Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NYAMAN


(NYERI)
PADA KLIEN TN.A DI RUANG DAMAR
RSAL.DR. MIDIYATO S KOTA TANJUNGPINANG

Nama Mahasiswa : Fina Oktaridha


Nim : 212113011
Tanggal Praktik : 05 Desember 2022

Pembimbing Akademik : Zuraidah S.Kep, Ns, M.Kep


Pembimbing Klinik : Widwi S.Kep, Ns

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PRODI D3 KEPERAWATAN STIKES HANG TUAH
TANJUNGPINANG
T.A 2021/2022

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena limpahan
rahmat dan hiadayat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas praktik
klinik yang berjudul Laporan Pendahuluan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyeri
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Tak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah ikut berpartisipasi dalam membantu menyelesaikan laporan ini khususnya
kepada Ibu Widwi S.Kep, Ns selaku pembimbing klinik dan Ibu Zuraidah S,Kep
Ns M,Kep. selaku pembimbing akademik yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan makalah ini dan tak lupa pula saya mengucapkan maaf kepada
semua pihak, karena saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu saya mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun agar laporan yang saya buat dapat jauh lebih baik lagi dari
sebelumnya.

Terima Kasih

Tanjung Pinang, 05 Desember 2022

Fina Oktaridha
Nim. 212113011

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................2

DAFTAR ISI .......................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................4

1.1 Latar Belakang....................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 6

1.3 Tujuan.................................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 7

2.1 A. Definisi ............................................................................................................. 7

1. Pengertian Rasa Aman ................................................................................. 7

2. Pengertian Rasa Nyeri ................................................................................. 7

3. Etiologi ...................................................................................................... 8
B. Fisiologis Nyeri ............................................................................................... 8

C. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri .................................................... 9

D. Patofisiologi ................................................................................................... 10

E. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 11

F. Komplikasi .................................................................................................... 11

G. Penatalaksanaan ............................................................................................ 12
H. Pathway ........................................................................................................ 13
I. Konsep Asuhan Keperawatan ...................................................................... 14
J. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 16
K. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 16
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 19

1.4 Kesimpulan ...........................................................................................19

2.5 Saran .....................................................................................................19


DAFTARPUSTAKA……………………………………………………..…………..19

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh
setiap manusia dalam mempertahankan kehidupan dan kesehatan, salah
satunya adalah kebutuhan rasa aman dan nyaman. Kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Kenyamanan harus
dipandang secara holistik mencakup empat aspek yaitu fisik, sosial, psikososial
dan lingkungan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman adalah bebas dari rasa nyeri. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri
merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang
ditunjukan dengan timbulnya tanda dan gejala pada pasien (Wahyudi & Wahid.
A, 2016).
Nyeri menurut International Association for Study of Pain (IASP) adalah
pengalaman sensorik atau emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu gabungan
dari komponen objektif (aspek fisiologi sensorik nyeri) dan komponen
subjektif (aspek emosional dan psikologis) (Wiarto, 2017). Nyeri merupakan
pengalaman yang tidak dapat dihindari seiring proses penuaan, lansia lebih
berisiko mengalami bermacam gangguan yang berhubungan dengan nyeri,
lansia berisiko tinggi mengalami nyeri akut dan nyeri kronik yang dapat
berdampak serius dalam aktivitas mereka sehari-hari dan kualitas hidup mereka
(Maas et al. 2011). Berdasarkan definisi di atas nyeri dapat terjadi pada setiap
individu terlebih pada lansia (berisiko tinggi) dengan penyebab yang berbeda
pada setiap individu. Penggolongan lansia menurut World Health Organization
(WHO) meliputi middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-89
tahun), dan very old (diatas 90 tahun). Berdasarkan Kemenkes RI, 2020
menteri kesehatan menyampaikan saat ini jumlah lansia di Indonesia sekitar
27,1 juta orang (hampir 10% dari total penduduk), pada tahun 2025
5
diproyeksikan meningkat menjadi 33,7 juta (11,8%). Populasi lansia yang terus
meningkat dan adanya pengaruh dari proses penuaan dapat memberikan
dampak terhadap status kesehatan dan kesejahteraan lansia. Penuaan atau
proses menua merupakan suatu proses menurunnya kemampuan jaringan pada
seluruh sistem organ untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur dan
fungsi normalnya secara alamiah (Aspiani, 2014). Gangguan yang biasa terjadi
pada lansia dan menyebabkan nyeri dan proses inflamasi merupakan gout dan
arthritis temporal (Maas et al. 2011)
Gout arthritis adalah penyakit sendi yang diakibatkan oleh gangguan
metabolisme purin yang ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam
darah. Kadar asam urat yang tinggi dalam darah melebihi batas normal dapat
menyebabkan penumpukan asam urat didalam persendian dan organ tubuh
lainnya. Penumpukan asam urat ini yang membuat sendi sakit, nyeri dan
meradang. Apabila kadar asam urat dalam darah terus meningkat menyebabkan
penderita penyakit ini tidak bisa berjalan, penumpukan kristal asam urat berupa
tofi pada sendi dan jaringan sekitarnya, persendian terasa sangat sakit jika
berjalan dan dapat mengalami kerusakan pada sendi bahkan sampai
menimbulkan kecacatan sendi dan mengganggu aktifitas penderitanya
(Sutanto, 2013). Kadar normalnya asam urat dalam tubuh berfungsi sebagai
antioksidan alami. Asam urat tubuh dapat diketahui melalui pemeriksaan kadar
asam urat normal yaitu 3,0-7,0 mg/dL untuk pria. Sementara itu, kadar asam
urat normal pada wanita yaitu 2,4-6,0 mg/dL (Tim Bumi Medika, 2017).
Berdasarkan data WHO (2017), prevalensi gout arthritis di dunia
sebanyak 34,2%. Peningkatan gout arthritis sering terjadi di Negara Maju
seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di Negara Amerika sebesar 26,3%
dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi
dinegara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di Negara Berkembang,
Salah satunya di Negara Indonesia. 3 Berdasarkan hasil dari RISKEDAS
(2018), di Indonesia tahun 2018 prevalensi penyakit yang terjadi di daerah
persendian berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia yang tertinggi
yaitu berada di Aceh dengan 13,3% dan terendah yaitu di Sulawesi Barat 3,2%.
Prevalensi yang mengalami atau penderita asam urat berdasarkan umur yaitu,

6
umur 15-24 tahun dengan diagnosis yaitu 1,2%, umur 25-34 tahun dengan
diagnosis yaitu 3,1% dan umur 35-44 tahun dengan berdasarkan diagnosis
yaitu 6,3%, umur 45-54 tahun berdasarkan diagnosis yaitu 11,1%, umur 55-64
tahun berdasarkan diagnosis yaitu 15,5%, umur 65-74 tahun berdasarkan
diagnosis 18,6% dan umur 75 tahun atau lebih yaitu mencapai 18,9%.
Masyarakat yang tinggal di pedesaan lebih banyak yang mempunyai penyakit
asam urat dengan berdasarkan diagnosis yaitu 7,8% dibandingkan dengan
masyarakat yang tinggal di perkotaan dengan diagnosis 6,9%, penyakit asam
urat lebih banyak diderita oleh perempuan yaitu berdasarkan diagnosis 8,5%
dibandingkan dengan laki-laki yaitu berdasarkan diagnosis 6,1% ini
disebabkan oleh wanita yang usianya memasuki masa menopause hormon
esterogen wanita mengalami penurunan sehingga tidak dapat dengan optimal
mengeksresi asam urat dalam tubuh (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada laporan
pendahuluan ini adalah “Bagaimana Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Gangguan Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri?”.

1.3 Tujuan
Tujuan dibuatnya laporan pendahuluan ini adalah untuk membantu
pemahaman bagi pembaca mengenai kebutuhan rasa aman dan nyeri serta
faktor yang dapat mempengaruhinya. Pentingnya materi ini dibahas untuk
meningkatkan kualitas pribadi yang baik serta meningkatkan kepekaan
terhadap individu lainnya tentang kebutuhan rasa aman dan nyeri yang
dihadapi oleh masing – masing individu dimasa yang akan datang.

7
BAB II
PEMBAHASAN

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN RASA AMAN DAN NYERI

A. Definisi
1. Pengertian Rasa Aman
a. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologi atau bisa
juga keadaan aman dan tentram (potter & perry, 2006)
b. Nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhnya kebutuhan dasar
manusia yaitu kebutuhan dan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari hari), kelegaan (kebutuhan telah
terpenuhi), dan transendem (keadaan tentang suatu yang melebihi
masalah dabn nyeri)

2. Pengertian Nyeri
a. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya. (Aziz Alimul, 2014)
b. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari adanya kerusakan pada jaringan yang
actualdan potensia. Nyeri merupakan salah satu alasan orsng mencari
bantuan perawatankesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses
penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik
atau pengobatan (Mayasari, 2016)
c. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstimasinya diketahui bila seseorang pernah
mengalami (Wartonah, 2012).

8
3. Etiologi

a. Lingkungan
b. Umur
c. Jenis kelamin
d. Kelelahan
e. Budaya
f. Ansietas
g. Gaya koping
h. Pengalaman sebelumnya
i. Dukungan keluarga dan sosial

B. Fisiologis Nyeri

Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf resptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri
akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanim
sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami
nyeri (Potter dan Perry, 2009)

Terjadinya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.


Resptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor, merupakan ujung-ujung saraf
sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki nyelin, yang
tersebar pada kulit dan mukosa,khususnya pada vicera,persendian, dinding
arteri,hati dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat
adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimawi
seperti bradikinin, histamine, prostaglandin dan macam-macam asam yang
dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigen.
Stimulasi yang lain dapat ternal,listrik dan mekanik.

9
C. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji
respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika
sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung
memendam nyeri yang dia alami, karena mereka menganggap nyeri adalah
hal alami yang harus dijalani dan mereka takut mengalami penyakit berat
atau meninggal jika nyeri diperiksa.

2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
(ex : tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh mengeluh
nyeri)

3. Kultur
Orang belajar budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon
terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan
bahwa nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa
nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan
kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri.

4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri
dan bagaimana mengatasinya.

5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya
distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik
relaksasi, guided imagery merupakan teknik untuk mengatasi nyeri.
10
6. Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.

7. Pengalaman masa lalu


Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di
masa lalu.

8. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pada koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri.

9. Support keluarga dan sosial


Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan
(Aziz Alimul, 2014).

D. Patofisiologi

1. Nyeri diawali dengan kerusakan jaringan (tissue damage), dimana jaringan


tubuh yg cedera melepaskan zat kimia inflamatori (excitatory
neurotransmitters), (histamine dan bradykinin) sebagai vasidalator yg kuat
edema, kemerahan dan nyeri dan menstimulasi pelepasan prostaglandins.

2. Transduksi (transduction) : perubahan energi stimulusmenjadi energi


elektrik, proses transmisi (transmission) yakni ketika energi listrik
mengenai nociceptor dihantarkan melalui serabutsaraf A dan C dihantarkan
dengan cepat ke substania gelatinosa di dorsal horn dari spinal cord ke otak
melalui spinothalamic tracts.
Thalamus dan pusat-pusat yg lebih tinggi termasuk recticural formation,
11
limbic system, dan somatosensory cortex.

3. Persepsi (perseption) : otak menginterpensi signal, memperoses informasi


dari pengalaman, pengetahuan, budaya serta mempersepsikan nyeri
individu mulai menyadari nyeri.

4. Modulasi (modulation) : saat otak mempersepsikan nyeri, tubuh


melepaskan neuromodulator, seperti opiods (endorphins and enkephalins),
serotonin, norepinephhrine & gamma aminobutyric acid
menghalangi / menghambat transmisi nyeri & membantu menimbulkan
keadaan analgesik, & berefek menghilangkan nyeri.

E. Pemeriksaan Penunjang

1. pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekanan di
abdomen.
2. Rontogen untuk mengetahui tulang atau organ dalam abnormal.
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemeriksaan lainnya.
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah yang
pecah di otak.

F. Komplikasi

1. Edema pulmotal
2. Kejang
3. Masalah mobilitasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur

12
G. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Monitor tanda-tanda vital
2. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
3. Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyerI
ringan sampai sedang)
4. Kompres hangat
5. Mengajarkan teknik relaksasi

2. Penatalaksanaan medis
1 Pemberian analgesik
2 Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri
yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
3 Plasebo
4 Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini
dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan
pasien.

13
H. Pathway

Faktor Presipitasi
(Agen cedera, Agen cedera biologi, Agen cedera kimiawi, Agen pencedera,
dilatasi serviks, Eksblusi fetal)

Reseptor Nyeri

Persepsi Nyeri

Nyeri

Mobilitas Fisik
Menekan Saraf Terganggu

Nyeri dipersepsikan
Gangguan
Mobilitas Fisik
Berhubungan
Nyeri Akut dengan Faktor
presipitasi

RAS Teraktivitasi

14
I. Konsep Asuhan Keperawatan

a. Riwayat keperawatan

1. Riwayat penyakit sekarang


Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman, lingkungan
pasien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi
atau berakibat terhadap kehidupan atau kelangsungaan hidup pasien.
Keamanan yang ada dalam lingkungan ini akan megarungi insiden
terjadinya penyakit dan cedera yang akan mempengaruhi rasa aman dan
nyaman pasien.

2. Riwayat penyakit dahulu


Trauma pada jaringan tubuh misalnya ada luka bekas oprasi / bedah
menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman pasien.

3. Riwayat penyakit keluarga


Riwayat ini bisa dapat menyebabkan gangguan rasa aman dan nyaman,
karena dengan adanya riwayat penyakit maka klien akan beresiko terkena
penyakit sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman seperti nyeri.

b. Prilaku non verbal : beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara
lain ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.

c. Kualitas : Deskripsikan menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan


nyeri, anjurkan pasien menggunakan bahasa yang diketahui.

d. Faktor presipitas : Beberapa faktor presipitas yang meningkatkan nyeri antara


lain lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.

e. Intensitas : Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 1-10.

15
f. Waktu dan lama : Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai,
berapa lama, bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri
terakhir timbul

g. Karakteristik nyeri (PQRST)


P (provokatif) : faktor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q ( quality ) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R ( region ) : daerah perjalanan nyeri
S ( Skala nyeri) : keparahan / instensitas nyeri
T (Time) : lama/waktu serangan/frekuensi nyeri pengkajian skala nyeri

• Skala nyeri 1-3 nyeri ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tak terganggu)
• Skala nyeri 4-6 nyeri sedang ( mengganggu aktifitas fisik )
• Skala nyeri 7-10 nyeri berat (tidak dapat melakukan aktifitas secara
mandiri)

h. Pemeriksaan fisik
1. Ekspresi Wajah
1) Menutup mata rapat-rapat
2) Membuka mata lebar-lebar
3) Menggigit bibir dibawah

2. Verbal
1) Menangis
2) Berteriak

3. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah
2) Nadi
3) Pernafasan

4. Ekstermitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mengalokasi rasa yang tidak nyaman.
16
J. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, fisik, kimia


b. Nyeri berhubungan dengan inflamasi
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri

K. Intervensi Keperawatan

Dx Kep SLKI SIKI


Nyeri Akut Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
b.d agens Setelah dilakukan tindakan (1.082383) Observasi
cidera keperawatan selama 2x24 jam 1. identifikasi lokasi,
fisiologis diharapkan nyeri pasien dapat menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri menurun dari 2 intensitas nyeri
(cukup menurun) menjadi 3 (sedang) 2. identifikasi nyeri
2. Meringis menurun dari 2 (cukup 3. identifikasi adanya
menurun) menjadi 3 (sedang) respon nyeri non
3. Gelisah menurun dari 2 (cukup verbal
menurun menajdi 3 (sedang) Nursing care
4. Frekuensi nadi membaik dari 3 1. fasilitasi posisi yang
(sedang) menjadi 4 (cukup membaik) nyaman bai klien
2.berikan teknik non
farmokologis untuk
mengirangirasa nyeri
(mis.Tens, hipnotis,
akupresur, terapi
music, teknik
imajinasi terbimbing,
teknik nafas dalam)
4. fiksasi atau lakukan

17
pemasangan spalk
Edukasi
1. jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. ajarkan teknik non
farmakologis untuk
meredakan nyeri
(teknik nafas dalam,
teknik distraksi, teknik
imajinasi terbimbing)
Kolaborasi
1. kolaborasi dengan
dokter pemberian
analgetimk, jika perlu
2. kolaborasi dengan
dokter untuk
dilakukan
pembedahan dan
pemasangan pen, jika
perlu
Defisit Tingkat pengetahuan (L.12111) Edukasi kesehatan
pengetahuan Setelah dilakukan tindakan (1.12383)
b.d gaya keperawatan selamam3x24 jam Observasi
hidup sehat diharapkan keseimbangan cairan 1. identifikasi
(D.0111) pasien meningkat dengan kriteria hasil kesiapan dan
: kemampuan menerima
1. prilaku sesuai anjuran meningkatkan informasi
dari 2 (cukup menurun) menjadi 4 2. identifikasi faktor-
(cukup meningkat) faktor yang dapat
2. kemampuan menjelaskan meningkatkan dan
pengetahuan tentang suatu topik menurunkan motivasi

18
meningkat dari 2 (cukup menurun) perilaku hidup bersih
menjadi 4 (cukup meningkat) dan sehat
3. perilaku sesuai dengan pengetahuan Terapeutik
meningkat dari skala 2 (cukup 1. sediakan materi dan
menurun) menjadi 4 (cukup media pendidikan
meningkat) kesehatan
4. pertanyaan tentang masalh yang 2. jadwalkan
dihadapi menurun dari 2 (cukup pendidikan kesehatan
membaik) menajdi 4 (cukup menurun) sesuai kesepakatan
5. persepsi yang kliru terhadap masalah 3. berikan kesepakatan
menurun dari 2 (cukup meningkat ) untuk bertanya
menjadi 4 ( cukup menurun) Edukasi
6. prilaku meningkat dari 2 (cukup 1. jelaskan faktor
menurun) menjadi 4 (cukup resiko yang dapat
meningkat) mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan prilaku
hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat digunakan
untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih
dan sehat

19
Gangguan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
pola tidur b/d keperawatan selama 3 x 24 jam - Identifikasi pola
nyeri masalah intoleransi aktivitas dapat aktifitas dan tidur
(D.0055) teratasi dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Keluhan sulit tidur -Modifikasi
- Keluhan tidak puas tidur lingkungan (Mis.
Pencahayaan,
kebisingan, suhu,
matras, dan tempat
tidur)
- Tetapkan jadwal
tidur rutin
Edukasi
- Jelaskan pentingnya
tidur cukup
selama sakit

20
DAFTAR PUSTAKA

Tim pokja SDKI PPNI. (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (1st
ed) jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Indonesia. Retrieved from
http://www.inna-ppni.or.id

Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(I) . jakarta. Retrived from http://www.inna-ppni.or.id

Tim pjok SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Definisi dan kriteria Hasil Keperawatan (1st ed) jakarta : Dewan Pengurus pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Rectrieved from http://www.innappni.or.id

Potter & perry, (2009) Fundomental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC. Hlm 1502-1533

https://www.academia.edu/37709655/KEBUTUHAN_RASA_AMAN_DAN
_NYAMAN_NYERI

21

Anda mungkin juga menyukai