Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn. DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD STAGE V,

HIPERTENSI GRADE II, DM TIPE II, HIPOALBUMIN, CHF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sistem Perkemihan

Dosen Pengampu Wayunah, S.Kp.,M.Kep

Disusun Oleh :

Khofifah Indar Parawangsa

(R.18.01.040)

YAYASAN INDRA HUSADA


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
2021-2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dan asuhan keperawatan Tn.
sebagai tugas dari mata kuliah SISTEM PERKEMIHAN.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen, kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Indramayu, 30 Mei 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan ...........................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1


B. Tujuan ..................................................................................................3

Bab II Tinjauan Teori ......................................................................................4

A. Definisi ................................................................................................4
B. Klasifikasi ............................................................................................4
C. Etiologi ................................................................................................6
D. Patofisiologi..........................................................................................6
E. Pathway ................................................................................................7
F. Komplikasi ...........................................................................................8
G. Manifestasi Klinik ...............................................................................10
H. Pemeriksaan penunjang .......................................................................10
I. Penatalaksanaan...................................................................................13
J. Pencegahan...........................................................................................14

Bab III Asuhan Keperawatan ...........................................................................15

A. Kasus ....................................................................................................15
B. Pengkajian ............................................................................................19
C. Analisa Data .........................................................................................24
D. Diagnosa Menurut Prioritas .................................................................27

Bab IV Pembahasan .........................................................................................28

A. Intervensi Pembahasan Kasus ..............................................................28


B. Implementasi Pembahasan Kasus ........................................................31

Bab V Penutup .................................................................................................35

A. Kesimpulan ..........................................................................................35
B. Saran ....................................................................................................36

Daftar Pustaka ..................................................................................................37

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease (ckd)
merupakan salah satu penyakit tidak menular yang saat ini banyak terjadi
di masyarakat. CKD merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang
waktu lebih dari tiga bulan. Pada kasus tersebut, ginjal kehilangan
kemampuannya untuk mempertahankan volume dan komposisi cairan
tubuh dalam keadaan asupan makanan normal (Muhammad, 2012).
Menurut data dari WHO, angka penderita gangguan ginjal
tergolong cukup tinggi. Setiap tahunnya prevalensi penyakit gagal ginjal
terus meningkat. Data di Amerika Serikat tahun 2015 memperkirakan
bahwa angka kejadian CKD mencapai 19,2 juta (11%) dari seluruh
populasi dewasa dan 0,22% diperkirakan sudah ada pada stadium akhir
(WHO, 2015).
Penderita CKD memerlukan penanganan secara optimal untuk
mempertahankan kualitas hidup guna meminimalkan komplikasi lebih
lanjut. Peran perawat menjadi faktor yang sangat penting dalam mengatasi
masalah kesehatan ini.
Penyakit CKD dapat menimbulkan berbagai dampak terhadap sistem
tubuh diantaranya gangguan terhadap sistem kardiovaskuler yakni
meningkatkan tekanan darah. CKD juga dapat mengakibatkan
vasokonstriksi sehingga mengakibatkan penurunan kadar hemoglobin
(anemia) akibat dari kurangnya kemampuan ginjal untuk menghasilkan
hormon eritopoetin yang berfungsi untuk merangsang sumsum tulang
dalam memproduksi sel darah merah (Joachim and Lingappa,2010). Selain
itu CKD dapat menimbulkan gangguan pada sistem pernapasan, sistem
persyarafan, sistem urogenital, sistem pencernaan dan sistem integumen.
Selain menimbulkan gangguan pada aspek fisik, CKD dapat juga

3
menimbulkan gangguan psikologis, diantaranya depresi yang
memperburuk keadaan pasien. Oleh karena itu sangat diperlukan upaya
penatalaksanaan yang adekuat dan optimal. Penatalaksanaan yang dapat
dilakukan pada kasus CKD diantaranya dialisis dan transplantasi ginjal.
Dialisis dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius.
Penatalaksanaan lain meliputi transplantasi ginjal atau pencangkokan
ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik. Berbagai penatalaksanaan
ini dapat mencapai hasil yang optimal jika terdapat kerjasama yang baik
diantara tenaga kesehatan atau pemberi pelayananan kesehatan, salah
satunya perawat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan Asuhan Keperawatan Komprehensif pada Tn.


dengan medis CKD stage V, Hipertensi grade II, DM tipe II, Hipoalbumin,
CHF.

2. Tujuan Khusus

Diharapkan mahasiswa/i mampu mengetahui dan menyusun :

a. Definisi dari Chronic Kidney Disease (CKD)


b. Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD)
c. Etiologi Chronic Kidney Disease (CKD)
d. Patofisiologi Chronic Kidney Disease (CKD)
e. Pathway Chronic Kidney Disease (CKD)
f. Komplikasi Chronic Kidney Disease (CKD)
g. Manifistasi Klinis Chronic Kidney Disease (CKD)
h. Pemeriksaan penunjang dari Chronic Kidney Disease (CKD)
i. Penatalaksanaan dari Chronic Kidney Disease (CKD)
j. Pencegahan dari Chronic Kidney Disease (CKD)

4
k. Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan kasus
Chronic Kidney Disease (CKD) dengan meliputi : Pengkajian,
Pemeriksaan fisik, Analisa data, menentukan Diagnosa Keperawatan
Perioritas, memberikan Intervensi.

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan
tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain
dalam darah) (Smeltzer & Bare, 2001).
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun) (Price &
Wilson, 2005)
Gagal ginjal kronis adalah kondisi penyakit pada ginjal yang
persisten (keberlangsungan lebih dari 3 bulan dengan kerusakan ginjal dan
kerusakan glomerulus filtration rate (GFR) dengan angka GFR
<60ml/menit/1.73m2 (MC Cllelan (2006).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan
ireversible dan sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan
gangguan yang persisten dan mengganggu berbagai sistem tubuh.

B. KLASIFIKASI
(Prabowo,Eko.2014)
Perlu diketahui klasifikasi dari derajat gagal ginjal kronis untuk
mengetahui tingkat prognosanya.

Stage Deskriptif GFR


(ml/menit/1.73m2 )

1 Kidney damage with ≥ 90

6
normal or increase of
GFR

2 Kidney damage with 60-89


mild decrease GFR

3 Moderate decrease of 30-59


GFR

4 Severe decrease of GFR 15-29

5 Kidney Failure <15 ( or dialysis)

C. ETIOLOGI
(Prabowo,Eko.2014)
Gagal ginjal kronis sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder (secondary illnes).
Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan hipertensi.
Selain itu ada penyebab lainnya dari gagal ginjal kronis diantaranya:
1. Penyakit dari ginjal :
a. Penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis.
b. Infeksi kronis : pyelonefritis, ureteritis.
c. Batu ginjal : nefrolitiasis.
d. Kista di ginjal : polcystis kidney.
e. Trauma langsung pada ginjal.
f. Keganasan pada ginjal.
g. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur
2. Penyakit umum di luar ginjal:
a. Penyakit sistemik : diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
b. Dyslipidemia
c. SLE (Systemic Lupus Erythematosus)
d. Infeksi di badan : TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis
e. Preeklampsia

7
f. Obat-obatan

g. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

D. PATOFISIOLOGI
(Suzanne & Bare,2001) Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian
nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang
lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan
memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun
dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron-nefron rusak.
Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa
direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus.
Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri
timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala
pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan
ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15
ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah, akan semakin berat.
a). Gangguan klirens ginjal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh ginjal. Penurunan laju
filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24-
jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut filtrasi glomerulus
(akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin akan menurunkan
dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar nitrogen urea darah
(BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum merupakan indicator yang

8
paling sensitif dari fungsi karena substansi ini diproduksi secara konstan
oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh penyakit renal, tetapi juga
oleh masukan protein dalam diet, katabolisme (jaringan dan luka RBC)
dan medikasi seperti steroid.
b). Retensi cairan dan ureum
Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau mengencerkan urin
secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir, respon ginjal yang sesuai
terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehari-hari, tidak terjadi.
Pasien sering menahan natrium dan cairan, meningkatkan resiko terjadinya
edema, gagal jantung kongestif, dan hipertensi. Hipertensi juga dapat
terjadi akibat aktivasi aksis rennin angiotensin dan kerja sama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Pasien lain mempunyai kecenderungan
untuk kehilangan garam, mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia.
Episode muntah dan diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang
semakin memperburuk status uremik.
c). Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis metabolic
seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan muatan asam
(H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama akibat
ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia (NH3‾) dan
mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) . penurunan ekskresi fosfat dan
asam organik lain juga terjadi.

d). Anemia
Anemia timbul sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak
adekuat, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan
kecenderungan untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien,
terutama dari saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi
eritropoetin menurun dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina
dan sesak napas.
e). Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat

9
Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah gangguan
metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh
memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya meningkat,
maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus
ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan sebaliknya penurunan
kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan
sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid. Namun, pada gagal ginjal
tubuh tak berespon secara normal terhadap peningkatan sekresi
parathormon dan mengakibatkan perubahan pada tulang dan pebyakit
tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D (1,25-
dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal menurun

f). Penyakit tulang uremik


Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks kalsium,
fosfat dan keseimbangan parathormon.

10
E. PATHWAY
(Prabowo,Eko. 2014)

11
F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit gagal ginjal
kronis adalah (Prabowo, 2014)) :
1) Penyakit Tulang

Penurunan kadar kalsium secara langsung akan mengakibatkan


dekalsifikasimatriks tulang, sehingga tulang akan menjadi rapuh dan jika
berlangsung lama akan menyebabkan fraktur pathologis.

2) Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lifid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3) Anemia
Selain berfungsi dalam sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam
rangkaian hormonal (endokrin). Sekresi eritropoeitin yang mengalami
defiensi di ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.

4) Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering
mengalami penurunan dan terjadi impoten pada pria. Pada wanita
dapat terjadi hiperprolaktinemia.

G. MANIFESTASI KLINIS
(Kardiyudiani & Brigitta 2019) Tanda dan gejala penyakit ginjal kronis
berkembang seiring waktu jika kerusakan ginjal berlangsung lambat.
Tanda dan gejala penyakit ginjal mungkin termasuk :
a). Mual
b). Muntah

12
c). Kehilangan nafsu makan
d). Kelelahan dan kelemahan
e). Masalah tidur
f). Perubahan volume dan frekuensi buang air kecil
g). Otot berkedut dan kram
h). Pembengkakan kaki dan pergelangan kaki
i). Gatal terus menerus
j). Nyeri dada jika cairan menumpuk di dalam selaput jantung
k). Sesak napas jika cairan menumpuk di paru-paru
l). Tekanan darah tinggi yang sulit dikendalikan

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka
perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun
kolaborasi antara lain:
1. Pemeriksaan lab darah
- Hematologi Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
- RFT ( renal fungsi test ) ureum dan kreatinin
- LFT (liver fungsi test )
- Elektrolit Klorida, kalium, kalsium
- Koagulasi studi PTT, PTTK - BGA
2. Urine
- Urine rutin
- Urin khusus : benda keton, analisa kristal batu
3. Pemeriksaan kardiovaskuler
- ECG
– ECO
4. Radidiagnostik
- USG abdominal
- CT scan abdominal
- BNO/IVP, FPA

13
- Renogram
- RPG ( retio pielografi )

I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga
yaitu :
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- Peritoneal dialysis biasanya dilakukan pada kasus
- Kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat
akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah
femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : Menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : Langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke
jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- Transplantasi ginjal.

J. PENCEGAHAN

Mengatasi penyakit yang dapat meningkatkan risiko terkena gagal


ginjal kronis, seperti diabetes dan darah tinggi, adalah cara paling utama

14
yang bisa dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Sedangkan pada
penderita, upaya pencegahan agar gagal ginjal kronis tidak bertambah
buruk meliputi:

 Menjaga berat badan ideal.


 Menghentikan kebiasaan merokok, karena kebiasaan ini dapat
memperburuk kondisi ginjal.
 Mengikui petunjuk dokter dalam mengatur pola makan dan
mengonsumsi obat.
 Hindari konsumsi obat pereda nyeri golongan OAINS yang dapat
memperburuk kondisi ginjal

15
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus :
Tugas Minggu 7:

Trigger Case 3

Seorang laki-laki berumur 52 tahun, saat ini dirawat di ruang penyakit dalam
dengan diagnosa medis CKD stage V, Hipertensi grade II, DM tipe II,
Hipoalbumin, CHF.

Pasien dirawat sejak 2 hari lalu karena sesak nafas, mual muntah dan edema. Saat
pasien masuk IGD 2 hari yang lalu telah dilakukan hemodialisa (HD) cito selama
5 jam dg UFG 4000 cc.

Pasien menderita DM sejak 15 tahun lalu, dan menderita CKD sejak 2010. Istri
pasien mengatakan BB pasien meningkat 4-5 kg diantara waktu dialisis. Berat
badan sebelum sakit ginjal 70 kg. Pasien dinajurkan minum dibatasi paling
banyak 600 cc/hr, namun sering minum lebih dari 1000 cc/hr.

Seminggu lalu pasien pergi keluar kota menjalani pengobatan alternatif sehingga
selama seminggu tidak menjalani HD dan tidak minum obat.

Hasil pengkajian sekarang diperoleh data : pasien mengeluh sesak nafas, lemas,
mual , tidak nafsu makan (makan habis 1/4 – ½ porsi), serta gatal.

Pasien mengatakan sudah lelah, tidak berguna lagi karena tidak bisa bekerja,
sudah seminggu meninggalkan sholat karena putus asa. Hasil pemeriksaan fisik
TD 160/100 mmHg, RR 28 x/mnt, Nadi 95 x/mnt, ireguler, lemah, sushu tubuh
37 derajat celcius. Edema pada ekstremitas bawah dan kelopak mata, akral
dingin, cafilary refiil (CRT) 3 detik, pucat pada konjungtiva, mukosa dan ujung
jari tidak ada cyanosis. Balance cairan + 600 cc, urine out put 0. Mulut kotor, bau

16
aseton dan urokrom (-).

Terpasang O2 nasal kanule 3 ltr/mnt, JVP 5 + 2cmH2O, gerakan dada simetris,


retraksi intercostal

(-), perkusi paru redup, fremitus berkurang, ronchi +/+ , whezing -/-, ictus cordis
(+) pada ICS V, murmur halus, gallop (-), pembesaran jantung pada perkusi
jantung. Abdomen tampak tegang mengkilat, BU 8-9 x/mnt, lingkar perut 123
cm.

Kulit purpura, kering, pucat, uremic frosst (+), Terpasang Cemino pada
tangan kiri, pulsasi (+), BB saat ini 81,5kg, BB post HD minggu lalu 75 Kg.

Hasil rongent terdapat gambaran edema paru dan kardiomegali, CTR 54 %.


Hasil echo : LV hipertropy, penurunan fungsi diastolik, EF 50 %. DPL : Hb 7,5
gr%, Ht 24,8%, Eritrosit 3,27 juta, trombosit 330 ribu, leucosit 9,37 ribu, LED
50 mm/jam. Elektrolit : Na 134 ; K 5,5 ; Cl 95,3. Albumin 2,5; Protein total 7
g/dl; globulin 4 g/dl; HbA1C 7 %; GDS 182 mg/dl; ureum 165 mg/dl, kreatinin
7,5 mg/dl; Serum iron 21; TIBC 160, saturasi tranferin 13 %, feritin 165 mg/ml.
AGD : ph 7,32; pCO2 43,1; pO2 81,9; HCO3 26; BE 2,9; O2 saturasi 95,2.
Terapi saat ini asam folat 1x 3; bicnat 3x1; B12 3x1; CaCO3 3x1; valsartan
1x10mg.

Diet : DM 1700 kalori, 50 gr protein.


Pertanyaan :

1. Analisis berdasarkan kasus 1, buat format pengkajian lengkap berdasarkan


teori sesuai dengan data yang ada.
2. Buat analisa data dari data yang senjang
3. Buat consep map sampai muncul masalah keperawatan
4. Rumuskan diagnosa keperawatan untuk minimal 3 diagnosa perioritas
4. Buat rencana tindakan dengan menggunakan 3 sumber yaitu SDKI, SLKI
dan SIKI
5. Tugas Individu

17
Dikumpulkan di Google Class Room paling lambat 2 Mei 2021 pukul 20.00
WIB
Aturan penulisan

1. Makalah disusun dalam bentuk paper dengan jumlah halaman


8-10 halaman (tidak termasuk cover, daftar isi dan daftar
pustaka)
2. Tulisan dalam jenis Times New Roman font 12 dengan spasi
1,5 spasi 3. Tata penulisan paper sebagai berikut:
a. Pendahuluan
b. Tinjauan Teori/Pustaka (disusun sesuai dengan pertanyaan)
c. Tinjauan Kasus
d. Pembahasan
e. Kesimpulan dan Saran
f. Daftar Pustaka

18
B. Pengkajian

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN


Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis CKD stage V,
Hipertensi grade II, DM tipe II, Hipoalbumin, CHF.

Nama Perawat : Khofifah Indar Parawangsa


Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
Tanda Tangan : Khofifah Indar Parawangsa

I. BIODATA
a. Identitas Klien
Nama klien : Tn. -
Jenis kelamin : Laki-Laki
Umur : 52 Tahun
Diagnosa medis : CKD stage V, Hipertensi grade II, DM tipe II,
Hipoalbumin, CHF.
b. Identitas Penanggung jawab
Nama klien : Tidak terkaji
Jenis kelamin : Tidak terkaji
Hubungan keluarga : Tidak terkaji

II. RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama
Sesak Nafas

2. Riwayat kesehatan sekarang

19
Pasien dirawat sejak 2 hari lalu karena sesak nafas, mual muntah dan
edema. Saat pasien masuk IGD 2 hari yang lalu telah dilakukan
hemodialisa (HD) cito selama 5 jam dg UFG 4000 cc.

Pasien menderita DM sejak 15 tahun lalu, dan menderita CKD sejak


2010. Istri pasien mengatakan BB pasien meningkat 4-5 kg diantara
waktu dialisis. Berat badan sebelum sakit ginjal 70 kg. Pasien
dinajurkan minum dibatasi paling banyak 600 cc/hr, namun sering
minum lebih dari 1000 cc/hr.

Seminggu lalu pasien pergi keluar kota menjalani pengobatan


alternatif sehingga selama seminggu tidak menjalani HD dan tidak
minum obat.

Hasil pengkajian sekarang diperoleh data : pasien mengeluh sesak


nafas, lemas, mual , tidak nafsu makan (makan habis 1/4 – ½ porsi),
serta gatal.

Pasien mengatakan sudah lelah, tidak berguna lagi karena tidak bisa
bekerja, sudah seminggu meninggalkan sholat karena putus asa.
Hasil pemeriksaan fisik TD 160/100 mmHg, RR 28 x/mnt, Nadi 95
x/mnt, ireguler, lemah, sushu tubuh 37 derajat celcius.
BB saat ini 81,5kg, BB post HD minggu lalu 75 Kg.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Pasien menderita DM sejak 15 tahun lalu, dan menderita CKD sejak
2010. Istri pasien mengatakan BB pasien meningkat 4-5 kg diantara
waktu dialisis. Berat badan sebelum sakit ginjal 70 kg. Pasien
dinajurkan minum dibatasi paling banyak 600 cc/hr, namun sering
minum lebih dari 1000 cc/hr.

III. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tidak ada

20
IV. STRUKTUR KELUARGA
Tidak ada
V. RIWAYAT IMUNISASI
Tidak ada
VI. RIWAYAT SOSIAL
Tidak ada
VII. DATA BIOLOGIS
1. Pola Aktivitas dan kebersihan diri
Mulut kotor, bau aseton dan urokrom (-).
2. Pola Nutrisi
Makan (makan habis 1/4 – ½ porsi),
VIII. DATA PSIKOLOGI
1. Pola nilai kepercayaan
Pasien mengatakan sudah lelah, tidak berguna lagi karena tidak bisa
bekerja, sudah seminggu meninggalkan sholat karena putus asa.
IX. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Orientasi : Tidak Terkaji
c. Tinggi badan : 162 cm
d. Berat badan : 72 kg
e. Tanda-tanda vital :
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 98x/menit Ireguler, Lemah
- R : 28 x/menit
- S : 37oc
- BB saat ini 81,5kg, BB post HD minggu lalu
75 Kg.
2. Sistem Kardiovaskuler/Nadi

21
Akral dingin, cafilary refiil (CRT) 3 detik, pucat pada konjungtiva,
mukosa dan ujung jari tidak ada cyanosis, ictus cordis (+) pada ICS
V, murmur halus,
gallop (-), pembesaran jantung pada perkusi jantung. `
3. Sistem Muskuloskeletal
Edema pada ekstremitas bawah dan kelopak mata
4. Sistem Perkemihan dan Genital
Balance cairan + 600 cc, urine out put 0
5. Sistem Integumen
Kulit purpura, kering, pucat, uremic frosst (+), Terpasang Cemino
pada tangan kiri, pulsasi (+), akral dingin, cafilary refiil (CRT) 3
detik, mukosa dan ujung jari tidak ada cyanosis, pucat pada
konjungtiva,
6. Sistem Penglihatan
Edema pada kelopak mata, pucat pada konjungtiva,
7. Sistem Pencernaan
Abdomen tampak tegang mengkilat, BU 8-9 x/mnt, lingkar perut
123 cm.
8. Sistem pernafasan
Terpasang O2 nasal kanule 3 ltr/mnt, bau aseton dan urokrom(-),
Mulut kotor,
Inspeksi: gerakan dada simetris, retraksi intercosta (-)
Perkusi: paru redup, fremitus berkurang,
Auskultasi: ronchi +/+ , whezing -/-
9. Sistem Abdomen
Abdomen tampak tegang dan mengkilau,
X. DATA PENUNJANG
Hasil rongent terdapat gambaran edema paru dan kardiomegali, CTR 54
%.
Hasil echo : LV hipertropy, penurunan fungsi diastolik, EF 50 %. DPL :
Hb 7,5 gr%, Ht 24,8%, Eritrosit 3,27 juta, trombosit 330 ribu, leucosit 9,37

22
ribu, LED 50 mm/jam. Elektrolit : Na 134 ; K 5,5 ; Cl 95,3. Albumin 2,5;
Protein total 7 g/dl; globulin 4 g/dl; HbA1C 7 %; GDS 182 mg/dl; ureum
165 mg/dl, kreatinin 7,5 mg/dl; Serum iron 21; TIBC 160, saturasi
tranferin 13 %, feritin 165 mg/ml. AGD : ph 7,32; pCO2 43,1; pO2 81,9;
HCO3 26; BE 2,9; O2 saturasi 95,2.
XI. PENGOBATAN
Asam folat 1x 3; bicnat 3x1; B12 3x1; CaCO3 3x1; valsartan 1x10mg.
Diet : DM 1700 kalori, 50 gr protein.

C. ANALISA DATA

Jam/Tgl Data Senjang Penyabab/Etiologi Masalah


(DS dan do) Keperawatan

08.00 DS: Penurunan Fungsi Ginjal Hipervolemia


29/05/202 - Pasien mengeluh sesak ↓ (D.0022)
0 nafas Penurunan filtrate glomerulus
- Saat pasien masuk IGD 2 ↓
hari yang lalu telah Retensi cairan dalam tubuh
dilakukan hemodialisa (HD) ↓
cito selama 5 jam dg UFG Peningkatan volume cairan
4000 cc. dalam tubuh
DO: ↓
- Edema pada ekstremitas Hipervolemia
bawah dan kelopak mata
- Ronchi +
- Balance cairan + 600 cc,
urine out put 0

- BB saat ini 81,5kg, BB


post HD minggu lalu 75 Kg.

23
- Minum dibatasi paling
banyak 600 cc/hr, namun
sering minum lebih dari
1000 cc/hr.

- Hasil rongent terdapat


gambaran edema paru dan
kardiomegali
- Pembesaran jantung pada
perkusi jantung.
- RR 28 x/mnt
- Menderita CKD sejak
2010

08.00 DS : Penurunan Fungsi Ginjal Gangguan


29/05/202 ↓ Pertukaran Gas
- Pasien mengeluh sesak
0 Penurunan GFR (D.0003)
nafas

DO: Peningkatan retensi cairan di

- Frekuensi nafas 28 x/mnt paru2

- pCO2 43,1; pO2 81,9; ↓

HCO3 26; BE 2,9; O2 Peningkatan tekanan

saturasi 95,2. hidrostatik



- Hasil rongent terdapat Perpindahan cairan dari intra
gambaran edema paru dan vaskuler ke ekstra vaskuler
kardiomegali ↓
- Ronchi + Peningkatan cairan di
respirasi

Menganggu pertukaran gas di

24
membrane respirasi

Gangguan pertukaran gas

08.00 DS : Peningkatan tekanan parifer Penurunan Curah


29/05/202 ↓ Jantung
- Pasien mengeluh sesak
0 Meningkatnya beban jantung (D. 0008)
nafas

- Hipertensi Grade II Kardiomegali



DO : Kemampuan kontraksi
jantubg
-TD 160/100 mmHg, RR 28

x/mnt
Penurunan curah jantung
- Hipertensi Grade II
- Frekuensi nadi 98x/menit
Ireguler, Lemah
- Pembesaran jantung pada
perkusi jantung.

- Hasil rongent terdapat


gambaran edema paru dan
kardiomegali

08.00 DS : Tidak menjalani Hemodalisis Gangguan Integritas


29/05/202 - Seminggu lalu pasien ↓ Kulit
0 pergi keluar kota menjalani Uremic Fosfot (D.0129)
pengobatan alternatif ↓
sehingga selama seminggu Kulit purpura
tidak menjalani HD dan

25
tidak minum obat.

DO : Gangguan integritas kulit
- Kulit purpura, kering,
pucat, uremic frosst (+),
Terpasang Cemino pada
tangan kiri, pulsasi (+),Serta
gatal, terpasang cimino pada
lengan kiri, pulsase (+)

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN PERIORITAS


1. Hipervolemia
2. Gangguan Pertukaran Gas
3. Penurunan Curah Jantung
4. Gangguan Integritas Kulit

26
BAB IV

PEMBAHASAN

A. INTERVENSI

No. Tanggal Rencana Keperawatan


DX
/Jam Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Selama di lakukan 1x24
1 10.00 Observasi
jam kembali normal

29/05/2020 dengan kriteria hasil: 1.Periksa tanda dan gejala 1.Untuk mengetahui tanda
hipervolemi dan gejala
Indikator IR ER
2.Identifikasi penyebab 2.Untuk mengetahui
1.Asupan 1 4 penyebab
hipetrvolemi
cairan
3.Monitor status hemodinamik 3.Agar tidak terjadi
2.Haluran 1 4 hemodinamik
urin 4.Monitor intrak dan output
cairan 4.Untuk mengecek cairan
3.Asupan 1 4
makanan 5.Monitor tanda
hemokonsentrasi
4.Edema 1 4 5.Untuk mengetahui tanda

Terapeutik tanda hemokosentrasi


5.Tekanan 1 4
darah 6.Timbang berat badan setiap
hari pada waktu yang sama
6.Untuk mengetahui BB

27
6.Berat 1 4
7.Batasi asupan cairan dan pasien
badan
garam
7.Agar tidak terjadi
Edukasi kelebihan cairan

8.Ajurkan melapor jika haluran


urin kurang <0,5 ml / kg/
8.Agar bisa mencegah jika
dalam 6 jam
terjadi peningkatan urin
9.Ajurkan melapor jika BB
bertambah lebih 1kgdalam
sehari 9.Untuk mencegah
peningkatan cairan
10.Ajarkan cara membatasi
cairan 10.Supaya pasien bisa
mengatur cairan
Kaloborasi

11.Kaloborasi pemberian
deuretik 11.Agar cairan keluar
melalui urin
2 Selama di lakukan 1x24 Observasi
11.00
jam kembali normal 1.Monitor frekuensi, irama, 1.Untuk mengetahui
29/05/2020
dengan kriteria hasil: kedalama, dan upaya nafas frekuensi, irama, kedalama
Indikator IR ER dan upaya nafas
2.Palpasi kesimetrisan ekspansi
1.Tingkat 1 4
paru 2. Supaya mengetahui
kesadaran
3.Monitor saturasi oksigen kesimetrisan paru paru

2.Bunyi 1 4 3.Untuk mengetahui satura

nafas Terapeutik oksigen pasien

tambahan 4.Atur interval pemantauan


respirasi sesuai kondisi pasien
3.PCO2 1 4 4.Supaya mengetahui

28
4.PO2 1 4 Edukasi interval pemantauan
5.Jelaskan tujuan dan prosedur respirasi dan kondisi pasien
5. Sianosis 1 4
pemantauan
6.Pola 1 4 5.Agar pasien dan keluarga
nafas tahu tindakan pemantauan
6.Informasikan hasil apa saja yang perawat
7.Warna 1 4 pemantauan, jika perlu lakukan
kulit
6.Supaya pasien dan
keluarga tahu hasil tindakan
pemantauan
3 Selama di lakukan 1x24 Observasi
13.00
jam kembali normal 1.Identifikasi tanda/gejala 1.Agar mengetahui tanda
29/05/2020
dengan kriteria hasil: Primer penurunan curah dan gejala primer penuruna
jantung curah jantung
Indikator IR ER 2. Identifikasi tanda/gejala 2. Agar mengetahui tanda
sekunder penurunan curah dan gejala sekunder
1.Kekuata 1 4
jantung penurunan curah jantung
n nadi
3.Monitor tekanan darah 3.Untuk mengetahui tekana
parifer
darah pasien
2.Lelah 1 4 4.Monitor intrak dan output 4.Agar mengetahui intrak
cairan dan output cairan
3.Edema 1 4
5.Monitor berat badan setip 5. Supaya bisa mengetahui
4.Pucat/ 1 4 hari pada waktu yang sama berat badab pasien dan
sianosis 6.Monitor saturasi oksigen cairan nya
6. Untuk mengetahui
5. Berat 1 4
Terapeutik saturasi oksigen normal ata
badan
7.Berikan dukungan emosional tidak
6.Tekana 1 4 dan spiritual
darah 7. Supaya pasien merasa
tidak stress dan merasa
8.Berikan oksigen untuk banyak yang mendukung

29
mempertahankan saturasi untuk sembuh
oksigen>94% 8.Jika psien sudah merasa
sesak di berikan oksigen
agar pasien baik baik saja

Edukasi
9.Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
10.Ajarkan pasien dan keluarga 9.Agar pasien dam keluarg
mengukur intake dan output pasien bisa melakukan
cairan harian secara mandiri
10. Agar pasien dam
Kaloborasi keluarga pasien bisa
11.Kaloborasi pemberian melakukan secara mandiri
antiaritmia, jika perlu keluarga mengukur intake
dan output cairan harian

11.Agar rasa sakit berkuran


4 Selama di lakukan 1x24 Observasi
16.00
jam kembali normal 1.Identifikasi penyebab 1.Untuk mengetahui
29/05/2020
dengan kriteria hasil: gangguan integritas kulit penyebab gangguan
Indikator I E Terapeurik integritas kulit
R R 2.Gunakan produk berbahan 2. Agar kulit tidak kering
potralium atau minyak pada
1.Elastisistas 1 4
kulit kering
2.Hidrasi 1 4 3.Hindari produk berbahan 3.Karena nanti akan

dasar alcohol pada kulit kering menambah kering


3.Perfusi 1 4
Edukasi
jaringan
4.Ajarkan menggunakan
4.Agar kulit menjadi lemba
pelembab
5.Agar kulit tidak dehidrasi
5.Ajurkan minum air yang

30
4.Kerusakan 1 4 cukup 6.Agar tubuh sehat
lapisan kulit 6.Ajurkan meningkatkan
asupan nutrisi 7.Karena agar kulit tidak
5.Kemerahan 1 4
7.Ajurkan menghindari terbakar dan kering
6.Tekstur 1 4 terpapar suhu ektrim

BAB V
PENUTUP

31
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas sebelumnya sesuai dengan tujuan
pembuatan Makalah dan ASKEP ini, maka penulis mengambil kesimpulan yaitu
proses penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan CKD pada umumnya
sama antara teori dan kasus. Pada kasus Tn. dengan CKD dilakukan proses
keperawatan yang dimulai dari Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Analisa data,
intervensi.
Penyakit gagal ginjal kronik atau chronic kidney disease (ckd) merupakan
salah satu penyakit tidak menular yang saat ini banyak terjadi di masyarakat. CKD
merupakan proses kerusakan ginjal selama rentang waktu lebih dari tiga bulan.
Pada kasus tersebut, ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal
(Muhammad, 2012).
Menurut data dari WHO, angka penderita gangguan ginjal tergolong cukup tinggi.
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)
(Smeltzer & Bare, 2001)

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gagal


ginjal kronis merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif dan ireversible dan
sudah berlangsung lama, sehingga mengakibatkan gangguan yang persisten dan
mengganggu berbagai sistem tubuh.

B. Saran
1). Bagi klien dan keluarga

32
Diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan dan manfaat kepada
klien dan keluarga untuk dapat mengetahui tentang perawatan dan pengobatan
pasien dengan CKD sehingga mampu merawat anggota keluarga dengan CKD.
2). Bagi perawat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian
asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan khususnya pada
pasien dengan CKD.
3). Bagi penulis
Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan proses
manajemen asuhan keperawatan pada Tn. Dengan Diagnosa Medis CKD stage
V,Hipertensi grade II, DM tipe II, Hipoalbumin, CHF. Hasil studi kasus ini dapat
digunakan sebagai masukan dalam pengembangan studi kasus berikutnya, dan
dapat menambah keterampilan dan kemampuan penulis dalam memberikan
asuhan keperawatan

33
DAFTAR PUSTAKA

KTI%20-%20NI%20KOMANG%20ARI%20MILNAWATI.pdf
Brrnner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Kperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta
:EGC
Prabowo, Eko & Pranata, A.E. (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta : Naha Medika
PPNI, T. P. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan


Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan


Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

34

Anda mungkin juga menyukai