Oleh :
1. Ifan Mutiara Hati
2. M. Imam Darma Putra
3. Nurafifa Mustaram
4. Muhammad Rifky
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan Asma Bronkial” tepat waktu.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Siti Rusdianah Jafar, SKM.,
M.Kes. pada mata kuliah Promosi Kesehatan. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Siti Rusdianah Jafar, SKM,.M.Kes. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari tata bahasanya. Maka dengan segala
kerendahan hati peneliti mengharapkan saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................3
BAB IPENDAHULUAN..................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................................5
BAB IIPEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Definisi Asma...................................................................................................................................6
B. Klasifikasi Asma...........................................................................................................................6
C. Etiologi Asma................................................................................................................................7
D. Patofisiologi Asma..........................................................................................................................9
E. Tanda dan Gejala Asma.............................................................................................................10
F. Manifestasi Klinik Asma............................................................................................................10
G. Penatalaksanaan Asma..................................................................................................................11
I. SAP Asma......................................................................................................................................24
BAB IIIPENUTUP........................................................................................................................................30
A. Kesimpulan....................................................................................................................................30
B. Saran..............................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................................31
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat reversible dengan
ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah
secara spontan yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Tujuan perawatan asma adalah untuk menjaga agar asma tetap terkontrol yang
ditandai dengan penurunan gejala asma yang dirasakan atau bahkan tidak sama sekali,
sehingga penderita dapat melakukan aktivitas tanpa terganggu oleh asmanya. Pengontrolan
terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari alergen pencetus asma,
konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang
memadai, dan menghindari stres.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan asma?
2. Bagaimana klasifikasi asma?
3. Bagaimana etiologi asma?
4. Bagaimana patofisiologi asma?
5. Bagaimana tanda dan gejala asma?
6. Bagaimana faktor resiko asma?
7. Bagaimana manafestasi klinik asma?
4
8. Bagaimana penatalaksaan asma?
C. TUJUAN
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Asma
1. Pengertian Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh
reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-
lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing,
dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara
episodik berulang (Brunner and suddarth, 2011). Penyakit asma merupakan proses
inflamasi kronik saluran pernapasan yang melibatkan banyak sel dan elemennya.
(GINA, 2011). Asma adalah suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran
pernapasan yang berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trakea
dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus,
edema dinding saluran pernapasan, deskuamasi epitel dan infiltrasi sel inflamasi
yang disebabkan berbagai macam rangsangan(Alsagaff, 2010)
Bedasarkan beberapa definisi diatas maka peneliti dapat menarik kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit yang di tandai oleh hiperresponsif cabang
trakeobronkial terhadap berbagai rangsangan yang akan menimbulkan obstruksi
jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak).
2. Klasifikasi Asma
Menurut GINA, Tahun 2011 Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahnya
dibagi menjadi empat yaitu :
a. Step 1 (Intermitten)
Gejala perhari ≤ 2X dalam seminggu. Nilai PEF normal dalam kondisi
serangan asma. Exacerbasi: Bisa berjalan ketika bernapas, bisa mengucapkan
kalimat penuh. Respiratory Rate (RR) meningkat. Biasanya tidak ada gejala
retraksi iga ketika bernapas. Gejala malam ≤ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF
atau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% atau <20 %.
b. Step 2 (Mild intermitten)
Gejala perhari ≥ 2X dalam seminggu, tapi tidak 1X sehari. Serangan asma
6
diakibatkan oleh aktivitas. Exaserbasi: Membaik ketika duduk, bisa
mengucapkan kalimat frase, RR meningkat, kadang- kadang menggunakan
retraksi iga ketika bernapas. Gejala malam ≥ 2X dalam sebulan. Fungsi paru PEF
atau PEV1 Variabel PEF ≥ 80% atau 20% – 30%.
c. Step 3 (Moderate persistent)
Gejala perhari bisa setiap hari, Serangan asma diakibatkan oleh aktivitas.
Exaserbasi: Duduk tegak ketika bernapas, hanya dapat mengucapkan kata per
kata, RR 30x/menit, Biasanya menggunakan retraksi iga ketika bernapas. Gejala
malam ≥ 1X dalam seminggu. Fungsi paru PEF atau PEV 1 Variabel PEF 60% -
80% atau > 30%.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor presdiposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma menurut Baratawidjaja (2000) yaitu :
a. Faktor presdiposisi
Berupa genetik dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunanya yang jelas. Penderita denganpenyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga yang menderita menyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasan
juga bisa di turunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan yaitu yang masuk melalui salura pernafasan misalnya debu, bulu
binantang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan yaitu yang masuk melalui mulut misalnya makanan dan obat
obatan.
c) Kontaktan yaitu yang masuk melalui kontak denga kulit misalnya
perhiasan, logam dan jam tangan.
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa penggunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atsmosfir yang mendadk dingin merupakan faktor
pemicu terjadinya serangan asma. Kadang kadang serangan berhubungan
dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
3) Stress
Stress atau gangguan emosi menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang alami stress perlu
diberi nasehat untuk menyelesaiakan masalah pribadinya. Karena juka
8
stresnya belum diatasi maka gejala asma belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes atau polisi lalul
intas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga atau aktivitas yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan asma jika
melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Menurut NANDA (2013) etiologi asma adalah dari :
a) Lingkungan, yaitu berupa aspa dan rokok
b) Jalan napas, yaitu berupa spasme inhalasi asap, perokok,pasif, sekresi
yang tertahan, dan sekresi di bronkus.
c) Fisiologi, yaitu berupa inhalasi dan penyakit paru obstruksi kronik.
4. Patofisiologi
Corwin (2000) berpendapat bahwa pada penderita asma, terjadi
bronkokonsentriksi. Proses bronkokonsentriksi ini diawali dengan proses
hypersensitivitas yang distimulasi agent fisik seperti suhu dingin, debu, serbuk
tanamana dan lainya. Asma juga dapat terjadi karena adanya stimulasi agent psikis
seperti kecemasan dan rasa takut. Pada suatu serangan asma otot-otot polos dari
bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami
pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran
udara.
Hal ini memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan
penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat
bernafas. Sel-sel tertentu didalam saluran udara (terutama sel mast) diduga
bertanggung jawab terhadap awal terjadinya penyempitan ini. Sel mast di sepanjang
bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan
terjadinya konstraksi otot polos, peningkatan pembentukan lender dan perpindahan sel
darah putih tertentu ke bronki.
Sel mast mengeluarkan bahan tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang
mereka kenal sebagai benda asing (alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang
9
terdapat di dalam rumah atau bulu binatang. Tetapi asma juga bisa terjadi pada
beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi yang sama terjadi jika orang tersebut
melakukan olah raga atau berada dalam cuaca dingin. Stres dan kecemasan juga bisa
memicu dilepaskanya histamin dan leukotrien.
5. Tanda dan Gejala Asma
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di
timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak
napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan di
dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas. Gejala
ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2011)
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan
dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin, beta-
blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress
(GINA, 2004). Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi
terhadap asma tersebut sehingga bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan
yang di biasa dikenal dengan Status Asmaticus (Brunner & Suddarth, 2011).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan whizing,
ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut
menjadi pernapasan labored (pepanjangan ekshalasi), perbesaran vena leher,
hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir
dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara whizing
dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner &
Suddarth, 2011).
Begitu bahayanya gejala asma (Dahlan, 1998). Gejala asma dapat mengantarkan
penderitanya kepada kematian seketika, sehingga sangat penting sekali penyakit ini
dikontrol dan di kendalikan untuk kepentingan keselamatan jiwa penderitanya
(Sundaru, 2008; Dahlan, 1998).
Berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host faktor) dan
faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang
mempengaruhi berkembangnya asma yaitu genetik asma, alergik (atopi),
hipereaktiviti atau hiperesponsif bronkus, jenis kelamin dan ras.
Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau
10
predisposisi asma, untuk berkembang menjadi asma, yang menyebabkan terjadinya
eksaserbasi dan gejala asma yang menetap. Beberapa hal/kondisi yang termasuk
dalam faktor lingkungan, yaitu: alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok,
polusi udara, infeksi pernapasan, diet, status sosio ekonomi dan besarnya keluarga
(Mangunegoro, 2004).
7. Manifestasi klinik
Gejala klasik pada asma bronchial ini adalah sesak napas, mengi (whezzing),
batuk, sebagian penderita nyeri dada. Pada serangan asma yang lebih berat gejala-
gejala yang timbul adalah sianosis, gangguan kesadaran, hiperventilasi dada,
tachicardi dan pernafasan dangkal. Gejala gejala yang umum pada penderita asma
menurut Crockett (2001) diantarnya (a) Sering pilek, sinusitis, bersin, mimisan,
amandel, sesak, suara serak, (b) pembesaran kelenjar dileher dan kepala bagian
belakang bawa, (c) Sering lebam kebiruan pada kaki atau tangan seperti bekas
terbentur , kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putihdan bekas hitam seperti tergigit
nyamuk, (d) Sering menggosok mata, hidung dan telinga berlebihan, (e) Nyeri otot
dan tulang belulang malam hari, (i) Sering kencing, (g) Gangguan saluran pencernaan
antara lain gastroesofageal reflek, sering muntah, nyeri perut, sariawan, lidah sering
putih atau kotor, nyeri gusi atau gigi, mulut berbau, air liur berlebihan dan bibir
kering, (h) Sering buang air besar (>2 kali/hari), sulit buang air besar (obstipasi),
kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, (i)
Kepala, telapak kaki atau tangan sering teraba hangat atau dingin, (j) Sering
berkeringat berlebih, (k) mata gatal, timbul bintik di kelopak mata, mata sering
berkedip, (l) Gangguan hormonal berupa tumbuh rambut berlebih di kaki dan tangan,
keputihan dan (m) sering sakit kepala dan migran.
8. Penatalaksanaan Asma
a. Pengendalian asma
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai
berikut:
1) Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan
penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan
(GINA, 2005).
2) Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani
11
penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal- hal apa saja yang
mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang
dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
3) Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi
gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan
gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan
sebagainya (GINA, 2005).
b. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan
tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten,
tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten,
menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh
Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten,
menggunakan pilihan obat β-agonist inhalsi dikombinasikan dengan
glukokortikoid inhalasi, teofiline atau leukotrien. Untuk asma severe persisten, β2-
agonist inhalasi dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi, teofiline dan
leukotrien atau menggunakan obat β2 agonist oral (GINA, 2005).
Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma (Controller):
1) Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi
gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi
hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup
(GINA, 2005). Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal,
menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan
efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast
(GINA, 2005).
2) Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat
kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes,
penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma,
obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).
3) Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma.
12
Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive
pada 2-agonist inhalsi dikombinasikan dengan glukokortikoid inhalasi,
teofiline atau leukotrien. Untuk asma severe persisten, β2-agonist inhalasi
dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi, teofiline dan leukotrien
atau menggunakan obat β2 agonist oral (GINA, 2005). imun nonspecific. Obat
ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk
formulasi powder (GINA, 2005).
4) Β2-Agioinst Inhalasi
Obat in berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah
pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam,
meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian
musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan hipokalemia (GINA,
2005).
5) B2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada
waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja
jantung, dan menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).
6) Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma
bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh
darah pulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual,
muntah, diare, sakit kepala, insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih
dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung,
takikardi, kerusakan otak dan kematian (Depkes RI, 2007).
7) Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk
mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan
gejala asma (GINA, 2005).
14
Slow deep breathing adalah metode bernapas yang frekuensi bernapas kurang
dari 10 kali permenit dengan fase ekshalasi yang panjang (Breathesy, 2007). Slow
deep breathing adalah gabungan dari metode nafas dalam (deep breathing) dan napas
lambat sehingga dalam pelaksanaan latihan pasien melakukan nafas dalam dengan
frekuensi kurang dari atau sama dengan 10 kali permenit.
2. Indikasi deep breathing exercise
Terapi deep breathing exercise diidentifikasikan untuk mengobati Penyakit-
penyakit yang dapat dikontrol bahkan disembuhakn dengan terapi pernapasan:
a. Gangguan saluran pernapasan (asma bronkiale, pulmonary distonia)
b. Gangguan pencernaan (maag/gastritis, perut kembung, dan susah buang air besar)
c. Gangguan pada system reproduksi
d. Sakit perut pada saat mentruasi.
e. Mentruasi tidak teratur
f. Sulit tidur (imsonia)
g. Gangguan pada pembulu darah
h. Batu saluran kencing
15
diperlukan untuk memperkuat otot-otot pernapasan. Latihan pernapasan bertujuan
untuk:
a. Melatih cara bernafas yang benar.
b. Melenturkan dan memperkuat otot pernafasan.
c. Melatih ekspektorasi yang efektif.
d. Meningkatkan sirkulasi.
17
1. Pengertian
Arus puncak ekspirasi (APE) adalah jumlah aliran udara maksimal yang dapat
dicapai saat ekspirasi paksa dalam waktu tertentu (Bagian Pulmonologi FKUI, 2005).
Arus puncak ekspirasi adalah metode sederhana, noninvasif, dan ekonomis untuk
mengetahui kecepatan dan kekuatan dari ekspirasi, dengan satuan liter permenit,
dengan ekspirasi paksa dari kapasitas total paru. Ini biasa digunakan untuk mendeteksi
fungsi paru yang berhubungan dengan penyempitan saluran nafas. Pengukuran ini
khususnya diperlukan bagi pasien yang tidak mampu mendeteksi obstruksi saluran
pernafasan. (Zapletal,2003). Angka normal APE untuk laki laki dewasa sekitar 500-
700 L/menit, sedangakan untuk wanita dewasa berkisar antara 380-500 L/menit (Jain,
et al, 1998). Pemeriksaan APE bertujuan untuk mengukur secara objektif arus udara
pada saluran nafas besar (Rasmin, et al, 2001), sehingga dapat dipakai untuk
mengetahui kenaikan tahanan saluran nafas, yang memberikan gambaran tentang
obstruksi saluran nafas (Rahmatullah, 1999).
Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter merupakan
pemeriksaan yang sangat sederhana (PDPI, 2006) yang dapat memberikan peringatan
dini adanya penurunan fungsi paru (Siregar, 2008). Agar pemeriksaan dapat
dikerjakan dengan baik dan benar maka pemeriksa memberikan contoh terlebih dahulu
(Alsagaff dan Mangunnegoro, 1993), selanjutnya penderita disuruh melakukan
ekspirasi sekuat tenaga melalui alat tersebut (Yunus, 1993). Pengukuran arus puncak
ekspirasi tergantung pada otot thoracoabdominal dan tingkat stres dari subjek
dievaluasi, dan karena memerlukan ekspirasi maksimal. (Barcala,2008)
Hasil pengukuran APE dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai APE
prediksi yang dibuat sesuai jenis kelamin, usia,tinggi badan, yang diinterpretasikan
dengan sistem zona ’traffic light’. Zona hijau bila nilai APE 80%-100% dibandingkan
nilai prediksi, mengindikasikan fungsi paru baik. Zona kuning 50%-80% menandakan
mulai terjadinya penyempitan saluran respiratorik, dan zona merah ≤ 50% berarti
saluran respiratorik besar telah menyempit (Sheikh et al., 2000).
Data peak flow yang dapat menggambarkan tanda-tanda peringatan dini untuk
suatu penyakit yang dalam beberapa kasus mungkin menunjukkan penurunan fungsi
paru-paru 1-3 hari sebelum gejala pernapasan lain menjadi jelas. Tinggi badan, jenis
kelamin dan usia merupakan hal yang dapat menunjukkan hasil perkiraan dari nilai
peak flow. (Febriana et.al, 2009).
Pengukuran fungsi saluran pernapasan, dengan peak flow meter sebelum
18
penggunaan obat, perlu dilakukan untuk mengetahui derajat keparahan penyakit asma
yang sedang dialami seorang pasien asma.
2. Kecenderungan pasien dengan asma
Pada penyakit obstruksi saluran napas, biasanya penderita mengalami
kesukaran pada waktu ekspirasi, sebab kecenderungan menutupnya saluran napas
sangat meningkat dengan adanya tekanan positif dalam dada selama ekspirasi. Hal ini
tidak terjadi pada saat inspirasi oleh karena tekanan negatif pleura pada inspirasi akan
mendorong terbukanya saluran napas saat alveoli mengembang. Dengan demikian
udara akan mudah masuk paru tetapi terperangkap di dalam paru (Guyton dan Hall,
2008).
22
D. Kerangka teori
Farmakologi
Peningkata n respirasi rate
Bronkodilator
Teofiline
Glukokortikost eroid inhalasi
Bronkokontrik si
Faktor presipitasi
Alergen
Perubahan cuaca
Stress Penurunan peak flow rate/ AP
Lingkungan Timbul serangan
Aktivitas asma
Non farmakologi
Sesak nafas
Deep breathing exercise
23
Kerangka Konsep Penelitian
Farmakologi
Bronkodilator
Teofiline
Glukokortikos teroid inhalasi
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari suatu
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas
dapat dirumuskan suatu Hipotesis penelitian ini yaitu : Deep breathing exercise effektif
meningkatkan Arus puncak ekspirasi (APE).
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENYAKIT ASMA
I. LATAR BELAKANG
24
Berdasarkan pengkajian di keluarga Tn H didapatkan data bahwa kesehatan
lingkungan merupakan masalah yang kurang dipahami oleh sebagian besar
II. TUJUAN
a. Tujuan Umum
a. Metode
b. MEDIA
Leaflet,Flip chart
IV. MATERI
a. Isi Materi
Perkenalan
Menjelaskan tujuan
penyuluhan dan
kontrakwaktu penyuluhan
Menyimpulkan bersama
sama hasil kegiatan
penyuluhan
Salam peutup
VI. EVALUASI
a. Evaluasi struktur
26
b. Evaluasi pelaksanaan
1. Pelaksanaan sesuai waktu yang telah di tetapkan 2. Keluarga
aktif bertanya
3. Keluarga mendengarkan dengan perhatian
27
ASMA
Pengertian
Etiologi
Etiologi asma mungkin merupakan reaksi alergi yang sering terjadi pada
pasien dengan umur kurang dari 30 tahun. Namun, munculnya asma pada
pasien dengan menyebabkan asma antara lain yaitu beberapa bahan iritan
seperti debu-debu yang beterbangan, asap, produk pembersih atau bau. Pemicu
tambahan lainnya adalah udara dingin, infeksi saluran peranfasan atas atau
bawah dan stres.
Paofisiologi
28
mulut dan sekitarnya, perasaan yang merangsang, skait kepala, nausea,
penigkatan nafas pendek, kecemasan, diaporesis, dan kelelahan, dan gejala
meningkat pada malam dan dini hari.
Ketika orang tersebut jatuh akibat kelelahan yang amat sangat, maka kondisi
kritis ini seirng mengarah pada aggal nafas akut. Beberapa penderita
memliki penurunan reaksi asma yang lambat. Tetapi ada beberapa yang cepat,
misalnya dalam hitungan menit. Oleh karena itu, waktu bukanlah parameter
yang etrbaik utnuk mennetukan apakah perlu memamnggil dokter dulu atau
mencari pertolongan darurat secepat mungkin. Sehingga semua indikator yang
disebutkan diatas perlu mendapatkan perhatian yang semestinya.
Udara kotor ( asap dapur, asap rokok, asap obat nyamuk ,debu rumah,
kapuk, bulu kucing, kecoa, dll)
29
Pentalaksanaan
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma bronchial adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat
reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan
bronkus terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
Ekstrinsik (alergik), Intrinsik (non alergik) ,Asma gabungan.
B. Saran
31
DAFTAR PUSTAKA
Dainur, 1992, Materi-materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat, Widya
Medika, Jakarta
32