk masyarakat
umum agar lebih memahami penyakit ini.
2.1 Rumusan Masalah
a. Apa definisi perdarahan saluran cerna ?
b. Apasaja manifestasi klinis dari perdarahan saluran cerna ?
c. Apa saja klasifikasi dari perdarahan saluran cerna ?

1
d. Apa saja Etiologi dari perdarahan saluran cerna ?
e. Apa saja komplikasi dari perdarahan saluran cerna ?
f. Bagaimana Patofisiologi dari perdarahan saluran cerna ?
g. Bagaimana Pathway dari perdarahan saluran cerna ?
h. Apa saja pemeriksaan penunjang dari perdarahan saluran cerna ?
i. Bagaimana penatalaksanaan dari perdarahan saluran cerna ?
3.1 Tujuan
a. Untuk mengetahui konsep perdarahan saluran cerna
b. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari perdarahan saluran cerna
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari perdarahan saluran cerna
d. Untuk mengetahui etiologi dari perdarahan saluran cerna
e. Untuk mengetahui komplikasi dari perdarahan saluran cerna
f. Untuk mengetahui Patofisiologi dari perdarahan saluran cerna
g. Untuk mengetahui pathway dari perdarahan saluran cerna
h. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari perdarahan saluran cerna

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAN

2.1 Definisi
Perdarahan saluran pencernaan adalah kondisi ketika terjadi perdarahan pada saluran
pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi di saluran pencernaan atas, seperti kerongkongan
(esofagus), lambung, dan usus dua belas jari (duodenum). Perdarahan juga bisa terjadi di
saluran pencernaan bawah, seperti usus halus, usus besar, dan dubur.
Perdarahan saluran cerna disebut juga dengan perdarahan gastrointestinal (GI).
Perdarahan gastrointestinal mungkin terjadi akibat keracunan makanan, paparan parasit,
infeksi, tumor, wasir, inflamasi, atau radang usus.
Tingkat keparahan perdarahan gastrointestinal tergantung pada lokasi, kecepatan, dan
riwayat perdarahan yang dialami. Perdarahan gastrointestinal adalah penyakit yang
mengancam jiwa bila tidak segera terdeteksi dan ditangani tim medis.

2.2 Manifestasi Klinis


Gejala perdarahan saluran pencernaan dapat berkembang perlahan dalam jangka panjang
(kronis), dan bisa juga terjadi seketika (akut). Pada perdarahan saluran pencernaan akut,
gejalanya dapat terlihat secara kasat mata, seperti:
 Muntah darah, dengan warna darah merah terang atau coklat gelap.
 Perdarahan pada dubur, sehingga terkadang feses mengandung darah.

 Feses berwarna gelap, dengan tekstur lembek.


Sebaliknya, pada perdarahan saluran pencernaan kronis, gejala bisa sulit dideteksi. Gejalanya
bisa meliputi nyeri dada, sakit perut, pusing, sesak napas, hingga pingsan.
Bila perdarahan berkembang makin parah dengan cepat, penderita dapat mengalami gejala
syok, seperti:
 Tekanan darah menurun drastis
 Jantung berdebar (lebih dari 100 denyut per menit)

 Keringat dingin (diaforesis)

 Frekuensi buang air kecil yang jarang dan sedikit

 Penurunan kesadaran.

3
2.3 Klasifikasi
Ada dua macam perdarahan saluran cerna:
a. Perdarahan saluran cerna atas
Perdarahan SCBA adalah perdarahan yang terjadi pada proksimal ligamentum treitz.
b. Perdarahan saluran cerna bawah
Perdarahan saluran cerna bagian bawah (SCBB) adalah semua perdarahan saluran
cerna di bawah ligamentum Treitz, suatu otot polos yang memanjang dari perbatasan
duodenum-jejunum hingga diafragma kiri. Insiden perdarahan SCBB sekitar
seperlima dari perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA).

2.4 Etiologi
Penyebab perdarahan saluran pencernaan sangat beragam, tergantung kepada area
terjadinya perdarahan. Pada perdarahan saluran pencernaan atas, penyebabnya meliputi:
 Tukak lambung. Tukak lambung adalah luka yang terbentuk di dinding lambung.
Kondisi ini merupakan penyebab paling sering dari perdarahan pada saluran
pencernaan atas. Luka juga dapat terbentuk di dinding usus 12 jari, yang disebut ulkus
duodenum.
 Pecah varises esofagus. Varises esofagus adalah pembesaran pembuluh darah vena
pada area esofagus atau kerongkongan.

 Sindrom Mallory-Weiss. Sindrom Mallory-Weiss adalah kondisi yang ditandai


robekan pada jaringan, di area kerongkongan yang berbatasan dengan lambung.

 Esofagitis. Esofagitis adalah peradangan pada esofagus, yang dapat disebabkan


oleh gastroesophageal reflux (GERD) atau penyakit refluks asam lambung.

 Tumor. Tumor jinak atau tumor ganas yang tumbuh di kerongkongan atau lambung
dapat menyebabkan perdarahan.

Sedangkan perdarahan saluran pencernaan bawah dapat disebabkan oleh sejumlah


kondisi berikut:
 Radang usus. Radang usus adalah salah satu penyebab umum perdarahan saluran
pencernaan bawah. Sejumlah kondisi yang termasuk radang usus adalah penyakit
Crohn dan kolitis ulseratif.

4
 Divertikulitis. Divertikulitis adalah infeksi atau peradangan pada divertikula
(kantong-kantong kecil yang terbentuk di saluran pencernaan).

 Wasir (hemoroid). Wasir adalah pembengkakan pembuluh darah di dubur atau bagian


bawah rektum.

 Fisura ani. Fisura ani adalah luka terbuka pada saluran anus.

 Proktitis. Proktitis adalah peradangan dinding rektum, yang dapat menyebabkan


perdarahan pada rektum.

 Polip usus. Polip usus adalah benjolan kecil yang tumbuh di usus besar, dan
menyebabkan perdarahan. Pada beberapa kasus, polip usus dapat berkembang
menjadi kanker bila tidak ditangani.

 Tumor. Tumor jinak atau tumor ganas yang tumbuh di usus besar dan rektum, dapat
menyebabkan perdarahan.

5
2.5 Pathway

Sirosis Varises Tukak


Hati Esofagus Lambung

Fungsi Hati Tekanan Kuman


abnormal Pembuluh Darah Helicobacter
Pilori
Gangguan Asites Pecahnya Pada Inflamasi
Metabolis esofagus
m Pendarahan PK
Nafsu Makan Distensi Pendaraha
Pendarahana pada
turun Abdomen n
esofagus
Hematemesis
Melena
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang Nyeri perut
Mual
dari kebutuhan
Muntah
tubuh
volume
Darah
Kekuranga
Pendarahan n Vol.
PK
Anemia Cairan
Anemia
Hematemesi Nyeri Akut
s Melena Kelemahan
&
Kelelahan
Mual
Muntah Intoleransi
Aktivitas
Kekurangan
Vol. Cairan

6
2.6 Patofisiologi
a. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan (asam hidroklorida) dan pepsin.
Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam pepsin,
atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa yang
rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier terhadap
asam klorida.
b. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase yang
dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang bekerja
pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal , (2) fase
lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan sebagai
akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding lambung, dan
(3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan hormon
(dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam
lambung.
c. Barier mukosa lambung Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan
yang dilakukan lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan
mukosa adalah suplai darah , keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa dan
regenersi sel epitel. Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua faktor ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier
mukosa lambung. Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak
mukosa lambung adalah ulserogenik ; salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol
dan obat antiinflamasi.
d. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
e. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari duodenal atau area
lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian stress
misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.

7
2.7 Komplikasi

Perdarahan saluran pencernaan dapat menyebabkan sejumlah komplikasi serius bila tidak
segera ditangani. Pada kasus perdarahan saluran pencernaan kronis, penderita dapat
mengalami anemia, suatu kondisi kekurangan sel darah merah yang berpotensi mengancam
jiwa.

Sedangkan pada perdarahan saluran pencernaan akut yang tidak cepat ditangani, penderita
akan cepat kehilangan darah. Kondisi tersebut menyebabkan pusing dan lemas. Penderita
juga dapat mengalami sakit perut dan sesak napas. Bila kondisi tersebut tidak juga ditangani,
risiko terjadinya syok yang berujung kematian akan meningkat.

2.8 Pemeriksaan Penunjang


a. Tes darah. 
Dokter dapat melakukan hitung darah lengkap, guna mengetahui jumlah trombosit
dan mengukur seberapa cepat proses pembekuan darah pada pasien.
b. Pemeriksaan sampel feses
Pemeriksaan ini untuk akan membantu dokter dalam menentukan diagnosis bila
perdarahan tidak terlihat kasat mata.
c. Angiografi
Angiografi adalah pemeriksaan sinar X (foto Rontgen) yang didahului suntik cairan
kontras ke pembuluh darah pasien. Cairan ini akan membantu dokter melihat kondisi
pembuluh darah pasien lebih jelas.
d. Endoskopi. 
Endoskopi  dapat dilakukan dengan memasukkan endoskop (selang lentur yang
dilengkapi kamera) melalui mulut atau dubur, atau dengan meminta pasien menelan
kapsul yang berisi kamera kecil, untuk memeriksa saluran pencernaan. Endoskopi
akan dilakukan oleh dokter gastroenterologi.
e. Uji pencitraan. 
Dokter juga dapat menjalankan uji pencitraan, seperti CT scan, guna mencari sumber
terjadinya perdarahan.

8
2.9 Penatalaksanaan Medis
a. Tirah baring.
b. Pemeriksaan Hb, Ht setiap 6 jam pemberian transfusi darah

c. Pemberian tranfusi darah bila terjadi  pendarahan yang luas (hematemesis


melena)

d. Infus cairan lagsung dipasang untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

e. Pengawasan terhadap tekanan darah, nadi, kesadaran penderita dan bila perlu
CVP monitor.

f. Pemeriksaan kadar Hb dan Ht perlu dilakukan untuk mengikuti keadaan


pendarahan.

g. Tranfusi darah diperlukan untuk mengganti darah yang hilang dan


mempertahankan kadar Hb 50-70% harga normal.

h. Pemberian obat-obatan hemostatik seperti vitamin K, 4x10mg/hari,


karbosokrom (adona AC), antasida dan golongan H2 reseptor antagonis
berguna untuk menanggulangi pendarahan.

i. Dilakukan klisma dengan air biasa disertai pemberian antibiotika yang tidak
diserap oleh usus, sebagai timdakan sterilisasi usus. Tindakan ini dilakukan
untuk mencegah terjadinya peningkatan produksi amoniak oleh bakteri usus,
dan ini dapat menimbulkan ensefalopati hepatic.

j. Pemberian pitresin (vasopresin)

Pitresin mempunyai efek vasokoktriksi, pada pemberian pitresin per infus


akan mengakibatkan kontriksi pembuluh darah dan splanknikus sehingga
menurunkan tekanan vena porta, dengan demikian
diharapkan pendarahan varises dapat berhenti. Perlu diingat bahwa pitresin
dapat menrangsang otot polos sehingga dapat terjadi vasokontriksi koroner,
karena itu harus berhati-hati dengan pemakaian obat tersebut terutama pada
penderita penyakit jantung iskemik. Karena itu perlu pemeriksaan
elektrokardiogram dan anamnesis terhadap kemungkinan adanya penyakit
jantung koroner/iskemik.
k. Pemakaian bahan sklerotik

9
Bahan sklerotik sodium morrhuate 5 % sebanyak 5 ml atau sotrdecol 3 %
sebanyak 3 ml dengan bantuan fiberendoskop yang fleksibel disuntikan
dipermukaan varises kemudian ditekan dengan balon SB tube. Tindakan ini
tidak memerlukan narkose umum dan dapat diulang beberapa kali. Cara
pengobatan ini sudah mulai populer dan merupakan salah satu pengobatan
yang baru dalam menanggulangi pendarahan saluran makan bagian atas yang
disebabkan pecahnya varises esofagus.
l. Tindakan operasi
Bila usaha-usaha penanggulangan pendarahan diatas mengalami kegagalan
dan pendarahan tetap berlangsung, maka dapat dipikirkan tindakan operasi .
Tindakan operasi yang basa dilakukan adalah : ligasi varises esofagus,
transeksi esofagus, pintasan porto-kaval. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu pendarahan berhenti dan fungsi hari membaik 

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Tn. H DENGAN HEMATESIS MELENA DI IGD dr. SOEROTO NGAWI.

3.1 Identitas Klien


a. Identitas Klien
Nama : Tn. H
Umur : 47 Tahun
Alamat : Karangasri
Pekerjaan : Anggota DPRD
Pendidikan : S2
DX. Medis : Hematesis Melena
No CM : 077687
Agama : Islam
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ty. P
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT
Alamat : Karangasri
Hub Dg Klien : Istri

3.2 Keluhan Utama


Muntah darah, nyeri perut ulu hari

3.3 Riwayat Kesehatan


a. Riwayat kesehatan sekarang
Datang ke IGD pada pukul 19.00 WIB dengan keluhan muntah darah sejak pukul
18.00 WIB 3x dengan volume ± 250 ml. Klien terlihat pucat, pusing, dan lemas dan
mengeluhkan nyeri pada area ulu hati dan lapang perut nyeri terasa seperti ditususk-

11
tusuk dengan frekuensi nyeri hilang tibul, skala nyeri berdasarkan ekspresi skore 5.
Klien terlihat sangat kesakitan dan meringis di setiap nyeri datang. Sangat kelelahan
setelah nyeri terlalui. BAB pagi tadi bercampur darah disertai nyeri pada area
abdomen. Hasil TTV TD: 100/60 mmHg, S: 36,8ºC, N: 88x/menit, RR: 20x/menit.
b. Riwayat kesahatan dahulu
Klien memiliki riwayat anemia sejak remaja. Klien pernah dirawat sebelumnya
dengan dx hematesis melena sekitar 1 tahun yang lalu, rajin kontrol setiap bulannya.
Dikarenakan pandemi Covid-19 sudah3 bulan tidak kontrol.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya ada seorang saudaranya yang pernah menderita
penyakit menular seperti HIV dan TBC, serta penyakit degeneratif seperti DM dan
jantung.

3.4 Riwayat Pengkajian Psikologis


a. Persepsi dan harapan klien terhadap masalahnya
Klien berharap bisa sembuh, bisa berkumpul lagi dengan keluarga dan melakukan
aktivitas kesehariannya.
b. Persepsi dan harapan keluarga terhadap masalah klien
Keluarga berharap klien bisa cepat sembuh dan bisa pulang berkumpul kembali
dengan keluarganya
c. Pola interaksi dan komunikasi
Klien kooperatif, mampu menjawab pertanyaan dengan bahasa Indonesia dan bahasa
Jawa
d. Pola pertahanan
Klien mampu bergerak dengan baik
e. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama Islam. Klien dan keluarga selalu berdoa kepada Allah agar
penyakitnya cepat sembuh.
f. Pengkajian konsep diri
 Ideal diri : klien seorang pria yang sedang sakit dan memerlukan
perawatan
 Identitas diri : klien seorang anggota DPRD Kota Ngawi
 Peran diri : klien seorang kepala keluarga

12
 Gambaran diri : klien menghadapi kondisinya dengan sabar dan tabah
 Harga diri : klien tidak malu dengan penyakit yang dideritanya

g. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Tinggal Serumah
3.5 Pemeriksaan Fisik
KU : sedang
Kesadaran : Apatis (3-3-5)
Tanda- tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 110 x / Menit
Suhu : 36,8ºC
Respirasi : 20 x / menit

Pengkajian primer
1. Airway:
Look : tidak terdapat sumbatan jalan nafas, tidak terlihat kontraksi otot bantu
pernafasan, cyanosis (-), gelisah.
Feel : terasa hembusan nafas pelan
Listen : tidak terdengar bunyi suara nafas tambahan
2. Breathing
- Klien tidak sesak
- Batuk secara spontan (+)
- RR 20x/menit regular
3. Circulation
a. Sirkulasi primer

13
- TD 100/60 mmHg
- N 88 x/menit regular
- Pucat
- Akral dingin
- Edema (-)
b. Fluid (Cairan dan elektrolit)
- Turgor kulit : lembab
- Mukosa mulut : lembab
- Minum 4-8 gelas per hari @150 cc
- BAK 5-7 x sehari sedikit, warna kuning jernih, bau khas amoniak
- BAB 1-2 x sehari .BAB terakhir bercampur darah lumayan banyak 20-40 cc
konsistensi lunak cenderung cair berlendir, nyeri saat bab di area abdomen.
- Bising usus 19 x/menit.
- Muntah darah 3x ±250 ml.
4. Disability
- Kesadaran : Apatis (3-3-5)
- Pupil miosis isokor
5. Exposure (pemeriksaan lengkap b1-b6)
a. B1 (Breath) :
Inspeksi : Bentuk dada barel chest, pernafasan cuping hidung (-), retraksi
intercostae(-), pergerakan dada simetris, RR 20 kali per menit, terpasang nassal canule
3 lpm.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada bunyi nafas tambahan
b. B2 (Blood) :
Inspeksi : Konjungtiva berwarna merah muda, sklera putih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, teraba ictus cordis di ICS ke 5, CRT >3 detik.
Nadi 110 x/menit teraba lemah
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 regular. TD.100/60mmHg
c. B3 (Brain) :
Inspeksi : Kesadaran apatis, GCS 3-3-5
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

14
d. B4 (Bledder) :
Inspeksi : Klien tidak terpasang kateter. BAK sedikit 5-7x ( 10-50 cc per miksi),
berwarna jernih bau khas amoniak
Palpasi : Retensi urin (-).
e. B5 (Bowel) :
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pucat, tidak terpasang NGT, klien muntah-
muntah 3x cairan berlendir disertai darah ±250ml, peningkatan salivasi.
Auskultasi : Bising usus 7 kali per menit
Palpasi : Nyeri tekan diseluruh lapang abdomen terutama regio 1-3, tidak ada
pembesaran hepar dan liem.
Perkusi : Tympani.
f. B6 (Bone) :
Inspeksi : Kulit berwarna sawo matang terlihat pucat tidak terdapat lesi,
terdapat pembengkakan pada area kaki. Berkeringat berlebihan.
Paplasi : Kulit kering dan keriput, akral dingin, turgor kulit menurun. Suhu
36,8ºC. Kekuatan otot 4-4-4-4.

3.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan Laboratorium dilakukan pada tanggal 08 September 2020 Pukul 19.30
WIB.
Nilai
Pemeriksaan Hasil Satuan Metode
Rujukan
Darah Rutin
Hemoglobin 10,0 13.5 – 17.5 9 / dl Spectiophotometry
Lekosit 2.5 4 – 10 ribu E. Impedance
Eritrosit 4.73 4.5 – 6.8 juta E. Impedance
Hematrokit 43.1 40 – 50 % Integration Volume
Monosit 0.4 0.2-1.0
Granulasit 11.5 2-4
Ph 7,45 7,35 - 7,45 Asidosis
Trombosit 22,1 150 – 400 ribu E. Impedance
Limfosit % 10.5 25-40
Monosit % 2.8 2-8
Granulasit % 86.6 50-80
SGOT 18 >29
SGPT 9 >25
Hbs.Ag - -

15
3.7 Penatalaksanaan
Tanggal 08 Sptember 2020 Pukul 19.40 WIB.
1. IVFD Aminofusin 20 tpm
2. Kalnex 3x100 mg IV
3. Vit K 3x2 mg/1 amp IV
4. Ondansentron 4mg/ 2 ml IV

3.8 Analisa Data


Hari/
Data Fokus Etiologi Masalah
Tanggal
Selasa, 08 DS : Klien mengatakan
September lemas, pusing, mual.
2020 DO :
-Muntah darah 3x ± 250ml
Kehilangan cairan
-Mukosa bibir pucat
aktif : Hematesis Hipovolemia
- TD 100/60 mmHg
melena
- N 110 x/menit lemah
-Turgor kulit menurun
- BAK sedikit 5-7x ( 10-50 cc
per miksi)
Selasa, 08 DS : Klien mengatakan nyeri
September pada area lapang abdomen
2020 P : Hematesis melena
Q: seperti ditusuk-tusuk
Agen Pencedera
R: seluruh lapang abdomen Nyeri Akut
Fisiologis
terutama regio 1-3
S: skala nyeri 5 wajah
T: Nyeri hilang timbul
Klien tampak meringis
Selasa, 08 DS : Klien merasa lemas dan Kekurangan Perfusi perifer
September mengeluh lelah volume cairan : tidak efektif
2020 DO: Anemia
- CRT > 3 detik
- Nadi teraba lemah

16
- Akral dingin
- Turgor kulit menurun
- Kulit pucat
- Hb 10,0
- Keringat berlebihan

3.9 Diagnosa Keperawatan


1. Hipovolemia b/d Kehilangan cairan aktif : Hematesis melena
2. Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
3. Perfusi Jaringan Perifer Tidak Efektif b/d Kekurangan volume cairan : Anemia

3.10 Rencana Asuhan Keperawatan


NO
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1. Setelah dilakukan 1. Monitor TTV 1. Mempertahankan
tindakan keperawatan 2. Posisikan klien kondisi klien tetap
selama 1x24 jam trendelenburg stabil, dan
diharapkan masalah 3. Monitor intake dan menghindari
kekurangan cairan dapat output cairan keparahan lebih lajut
teratasi dengan KH : 4. Kolaborasikan terapi 2. Memberikan aliran
 Klien tidak lemas farmakologi darah ke otak secara
dan pucat adekuat
 TD 120-130/70-90 3. Terpenuhinya
 Turgor kulit kebutuhan cairan
membaik tubuh

 Nadi 70-100 x/menit 4. Penanganan hematesis

teraba kuat secara tepat

 BAK 5-8 kali sehari


@ 50-100 cc
2. Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik 1. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan nyeri nyeri
selama 1x24 jam 2. Ajarakn teknik 2. Mengalihkan rasa
diharapkan masalah nyeri distraksi dan rileksasi nyeri
teratasi dengan KH : 3. Berikan posisi 3. Memberiakan

17
- Skala nyeri turun nyaman kenyamanan pada
menjadi 0-2 4. Kolaborasikan pasien
- Ekpresi wajah rileks pemberian terapi 4. Pemberian
- Klien mengatakan farmakologi pengobatan secara
nyeri berkurang (analgesik) tepat
3. Setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi 1. Memastikan daerah
tindakan keperawatan perifer (mis. Nadi perifer tubuh
selama 1 x 24 jam perifer, edema, mendapatkan aliran
diharapkan perfusi pengisian kapiler, darah yang adekuat
perifer klien aktif warna, suhu) 2. Mengidentifikasi
KH: 2. Monitor panas, adanya inflamasi
- Tidak merasa kelelahan kemerahan, nyeri, pada area ektremitas
dan lemas atau bengkak pada 3. Meningkatkan Hb
- CRT < 3 detik ekstremitas secara adekuat
- Nadi teraba kuat 3. Lakukan tranfusi 4. Karena daerah
- Akral hangat darah tersubut kekurangan
- Turgor kulit membaik 4. Hindari pemasangan aliran darah jadi
- Kulit kemerahan infus atau sangat tidak
- Hb 13.5 – 17.5 pengambilan darah di dianjurkan
area keterbatasan 5. Penanganan secara
perfusi tepat.
5. Kolaborasikan
pemberian terapi
farmakologi

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Perdarahan saluran pencernaan adalah kondisi ketika terjadi perdarahan pada saluran
pencernaan. Kondisi ini dapat terjadi di saluran pencernaan atas, seperti kerongkongan
(esofagus), lambung, dan usus dua belas jari (duodenum). Perdarahan juga bisa terjadi di

18
saluran pencernaan bawah, seperti usus halus, usus besar, dan dubur. Perdarahan saluran
cerna disebut juga dengan perdarahan gastrointestinal (GI). Pada penderita pendarahan
saluran pencernaan, manifestasi klinis yang terlihat antara lain:  Muntah darah, dengan warna
darah merah terang atau coklat gelap, Perdarahan pada dubur, sehingga terkadang feses
mengandung darah, Feses berwarna gelap, dengan tekstur lembek.
Untuk pengobatan atau penatalaksanaan pada pasien gawat darurat dengan  perdarahan
saluran pencernaan dilakukan sesuai dengan penyebab terjadinya perdarahan. Secara umum
penatalaksanaan tersebut ialah dengan cara menghentikan perdarahan yang terjadi

4.2 Saran
Adapun saran – saran yang dapat penulis berikan dalam usaha keperawatan pada pasien
gawat darurat dengan perdarahan saluran pencernaan ini adalah :
a. Untuk klien
Klien diharapkan harus senantiasa tetap memelihara kesehatannya, menjaga pola
makan dengan baik dan harus mengerti faktor apa saja yang mencetuskan terjadinya
perdarahan saluran percernaan. Klien juga diharapkan mampu melakukan pencegahan
dan tindakan pengobatan awal jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
b. Untuk perawat
Bagi teman sejawat, diharapkan benar-benar memahami konsep dasar penyakit
perdarahan saluran pencernaan, karena berdasarkan pengetahuan dan keterampilan
itulah maka perawat dapat menerapkan asuhan keperawatan yang komprehensif.
c. Untuk pendidikan
Untuk institusi diharapkan lebih melengkapi literatur yang berkaitan dengan masalah
ini, sehingga dalam penyusunan makalah ini lebih mempermudah penulis sehingga
makalah yang dihasilkan lebih bernilai.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Vania.2019.Asuhan Keperawatan pada Ny. L dengan Hematemesis Melena di ruang


rawat inap Interne Rumah Sakit dr. Achmad Mochtar Bukittinggi.Bukit
Tinggi:STIKES Perintis Padang di unduh Minggu, 6 September 2020 Pukul 18.00
http://repo.stikesperintis.ac.id/847/1/27%20VANIA.pdf
2. https://www.alodokter.com/perdarahan-saluran-pencernaan#:~:text=Komplikasi
%20Perdarahan%20Saluran%20Pencernaan&text=Kondisi%20tersebut
%20menyebabkan%20pusing%20dan,yang%20berujung%20kematian%20akan
%20meningkat. Di Unduh pada Senin, 7 September 2020 Pukul 12.00 WIB
3. Zohri, Saepudin.2013.Laporan pendahuluan asuhan keperawatan gawat darurat
pada klien dengan diagnosa medis hematemesis melena di ruang IDG Triase RSDM
Dr.Moewardi Surakarta. Surakarta: STIKES NGUDI WALUYO
https://www.academia.edu/9366205/askep?auto=download Di unduh pada Senin 7
September 2020 Pukul 18.30 WIB
4. Seo, Restu Agape.2019.Asuhan keperawatan pada Tn.DBE dengan hematesis melena
si ruang Teratai RSUD Prof dr WZ Johanes Kupang. Kupang: Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang http://repository.poltekeskupang.ac.id/1432/1/001.KTI
%20R.A.SEO.pdf di Unduh pada Minggu 6 September 2020 Pukul 10.00
5. https://www.alodokter.com/perdarahan-saluran-pencernaan#:~:text=Perdarahan
%20saluran%20pencernaan%20adalah%20kondisi,dua%20belas%20jari
%20(duodenum). Diakses pada Rabu, 9 September 2020 pukul 13.15 WIB
6. https://doktersehat.com/perdarahan-saluran-cerna-gastrointestinal/ Diakses pada
Rabu, 9 September 2020 pukul 14.02 WIB
7. http://dokterpost.com/diagnosis-dan-terapi-perdarahan-saluran-cerna-bagian-
bawah/#:~:text=Perdarahan%20saluran%20cerna%20bagian%20bawah%20(SCBB)
%20adalah%20semua%20perdarahan%20saluran,cerna%20bagian%20atas
%20(SCBA). Diakses pada Rabu, 9 September 2020 pukul 14.07 WIB
8. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Tim Pokja
SDKI PPNI
9. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta: Tim Pokja
SDKI PPNI

20
10. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta: Tim Pokja
SDKI PPNI

21

Anda mungkin juga menyukai