S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN : ASMA
DI IGD RUMAH SAKIT KARTIKA CIBADAK
MAKALAH
OLEH
Rulan Julianti
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 3
C. Ruang Lingkup Keperawatan……………………………………. 4
D. Metode Penulisan………………………………………………… 5
E. Sistem Penulisan…………………………………………………. 5
ii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian....................................................................................... 52
B. Diagnosa Keperawatan…………………………………………... 52
C. Intervensi Keperawatan………………………………………….. 53
D. Implementasi Keperawatan ............................................................ 53
E. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 56
B. Saran…………………………………………………………….. 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 58
LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran napas yang bersifat
reversible dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan
yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada
akibat penyumbatan saluran napas (Henneberger dkk., 2011).
Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya
terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data
laporan dari Global Initiatif for Asthma (GINA) pada tahun 2012
dinyatakan bahwa perkiraan jumlah penderita asma seluruh dunia adalah
tiga ratus juta orang, dengan jumlah kematian yang terus meningkat
hingga 180.000 orang per tahun (GINA,2012).
Data WHO di tahun 2017 menunjukkan asma menduduki
peringkat ke-5 sebagai penyakit paru utama yang menyebabkan kematian
didunia. Saat itu penderita asma di dunia mencapai 100 – 150 juta orang,
dan teus bertambah sekitar 180 ribu orang pertahun (WHO, 2017). Di
indonesia sendiri penyakit asma masuk dalam sepuluh besar penyebab
kesakitan dan kematian, prevalensi asma di indonesia sendiri berkisar
antara 5-7% (Suyono, 2011).
Pada umumnya penderita asma akan mengeluhkan gejala batuk,
sesak napas, rasa tertekan di dada dan mengi. Pada beberapa keadaan
batuk mungkin merupakan satu-satunya gejala. Gejala asma sering terjadi
pada malam hari dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak
dengan batuk dan rasa tertekan di dada, disertai dengan sesak napas
(dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada awalnya susah, tetapi
segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada penderita asma adalah
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem pernapasan
b. Untuk Mengetahui Pengertian tentang asma
c. Untuk Mengetahui Etiologi asma
d. Untuk Mengetahui seperti apa Patofisiologi asma
e. Untuk Mengetahui Gejala klinis asma
f. Untuk Mengetahui Pemeriksaan diagnostic untuk asma
g. Untuk Mengetahui Komplikasi asma
h. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan medis asma
i. Untuk Mengetahui Pencegahan asma
j. Untuk Mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien asma
D. Metode penulisan
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 bab yang meliputi : Bab I Pendahuluan,
yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan teori terdiri dari :
Anatomi dan Fisiologi, Pengrtian, Etiologi, Patofisiologi, Gejala klinis,
Pemeriksaan Diagnosik, Komplikasi, Penatalaksaan Medis, Pencegahan,
Asuhan Keperawatan. Bab III Tinjauan Kasus : Pengkajian, Data Fokus,
Analisa data, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. Bab IV Pembahasan terdidi dari : pengkajian, data fokus,
Analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Rongga Hidung
Rongga hidung (nares anterior) adalah saluran-saluran
didalam lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara kedalam
bagian yang dikenal sebagai vestinulum hidung. Rongga hidung
dilapisis selaput lendir yang sangat kaya akan pemubluh darah, dan
6
7
2. Faring
Faring adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan oesofagus pada
ketinggian tulang rawan krikoid. Bila terjadi redang disebut
pharyngitis. Faring terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Nasofaring
Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang
membuka kearah rongga nasal melalui dua naris internal (koana),
yaitu:
1) Dua tuba eustachius (audiotorik) yang menghubungkan
nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk
menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi kendang
telinga.
2) Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan
limfatik yang terletak didekat naris internal. Pembesaran
pada adenoid dapat menghambat aliran darah.
b. Orofaring
Dipisahkan dari nasoparing oleh palatum lunak muscular,
suatu perpanjangan palatum keras tulang.
1) Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil
yang menjulur kebawah dari bagian tengah tepi bawah
palatum lunak.
2) Amandel palatinum terletak pada kedua sisi ororfaring
posterior.
c. Laringofaring
Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan
gerbang untuk sistem respiratorik selanjutnya
9
3. Laring
Laring berperan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya maknanan dan cairan.
Laring dapat tersumbat, antara lain oleh benda asing (gumpalan
makanan), infeksi (misalnya difetri) dan tumor.
Di bagian laring terdapat beberapa organ yaitu
a) Epiglotis, merupakan katup tulang rawan untuk menutup larynx
sewaktu orang menelan. Bila waktu makan kita berbicara
(epiglotis terbuka), makanan bisa masuk ke larynx sehingga kita
menjadi tersedak. Pada saat bernafas epiglotis terbuka tapi pada
saat menelan epiglotis menutup laring. Jika masuk kedalam laring
maka akan batuk dan dibantu bulu-bulu getar silia untuk
menyaring debu, kotoran-kotoran.
b) Jika bernafas melalui mulut udara yang masuk ke paru-paru tak
dapat disaring, dilembabkan atau dihangatkan yang
menimbulkan gangguan tubuh dan sel-sel bersilia akan rusak
adanya gas beracun dan dehidrasi.
c) Pita suara, terdapat dua pita suara yang dapat ditegangkan dan
dikendurkan, sehingga sela-sela antara pita-pita tersebut
berubah-ubah sewaktu bernafas dan berbicara. Selama
pernafasan pita suara sedikit terpisah sehingga udara dapat
keluar masuk.
10
4. Trakea
Trakea, merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh
16 sampai 20 cincin kartilago yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti C. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitilium bersilia dan sel cangkir.
11
5. Percabangan bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap
bronkus primer bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki
sekunder dan tersier dengan diameter semakin kecil. Struktur
mendasar dari paru-paru adalah percababgan bronchial yang
selanjutnya berurutan adalah bronki, bronkiolus, terminalis,
bronkiolus respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Dibagian
bronkus masih disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai
memasuki paru-paru disebut intrapulmonar.
6. Paru-paru (bronkiolus, alveolus)
Paru-paru berada dalam rongga torak, yang terkandung
dalam sususnan tulang-tulang iga dan letaknya disisi kiri dan kanan
mediastinum yaitu struktur blok padat yang berada dibelakang
tulang dada. Paru-paru menutupi jantung, arteri dan vena besar,
esofagus dan trakea. Paru-paru berbentuk seperti spons dan bersisi
idara dengan pembagian ruang sebagi berikut:
a) Paru kanan memiliki 3 lobus
b) Paru kiri memiliki 2 lobus.
12
B. Definisi
Asma adalah penyakit obstruktif jalan nafas intermiten, reversibel
dimana trakhea dan bronkhi berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli teretentu (Smeltzer, 2002 : 611).
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik
saluran napasa yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa
mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada malam hari
13
atau dini hari yang umumnya bersifat revrsibel baik dengan atau tanpa
pengobatan (Depkes RI, 2009)
Asma didefinisikan menurut ciri-ciri klinis, fisiologis dan patologis.
Ciri-ciri klinis yang dominan adalah riwayat episode sesak, terutama pada
malam hari yang sering disertai batuk. Pada pemeriksaan fisik, tanda yang
sering ditemukan adalah mengi. Ciri-ciri utama fisiologis adalah episode
obstruksi saluran napas, yang ditandai oleh keterbatasan arus udara pada
ekspirasi. Sedangkan ciri-ciri patologis yang dominan adalah inflamasi
saluran napas yang kadang disertai dengan perubahan struktur saluran napas
(Alsagaff. H, 2009).
C. Etiologi
1) Adanya kontraksi otot di sekitar bronkhus sehingga terjadi penyempitan
jalan nafas
2) Adanya pembengkakan membrane bronkhus.
3) Terisinya bronkus oleh mokus yang kental
Beberapa Faktor Predisposisi dan Presipitasi timbulnya serangan Asma Bronkhial.
1) Faktor Predisposisi
a. Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimanacara penurunannya yang jelas. Penderita
14
D. PATOFISIOLOGI
Suatu serangan akut asma akan disertai oleh banyak perubahan
dijalan nafas yang menyebabkan penyempitan: edema dan peradangan
selaput lender, penebalan membrane basa, hipersekresi kalenjar mucus dan
yang lebih ringan kontraksi otot polos. Perubahan histology yang sama dpat
dijumpai pada keadaan tanpa serangan akut akibat pajanan kronik derajat
rendah ke satu atau lebih pemicu asma. Melalui berbagai jalur, zat-zat
pemicu tersebut merangsang degranulasi sel mast dijalan nafas yang
menyebabkan pembebasan berbagai mediator yang bertanggung jawab
untuk perubahan yang terjadi. Mediator yang terpenting mungkin adalah
leukotrien C, D dan E tetapi terdapat bukti bahwa histamine, PAF,
neuropeptida, zat-zat kemotaktik, dan berbagai protein yang berasal dari
eosinofil juga berperan penting dalam proses ini. obstruksi menyebabkan
peningkatan resistensi jala nafas (terutama pada ekspirasi karena penutupan
jalan nafas saat ekspirasi yang terlalu dini); hiperinflasi paru; penurunan
elastisitas dan frekuensi-dependent compliance paru; peningkatan usaha
bernafas dan dispneu; serta gangguan pertukaran gas oleh paru. Obstruksi
yang terjadi tiba-tiba besar kemungkinannya disebabkan oleh penyempitan
jalan nafas besar, dengan sedikit keterlibatan jalan nafas halus, dan biasanya
berespon baik terhadap terapi bronkodilator. Asma yang menetap dan
terjadi setiap hari hampir selalu memiliki komponen atau fase lambat yang
menyebabkan penyakit jalan nafas halus kronik dan kurang berespon
16
\
18
E. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat
diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:
a. Ekstrinsik (alergik)
Asma ekstrinsik ditandai dengan adanya reaksi alergik yang
disebabkan oleh faktor-faktor pencetus spesifik (alergen),
seperti serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asthma ekstrinsik. Pasien dengan asma ekstrinsik
biasanya sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi dalam keluarganya.
b. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti
udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran
pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan
sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
c. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare,
2002).
19
or jangka panjang
(asma malam)
4 Persisten - Gejala terus menerus Sering - VEP1 atau APE £60%
berat - Sering kambuh - (Depkes RI, 2009; Mulia,
- Aktivitas fisik terbatas 2000)
F. MANISFESTASI KLINIK
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak
ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas
cepat dan dalam, gelisah,duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa
otot-otot bantu pernafasan bekerjadengan keras.
1. Gejala awal berupa:
a. Batuk terutama pada malam atau dini hari
b. Sesak napas
c. Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan
napasnya
d. Rasa berat di dada
e. Dahak sulit keluar.
f. Belum ada kelainan bentuk thorak
g. Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
h. BGA belum patologis
2. Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa atau disebut juga stadium kronik. Yang termasuk gejala yang berat
adalah:
a. Serangan batuk yang hebat
b. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
c. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
d. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan
duduk
e. Kesadaran menurun
f. Thorak seperti barel chest
g. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
h. Sianosis
i. BGA Pa O2 kurang dari 80%
j. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
(Direktorat Bina Farmasi dan Klinik, 2007)
23
G. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumothoraks
5. Emfisema
H. Penatalaksanaan Medis
Pada prinsipnya pengobatan asma dibagi menjadi 2 golongan yaitu
antiinflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol
penyakit serta mencegah serangan dikenal dengan pengontrol, dan
bronkodilator yang merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi
eksaserbasi/ serangan, dikenal dengan pelega
Jenis Obat Golongan Nama Generik Bentuk/ kemasan
obat
24
I. Pencegahan
Untuk itu keberhasilan pengobatan asma tidak hanya ditentukan
oleh obat-obatan yang dikonsumsi (terapi farmakologi) tapi juga harus
ditunjang dengan kehidupan sehari-harinya (terapi non farmakologi)
seperti, ( Rengganis, I.2010)
1. Diberikan latihan (exercise) dalam menunjang kebutuhan bernapas.
25
J. Asuhan Keperawatan
1. Identitas Klien
a. Riwayat kesehatan masa lalu :
Riwayat keturunan, alergi debu, udara dingin
26
5) Wheezing
6) Lokasi dan perubahan suara napas serta kapan saat terjadinya.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Spirometri
2) Tes provokasi
3) Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum.
4) Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto dada normal.
5) Analisa gas darah dilakukan pada asma berat.
6) Pemeriksaan eosinofil total dalam darah.
7) Pemeriksaan sputum.
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Pola Napas Tidak Efektif
b. Bersihan Jalan Napas Tidak efektif
c. Kerusakan Pertukaran Gas
28
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Pola pernafasan tidak efektif NOC : NIC :
berhubungan dengan nafas Respiratory status : Ventilation Airway Management
pendek, lender, bronkokonstriksi Respiratory status : Airway patency 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin
dan iritan jalan nafas. Vital sign Status lift atau jaw thrust bila perlu
Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk
Definisi : Pertukaran udara 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan memaksimalkan ventilasi
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak suara nafas yang bersih, tidak ada 3. Identifikasi pasien perlunya
adekuat sianosis dan dyspneu (mampu pemasangan alat jalan nafas buatan
mengeluarkan sputum, mampu bernafas 4. Pasang mayo bila perlu
Batasan karakteristik : dengan mudah, tidak ada pursed lips) 5. Lakukan fisioterapi dada jika perl
Penurunan tekanan 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau
inspirasi/ekspirasi (klien tidak merasa tercekik, irama suction
Penurunan pertukaran udara nafas, frekuensi pernafasan dalam 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya
per menit rentang normal, tidak ada suara nafas suara tambahan
Menggunakan otot abnormal 8. Berikan bronkodilator bila perlu
pernafasan tambahan 9. Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
29
Nasal flaring 3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal 1. Pertahankan jalan nafas yang
Dyspnea (tekanan darah, nadi, pernafasan) paten
Orthopnea 2. Monitor aliran oksigen
denganbronkokonstriksi, Respiratory status : Airway patency 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik
peningkatan produksi lender, Aspiration Control chin lift atau jaw thrust bila perlu
batuk tidak efektif dan infeksi 2. Posisikan pasien untuk
bronkopulmonal. Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
1. Mendemonstrasikan batuk efektif 3. Identifikasi pasien perlunya
Definisi : Ketidakmampuan dan suara nafas yang bersih, tidak pemasangan alat jalan nafas
untuk membersihkan sekresi ada sianosis dan dyspneu (mampu buatan
atau obstruksi dari saluran mengeluarkan sputum, mampu 4. Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan untuk bernafas dengan mudah, tidak ada perlu
mempertahankan kebersihan pursed lips) 5. Keluarkan sekret dengan batuk
jalan nafas. 2. Menunjukkan jalan nafas yang atau suction
paten (klien tidak merasa tercekik, 6. Auskultasi suara nafas, catat
Batasan Karakteristik : irama nafas, frekuensi pernafasan adanya suara tambahan
Dispneu, Penurunan suara dalam rentang normal, tidak ada 7. Berikan bronkodilator bila perlu
nafas suara nafas abnormal) 8. Berikan pelembab udara Kassa
Orthopneu 3. Mampu mengidentifikasikan dan basah NaCl Lembab
Cyanosis mencegah factor yang dapat 9. Monitor respirasi dan status O2
menghambat jalan nafas
32
yang diminta atau aktifitas sehari 2. Mampu melakukan aktivitas sehari 4. Monitor nutrisi dan sumber
hari. hari (ADLs) secara mandiri energi tangadekuat
5. Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik kelelahan fisik dan emosi secara
Melaporkan secara berlebihan
verbal adanya kelelahan 6. Monitor respon kardivaskuler
atau kelemahan. terhadap aktivitas
Respon abnormal dari 7. Monitor pola tidur dan lamanya
tekanan darah atau nadi tidur/istirahat pasien
terhadap aktifitas
Perubahan EKG yang Activity Therapy
menunjukkan aritmia 1. Kolaborasikan dengan Tenaga
atau iskemia Rehabilitasi Medik dalam
A. Identitas
1. Identitas Klien
Nama : Ny. S
Usia : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Kp. Bojong Genteng
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. M
Usia : 60 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Hubungan Keluarga : Suami
Alamat : Kp. Bojong Genteng
37
38
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Tidak ada sumbatan jalan nafas, terdapat suara nafas tambahan
whezing pada basal paru, terdapat retraksi dinding dada saat bernafas.
b. Breathing
RR: 32 x/menit, irama nafas: Dipsneu, terdapat retraksi dinding dada
terpasang nasal kanul 3 liter/menit, SPO2: 85%
c. Circulation
Warna kulit pucat, CRT < 2 detik, akral dingin, TTV: TD: 140/90
mmhg, Nadi: 95 x/menit, Suhu: 36,8 RR: 32x/menit
d. Disabilty
Kesadaran compos mentis
GCS 15 E : 4 M : 6 V : 5
e. Exposure
Pergerakan sendi dibebas, pasien mengeluhkan sesak nafas, kekuatan
otot 5 5
5 5
f. Foley Cateter
Tidak terpasang
e. TTV
39
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kulit
Inspeksi : warna kulit terlihat pucat, terdapat keringat berlebih
Palpasi : turgor kulit < 2 detik, akral hangat, S: 36,8
b. Kepala, Wajah dan Leher
Inspeksi : Bentuk kepala simetris antara kiri dan kanan, tidak ada nyeri
tekan, konjungtiva anemis, sclera anikterik, terdapat
pernafasan cuping hidung, sianosis pada bibir, mucosa
kering, bentuk leher simetris
Palpasi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesarana
kelenjar tiorid.
c. Dada
Inspeksi : Bentuk dada normal (anterior – posterior dengan
tranversal 1:2), nafas cepat & pendek, terdapat
penggunaan otot bantu nafas, terdapat retraksi dinding
dada, RR 32 x/menit
Palpasi : Tidak ada masa, tidak ada krepitasi, Adanya penurunan
taktil fremitus, peregerakan dada simestris, terdapat
nyeri tekan.
Perkusi : Terdegar suara redup
Auskultasi : Terdapat suara wheezing (terdengar suara ngiik ngiik
saat inspirasi akibat penyempitan bronkus) dan suara
ronkhi (akibat penumpukan dahak terdengar saat
inspirasi dan ekspirasi)
40
7. Analisa Data
No Problem Etiologi Symptom
1 DS : Faktor pencetus Pola nafas tidak efektif
Pasien mengatakan alergen b.d penurunan ekspansi
sesak saat bernafas paru
DO : anti gen yang terikat
- Wheezing (+) IGE pada permukaan
- RR 32 x/menit sel mast/basofil
- Terdapat retraksi
dinding dada mengeluarkan
- Terdapat sianosis mediator :
pada bibir histamine,platelet,
- Terdapat bradikinin
penggunaan otot
bantu nafas permiabilitas kapiler
- SPO2 : 89 %
edema mukosa, sekret
produktif
41
konsentrasi O2dalam
darah menurun
penyempitan
proksimal dari bronkus
pada ekspirasi dan
inspirasi
mucus berlebih
tekanan partial O2
dialveoli
penyempitan jalan
nafas
penyempitan
proksimal dari bronkus
pada ekspirasi dan
inspirasi
mucus berlebih
ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
3 DS : Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
- Pasien mengatakan antara suplai dan berhubungan dengan
lemes saat aktivitas kebutuhan oksigen ketidakseimbangan
- Pusing antara suplai dan
DO : kebutuhan oksigen ke
- Klien tampak otak
lemes, pucat
- Spo2 : 85%,
- TD : 140/90
MmHg,
43
- RR : 32x/menit,
- N : 95x/menit,
- S : 36,8*
- Hasil EKG : sinus
Rythm
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otak
C. Intervensi
Tgl / Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Jam Hasil
4/3/20 Pola Nafas Tidak Efektif NOC : NIC :
b.d penurunan ekspansi Respiratory status : 1. Observasi TTV
paru Ventilation 2. Pertahankan jalan nafas
Ds : Pasien mengatakan Respiratory status : yang paten
sesak dan sulit Airway Patency 3. Observasi adanya
bernafas Vital sign status tanda-tanda
Do : - RR 32x/menit Kriteria Hasil : hipoventilasi
- Terdapat suara 1. Mendemonstrasikan 4. Pertahankan posisi
Whezing akibat batuk efektif dan suara semi fowler pada
penyempitan jalan nafas yang bersih, tidak pasien
nafas ada sianosis dan 5. Monitor adanya
- Terdapat retraksi dyspneu (mampu kecemasan pasien
dinding dada mengeluarkan sputum, terhadap oksigenasi
- Sianosis pada bibir mampu bernafas 6. Monitor frekuensi dan
pola nafas
44
I:
1. Memposisikan kepala
30o, tidur miring
2. Mencatat kedalaman,
kecepatan pernafasan
3. Menciptakan
lingkungan yang
tenang
4. Memberikan nasal o2
3lpm
R:
Pasien mengatakkan sesak
berkurang
TTV : TD: 130/70 mmHg,
N :82 x/menit, S : 36,8*,
RR : 26 Spo2 : 90%
4/3/20 Ketidakefektifan Jam : 08.35 S:
08.30 bersihan jalan nafas 1. Mengobservasi TTV : Pasien mengatakan
b.d mucus berlebih TD : 140/90 mmHg sesak
N : 95 x/menit, O:
R : 32 x/menit, TD : 140/90 mmHg, N
S: 36,8 0C :85x/menit, R : 32x/menit,
SPO2 : 90% S: 36,80C SPO2 94%
Jam : 08.40 A:
2. Mengobservasi bunyi Bersihan jalan nafas tidak
nafas efektif
R/ terdengar suara ronchi P:
akibat penumpukan secret Intervensi no 1,2,3,5
3. Memberikan posisi semi I:
fowler
48
(Rulan )
4/3/20 Intoleransi aktivitas Jam : 09.00 S : Pasien mengatakan
08.50 berhubungan dengan 1. Mengkaji status fisiologi lemes saat beraktivitas,
ketidakseimbangan pasien yang menyebabkan pusing
antara suplai dan kelelahan dengan konteks O : keadaan umum lemah,
kebutuhan oksigen usia dan perkembangan kes CM
ke otak Jam : 09.05 - TD : 130/70
2. Memonitor intake/asupan mmHg
nutrisi untuk mengetahui - N : 82 x/menit
sumber yang adekuat - RR : 26x/menit
Jam : 09.10 - S : 36,7
3. Mengganjurkan pasien - SPO2 :99%
mengungkap perasaan - Hasil EKG : Sinus
secara verbal mengenai Rytem
keterbatasan yang dialami A : Intoleransi aktivitas
4. Menggajarkan pasien berhubungan dengan
mengenai pengolahan ketidakseimbangan
kegiatan dan teknik antara suplai dan
manajemen waktu untuk kebutuhan oksigen ke
mencegah kelelahan otak
Jam : 09.15
5. Mengobservasi adanya P:
pembatasan klien dalam - Intervensi 1,2,3,4
melakukan aktivitas dilanjutkan
6. Memonitor respon I:
kardivaskuler terhadap - Mengkaji status
aktivitas fisiologi pasien
yang menyebabkan
kelelahan dengan
50
R:
Pasien mengatakan
pusing berkurang,
badan terasa seger
TTV : TD: 130/70
mmHg, N : 80x/menit,
S : 36,8*, RR : 24 Spo2
: 99%
51
A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama yang penulis lakukan di dalam proses
perawatan. Pengkajian ini melalui pengkajian pola fungsional menurut
Brunner & Suddart (2012) pemeriksaan fisik dengan metode head to toe, dan
pengumpulan informasi atau data – data, yang diperoleh dari wawancara
dengan pasien, keluarga pasien, melakukan observasi, catatan keperawatan,
dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian yang dilakukan oleh perawat menunjukan pasien mengeluh
sesak, pasien datang dengan keluhan sesak sudah ± 1 minggu yang lalu, disertai
disertai batuk berdahak, nyeri dada menjalar ke punggung, lemas. Berdasarkan
hal tersebut penulis melakukan pengkajian tidak berbeda jauh jika
dibandingkan dengan tinjauan teori yang ada.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada penderita ASMA adalah
sebagai berikut Brunner & Suddart (2012):
1. Bersihan jalan nafas tidakefektif b/d bronkospasme.
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
3. Gangguan pertukaran gas b/d gangguan suplai o2
Sedangkan pada Ny. S didapatkan data yang mendukung timbulnya
masalah adalah:
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi sekret
2. Ketidakefektipan pola nafas b.d penurunan ekspansi paru
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otak
Berdasarkan hal tersebut penulis dalam kasus asuhan keperawatan pada
pasien dengan Asma menegakkan sebanyak tiga diagnosa karena disesuaikan
dengan kondisi pasien saat ini dan pengkajian yang dilakukan oleh penulis.
52
53
C. Perencanaan
Diagnosa yang pertama yaitu Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
penignkatan produksi sekret Brunner & Suddart (2012). Perencanaan yang
dilakukan untuk diagnose pertama ini yaitu Observasi TTV, Observasi bunyi
nafas, Amati dan catat warna dan konsistensasi jenis sputum, Ajarkan teknik
batuk efektif dan nafas dalam, Kolaborasi pemberian O2.
Berdasarkan perencanaan tersebut penulis juga melakukan perencanaan
yang tidak jauh berbeda dengan tinjauan teori yang tersebut. Untuk diagnosa
kedua pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru, adapun
perencanaannya adalah, Kaji ttv, Observasi bunyi nafas dan catat adanya
wheezing, Tinggikan kepala 30o, tidur miring, Catat kedalaman, kecepatan
pernafasan dan pengembangan ,Ciptakan lingkungan yang tenang Untuk
diagnosa yang ketiga Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen.
Perencanaan yang dilakukan, Kaji status fisiologi pasien yang
menyebabkan kelelahan dengan konteks usia dan perkembangan, Monitor
intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber yang adekuat, Anjurkan pasien
mengungkap perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami,
Ajarkan pasien mengenai pengolahan kegiatan dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah kelelahan.
Dari kesembilan perencanaan keperawatan untuk tiga diagnosa yang
ditegakkan, penulis melakukan perencanaan yang tidak jauh beda dari masing
– masing diagnosa. Dimana dari masing – masing diagnose mempunyai criteria
hasil yang berbeda – beda.
D. Implementasi Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi secret
Monitoring tanda – tanda vital pada pasien untuk implementasi
diagnose pertama ,tujuan dilakukannya monitoring tanda – tanda vital ini
yaitu untuk mengetahui tingkat kesehatan dari pasien dan mengetahui
perkembangan kesehatan pasien.
54
E. Evaluasi
Menurut Mareelli, 2010 evaluasi keperawatan merupakan tahap
akhir dari tahap – tahap proses keperawatan untuk mengetahui apakah
masalah – masalah keperawatan yang muncul pada kasus asuhan
keperawatan pada pasien dengan ASMA. Berdasarkan hal tersebut penulis
melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini antara lain :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d peningkatan produksi secret
Evaluasi yang di dapatkan dari masalah ini yaitu intervensi
dihentikan dikarenakan criteria hasil dalamt ujuan intervensi
keperawatan yang di targetkan oleh tim perawat sudah
teratasi/terpenuhi, evaluasi dilihat berdasarkan dari criteria hasil pada
intervensi pada masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Pasien
mengatakan sesak sedikit berkurang R: 26x/menit
2. Pola nafas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru
Evaluasi yang didapatkan dari masalah ini yaitu intervensi
dihentikan dikarenakan criteria hasil dalam tujuan intervensi
keperawatan yang di targetkan oleh tim perawat sudah
teratasi/terpenuhi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui setelah
dilakukan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut tercapai atau
tidak dan perlu atau tidaknya melanjutkan intervensi. Kriteria
keberhasilan dilihat dari keadaan pasien yg RR 25 – 30 x/menit, Nafas
teratur.
55
A. Kesimpulan
Intervensi keperawatan pada penderita dengan Asma lebih
cenderung kepada pola pernafasan. Sehingga evaluasi yang didapatkan
yaitu kearah pola nafas dan status respirasi pasien. Asuhan keperawatan
tidak terlepas kepada peran keluarga.
Keterlibatan keluarga dalam proses perawatan selama sakit akan
membantu meningkatkan kepuasan keluarga terhadap pelayanan asuhan
keperawatan sekaligus memandirikan keluarga dalam perawatans
elanjutnya. Keterlibatan keluarga dalam masa perawatan akan mempercepat
proses penyembuhan pasien dengan masalah asma.
B. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian, maka peneliti mengajukan
beberapa saran untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien agar sesuai
standar penatalaksanaan asma, sebagai berikut:
1. Terhadap Tenaga Kesehatan
Hendaknya selalu melakukan observasi selama 30 menit terhadap
pasien asma bronkial kategori ringan, dan pemantauan secara berkala
untuk pasien kategori sedang, maupun berat, guna memastikan apakah
keadaan pasien sudah benar-benar membaik atau belum. Selain itu
perawat yang memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan
Asma harus mengetahui penyebab dari penyakit Asma yang
diderita pasien. Dalam hal ini perawat juga harus bekerja sama
dengan tenaga kesehatan lainya dalam melakukan pengobatan bagi
pasien asma.
2. Saran bagi Rumah sakit
Rumah sakit sebaiknya menyediakan atau melakukan
penambahan alat-alat kesehatan seperti alat nebulizer yang sangat
56
57
58
59
60