Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH DAN ASUHAN KEPERAWATAN ASMA

TUGAS KEPERAWATAN DASAR


DOSEN : N.S Adi Dwi Susanto S.Kep M.Kep

Di susun oleh:

1. Arvina Islami Putri 22020106


2. Aldi Prambet 22020109
3. Annisa Amanda 22020115
4. Aura Ayudhia Az-zahra 22020120
5. Dede Yanti Nuranita 22020122
6. Maqiatul Riqya Nazila 22020126
7. Novita Wahyuningrum 22020146
8. Zahrotul Qolby 22020150

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS YATSI MADANI
Jl. Aria Santika No.40 A, Kelurahan Margasari, Kecamatan Karawaci, Kota Tangerang-Banten
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT.


yang telah melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata
kuliah Keperawatan Dasar 2 dengan judul " Asuhan keperawatan dan
Makalah Pada Penyakit Asma "
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan do'a, saran dan
kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena keterbatasan dan pengalaman pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena kami mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
pendidikan dunia.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR................................................................................i
DAFTARISI...............................................................................................ii
BAB
1.......................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1
LatarBelakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan
Masalah...................................................................................1
1.3Tujuan......................................................................................................1
1.4 Manfaat Bagi Penulis
BABII...........................................................................................................1
PEMBAHASAN..........................................................................................1
2.1Definisi....................................................................................................1
2.2Etiologi....................................................................................................1
2.3
Patofisiologi............................................................................................1
2.4 Manifestasi
klinis ...................................................................................1
2.5 Pathway………………………………………………………………1
2.6 Penatlaksanaan Medis
2.7 Pemeriksaan Penunjang………………………………………………1
2.8 Data Penunjang
BAB
III.................................................................................................................5
ASUHAN
KEPERAWATAN.................................................................................5
3.1 Identitas pasien.......................................................................................2
3.2 Kasus .....................................................................................................1
3.4 Data Pengkajian......................................................................................1
3.5. Pemeriksaan Fisik.............................................................1
3.6 Diagnosa Keperawatan .........................................................................1
3.7. Analisis
Data..........................................................................................5
3.8 Intervensi
3.9 Implementasi Dan evaluasi
BABIV..........................................................................................................
......1
PENUTUP......................................................................................................
4.1Kesimpulan..............................................................................................1
4.2Saran….................................................................................................2
DAFTARPUSTAKA...................................................................................1

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju
maupun di negara yang sedang berkembang. Saat ini, penyakit asma juga sudah tidak asing lagi di
masyarakat. Asma dapat diderita oleh semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia
dewasa. Penyakit asma awalnya merupakan penyakit genetik yang diturunkan dari orang tua pada
anaknya. Namun, akhir-akhir ini genetik bukan merupakan penyebab utama penyakit asma. Polusi
udara dan kurangnya kebersihan lingkungan di kota-kota besar merupakan faktor dominan dalam
peningkatan serangan asma.
Asma adalah penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh penyempitan
saluran pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial sekresi atau lendir dan pembengkakan
mukosa atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih memicu. Asma ditandai dengan
serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat obstruksi jalan napas (Gibbs, 2008).
Hasil penelitian International Study on Asthma and Alergies in Childhood pada tahun 2008
menunjukkan, di Indonesia prevalensi gejala
1. penyakit asma melonjak dari sebesar 4,2 persen menjadi 5,4 persen di jawa tengah 1,5
persen menjadi 2,5 persen dan di surakarta meningkat dari 1,5 persen menjadi 2 persen.
Selama 20 tahun terakhir, penyakit ini cenderung meningkat dengan kasus kematian yang
diprediksi akan meningkat sebesar 20 persen hingga 10 tahun mendatang. WHO
memperkirakan di tahun 2015 terdapat 255 ribu penderita meninggal dunia karena asma.
Asma dapat timbul pada segala umur, dimana 30% penderita mempunyai gejala pada umur 1 tahun,
sedangkan 80-90% anak yang menderita asma, gejala pertamanya muncul sebelum umur 4-5 tahun.
Sebagian besar anak yang terkena kadang-kadang hanya mendapat serangan ringan sampai sedang,
yang relatif mudah ditangani. Sebagian kecil mengalami asma berat yang berlarut-larut, biasanya
lebih banyak yang terus menerus dari pada yang musiman. Hal tersebut yang menjadikannya tidak
mampu dan mengganggu kehadirannya di sekolah, aktivitas bermain, dan fungsi dari hari ke hari
(Sundaru, 2006).
Asma juga salah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Terutama apabila pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi,
penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab serangan. Karena
asma merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total, biasanya dokter merujuk
penderita asma kepada fisioterapi yang dapat membantu mengatasi permasalahan yang
2. ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk dapat tetap aktif dan
mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Fisioterapi dapat membantu mengatasi
permasalahan yang ditimbulkan akibat asma. Fisioterapi membantu penderita asma untuk
dapat tetap aktif dan mendapatkan kebugaran tubuh yang optimal. Dari berbagai macam
modalitas fisioterapi untuk mengatasi asma, secara umum paling banyak digunakan adalah
latihan kontrol pernapasan (breathing control), teknik pembersihan saluran napas (seputum
clearance techniques), latihan pola pernapasan (active breathing techniques). Berbagai
penelitian telah mengemukakan bahwa latihan pernapasan memberikan perbaikan pada
pasien dengan kondisi asma. Fisioterapi mempunyai kemampuan penanganan asma yang
secara umum dengan langkah-langkah sebagai berikut: melakukan pemeriksaan derajat
asma, memaksimalkan fungsi paru, mempertahankan fungsi optimal paru dengan
menghindarkan dari faktor pencetus, mempertahankan fungsi optimal paru dengan inhalasi,
secara teratur melakukan evaluasi progra fisioterapi pada kondisi asma (Sasanahusada,
2013). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengulas lebih lanjut tentang
penyakit asma dan modalitas untuk menangani problematika pada penderita asma, maka
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis mengambil judul “PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA PENDERITA ASMA DI BBKPM SURAKARTA”.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah breathing exercisedan senam asma dapat mengurangi sesak pada asma?
2. Apakah breathing exercise dan senam asma dapat meningkatkan expansi thorak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apakah senam asma dan breathing exercise dapat mengurangi sesak
pada asma.
2. Untuk mengetahui apakah senam asma dan breathing exercise dapat meningkatkan expansi
thorak.
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Melatih penulis untuk bisa menyusun hasil penelitian dan pemikiran yang telah dilakukan dan
menuangkan ke dalam Karya Tulis Ilmiah. Memperluas wawasan penulis tentang masalah yang
dikaji di Karya Tulis Ilmiah.
2. Bagi Pembaca
Dapat dijadikan sebagai acuan, referensi, informasi dan wawasan teoritis dalam penelitian dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah selanjutnya. Sehingga analisa dapat lebih baik, khususnya pada
topik dan permasalahan ini.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 DEFINIS
Asma adalah gangguan pada bronkus dan trakhea yang
memiliki reaksi berlebihan terhadap stimulus tertentu dan bersifat reversibel (Padila, 2015).
Definisi asma juga disebutkan oleh Reeves dalam buku Padila yang menyatakan bahwa asma
adalah obstruksi pada bronkus yang mengalami inflamasi dan memiliki respon yang sensitif serta
bersifat reversible. Asma merupakan penyakit kronis yang mengganggu jalan napas akibat
adanya inflamasi dan pembengkakan dinding dalam saluran napas sehingga menjadi sangat
sensitif terhadap masuknya benda asing yang menimbulkan reaksi berlebihan. Akibatnya saluran
nafas menyempit dan jumlah udara yang masuk dalam paru-paru berkurang. Hal ini
menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing), batuk-batuk, dada sesak, dan gangguan
bernapas terutama pada malam hari dan dini hari (Soedarto. 2012).
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik pada saluran napas yang
melibatkan banyak sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel mast, leukotrin dan lain- lain. Inflamasi
kronik ini berhubungan dengan hiper responsif jalan napas yang menimbulkan episode berulang
dari mengi (wheezing), sesak napas, dada terasa berat dan batuk terutama pada malam dan pagi
dini hari, kejadian ini biasanya ditandai dengan obstruksi jalan napas yang bersifat reversible
baik secara spontan atau dengan pengobatan (Wijaya and Toyib, 2018).
Asma bronkhial adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran pernapasan yang
ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang menimbulkan sesak atau sulit
bernapas, selain sulit bernapas penderita asma juga bisa mengalami gejala lain seperti nyeri
dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita semua golongan usia baik muda maupun tua
(Astuti and Darliana, 2018).
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran napas mengalami penyempitan karena
hipersensivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradanagan, penyempitan
ini bersifat berulang dan di antara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan
ventilasi yang lebih normal. Penderita asma bronkial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap
rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan lain penyebab alergi

2.2 ETIOLOGI.
Obstruksi jalan napas pada asma disebabkan oleh:
a. Kontraksi otot sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan napas.
b. Pembengkakan membrane bronkus
c. Bronkus berisi mucus yang kental
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu:
a. Genetik
Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini penderita
sangat mudah terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus. Adapun faktor
pencetus dari asma adalah:
A. Alergen
Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi
tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu
binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan
tertentu seperti penisilin, salisilat, beta blocker, kodein, dan
sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris
lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
B. Infeksi saluran pernapasan
Infeksi saluran pernapasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
Influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering menimbulkan asma
bronkhial, diperkirakan dua pertiga penderita asma
dewasa serangan asmanya ditimbulkan oleh infeksi saluran pernapasan
(Nurarif & Kusuma, 2015)
C. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering mempengaruhi
asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
D. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik
kayu, polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
E. Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan
asma bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan asma
F. Stress
Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan
asma, selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stres harus diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya. (Wahid & Suprapto,
2013).

2.3 PATOFISIOLOGI
2.4 MANISFESTASI KLINIS

MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda klinis sangat dipengaruhi oleh berat ringannya asma yang diderita. Bisa saja
seorang penderita asma hampir-hampir tidak menunjukkan gejala yang spesifik sama sekali, di lain
pihak ada juga yang sangat jelas gejalanya. Gejala dan tanda tersebut antara lain:
 Batuk
 Nafas sesak (dispnea) terlebih pada saat mengeluarkan nafas (ekspirasi) Wheezing
(mengi)
 Nafas dangkal dan cepat
 Ronkhi
 Retraksi dinding dada
 Pernafasan cuping hidung (menunjukkan telah digunakannya semua otot-otot bantu
pernafasan dalam usaha mengatasi sesak yang terjadi)
 Hiperinflasi toraks (dada seperti gentong)
 Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik dari asma ini adalah sesak
nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa
nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada
serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak,
antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
takikardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali terjadi pada
malam hari.
Penderita asma dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut:
1. Asma intermiten ringan, gejala terjadi kurang dari seminggu sekali dengan
fungsi paru normal atau mendekati normal diantara episode serangan.
2. Asma persisten ringan, gejala muncul lebih dari sekali dalam seminggu
dengan fungsi paru normal atau mendekati normal diantara episode
serangan.
3. Asma persisten moderat, gejala muncul setiap hari dengan keterbatasan
jalan napas ringan hingga moderat.
4. Asma persisten berat, gejala muncul tiap hari dan mengganggu aktivitas
harian. Terdapat gangguan tidur karena terbangun malam hari, dan
keterbatasan jalan napas moderat hingga berat.
5. Asma berat, gejala distress berat hingga tidak bisa tidur. Keterbatasan
jalan napas yang kurang respon terhadap bronkodilator inhalasi dan dapat
mengancam nyawa
2.5 PATHWAY
2.6 PENATLAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol gejala dan menurunkan kemungkinan risiko
terjadinya asthma–related death, eksaserbasi, limitasi jalan napas menetap, dan efek samping asma.
Dalam pemberian terapi pengontrol, selain efektivitas obat, dokter perlu mempertimbangkan,
beberapa faktor individu, seperti terapi yang lebih dipilih oleh pasien, karakteristik pasien, fenotip
asma pada pasien, pandangan pasien, serta beberapa isu lainnya seperti teknik penggunaan alat
inhalasi, kepatuhan, hingga harga alat inhalasi.

Penatalaksanaan pada pasien asma dibagi menjadi penatalaksanaan


farmakologis dan nonfarmakologis.
1. Terapi farmakologis :
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma di bagi menjadi 2
golongan yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala
asma, dan pengobatan cepat (quick-relief medication) untuk mengatasi
serangan akut asma. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan
jangka panjang antara lain : inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang.
Sedangkan untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu bronkodilator
β2 agonis aksi cepat, antikolinergik, Kortikosteroid oral.
2. Terapi Nonfarmakologi
(1) Penyuluhan
Penyuluhan ini untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
penyakit asma sehingga klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, menggunakan obat secara benar, dan berkonsultasi pada
tim kesehatan.
(2) Menghindari Faktor Pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang
ada pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien
(3) Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.

Terapi Non Farmakologis

Selain pemberian terapi farmakologis, beberapa rekomendasi terapi non farmakologis pada asma
antara lain:

1)Anjuran berhenti merokok


2)Lakukan aktivitas fisik rutin untuk membantu meningkatkan fungsi kardiorespirasi
3)Hindari paparan bahan iritan atau alergen pada tempat kerja
4)Hindari konsumsi obat–obatan yang berpotensi memperberat gejala asma, seperti aspirin
5)Anjurkan kepada pasien untuk konsumsi buah dan sayuran secara rutin
6)Hindari paparan alergen dalam rumah, seperti tungau debu rumah
7)Penurunan berat badan pada pasien asma disertai obesitas[10]
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien asma dapat dilakukan berdasarkan manifestasi klinis yang
terlihat, riwayat, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium (Sujono riyadi & Sukarmin, 2009). Adapun
penunjang yang dilakukan adalah:
1) Tes Fungsi Paru
Menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara tepat diagnosis asma adalah melihat
respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometri dilakukan sebelum atau sesudah
pemberian aerosol bronkodilator (inhaler atau nebulizer), peningkatan FEV1 atau FCV sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Dalam spirometry akan mendeteksi:
a) Penurunan forced expiratory volume (FEV)
b) Penurunan paek expiratory flow rate (PEFR)
c) Kehilangan forced vital capacity (FVC)
d) Kehilangan inspiratory capacity (IC)(Wahid & Suprapto, 2013)
2) Pemeriksaan Radiologi
Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflamasi paru yakni radiolusen yang bertambah
dan peleburan rongga intercostalis, serta diagfragma yang menurun. Pada penderita dengan
komplikasi terdapat gambaran sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah
b) Bila ada empisema (COPD), gambaran radiolusen semakin bertambah
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrase paru.
d) Dapat menimbulkan gambaran atelektasis paru
e) Bila terjadi pneumonia gambarannya adalah radiolusen pada paru.
3) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergen yang dapat bereaksi positif pada asma secara spesifik
4) Elektrokardiografi
a) Terjadi right axis deviation
b) Adanya hipertropo otot jantung Right Bundle Branch Bock
c) Tanda hipoksemia yaitu sinus takikardi, SVES, VES, atau terjadi depresi segmen ST negatif
5) Scanning paru
Melalui inhilasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru (Wahid & Suprapto, 2013)
2.8 DATA PENUNJANG

Adapun data penunjang adalah rentang lama perawatan tiap penderita asma bronchiale adalah 2-6
hari. Golongan obat asma yang paling sering digunakan adalah golongan kortikosteroid sebesar
36.31%, golongan SABA sebesar 29.05%, golongan Metilsantin sebesar 27.37%. Sedangkan rute
pemberian pada obat asma yang paling banyak digunakan untuk pengobatan pasien asma
bronchiale rawat inap adalah inhalasi sebanyak 69 yaitu sebesar (40.35%), parenteral sebanyak 64
yaitu sebesar (37.43%), oral sebanyak 38 sebesar (22.22%). Rentang usia penderita asma bronchiale
yang paling banyak adalah pada usia >40-50 tahun sebanyak 15 pasien (31.91%). Jenis kelamin yang
paling banyak menderita asma bronchiale adalah pasien perempuan yaitu sebanyak 28 pasien
(59.57%). Hasil uji Anova one way perbandingan rata- rata total harga obat asma per hari
menunjukkan perbedaan harga obat asma per hari pada antar kelas tidak bermakna signifikan (p
>0.05).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny “ Naura”
Umur : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Pendidikan : Sma
Pekerjaan. : IRT
Alamat. : Desa Mada Kec. Busan Kab Korsel
Tanggal Masuk/ Jam. : 27 maret 2023 / 07. 30 Wita
Tanggal Pengkajian/ Jam : 27 Maret 2023/ 8:20 Wita
No RM : 075
Diagnosa Medis : Asma Bronkinal

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : TN Susanto
Usia. : 49 Tahun
Jenis kelamin : Laki laki
Status : Menikah
Pendidikan : Sma
Perkerjaan :Wiraswasta
Alamat : Desa Mada Kec. Busan Kab. Korsel
Hubungan dengan pasien : Suami

3.2 Riwayat Penyakit


a. Riwayat penyakit sekarang ( Keluhan utama ) Ny. N mengatakan sesak napas
b. Keluhan yang menyertai
Ny. N mengatakan batuk dan pilek
c. Riwayat penyakit dahulu
Ny.N mengatakan mempunyai riwayat penyakit asma kurang lebih 3 tahun
d. Riwayat penyakit keluarga
Ny. N mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang diderita dari keluarga.
e. Faktor pencetus
Ny N mengatakan sesak terjadi apabila kedinginan

3.3 Fokus pengkajian

Data Subjektif
a. Ny. N mengatakan sesak napas dan batuk berdahak
b. Ny. N mengatakan serangan asma terjadi jika ia merasa
kedinginan, atau terkena paparan debu.
c. Ny. N mengatakan serangan sesak sering terjadi tiba-tiba dan
terjadi di malam hari
d. Ny. N mengatakan ketika serangan terjadi gejala lain yang di timbulkan yaitu pilek dan batuk
e. Ny. N juga mengatakan ketika batuk sulit untuk mengeluarkan dahak

Data Objektif
a. Nampak sesak.
b. terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi)
c. pernapasan 28 x/menit.
d. Irama napas cepat,
e. Nampak batuk berdahak dengan konstintensi kental dan berwarna kuning.

f. TTV:
TD: 120/80 Mmhg
Respirasi : 28x/ menit
Nadi : 100x /menit
Suhu : 36.0C

4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum :
1) Kesadaran : composmentis
2) GCS : 15
3) TTV:
TD : 120/80 Mmhg
Nadi : 100x/ menig
Suhu : 36,0C
Respirate Rate : 28x/menit

b. Kulit :
1) Inspeksi :Tidak pucat, tidak sianosis, tidak ada lesi
2) Palpasi :Turgor kulit kurang baik

c. Kepala :
1) Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Mata :
1) Inspeksi : Pergerakan bola mata simetris, Reeflek pupil normal, Konjungtivita anemis, Kornea
bening
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

e. Hidung
1) Inspeksi : Bentuk simetris, ada pernapasan cuping, terpasang 02
2) Palpasi : Tidak nyeri tekan

f. Mulut
1) Inspeksi : Mukosa bibir kering, Pucat, gigi dan lidah bersih
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

g. Telinga
1) Inspeksi : Bentuk daun telinga simetris, bersih, tidak ada secret
2) palpasi : Tidak ada nyeri tekan
3) Perkusi : Pendengaran normal,
h. Leher
1) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
2) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

i. Jantung
1) Inspeksi : Dada simetris
2) Palpasi : Pergerakan napas simetris
3) Keluhan nyeri dada : Tidak ada

j. Paru-paru
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris
2) Palpasi : Pregerakan napas simetris
3) Auskultasi : Irama napas tidak teratur dan cepat, terdengar suara
napas tambahan (ronchi)
4) Keluhan : Sesak, batuk non produktif

k. Punggung
1) Inspeksi : Bentuk punggung simteris, tidak ada lesi

l. Abdomen
1) Keluhan : Mual
2) Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembesaran hepar dan limfe
3) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4) Auskultasi : Bising usus 14x/menit

m. Eksteremitas
1) Inspeksi : Eksteremitas atas dan bawah Tidak ada kelainan

n. Neurologi :
1) Kesadaran : Composmentiis

2) GCS : 4 – 5 – 6 = 15
3) Keluhan : Pusing

5. Pemeriksaan Laboratorium :
HB : 13,25 g/dl
Leukosit : 12.900 jul

6. Terapi :
a. Nebuleizer dosis : 1 amp combivent : 2 ml Nacl 2 kali perhari
b. Ambroksol tablet dosis : 3 kali 1 tablet perhari
c. Cetrisin Tablet dosis : 3 kali 1 tablet perhari
d. Oksigen dosis : 5 Liter permenit
B. DATA FOKUS

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1) Ny. N mengatakan 1) Nampak sesak.
sesak napas dan batuk 2) Terdapat bunyi suara
berdahak napas
2) )Ny N mengatakan tambahan (ronchi)
ketika batuk sulit 3) pernapasan 28
untuk mengeluarkan x/menit.
dahak 4) Irama napas cepat
3) Ny, N mengatakan 5) Nampak batuk
serangan asma terjadi berdahak dengan
jika ia merasa konsistensi kental dan
kedinginan, atau berwarna kuning.
terkena paparan debu. TTV :
4) Ny. N mengatakan TD : 120/80 mmHg
sesak sering terjadi Respirasi : 28x/ menit.
tiba-tiba dan terjadi di Nadi : 100x /menit
malam hari Suhu : 36.0C
5) Ny. N Mengatakan
ketika serangan terjadi
gejala lain yang timbul
yaitu pilek, mual dan
batuk

C.INTERVENSI
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA OBJEK
Bersihan jalan napas Bersihan jalan Manajemen jalan napas 1) Mengetahui
tidak efektif napas 1) Monitor Pola napas (Frekuensi, peningkatan
berhubungan kedalaman dan usaha napas) frekuensi napas,
hipersekresi jalan Setalah dilakukan 2) Monitor bunyi napas dispnea,
napas tindakan tambahan kedalaman napas
keperawatan (gurgling,mengi/wheezing,ronchi kadang bervariasi,
selama 3 kali ) serta usaha
24jam diharapkan 3) Posisikan semi Fowler atau mengatur napas
bersihan jalan fowler 2) Mengetahui
napas meningkat 4) Berikan minum hangat adanya kelainan
Dengan kriteria 5) Lakukan fisioterapi dada, jika pada suara napas
hasil : perlu seperti bunyi
▪ Batuk efektif 6) Berikan oksigen, jika perlu ngorok dan bunyi
meningkat 7) Ajarkan tehnik batuk efektif suara mengi
▪ Produksi sputum 8) Kolaborasi pemberian 3) Dapat
menurun bronkodilator, mukolotik atau meningkatkan
▪ Mengi /Whezing ekspektoran ekspansi paru
menurun 9) Konseling dan Edukasi sehingga upaya
▪ Dispnea (sesak diberikan napas bisa lebih
napas) menurun dalam dan lebih
▪ Ortopnea kuat
membaik serta dapat
▪ Sianosis membaik membantu
▪ Gelisah membaik mengurangi sesak
▪ Frekuensi napas napas
membaik 16 – 20 4) Air hangat
kali dapat
permenit memobilisasi
▪ Pola napas dan membantu
membaik mengeluarkan
▪ Tidak ada sekret
ditemukan 5) Fisioterapi dada
bunyi napas dapat
tambahan (ronchi) melonggarkan
saluran napas, dan
mencegah
obstruksi jalan
napas, serta
membantu
mengeluarkan
dahak
6) Membantu
memenuhi
kebutuhan oksigen
dan dapat
mengurangi beban
otot-otot
pernapasan
7) Latihan batuk
efektif dapat
memudahkan
keluarnya dahak
dari jalan napas
8) Pemberian obat
bronkodilator
berupa nebuleiser
combivent dapat
memperlebar luas
permukaan
bronkus dan
bronkiolus pada
paru – paru
sehingga serapan
oksigen paru- paru
meningkat,
sedangkan gen
mukolotik dan
ekspektoran
berupa obat
ambroksol dapat
menurunkan
kekentalan dahak
dan merangsang
pengeluaran
dahak dari saluran
napas

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


DIAGNOSA Hari tgl & IMPLEMENTASI Pataf Hari tgl & EVALUASI Paraf
KEPERAWATAN jam Jam SOAP CI
Bersihan jalan napas Selasa 28 1) Memonitor Pola Selasa 28 Subjektif :
tidak efektif maret napas Hasil : Maret 2023 • Ny N
berhubungan 09.30 • Respirasi : 24 kali/ 13:00 mengatakan
dengan hipersekresi menit • Ny. N masih masih merasa
jalan napas sesak Sesak
2) Memonitor bunyi • Ny N
napas tambahan mengatakan
dengan menggunakan masih batuk
steteskop dan sulit untuk
Hasil : mengeluarkan
• Terdengar bunyi dahak
napas) Objektif :
tambahan (ronchi • Keadaan
umum : Lemah
• Ny. N nampak
sesak
• Ny. N nampak
batuk
09.40 3. Mengatur posisi • Pernapasan
semi fowler atau cepat
fowler • Terdapat
Hasil : bunyi suara
• Ny N merasa lebih napas
nyaman tambahan
dengan posisi semi (ronchi) TTV :
fowler • TD : 120/80
mmHg
4. Memberikan • Respirasi : 24
09.45 minum hangat Hasil : kali
▪ Dahak yang kental permenit
menjadi encer • Nadi : 90 kali
sehingga mudahkan permenit
keluarnya secret dari • Suhu : 36,5oC
jalan napas Assesment :
• Masalah Ny N
belum teratasi
09,50 Planning
5. Melakukan • Intervensi
fisioterapi dada dilanjutkan
dengan tehnik • Monitor pola
postural drainage napas
Hasil : • Monitor bunyi
▪ Pasien dianjurkan napas
tarik • Berikan posisi
napas dalam (hirup semi fowler
melalui hidung • Lakukan
keluarkan melalui fisioterapi dada
mulut) sebanyak 3 • Berikan
kali kemudian pada oksigen
napas ketiga tahan • Ajarkan
selama 10 detik dan tehnik batuk
batukakan dengan efektif
kuat menggunakan • Kolaborasi
otot abnormal pemberian
sebanyak dua kali Nebuleizer
masker inhalasi,
ambroksol
tablet dan
cetrisin tablet
10.00 6).Memberikan
okseigen Hasil :
▪ O2 diberikan secara
nasal canula dengan
dosis 5 Liter/menit

10.30 8).Mengkolaborasika
n Pemberian
bronkodilator,
mukolitik dan
ekspektoran
Hasil :
▪ Nebuleizer masker
inhalasi diberikan
dosis : 1 amp
Combivent : 2 ml Nacl
diberikan 2 kali 1
sehari
▪ Ambroksol tablet
diberikan 3 kali 1
tablet sehari
▪ Cetrisin tablet
diberikan 3 kali 1
tablet sehari

DIAGNOSA HARI TGL IMPLEMENTASI PARAF HARI TGL & EVALUASI SOAP PARAF
KEPERAWATAN & Jam Jam
Bersihan jalan napas Rabu 29 1. Memonitor pola Rabu 29 Subjektif :
tidak efektif maret napas Hasil : maret 2021 ▪ Ny N
berhubungan 09.00 ▪ Respirasi : 20 kali 12:30 mengatakan
dengan hipersekresi permenit masih batuk
jalan napas ▪ Sesak berkurang berdahak
2. Memonitor bunyi ▪ Ny N
napas mengatakan
dengan steteskop sesak berkurang
Hasil : Objektif :
▪ Masih terdapat ▪ Keadan Umum
bunyi suara tambahan : mulai
(ronchi) membaik
▪ Mengi berkurang ▪ Nampak batuk
berdahak
▪ Terdapat
bunyi suara
tambahan
(ronchi)
09.05 3. Memberikan posisi ▪ Dahak nampak
semi Fowler atau keluar dan
fowler berwarna putih
Hasil : TTV :
▪ Ny. N merasa lebih ▪ TD : 110/70
nyaman dengan posisi mmHg,
semi fowler ▪ RR : 20 kali
permenit. ▪
Nadi : 88 kali
permenit. ▪
Suhu : 36,2°C
Assesment:
▪ masalah
teratasi
sebagian
Planing :
▪ Intervensi
dilanjutkan
▪ Monitor pola
napas
▪ Monitor bunyi
suara napas
tambahan
(ronchi)
▪ Berikan posisi
semi fowler
▪ Ajarkan tehnik
batuk efektif
▪ Berikan
oksigen
▪ Kolaborasi
pemberian
Nebuleizer
masker inhalasi,
ambroksol
tablet dan
cetrisin tablet
09.15 4. Memberikan
oksigen Hasil :
▪ O2 diberikan secara
nasal canula 3 liter
permenit

9.30 5. Melatih batuk


efektif Hasil :
▪ Ny. N mulai biasa
melakukan batuk
efektif namun masih
dibantu oleh perawat
melatih batuk efektif
10.15 6. Mengkolaborasikan
pemberian Nebuleiser
masker inhalasi,
ambroksol tablet dan
cetrisin tablet
Hasil :
▪ 1 amp Combivent : 2
ml Nacl diberikan
dosis
2 kali sehari
▪ Ambroksol tablet
diberikan 3 kali 1
tablet
sehari
▪ Cetrisin tablet
diberikan
3 kali 1 tablet sehari

DIAGNOSA Hari tgl IMPLEMENTASI PARAF HARI EVALUASI SOAP PARAF


KEPERAWATAN & jam TGL & CI
jam
Bersihan jalan tidak Kamis 1. Memonitor pola Kamis 30 Subjektif :
efektif berhungan 30 napas Hasil : maret ▪ Ny. N mengatakan
dengan Maret ▪ Respirasi : 18 kali/ 2023 sudah tidak sesak
hipersekresi jalan 09.00 menit ▪ Ny.N sudah 13:30 ▪ Ny. N mengatakan
napas tidak sesak sudah tidak batuk

09.05 2. Memonitor bunyi ▪ Ny. N mengatakan


suara napas sudah tidak ada lagi
tambahan dahak yang keluar
Hasil : Objektif :
▪ Sudah tidak ada ▪ Keadaan umum :
bunyi Baik
napas tambahan
(ronchi)
09.10 3. Memberikan posisi ▪ Nampak tidak sesak
semoflower atau ▪ Nampak tidak batuK
flower

9.20 Hasil : ▪ Tidak Terdapat


▪ Ny. Merasa lebih bunyi suara napas
nyaman tambahan (ronchi)
dengan posisi semi TTV :
fowler 4. ▪ TD : 1O0/ 70 mmHg
Mengajarkan tehnik ▪ Respirasi : 18 kali
batuk permenit ▪ Nadi : 86
efektif Hasil : kali permenit ▪ Suhu :
▪ Ny. N sudah dapat 36oC
melakukan batuk Assesment :
efektif tanpa bantuan ▪ Masalah teratasi
dan intruksi perawat
▪ Batuk efektif
dilakukan tiga kali
Perhari
10.20 5. Memberikan Planning :
oksigen Hasil : Intervensi dihentikan
▪ Oksigen berikan Pasien pulang
secara nasal canula 3 Konseling dan
Liter permenit Edukasi diberikan :
▪ Memberikan
informasi kepada
individu dan keluarga
mengenai seluk beluk
penyakit, sifat
penyakit, perubahan
penyakit,jenis dan
Mengetahui kapan
harus Kepelayanan
kesehatan.
▪ Kontrol secara
teratur seperti
menilai dan
memantau berat
asma secara berkala
11:00 5. ▪ Lakukan PHBS (pola
Mengkolaborasikan hidup bersih dan
pemberian obat sehat)
Combivent secara ▪ Menjelaskan
Nebuleizer inhalasi, pentingnya
ambroksol tablet dan melakukan
cetrisin tablet. pencegahan dengan
Hasil : cara menghindari
▪ 1 ampul combivent : faktor pencetus
2 ml kambuhnya asma
nacl diberikan 2 kali ▪ Menjelaskan
sehari pentingnya
▪ Amboksol tablet melakukan
diberikan pencegahan
3 kali sehari pemberian dengan
▪ Cetrisin tablet menggunakan
diberikan 3 bronkodilator/steroid
kali sehari inhalasi

E. EVALUASI
Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan status Ny.N
dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi memberikan imformasi, sehingga menginginkan revisi
perawatan (Hidayat, 2012). Diagnosa keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan hipersekresi jalan napas pada tanggal 28,29,30 Maret 2023
Pada evaluasi hari pertama pada tanggal 28 Maret 2023, hasil evaluasi di dapatkan evaluasi subjektif
Ny.N mengatakan masih merasa sesak, Ny.N mengatakan masih batuk dan sulit untuk mengeluarkan
dahak, evaluasi objektif keadaan umum lemah, nampak sesak, Nampak batuk berdahak, Nampak
sputum keluar kental dan berwarna kuning, irama pernapasan cepat, terdapat bunyi suara napas
tambahan ronchi, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 24 kali permenit, nadi 90 kali permenit,
suhu 36,5oC, masalah belum teratasi intervensi tetap di lanjutkan.
Pada evaluasi hari ke dua pada tanggal 29 Maret 2023, hasil evaluasi didapatkan evaluasi subjektif
Ny. N mengatakan sesak berkurang, batuk berdahak berkurang, evaluasi objektif keadaan umum
mulai membaik, Nampak batuk berdahak, Nampak tidak sesak, tekanan darah 110/70 mmHg,
respirasi 20 kali permenit, nadi 88 kali permenit. Suhu 36,3oC, terdapat bunyi suara napas tambahan
ronchi, sputum berkurang dan berwarna putih, masalah teratasi sebagian dan intervensi di
lanjutkan.
60
Pada evaluasi hari ke tiga pada tanggal 30 Maret 2023, hasil yang didapatkan evaluasi subjektif Ny N
mengatakan sudah tidak sesak, batuk berdahak sudah tidak ada. Evaluasi objektif keadaan umum Ny
N membaik, tekan darah 110/70 mmHg, respirasi 18 kali permenit, nadi 86 kali permenit, suhu
36,4oC, Nampak tidak sesak, Nampak tidak ada batuk, nampak tidak ada dahak, tidak terdapat suara
napas tambahan. Disimpulkan masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada Ny N teratasi,
intervensi dihentikan ditandai dengan Kriteria hasil, irama napas teratur, frekwensi pernapasan 18
kali permenit, dapat batuk secara efektif, sesak berkurang saat beraktivitas ringan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan Asma Bronkial pada Ny.N dengan
masalah keperawatan bersihan jalan tidak efektif di ruang cucmi-cumi Puskesmas Laonti
Kabupaten konawe selatan penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengumpulan data Pada klien Ny N pengkajian riwayat
kesehatan didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi), pernapasan 28 kali
permenit, irama napas cepat, Ny N Nampak sesak dan batuk berdahak konsistensi kental dan
berwarna kuning, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 28 kali permenit, nadi 100 kali
permenit, S: 36oC.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Ny.N maka penulis menemukan
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif dengan batasan karateristik batuk tidak
efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi/wheezing, gelisah sianosis, bunyi napas
menurun, frekuensi napas berubah, pola napas berubah, menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016).
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada delapan intervensi menurut SIKI PPNI (2018)
menajemen jalan napas adalah monitor pola napas, monitor bunyi napas tambahan, berikan posisi
semi fowler, berikan minum hangat, berikan oksigen, ajarkan tehnik batuk efektif, lakukan fisioterapi
dada, kolaborasi pemberian nebuleiser, ambroksol tablet dan cetrisin
tablet.
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama tiga hari penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah di buat
5. Evaluasi keperawatan pada Ny.N dapat teratasi pada hari ke 4 perawatan
dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan, dapat batuk secara efektif,
irama napas teratur, frekuensi pernapasan 18 kali permenit.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan berupa saran-saran sebagai
berikut.
1. Bagi masyarakat :
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan faktor pencetus dan penanganan penyakit Asma Bronkial.
2. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di Puskesmas Laonti Kabupaten Konawe
Selatan, dalam memberikan asuhan keperawatan asma bronkial agar selalu memberikan
peningkatan pengetahuan dan wawasan pasien tentang perawatan dan pencegahan asma bronkial
serta tenaga kesehatan dapat melakukan peningkatan pelayanan melalui pelatihan- pelatihan atau
mengikuti pendidikan berkelanjutan
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan penelitian ini di jadikan pembanding antara pasien yang
dinebuleiser dengan batuk efektif dan pasien yang batuk tanpa nebuliser.
4. Bagi pembaca
Untuk menambah wawasan tentang masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif pada
pasien asma bronkial

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/2073/1/HEBDRIK%20ARIFIN%20P003200190183.pdf

Anda mungkin juga menyukai