Anda di halaman 1dari 22

LEMBAR TUGAS KELOMPOK

PRAKTIK PEMBERIAN INTERVENSI DAN TERAPI


DENGAN BERBAGAI METODE DAN STRATEGI (SENAM
MENURUNKAN HIPERTENSI)

Disusun untuk Memenuhi Penilaian Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Komunitas III

Dosen Fasilitator:

Ns. Yoga Kertapati, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom

Oleh Kelompok 8:

1. Asmaul Husna NIM. 1510005


2. Kurrotul Aini NIM. 1510026
3. Lila Watiningrum NIM. 1510027
4. Mahalia Ocha D NIM. 1510029
5. Octafiansyah Alwan K.W. NIM. 1510040
6. Vamila Meydiawati NIM. 1510054

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN 2018

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini kami menyatakan bahwa:

1. Kami mempunyai copy dari makalah ini yang bisa dicetak ulang jika lembar
tugas kelompok yang dikumpulkan hilang atau rusak.
2. Lembar tugas kelompok ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan
karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi yang sudah
dilakukan paraphrase.

Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia


mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 26 September 2018

(Nama) (NIM) Tanda Tangan

1. Asmaul Husna 151.0005


_______________
2. Kurrotul Aini 151.0026
_______________
3. Lila Watiningrum 151.0027
_______________
4. Mahalia Ocha D 151.0029
_______________
5. Octafiansyah Alwan K.W. 151.0040
_______________
6. Vamila Meydiawati 151.0054
_______________

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
penulis dapat menyelesaikan Lembar Tugas Kelompok yang berjudul “PRAKTIK
PEMBERIAN INTERVENSI DAN TERAPI DENGAN BERBAGAI METODE
DAN STRATEGI (SENAM MENURUNKAN HIPERTENSI)”. Tugas ini disusun
untuk memenuhi salah satu syarat dalam penilaian tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas III. Penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ketua STIKES Hang Tuah Surabaya, Ibu Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep.,
2. Kepala Prodi S1 Keperawatan, Ibu Puji Hastuti, S.Kep., Ns., M.Kep.
3. Dosen PJMK, Bapak Yoga Kertapati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom, atas
kerjasama dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan tugas
kelompok
4. Dosen Fasilitator, Bapak Yoga Kertapati, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Kom,
atas kerjasamanya dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan
tugas kelompok ini.
5. Rekan-rekan satu kelompok dan seangkatan yang telah membantu kelancaran
dalam penyusunan tugas kelompok ini yang tidak dapat penulis sebut satu-
persatu.

Penulis menyadari bahwa Lembar Tugas Kelompok ini memiliki banyak


kekurangan dan jauh dari sempurna oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun sebagai perbaikan yang berkelanjutan. Akhir kata,
penulis berharap Lembar Tugas Kelompok ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak.

Surabaya, 26 September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

3
Cover.........................................................................................................................i

Lembar Pernyataan..................................................................................................ii

Kata Pengantar........................................................................................................iii

Daftar Isi.................................................................................................................iv

BAB 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................1
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................2

BAB 2: TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Home Industry...............................................................................3


2.2 Bahaya atau penyakit yang mengancam pada pekerja Home Industry.......3
2.3 Cara mengatasi masalah kesehatan pada Home Industry............................5
2.4 Pentingnya APD pada perusahan Home Industry.......................................5
2.5 Efek jangka pendek dan jangka panjang bagi kesehtan..............................6

BAB 3: PEMBAHASAN

3.1 Analisa Jurnal...............................................................................................8


3.2 Pembahasan jurnal.......................................................................................8

BAB 4: PENUTUP

4.1 Simpulan....................................................................................................10
4.2 Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................11

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang mengakibatkan angka


kesakitan yang tinggi. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap
(silent killer) karena termasuk yang mematikan tanpa disertai dengan gejala-
gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Batas tekanan
darah yang masih dianggap normal pada individu dewasa adalah kurang dari
120 mmHg, sedangkan bila tekanan darah lebih dari 120 mmHg individu
harus mulai mewaspadai terjadinya hipertensi. (Joint National Committee 7,
2011).
Di dunia, prevalensi untuk kejadian hipertensi menyumbangkan angka
yang sangat besar, yakni ditemukan sekitar 1 milyar kasus individu yang
mengalami hipertensi. Angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya yang di
sebabkan oleh kurangnya pemahaman masyarakat mengenai hipertensi itu
sendiri. Prevalensi hipertensi meningkat pada individu dengan usia lanjut,
dimana setengah dari orang usia 60 – 69 tahun dan sekitar tiga perempat dari
orang yang berusia 70 tahun. (Joint national committe 7, 2011). Menurut hasil
dari beberapa penelitian diketahui bahwa penyakit hipertensi yang tidak
terkontrol akan meningkatkan risiko terkena stroke sebanyak tujuh kali dan
tiga kali lebih besar berisiko serangan jantung (Sari, C. Y. 2015).
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang
tetapi hanya 4% yang merupakan hipertnsi terkontrol. Prevalensi 6 – 15%
pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita
hipertensi sehingga mereka cenderung menjadi hipertensi berat karena tidak
menghindari dan tidak mengetahui faktor resikonya, dan 90% merupakan
hipertensi esensial (Ardiansyah, 2012). Pada rumah sakit di Jawa Timur
ditemukan bahwa hipertensi adalah kasus yang paling banyak terjadi yaitu
mencapai 112.583 kasus, yang terjadi di Surabaya adalah sekitar 2-3% dari
jumlah keseluruhan kasus yang ada di Jawa Timur (Kemenkes 2013).
Kunjungan pasien di Puskesmas Menur Surabaya 1 bulan terakhir, terhitung

5
dari tanggal 13 November-13 Desember 2017 tercatat ada (1,4%) atau 125
pasien yang berobat dan mempunyai penyakit hipertensi. Rata-rata pasien
yang mempunya riwayat hipertensi tersebut disertai dengan penyakit
degeneratif lainnya, seperti diabetes mellitus.
Perubahan gaya hidup, sosial dan ekonomi secara global memegang
peranan besar dalam terjadinya transisi epidemologi di negara maju maupun
berkembang, sehingga semakin menggambarkan penyakit menular yang
cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang meningkat, salah satunya
adalah penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud Teori Lansia?
1. Apa yang dimaksud Konsep Penyakit Hipertensi?
2. Apa saja klasifikasi Penyakit Hipertensi?
3. Apa etiologi Penyakit Hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi Penyakit Hipertensi?
5. Apa saja tanda dan gejala Penyakit Hipertensi?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang Penyakit Hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaan Penyakit Hipertensi?
8. Apa yang dimaksud senam Hipertensi?
9. Bagaimana strandar prosedur operasional senam Hipertensi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran teori dan terapi senam hipertensi bag
penderita Penyakit Hipertensi.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk mengetahui Teori Lansia
2. Untuk mengetahui Konsep Penyakit Hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi Penyakit Hipertensi
4. Untuk mengetahui etiologi Penyakit Hipertensi

6
5. Untuk mengetahui patofisiologi Penyakit Hipertensi
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala Penyakit Hipertensi
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang Penyakit Hipertensi
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Penyakit Hipertensi
9. Untuk mengetahui senam Hipertensi
10. Untuk mengetahui strandar prosedur operasional senam Hipertensi

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa
Meningkatkan pemahaman dan keterampilan bagi mahasiswa dalam
penanganan dan perawatan hipertensi sehingga mampu memberikan upaya
preventif.
2. Institusi
Menambah pemahaman tentang pentingnya upaya dalam penanganan dan
perawatan hipertensi.

7
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Teori Lansia


Fase terakhir dari kehidupan adalah fase menua, dimana prosesnya
tergantung individu. Menua tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berkembang
dari proses pertubuhan dan perkembangan individu dari bayi, anak-anak, dan
akhirnya menjadi tua. Menua adalah tahap lanjut dari proses kehidupan
dimana daya tahan tubuh mengalami penurunan dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun luar (Muhith & Siyoto, 2016). Menua
merupakan perubahan yang bersifat kompleks yang terdiri dari perubahan
biologis keseluruhan secara progresif terhadap tingkat kerusakan molekul dan
sel (WHO, 2015). Karakteristik penuaan secara biologis:

1) Usia harapan hidup meningkat, angka kematian tetap

2) Kerusakan bersifat bertahap dan terus-menerus

3) Proses penyembuhan membutuhkan waktu yang lama

4) Rentan terhadap infeksi dan kanker

Menurut Stanhope dan Lancaster (2012), menua adalah semua


perubahan yang terjadi pada individu seiring dengan berjalannya waktu,
ditandai dengan perubahan perilaku, psikologis, dan sosial. Perubahan
pada lansia meliputi:
1) Psikososial

- Sikap dan perilaku

- Pengalaman individu

2) Biologis

- Fisik menua

- Perubahan fungsi dan struktur

8
- Kemampuan melawan penyakit

- Meminimalkan risiko dan memaksimalkan kesehatan

Penuaan pada lansia, memungkinkan terjadinya penurunan anatomis


dan fungsional yang sangat besar. Pada lansia sering di jumpai
permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan gerak dan fungsi.
Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan karena adanya
perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh (Suhartin, 2010). Salah satu
perubahan fisiologis yang terjadi akibat proses penuaan adalah sistem
kardiovaskular dan berhubungan dengan penyakit hipertensi. Perubahan
normal pada sistem kardiovaskular akibat penuaan antara lain:

a. Penebalan pada ventrikel kiri yang menyebabkan penurunan kekuatan


kontraktil (pompa jantung)
b. Katup jantung menebal dan adanya tonjolan yang mengakibatkan
gangguan pada aliran darah
c. Penurunan jumlah pacemaker yang umum terjadi disritmia
d. Arteri menjadi kaku dan tidak lurus pada kondisi dilatasi,
menyebabkan terjadinya penumpulan respons baroreseptor dan respon
terhadap panas/dingin
e. Dilatasi pada vena yang menyebabkan edema pada ekstremitas bawah
dengan penumpukan darah. Beberapa kondisi yang terjadi akibat
dilatasi vena antara lain: arterosklerosis, gangguan katup jantung,
gagal jantung, arteri koroner, disritmia, kurangnya oksigen dalam
darah, gangguan vascular perifer.

2.2 Pengertian Hipertensi


Hipertensi merupakan salah jenis penyakit tidak menular yang serius pada
saat ini. (Triyanto, 2014). Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang
siapa saja, baik muda maupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit
degeneratif, seiring dengan pertambahan usia maka terjadi juga peningkatan
tekanan darah secara perlahan (Triyanto, 2014).
Hipertensi juga sering disebut sebagai silent killer karena termasuk
penyakit yang mematikan. Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh

9
penderitanya, melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang
tergolong kelas berat dan mematikan serta dapat meningkatkan resiko
serangan jantung, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal (Pudiastuti, 2013).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga dapat didefinisikan sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI, 2014).

2.3 Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut The Seventh Report of Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and the Treatment of High
Blood Pressure.

Tabel 2.2.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-7

Kategori Sistolik Diastolik


(mmHg) (mmHg)
Optimal 115 atau kurang 75 atau kurang
Normal Kurang dari 120 Kurang dari 80
Prehipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi tahap I 140 – 159 90 – 99
Hipertensi tahap II Lebih dari 160 Lebih dari 100

WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of


Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:

Tabel 2.2.2 Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH

10
Kategori Tekanan sistol Tekanan diastol
(mmHg) (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-159 90-99
Sub-group: perbatasan 140-149 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group: perbatasan 140-149 <90

Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada januari 2007 meluncurkan


pedoman penanganan hipertensi di Indonesia, yang diambil dari pedoman
negara maju dan negara tetangga dengan merujuk hasil JNC dan WHO.

Tabel 2.2.3. Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsesus Perhimpunan


Hipertensi Indonesia

Kategori Tekanan darah Tekanan darah diastol


sistol (mmHg) (mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi stadium 2 >160 >100
Hipertensi sistolik ≥140 <90
terisolasi

2.4 Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi
essensial (primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
dan ada kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi

11
sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain.
Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang
kurang baik. Faktor makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan
lemak (obesitas), konsumsi garam dapur yang tinggi, merokok dan minum
alkohol. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain
yang mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan
(obesitas), pola makan, merokok (M. Adib, 2009).

2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras (neuron) saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat bersamaan dimana sistem saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi,
kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

12
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008).

2.6 Tanda dan Gejala


Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati
antara lain yaitu gejala ringan seperti:

a. pusing atau sakit kepala,


b. sering gelisah,
c. wajah merah,
d. tengkuk terasa pegal,
e. mudah marah,
f. telinga berdengung,
g. sukar tidur,
h. sesak napas,
i. rasa berat ditengkuk,
j. mudah lelah,
k. mata berkunang-kunang,
l. mimisan (keluar darah dari hidung).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1) Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2) BUN : untuk memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3) Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi)
4) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5) Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)

13
7) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
8) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
9) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
10) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11) Steroid urin
Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12) IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter

13) Foto dada


Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14) CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi

2.8 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat


Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol

14
e) Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam
zona latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
3. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan
tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk
gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks
4. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien

15
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
5. Terapi alternative
Tren pengobatan hipertensi saat ini yaitu dengan menggunakan terapi
alternatif dan komplementer, Terapi alternatif dan komplementer yang saat
ini polpuler ataun dipercaya masyarakat untuk mengobati hipertensi
diantaranya akupunktur, akupresur, bekam, terapi herbal, terapi listrik, dan
lain-lain. Akupuntur merupakan salah satu cara pengobatan alternative secara
nonfarmakologis yang dapat digunakan untuk pengobatan hipertensi
(Ekawati & Hasnah, 2016).

b. Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi
agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya
perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang
dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National
Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat
beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan
sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita
dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2. Step 2 Alternatif yang bisa diberikan :
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta
blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin,
vasodilator
3. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh

16
a. Obat ke-2 diganti
b. Ditambah obat ke-3 jenis lain
4. Step 4: Alternatif pemberian obatnya
a. Ditambah obat ke-3 dan ke-4
b. Re-evaluasi dan konsultasi

c. Follow Up untuk Mempertahankan Terapi


Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,
dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran
tekanan darahnya
2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai
tekanan darahnya
3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh,
namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan
mortilitas
4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya
tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya
dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter
5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih
dahulu
6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup
penderita
7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi
8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau
keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah
9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x
sehari atau 2 x sehari

17
10. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek
samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi
11. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau
mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas
maksimal
12. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin
13. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang
ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka
sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang
pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

18
BAB 3

PEMBAHASAN

SOP SENAM HIPERTENSI UNTUK LANSIA

Pengertian Senam hipertensi adalah suatu usaha untuk


mengurangi dan mengelola stress yang menjadi pemicu
resiko hipertensi dilakukan selama 30 menit selama
seminggu minimal 3 kali (Ayu, 2008).

Tujuan 1. Meningkatkan aliran darah dan pasokan oksigen


kedalam otot-otot dan rangkaian aktif khususnya otot
jantung.
2. Meningkatkan kebutuhan oksigen dalam sel untuk
pembentukan energi sehingga terjadi peningkatan
denyut jantung.
3. Mengelastiskan pembuluh darah

Indikasi Untuk lansia dengan hipertensi

Langkah kerja 1. Pemanasan


Lakukan nafas dalam dengan menghirup udara
dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut
secara perlahan sebanyak 2 x 8 hitungan
2. Latihan inti
a. Jalan ditempat sebanyak 2x 8 hitungan
b. Tepuk tangan 2 x 8 hitungan
c. Tepuk jari 4 x 8 hitungan
d. Jalin 4 x 8 hitungan
e. Silang ibu jari kanan 2 x 8 hitungan
f. Silang ibu jari kiri 2 x 8 hitungan
g. Adu sisi kelingking 2 x 8 hitungan
h. Adu sisi telunjuk 2 x 8 hitungan
i. Ketok pergelangan tangan kiri sebanyak 2 x
8 hitungan
j. Ketok pergelangan tangan kanan sebanyak 2

19
x 8 hitungan
k. Ketok nadi kiri sebanyak 2 x 8 hitungan
l. Ketok nadi kanan sebanyak 2 x 8 hitungan
m. Tekan jari-jari tangan dan ayunkan sebanyak
2 x 8 hitungan
n. Buka dan kepalkan tangan sebanyak 2 x 8
hitungan
o. Tepuk punggug tangan kiri sebanyak 2 x 8
hitungan
p. Tepuk punggung tangan kanan sebanyak 2 x
8 hitungan
q. Tepuk lengan dan bahu kiri sebanyak 2 x 8
hitungan
r. Tepuk lengan dan bahu kanan sebanyak 2 x 8
hitungan
s. Tepuk pinggang sebanyak 2 x 8 hitungan
t. Tepuk paha sebanayak 2 x 8 hitungan
u. Tepuk betis sebanayak 2 x 8 hitungan
v. Jongkok dan berdiri sebanyak 2 x 8 hitungan
w. Menepuk perut sebanyak 2 x 8 hitungan
x. Kaki jinjit sebanyak 2 x 8 hitungan
3. Pendinginan
Melakukan nafas dalam dengan menghirup
udara dari hidung dan dikeluarkan melalui mulut
sebanyak 2 x 8 hitungan
(Margiyati, 2010)

Referensi Ayu, E. S. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.


Margiyati. (2010). Pengaruh Senam Lansia Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Posyandu Lansia Ngudi Waras,
Dusun Kemloko. Keperawatan.

20
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipertensi atau tekanan darah tinggi juga dapat didefinisikan sebagai


peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang (Pusat Data dan Informasi Kemenkes
RI, 2014). Perubahan gaya hidup, sosial dan ekonomi secara global memegang
peranan besar dalam terjadinya transisi epidemologi di negara maju maupun
berkembang, sehingga semakin menggambarkan penyakit menular yang
cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang meningkat, salah satunya
adalah penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2012).

4.2 Saran

Setelah penyampaia penyampaian materi hipertensi dan intervensi senam


hipertensi sangat dihimbau bagi semua orang untuk dapat mengubah gaya hidup
sehat, terutama tenaga kesehatan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ekasari, M. F., & Maryam, R. S. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan


Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Ekawati, Dian., & Hasnah. (2016). Pengaruh Terapi Akupuntur pada Pasien
Hipertensi di Balai Kesehatan Tradisional Masyarakat Makassar. Journal
of Islamic Nursing, Volume 1, Nomor 1.

Kemenkes RI. (2013). Data Dan Informasi kesehatan, gambatran kesehatan


lanjut usia di indonesi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI

Kemenkes RI. (2013). Panduan hari kesehatan sedunia: Waspadai hiertensi


kendalikan tekanan Darah. Jakarta: kementrian kesehatan RI

Muhith, A., & Siyoto, S. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:


Andi Offset.

Pudiastuti, R. D. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. 2014. Infodatin Hipertensi.

Triyanto, T. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara


Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

22

Anda mungkin juga menyukai