Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA NEONATORIUM

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK VIII

1. MUHAMMAD IZZI
2. MAHYUNI
3. ROSDIATUN
4. SRI APRIYANTI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAAM


PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN

MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena atas


berkat rahmat dan inayah-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan
sehingga kami dapat menyusun kumpulan Makalah tentang Asuhan Keperawatan
Asfiksia Neonatorium.

Terimakasih kami ucapkan kepada pengajar mata kuliah Keperawatan


Anak, Ibu Fitri Romadonika, yang telah membimbing dalam pembuatan makalah
ini.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada semua yang ikut berpartisipasi


dalam penyelesaian tugas ini.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam kumpulan makalah ini,


terdapat banyak hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja
keras kami serta dengan bantuan dari teman- teman sehingga Alhamdulillah
segala sesuatu dapat teratasi.

Kritik dan saran dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati
demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 12 April 2019

Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................


1.1 Latar belakang .............................................................................. 1
1. 2 Rumuan masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Asfiksia
2.2 Jenis Asfiksia
2.3 Apgar Skor Asfiksia
2.4 Etiologi Asfiksia
2.5 Manifestasi Klinis
2.6 Patway Asfiksia
2.7 Patofisiologi Asfiksia
2.8 Komplikasi Asfiksia
2.9 Penatalaksanaan Asfiksia
2.10 Asuhan Keperawatan Asfiksia Neonatorium
BAB III PENUTUP ..................................................................................
3.1 Kesimpulan ...................................................................................
3.2 Saran ..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Asifiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara sepontan dan teratur. Keadaan ini disertai dengan hipoksia,
hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada
penderita Asifiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel, Duc, 2011).
Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis
menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Brendes (2006)
yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi
hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang
tinggi.
Haupt (2001) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan
pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan
kardiovaskuler, serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia
merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi
sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari dilakukan oleh Larrhoc dan
Amakawa (2011) menunjukkan nekrosis berat berat dan difus pada jaringan
otak bayi yang meninggal karena hipoksia.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi Asfiksia?
2. Berapa jenis Asfiksia?
3. Bagaiaman Apgar Skor dari Asfiksia?
4. Apa etiologi Asfiksia?
5. Apa manifestasi klinis Asfiksia?
6. Apa patway dan Patofisiologi Asfiksia?
7. Apa komplikasi Aspiksia?
8. Bagaiaman penatalakasanaan Asfiksia?

3
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat mengerti atau
memahami apa yang dimaksud dengan asfiksia dan hal-hal yang
menyangkut dengan asuhan keperawatanya.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari asfiksia
b. Untuk mengetahui jenis dari asfiksia
c. Untuk mengetahui klasifikasi asfiksia
d. Untuk mengetahui etiologi asfiksia
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis asfiksia
f. Untuk mengetahui patway dan patofisiologi asfiksia
g. Untuk mengetahui komplikasi asfiksia
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan asfiksia
i. Untuk mengetahui cara membuat asuhan keperawatan pada kasus
asfikia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Penyakit Asfiksia


2.1.1 Definisi
Aspeksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini
sebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipokia ini berhubungan
dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, perslinan atau
segera lahir (Prawiro hardjo,surwono, 2007).
Asfiksia neonatorum merupakan suatu kejadin
kegawatdaruratan yang berupa kegagalan bernafas secara spontan
segera setelah lahir dan sangat berarti dan snagat beresiko untuk
terjadinya kematian dimana keadaan janin tidak spontan bernafas dan
teratur sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin meningkatnya
karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
berlanjut (Manuaba, 2010).
Asfiksia pada bayi baru lahir menurut IDAI (Ikatana Dokter
Anak Indonesia) adalah kegagalan bernafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atu beberapa saat setelah lahir (Prambudi,2013).
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir (JNPK-KR,2017).
Dengan demikian Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak
dapat bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gayat
janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami Asfiksia pada saat
dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan
ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi
kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan.

5
2.1.2 Jenis Asfiksia
Ada dua macam jenis Asfiksia yaitu:
1. Asfiksia Livida (biru)
2. Asfiksia Pallida (putih)
Perbedaan Asfiksia Livida Asfiksia Pallida
Warna kulit Kebiru-biruan Pucat
Tonus otot Masih baik Sudah berkurang
Reaksi rangsnagan Positif Negatif
Bunyi jantung Masih teratur Tidak teratur
Prognosis Lebih baik Jelek

2.1.3 Apgar Skor Asfiksia


Score 0 1 2
A : Appearance (warna kulit) Biru, pucat Badan merah Seluruhnya
muda, ektremitas merah muda
biru
P : Pulse (denyut nadi) Tidak ada Lambat (dibawah Diatas
100x/menit 100x/menit

G : Grimace (Refleks)
1. Respon terhadap kateter Tidak ada Menyeringai Batuk atau
dalam lubang hidung respon besin
(dicoba setelah
orofaring dibersihkan)
2. Tangensial foot siap Tidak ada Menyeringai Menangis
respon dan menarik
Pincang kaki

A : Activity (tonus otot) Tidak ada Beberapa Fleksi


ektremitas dengan baik
pincang

6
R : Respiration (usaha Tangisan lemah Tnagisan
bernafas) hipofentilasi kuat

Kesimpulan Asfiksia berdasarkan nilai APGAR


1. Asfiksia beratdengan nilai APGAR 0-3
2. Asfiksia Ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
3. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
4. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
2.1.4 Etiologi Asfiksia
Penyebab asfiksia menurut Mochtar (1999) adalah :
1. Asfiksia dalam kehamilan
a. Penyakit infeeksi akut
b. Penyakit infeeksi kronik
c. Keracunan oleh obat-obat bius
d. Uraemia dan toksemia gravidarum
e. Anemia berat
f. Cacat bawaan
g. Trauma
2. Asfiksia dala persalinan
a. Kekurangan O2.
1) partus lama (CPD,rigid serviks dan atonia/insersi uteri)
2) Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-
menerus mengganggu sirkulasi darah ke uri.
3) Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta
4) Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan
panggul
5) Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada
waktunya
6) Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.

7
b. Paralisis pusat pernafasan
1) Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps
2) Trauma dari dalam : akibat obat bius.
Penyebab asfiksia Stright (2004)
1. Fakto ibu, meliputi amnionitis, anemia, diabetes hipertensi yang
diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan infeksi.
2. Fakttor uterus, meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
3. Faktor plasenta, meliputi plasenta previa, solusio plasenta,
insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilical , meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan congenital,
kesulitan kelahiran.
2.1.5 Manifestasi klinis Asfiksia
1. Pada kehamilan
Denyut jantung janin lebih cepat dari 160x/menit atau
kurang dari 100x/menit, halus dan ireguler serta adanya pengeluaran
mekonium.
a. Jika DJJ normal dan ada mekonium : janin mulai asfiksia
b. Jika DJJ 160x/menit ke atas dan ada mekonium : Janin sedang
asfiksia
c. Jika DJJ 100x/menit kebawah dan ada mekonium : janin dalam
gawat
2. Pada bayi setelah lahir
a. Bayi pucat dan kebirua-biruan
b. Usaha bernafas atau minimal tidak ada
c. Hipoksia
d. Asidosis metabolic atau respiratorik
e. Perubahan fungsi jantung
f. Kegagalan system multi organ
g. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologic :kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/tidak
menangis.

8
Tanda dan gejala terjadinya asfiksia neonatorum menurut
Nadasuster (2003 adalah:
1. Hipoksia
2. RR>60x/menit
3. Napas megap-megap/gasping sampai terjadi henti napas.
4. Bradikardia
5. Tonus otot berkurang
6. Warna kulit Sianotik

9
2.1.6 Patway

1. Fakto ibu: meliputi amnionitis, anemia, diabetes hipertensi yang


diinduksi oleh kehamilan, obat-obatan infeksi.
Faktor lain: anestesi,
2. Fakttor uterus: meliputi persalinan lama, persentasi janin abnormal.
obat-obatan narkotik
3. Faktor plasenta: meliputi plasenta previa, solusio plasenta,
insufisiensi plasenta.
4. Faktor umbilical , meliputi prolaps tali pusat, lilitan tali pusat.
5. Faktor janin, meliputi disproporsi sefalopelvis, kelainan congenital,
kesulitan kelahiran.

Asfiksia

Janin kekurangan O2 Paru-paru terisi cairan


dan kadar CO2
meningkatkan
Bersihan jalan
nafas tidak efektif

Nafas cepat
Gangguan
Suplai O2
suplai O2 dalam darah metabolisme &
ke paru menurun
upneu perubahan asam-
Pola nafas menurun basa
tak efektif

kerusakan
Hipotermia
DJJ & TD otak Asidosis
menurun respiratorik

kematian
Janin tidak Gangguan perfusi
bayi ventilasi
bereaksi
terhadap
merangsang
proses Resiko Kerusakan
keluarga cedera pertukaran gas
terhenti

10
2.1.7 patofisiologi Asfiksia
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka nervus
vegus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari
nervus simpatikus sehingga DDJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler
dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterine dan
bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium
dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir,
alveoli tidak berkurang .
Apabila afiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut
jantung mulai menurun sedangkan tonus neuoromoskuler berkurang
secra berangsur-angsur dan bayi memasuki priode apneu primer,
Jika berlanjut, bayi akan menimbulkan pernafasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun
dan bayi akan terlihat lemas (flaccid). Pernafasan makin lama makin
lemah sampai bayi memasui priode apneu sekunder. Selama apneu
sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah
(PaO2) terus menurun. Bayi sekarang tidak beraksi terhadap
rangsangan dan tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara
spontan. Kematian akan terjadi apabila resusitasi dengan pernafasan
buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
2.1.8 Komplikasi Asfiksia
1. Edema otak & pendarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung
yang telah berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga
aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik ptak yang berakibat terjadinya
edema otak, hal ini jua dapat menimbulkan pendarahan otak.

11
2. Anuria atau oliguri
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada
penderita asfiksia, keadaan inidikenal dengan istilah disfungsi
miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan penularan urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami
gangguan permukaan gas dantransport O2 sehingga penderita
kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini
dapat menyebakan kejang pada anak tersebut karena perfusi
jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani
akan menyebabkan koma karena beberapa hal diantaranya
hipoksemia dan pendarahana pada otak.
2.1.9 Penatalaksanaan Asfiksia
Prinsip penatalaksanaan asfiksia :

1. Pengaturan suhu
Segera setelah lahir, badan dan kepala neonates hendaknya
dikeringkan seluruhnya dengan kain kering dan hangat, dan diletakan
telanjang dibawah alat/lampu pemanas radiasi, atau pada tubuh ibunya,
bayi dan ibu hendaknya diselimuti dengan baik, namun harus
diperharikan pula gar tidak terjadi pemanasan yang berlebih pada
tubuh bayi.
2. Lakukan tindakan A-B-C-D (Airway/ membersihkan jalan nafas,
Breathing / mengusahakan timbulnya pernafasan / ventilasi, circulation
/ memperbaiki sirkulasi tubuh, Drug/memberikan obat).
a. Memastikan saluran nafas terbuka
 Meletakan bayi dalam posisi kepala defleksi, bahu diganjal

12
 Mengisap mulut, hidung dan trakea
 Bila perlu masukan pipa ET untuk memastikan saluran
pernafasan terbuka
b. Memulai pernafasan
 Memakai rangsangan taktil untuk memulai pernafasan
 Memakai VTP bila perlu, seperti sungkup dan balon, pipa ET
dan balon, mulut ke mulut (hindari paparan infeksi)
c. Mempertahankan sirkulasi darah
Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara :
 Kompresi dadaadanya
 Pengobatan

d. Pemberian obat-obatan
 Epineprin
Indikasi diberikan apabila frekuensi jantung tetap
dibawah 80 x/menit walaupun telah diberikan paling sedikit 30
detik VTP adekuat dengan oksigen 100% dengan kompresi
dada atau jantung. Dosis 0,1 -0,3 ml/kg untuk larutan 1:10000.
Cara pemberian dapat melalui intravena (IV) atau melaui pipa
endrotrakheal.
Efek : untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan
konstraksi jantung.
 Volume ekspander (darah, whole blood, cairan albumin-salin
5% Nacl, RL).
Indikasi : digunakan dalam resusitasi apabila terdapat kejadian
atau diduga adanya kehilangan darah akut dengan tanda-tanda
hipovolemi. Dosis 10 ml/kg.
Cara pemberian IV dengan kecepatan pemberian selama waktu
5-10 menit.
Efek : meningkatkan volume vaskuler, meningkatkan asidosis
metabolic.
 Natrium bikarbonat

13
Indikasi : digunakan apabila terdapat apneu yang lama
yang tidak dapat memberikan respon terhadap terapi lain.
Diberikan apabila VTP sudah dilakukan.
Efek : memperbaiki asidosis metabolic dengan
meningkatkan PH darah apabila ventilasi adekuat,
menimbulkan penambahan volume disebabkan oleh cairan
garam hipertonik.
 Nalakson hidroklorid/narean
Indikasi : depresi pernafasan yang berat atau riwayat
pemberian narkotik pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan.
Efek samping : antagonos narkotik.

14
2.2 Asuhan keperawatan pada kasus Asfiksia
A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah, kebutuhan kesehatan, dan
keperawatan pasien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan. Dalam tahap
pengkajian ini dibagi menjadi tiga meliputi pengumpulan data,
pengelompokan data, dan perumusan masalah. Ada beberapa pengkajian
yang harus dilakukan yaitu:
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110-180x/menit.
b. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45
mmHg (diastolik).
c. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas
maksimal tepat di kiri dari mediastunum pada ruang intercosta III/
IV.
d. Murmur biasa terjadi diselama beberapa jam pertama kehidupan.
e. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
a. Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan atai cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosemsori
a. Tonus otos : fleksi hipertonik dari semua ekstermitas
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30
menit pertama setelah kelahiran (periode pertama reaktivitas).
Penampilam asimitris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukkan abnormalitas genetik, hipoglikemi atau efek narkotik
yang memanjang)

15
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit sampai dengan 5 menit skor optimal harus
anatara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya
silindrik thorak : kartilago xifoid menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5°C sampai 37,5°C. Ada verniks (jumlah dan
distribusi tergantung pada usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/kaki dan terlihat,
warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-belang
menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),
atau menunjukkan perubahan warna herlequin, petekie pada
kepala/wajah (dapat menunjukkan peningkatan tekanan berkenaan
dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi
telengiektasis (kelopak mata, antara alis mata, atau pada nukhal),
bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak mata, antara alis
mata atau nukhal) atau bercak mengolia (terutama punggung
bawah dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada
(penempatan elektroda internal).
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan yang diperlukan adalah:
1. Darah
a. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari:
1) Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
2) Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10
gr/ct) karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga
resiko tinggi.
3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
4) Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksia cenderung
turun karena sering terjadi hipoglikemia.

16
Nilai analisis gas darah pada bayi post asfiksia terdiri dari:
a. Ph (normla 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
b. PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
c. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
d. HCO3 (normal 8,1-10,4 mEq/L
2. Urine
a. Natrium (normal 134-150 mEq/L)
b. Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
c. Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
3. Photo Thorax
Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran normal.
C. ANALISA DATA
NO DATA FOCUS ETIOLOGIC PROBLEM DIAGNOSA
KEPERAWATA
N
1 1. Gejala tanda ASFIKSIA Pola napas Pola napas tidak
mayor tidak efektif efektif
DS: Dispenia berhubungan
DO: penggunaan Janin dengan Asifiksia,
oto bantu kekurangan janin kekurangan
pernafasan, fase O2 dan kadar O2 dan CO2
ekspirasi CO2 meningkat, napas
memanjang, pola meningkat cepat, Apneu di
napas abnormal. tandai dengan
2. Gejala tanda Napas cepat Dispnea, dan
minor Ortopnea.
Ds: Ortopnea Apneu
Do: pernapasan
pursed-lip, Pola napas

17
pernapasan cuping tidak efektif
hidung, diameter
thoraks anterior-
posterior meningkat,
ventilasi semenit
turun, kapasitas vital
menurun, tekanan
ekspirasi menurun,
tekanan inspirasi
menurun, ekskursi
dada berubah.
2 1. Gejala tanda ASFIKSIA Gangguan Gangguan
mayor pertukaran pertukaran gas
DS: Dispnea Paru-paru gas berhubungan
DO: PCO2 terisi cairan dengan Afiksia,
meningkat atau paru-paru terisi
menurun, PO2 cairan, gangguan
menurun, Gangguan metabolisme dan
Takikardia, pH metabolisme perubahan asam
arteri & perubahan basa, asidosis dan
meningkat/menurun, asam basa gangguan ferfusi
bunyi napas ventilasi ditandai
tambahan. dengan Dispnea,
Asidosis
2. Gejala tanda pusing dan
minor pengelihatan
Gangguan
Ds: pusing, kabur.
ferfusi
pengelihatan kabur ventilasi
Do: sianosis,
diaforesis, gelisah, Gangguan
napas cuping pemenuhan
hidung, pola napas kebutuhan
abnormal, warna oksigen

18
kulit abnormal,
kesadaran menurun.
3 1. Gejala dan Asfiksia Bersihan Bersihan jalan
tanda mayor jalan napas napas tidak
Ds: - Paru-paru tidak efektif efektif
Do: batuk tidak berisi cairan berhubungan
efektif atau tidak dengan Asfiksia,
mampu batuk, paru-paru berisi
sputum cairan di tandai
Bersihan jalan
berlebih/obstruksi di dengan Dispnea,
nafas tidak
jalan napas/ sulit berbicara
efktif
mekonium di jalan dan Ortopnea
napas (pada
neonatus), mengi
wizing dan atau
rongki kering.
2. Gejala dan
tanda minor
Ds: Dispnea, sulit
berbicara dan
ortopnea
Do: gelisah,
sianosis, bunyi
napas menurun,
frekuensi napas
berubah dan pola
napas berubah
4 1. Gejala tanda ASFIKSIA Hipotermia Hipotermia
mayor berhubungan
Ds: - dengan Asfiksia,
Do: kulit teraba Suplai oksigen
Suplai
dingin, menggigil, dalam darah
Oksigen dalam

19
suhu tubuh di darah menurun menurun di
bawah nilai normal tandai dengan
2. Gejala dan tanda kulit teraba
minor Hipotermia dingin, menggigil
Ds: - dan suhu tubuh di
Do: akrosianosis, bawah normal.
bradikardi, dasar
kuku sianotik,
hipoglkemia,
hipoksia, pengisian
kapiler >3 detik,
konsumsi oksigen
meningkat, ventilasi
menurun, piloereksi,
takikardia,
vasokonstruksi
perifer, kutis
memorata (pada
neobatus)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan Asifiksia, janin
kekurangan O2 dan CO2 meningkat, napas cepat, Apneu di tandai
dengan Dispnea, dan Ortopnea.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan Afiksia, paru-paru
terisi cairan, gangguan metabolisme dan perubahan asam basa, asidosis
dan gangguan ferfusi ventilasi ditandai dengan Dispnea, pusing dan
pengelihatan kabur.
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan Asfiksia, paru-
paru berisi cairan di tandai dengan Dispnea, sulit berbicara dan
Ortopnea.

20
4. Hipotermia berhubungan dengan Asfiksia, Suplai oksigen dalam darah
menurun di tandai dengan kulit teraba dingin, menggigil dan suhu
tubuh di bawah normal.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
keperawatan hasil (NOC)
Pola napas tidak efektif Setelah dilakukan  Manajemen jalan
berhubungan dengan intervensi dengan napas :
Asifiksia, janin kreteria hasil: memfasilitasi
kekurangan O2 dan  Respons Alergik : kepatenan jalan
CO2 meningkat, napas Sistemik: tingkat napas
cepat, Apneu di tandai keparahan respons  pengisapan jalan
dengan Dispnea, dan imun hipersensitif napas :
Ortopnea. sistemik terhadap Mengeluarkan
antigen tertentu dari secret jalan napas
lingkungan (oksigen) dengan cara
 Respons ventilasi memasukan kateter
mekanik : orang penghinsap ke
dewasa : pertukaran dalam jalan napas
aiveolar dan perfusi oral atau trakea
jaringan yang pasien.
dibantu oleh ventilasi  Manajemen alergi
mekanis. : mengidentifikasi,
 Respons Penyapih menangani dan
ventilasi Mekanis : mencegah respons
orangg Dewasa : alergi terhadap
 Menunjukan pola makanan, medikasi,
pernapasan efektif gigitan serangga,
yang dibuktikan oleh media kontras,
status pernapasan darah dan zat lain.
yang tidak terganggu  Manajemen

21
ventilasi dan status anafilaksis :
pernapasan. meningkatkan
Kepatenan jalan ventilasi dan perfusi
napas dan tidak ada jaringan yang
penyimpangan tanda- adekuat untuk
tanda vital dari individu yang
rentang normal. mengalami reaksi
 Menunjukan status alergi berat
pernafasan : ventilasi (antigen-antibody)
tidak terganggu yang  Manajemen jalan
dibuktikan oleh nafas buatan :
indikatorsebagai memelihara siang
berikut : ( sebutkan endotrakea dan
1-5 gangguan siang trakeostomi
ekstrem, berat serta mencegah
sedang, ringan, tidak komplikasi yang
ada ganguan) berhubungan
 Kedalaman inspirasi dengan
dan kemudahan penggunaannya
bernapas  Manajemen asma :
 Ekspensi dada mengidentifikasi,
simetris mengobati dan
 Menunjukan tidak mencegah reaksi
adanya gangguan terhadap
status pernafasan : inflamasi/konstriksi
ventilasi yang di jalan nafas.
dibuktikan oleh  Manajemen
indicator berikut : ( ventilasi mekanis :
sebutkan 1-5 Invasif : membantu
gangguan ekstrem, pasien menerima
berat, sedang, ringan, bantuan nafas
tidak ada gangguan) buatan melalui alat

22
 Penggunaan otot yang dimasukan
aksesoris kedalam trakea
 Suara napas  Penyapih
tambahan ventilator mekanis
 Ortopnea : membantu pasien
 Menunjukan utuk bernafas tanpa
pernapasan optimal bantuan ventilator
pada saat terpasang mekanis
ventilator mekanis  Pemantauan
 Mempunyai pernafasan :
kecepatan dan irama mengumpulkan dan
pernapasan dalam menganalisis data
bentuk normal pasien untuk

 Mempunyai fungsi memastikan

paru dalam batas kepatenan jalan

normal untuk pasien nafas dan

 Meminta bantuan pertukaran gas yang

pernapasaan saat adekuat

dibutuhkan  Bantuan ventilasi :

 Mampu menjelaskan meninkatkan pola

rencana untuk pernafasan spontan

perawatan dirumah yang optimal

 Mengidentifikasi sehingga

factor (mis. memaksimalkan

Allergen) yang pertukaran oksigen

memacu ketidak dan karbondioksida

efektifan pola napas, di dalam paru

dan tindakan yang  Pemantauan

dapat dilakukan tanda-tanda vital :

untuk mengumpulkan dan

menghindarinya menganalisis data


kardiovaskuler,

23
pernafasan dan suhu
tubuh pasien untuk
menemtukan dan
mencegah
komplikasi.

Gangguan pertukaran
gas berhubungan
dengan Afiksia, paru-
paru terisi cairan,
gangguan metabolisme
dan perubahan asam
basa, asidosis dan
gangguan ferfusi
ventilasi ditandai
dengan Dispnea, pusing
dan pengelihatan kabur.
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan  Manajemen Jalan
tidak efektif intervensi dengan Napas :
berhubungan dengan kreteria hasil: Memfasilitasi
Asfiksia, paru-paru  Pencegahan kepatenan jalan
berisi cairan di tandai Aspirasi : Tindakan udara
dengan Dispnea, sulit personal untuk  Pengisapan Jalan
berbicara dan Ortopnea. mencegah masuknya Napas :
dan partikel Mengeluarkan
padat ke dalam paru sekret dari jalan
 Respons Ventilasi napas dengan
Mekanik : Orang memasukkan
dewasa: perubahan sebuah kateter
alveolar dan perfusi penghisapan ke
jaringan disokong dalam jalan nafas
secarabefektif oleh oral dan/atau trakea

24
ventilasi mekanik  Kewaspadaan
 Statu Pernafasan: Aspirasi:
kepatenan jalan Mencegah atau
Nafas: jalan nafas menimbulkan faktor
trakeobronkial dan resiko pada pasien
bersih untuk yang beresiko
pertukaran gas mengalami spirasi
 Status pernafasan :  Manajemen Asma
Ventilasi : : mengidentifikasi,
pergerakan udara menangani dan
masuk dan keluar gas mencegah reaksi
 Menunjukkan inflamasi/kontruksi
bersihan jalan nafas di dalam jalan
yang efektif, yang napas.
dibuktikan oleh  Peningkatan
pencegahan Aspirasi, Batuk :
status pernapasan : Meningkatkan
kepatenan jalan nafas inhalasi dalam pada
: dan status pasien yang
pernafasan: ventilasi memiliki riwayat
tidak terganggu. keturunan
 Menunjukkan status mengalami tekanan
pernafasan: intratoraksi dan
kepatenan jalan kompresi parenkim
nafas, yang paru yang
dibuktikan oleh mendasari untuk
indikator gangguan mengerahkan tenaga
sabagai berikut dalam
(sebutkan 1-5: menghembuskan
gangguan ekstrem, udara.
berat,sedang, ringan,  Pengaturan Posisi:
atau tidak ada Mengubah posisi

25
gangguan): frekuensi pasien atau bagian
dan irama tubuh pasien secara
pernafasan, kedalaan sengaja untuk
inspirasi, memfasilitasi
Kemampuan untuk kesejahteraan
membersihkan fisiologis dan
sekresi psikologis.
 pasien akan :  Pemantauan
 Batuk efektif pernafasan :
 Mengeluarkan sekret Mengumpulkan dan
secara efektif menganalisis data
 Mempunyai jalan pasien untuk
nafas yang paten memastikan

 pada pemeriksaan kepatenan jalan

auskultasi, memiliki napas dan

suara nafas yang pertukaran gas yang

jernih adekuat.

 Mempunyai irama  Bantuan ventilasi:

dan frekuensi Meningkatkan pola

pernapasan dalam nafas spontan yang

rentang normal optimal, yang

 mempunyai fungsi memaksimalkan

paru dalam batas pertukaran oksigen

normal dan karbon dioksida

 Mampu dalam paru.

mendeskripsikan
rencana untuk
perawatan di rumah.

26
Hipotermia Setelah dilakukan  Terapi hipotermia:
berhubungan dengan intervensi dengan menghangatkan
Asfiksia, Suplai kreteria hasil: kembali dan
oksigen dalam darah  Termoregulasi: melakukan
menurun di tandai keseimbangan antara surveilans pasien
dengan kulit teraba panas yang di yang memiliki suhu
dingin, menggigil dan hasilkan, tubuh inti kurang
suhu tubuh di bawah peningkatkan panas, dari 35°C
normal. dan kehilangan  Perawatan bayi
panas. baru lahir:
 Termoregulasi: bayi melakukan
baru lahir: penatalakasanaan
kesimbangan antara neonatus selama
panas yang transisi ke
dihasilkan, kehidupan di luar
peningkatan panas, rahim periode
dan kehilangan panas stabilisasi
selama periode 28 selanjutnya
hari pertama  Pemantauan bayi
kehidupan. baru lahir:
 Tanda-tanda vital: mengukur dan
nilai suhu, denyut menginterpretasi
nadi, frekuensi status psikologis
pernapasan, dan bayi baru lahir
tekanan darah dalam selama 24 jam
rentang normal pertama setelah
pelahiran
 Regulas suhu:
mempertahankan
atau mencapai
sushu tubuh dalam
batas normal

27
 Regulasi suhu:
intrabedah:
mempertahankan
atau mencapai suhu
tubuh intrabedah
yang diharapkan
 Pemantauan
tanda-tanda vital:
mengumpulkan dan
menganalisis data
kardiovaskular,
pernapasan dan
suhu tubuh untuk
menentukan serta
mencegah
komplikasi.

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah setelah dilakukan validasi; keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien di lindungi
serta dokumentasi intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit
dari rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah
kesehatan dan perawatan yang muncul pada pasien.
G. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.

28
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan
intervensi dari setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien dapat menunjukkan terpenuhinya oksigenasi dan tidak ada
gangguan dalam pernapasasanya.
2. Suhu tubuh kembali normal
3. Masalah keperawatan dapat teratasi secara sempurna.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pada dasarnya asfiksia dapat disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
yaitu: perdarahan, infeksi, kelahiran preterm/bayi berat lahir rendah, asfiksia,
hiporermia, perlukaan kelahiran dan lain-lain. Bahwa 50% kematian bayi
terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan, kurang
baiknya penanganan bayi baru lahir yang lahir sehat akan menyebabkan
kelainan – kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup bahkan
kematian.
Dengan demikian Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gayat janin sebelum
lahir, umumnya akan mengalami Asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini
erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,
atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah
persalinan.

3.2 Saran
Semoga dengan adanya makalah ini kita semua dapat lebih memahami
masalah asfiksia pada bayi baru lahir, dan semoga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

30
DAFTAR PUSTAKA

Legawati. 2018. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Wineka Media:
Malang.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I
Intervensi NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Nabiel Ridha. 2017. Buku Ajar Keperawatan Anak. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Pokjo Tim SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia Definis dan Indikator Diagnostik Edisi I. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia: Jakarta.
Prawirohardjo Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Pt Bina Pustaka: Jakarta.
http://www.academia.edu/36223311/Makalah_dan_asuhan_keperawatan_
asfiksia_neonatus.

31

Anda mungkin juga menyukai