Dosen Fasilitator:
Disusun Oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
makalah yang berjudul “Terapi Musik Dan Aromatik Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan” dalam rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah “Evidence Based In
Nursing ” dengan baik dan lancar. Diharapkan makalah ini bermanfaat untuk menambah
informasi dan pengetahuan bagi kita terutama pada ilmu keperawatan jiwa. Dengan
terselesaikanya makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dr. Ninuk Dian K, S.Kep.,Ns.,MANP selaku dosen PJMK mata kuliah Evidence Based
In Nursing dan Prof. Dr. Ah. Yusuf, S.Kp., M.Kes sebagai dosen fasilitator yang telah
2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun doa
yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
3. Serta semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini selesai tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati, penulis menerima kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak demi terbentuknya makalah yang lebih berkualitas di masa yang akan
datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
BAB I.............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.3 Tujuan................................................................................................................ 4
BAB 2 ............................................................................................................................. 6
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 45
2. METODE .......................................................................................................... 49
3. HASIL ............................................................................................................... 52
BAB IV ......................................................................................................................... 68
iii
4.1 Project .............................................................................................................. 68
4.3 Desiminasi Rencana Perubahan Kepada Subyek dan Stake Holder Lain ........... 71
4.5 Implementasi.................................................................................................... 72
BAB V .......................................................................................................................... 76
PEMBAHASAN........................................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di berikan
dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
titik tolak terapi atau penyembuhannya. Terapi modalitas adalah berbagai pendekatan
penanganan klien gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah
perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku
yang adaptif.
yang tidak pasti, sehingga ketika menghadapi hal yang tidak pasti, maka timbul perasaan
kesehatan mental atau suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya yang
mengancam, jadi rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang tidak memiliki
Data WHO (2010) menunjukkan sebanyak 450 juta orang di dunia menderita
gangguan jiwa, dan lebih dari 150 juta orang mengalami kecemasan. Di Indonesia sendiri
ditemukan sebesar 6,0% pada usia 15 tahun ke atas (Riskesdas, 2013). Menurut Word
Health Organization (WHO) (2018) kanker merupakan penyebab utama kematian ke dua
di dunia dengan angka kejadian mencapai 9,6 juta kematian pada tahun 2018. Data yang
1
2
seiring bertambahnya usia dan dapat menyerang semua umur. Prevalensi penyakit kanker
tertinggi berada pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu 4,62‰, prevalensi terendah pada
anak kelompok usia <1 tahun, 1-4 tahun sebesar 0,08‰. Peningkatan prevalensi yang
cukup tinggi pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar 2.58‰, 45-54 tahun sebesar
4,03‰, 65-74 tahun sebesar 3,52‰, dan usia 75 ke atas berkisar 3,84‰. Pravelensi
berdasarkan jenis kelamin paling tertinggi pada perempuan sebesar 2.9‰ dan diikuti laki-
seperti anti ansietas atau anti depresan (Kaplan dan Sadock, 2010). Selain terapi
mengurangi tingkat kecemasan seperti olah raga teratur, humor, nutrisi dan diet yang
baik, istirahat yang cukup, dan teknik relaksasi (Potter & Perry,2006). Salah satu teknik
relaksasi yang dapat mengatasi kecemasan adalah dengan terapi musik. Musik dapat
berperan sebagai fasilitator dimana musik dapat menyentuh seseorang secara emosioanal
dan mencapai perasaan terdalam pasien sehingga dapat menjadi alat untuk
mengungkapkan ekspresi nonverbal pasien dan pasien dapat lebih membuka diri dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar (Chan, et al., 2009). Musik adalah salah satu
teknik sensori paling efektif untuk mengalihkan perhatian yang dapat mengurangi
kecemasan dan meningkatkan relaksasai (Mc. Caffery, 2005). Musik adalah bahasa
universal bagi manusia yang sangat efektif dilakukan dalam perawatan karena pasien
dapat melakukan sendiri dan memilih music yang disenangi sambil menunggu tindakan
3
keperawatan yang akan dijalani, dan terapi musik sudah banyak digunakan untuk
meredakan kecemasan (Gutteirrez dan Camarena, 2015). Musik yang telah masuk ke
dan dopa yang disebut hormon stress. Masalah mental seperti stress berkurang,
ketenangan dan menjadi rileks. Sejalan dengan itu penelitian yang dilakukan oleh Jasemi
dkk. (2016) mengatakan bahwa terapi musik efektif dalam menurunkan tingkat
Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak esensial
memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan
memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem
aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh. Efeknya pada
otak dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem saraf, serta mungkin membantu
dalam menormalkan sekresi hormon. Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala
pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk
serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa minyak esensial yang
diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, atau anti
Berdasarkan uraian di atas maka pada makalah ini kami kelompok akan
Bagaimanakah efek dari terapi musik dan aromaterapi terhadap penurunan tingkat
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui terapi modalitas yang tepat dari efek terapi musik dan
6. Menjelaskan dan menganalisis pengaruh dari terapi musik dan aromaterapi terhadap
7. Menjelaskan dan menganalisis efek terapi musik dan aromaterapi terhadap penurunan
1.4 Manfaat
Dapat menambah wawasan, ilmu dan pengetahuan secara ilmiah tentang terapi
modalitas dalam bentuk terapi musik dan aromaterapi terhadap penurunan tingkat
Dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman dalam praktik keperawatan jiwa
khususnya untuk mengatasi kecemasan pada klien dengan kanker dengan terapi musik
dan aromaterapi.
.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Definisi
Terapi Modalitas merupakan terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini
diberikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku yang maladaptif menjadi
sikap klien agar mampu bertahan dan bersosialisasi dengann lingkungan masyarakat
sekitar dengan harapan klien dapat terus bekerja dan tetap berhubungan dengan keluarga,
teman, dan sistem pendukung yang ada ketika menjalani terapi (Nasir dan Muhits, 2011).
3. Memperlambat kemunduran
7. Meningkatkan aktivitas
6
7
Secara umum penan perawat dalam pelaksanaan terapi modalitas bertindak sebagai
meliputi:
2. Memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung klien untuk
mencapai tujuan dan usaha untuuk berubah. Perawat menyakinkan bahwa anggota
institusi kesehatan mana yang harus bekerja sama dengan keluarga dan siapa yang bisa
diajak konsultasi.
perawatan dirumah, pendidikan dan sebagainnya. Bila ada anggota keluarga yang
kurang memahami perilaku sehat didiskusikan atau bila ada keluarga yang
membutuhkan perawatan.
a. Terapi individual
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu hubungan
yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk mengubah perilaku
klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang disengaja dengan tujuan terapi,
terjadi perubahan tingkah laku klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal
hubungan.
b. Terapi lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif.
Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan berubah perilaku
pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
c. Terapi Biologis.
Penerapan terapi biologis atau terapi somatik didasarkan pada model medikal
di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda dengan model
konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa murni adalah gangguan
biokimiawi tertentu. Ada beberapa jenis terapi somatik gangguan jiwa meliputi:
therapy (ECT), foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang
9
tetap diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan
ECT.
d. Terapi Kognitif
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang stressor
tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola keyakinan dan
berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi perilaku adalah
dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut. Fokus auhan adalah
membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini, harapan-harapan, dan
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar
keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran utama terapi jenis ini
f. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
g. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari dan
disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan dalam
1. Role model
contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien
mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya
memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah
2. Kondisioning operan
memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah
3. Desensitisasi sistematis
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi
keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan stimulus makin
4. Pengendalian diri
h. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak akan
dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan ekspresi
Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai
respons autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak di ketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingati bahaya yang akan terjadi dan memampukan
respon emosional terhadap penilaian seseorang yang subjektif terhadap suatu hal yang di
anggap menekan. Setiap orang memiliki tingkat kecemasan karena beberapa tuntutan
dalam dirinya (Ibrahim, 2012). Kecemasan dikemukakan oleh Freud merupakan keadaan
yang berorientasi pada masa yang akan datang, yang ditandai dengan adanya efek negatif,
12
kemalangan yang tidak dikontrol (Data, Kamal, Pinilih, 2013). Menurut Sutardjo
Wiramihardja kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang
merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak jelas asal wujudnya
(Manurung, 2016). Rasa cemas terjadi pada saat adanya kejadian atau peristiwa tertentu,
maupun dalam mengahadapi suatu hal (Data, Pinilih, Kamal, 2013). Kecemasan
merupakan keadaan perasaan efektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan
sensasi fisik yang memperingati seseorang terhadap bahaya yang akan datang.
Menurut Lestari (2010) keluhan yang sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kecemasan :
1) Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
6) Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan dari luar. Mustamir pedak (2009)
1. Kecemasan Rasional
ketika menunggu hasil ujian. Ketakutan ini dianggap sebagai suatu unsur pokok
2. Kecemasan Irasional
Yang berarti mereka mengalami emosi ini di bawa keadaan-keadaan spesifik yang
3. Kecemasan Fundamental
apa hidupnya dan akan kemanakan kehidupannya berlanjut. Kecemasan ini disebut
sebagai berikut:
1. Umur
Bahwa umur lebih muda menderita stres dari pada umur tua (Lestari, 2015).
14
2. Keadaan fisik
Penyakit adalah sattu faktor yang menyebakan kecemasan. Seseorang yang sedang
menderita sakit akan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan orang
yang tidak sedang menderita penyakit (Lestari, 2015). Kelemahan fisik dapat
(Rufaidah, 2009).
3. Sosial Budaya
Individu yang mempunyai cara hidup teratur akan mempunyai filsafat hidup yang jelas
sehingga umumnya lebih sukar mengalami stres. Demikian juga dengan seseorang
4. Tingkat Pendidikan
terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar. Orang yang
dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah atau mereka yang tidak
2015).
5. Tingkat Pengetahuan
Ketidaktahuan terhadap suatu hal di anggap sebagai suatu tekanan yang dapat
mengakibatkan krisis dan dapat menimbulkan kecemasan. Stres dan kecemasan dapat
15
terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah, disebabkan karena
6. Jenis Kelamin
karena wanita lebih sensitif sedangkan pria lebih aktif dan eksploratif (Priyoto,2015).
Menurut Mariani (2008) dalam penelitian Nurhidayati (2018) Wanita juga lebih
perasaan.
1. Cemas ringan
Manifestasi yang dapat muncul pada tingkatan ini adalah kelelahan, iritabel, lapang
2. Cemas sedang
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika di
3. Cemas berat
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir padahal
memerlukan banyak pengesahan untuk dapat memusatkan pada suatu area lain
4. Panik
Gejala klinis gangguan panik ini yaitu kecemasan yang datangnya mendadak
disertai oleh perasaan takut mati, disebut juga sebagai serangan panik (panik attack)
(Hawari, 2013). Tingkat panik dari suatu ansietas berhubungan dengan ketakutan
dan teror, karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang mengalami panik
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional (Manurung, 2016). Tingkatan ini tidak sejalan dengan kehidupan seseorang
jika berlangsung terus-menerus dalam waktu yang lama sehingga terjadi kelelahan
emosi
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun situasi yang
betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi ini tumbuh berlebihan dibandingkan
dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi menjadi tidak adaptif Kecemasan yang
berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan
antara lain :
dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang
yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dapat menyebabkan sifat mudah marah
(Manurung, 2016).
2. Simtom Kognitif
tidak memperhatikan masalah-masalah real yang ada, sehingga sering tidak bekerja
atau belajar secara efektif, dan akhirnya akan menjadi lebih merasa cemas (Manurung,
2016).
3. Simtom Motor
individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-
ngetuk dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara tiba-tiba (Manurung, 2016).
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik yaitu mencakup fisik
Makan makan yang bergizi, dan seimbang, tidur yang cukup, cukup olahraga, tidak
2. Terapi psikofarmaka
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system), terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
(Lestari, 2015).
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) yang sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obat yang ditujukan pada organ tubuh yang
4. Psikoterapi
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberikan keyakinan serta
untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat (Lestari, 2015).
lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan sebagai faktor
5. Terapi psikoreligius
dan daya tahan dalam mengahadapi masalah kehidupan yang merupakan stressor
psikososial(Lestari,2015).
Musik dapat diartikan sebagai nada atau suara yang disusun sedemikian rupa
sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan, terutama yang menggunakan alat-
alat yang dapat menghasilkan bunyi bunyi tersebut (Eisar Gabela, 2014).
Pengertian musik sering kali dibedakan dengan pengertian lagu. Lagu merupakan
ragam suara yang berirama (dalam bercakap-cakap, bernyanyi, membaca dan lain-lain),
atau nyanyian. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa musik dan lagu
merupakan dua hal yang berkaitan erat satu sama lain. Pengertian musik lebih luas
daripada pengertian lagu. Ada yang berpendapat bahwa lagu merupakan bagian dari suatu
22
karya musik, yaitu karya musik sendiri meliputi karya musik yang menggunakan lirik
Bagian bagian musik dan Pengaruhnya Pada dasarnya hampir semua jenis musik
bisa digunakan untuk terapi musik. Namun kita harus tahu pengaruh setiap jenis musik
terhadap pikiran. Setiap nada, melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya musik
akan memberi pengaruh berbeda kepada pikiran dan 6 tubuh kita. Dalam terapi musik,
komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan yang ingin kita capai (Ashwani
mempengaruhi perasaan. Contoh paling nyata bahwa tempo sangat mempengaruhi tubuh
adalah dalam konser musik rock. Bisa dipastikan tidak ada penonton maupun pemain
dalam konser musik rock yang tubuhnya tidak bergerak. Semuanya bergoyang dengan
dahsyat, bahkan cenderung lepas kontrol. Salah satu gerakan yang popular saat
mendengarkan musik rock adalah "head banger", suatu gerakan memutar-mutar kepala
mengikuti irama musik rock yang kencang. Dan tubuh itu mengikutinya seakan tanpa rasa
lelah (Trappe, 2012). Jika hati seseorang sedang susah, mendengarkan musik yang indah,
yang memiliki irama (ritme) yang teratur, maka perasaan akan lebih terasa enak dan
enteng. Bahkan di luar negeri, pihak rumah sakit banyak memperdengarkan lagu-lagu
indah untuk membantu penyembuhan para pasiennya. Itu suatu bukti, bahwa ritme sangat
perasaan. Jika menonton film horor, selalu terdengar harmoni (melodi) yang menyayat
23
hati, yang membuat bulu kuduk berdiri. Dalam ritual-ritual keagamaan juga banyak
digunakan harmoni yang membawa roh manusia masuk ke dalam alam penyembahan.
sekelilingnya (Trappe, 2012). Terapi Musik yang efektif menggunakan musik dengan
komposisi yang tepat antara tempo, ritme dan harmoni yang disesuaikan dengan tujuan
dilakukannya terapi musik. Jadi memang terapi musik yang efektif tidak bisa
menggunakan sembarang musik (Djohan, 2010). Terapi musik adalah suatu terapi yang
menggunakan metode alunan melodi, ritme, dan harmonisasi suara dengan tepat. Terapi
ini diterima oleh organ pendengaran kita yang kemudian disalurkan ke bagian tengah otak
Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian.
Rangkaian nada alunan musik mampu meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi
psikologis seseorang. musik juga bisa sebagai sarana relaksasi maupun terapi, membantu
penyakit akan memperbaiki kualitas hidup pasien, yang menentukan kesembuhannya (Chi
GC, 2011). Penelitian Kusumawati 2013 dengan judul “Pengaruh Terapi Musik Klasik
Terhadap Tingkat Kecemasan dan Gangguan Tidur pada Pasien Diabetes Melitus di
karena kecemasa dan hospitalisasi. Pasien dengan hospitalisasi sering kali sulit
beristirahat karena ketidak pastian tentang status kesehatan/ penyakit fisik dan 8 prosedur
diagnostik yang mereka jalani. Setelah dilakukan perlakuan terapi musik klasik,
dibandingkan responden yang mengalami gangguan tidur sebesar 1(3,3%) responden. Hal
ini memberikan gambaran bahwa dengan terapi musik klasik dapat menurunkan
24
gangguan tidur pada pasien diabetes mellitus di Rumah Sakit Tugurejo Semarang
Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripannya satu sama
lain. Musik juga dapat dikelompokan sesuai dengan kriteria lain, misalnya geografi.
Sebuah genre dapat didefinisikan oleh teknik musik, gaya, konteks, dan tema musik. Jenis
aliran musik sangat berfariasi hal ini dapat kita lihat baik dari instrumen yang digunakan,
ritme lagu, serta tempo lagu yang dimainkan (The New Encyclopedia Britanica, 2013).
seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subyektif, namun merupakan salah
satu ilmu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia (The New
Berikut ini adalah pengelompokan musik berdasarkan genre musiknya (The New
a. Musik Klasik Musik Klasik biasanya merujuk pada musik klasik Eropa, tapi kadang
juga pada musik klasik Persia, India, dan lain-lain. Musik klasik Eropa sendiri terdiri
b. Musik Gospel Musik Gospel didominasi oleh vokal dan biasanya memiliki tema
Kristen. Di Indonesia, musik gospel banyak dipopulerkan oleh musisi seperti Franky
c. Jazz Jazz adalah jenis musik yang tumbuh dari penggabungan blues, ragtime, dan
musik Eropa, terutama musik band. Beberapa subgenre jazz adalah Dixieland, swing,
bebop, hard bop, cool jazz, free jazz, jazz fusion, smooth jazz, dan CafJazz.
25
d. Blues Blues berasal dari masyarakat Afro-Amerika yang berkembang dari musik
Afrika barat. Jenis ini kemudian mempengaruhi banyak genre musik pop saat ini,
termasuk ragtime, jazz, big band, rhythm and blues, rock and roll, country, dan musik
pop.
e. R&B (Rhythm and blues) adalah nama musik tradisional masyarakat AfroAmerika,
yaitu musik pop kulit hitam dari tahun 1940-an sampai 1960-an yang bukan jazz atau
blues.
f. Funk Funk juga dipelopori oleh musisi-musisi Afro-Amerika, misalnya James Brown,
g. Rock Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir semua musik pop
sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll, adalah perpaduan dari
berbagai genre di akhir 1940-an, dengan musisi-musisi seperti Chuck Berry, Bill
Haley, Buddy Holly, dan Elvis Presley. Hal ini kemudian didengar oleh orang di
seluruh dunia, dan pada pertengahan 1960-an beberapa grup musik Inggris, misalnya
h. Pop Musik pop adalah genre penting namun batas-batasnya sering kabur, karena
banyak musisi pop dimasukkan juga ke kategori rock, hip hop, country, dan
sebagainya. Musik pop diambil dari istilah “popular”, yang artinya terkenal. Musik
pop adalah nama bagi aliran-aliran musik yang didengar luas oleh pendengarnya dan
kebanyakan bersifat komersial. Biasanya musik ini terkenal dalam jangka waktu
tertentu, kemudian menghilang. Musik pop ini sangat digemari masyarakat karena
lagunya yang mudah dimengerti dan liriknya komersial. Musik ini selalu bertutur
tentang hubungan cinta antarmanusia atau tentang kehidupan sosial masyarakat. Musik
26
ini menggunakan tempo, irama, dan harmonisasi yang mudah, dan sederhana. Oleh
karena itu, musik ini mudah ditiru dan dierima oleh masyarakat.
Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk memperbaiki, memelihara,
kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan dan
pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas (Dewi
M, 2009).
Musik dapat digunakan dalam lingkup klinis, pendidikan, dan sosial bagi klien atau
pasien yang membutuhkan pengobatan, pendidikan atau intervensi pada aspek sosial dan
ataupun suara yang ditimbulkan sendiri. Kesadaran biasa terdiri atas gelombang beta,
yang bergetar dari 14 hingga 20 hertz. Gelombang beta terjadi apabila kita memusatkan
perhatian pada kegiatan sehari‐hari di dunia luar, juga ketika kita mengalami perasaan
negatif yang kuat. Ketenangan dan kesadaran yang meningkat dicirikan oleh gelombang
alfa, yang daurnya mulai 8 hingga 13 hertz. Periode‐periode puncak kreativitas, meditasi
dan tidur dicirikan oleh gelombang theta, dari 4 hingga 7 hertz, dan tidur nyenyak,
meditasi yang dalam, serta keadaan tak sadar menghasilkan gelombang delta, yang
berkisar dari 0,5 hingga 3 hertz. Semakin lambat gelombang otak, semakin santai, puas,
yaitu:
a. Musik menutupi bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan seperti cemas dan
stres.
e. Musik mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak serta koordinasi tubuh.
Manfaat Terapi Musik terhadap Hormon Musik juga berdampak pada beberapa
Terapi musik berdampak positif untuk mengatasi stres karena dapat mengaktifkan sel-sel
pada sistem limbik dan saraf otonom asien, sehingga kekebalan tubuh meningkat dan
suasana hati, baik itu menciptakan suasana tenang, rileks, aman, maupun menyenangkan,
sehingga mampu membuat pasien merasa nyaman (Harmat L, 2008). Musik memang
tidak berhubungan langsung dengan melatonin. Namun melatonin juga dipengaruhi oleh
28
serotonin, karena serotonin sendiri akan dikonversi menjadi melatonin. Maka semakin
tinggi serotonin dalam tubuh, maka semakin tinggi pula .melatonin. Secara fisik, musik
dapat memperlambat laju tubuh dan menyesuaikan saraf otonom (misal menekan sistem
simpatis dan parasimpatis) (Ryu M, 2012). Terapi musik digunakan untuk berbagai
kondisi termasuk gangguan kejiwaan, masalah medis, cacat fisik, gangguan sensorik,
latihan fisik, serta mengurangi stres dan kecemasan (Dayat Suryana, 2012: 7).
Kanker merupakan sel - sel abnormal yang masuk kedalam suatu jaringan pada
tubuh, memiliki kemampuan untuk tumbuh dan merusak jaringan normal disekitarnya
(Haryono, Anwar, & Salim, 2018). Kanker merupakan suatu proses penyakit yang
dimulai ketika sel abnormal diubah oleh mutasi genetik DNA seluler (Smeltzer, 2013).
Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel - sel abnormal
pada suatu jaringan ke jaringan tubuh yang lain, pembelahan sel yang terus menerus dan
Berikut ini, faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker antara
lain:
a. Umur
Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat pada semua kelompok usia. Anak
b. Riwayat keluarga
Faktor ini dinilai sangat dominan sebagai penyebab kanker, karena adanya
perubahan gen yang normal menjadi sel yang abnormal. Hal ini dapat berkembang
menjadi kanker. Bila keluarga yang memiliki resiko terkena kanker, dapat diturunkan
kepada anaknya atau anggota keluarga yang lain karena adanya gen pembawa sifat.
Genetik yang tidak normal tersebut dapat berkembang menjadi kanker bila ada faktor
kanker pada daerah abdomen seperti kanker usus dan rektum. Kegemukan dan kurang
Terdapat beberapa virus dan bakteri yang dapat menyebabkan kanker atau
meningkatkan risiko terbentuknya kanker. Beberapa virus yang mengganggu sel dalam
tubuh dan infeksi yang diakibatkan melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat
tubuh tidak dapat melawan infeksi penyebab kanker. Virus penyebab kanker ini
disebut virus onkogenik, misalnya virus human papilloma yang menyebabkan kutil
genetalis, salah satu penyebab kanker leher rahim pada perempuan. Ada juga virus
hepatitis B dan hepatitis C yang bisa menyebabkan kanker hati (Ghofar, 2015).
e. Hormon
30
Hormon mempunyai fungsi fisiologis yang penting pada wanita dan pria. Hormon
juga dapat mengakibatkan resiko terkena kanker. Salah satunya hormon esterogen
yang berlebihan pada tubuh menimbulkan kanker pada organ tubuh seperti kanker
f. Bahan kimia
Bahan kimia sering dijumpai pada makanan dan minuman dan dapat beresiko
menyebabkan kanker. Seseorang yang terpapar bahan kimia melalui udara seperti
asbes, bensin, nikel merupakan faktor pemicu kanker. Karsinogen kimia masuk
kedalam tubuh melalui kontak langsung dengan kulit, inhalasi udara, dan makanan
serta minuman. Begitu masuk kedalam tubuh, karsinogen akan teraktivasi di dalam
jalur metabolisme dan berkompetisi dengan proses detoksifikasi tubuh (Rasjidi, 2013).
g. Faktor resiko
Faktor – faktor risiko ini meliputi faktor lingkungan dan gaya hidup yang dapat
meningkatkan seseorang untuk terkena kanker, antara lain: merokok, seseorang yang
terpapar oleh asap rokok atau sebagai perokok aktif bisa meningkatkan risiko kanker
paru-paru, mulut, laring (pita suara), dan pankreas. Paparan dari sinar matahari yang
mengandung ultraviolet dapat merusak kulit dan menyebabkan kanker kulit. Alkohol,
mulut, tenggorokan, kerongkongan, pita suara, dan liver. Radiasi ionisasi, radiasi yang
genetik dapat beresiko terkena kanker (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014).
h. Kegagalan imunosurveilen
31
oleh kanker yang tumbuh dan berkembang secara terus menerus pada sel tubuh
manusia. Meskipun sistem imun tubuh sudah mendeteksi dan melawan sel kanker
tersebut, pertumbuhan dari sel kanker tersebut dapat meningkatkan terjadinya infeksi
seperti infeksi HIV melemahkan sistem imun tubuh dan berpotensi terkena kanker
Menurut Ariani (2015) terdapat beberapa jenis- jenis kanker, antara lain:
a. Karsinoma adalah kanker yang tumbuh dari sel permukaan tubuh, termasuk sel-sel
kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mucus (lendir), sel penghasil melanin,
payudara, serviks, kolon (usus), rectum (anus), lambung, pankreas, dan esophagus
(saluran pencernaan).
b. Limfoma adalah kanker yang muncul dari jaringan limfosit yang mencakup jaringan
limfe, lacteal, limfa, berbagai kelenjar limfe, timus dan sumsum tulang. Limfoma
spesifik antara lain adalah penyakit hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limfa) dan
lomfoma malignum.
c. Leukemia adalah kanker sel – sel darah yang merusak sel darah normal.
d. Sarkoma adalah kanker yang merusak jaringan pada permukaan tubuh menjadi sel
yang abnormal di jaringan ikat, termasuk sel-sel yang ditemukan di otot dan tulang.
e. Glioma adalah pertumbuhan sel yang abnormal pada susunan saraf yang berasal dari
f. Karsinoma in situ adalah sel epitel abnormal yang muncul pertama kali pada organ
yang terkena, masih terbatas didaerah sekitar dan belum menyebar ke organ yang lain.
32
Stadium Karakteristik
M1 Metastasis jauh
Tingkat keganasan suatu jenis kanker dinyatakan dengan istilah grade atau
a. Derajat 1 yaitu sel kanker masuk kedalam jaringan tubuh dan tumbuh secara
perlahan.
b. Derajat 2 yaitu sel kanker mulai tumbuh dan berkembang, mulai menyebar
secara perlahan.
c. Derajat 3 yaitu ukuran sel kanker lebih besar, pertumbuhan mulai cepat dan
d. Derajat 4 yaitu sel kanker sudah menyebar ke organ tubuh yang lain.
a. Aspek fisik berupa nyeri, mual- muntah, keletihan, rambut rontok, pendarahan yang
berlebihan, penurunan berat badan, luka yang tidak kunjung sembuh, demam, diare
b. Aspek psikologis berupa depresi, cemas, stres, marah, penolakan, ketakutan, khawatir,
c. Aspek spritualitas berupa tidak terbuka dengan Tuhan, takut terhadap maksud Tuhan,
penyakit sebagai suatu hukuman, merasa Tuhan sebagai penghukum, merasa jauh dari
Tuhan, tidak mempunyai rasa cinta dengan Tuhan, perasaan ambivalen terhadap
Tuhan, tidak percaya dengan kekuasaan Tuhan, takut akan kematian, marah kepada
d. Aspek sosial berupa isolasi diri, menarik diri dari lingkungan sosial (Damayanti,
2.4.3 Patofisiologi
34
pada masing – masing tahapan tersebut mengalami perubahan genetik yang dapat
menimbulkan perubahan yang meluas dari sel sehat menjadi sel kanker (Haryono, Anwar,
& Salim, 2018). Terjadinya kanker dapat melalui pada 3 tahap ini, meliputi:
a. Inisiasi
Pada tahap ini sel normal yang bermutasi atau mengalami kerusakan pada DNA,
disebabkan oleh beberapa faktor penimbul kanker seperti zat kimia, virus, polusi.
Kerusakan ini dapat diatasi oleh penggandaan DNA, sehingga sel dapat kembali
normal atau bisa saja sel tersebut mengalami kematian. Hal ini biasanya oleh enzim
mampu menemukan masalah pada proses pembuatan RNA, sehingga gen tersebut akan
di perbaiki atau di matikan. Jika protein pengatur gagal dalam mengenali sel yang
abnormal dan tidak dapat di perbaiki, sel tersebut akan mengalami mutasi secara
permanen dan dapat terus membelah. Kerusakan DNA ini dapat diturunkan ke anak sel
b. Promosi
Pembelahan sel yang diakibatkan oleh suatU zat disebut promotor. Faktor – faktor
promotor seperti estrogen, nitrat dan nikotin dapat mempengaruhi sel – sel yang sudah
mengalami mutasi. Perubahan ini dapat terjadi bila sel sudah bermutasi atau
membutuhkan waktu yang lama maupun beberapa tahun kemudian. Proses ini dapat
meningkatkan peningkatan pertumbuhan sel abnormal dan pembelahan sel yang cepat
dengan cara mengubah fungsi gen yang mengontrol pertumbuhan dan duplikasi gen,
respon sel terhadap stimulator atau inhibitor pertumbuhan dan komunikasi antar sel
c. Metastasis
35
Pada proses ini tumor menginvasi dan bermetastasis dengan sangat luas dan
melibatkan protein untuk mengatur antara sel yang 1 dan sel lainnya dan berfungsi
sebagai mengikat sel dengan jaringan – jaringan sekitarnya oleh sel –sel pendukung.
Pada jaringan yang sehat, protein gagal dalam membatasi sel yang abnormal untuk
tumbuh dan menginvasi pada organ sekitar dan mencegah adanya penyebaran ke sel
sekitar. Sel yang tumbuh tidak terkendali ini bermetastase ke organ yang jauh
baru yang tidak dibutuhkan oleh tubuh sehingga terbentuknya kanker sebagai jaringan
Menurut Rosdahi & Kowalski, (2017) terdapat beberapa gejala umum yang
a. Nyeri
b. Mual muntah
c. Rambut rontok
d. Keletihan
1. Uji skrining
kesehatan yang beresiko atau penyakit kanker, sebagai pemberian informasi untuk
tanda dan gejala dari penyakit kanker (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014).
2. Sinar X
gelombang yang sangat pendek untuk mengenali perubahan jaringan dan menghasilkan
gambaran dari paparan sinar terhadap materi yang dilaluinya (Rasjidi, 2013).
terhadap struktur organ tubuh yang ditembus oleh sinar X (Rasjidi, 2013).
Pemeriksaan ini menggunakan medan magnet dan radio frekuensi yang diolah
menjadi gambaran atau pencitraan tubuh untuk memperlihatkan struktur tubuh dan
potongan yang bersifat multiplanar serta sensitif terhadap jaringan lunak. MRI dapat
5. Ultrasonografi
dengan menggunakan gelombang suara dengan frekuensi yang tinggi yang berfungsi
37
berbagai organ dan menetukan lokasi tumor (Kowalak, Welsh, & Mayer, 2014).
6. Biopsi
bertujuan untuk mendeteksi atau mengetahui adanya penyakit kanker. Sampel jaringan
ini dapat diambil diantaranya aspirasi cairan, payudara, kulit, mulut dan jaringan
7. Endoskopi
bagian dalam rongga tubuh dan lintasan dalam tubuh, untuk mendeteksi kondisi
8. Penanda Tumor
Cara untuk mendeteksi keberadaan awal kanker dan memantau kemajuan jenis
2.4.8 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Untuk mengangkat seluruh (atau sebanyak mungkin massa tumor). Massa tumor
yang di angkat bersamaan dengan jaringan normal disekitarnya, termasuk nodus limfa.
primer untuk menghasilkan kesembuhan paliatif dan dilakukan pula untuk tindakan
digunakan jika riwayat pasien atau keluarganya terdapat resiko menderita kanker,
sehingga jaringan atau organ non vitalnya yang berpotensi tinggi terkena kanker
b. Terapi radiasi
Terapi ini memiliki radiasi energi dengan kapasitas energi yang tinggi, berfungsi
untuk membunuh sel tumor yang sedang membelah. Hal ini dapat membuat sel sel
normal pada jaringan sekitar kanker tidak dapat berfungsi atau mengalami kerusakan.
Efek samping yang ditimbulkan oleh radiasi antara lain rasa lemah, keletihan,
anoreksia, mual – muntah, edema, sakit kepala, kram, diare, kebotakan dan anemia
c. Kemoterapi
ini akan menimbulkan efek samping yang merugikan seperti anemia, rendahnya
jumlah sel darah putih, kurangnya jumlah trombosit, muntah, kebotakan, dermatitis
d. Imunoterapi
sistem imun tubuh dan mengindentifikasi atau mengenali sel – sel tumor (Rasjidi,
2013). Efek samping menyerupai respon imun tubuh yang normal dengan gejala flu
e. Terapi hormon
pertumbuhan kanker tertentu. Efek samping pada pemberian hormon ini meliputi rasa
berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum dan enak. Minyak astiri
tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki et al, 2012). Jenis minyak aromaterapi yang
g. Minyak Peppermint
Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka yang bertindak
melalui stimulasi sistem saraf dan organ-organ yang bertindak langsung pada organ atau
Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak esensial
memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan
memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf, endokrin atau
sistem kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan,
Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem saraf, serta
dapat meredakan gejala pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan
dapat membantu untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial
memberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa
minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba, antiseptik, anti
dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan dan
41
stress (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar
tidakinfeksi paru-paru, sinus, termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista
dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka,
2) Jasmine : Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati impotensi,
anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput lendir.
3) Orange : Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar,debar jantung
beracun.
radang dan luka bakar, masalah tenggorokan. membantu mengatasi sulit tidur dan
7) Green tea : Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit paru-
paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut, inveksi jamur, cacar air, ruam saraf
9) Lemon : Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat antioksidan,
antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah hipertensi, kelenjar hati dan
10) Frangipani/ Kamboja : Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa untuk mencegah
makanan pada anak, radang hati, radang saluran napas, jantung berdebar, TBC,
cacingan, sembelit, kencing nanah, beri-beri, kapalan, kaki pecah-pecah, sakit gigi,
tertusuk duri atau beling, bisul dan patekan. Aromaterapi dari wewangian ini
13) Vanilla : Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan
pikiran.
sepanjang masa.
17) Sakura : Di antaranya, disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan, tumor,
meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lavender. Minyak lavender di ekstrak dari
tanaman yang disebut lavandula angustifolia. Dari semua aromaterapi, lavender dianggap
1) Inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan dapat dilakukan
dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak esensial ke dalam mangkuk air mengepul.
Uap tersebut kemudian dihirup selama beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan
dengan menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga membentuk tenda
minyak dasar yang dapat menenangkan atau merangsang, tergantung pada minyak
yang digunakan. Pijat minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau
ke seluruhtubuh.
mengandung minyak ke udara dengan cara yang sama dengan udara freshener. Hal ini
juga dapat dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak esensial dalam
44
diffuser dan menyalakan sumber panas. Duduk dalam jarak tiga kaki dari
4) Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat digunakan
untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan sakit kepala.
5) Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esensial dan berlangsung selama 10-
20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig
hospital, 2013).
Menurut Kim et al (2006), metode kerja inhalasi dengan kapas basah berisi cairan
SYSTEMATIC REVIEW
Tae Patricia Mega Sri Y1, Fuadiati Lie L1, Haslina1, Aga Maria Sofia A1, Rusmeni Ni
Putu Diah A1, Dahoklory Dorsina F1 , Paulina N Welmince 1
1
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, Kampus C, Mulyorejo, Surabaya,
Indonesia
1. PENDAHULUAN
45
46
perubahan fisik, psikologis, spritual bahkan sampai pada masalah sosial (Dalton, Laursen,
Ross, Morensen, & Johansen, 2009)
Menurut Word Health Organization (WHO) (2018) kanker merupakan penyebab
utama kematian ke dua di dunia dengan angka kejadian mencapai 9,6 juta kematian pada
tahun 2018. Data yang diperoleh dari Balai Penelitian & Pengembangan Kementrian
Kesehatan RI (2018) menunjukan prevalensi kanker di Indonesia 1,8‰. Prevalensi
kanker tertinggi terdapat di DI Yogyakarta (4,9‰), prevalensi terendah terdapat di NTB
(0,9‰). Kanker meningkat seiring bertambahnya usia dan dapat menyerang semua umur.
Prevalensi penyakit kanker tertinggi berada pada kelompok usia 55-64 tahun yaitu
4,62‰, prevalensi terendah pada anak kelompok usia <1 tahun, 1-4 tahun sebesar 0,08‰.
Peningkatan prevalensi yang cukup tinggi pada kelompok umur 35-44 tahun sebesar
2.58‰, 45-54 tahun sebesar 4,03‰, 65-74 tahun sebesar 3,52‰, dan usia 75 ke atas
berkisar 3,84‰. Pravelensi berdasarkan jenis kelamin paling tertinggi pada perempuan
sebesar 2.9‰ dan diikuti laki-laki sebesar 0.7‰.
Kanker menjadi salah satu penyakit kronis yang dipersepsikan oleh penderita
sebagai penyakit yang menakutkan dan mengancam kematian. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Moser et al (2014) pasien yang telah terdiagnosa kanker secara
otomatis memikirkan pula tentang kematian. Pasien kanker sering kali beranggapan
bahwa semua usaha yang telah dilakukan tidak merubah status kesehatan dirinya. Hal ini
berdampak terhadap tingginya tekanan emosional yang dialami pasien. Saedi,
Shahidsales, Pour, Sabahi, & Moridi, (2015) memaparkan dari hasil penelitiannya bahwa
mayoritas pasien kanker mengalami tekanan emosional yang tinggi dan mempengaruhi
status fungsional pasien serta menyebabkan punurunan kualitas hidup.
Penetalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker meliputi operasi,
radioterapi, dan kemoterapi, Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel
kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat lokal, kemoterapi merupakan
terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi,2007). Menurut
penelitian Utami (2017) tentang aspek psikologis pada penderita kanker menyatakan
bahwa masalah psikososial terbanyak dialami oleh pasien kanker, berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya menyebabkan ansietas, depresi, stress. Tingkat stress pada pasien
47
Dehkordi et al., (2009) mengungkapkan bahwa masalah yang paling sering dihadapi
pasien kanker payudara yakni kecemasan terhadap penyakit dan dampaknya, rasa takut
akan masa depan, depresi dan ketidaksabaran. Selain dampak psikis dampak fisik juga
dialami pasien kanker payudara secara terus-menerus akan menyebabkan penurunan
kualitas hidup pasien, sehingga dapat menurunkan tingkat keberhaslan dan kesembuhan
pasien. Anisman (2015:139) mengatakan fungsi organ dalam tubuh pasien akan
terganggu seperti tekanan darah tinggi, pusing, dan gastritis apabila pasien dalam kondisi
depresi, cemas dan stres, kondisi stres ini akan menurunkan sistem kekebalan tubuh
pasien. Selain dampak fisik yang dialami pasien kanker payudara, dampak psikis lain juga
dapat dialami yakni perubahan fungsi peran sebagai perempuan. Penurunan gambaran diri
pasien kanker dapat terjadi apabila kondisi depresi, cemas dan stres tidak diatasi dan
ketika penurunan gambaran diri juga berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien.
Oleh karena itu selain pengobatan farmakologi perlu adanya terapi tambahan non
farmakologi seperti terapi musik dan aromaterapi untuk mengatasi masalah psikolosis
yang dialami pasien kanker.
Musik adalah salah satu teknik sensori paling efektif untuk mengalihkan perhatian
yang dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan relaksasai (Mc. Caffery, 2005).
Musik adalah bahasa universal bagi manusia yang sangat efektif dilakukan dalam
perawatan karena pasien dapat melakukan sendiri dan memilih music yang disenangi
sambil menunggu tindakan keperawatan yang akan dijalani, dan terapi musik sudah
banyak digunakan untuk meredakan kecemasan (Gutteirrez dan Camarena, 2015).
Musik yang telah masuk ke kelenjar hipofisis mampu memberikan tanggapan
terhadap emosional melalui feedback negative ke kelenjar adrenal untuk menekan
pengeluaran hormon epineprin , norepineprin dan dopa yang disebut hormon stress.
Masalah mental seperti stress berkurang, ketenangan dan menjadi rileks. Sejalan dengan
itu penelitian yang dilakukan oleh Jasemi dkk. (2016) mengatakan bahwa terapi musik
efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan dari seseorang.
Menurut penelitian Atiwannapat et al (2016) jenis intervensi gangguan yang dapat
meredakan stres dan gejala terkait pengobatan adalah terapi musik reseptif (MT), yang
mencakup semua intervensi di mana pasien mendengarkan musik dengan bantuan alat
49
mengungkapkan bahwa terapi musik dapat menurunkan kecemasan, depresi dan efek
samping dari pengobatan kemoterapi. Chirico et al (2019) bahwa terapi musik adalah
intervensi yang berguna untuk mengurangi kecemasan dan untuk meningkatkan keadaan
Aromaterapi adalah penggunaan minyak aromatik, yang membuat orang rileks dan
mengurangi kecemasan dengan merangsang sistem penciuman dan melepaskan mediator
saraf (Fernandez et al, 2018). Lavender adalah salah satu minyak aromatik paling
populer di aromaterapi dan memiliki efek anxiolytic (Kianpour, 2018).
Menurut penelitian (Stanley,2007) aromaterapi lavender memiliki kandungan kimia
linalyl ester yang berkhasiat menenangkan dan memberikan efek rileks sistem saraf pusat
dengan menstimulasi saraf olfaktorius. relaksasi aromaterapi lavender efektif untuk
menurunkan kecemasan. Hasil penelitian Zamanifar et al., (2020) menunjukkan bahwa
terapi musik dan aromaterapi dengan minyak esensial chamomile-lavender berpengaruh
pada penurunan kecemasan yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kemudian, terapi musik dan aromaterapi sebagai terapi pelengkap dapat digunakan
sebagai terapi intervensi keperawatan independen untuk meningkatkan kinerja perawat.
2. METODE
Preferred Reporting Items for Systemic Review and Meta-Analysis (PRISMA) Guidelines
Pencarian literature dilakukan pada tiga database yaitu Scopus, Science Direct, dan
PubMed. Pencarian dilakukan pada April 2021. Kata Kunci yang dilakukan adalah
Operator ‘AND’ dengan melakukan restriksi pada tahun 2011-2021 dalam bahasa Inggris
kecemasan pada pasien kanker dengan cara memberikan music dan aromateraphy pada
penderita kanker. Artikel yang diambil adalah 10 tahun terakhir dengan metode quasy
experiment. Tujuan penelitian ini ialah untuk memeriksa efektivitas music dan
aromatheraphy dalam penurunan kecemasan pada pasien kanker secara rinci, sehingga
artikel tanpa text lengkap dan tidak menjelaskan pengaruh intervensi yang diberikan
terhadap hipertensi dikeluarkan. Hasil pencarian tersebut diperoleh 15 artikel terpilih dari
Proses pencarian artikel dilakukan oleh tiga reviewer independent. Artikel yang
judul dan abstrak artikel disaring untuk kelayakan. Teks lengkap dari setiap artikel
terpilih yang memenuhi kriteria inklusi diambil untuk pemeriksaan lebih lanjut. Artikel
yang relevan serta memenuhi semua kriteria inklusi dimasukkan dalam tinjauan
sistematis. Berikut tahap proses pencarian data hasil penelitian terdapat pada tabel 3.2.
Science Direct dan PubMed). Kesulitan dalam mencari data adalah cara
belum dipublikasikan, kendala akses karena harus membayar dan close akses.
Studies ntuk menghindari resiko bias. Setiap artikel terpilih dilakukan pengkajian
kebiasaan sehingga ditemukan tinggi, rendah, atau ketidak jelasan pada resiko bias.
Semua penulis melakukan pengkajian pada setiap artikel dan setiap ketidak sepakatan
3. HASIL
Jumlah total artikel yang diidentifikasi adalah 193 artikel. Kemudian dilakukan
penghapusan duplikat dan tersisa 792 artikel untuk ditinjau kelayakan. Artikel diskrining
berdasarkan identifikasi judul didapatkan 39 artikel. Uji kelayakan full text article tersisa
artikel mengguanakan quasi experimental. Berikut tabel hasil pencarian dari masing-
masing data base diantaranya ialah Scopus, Science Direct dan PubMed.
53
Berdasrkan
No. Database Hasil
Judul
1. Scopus 231 20
3. PubMed 213 3
54
(n=14) Intervention
Intervensi tidak sesuai
dengan intervensi yang
diharapkan
Outcome
Hasil studi tidak
menggunakan desain
penelitian quasi
experimental
Dalam penelitian ini design yang digunakan adalah Pre experimental design pada
peneliti Wulandari et al., (2019), Pratiwi et al., (2016), Platini et al., (2019) dan Quasi
Experimental design (Jubouri et al., 20201), (Kurnia et al., 2019), (Rofika & Yuniastuti
terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.
Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata
dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel
kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random”. Bentuk pre-experimental designs ada
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bentuk desain studi kasus bentuk
tunggal (one shot case study). Desain penelitian ini tidak memiliki kelompok kontrol dan
tidak diberi pretest (Nursalam, 2017). Quasi experimental atau penelitian ekperimen
semu bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok control dan dan kelompok eksperimental. Desain ini biasanya menggunakan
subjek yang terbentuk secara wajar sehingga bisa saja berbeda karakteristik pada kedua
kelompok sejak awal. Jika pada paska tes kelompok tersebut ada perbedaan kemungkina
bukan dari akibat perlakuan tetapi karena adanya perbedaan sejak awal. Pada jenis desain
ini kelompok eksperimental diberi perlakuan atau intervensi sedangkan pada kelompok
control tidak diberikan perlakuan. Pada awal kedua kelompok diberi pra test dan setelah
pemberian perlakuan atau pasca test (Nursalam, 2017) Terdapat beberapa artikel yang
menggunakan design penelitian yang sama yaitu Penelitian tentang pengaruh Self-selected
ekperimental dengan pre-test dan post-test one group design. Sampel penelitian berjumlah
selama selama 4 minggu dengan pemberian terapi 4 kali dala dua hari denga durasi setiap
terapi 15-20 menit ( Kurnia et al.,2019). Penelitian tentang The effect of Music Therapy
esensial chamomile lavender diencerkan dengan air dan minyak wijen sebanyak 5%.
Dalam aromaterapi kelompok, untuk setiap sampel, tiga tetes minyak esensial chamomile
lavender dituangkan pada bantalan yang tidak dapat diserap yang telah disiapkan
sebelumnya dan ditempatkan 20 cm dari hidung untuk 20 menit. Intervensi ini dilakukan
selama tiga tahun shift berturut-turut dan selama waktu istirahat karyawan. Itu intervensi
dalam kelompok terapi musik meliputi pemilihan musik konvensional dan favorit
(tradisional, pop, dan klasik) sesuai dengan kepentingan sampel, dan mendengarkan
mereka menggunakan headphone. Intervensi ini dilakukan selama 20 menit per shift,
selama tiga shift berturut-turut dan pada waktu istirahat karyawan. Di urutan ketiga
dilakukan secara bersamaan dalam tiga shift berturut-turut. Kelompok kontrol tidak
Wulandari et al., (2016) mengemukakan bahwa partisispan yang digunakan sebanyak 100
responden untuk kelompok VR, 30 responden untuk kelompok MT, 34 responden untuk
kelompok kontrol. Penelitian Jubouri et al., (2021) menggunakan 159 responden dengan
53 pasien dalam kelompok kontrol, 53 dalam terapi spiritual dan 53 dalam terapi music.
memberikan saran ukuran sampel minimal untuk Penelitian eksperimental, jumlah sampel
minimum adalah 15 subjek per group. Polit dan Hungler (1999) menyatakan bahwa
semakin besar sampel akan semakin baik dan semakin mengurangi angka kesalahan.
Penggunaan sampel sebesar 10 – 20 % untuk subjek dengan jumlah lebih dari 1000
4 Jubouri et al, Intervensi yang diberikan yaitu Hasil penelitian menunjukkan Skor
Intervensi mendengarkan musik keseluruhan dari Arabic State Anxiety
(2021) dan bacaan Alquran dalam Inventory pada semua kelompok
mengurangi kecemasan pasien menunjukkan bahwa terdapat
kanker sebelum pemberian perbedaan yang signifikan antara pre-
kemoterapi. test dan post-test di antara peserta.
Mendengarkan Quran dan terapi
musik mengurangi kecemasan akibat
kemoterapi. Tidak ada perbedaan
antara kedua cara ini untuk
mengurangi kecemasan pada
penderita kanker. Mendengarkan
Alquran dan terapi musik dapat
ditambahkan dalam rencana asuhan
keperawatan sebelum kemoterapi
untuk mengurangi kecemasan pasien
kanker
60
berikutnya dilakukan post test . Hasil penelitian menunjukan nilai p value 0,000,
kecemasan lansia. Hal ini sejalan dengan penelitian lain tentang pengaruh
3 kali dalam satu hari yaitu pagi, siang dan sore, sebanyak 1 tetes selama 4 menit
aromaterapi rosemary 25,45 (SD=5,8) dengan skor terendah adalah 13 dan tertinggi
adalah 37. Ada perbedaan yang bermakna antara skor kecemasan akibat
setelah diberikan terapi rapi rosemary. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang
pengaruh inhalasi Aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre
hasil uji statistic terdapat perbedaan tingkat kecemasan antara kelompok control dan
aromaterapi mawar terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi fraktur (Maliya
penelitian ini, tiga tetes Origanum mayorana dan Citrus sinensis dicampur menjadi
dikombinasikan dengan music terapi memiliki pengaruh yang signifikan pada dan
kecemasan perawat setelah intervensi pada tiga kelompok yaitu kelompok yang
masing-masing (39,28), (37,82) dan (40,03). Oleh karena itu, skor rata-rata yang
lavender mampu menurunkan kecemasan perawat. Hal ini sesuai dengan penelitian
pemberian relaksasi progresif dan aromaterapi lavender dan music klasik dapat
menurunkan kecemasan pada pasien pre operasi dengan spinal anastesi. Selain itu
65
juga aromaterapi lavender dan music klasik dapat menurunkan nyeri dan
memberikan kenyamanan
musik (PMI) terhadap kecemasan, depresi, status redoks, dan peradangan pada
pasien kanker payudara yang menjalani radioterapi (RT) dengan kelompok kontrol
glutathione plasma (GSH), dan zat reaktif asam thiobarbituric (TBARS) pada kedua
kecemasan, depresi, ketahanan, dan kualitas hidup. Selain itu, efek positif PMI pada
status redoks ditemukan untuk pertama kalinya. Jadi, pada kelompok PMI, kami
menemukan peningkatan yang signifikan dari GSH dan penurunan TBARS yang
signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Savitri, et,
all.(2019) tentang terapi music dan tingkat kecemasan pada pasien pre operasi dari
intervensi setelah di lakukan uji Paired sample T test di dapatkan bahwa ada
preoperasi. Hal ini terjadi setelah dilakukan intervensi terapi musi. Sehingga hasil
pasien.
diencerkan dengan air dan minyak wijen sebanyak 5%. Dalam aromaterapi
66
kelompok, untuk setiap sampel, tiga tetes minyak esensial chamomile lavender
dituangkan pada bantalan yang tidak dapat diserap yang telah disiapkan sebelumnya
dan ditempatkan 20 cm dari hidung untuk 20 menit. Intervensi ini dilakukan selama
tiga tahun shift berturut-turut dan selama waktu istirahat karyawan. Itu intervensi
dalam kelompok terapi musik meliputi pemilihan musik konvensional dan favorit
(tradisional, pop, dan klasik) sesuai dengan kepentingan sampel, dan mendengarkan
shift, selama tiga shift berturut-turut dan pada waktu istirahat karyawan. Di urutan
yang signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Di sisi lain, terapi musik
dan aromaterapi memiliki efek yang sama dalam mengurangi kecemasan perawat
karena kecemasan merupakan salah satu hasil keperawatan, dan mengurangi stres
untuk meningkatkan kinerja perawat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang
relaksasi progresif dan aromaterapi lavender dan music klasik dapat menurunkan
kecemasan pada pasien pre operasi dengan spinal anastesi. Selain itu juga
67
aromaterapi lavender dan music klasik dapat menurunkan nyeri dan memberikan
terapi music dan arometerapi merupakan intervensi yang dapat di aplikasikan untuk
4.1 Project
Manajer melakukan riset terlebih dahulu kemudian memutuskan kegiatan yang akan
penanggung jawab pasien, kepala ruangan dan perawat pelaksana di ruang bersangkutan
terkait terapi musik dan aromaterapi yang akan diberikan. Dimana sasaran kegiatan ini
yaitu pasien dengan kanker. Kegiatan pemberian aromaterapi dan terapi musik akan
dilaksanakan pada Senin, 24 Mei 2021 pukul 80.00-08.30 WIB. Media yang akan
digunakan adalah tape/CD/ sound berukuran kecil, diffuser aromaterapi dan essential oil.
Kanker merupakan sel - sel abnormal yang masuk kedalam suatu jaringan pada
tubuh, memiliki kemampuan untuk tumbuh dan merusak jaringan normal disekitarnya
(Haryono, Anwar, & Salim, 2018). Menurut (Ghofar, 2015) kanker merupakan suatu
penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel - sel abnormal pada suatu jaringan ke
jaringan tubuh yang lain, pembelahan sel yang terus menerus dan menghancurkan sel- sel
pada organ tubuh. Berdasarkan hal tersebut, penyakit kanker seringkali menimbulkan
yang tidak pasti, sehingga ketika menghadapi hal yang tidak pasti, maka timbul perasaan
kesehatan mental atau suatu perasaan tidak mampu menghadapi suatu bahaya yang
mengancam, jadi rasa cemas atau khawatir akan muncul ketika seseorang tidak memiliki
respons yang sesuai untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Data WHO (2010)
menunjukkan sebanyak 450 juta orang di dunia menderita gangguan jiwa, dan lebih dari
150 juta orang mengalami kecemasan. Di Indonesia sendiri prevalensi gangguan mental
emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi ditemukan sebesar 6,0% pada usia 15
seperti anti ansietas atau anti depresan (Kaplan dan Sadock, 2010). Selain terapi
mengurangi tingkat kecemasan seperti olah raga teratur, humor, nutrisi dan diet yang
baik, istirahat yang cukup, dan teknik relaksasi (Potter & Perry,2006). Salah satu teknik
relaksasi yang dapat mengatasi kecemasan adalah dengan terapi musik. Musik dapat
berperan sebagai fasilitator dimana musik dapat menyentuh seseorang secara emosioanal
dan mencapai perasaan terdalam pasien sehingga dapat menjadi alat untuk
mengungkapkan ekspresi nonverbal pasien dan pasien dapat lebih membuka diri dan
Musik adalah salah satu teknik sensori paling efektif untuk mengalihkan perhatian
yang dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan relaksasai (Mc. Caffery, 2005).
Musik adalah bahasa universal bagi manusia yang sangat efektif dilakukan dalam
perawatan karena pasien dapat melakukan sendiri dan memilih musik yang disenangi
70
sambil menunggu tindakan keperawatan yang akan dijalani, dan terapi musik sudah
Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak esensial
memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan
memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem
aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh yang
sebelumnya telah melakukan diskusi dengan dokter penanggung jawab dan perawat
pendamping pasien terkait kegiatan yang akan dilakukan. Dari diskusi tersebut dapat
ditentukan pemberian intervensi terapi music dan aromaterapi akan diberikan pada hari
senin 24 Mei 2021 jam 08.00-08.30 WIB. Pemberian intervensi terapi music dan
aromaterapi akan dilakuakan oleh mahasiswa yang mendapat tanggung jawab di masing-
masing ruangan. Dalam pemberian intervensi terapi music dan aromaterapi ini mahasiswa
telah memperhatikan aspek budaya yang ada. Sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
intervensi terapi music dan aromaterapi akan dilakukan pemeriksaan tingkat kecemasan.
Kuesioner tingkat kecemasan sebelum dan sesudah kegiatan bertujuan sebagai evaluasi
4.3 Desiminasi Rencana Perubahan Kepada Subyek dan Stake Holder Lain
Musik berperan sebagai salah satu teknik relaksasi untuk memperbaiki, memelihara,
meng2/embangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi. Musik merupakan salah satu
elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian. Rangkaian nada alunan musik
mampu meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi psikologis seseorang. musik juga
bisa sebagai sarana relaksasi maupun terapi, membantu memperbaiki kondisi depresi,
pasien diharapkan mau berobat. Kemauan melawan penyakit akan memperbaiki kualitas
hidup pasien, yang menentukan kesembuhannya (Chi GC, 2011). Selanjutnya Kemper
dan Danhauer menjelaskan mengenai manfaat musik. Musik selain dapat meningkatkan
kesehatan seseorang juga dapat meringankan dari rasa sakit, perasaan‐perasaan dan
pikiran yang kurang menyenangkan serta membantu untuk mengurangi rasa cemas (Dewi
M, 2009). Rencana penyelesaian masalah pada kasus ini adalah dengan memodifikasi
aroma terapi terhadap tingkat kecemasan. Terapi musik dengan kombinasi aroma terapi
terbukti dapat tingkat kecemasan pada pasien. Aromaterapi merupakan salah satu terapi
Rencana kegiatan yang akan dilakukan adalah pemberian intervensi terapi musik
dan aromaterapi terhadap kecemasan pada pasien kanker. Subyek yang menjadi sasaran
adalah penderita kanker di RSUA Surabaya. Selain itu juga kegiatan ini melibatkan
Menurut penelitian, kombinasi antara terpi music dan aromaterpi relaksasi untuk
memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang. Pada kegiatan ini,
didahului dengan proses pemberian edukasi terkait intervensi yang akan dilakuan. Setelah
4.5 Implementasi
Musik merupakan salah satu elemen yang tidak bisa dilepaskan dalam keseharian.
Rangkaian nada alunan musik mampu meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi
psikologis seseorang. musik juga bisa sebagai sarana relaksasi maupun terapi, membantu
memperbaiki kondisi depresi, pasien diharapkan mau berobat. Selain itu perawat dapat
jika dilakukan rutin 3 kali sehari. meningkatkan keadaan fisik dan psikologis, aromaterapi
dapat memberikan efek relaksasi bagi saraf dan otot-otot yang tegang. Berikut ini
a. Persiapan
b. Cara bekerja
10. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, kunjungan, suara, panggilan telephone
11. Dekatkan tape/CD, diffuser, oil essential dan perlengkapan dengan klien
18. Hindari menghidupkan music dan meninggalkannya dalam waktu yang lama
19. Fasilitasi jika klien ingin berpartisipasi aktif seperti memainkan alat
4.6 Evaluasi
meningkatkan mood dan memengaruhi kondisi psikologis seseorang dan juga bisa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Buston, 2018) Hasil evalusi penelitian
didapatkan 17 responden (94,4%) mengalami cemas berat dan menurun hingga cemas
ringan pada 13 responden (77,8%) pada pasca intervensi hari ke III, sedangkan pada
cemas sangat berat dan 17 responden (94,4%) mengalami cemas berat, hingga intervensi
hari ke III post operasi meurun menjadi 14 responden (77,7%). Begitupun juga penelitian
oleh (Son et al., 2019) dengan judul “ Effects of aromatherapy combined with music
randomized controlled trial” dengan hasil hasil evalusi didapatkan Aromaterapi yang
dikombinasikan dengan terapi musik memiliki pengaruh yang signifikan pada kecemasan
dengan aromaterapi dan terapi musik sebagai intervensi terpisah dan kesimpulannya hasil
yang dikombinasikan dengan terapi musik dapat efektif untuk meningkatkan kinerja
75
mahasiswa keperawatan.
Penelitian ini juga didukung oleh (Klinis et al., 2020) dengan judul “ The Effect of
Music Therapy and Aromatherapy with Chamomile-Lavender Essential Oil on the Anxiety
of Clinical Nurses: A Randomized and Double-Blind Clinical Trial” dengan hasil evaluasi
menunjukkan bahwa skor rata-rata kecemasan perawat setelah intervensi pada tiga
kelompok yaitu kelompok yang diterapkan terapi musik, kelompok yang menggunakan
diaplikasikan, masing-masing (39,28), (37,82) dan (40,03). Oleh karena itu, skor rata-rata
PEMBAHASAN
pasien dengan penyakit kronis. Hal tersebut disebabkan diagnosis, kurangnya penerimaan
terhadap keadaan dan efek samping dari pengobatan (Chirico et al., 2020). Kecemasan
merupakan salah satu komplikasi yang mungkin dihadapi penderita penyakit kronis.
Tingkat kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan pasien beresiko mengalami masalah
imunologis, penurunan kualitas hidup dan kehilangan fungsi tubuh (Al- et al., 2021).
Oleh karena itu pentingnya peran perawat sebagai caregiver memberikan asuhan
keperawatan yang optimal dengan metode pemecahan masalah, tidak hanya perawatan
stres dan gejala terkait pengobatan adalah terapi musik reseptif (MT), yang mencakup
semua intervensi di mana pasien mendengarkan musik dengan bantuan alat reproduksi di
bawah bimbingan terapis. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian Tsai et al (2014)
bahwa terapi musik dapat menurunkan kecemasan, depresi dan efek samping dari
pengobatan kemoterapi. Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian (Chirico et al., 2020)
bahwa terapi musik berguna untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan mood pada
Musik adalah salah satu teknik sensori paling efektif untuk mengalihkan perhatian
yang dapat mengurangi kecemasan dan meningkatkan relaksasai (Mc. Caffery, 2005).
Musik adalah bahasa universal bagi manusia yang sangat efektif dilakukan dalam
perawatan karena pasien dapat melakukan sendiri dan memilih musik yang disenangi
76
77
sambil menunggu tindakan keperawatan yang akan dijalani, dan terapi musik sudah
pengeluaran hormon epineprin , norepineprin dan dopa yang disebut hormon stress.
Masalah mental seperti stress berkurang, ketenangan dan menjadi rileks. Sejalan dengan
itu penelitian yang dilakukan oleh Jasemi dkk. (2016) mengatakan bahwa terapi musik
membuat efek relaksasi melalui respon saraf sentral dan otonom (Gillen et al., 2008).
Musik dapat memicu sistem limbik di otak untuk melepaskan hormon endorphin,
sehingga dapat meningkatkan rasa yang nyaman. Musik adalah suatu komponen yang
dinamis yang bisa mempengaruhi baik psikologis maupun fisiologis bagi pendengarnya
(Novita, 2012).
Aromaterapi adalah penggunaan minyak aromatik, yang membuat orang rileks dan
saraf (Fernandez et al, 2018). Lavender adalah salah satu minyak aromatik paling
linalyl ester yang berkhasiat menenangkan dan memberikan efek rileks sistem saraf pusat
Kemudian, terapi musik dan aromaterapi sebagai terapi pelengkap dapat digunakan
untuk merawat pasien dengan kecemasan. Sehingga pasien yang sedang menjalani
perawatan dapat menjalani pengobatan dengan baik guna mencapai derajat kesehatan
Anggraeny, F. I., Alfianti, D., & Purnomo, S. E.Pengaruh Terapi Musik Pop Terhadap Kualitas
Tidur Anak Usia Sekolah (6-12tahun) Yang Dirawatdi RSUD Ambarawa. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Ilmu Kebidanan (JIKK), 1(1): 1-9.. 2014.
Al-, M. B. A. et al. (2021) ‘Recitation of quran and music to reduce chemotherapy- - induced
anxiety among adult patients with cancer : A clinical trial’, (October 2020), pp. 1–9. doi:
10.1002/nop2.781.
Atiwannapat, P., Thaipisuttikul, P., Poopityastaporn, P., & Katekaew, W. (2016). Active versus
receptive group music therapy for major depressive disorder—A pilot study.
Complementary Therapies in Medicine, 26, 141-145.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2016.03.015
Buston, E. (2018). Efektifitas Musik Dan Relaksasi Aromaterapi Lavender Dalam Menurunkan
Tingkat Kecemasan Pasien Dengan Tindakan Pembedahan. Jurnal Media Kesehatan,
9(1), 13–22. https://doi.org/10.33088/jmk.v9i1.287
Chang, En-Ting, Hui-Ling Lai, Pin-Wen Chen, Yuan-Mei Hsieh, and Li-Hua Lee. (2012) “The
Effects of Music on the Sleep Quality of Adults with Chronic Insomnia Using Evidence
from Polysomnographic and Self-Reported Analysis: A Randomized Control Trial.”
International Journal of Nursing Studies.
Chirico, A. et al. (2020) ‘Virtual reality and music therapy as distraction interventions to
alleviate anxiety and improve mood states in breast cancer patients during chemotherapy’,
Journal of Cellular Physiology, (July 2019), pp. 1–10. doi: 10.1002/jcp.29422.
Cho, Y., Ryu, S. H., Lee, B. R., Kim, K.H., Lee, E., & Choi, J. (2015). Effects of artificial light
at night on human health: A literature review of observational and exprerimental studies
appied to exposure assessment. Chronobiology international, 32(9), 1294-1310
Data, K., Kamal, S., & Pinilih, S.S. (2013). Efektifitas Deep Breathing Relaxation Terhadap
Ansietas Mahasiwa Dalam Pra Pembelajaran Klinik Prodi DIII Keperawatan Di
Universitas Muhamadiah Magelang. Magelang: Universitas Muhammadiyah.
Dehkordi, L. M., and L. S. Kahangi. 2018. The Relationship Between Perception Of Social
Support And Fatigue In Patients With Cancer. Iranian Journal of Nursing and
Widwifery Research. 23(4): 261-266.Globocan. 2018. Estimated The Global Cancer
Incidence and Mortality in 2018, Breast Cancer Sheet. IARC.
Dewi, M. 2009. Studi Metaanalisis: Musik Untuk Menurunkan Stress. Tersedia pada :
http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/download/7889/6122.
Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Farida, N., &Maliya, A.(2019). Pengaruh Aromaterapi Lavender dan Terapi Musik Klasik
Terhadap Intensitas Nyeri Post Operasi Fraktur Di RS. OrtopediProf. DR.R Soeharso
Sukarta . Skrip UMS. Retrieved From . http://eprints.ums.ac.id/ideprint/70732
Fatmawati, D., & Maliya, A. (2016). Pengaruh Relaksasi Progresif dan Aromaterapi Lavender
Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Dengan Spinal Anastesi. Skrip
UMS. Retrieved From http://eprints.ums.ac.id/ideprint/44898
Fatimah, S., & Maliya, A. (2019). Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Mawar Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur Ekstremitas. Jurnal Ilmiah Stikes Kendal.
Vol.9. no.4. http://jurnal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM/article/vieq/585
Fernandez M, Ferrer M, Flores K, Florido A, Foronda K. the Effect of Lavender Aromatherapy
to Junior Nursing Students’ Anxiety, Concentration and Memory Retention. IANHC.
2018;18(1):1-10.
Gabela, E. Sampurno, Joko. (2014). Analisis Fraktal Sinyal Berbagai Jenis Musik Prisma Fisika.
2(3), 67-73.
G. Cervellin dan G. Lippi, “From music-beat to heart-beat: A journey in the complex interactions
between music, brain and heart,” Eur. J. Intern. Med., vol. 22, no. 4, hlm. 371– 374, Agu
2011.
Harmat, L., Takacs, J., Bodizs, R. (2008). Effect of music on sleep quality in student (aged
between 19 – 28 years) with poor sleep. Journal of Advantanced Nursing, Vol.62.3.327
Ibrahim, A. S. (2012). Panik Neurosis dan Gangguan Cemas. Edisi pertama. Tanggerang.
Penerbit Jelajah Nusa
InfoDATIN. (2015). Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Retrieved
September 12, 2018, from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-kanker.pdf
Karabulutlu EY, Bilici M, Cayir K, Tekin BS, Kantarci R. 2010. Coping, anxiety and depression
in Turkish patients with cancer. Eur J Intern Med, 7, 296 – 302.
Lestari, T. (2015). Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika
Moser, R. P., Arndt, J., Han, P. K., Waters, E. A., Amsellem, M., & Hesse, B. W. (2014).
Perception Of Cancer As a Death Sentence: Prevalence and Consequences. J Health
Psychol, 19(12), 1518-524. doi: 10.1177/1359105313494924
Nasir, Abdul dan, Abdul,Muhith. 2011. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika.
Novita, D. 2012. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Reduction Internal Fixation (Orif) di RSUD DR.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Program Sarjana Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia. Tesis.
Noerma.S.R & Elis Hartati. (2012). Pengalaman Mahasiswa yang Mengalami Insomnia Selama
Mengerjakan Tugas Akhir. Vol 1 hal :231-236.http://ejournal-
s1.undip.ac.id/idex.php/jnursing.
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009). Fundamental Of Nursing (7th ed.). Singapore: Salemba
Medika.
Priyoto. (2015). Nursing Intervention Classification Dalam Keperawatan Gerontik.
Jakarta:Selemba Medika.
Pertiwi, A., Idriansari, A., & Kusumaningrum, A. (2016). Pengaruh Aromaterapi Rosemary
(Rosmarinus Officinalis) Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi
Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 3(1), 65–71.Prastiwi, A.,
Hendarsih, S., & Prabowo, T. (2017). Pengaruh Pemberian Aromaterapi Lavender
terhadap Kecemasan pada Pasien Pre Operasi. Poltekkes Yogyakarta, 01(001), 23.
Rosdahi, C. B., & Kowalski, M. T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Dasar (10th ed.). Jakarta:
EGC.
Rufaidah, E. R. (2009). Efektifitas terapi kognitif terhadap penurunan tingkat kecemasan pada
penderita asma di Surakarta. (Tesis tidak diterbitkan). Fakultas Psikologi-UGM
Savitri, et. All. (2016), Terapi Musik Dan Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperasi. Media
Ilmu Kesehatan vol.5. no.1. Di aksek tgl3 Juni2021.
DOI:https://doi.org/10.30989/mik.v5i1.138
Solehati, T., Eli, C. (2015). Konsep dan Aplikasi Relaksasi dalam Keperawatan Maternitas.
Bandung: Refika Aditama.
Son, H. K., So, W. Y., & Kim, M. (2019). Effects of aromatherapy combined with music therapy
on anxiety, stress, and fundamental nursing skills in nursing students: A randomized
controlled trial. International Journal of Environmental Research and Public Health,
16(21), 1–10. https://doi.org/10.3390/ijerph16214185
Trappe, H. J. (2012). Music and medicine: The effect of music on the human being. Applied
Cardiopulmonary Pathophysiology, 16, 133-142.
Tsai, H. F., Chen, Y. R., Chung, M. H., Liao, Y. M., Chi, M. J., Chang, C. C., & Chou, K. R.
(2014). Effectiveness of music intervention in ameliorating cancer ‘patients' anxiety,
depression, pain, and fatigue: A meta‐analysis. Cancer Nursing, 37(6), E35–E50.
https://doi.org/10.1097/NCC.0000000000000116
http://rsudpurihusada.inhilkab.go.id/terapi-modalitas-dalam-keperawatan-jiwa/
Wulandari, I. S., & Safitri, W. (2016). Efektifitas Relaksasi Aromaterapi Lavender Terhadap
Penurunan Kecemasan Di Posyandu Lansia Desa Plesungan Karanganyar. Jurnal
KesmasDaSka, 45–48. http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/128/165
Word Health Organization (WHO). (2018). Cancer. Retrieved september 5, 2018, from
https://www.who.int/cancer/en/
Yang, Y. L., Sui, G. Y., Liu, G. C., Huang, D. S., Wang, S. M., & Wang, L. (2014). The Effect
of Psychological Intervention on Depresion and Anxiety Among Chinese Adults With
Cancer: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Studies. BMC Cancer, 14, 2-26.
doi:https://dx.doi.org/10.1186%2F1471-2407-14-956
Hae Kyoung Son 1, Wi-Young S.(2019) Effects of Aromatherapy Combined with Music
Therapy on Anxiety, Stress, and Fundamental Nursing Skills in Nursing Students: A
Randomized Controlled Trial : https://www.mdpi.com/journal/ijerph
Chafk keilani. Nicolas simondet, (2017) Effects of music intervention on anxiety and pain
reduction in ambulatory maxillofacial and otorhinolaryngology surgery: a descriptive
survey of 27 cases. DOI : 10.1007/s10006-017-0616-3
Patrizia Zeppegno , Marco Krengli , Daniela Ferrante, ett All. 2021. Psychotherapy with Music
Intervention Improves Anxiety, Depression and the Redox Status in Breast Cancer
Patients Undergoing Radiotherapy: A Randomized Controlled Clinical Trial. Uji Klinis
Terkendali. Kanker 2021, 13, 1752. https://doi.org/10.3390/ cancers13081752
Somayeh Zamanifar, Mohammad Iraj Bagheri-Saveh , Aram Nezakati, ett all.( 2020). The effect
of Music Therapy and Aromatherapy with Chamomile-Lavender Essential Oil on the
Anxiety of Clinical Nurses: A Randomized and Double-Blind Clinical Trial. DOI:
10.25122/jml-2019-0105
Al-, M. B. A. et al. (2021) ‘Recitation of quran and music to reduce chemotherapy- - induced
anxiety among adult patients with cancer : A clinical trial’, (October 2020), pp. 1–9. doi:
10.1002/nop2.781.
Atiwannapat, P., Thaipisuttikul, P., Poopityastaporn, P., & Katekaew, W. (2016). Active versus
receptive group music therapy for major depressive disorder—A pilot study.
Complementary Therapies in Medicine, 26, 141-145.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2016.03.015
Chirico, A. et al. (2020) ‘Virtual reality and music therapy as distraction interventions to
alleviate anxiety and improve mood states in breast cancer patients during chemotherapy’,
Journal of Cellular Physiology, (July 2019), pp. 1–10. doi: 10.1002/jcp.29422.
Ghiasi, A., & Keramat, A. (2018). The effect of listening to holy Quran
recitation on anxiety: A systematic review. Iranian Journal of Nursing
and Midwifery Research, 23(6), 411. https://doi.org/10.4103/ijnmr.IJNMR_173_17
Tsai, H. F., Chen, Y. R., Chung, M. H., Liao, Y. M., Chi, M. J., Chang, C. C., & Chou, K. R.
(2014). Effectiveness of music intervention in ameliorating cancer ‘patients' anxiety,
depression, pain, and fatigue: A meta‐analysis. Cancer Nursing, 37(6), E35–E50.
https://doi.org/10.1097/NCC.0000000000000116
Wulandari, I. S., & Safitri, W. (2016). Efektifitas Relaksasi Aromaterapi Lavender Terhadap
Penurunan Kecemasan Di Posyandu Lansia Desa Plesungan Karanganyar. Jurnal
KesmasDaSka, 45–48. http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/128/165
Daftar pustaka :
Cho M-Y, Min ES, Hur M-H, Lee MS. (2013) Effects of aromatherapy on the anxiety, vital
signs, and sleep quality of percutaneous coronary intervention patients in intensive care
units. Evid-Based Complement Alternat Med. 2013;2013(26):6
Jasemi M, Aazami S, Zabihi RE. (2016) The effects of music therapy on anxiety and depression
of cancer patients. Indian J palliat care.
2016;22(4):455.
Laura D, Sylvie J, Aurore S. (2015) The effects of music therapy on anxiety and depression. Ann
Depress Anxiety. 2015;2(4):1057
Zamanifar, S. et al. (2020) ‘The effect of Music Therapy and Aromatherapy with Chamomile-
Lavender Essential Oil on the Anxiety of Clinical Nurses : A Randomized and Double-
Blind Clinical Trial Material and Methods Aim’, Journal of Medicine and Life, 13(1), pp.
87–93. doi: 10.25122/jml-2019-0105.