Anda di halaman 1dari 63

KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA JK.D


DENGAN DIAGNOSA “CIDERA KEPALA SEDANG”
DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU)
RSD GUNUNG JATI CIREBON
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Praktik Program Profesi Ners
Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat & Kritis

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Ais Sabilah NIM R210415004
2. Ajeng Endah Wahyuni NIM R210415005
3. Aulia Faturrohman NIM R210415012
4. Iip Taip NIM R210415017
5. Mujiono NIM R210415041
6. Nur Azizah NIM R210415045
7. Safitri NIM R210415053
8. Yoga Agung Perdana NIM R210415064

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
CIREBON
2022
KATA PENGANTAR

Bismillahhirohmanirrohim,
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Jk. D dengan diagnosa
Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) Keperawatan di Ruang Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Kabupaten Indramayu”
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini memiliki kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, diperlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan dalam rangka perbaikan dan kesempurnaan.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan makalah ini, tidak lepas
dari dorongan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Drs. H. Turmin, B.Sc, selaku Ketua Pengurus Yayasan Indra Husada
Indramayu.
2. Muhammad Saefulloh, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKes
Indramayu.
3. Wiwin Nur Aeni, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Profesi Ners
STIKes Indramayu.
4. Seluruh dosen dan staff karyawan STIKes Indramayu.
5. Pembimbing klinik/Clinical Instrukture (CI) RSUD Kabupaten
Indramayu
6. Rekan – rekan seperjuangan program studi profesi ners angkatan XV
Makalah ini disusun sebagai syarat untuk memenuhi “Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Medikal Bedah”. Dengan harapan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan para pembaca sehingga Insya Allah dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Indramayu, 11 Januari 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................2
C. Manfaat Penulisan............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi.............................................................................4
B. Pengertian ........................................................................................7
C. Etiologi ............................................................................................7
D. Patofisiologi ....................................................................................8
E. Manifestasi Klinis ...........................................................................10
F. Komplikasi ......................................................................................10
G. Penatalaksanaan Medis....................................................................11
H. Pengkajian .......................................................................................11
I. Pemeriksaan Penunjang...................................................................15
J. Informasi Tambahan........................................................................16
K. Analisa Data.....................................................................................17
L. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas.......................................21
M. Intervensi Keperawatan....................................................................22
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian .......................................................................................29
II. Pengkajian Fisik...............................................................................33
III. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................35
IV. Program Pengobatan........................................................................36
V. Analisa Data.....................................................................................37
VI. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas.......................................39
VII. Perencanaan/Intervensi Keperawatan..............................................40
VIII. Catatan Perawatan (Implementasi)..................................................42
IX. Catatan Perkembangan.....................................................................44

ii
BAB IV PEMBAHASAN
A. Analisa Pengkajian .......................................................................51
B. Analisa Diagnosa Keperawatan ....................................................51
C. Analisa Tindakan Keperawatan.....................................................54
BAB V PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................56
B. Saran..............................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benigna Prostatic Hyperplasia (BPH) disebut pembesaran kelenjar
prostat merupakan penyakit yang sangat sering mengakibatkan masalah
pada pria. Selain dapat meningkatkan morbiditas, juga mengganggu kualitas
hidup pria. Benigna Prostatic Hyperplasia mempunyai karakteristik berupa
hyperplasia pada stroma pembesaran prostat. (Wahyu, 2015). Pembesaran
prostat disebabkan oleh dua faktor penting yaitu ketidakseimbangan
hormone esterogen dan androgen, serta faktor umur atau proses penuaan
sehingga obstruksi saluran kemih dapat terjadi (Eungene, Terrence, &
Andre, 2011). Adanya obstuksi ini akan menyebabkan, respon nyeri
pada saat buang air kecil pada klien dan menyebabkan masalah nyeri akut
(Eungene et al., 2011). Menurut data WHO (2013), diperkirakan terdapat
sekitar 70 juta kasus degeneratif salah satunya ialah BPH, dengan insiden di
negara maju sebanyak 19%, sedangkan di negara berkembang sebanyak
5,35 % kasus. Tahun 2013 di Indonesia terdapat 9,2 juta kasus BPH, di
antaranya di derita oleh laki-laki berusia di atas 60 tahun. BPH terjadi pada
sekitar 70 % pria di atas usia 60 tahun. Angka ini meningkat hingga 90%
pada pria berusia diatas 80 tahun angka kejadian BPH di Indonesia yang
pasti belum pernah diteliti Di Indonesia pada tahun 2017 terdapat 6,2 juta
kasus penderita BPH (Benigna Prostat Hyperplasia) (Purnomo, 2014).
Penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum dikketahui secara
pasti, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya
dengan peningkatan dihidrosteron (DTH) dan proses aging (penuaan).
(Purnomo, 2014).
Penanganan BPH dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain wachfull
waiting, medikamentosa dan Tindakan pembedahan seperti Transeurethral
Resection Prostate (TURP) menjadi salah satu tindakan pembedahan yang paling
umum dilakukan untuk mengatasi pembesaran prostat. (Adelia, Monoarfa, &

1
Wagiu, 2017).

Tindakan pembedahan dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang


actual dan potensial sehingga seseorang dapat mengalami nyeri yang
berdampak pada aktivitas sehari- hari. Nyeri merupakan salah satu gejala
yang sering timbul pasca bedah dimana melibatkan empat proses fisiologis ;
transduction, transmission, modulation dan perception. Nyeri sebagai
konsekuensi operasi yakni pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan terkait dengan jaringan actual atau potensial (Herdman,
2015). Nyeri pasca operasi disebabkan karena trauma (reseksi jaringan
prostat). (Ariani, 2010)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien post operasi
di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Tn.R yang mengalami post operasi
Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten
Indramayu
b. Menyusun Analisa data dan Diagnosis keperawatan menurut Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) pada Tn.R yang mengalami post
operasi Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD
Kabupaten Indramayu
c. Menyusun perencanaan keperawatan serta luaran keperawatan
menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI) pada Tn.R post operasi Benign Prostat
Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu.
d. Melaksanakan Tindakan keperawatan pada Tn.R yang mengalami post
operasi Benign Prostat Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD
Kabupaten Indramayu
e. Melakukan evaluasi pada Tn.R yang mengalami Benign Prostat

2
Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu
f. Melakukan dokumentasi pada Tn.R yang mengalami di Ruang
Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Merupakan kegunaan hasil studi kasus, ini adalah untuk
pengembangan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar Diagnosis
keperawatan Indonesia (SDKI), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dengan
Diagnosis Post Operasi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) di RSUD
Kabupaten Indramayu.
2. Manfaat Praktis
a. Rumah Sakit
Diharapkan hasil penulisan ini sebagai bahan pertimbangan oleh
para pelaksana program dalam meningkatkan upaya di bidang Kesehatan
khususnya perawatan post operasi Benigna Prostat Hyperplasia (BPH)
b. Bagi Institusi
Sebagai sarana mengaplikasikan mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) berkaitan dengan ilmu penyakit Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu.
c. Institusi Pendidikan
Sebagai sarana mengaplikasikan mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah (KMB) berkaitan dengan ilmu penyakit Benigna Prostat
Hyperplasia (BPH) di Ruang Manalagi 2 RSUD Kabupaten Indramayu

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi & Fisiologi


1. Anatomi
Kelenjar prostat terletak dibawah kandung kemih, mengelilingi
uretra posterior dan disebelah proksimalnya berhubungan dengan buli-buli,
sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat ini menempel pada diafragma
urogenital yang sering disebut sebagai otot dasar panggul.

Prostat terdiri atas kelenjar majemuk, saluran-saluran, dan otot


polos. Prostat dibentuk oleh jaringan kelenjar dan jaringan fibromuskular.
Prostat dibungkus oleh capsula fibrosa dan bagian lebih luar oleh fascia

4
prostatica yang tebal. Diantara fascia prostatica dan capsula fibrosa terdapat
bagian yang berisi anyaman vena yang disebut plexus prostaticus. Fascia
prostatica berasal dari fascia pelvic yang melanjutkan diri ke fascia superior
diaphragmatic urogenital, dan melekat pada os pubis dengan diperkuat oleh
ligamentum puboprostaticum. Bagian posterior fascia prostatica membentuk
lapisan lebar dan tebal yang disebut fascia Denonvilliers. Fascia ini sudah
dilepas dari fascia rectalis dibelakangnya. Hal ini penting bagi tindakan
operasi prostat (Purnomo, 2011). Kelenjar prostat merupakan suatu kelenjar
yang terdiri dari 30- 50 kelenjar yang terbagi atas empat lobus, lobus
posterior, lobus lateral, lobus anterior, dan lobus medial. Lobus posterior
yang terletak di belakang uretra dan dibawah duktus ejakulatorius, lobus
lateral yang 10 terletak dikanan uretra, lobus anterior atau isthmus yang
terletak di depan uretra dan menghubungkan lobus dekstra dan lobus
sinistra, bagian ini tidak mengandung kelenjar dan hanya berisi otot polos,
selanjutnya lobus medial yang terletak diantara uretra dan duktus
ejakulatorius, banyak mengandung kelenjar dan merupakan bagian yang
menyebabkan terbentuknya uvula vesicae yang menonjol kedalam vesica
urinaria bila lobus medial ini membesar. Sebagai akibatnya dapat terjadi
bendungan aliran urin pada waktu berkemih (Wibowo dan Paryana, 2009).
Kelenjar ini pada laki-laki dewasa kurang lebih sebesar buah walnut atau
buah kenari besar. Ukuran, panjangnya sekitar 4 - 6 cm, lebar 3 - 4 cm, dan
tebalnya kurang lebih 2 - 3 cm dengan berat sekitar 20 gram. Bagian-
bagian prostat terdiri dari 50 – 70 % jaringan kelenjar, 30 – 50 % adalah
jaringan stroma (penyangga) dan kapsul/muskuler.

5
Prostat merupakan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari
pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang menerima masukan serabut
parasimpatik dari korda spinalis dan simpatik dari nervus hipogastrikus.
Rangsangan parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat,
sedangkan rangsangan simpatik menyebabkan pengeluaran cairan prostat
kedalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi. System simpatik
memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher
buli-buli. Ditempat itu terdapat banyak reseptor adrenergic. Rangsangan
simpatik menyebabkan dipertahankan tonus otot tersebut. Pada usia lanjut
sebagian pria akan mengalami pembesaran kelenjar prostat akibat hiperplasi
jinak sehingga dapat menyumbat uretra posterior dan mengakibatkan
terjadinya obstruksi saluran kemih (Purnomo, 2011).

2. Fisiologi

6
Menurut Purnomo (2011) fisiologi prostat adalah suatu alat tubuh
yang tergantung kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan mengenai sifat
endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang peka terhadap estrogen adalah
bagian tengah, sedangkan bagian tepi peka terhadap androgen. Oleh karena
itu pada orang tua bagian tengahlah yang mengalami hiperplasi karena
sekresi androgen berkurang sehingga kadar estrogen relatif bertambah. Sel-
sel kelenjar prostat dapat membentuk enzim asam fosfatase yang paling
aktif bekerja pada pH 5. Kelenjar prostat mensekresi sedikit cairan yang
berwarna putih susu dan bersifat alkalis. Cairan ini mengandung asam sitrat,
asam fosfatase, kalsium dan koagulase serta fibrinolisis. Selama
pengeluaran cairan prostat, kapsul kelenjar prostat akan berkontraksi
bersamaan dengan kontraksi vas deferen dan cairan prostat keluar
bercampur dengan semen yang lainnya. Cairan prostat merupakan 70%
volume 12 cairan ejakulat dan berfungsi memberikan makanan spermatozon
dan menjaga agar spermatozon tidak cepat mati di dalam tubuh wanita,
dimana sekret vagina sangat asam (pH: 3,5-4). Cairan ini dialirkan melalui
duktus skretorius dan bermuara di uretra posterior untuk kemudian
dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi. Volume
cairan prostat kurang lebih 25% dari seluruh volume ejakulat. Dengan
demikian sperma dapat hidup lebih lama dan dapat melanjutkan perjalanan
menuju tuba uterina dan melakukan pembuahan, sperma tidak dapat
bergerak optimal sampai pH cairan sekitarnya meningkat 6 sampai 6,5
akibatnya mungkin bahwa cairan prostat menetralkan keasaman cairan dan
lain tersebut setelah ejakulasi dan sangat meningkatkan pergerakan dan
fertilitas sperma.

B. Pengertian
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra (Smeltzer & Bare, 2013)

7
Benigna Prostat Hiperplasia adalah kelenjar prostat yang mengalami
pembesaran sehingga dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan
terhambatnya aliran ulir keluar dari vesika (Purnomo, 2011)
Benigna Prostat Hiperplasia atau hipeplasi prostat adalah pembesaran
progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria > 50 tahun) yang
menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra dan pembiasan aliran urinarius.
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan, Benigna Prostat Hiperplasia
(BPH) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh faktor penuaan, dimana
prostat mengalami penbesaran memanjang keatas kedalam kandung kemih dan
menyumbat aliaran urin dengan cara menutupi orofisium uretra.

C. Etiologi
Sampai saat ini, etiologi benigna prostate hiperplasi belum di
ketahui secara pasti penyebab terjadinya. Tetapi hipotesis menyebutkan
bahawa hiperplasi prostate erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestoteron (DTH) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi prostate
adalah :
1. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosterone dan
estrogen pada usia lanjut
2. Peranan dari growth faktor sebagai pemacu pertumbuhan stroma
kelenjar prostate
3. Meningkatkannya lama hidup sel-sel prostate karena berkurangnya sel
yang mati karena peningkatan estrogen.
4. Proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel
stroma dan epitel kelenjar prostate menjadi berlebihan.

D. Patofisiologi
Proses pembesaran prostate ini terjadi secara perlahan-lahan, sehingga
perubahan pada saluran kemih juga terjadi penyempitan lumen uretra prostatika
dan akan menghambat aliran urine, keadaan ini menyebabkan peningkatan
tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus

8
berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus
menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi
otot detrusor (menebal dan meregang) sehingga terbentuklah selula, sekula dan
divertikel buli-buli.
Fase penebalan detrusor ini disebut juga fase kompensasi. Dan apabila
berlanjut, maka detrusor akan mengalami kelelahan dan akhirnya mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi, sehingga terjadi retensio
urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran
kemih atas. (Arief Manjoer, et al, 2000)
TURP merupakan pembedahan BPH yang paling sering di lakukan dimana
endoskopi dimasukkan melalui penis (uretra). Cara ini cocok untuk hyperplasia
yang kecil. Reseksi kelenjar prostate dilakukan ditrans-uretra yang dapat
mengiritasi mukosa kandung kencing sehingga dapat menyebabkan terjadinya
perdarahan, untuk itu tindakan ini mempergunakan cairan irigasi (pembilas) agar
daerah yang direseksi tidak tertutup darah. TURP mempunyai beberapa
keuntungan antara lain (Doengoes, 2000) :
1.      Lama operasi lebih singkat
2.     Tidak menimbulkan sayatan sehingga resiko infeksi akibat luka
dapat diminimalkan
Penyulit Turp (Doengoes, 2000) :
1.      Selama operasi = perdarahan sindroma turp
2.      Pasca bedah = perdarahan, infeksi local atau sistemik

9
E. Manifestasi Klinik
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh Benigne Prostat Hyperplasia
disebut sebagai Syndroma Prostatisme. Syndroma Prostatisme dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Gejala Obstruktif yaitu :
a. Hesitansi yaitu memulai kencing yang lama dan seringkali disertai
dengan mengejan yang disebabkan oleh karena otot destrussor buli-buli
memerlukan waktu beberapa lama meningkatkan tekanan intravesikal guna

10
mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika.
b. Intermitency yaitu terputus-putusnya aliran kencing yang disebabkan
karena ketidakmampuan otot destrussor dalam pempertahankan tekanan intra
vesika sampai berakhirnya miksi.
c. Terminal dribling yaitu menetesnya urine pada akhir kencing.
d. Pancaran lemah : kelemahan kekuatan dan kaliber pancaran destrussor
memerlukan waktu untuk dapat melampaui tekanan di uretra.
e. Rasa tidak puas setelah berakhirnya buang air kecil dan terasa belum
puas.
2. Gejala Iritasi yaitu :
a. Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
b. Frekuensi yaitu penderita miksi lebih sering dari biasanya dapat
terjadi pada malam hari (Nocturia) dan pada siang hari.
c. Disuria yaitu nyeri pada waktu kencing.

F. Komplikasi
1. Inkontinensia paradoks
2. Batu kandung kemih
3. Hematuria
4. Sistitis
5. Pielonefritis
6. Retensi urine akut atau kronik
7. Refluks vesiko – ureter
8. Hidroureter dan hidronefrosis
9. Gagal ginjal
G. Penatalaksanaan Medis
1. Non Operatif
a. Massase prostat, anjurkan sering masturbasi.
b. Anjurkan tidak minum banyak pada waktu yang pendek.
c. Cegah minum obat anti kolinergik, anti histamine, dan dengostan.
d. Pemasangan kateter.
2. Operatif

11
Indikasi : terjadi pelebaran kandung kemih dan urine sisa 750 ml
a. TUR (Trans Uretral Resection)
b. STP (Suprobic : Transeral Prostatectomy)
c. Retropubic Extravesical Prostatectomy
d. Prostatectomy Perineal.

H. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis pada pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan.
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien mengeluh nyeri atau mengakui
ketidaknyamanan.
2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikaji dimulai dari keluhan yang
dirasakan pasien sebelum masuk rumah sakit, ketika mendapatkan
perawatan di rumah sakit sampai dilakukannya pengkajian. Pada pasien
post TUR.P biasanya didapatkan adanya keluhan seperti nyeri. Keluhan
nyeri dikaji menggunakan PQRST : P (provokatif), yaitu faktor yang
mempengaruhi awat atau ringannya nyeri. Q (Quality), yaitu kualitas
dari nyeri, seperti apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (Region),
yaitu daerah / lokasi perjalanan nyeri. S (Severity), yaitu skala/
keparahan atau intensitas nyeri. T (Time), yaitu lama/waktu serangan
atau frekuensi nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya, terutama yang mendukung atau memperberat
kondisi gangguan system perkemihan pada pasien saat ini seperti
pernakah pasien menderita penyakit kencing manis, riwayat kaki
bengkak (edema), hipertensi, penyakit kencing batu, kencing berdarah,
dan lainnya. Tanyakan: apakah pasien pernah dirawat sebelumnya,

12
dengan penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan
sebagainya (Muttaqin, 2011)
4. Riwayat Keluarga
Tanyakan mungkin di antara keluarga klien sebelumnya ada
yang menderita penyakit yang sama dengan penyakit klien sekarang.
5. Pengkajian Psiko-Sosio-Spirutual
Pengkajian psikologis pasien meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai Kecemasan pasien terhadap penyakitnya, kognitif, dan
prilaku pasien. Perawat mengumpulkan pemeriksaan awal pasien
tentang kapasitas fisik dan intelektual saat ini, yang menentukan tingkat
perlunya pengkajian psikososiospiritual yang saksama (Muttaqin,
2011)
6. Pola kehidupan sehari-hari
a. Nutrisi
Pola nutrisi sebelum dan sesudah sakityang harus dikaji
adalah frekuensi, jenis makanan dan minuman, porsi, tanyakan
perubahan nafsu makan yang terjadi. Pada post TUR.P biasanya
tidak terdapat keluhan pada pola nutrisi.
b. Eliminasi
BAB : Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, warna BAB terakhir. BAK : Mengkaji
frekuensi, jumlah, warna BAK Pada pasien post TUR.P terpasang kateter
threeway, mengkaji jumlah, warna biasanya kemerahan.

c. Tidur/istirahat
Pola tidur dapat terganggu maupun tidak terganggu,
tergantung bagaimana toleransi pasien terhadap nyeri yang
dirasakannya.
d. Personal Hygiene
Upaya untuk menjaga kebersihan diri cenderung kurang.
e. Pola Aktivitas

13
Pada pasien post TUR.P biasanya dianjurkan untuk tirah
baring sehinga aktivitas dibantu keluarga sebagian.
7. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe meliputi :
a. Keadaan Umum
Keadaan umum klien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital.Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau
koma.
b. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu) umumnya
pasien menglami takikardi, peningkatan tekanan darah, dapat juga
terjadi hipotensi.
c. Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi : Kebersihan kepala, warna rambut hitam keputihan, tidak
ada kelainan bentuk kepala, Pasien nampak meringis
menahan nyeri.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, mengkaji kerontokan dan
kebersihan rambut, kaji pembengkakan pada muka.
d. Mata
Inspeksi : Keadaan pupil isokor atau anisokor, refleks cahaya tidak ada gangguan,
konjungtiva anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan atau peningkatan tekanan intraokuler pada kedua
bola mata.
e. Hidung
Inspeksi : Bersih, tidak terdapat polip, tidak terdapat nafas cuping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung
f. Telinga
Inspeksi : simetris telinga kanan dan kiri, tidak ada luka, telinga bersih tidak ada
serumen.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan

14
g. Mulut
Inspeksi : tidak ada kelainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan,
sianosis atau tidak, pembengkakkan, lesi, amati adanya stomatitis pada mulut,
amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan
gigi.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada pipi dan mulut bagian dalam.
h. Leher
Inspeksi : tidak ada luka, kesimetrisan, masa abnormal
Palpasi : mengkaji adanya distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid.
i. Thorak :
1) Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat luka, ekspansi dada simetri
Palpasi : Tidaknya nyeri tekan, vokal fremitussama antara kanan dan kiri
Perkusi : normalnya berbunyi sonor.
Auskultasi : normalnya terdengar vasikuler pada kedua paru.
2) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 4 & 5 mid clavicula sinistra.
Perkusi : normalya terdengar pekak
Auskultasi : normalnya terdengan tunggal suara jantung pertama dan suara
jantung kedua.

15
3) Abdomen
Inspeksi : tidak ada odema, tidak terdapat lesi
Auskultasi : dengarkan bising usus apakah normal 5-20x/menit
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah
Perkusi : kaji suara apakah timpani atau hipertimpani
j. Ekstremitas
Atas
Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas, Integritas ROM
(Range of Motion), kekuatan dan tonus otot.
Palpasi : mengkaji bila terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
Bawah
Inspeksi : mengkaji kesimetrisan dan pergerakan ekstremitas atas, Integritas ROM
(Range of Motion), kekuatan dan tonus otot.
Palpasi : mengkaji bila terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas
k. Integritas kulit
Inspeksi : warna kulit, kelembapan, akral hangat atau tidak
Palpasi : integritas kulit, CRT (Capilary Refil Time) pada jari normalnya < 2 detik
l. Genetalia
Inspeksi : laki-laki, terpasang folley kateter 3 lubang (treeway catheter) dengan
Irigasi NaCl 0,9% (urine berwarna merah muda kemerahan hingga merah muda
jernih setelah pembedahan)

I. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Leukosit dan sedimentasi meningkat infeksi atau peradangan.
b. HB,HT,Trombosit menurun perdarahan.
c. Protombin time (PT) meningkat perdarahan.
d. Alkali phospat meningkat Ca sudah mengenai tulang.
e. BUN dan kreatinin serum meningkat gagal ginjal.
f. Kultur urine/darah jenis mikroorganisme.
2. Cytoscopy,EKG, biopi prostat.
3. Pemeriksaan Uroflowmetri

16
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin.
Secara obyektif pancaran urin dapat diperiksa dengan uroflowmeter dengan
penilaian :
a. Flow rate maksimal  15 ml / dtk = non obstruktif.
b. Flow rate maksimal 10 – 15 ml / dtk = border line.
c. Flow rate maksimal  10 ml / dtk = obstruktif.
4. Pemeriksaan Imaging dan Rontgenologik
a. BOF (Buik Overzich) : untuk menilai adanya batu dan metastase
pada tulang.
b. USG (Ultrasonografi), digunakan untuk memeriksa konsistensi
volume dan besar prostate juga keadaan buli-buli termasuk residual
urine. Pemeriksaan dapat dilakukan secara transrektal, transurethral,
dan supra pubik.
c. IVP (Pyelografi Inravena), digunakan untuk melihat exkresi ginjal
dan adanya hidronefrosis.
d. Pemeriksaan panendoskop : untuk mengetahui keadaan uretra dan
buli-buli (Padila, 2013 dalam Annisa, 2017).

J. Informasi Tambahan
Berdasarkan perkembangan penyakitnya menurut Sjamsuhidayat dan De
Jong (2011) secara klinis penyakit bph dibagi menjadi 4 derajat :
1. Derajat 1, apabila ditemukan keluhan prostasismus, pada colok dubur
ditemukan penonjolan prostat, batas atas masih teraba dan sisa urine kurang dari
50 ml
2. Derajat 2, ditemukan penonjolan prostat lebih jelas pada colok dubur
dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volume urine 50 sampai 100 ml
3. Derajat 3, pada saat dilakukan pemeriksaan colok dubur batas atas
prostat tidak dapat diraba dan sisa volume urine lebih dari 100 ml
4. Derajat 4, apabila sudah terjadi retensi urine total

17
K. Analisa Data
Data Senjang Masalah
Etiologi
(DS dan DO) Keperawatan
DS: Produksi testosterone Nyeri Akut
- Mengeluh nyeri metrogen menurun dan (D.0077)
estrogen meningkat
DO:

- Tampak meringis BPH
- Gelisah 
Pre operasi
- Frekuensi nadi meningkat

- TD meningkat Pembesaran prostat
- Bersikap perotektif 
Penyempitan uretra pars
prostat

Urine terhambat

Tekanan intravesika
meningkat

Retensi VU meningkat

Retensi urine

Detensi VU

Nyeri Akut
DS: Produksi testosterone Ansietas
- Merasa bingung metrogen menurun dan (D.0080)
estrogen meningkat
- Merasa khawatir
- Mengeluh pusing BPH
- Anoreksia 
Pre operasi
- Merasa tidak berdaya

DO: Pembesaran prostat
- Tampak gelisah 
- Tampak tegang Penyempitan uretra pars
prostat

18
Data Senjang Masalah
Etiologi
(DS dan DO) Keperawatan
- Sulit tidur 
- Frekuensi nafas meningkat Urine terhambat

- Muka tampak pucat
Tekanan intravesika
- TD meningkat meningkat

Retensi VU meningkat

Retensi urine

Detensi VU

Nyeri Akut

Gelisah

Kondisi tubuh tidak baik

Ansietas
DS: Produksi testosterone Defisit
- Menanyakan masalah yang metrogen menurun dan Pengetahuan
estrogen meningkat
dihadapi (D.0111)

DO: BPH
- Menunjukkan perilaku tidak 
Post operasi
sesuai anjuran

- Menunjukkan perilaku prostalektomi
berlebihan 
- menjalani pemeriksaan yang Kurangnya informasi pasca
bedah
tidak tepat

Defisit Pengetahuan

DS: - Produksi testosterone Resiko Infeksi


DO:- metrogen menurun dan (D.0142)
estrogen meningkat

19
Data Senjang Masalah
Etiologi
(DS dan DO) Keperawatan
BPH

Post operasi

prostalektomi

Kurangnya informasi pasca
bedah

Kurangnya perawatan

Bakteri mudah masuk

Resiko infeksi
DS: - Produksi testosterone Resiko
DO:- metrogen menurun dan Hipovolemia
estrogen meningkat
(D.0034)

BPH

Post operasi

prostalektomi

Trauma bekas insisi

Perdarahan

Resiko hypovolemia
DS: Produksi testosterone Intoleransi
- Mengeluh lelah metrogen menurun dan Aktivitas
estrogen meningkat
- Dispnea saat/ setelah aktivitas (D.0056)

- Merasa tidak nyaman setelah BPH
beraktivitas 
Post operasi
- Merasa lemah

DO: prostalektomi

20
Data Senjang Masalah
Etiologi
(DS dan DO) Keperawatan
- Frekuensi jantung meningkat 
>20% dari kondisi istirahat Trauma bekas insisi

- Sianosis
Perdarahan
- Gambaran EKG 
menunjukkan iskemia Anemia
- Gambaran EKG 
Intoleransi aktivitas
menunjukkan aritmia saat/
setelah aktivitas
- Tekanan darah beubah
>20%ndari kondisi istirahat

DS: Produksi testosterone Retensi Urine


- Sensasi penuh pada kandung metrogen menurun dan (D.0050)
estrogen meningkat
kemih

- Dribbling BPH
DO: 
Post operasi
- Disuria/anuria

- Distensi kandung kemih prostalektomi
- Inkontinensia berlebih 
- Residu urine 150 ml atau Kurangnya informasi pasca
bedah
lebih

Kurangnya perawatan

Bakteri mudah masuk

Resiko infeksi

Terjjadi obstruksi

Retensi Urine
DS: Produksi testosterone Gangguan
- Desakan berkemih (Urgensi) metrogen menurun dan Eliminasi

21
Data Senjang Masalah
Etiologi
(DS dan DO) Keperawatan
- Urine menetes (dribbling) estrogen meningkat Urine
- Sering buang air kecil  (D.0040)
BPH
- Nokturia

- Mengompol Pre operasi
- Euresis 
DO: Pembesaran prostat

- Distensi kandung kemih
Penyempitan uretra pars
- Berkemih tidak tuntas prostat
(hesitancy) 
Urine terhambat
- Volume residu urine

meningkat Tekanan intravesika
meningkat
-D 
Retensi VU meningkat

Otot-otot destrusor menebal

Terbentuknya sukula/trabekula

Kemampuan fungsi VU
menurun

Sensivitas VU menurun

Upaya berkemih menurun

Gangguan eliminasi urine

L. Diagnosa Keperawatan Menurut Prioritas


1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengeluh nyeri
dan tampak meringis
2. Gangguan Eliminasi Urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d
desakan berkemih dan distensi kandung kemih

22
3. Retensi Urine b.d penigkatan tekanan uretra d.d sensai penuh pada
kandung kemih dan dysuria/ anuria
4. Intoleransi Aktivitas b.d tirah baring d.d mengeluh lelah, dan Tekanan
darah meningkat
5. Ansietas b.d kurang terpapar informasi d.d pasien merasa bingung dan
tampak gelisah
6. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi d.d keluarga pasien
menanyakan masalah yang dihadapi dan pasien menunjukkan perilaku tidak
sesuai dengan anjuran
7. Resiko Hipovolemia
8. Resiko Infeksi b.d efek prosedur invasif

M. Intervensi Keperawatan
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
(1) Setelah dilakukan Manajemen
Nyeri Akut tindakan keperawatan Nyeri
(D.0077) selama 2x24 jam O : Identifikasi R/ Untuk

diharapkan nyeri akut lokasi, mengetahui

dapat teratasi dengan karakteristik, kondisi nyeri

kriteria hasil durasi, yang dirasakan

Kriteria IR ER frekuensi, pasien

Keluhan 3 5 kualitas
nyeri intensitas nyeri
Meringis 3 5
R/ Untuk
Sikap 3 5 N : Berikan
mengurangi
protektif teknik non
nyeri yang
Gelisah 3 5 farmakologis
dirasakan pasien
Kesulitan 3 5 untuk
agar pasien
tidur mengurangi rasa
dapat
nyeri
beristirahat
R/ Agar pasien

23
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
E : Jelaskan dan keluarga
penyebab mengetahui
periode dan penyebabnya
pemicu nyeri
R/ Untuk
K : Kolaborasi menurunkan
pemberian nyeri
analgetik
(2) Setelah dilakukan Manajemen
Gangguan tindakan keperawatan Eliminasi Urin
Eliminasi selama 2x24 jam O Monitor R/ Untuk
:
Urin diharapkan Eliminasi eliminasi urine mengetahui

(D.0040) Urine dapat teratasi frekuensi,

dengan kriteria hasil: volume dan

Kriteria IR ER warna urine

Sensasi 3 5
N : Catat waktu- R/ Untuk
berkemih
waktu haluaran mengetahui
Desakan 3 5
berkemiih waktu haluaran
berkemih
berkemih
(urgensi)
Distensi 3 5
E : Anjurkan R/ Untuk
kandung
minum yang memperlancar
kemih
cuku, jika tidak eliminasi urin
(hesitancy
ada kontra
)
indikasi
Nokturia 3 5
Frekuensi 3 5 K : Kolaborasi R/ Untuk
BAK pemberian obat mengobati
supositoria infeksi jamur
uretra, jika perlu atau bakteri

24
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
(3) Setelah dilakukan Kateterisasi
Retensi Urin tindakan keperawatan Urine
(D.0050) selama 2x24 Periksa R/ Untuk
jam O :
diharapkan Eliminasi kondisi pasien mengetahui
Urine dapat teratasi (mis. kondisi pasien

dengan kriteria hasil: Kesadaran, ttv,


Kriteria IR ER distensi
Sensasi 3 5 kandung kemih,
berkemih inkontinensia
Desakan 3 5 urine, reflex
berkemih berkemih)
(urgensi) R/ Agar
Distensi 3 5 N : Siapkan
mempermudah
kandung peralatan,
dalam
kemih bahan-bahan
melakukan
(hesitancy dan ruangan
tindakan
) tindakan

Nokturia 3 5 R/ Untuk
E : Jelaskan
Frekuensi 3 5 membantu
tujuan dan
BAK mengosongkan
prosedur
kandung kemih
pemasangan
kateter urine

K :-
(4) Setelah dilakukan Manajemen
Intoleransi tindakan keperawatan Energi
Aktivitas selama 2x24 jam O : Identifikasi R/ Untuk
(D.0056) diharapkan Toleransi gangguan fungsi mengetahui
Aktivitas dapat teratasi tubuh yang gangguan fungsi
tubuh yang

25
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
dengan kriteria hasil: mengakibatkan mengakibatkan
Kriteria IR ER kelelahan kelelahan
Frekuensi 3 5
nafas R/ Agar pasien
Frekuensi 3 5 N : Sediakan dapat nyaman

nafas lingkungan dan tenang

Keluhan 3 5 yang nyaman

lelah dan rendah

Perasaan 3 5 stimulus
R/ Agar pasien
lemah
E : Anjurkan dapat
Dyspnea 3 5
tirah baring beristirahat
saat
beraktivita
R/ Agar pasien
s
K : Kolaborasi dapat kembali
dengan ahli gizi bugar tidak
tentang cara lemah/lelah
meningkatkan
asupan makanan
(5) Setelah dilakukan Terapi
Ansietas tindakan keperawatan Relaksasi
(D.0080) selama 2x24 jam O : Identifikasi R/ Untuk

diharapkan Tingkat teknik relaksasi mengidentifikasi

ansietas dapat teratasi yang pernah teknik relaksasi

dengan kriteria hasil: efektif yang pernah

Kriteria IR ER digunakan dilakukan

Konsentrasi 3 5
N : Gunakan R/ Agar pasien
Pola tidur 3 5
relaksasi dapat relaksasi
Perilaku 3 5
gelisah sebagai sebagai
strategi

26
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
Perilaku 3 5 penunjang
tegang dengan
Anoreksia 3 5 analgetik atau
tindakan medis
lain, jika perlu

R/ Agar pasien
E : Anjurkan
dapat merasakan
rileks dan
sensasi rileksasi
merasakan
sensasi relaksasi

K:-

(6) Setelah dilakukan Edukasi


Defisit tindakan keperawatan Kesehatan
Pengetahuan selama 2x24 jam O : Identifikasi R/ Untuk
(D.0111) diharapkan tingkat kesiapan dan mengetahui
pengetahuan dapat kemampuan kesiapan dan

teratasi dengan kriteria menerima kemampuan

hasil: informasi pasien dalam

Kriteria IR ER menerima

Perilaku 3 5 informasi

sesuai
N : Sediakan R/ Untuk
anjuran
materi dan menambah
Pertanyaan 3 5
media pengetahuan lagi
tentang
pendidikan agar ps dan
masalah
kesehatan keluarga paham
yang
tentang
dihadapi
penyakitnya
Persepsi 3 5

27
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
yang keliru E : Jelaskan
Menjalani 3 5 faktor resiko R/ Agar pasien
pemeriksaan yang dapat dapat mengikuti
yang tidak mempengaruhi anjuran perawat
tepat kesehatan dan dokter
Perilaku 3 5
sesuai K :-
dengan
pengetahuan
(7) Setelah dilakukan Pemantauan
Resiko tindakan keperawatan Cairan
Hipovolemia selama 2x24 Monitor R/ Untuk
jam O :
(D.0034) diharapkan status cairan jumlah, warna mengetahui
dapat teratasi dengan dan berat jenis jumlah, warna
kriteria hasil: urine dan berat jenis

Kriteria IR ER cairan

Kekuatan 3 5
nadi N : Dokumen- R/ Untuk

Output 3 5 tasikan hasil mengetahui hasil


pemantauan dari pemantauan
urine
Intake 3 5
E : Jelaskan R/ Agar tidak
cairan
tujuan dan terjadi
Membran 3 5
prosedur kekurangan
e mukosa
pemantauan cairan
Oliguria 3 5

K :-

(8) Setelah dilakukan Pencegahan


Resiko infeksi tindakan keperawatan Infeksi
selama 2x24 jam O : Monitor R/ Untuk

28
Dx. Rencana
Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
(D.0142) diharapkan Tingkat tanda dan gejala mengetahui
ineksi infeksi dapat infeksi lokal tanda dan gejala
teratasi dengan kriteria dan sistemik infeksi
hasil:
Kriteria IR ER N : Pertahankan R/ Untuk
Demam 3 5 teknik aseptic mencegah
Kemeraha 3 5 pada pasien terjadinya
n beresiko tinggi infeksi

Nyeri 3 5
Bengkak 3 5 E : Jelaskan R/ Agar pasien
tanda dan gejala dan keluarga
Letargi 3 5
infeksi paham mengenai
tanda dan gejala
infeksi

K : Kolaborasi R/ Untuk
pemberian menghindari
imunisasi terjadinya
infeksi

29
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini pnulis akan menjelaskan dan membahas mengenai asuhan
keperawatan pada Jk. D dengan gangguan sistem neuro/syaraf Cedera Kepala
Sedang di Runag Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Daerah Gunung Jati
Cirebon

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 64 Tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Drunten Kulon – Gabus Wetan
Tanggal Masuk : 9 Desenber 2021
Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
No. Rm : 156615
Diagnosa Medis : Post Prostatectomy Suprapubic BPH POD II
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. T
Umur : 40 Tahun
Hubungan : Anak
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Drunten Kulon – Gabus Wetan

30
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama
Nyeri pada luka operasi
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Kabupaten Indramayu pada tanggal 09
Desember 2021 pukul 18.30 WIB dengan keluhan nyeri tidak bias BAK. Nyeri
bertambah jika pasien ingin BAK, BAK hanya sedikit, hanya menetes, BAK tidak
tuntas, selesai BAK tidak merasa lega. Nyeri seperti ditekan – tekan, nyeri pada
pubis dan kemaluan, skala nyeri 7 (numeric pain scale 0-10), nyeri berkurang saat
BAK keluar walaupun sedikit, nyeri hilang timbul. Pada tanggal 10 Desember
2021 pukul 10.00-11.00 WIB, pasien dilakukan operasi open prostatectomy
suprapubic. Setelah operasi pada selang irigasi terdapat banyak darah / stosel
sehingga alirannya tidak lancar, sehingga dilakukan operasi ulang pada tanggal 11
Desember 2021.
Pada saat pengkajian tanggal 13 Desember 2021 pukul 11.00 WIB
pasien mengatakan nyeri pada luka operasi. Nyeri bertambah saat pasien bergerak,
sehingga pasien enggan bergerak karena takut diselang irigasi dan drainasenya
tidak lancar lagi, nyeri yang dirasakan pasien seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada
luka operasi, pada pubis dan kemaluan, skala nyeri 6 (numeric pain scale 0-10),
nyeri hilang timbul.
c. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes meilitus sejak ±
2 tahun yang lalu. Pasien mengatakan semenjak memiliki penyakit DM ia sudah
tidak merokok dan minum kopi lagi. Pasien pernah dirawat di RS karena penyakit
DM.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan ibunya juga memiliki penyakit DM, selain itu adik
pasien memiliki riwayat penyakit seperti yang klien rasakan sekarang (BPH).
Genogram :
Di dalam keluarga pasien mengatakan anak kedua dari 5 bersaudara,
istri pasien sudah meninggal dunia ± 3 bulan yang lalu. Pasien mempunyai anak 2,
keduanya perempuan. Anak pertama sudah menikah dan mempunyai anak 2

31
perempuan dan laki-laki, sedangkan anak kedua pun sudah menikah dan
mempunyai anak 2 yaitu laki-laki dan perempuan. Pasien mempunyai 4 orang
cucu. Pasien tinggal bersama anak kedua (dan suaminya) serta cucu ketiga dan
keempat.

Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Pasien
: Hubungan keluarga
: Meninggal

e. Diagnosa Medis Dan Terapi


Diagnosa medis : Benigna Prostat Hypeplasia (BPH) post
prostatectomy post operate day (POD) II.
Terapi yang dilakukan : Irigasi kateter

32
3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural)
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Pasien mengatakan jika pasien sakit berobat ke pelayanan kesehatan
terdekat misalnya ke puskesmas, klinik atau langsung ke rumah sakit. Pasien
mengatakan memperhatikan kondisi keehatannya.
b. Pola Nutrisi - Metabolik
1) Sebelum sakit : jenis makanan nasi + lauk pauk, sayur, buah,
makan 3x sehari, 1 porsi habis. Pasien jarang minum air putih , 1 hari ± 3 gelas,
dan suka minum teh.
2) Saat sakit : jenis makanan nasi + lauk pauk, bubur, sayur, buah,
makan 3x sehari, 1 porsi habis, minum air putih ± 6 gelas.
c. Pola Eliminasi
1) BAB
a) Sebelum sakit : bab 1x sehari, konsistensi lembek, bau khas, warna
kuning
b) Saat sakit : selama di RS belum BAB
2) BAK
a) Sebelum Sakit: ± 3x sehari, pasien suka menahan BAK
b) Saat Sakit: terpasang kateter urine dan irigasi kateter
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum 
Mandi 
Toileting 
Berpindah 
Berpakaian 
Keterangan 0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total
2) Latihan
a) Sebelum sakit : Pasien suka berolahraga, jalan santai, dll
b) Saat sakit : Pasien bedrest

33
e. Pola Kognitif dan Persepsi
Orientasi baik, bicara sedikit tidak jelas, bahasa yan digunakan bahasa
Jawa, kemampuan bicara baik, kemampuan interaksi sesuai, pasien menerima
penyakitnya, tetapi pasien suka bertanya tentang kondisinya.
f. Pola Persepsi - Konsep Diri
Pasien mengatakan walaupun sekarang keadaannya sedang sakit pasien
yakin bisa sembuh dan dapat kembali sehat seperti semula. Pasien ingin kembali
bekerja untuk anak dan cucunya. Pasien ingin menjadi ayah dan kakek yang baik
g. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sebelum sakit : pasien tidur siang ±1 jam, nyenyak, tidur malam ±7
jam, nyenyak
2) Saat sakit : tidur siang ±2 jam, tidur malam ±8 jam kurang nyenyak
karena nyeri dan cemas
h. Pola Peran - Hubungan Hubungan
Hubungan pasien dengan keluarga baik, begitupun dengan tetangganya.
Pasien sebagai ayah ikut serta mengurus keluarga
i. Pola Seksual - Reproduksi
Pasien mempunyai 2 anak dan 4 cucu dari kedua anaknya
j. Pola Toleransi Stres - Koping
Pasien mengatakan ketika ada masalah dirinya selalu bercerita kepada
anaknya (sejak istrinya meninggal) mencari solusi bersama
k. Pola Nilai - Kepercayaan
Pasien mengatakan ikhlas menerima penyakit yang dideritanya karena
sebagai manusia dirinya hanya bias ikhtiar, Allah yang menakdirkan umatnya

II. PENGKAJIAN FISIK


Keadaan umum : Tampak Lemah
Tingkat kesadaran : Compos mentis
GCS : 15 (E4 M6 V5)
Tanda-tanda vital :
1. Frekuensi nadi : 85 x/ menit

34
2. Suhu : 37ºC
3. Tekanan darah : 130/80 mmHg
4. Frekuensi nafas : 24 x/menit

a. Kepala dan Leher


Rambut hitam, tidak terdapat benjolan, pergerakan bola mata
baik, konjungtiva an anemis, hidung bersih, tidak terdapatnya nyeri tekan di
area hidung, mulut bersih, mukosa bibir kering, telinga simetris,
pendengaran baik, pada leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, dan
tidak ada nyeri tekan.
b. Dada
1) Paru-paru : bentuk dada kiri dan kanan simetris, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan pada dada, bunyi perkusi sonor, saat diauskultasi vesikuler
2) Jantung: tidak ada keluhan, bentuk dada simetris, tidak ada nyeri
tekan, saat diperkusi redup, saat diauskultasi terdengar BJ 1 & 2
c. Payudara dan Ketiak
Kedua payudara simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada lesi,
tidak ada nyeri tekan, ketiak tidak ada lesi, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
ada benjolan
d. Abdomen
Bentuk simetris, terdapat luka operasi, di suprapubic, terdapat
nyeri tekan pada luka operasi dan sekitarnya, panjang luka ±12 cm, bunyi
tympani saat diperkusi, terdengar bising usus 11 x/ menit. Terpasang drain
dengan output berwarna merah (darah) ±50 cc
e. Genitalia
Terpasang kateter urin twoway dengan irigasi kateter, irigasi
lancar, warna jernih ada kemerahan output ±200 cc.
f. Integumen
Warna kulit sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi, akral
teraba hangat,
g. Ekstremitas

35
Atas : terpasang infus RL 20 tpm di bagian ekstremitas atas
sinistra, teraba hangat, kekuatan otot 5 (0-5).
Bawah : terdapat reflex patella baik, kekuatan otot 5 (0-5) , tetapi
pasien enggan bergerak karena takut aliran iigasinya tidak lancar
h. Neurologi Status
1) Status mental dan emosi : mental pasien baik, emosi dapat
terkontrol
2) Pengkajian saraf kranial : tidak ada keluhan
3) Pemeriksaan refleks : menelan, mengunyah baik, releks patella
baik

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 09 Desember 2021
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan Interpretasi
.
Hematologi
Darah Lengkap
1. Leukosit 8.600 4.400 – 11.300 /uL Normal
2. Eritrosit 4.5 4.4 - 5.5 10 ^ 6 Normal
µL
3. Hemoglobin 14.2 13.2 - 17.3 g/dl Normal
4. Hematokrit 43.0 40 – 50 % Normal
5. Trombosit 367.000 150.000 – µL Normal
400.000
6. MCV 87 80 – 100 fL Normal
7. MCH 28,8 28 – 33 pg Normal
8, MCHC 33,0 33 – 36 g/dl Normal
9. RDW-CV 12,4 11,5 – 14,1 % Normal
Hitung Jenis
10. BAS % 1 0–1 % Normal
11. EOS % 2 2–4 % Normal

36
12. STAB % 0 2–6 % Menurun
13. NEU % 60 50 – 70 % Normal
14. LYM % 33 25 – 40 % Normal
15. MON % 4 2–8 % Normal
16. Masa Pembekuan 7’00” 6 – 15 Menit Normal
17. Masa Perdarahan 3’00” 1–3 Menit Normal
Kimia Klinik
Glukosa Darah
18. Glukosa Sewaktu 105 74 – 180 mg/dl Normal

2. Pemeriksaan Radiologi
Pada tanggal 8 Desember 2021. Hasil pemeriksaan USG abdomen
Kesan:
a) Pembesaran prostat dengan prostrusio intra resila grade III sugestif
ec. Benigna Prostat Hypertrophy
b) Cystitis
c) USG hepar, kandung empedu, ginjal kanan / kiri saat ini tidak ada
kelainan.
3. Pemeriksaan Penunjang Diagnostic Lain
Pada tanggal 9 Desember 2021. Hasil perekaman EKG: Normal Sinus
Rhythm

IV. PROGRAM PENGOBATAN


1. Infus RL 20 Tpm
2. Ceftriaxone 1x1 gram IV (skin test)
3. Ranitidine 2x1 ampul IV
4. Omeprazole 1x1 ampul IV
5. Ketorolac 3x30 mg IV
Obat tanggal 13 Desember 2021
1. Levofloxacin 1x750 jam 12.00
2. Asam tranexamat 3x500 jam 12.00, 20.00, 04.00

37
V. ANALISA DATA
Nama klien : Tn. R Tanggal Masuk : 9 Desember 2021
Ruangan : Manalagi 2 Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
Dx. Medis : BPH Post Prostectomy Suprapubic POD II
Masalah
Data Subjektif Data Objektif Etiologi
Keperawatan
pasien mengatakan - Tampak Idiopatik Penuaan
nyer, nyeri meringis 
bertambah saat - Enggan Perubahan
pasien bergerak, bergerak keseimbangan
sehingga pasien - Gelisah ingin estrogen &
enggan bergerak merubah posisi progesteron
karena tkut diselang tapi takut 
irigasi dan drainnya produksi testosteron
tidak lancer lagi, metrogen menurun,
nyeri seperti estrogen meningkat
ditusuk-tusuk, nyeri 
pada luka operasi, BPH
Nyeri Akut
pada pubis dan 
(D.0077)
kemaluan, skala Post Operasi
nyeri 6 (numeric

pain scale 0-10),
Prostatektomi
nyeri hilang timbul

Trauma bekas irigasi

Nyeri akut

Pasien mengatakan - Terdapat luka Idiopatik Penuaan Gangguan

38
Masalah
Data Subjektif Data Objektif Etiologi
Keperawatan
nyeri pada luka operasi di 
operasi, pasien daerah Perubahan
enggan bergerak suprapubic keseimbangan
karena takut irigasi - Terpasang estrogen &
dan drain nya tidak kateter urine progesteron
lancer lagi dengan irigasi 
kateter, irigasi produksi testosteron
lancer, warna metrogen menurun,
jernih ada estrogen meningkat
sedikit integritas kulit/

kemerahan saat jaringan
BPH
output (D.019)

- Urin output Post Operasi
±200 cc

- Terpasang
Prostatektomi
drainase output

±50 cc
Trauma bekas irigasi

Gangguan Integritas
Kulit / Jaringan
Pasien mengatakan - Pasien tampak Idiopatik Penuaan Ansietas
enggan bergerak gelisah dan  (D.0080)
karena takut irigasi tegang Perubahan
dan drainnya tidak - Pasien sulit keseimbangan
lancar lagi tidur/kurang estrogen &
nyenyak karena progesteron
cemas dan nyeri 
- Pasien sering produksi testosteron
bertanya tentang metrogen menurun,
kondisinya estrogen meningkat

39
Masalah
Data Subjektif Data Objektif Etiologi
Keperawatan

BPH

Post Operasi

Prostatektomi

Khawatir dengan
kondisi yang dihadapi

Ansietas

VI. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi, nyeri bertambah saat pasien bergerak, sehingga pasien enggan
bergerak karena tkut diselang irigasi dan drainnya tidak lancer lagi, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, nyeri pada luka operasi, pada pubis dan kemaluan, skala nyeri 6
(numeric pain scale 0-10), nyeri hilang timbul, tampak meringis, enggan bergerak,
gelisah ingin merubah posisi tapi takut.
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi, efek
prosedur inovatif/ pembedahan d.d pasien mengatakan nyeri pada luka operasi,
pasien enggan bergerak, karena takut irigasi dan drainnya tidak lancer lagi,
terdapat luka operasi disuprapubic, terpasang irigasi kateter, irigasi lancer warna
jernih tidak ada kemeraham output ±200 cc, terpasang drainase output ±50 cc.
3. Ansietas b.d. krisis situasional d.d. Pasien mengatakan enggan
bergerak karena takut irigasi dan drainnya tidak lancar lagi, pasien tampak gelisah
dan tegang, pasien sulit tidur/kurang nyenyak karena cemas dan nyeri, pasien
sering bertanya tentang kondisinya

40
VII. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Nama klien : Tn. R Tanggal Masuk : 8 Desember 2021


Ruangan : Manalagi 2 Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
Diagnosa Tujuan Rencana Rasional
keperawatan Tindakan
1 Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Nyeri Akut tindakan keperawatan O: Identifikasi lokasi, R/ untuk mengetahui
(D.0077) selama 2x24 jam karakteristik, durasi, kondisi nyeri yang
diharapkan nyeri akut frekuensi, kualitas dirasakan pasien
dapat teratasi dengan intensitas nyeri
kriteria hasil N: Berikan teknik non R/ untuk mengurangi

Kriteria IR ER farmakologis untuk nyeri yang dirasakan

Keluhan 3 5 mengurangi rasa nyeri pasien agar pasien

nyeri dapat beristirahat

Meringis 3 5 E: Jelaskan penyebab R/ agar pasien dan

Sikap 3 5 periode dan pemicu keluarga mengetahui

protektif nyeri penyebabnya

Gelisah 3 5 K: Kolaborasi R/ untuk


pemberian analgetik menurunkan nyeri
Kesulitan 3 5
tidur (Ketorolac 3x30 mg IV)

2 Setelah dilakukan Perawatan Luka


Gangguan tindakan keperawatan O: Monitor R/ untuk mengetahui
Integritas selama 3x24 jam karakteristik luka (mis. karakteristik luka
Kulit/Jaringan diharapkan gangguan Drainase, warna,
(D.0129) integritas kulit/jaringan ukuran, bau) R/ agar luka tetap

dapat teratasi dengan N: Pertahankan teknik steril mencegah

kriteria hasil : steril saat melakukan infeksi

Kriteria IR ER perawatan luka R/ untuk

Kerusakan 3 5 E: Anjurkan mempercepat

jaringan mengkonsumsi penyembuhan luka

Kerusakan 3 5 makanan tinggi kalori

41
lapisan dan protein R/ untuk mencegah
kulit K: Kolaborasi infeksi
Nyeri 3 5 pemberian antibiotic
Perdarahan 3 5 (Lefofloxacin 1x750)
3 Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
Ansietas tindakan keperawatan O : Monitor tanda-tanda R/ untuk memantau
(D.0080) selama 3x24 jam ansietas (verbal dan tanda-tanda ansietas
diharapkan ansietas nonverbal)
teratasi dengan kriteria N : Ciptakan suasana R/ untuk

hasil : terapeutik untuk menciptakan BHSP

Kriteria IR ER menumbuhkan kepafa pasien dan

Verbalisasi 3 5 kepercayaan keluarga

khawatir E : Anjurkan krluarga R/ agar pasien

akibat untuk tetap bersama merasa tenang

kondisi pasien
K : Kolaborasi R/ untuk mengurangi
yang
pemberian obat ansietas
dihadapi
Perilaku 3 5 antiansietas, jika perlu
gelisah
Perilaku 3 5
tegang

42
VIII. CATATAN PERAWATAN (IMPLEMENTASI)

Nama klien : Tn. R Tanggal Masuk : 8 Desember 2021


Ruangan : Manalagi 2 Tanggal Pengkajian : 13 Desember 2021
Diagnosa
Paraf & nama
Keperawata Waktu Tindakan
mahasiswa
n
1 13/12/2021 1. Mengidentifikasi lokasi, Kelompok 2
Nyeri Akut karakteristik, durasi, frekuensi,
(D.0077) 11.00 WIB kualitas nyeri
R/ pasien mengatakan nyeri
pada luka operasi, pada pubis,
kemaluan, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri bertambah saat
pasien bergerak skala nyeri 6
(numeris pain scale 0-10), nyeri
hilang timbul,
2. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
nyeri
R/ pasien sudah dapat
melakukan relaksasi teknik
Tarik nafas dalam saat nyeri
datang
3. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
R/ pasien sudah diberi informasi
terkait penyebab, periode dan
pemicu nyeri
4. Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
R/ pasien sudah diberi obat

43
analgetik ketorolac 3x30mg IV
2 13/12/21 1. Memonitor karakteristik
Gangguan luka (mis. Drainase, warna,
integritas 11.15 WIB ukuran, bau)
kulit/ jaringan R/ luka pasien bagus, hanya ada
(D.029) keluhan nyeri saat dikaji pasien
belum dilakukan perawatan luka
2. Mempertahankan teknik
steril saat melakukan perawatan
luka
R/ saat dikaji pasien belum
dilakukan perawatan luka Kelompok 2
3. Menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
R/ pasien sudah mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan
protein
4. Mengkolaborasikan
pemberian antibiotic
R/ pasien sudah diberi obat
antibiotic levofloxacin 1x750
3 13/12/2021 1. Memonitor tanda-tanda Kelompok 2
Ansietas ansietas (verbal dan nonverbal)
(D.0080) 11.30 WIB R/ pajsien takut untuk bergerak
khawatir alijran ijrigasi dan
drainnya tidak lancar lagi
2. Menciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
R/ perawat sudah menjalin
BHSP dengan pasien, respon

44
pasien kooperatif
3. Menganjurkan keluarga
untuk tetap bersama pasien
R/ anak pasien selalu menemani
pasien
4. Mengkolaborasikan
pemberian obat antiansietas, jika
perlu
R/ pasien tidak perlu diberi obat
antiansietas

IX. CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien : Tn. R


Diagnosa Medis : BPH Post Prostatectomy POD II
Ruang Rawat : Ruang Manalagi 2

Tanggal No.Dx Kep SOAPIER TTD


14/12/2021 1 S : Pasien mengatakan masih Kelompok 2
Nyeri Akut nyeri pada luka operasi tetapi
(D.0077) sudah mulai berkurang skalanya
menjadi 4 (numeric pain scale 0-
10)
O : Pasien tampak meringis,
enggan merubah posisi, gelisah
A : Masalah teratasi sebsgian
P : Pertahankan intervensi
I:
- Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

45
R/ Pasien sudah dapat melakukan
relaksasi Tarik nafas dalam
- Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
R/ Pasien sudah diberi obat
analgetik ketorolac 3x30mg IV
E:
S : Pasien mengatakan masih
nyeri pada luka operasinya sudah
berkurang, pasien masih takut
untuk bergerak
O : Tampak meringis, gelisah,
enggan bergerak
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
R:-

14/12/2021 2 S : Pasien mengatakan masih Kelompok 2


Gangguan nyeri pada luka operasinya tetapi
Integritas sudah mulai berkurang
Kulit/ O : Terdapat luka operasi di
Jaringan suprapubik, panjang luka ±12 cm
(D.0129) A : Masalah teratasi sebsgian
P : Pertahankan intervensi
I:
- Menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
R/ Pasien sudah mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
- Mengkolaborasikan
pemberian antibiotik

46
R/ Pasien sudah diberi obat
antibiotik levofloxacin 1x750
E:
S : Pasien mengatakan masih
nyeri pada luka operasinya sudah
berkurang,
O : Terdapat luka operasi di
suprapubik
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
R:-

14/12/2021 3 S : Pasien mengatakan takutnya Kelompok 2


Ansietas sudah berkurang, pasien mencoba
(D.0080) miring kanan-kiri perlahan-lahan
O : Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebsgian
P : Pertahankan intervensi
I:
- Memonitor tanda-tanda
ansietas
R/ Cemas pasien sudah bekurang
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
R/ Pasien kooperatif
E:
S : Pasien mengatakan sudah
mencoba miring kanan-kiri
O : Tampak melakukan mobilisasi
sederhana
A : Masalah teratasi sebagian

47
P : Pertahankan intervensi
R:-

15/12/2021 1 S : Pasien mengatakan nyeri pada Kelompok 2


Nyeri Akut luka bekas operasinya mulai
(D.0077) berkurang skalanya menjadi 3
(numeric pain scale 0-10)
O : Pasien tampak lebih tenang
A : Masalah teratasi sebsgian
P : Pertahankan intervensi
I:
- Memberikan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
R/ Pasien sudah dapat melakukan
relaksasi Tarik nafas dalam
- Mengkolaborasikan
pemberian analgetik
R/ Pasien sudah diberi obat
analgetik ketorolac 3x30mg IV
E:
- S : Pasien mengatakan
masih nyeri pada luka operasinya
sudah berkurang
- O : Tampak lebih tenang
- A : Masalah teratasi
sebagian
- P : Pertahankan intervensi

R : Muncul diagnosa keperawatan


baru yaitu Hipertermia (D.0130)

48
S : Pasien mengatakan badannya
panas
O : Suhu tubuh pasien 38,0℃ ,
kulit teraba hangat
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi
I:
- Memonitor suhu tubuh
R/ suhu tubuh 38.0℃
- Memberikan cairan oral
R/ pasien sudah diminta untuk
banyak minum air putih
- Menganjurkan tirah baring
R/ pasien sudah berada pada
posisi bedrest
- Mengkolaborasikan
pemberian cairan dan elektrolit
intravena atau obat antipiretik
R/ pasien diberi paracetamol infus
E:
- S : Pasien mengatakan
sudah membaik, demamnya sudah
turun
- O : Suhu tubuh 37.6℃,
kulit masih teraba hangat
- A : Masalah teratasi
sebagian
- P : Pertahankan intervensi
R:-

15/12/2021 2 S : Pasien mengatakan masih Kelompok 2


Gangguan nyeri pada luka operasinya tetapi

49
Integritas sudah mulai berkurang
Kulit/ O : Terdapat luka operasi di
Jaringan suprapubik, panjang luka ±12 cm
(D.0129) A : Masalah teratasi sebsgian
P : Pertahankan intervensi
I:
- Menganjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
R/ Pasien sudah mengkonsumsi
makanan tinggi kalori dan protein
- Mengkolaborasikan
pemberian antibiotik
R/ Pasien sudah diberi obat
antibiotik levofloxacin 1x750
E:
S : Pasien mengatakan masih
nyeri pada luka operasinya sudah
berkurang,
O : Terdapat luka operasi di
suprapubik
A : Masalah belum teratasi
P : Pertahankan intervensi

15/12/2021 3 S : Pasien mengatakan takutnya Kelompok 2


Ansietas sudah berkurang, pasien mencoba
(D.0080) miring kanan-kiri perlahan-lahan,
pasien ingin mencoba duduk
tetapi takut
O : Pasien dalam posisi
semifowler
A : Masalah teratasi sebsgian

50
P : Pertahankan intervensi
I:
- Memonitor tanda-tanda
ansietas
R/ Cemas pasien sudah bekurang
- Menciptakan suasana
terapeutik untuk menumbuhkan
kepercayaan
R/ Pasien kooperatif
E:
S : Pasien mengatakan sudah
mencoba miring kanan-kiri, tetapi
kalau duduk masih takut
O : Tampak melakukan mobilisasi
sederhana
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi
R:-

51
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada


Tn. R dengan diagnose Post Prostatectomy Suprapubic, Benigna Prostate
Hiperplasi (BPH) Post Op Day (POD) II, di ruang Manalagi II RSUD
Indramayu, maka dalam bab ini penulis akan membahas kesenjangan teori
dan juga akan membahas kesulitan yang ditemukan dalam memberikan
asuhan terhadap Tn. R, dalam penyusunan asuhan keperawatan kami
merencanakan keperawatan yang meliputi pengkajian perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi dengan uraian sebagai berikut:
A. Analisis Pengkajian (Assesment Analyse)
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu keadaan dimana
kelenjar prostat mengalami pembesaran, memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan menutup orifisium
uretra (Smeltzer & Bare, 2013)
Hasil pengkajian pada Tn. R Pada saat pengkajian tanggal 13 Desember
2021 pukul 11.00 WIB pasien mengatakan nyeri pada luka operasi. Nyeri
bertambah saat pasien bergerak, sehingga pasien enggan bergerak karena takut
diselang irigasi dan drainasenya tidak lancar lagi, nyeri yang dirasakan pasien
seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada luka operasi, pada pubis dan kemaluan, skala
nyeri 6 (numeric pain scale 0-10), nyeri hilang timbul.
B. Analisis Diagnosa Keperawatan (Nursing Diagnose Analyse)
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok. Perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito, 2000).
Diagnosa Keperawatan yang muncul berdasarkan teori adalah nyeri
akut, gangguan eliminasi urine, retensi urine, intoleransi aktivitas, ansietas,
defisit pengetahuan, resiko hipovolemi dan resiko infeksi. Sementara itu
berdasarkan hasil pengkajian yang didapat, penulis menegakkan 3 (tiga)

52
diagnosa keperawatan yaitu nyeri akut, gangguan integritas kulit/jaringan
dan ansietas, adapun uraian diagnosa sebagai berikut :
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d pasien
mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri bertambah saat pasien bergerak,
sehingga pasien enggan bergerak karena tkut diselang irigasi dan drainnya
tidak lancer lagi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada luka operasi, pada
pubis dan kemaluan, skala nyeri 6 (numeric pain scale 0-10), nyeri hilang
timbul, tampak meringis, enggan bergerak, gelisah ingin merubah posisi tapi
takut.
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan
dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau
lambat dari berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (SDKI PPNI, 2016). Adapun batasan karakteristik diagnosa nyeri akut tanda
mayor objektif adalah mengeluh nyeri; tampak meringis; bersikap protektif;
gelisah; frekuensi nadi meningkat; dan sulit tidur. Sedangkan batasan karakteristik
diagnosa nyeri akut tanda minor adalah tekanan darah meningkat; pola napas
berubah; nafsu makan berubah; proses berpikir terganggu; diaphoresis; berfokus
pada diri sendiri; dan menarik diri (SDKI PPNI, 2016).
Penulis menegakkan diagnose nyeri akut karena saat pengkajian
pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri bertambah saat pasien
bergerak, sehingga pasien enggan bergerak karena tkut diselang irigasi dan
drainnya tidak lancer lagi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri pada luka
operasi, pada pubis dan kemaluan, skala nyeri 6 (numeric pain scale 0-10),
nyeri hilang timbul, tampak meringis, enggan bergerak, gelisah ingin
merubah posisi tapi takut.
Diagnosa tersebut kelompok kami prioritaskan karena menjadi keluhan
yang paling dirasakan oleh pasien pada saat itu dan apabila masalah tersebut tidak
segera ditangani akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien dan bisa
mengganggu aktifitas klien
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi,
efek prosedur inovatif/ pembedahan d.d pasien mengatakan nyeri pada luka
operasi, pasien enggan bergerak, karena takut irigasi dan drainnya tidak

53
lancer lagi, terdapat luka operasi disuprapubic, terpasang irigasi kateter,
irigasi lancer warna jernih tidak ada kemeraham output ±200 cc, terpasang
drainase output ±50 cc.
Kerusakan kulit (dermis dan / atau epidermis) atau jaringan (membrane
mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/atau
ligament) (SDKI PPNI, 2017). Adapun batasan karakteristik diagnosa gangguan
integritas kulit tanda mayor objektif adalah, kerusakan jaringan dan/atau lapisan
kulit. Sedangkan batasan karakteristik diagnosa gangguan integritas kulit tanda
minor adalah, nyeri, perdarahan, kemerahan, hematoma. (SDKI PPNI, 2017).
Penulis menegakan diagnosa gangguan integritas kulit/jaringan karena
saat pengkajian penulis mendapatkan hasil pasien mengatakan nyeri pada luka
operasi, pasien enggan bergerak karena takut irigasi dan drainnya tidak lancar
lagi, terdapat luka operasi disuprapubic, terpasang irigasi kateter, irigasi lancar
warna jernih tidak ada kemeraham output ±200 cc, terpasang drainase output ±50
cc. Analisis kelompok kami menegakkan diagnosa gangguan integritas
kulit/jaringan karena pasien telah menjalani operasi prostatectomy suprapubik
sehingga terdapat luka operasi akibat prosedur pembedahan tersebut.
3. Ansietas b.d. krisis situasional d.d. Pasien mengatakan enggan
bergerak karena takut irigasi dan drainnya tidak lancar lagi, pasien tampak
gelisah dan tegang, pasien sulit tidur/kurang nyenyak karena cemas dan
nyeri, pasien sering bertanya tentang kondisinya
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman. (SDKI
PPNI, 2017). Adapun batasan karakteristik diagnosa ansietas tanda mayor
subyektif adalah, merasa bingung, khawatir dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi, dan sulit berkonsentrasi. Tanda mayor obyektif adalah, tampak gelisah,
tampak tegang, dan sulittidur. Sedangkan batasan karakteristik minor subjektif
adalah, mengeluh pusing,anoreksia, palpitasi, merasa tidak berdaya. Tanda minor
objektif adalah frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaphoresis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu. (SDKI PPNI, 2017)

54
Penulis menegakkan diagnosa ansietas karena pada saat pengkajian
pasien mengatakan enggan bergerak karena takut irigasi dan drainnya tidak lancar
lagi, pasien tampak gelisah dan tegang, pasien sulit tidur/kurang nyenyak karena
cemas dan nyeri, pasien sering bertanya tentang kondisinya. Analisis dari
kelompok kami mengangkat diagnosa tersebut karena pasien kurang pengetahuan
mengenai mobilisasi untuk pasien post op prostatectomy ini sehingga bersikap
protektif atau enggan melalukan pergerakan karena cemas.
C. Analisis Tindakan Keperawatan (Nursing Implementation
Analyse
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatannya yang lebih
baik dengan menggambarkan kriteria hasil sesuai yang diharapkan (Potter &
Perry, 2005). Dalam melaksanakan asuhan keperawatan, penulis berkolaborasi
dengan tim medis lain serta melibatkan keluarga untuk mencapai tujuan yang
diharapkan.
Tindakan keperawatan utama pada diagnosa keperawatan nyeri akut
yang dilakukan pada pasien Tn. R dengan diagnosa Post Prostatectomy
Suprapubic, Benigna Prostate Hiperplasi (BPH) Post Op Day (POD) II,
diantaranya adalah mengkaji nyeri secara komprehensif atau PQRST (paliatife,
quality, regional, skala, dan time). Tindakan selanjutnya adalah mengajarkan
pasien tentang teknik non farmakologi distraksi relaksasi hal ini dapat membantu
menurunkan persepsi-respon nyeri dengan memanipulasi adaptasi fisiologis tubuh
terhadap nyeri dan memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang
singkat untuk mengatasi nyeri dalam beberapa menit (Nurarif, 2015). Kemudian
tindakan selanjutnya adalah menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri. Tindakan
terakhir pada diagnosa nyeri akut yaitu berkolaborasi pemberian obat analgetik
ketorolak 3x30 mg bolus. Adapun pemberian obat ketorolak befungsi untuk
mengurangi nyeri.
Pada diagnosa gangguan integritas kulit tindakan yang dilakukan
adalah memonitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
yang bertujuan untuk mengetahui perkembangan karakteristik luka pada
pasien. Tindakan selanjutnya adalah mempertahankan teknik steril saat

55
melakukan perawatan luka, tujuannya yaitu untuk mencegah luka dari
infeksi. Tindakan selnjutnya adalah menganjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein karena dengan mengkonsumsi tinggi kalori dan
protein dapat mempercepat proses penyembuhan daripada luka. Tindakan
selanjutnya adalah berkolaborasi pemberian antibiotik, karena pasien
terdapat luka post operasi maka berpotensi mengalami infeksi, maka dari itu
perlu diberikan antibiotik untuk mencegah terjadinya proses infeksi.
Pada diagnosa yang ketiga yaitu ansietas tindakan yang dilakukan
adalah tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal) untuk mengetahui tanda-tanda
ansietas terhadap apa yang pasien alami. Tindakan selanjutnya adalah
menciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan, hal ini perlu
diterapkan sebagai tenaga kesehatan khususnya perawat, karena terapeutik yang
baik dapat memotivasi pasien dalam proses penyembuhan. Tindakan selanjutnya
adalah menganjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, hal ini karena pasien
harus memerlukan pantauan intens karena pasien terpasang drainase yang di mana
drainase tersebut tidak boleh terhenti, maka salahsatu yang dapat memantau
perkembangan drainase tersebut yaitu keluarga pasien agar tidak terjadi sesuatu
hal yang tidak diinginkan seperti, drainase macet total, hal tersebut sangat
beresiko karena jika drainase macet total maka akan dilakukan tindakan operasi
ulang. Tindakan selanjutnya yaitu kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika
perlu.

56
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pasien Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) pada Tn. R
sesuai dengan teori yang ada, dijumpai beberapa data penting dari aspek
biologis, antara lain susah untuk berkemih, nyeri bila mau berkemih, dan
urine masih menetes setelah berkemih. Sebelum dilakukan operasi pasien
sering berkemih dimalam hari, tetapi urin yang keluar sedikit, kadang tidak
keluar sama sekali. Setelah dioperasi pasien mengalami nyeri luka operasi
dan sering terdapat gumpalan darah pada selang kateter pasien, pasien juga
mengalami perdarahan dengan urin berwarna merah. Aspek psikologis
pasien tampak cemas menghadapi prosedur bedah, ini merupakan operasi
kedua pasien, selalu bertanya tentang tindakan yang didapat.
2. Diagnosa keperawatan yang ada secara teori pada pasien BPH
juga dijumpai pada Tn. R. masalah keperawatan yang muncul pada Tn. R
sebelum operasi adalah retensi urine, nyeri akut, ansietas, dan sesudah
operasi nyeri akut, gangguan integritas kulit/jaringan dan ansietas
3. Tindakan keperawatan penting yang dilakukan pada pasien antara
lain tindakan mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi, tindakan ini efektif
untuk mengatsi nyeri pada pasien, tindakan penting lainya melakukan
pemasangan kateter pada pasien, tindakan ini efektif untuk mengatasi
retensi urin dan penghitungan balance cairan yang dilakukan irigasi yang
melibatkan pasien dan keluarga secara mandiri untuk melakukan
pencatatan, tindakan ini memberikan hasil yang positif, tindakan penting
lainya adalah memberikan informasi pada pasien tentang perawatan pre
operasi untuk mengatasi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan.
Namun ada beberapa keterbatasan yaitu pasien kurang paham, karena tidak
menggunakan media saat memberiakan edukasi.

B. Saran
1. Saat merawat pasien BPH perawat perlu melakukan pengkajian
secara komprehensif dari aspek biologis, psikologis dan spiritual.

57
Pengkajian dilakukan mulai dari anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk
mendapatkan data yang menunjang terhadap masalah pasien agar asuhan
keperawatan pasien dapat secara optimal
2. Perawat perlu ketelitian dalam menentukan diagnosa keperawatan
pasien, prioritas sebaiknya diutamakan berdasarkan tingkat kegawatan.
3. Perawat perlu mengaplikasikan intervensi keperawatan secara
mandiri seperti, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan edukasi,
melakukan pendokumentasian yang lengkap dan benar. Perawat saat
melakukan edukasi harus menggunakan media yang sesuai, oleh karena itu
ruangan perlu menyediakan media-media yang bisa digunakan untuk
pembelajaran pada pasien.

58
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E., Marry, F..M and Alice, C.G., 2011. Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien. Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Prabowo, Eko dan Andi Eko Pranata. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta : Hukum Medika

Purnomo, Basuki B. (2011). Dasar-dasar Urologi. Jakarta : CV Sagung Seto

Sjamsuhidajat R & Win De Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3.
Jakarta : EGC

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawata Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). (2016). Definisi dan Indikator


Diagnostik Edisi I. PPNI. Jakarta Selatan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). (2019). Definisi dan Kriteria


Keperawatan Edisi I. Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan

Standar Intervensi Keperawatan (SIKI). (2018). Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. PPNI. Jakarta Selatan

59

Anda mungkin juga menyukai