Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LARINGITIS”

Dosen Mata Kuliah : Agus Wiwit Suwanto, S.Kep., Ns.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Anggita Dewi Saputri (201601067)
2. Intan Ragil Puji A. (201601083)
3. Nanda Tri Syahputra (201601099)
4. Sherin Rosa Linda (201601114)

TINGKAT : 2 B ( SEMESTER III )

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Keperawatan Medikal Bedah I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Laringitis“ dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-
orang mukmin yang tetap istiqamah di jalan-Nya.

Makalah ini kami rancang untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah I dan agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit laringitis, dimulai dari
pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, sampai mengevaluasi
tindakan keperawatan yang disajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang akan
datang menjadi lebih baik.

Terima kasih

Ponorogo, 12 Juli 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ............................................................................................................ 1


Kata Pengantar ........................................................................................................... 2
Daftar Isi ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Laring .................................................................................................................. 6
2.2 Laringitis.............................................................................................................. 7
2.2.1 Definisi ..................................................................................................... 7
2.2.2 Etiologi ..................................................................................................... 7
2.2.3 Patofisiologi .............................................................................................. 7
2.2.4 Gejala Klinis ............................................................................................. 8
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................ 9
2.3 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Laringitis ........................................ 9
2.3.1 Pengkajian ................................................................................................ 9
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................. 12
2.3.3 Intervensi .................................................................................................. 13
2.3.4 Implementasi ............................................................................................ 16
2.3.5 Evaluasi .................................................................................................... 18

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan .......................................................................................................... 19
3.2. Saran .................................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernapasan adalah proses pertukaran gas dalam paru. Oksigen berdifusi
dalam darah dan pada saat yang sama karbon dioksida dikeluarkan dari darah.
Udara dialirkan menuju unit pertukaran gas melalui jalan napas. Secara umum,
suatu proses pernapasan memerlukan tiga sub unit organ pernapasan, yaitu
jalan napas atas, jalan napas bawah dan unit pertukaran gas. Masing-masing
sub unit terdiri atas berbagai organ. Jalan napas terdiri atas hidung, sinus,
faring, dan laring. Jalan napas bawah terdiri atas trakea, dan bronkus serta
percabangannya. Unit pertukaran gas terdiri dari bagian distal bronkus terminal
(bronkiolus respiratorius), duktus alveolaris, sakus alveolaris, dan alveoli yang
kesemuanya disebut sebagai asinus.
Laringitis merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai
onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Bila laringitis berlangsung lebih
dari 3 minggu maka disebut laringitis kronik. Laringitis didefinisikan sebagai
proses inflamasi yang melibatkan laring dan dapat disebabkan oleh berbagai
proses baik infeksi maupun non-infeksi. Laringitis sering juga disebut juga
dengan ‘croup’. Dalam proses peradangannya laringitis sering melibatkan
saluran pernafasan dibawahnya yaitu trakea dan bronkus. Bila peradangan
melibatkan laring dan trakea maka diagnosis spesifiknya disebut
laringotrakeitis, dan bila peradangan sampai ke bronkus maka diagnosis
spesifiknya disebut laringotrakeobronkitis.

1.2 Rumusan masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud laring ?
1.2.2 Bagaimana anatomi laring pada pernapasan ?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan laringitis ?
1.2.4 Apa saja diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan laringitis ?
1.2.5 Apakah laringitis dapat menyebabkan penurunan berat badan ?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan saat seseorang mengalami laringitis ?

4
1.2.7 Apa yang harus di evaluasi setelah melakukan implementasi pada
pasien laringitis ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Agar mahasiswa dapat memahami dan mengetahui tentang pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan laringitis.
1.3.2 Tujuan khusus
a. Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I.
b. Mahasiswa/i diharapkan dapat :
- Menjelaskan definisi dan anatomi dari laring.
- Memahami dan menjelaskan mengenai penyakit laringitis.
- Menganalisa kondisi pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan
oksigenasi.
- Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai dengan rumusan
NANDA.
- Merancang rencana keperawatan pada pasien dengan laringitis.
- Mengimplementasikan rencana keperawatan sesuai dengan
kebutuhan pasien.
- Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Laring
Laring merupakan unit organ terakhir pada jalan napas atas. Laring disebut
juga sebagai kotak suara karena terdapat pita suara. Laring terletak disisi
inferior faring dan menghubungkan faring dengan trakea. Batas bawah dari
laring sejajar dengan vertebra servikalis keenam. Bagian atas terdapat glotis
yang dapat bergerak menutup pintu laring oleh epiglotis saat terjadi proses
menelan.

Fungsi laring adalah memisahkan makanan dan udara, fonasi atau


menghasilkan suara, dan imisiasi timbulnya batuk dari saluran napas bagian
atas. Laring juga bertanggung jawab dalam mengatur dan memisahkan
makanan yang ditelan dengan udara yang dihirup. Pengaturan ini dilakukan
dengan menggunakan mekanisme penutupan jalan napas oleh epiglotis ketika
terjadi proses menelan, sehingga makanan atau minuman yang tertelan tidak
dapat memasuki jalan napas dan diteruskan ke esofagus. Kegagalan epiglotis
untuk menutup pintu jalan napas dapat berakibat masuknya makanan atau
minuman ke dalam jalan napas (aspirasi). Laring mempunyai fungsi untuk
mengekspresikan emosi seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain
yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan membuat suara serta
mementukan tinggi rendahnya nada. (Cohen JL 1997, 369-76)

6
2.2 Laringitis
2.2.1 Definisi
Laringitis adalah proses peradangan dari membran mukosa yang
membentuk laring. Tanda dan gejalanya antara lain demam, batuk, pilek,
nyeri menelan dan pada waktu bicara, suara serak, sesak napas, stridor.
Bila penyakit berlanjut terus akan terdapat tanda obstruksi pernapasan
berupa gelisah, napas tersengal-sengal, sesak dan napas bertambah berat.

2.2.2 Etiologi
Laringitis biasanya timbul setelah infeksi pernapasan bagian atas,
contohnya flu atau randang tenggorokan streptokokus, infeksi mulut,
contohnya sariawan, atau sebagai bagian dari laringotrakeobronkitis
generalisata. Penyebab laringitis umumnya adalah streptococcus
hemolyticus, streptococcus viridans, pneumokokus, staphylococcus
hemolyticus dan haemophilus influenzae.
Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca,
pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan
minum-minum alkohol, serta alergi.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran
pernafasan bagian atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa
menyertai bronkitis, pneumonia, influenza, pertusis, campak dan difteri.
(Hermani B, Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003, 190 – 200)

2.2.3 Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri
mungkin sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis.
Awitan infeksi mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap

7
perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada
immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah
ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari
host serta prevalensi virus yang meningkat.
Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran
nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa
saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi
mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan
iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut.
Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator
kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu
tubuh. (Elizabeth J. Corwin 2000, 432)

2.2.4 Gejala Klinis


1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai
suara yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada
lebih rendah dari suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan
getaran serta ketegangan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan
kanan sehingga menimbulkan suara menjada parau bahkan sampai
tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga
sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala,
batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami
peningkatan dari 38o celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit
menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,
peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat

8
celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri
diseluruh tubuh.
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis,
membengkak terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga
didapatkan tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru.
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis
yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada
anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi
suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang


1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis
(Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika
disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring
yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada
konus elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.

2.3 Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Laringitis


2.3.1 Pengkajian
1. Pengkajian Identitas Klien
a. Pasien (diisi lengkap): nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS.
b. Penanggung Jawab (diisi lengkap) : (nama, jenis kelamin, umur,
status perkawinan, agama, pekerjaan, alamat)
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita
pasien saat masuk rumah sakit).

9
Kaji apakah klien demam, tidak enak badan, kesulitan menelan,
sakit tenggorokan, rasa gatal dan kasar di tenggorokan,
tenggorokan kering, batuk kering, kesulitan bernapas (pada anak-
anak), dan suara serak / hilang.
b. Riwayat kesehatan yang lalu
Mengkaji apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit
yang sama atau yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini
diderita. Misalnya, sebelumnya pasien mengatakan pernah
mengalami infeksi pada saluran tenggorokan dan pernah
menjalani perawatan di RS.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh
anggota keluarga yang lain atau riwayat penyakit lain baik
bersifat genetis.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
b. GCS
c. Tanda Vital ( tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
d. Kesadaran
4. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
 Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang
penyakit laringitis yang dideritanya dan pentingnya kesehatan
bagi klien?
 Kaji apakah klien merokok atau minum alkohol?
 Apakah klien mengetahui tanda dan gejala penyakitnya?
 Apakah klien mengetahui penyebab penyakit laringitis?
b. Pola nutrisi metabolik
 Tanyakan kepada klien bagaimana pola makan dan minumnya
sebelum sakit dan setelah sakit?
 Bagaimana jumlah asupan makanan dan minuman klien?
 Kaji apa makanan kesukaan klien?

10
 Kaji riwayat alergi makanan maupun obat-obatan tertentu.
 Apakah klien mengalami sulit menelan, sakit tenggorokan,
anoreksia?
 Apakah makan dan minum klien berkurang karena sakit
tenggorokan dan sakit saat menelan?
c. Pola eliminasi
 Kaji bagaimana pola miksi dan defekasi klien apakah
mengalami gangguan?
 Kaji apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi nya?
 Apakah klien merasakan nyeri saat BAK dan BAB?
 Apakah penyakit ini mengganggu kenyamanan saat BAK dan
BAB?
 Kaji kebiasaan dan volume urine
d. Pola aktivas latihan
 Apakah aktivitas terganggu karena penyakit yang dihadapinya?
e. Pola istirahat tidur
 Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam
sehari?
 Apakah klien mengalami gangguan dalam tidur, misalnya
karena nyeri tenggorokan ?
f. Pola kognitif persepsi
 Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami
gangguan pada panca indra?
 Apakah klien mengalami serak atau hilang suaranya untuk
berkomunikasi?
 Bagaimana kemampuan berkomunikasi, memahami serta
berinteraksi klien terhadap orang lain?
 Biasanya klien mengalami kesulitan dalam berkomunikasi
karena suara yang parau atau bahkan hilang dan rasa nyeri di
tenggorokan.

11
g. Pola persepsi diri dan konsep diri
 Apakah klien merasa rendah diri karena penyakitnya, misalnya
karena ketidakmampuan berkomunikasi dengan baik ?
 Apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena
takut kehilangan suaranya ?
h. Pola peran hubugan
 Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum
dan selama dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan
sosial klien dengan masyarakat sekitarnya?
 Apa klien mengalami sulit bersosialisasi dengan orang lain
karena kesulitan komunikasi yang dirasakannya?
i. Pola reproduksi dan seksualitas
 Apakah ada pengaruh penyakit klien dengan seksualitasnya?
j. Pola koping dan toleransi stress
 Kaji apa yang biasa dilakukan klien saat ada masalah?
 Apakah klien menggunakan obat-obatan untuk menghilangkan
stres?
 Kaji sumber pendukung klien disaat stres.
k. Pola nilai dan kepercayaan
 Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap klien menghadapi
penyakitnya?
 Apakah ada pantangan agama dalam proses penyembuhan
klien?
 Kaji bagaimana pendapat pasien tentang penyakitnya, apakah
pasien menerima penyakitnya adalah karena murni oleh
penyakit medis ataupun sebaliknya.

2.3.2 Diagnosis Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring
sekunder akibat infeksi.

12
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan
napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
4. Resiko terhadap ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral dan
kenyamanan mulut.

2.3.3 Intervensi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi
berlebihan sekunder akibat proses inflamasi.
Tujuan : Tidak ada sumbatan pada jalan nafas
Kriteria Hasil (NOC) : Status Pernapasan: Ventilasi
a. Frekuensi pernafasan dalam batas normal
b. Irama pernafasan sesuai yang diharapkan
c. Ekspansi dada simetris
d. Mudah untuk bernafas
e. Tidak terdapat nafas pendek
f. Tidak ada dispnea saat istirahat
Intervensi Keperawatan (NIC) : Manajemen Jalan Napas
 Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
 Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
 Keluarkan secret dengan batuk/ suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
 Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab
 Monitor respirasi dan status O2
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring
sekunder akibat infeksi.
Tujuan : Skala nyeri dapat berkurang
Kriteria Hasil (NOC) : Kontrol Nyeri
a. Mengendalikan factor penyebab nyeri.
b. Mampu mengenali kapan terjadinya serangan.
c. Mampu menggunakan tindakan pencegahan.

13
d. Mampu menggunakan tindakan non analgetik untuk mengurangi
nyeri.
e. Mampu menggunakan analgetik yang sesuai.
Intervensi Keperawatan (NIC) : Manajemen Nyeri
 Kaji lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
 Identifikasi adanya tanda-tanda radang.
 Monitor aktivitas yang dapat meningkatkan nyeri.
 Kompres es di sekitar leher.
 Kolaborasi untuk pemberian analgetik.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan
napas atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
Tujuan : klien dapat berkomunikasi dengan baik
Kriteria Hasil (NOC) : Komunikasi: Mengekspresikan
a. Menggunakan pesan tertulis
b. Menggunakan bahasa percakapan vokal
c. Menggunakan bahasa percakapan esophageal
d. Menggunakan percakapan yang jelas
e. Menggunakan gambar atau tulisan
f. Menggunakan bahasa non verbal
g. Menggunakan pesan langsung
Keterangan :
1. Sangat bermasalah
2. Cukup bermasalah
3. Masalah sedang
4. Sedikit bermasalah
5. Tidak bermasalah
Intervensi Keperawatan (NIC) : Peningkatan Komunikasi: Kurang
Bicara
 Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan pasien
 Berbicara kepada pasien dngan lambat dan dengan suara yang
jelas
 Berdiri dihadapan pasien saat berbicara

14
 Memberikan reinsforcement positif kepada pasien
 Anjurkan pasien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum
jelas
 Berikan pilihan cara komunikasi yang lain seperti papan dan
pencil.
 Berikan komunikasi non verbal, contoh sentuhan dan gerak fisik,
antisipasi kebutuhan.
 Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
4. Resiko terhadap ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral dan
kenyamanan mulut.
Tujuan : Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria Hasil (NOC) : Status Nutrisi: Asupan Makanan & Cairan
a. Masukan makanan oral
b. Masukan dari selang makanan
c. Masukan cairan oral
d. Masukan cairan
e. Cairan parenteral nutrisi
Keterangan :
1) Sangat bermasalah
2) Cukup bermasalah
3) Masalah sedang
4) Sedikit bermasalah
5) Tidak bermasalah
Intervensi Keperawatan :
 Kaji status nutrisi pasien.
 Beri makanan lunak yang tidak merangsang refleks nyeri pada
laring.
 Monitor pasien dengan makanan yang dihabiskan setiap kali
makan.
 Timbang berat badan setiap hari sekali.

15
Kolaborasi:
 Teruskan pemberian terapi cairan parenteral dan antibiotik sesuai
indikasi.

2.3.4 Implementasi
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit,
namun ada indikasi masuk rumah sakit apabila :
 Usia penderita dibawah 3 tahun
 Tampak toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted
 Diagnosis penderita masih belum jelas
 Perawatan dirumah kurang memadai

Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2
3. Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda
asing di jalan napas.

Prosedur kerja :
a. Cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk
ke depan.
d. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diafragma.
e. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
f. Batukkan 2 kali dengan mulut terbuka.
g. Tarik napas dengan ringan.
h. Istirahat.
i. Catat respon yang terjadi.
j. Cuci tangan.

16
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak mint
bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan garam
fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan
hidung atau nasal spray
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika pasien
ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat anti nyeri
/ 7 analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan dekongestan nasal
seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin, pseudoefedrin, napasolin
dapat diberikan dalam bentuk oral ataupun spray.Pemberian
antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin 100 mg/kgBB/hari,
intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol : 50 mg/kgBB/hari,
intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau sefalosporin generasi 3
(cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat diberikan kortikosteroid
intravena berupa deksametason dengan dosis 0,5 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan ini
tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau trakeostomi
bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan
membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada pita
suara, minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar
lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan
mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol dan kafein
untuk mencegah tenggorokan kering. Jangan berdehem untuk
membersihkan tenggorokan karena berdehem akan menyebabkan
terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara, meningkatkan
pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.

17
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum dapat dinilai
dari adanya kemampuan dalam :
1) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukkan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan napas bersih, tidak ada
sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta tidak
ditemukan adanya tanda hipoksia.
2) Melaporkan perasaan lebih nyaman.
- Mengikuti tindakan untuk mencapai kenyamanan – analgesic,
kumur, istirahat.
- Mempertahankan hygiene mulut yang adekuat.
3) Menunjukkan kemampuan untuk mengkomunikasikan kebutuhan,
keinginan dan tingkat kenyamanan.
4) Mempertahankan masukan cairan yang adekuat.
5) Mengidentifikasi strategi untuk mencegah infeksi jalan nafas atas
dan reaksi alergi.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas kita dapat menyimpulkan, bahwa laringitis adalah
proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk laring, dan
penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan
bagian atas (misalnya common cold/flu). Beberapa diagnosa yang sering
muncul yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi berlebihan
sekunder akibat proses inflamasi.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan iritasi laring sekunder
akibat infeksi.
3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan iritasi jalan napas
atas sekunder akibat infeksi atau pembengkakan.
4. Resiko terhadap ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan penurunan masukan oral dan kenyamanan mulut.

3.2 Saran
Laringitis dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca, pemakaian suara
yang berlebihan, trauma, bahan kimia, merokok dan minum-minum alkohol,
serta alergi. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga kesehatan dan menjauhi
rokok serta tidak meminum minuman beralkohol.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anas Tamsuri ; editor, Eka Anisa Mardella, Monica Ester. 2008. Klien Gangguan
Pernapasan: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.
Somantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cohen JL. 1997. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT, Edisi ke 6. Jakarta : EGC, 369-76.
Hermani B, Kartosudiro S & Abdurrahman B. 2003. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5. Jakarta : FKUI, 190 - 200.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-gilangsety-6618-3-
babii.pdf [diakses pada tanggal 7-Juli-2017, pukul 12.34]
Faradilla, N. 2009. Laringitis Akut. Riau : Universitas Riau.
Herdman, T. Heather; alih bahasa, Budi Anna Keliat [et al.]. 2015. Nanda
International Inc. Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2015-2017.
Jakarta; EGC.
Tamsuri, Anas; editor, Eka Anisa Mardella, Monica Ester. 2008. Klien Gangguan
Pernapasan : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta; Buku Kedokteran EGC.
Sue Moorhead, dkk; alih bahasa, Intansari Nurjannah [et al.]. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Edisi ke-5. Yogyakarta : CV. Mocomedia
dengan pengawasan pihak Elsevier Inc.
Gloria M. Bulechek, dkk; alih bahasa, Intansari Nurjannah [et al.]. 2016. Nursing
Interventions Classification (NIC), Edisi ke-6. Yogyakarta : CV. Mocomedia
dengan pengawasan pihak Elsevier Inc.

20

Anda mungkin juga menyukai