Anda di halaman 1dari 44

Makalah Penyakit Chronic Kidney Disease

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Ajar

Keperawatan Medikal Bedah II

Dosen Pembimbing : R.Siti Jundiah, S.KP., M.Kep

Di susun oleh :

Tyan Lassanova Fazrin N 191FK03017

Regi Bayu Anggara 191FK03018

Sinta Anggraeni 191FK03022

Farah Nabila Nofitriani 191FK03023

Rianty Damayanti Ruhiat 191FK03024

Sari Damayanti 191FK03029

Tika Sari Santika 191FK03031

Kelas b (2A)

FAKULTAS KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kesempatan kepada
kami untuk menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.

Makalah ini memuat tentang penyakit Chronic Kidney Disease (Gagal


ginjal kronik). Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga
memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.

Bandung, Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Definisi Chronic Kidney Disease............................................................3
2.2 Anatomi dan Fisiologi Chronic Kidney Disease...................................3
2.3 Etiologi Chronic Kidney Disease............................................................7
2.4 Patofisiologi Chronic Kidney Disease....................................................7
2.5 Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease..........................................9
2.6 Klasifikasi Chronic Kidney Disease.....................................................10
2.7 Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease.............................11
2.8 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease..........................................12
2.9 Komplikasi Chronic Kidney Disease...................................................12
2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)
Secara Teori......................................................................................................13
2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)
Secara Kasus.....................................................................................................32
BAB III PENUTUP..............................................................................................39
3.1 Kesimpulan............................................................................................39
3.2 Saran.......................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chronic kidney disease (CKD ) atau penyakit ginjal kronik (PGK)
adalah proses patofisilogis dengan peyebab beragam, yang terjadi lebih dari
3 bulan berupa kelainan struktural atau fungsional dengan penurunan laju
filtrasi glomelurus (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 sehingga berdampak
menurunnya fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel dimana
kemampuan ginjal gagal untuk mengeluarkan produk limbah metabolik dan
menjaga cairan dan elektrolit dapat mengakibatkan uremia.
Prevalensi pasien CKD selalu meningkat dan sudah menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama di seluruh dunia, dengan akibat peningkatan
morbiditas dan mortalitas serta biaya untuk pengobatan penyakit. Prevalensi
penyakit CKD di Amerika Serikat mencapai 19 juta orang dewasa, dan
diprediksikan bahwa pada tahun 2030 lebih dari 2 juta orang akan
memerlukan transplantasi ginjal, terapi pengganti ginjal atau dialysis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Definisi Ckd?
2. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Ckd?
3. Apa saja Etiologi Ckd?
4. Bagaimana Patofisiologi Ckd?
5. Bagaimana Manifestasi Klinis Ckd?
6. Apa saja Klasifikasi Typhoid?
7. Apa saja Pemeriksaan Penunjang Ckd?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Ckd?
9. Apa saja Komplikasi Ckd?

1
10. Bagaimana Asuhan keperawatan Ckd secara teori?
11. Bagaimana Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Definisi Ckd
2. Untuk mengetahui Anatomi dan fisiologi Ckd
3. Untuk mengetahui Etiologi Ckd
4. Untuk mengetahui Patofisiologi Ckd
5. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Ckd
6. Untuk mengetahui Klasifikasi Ckd
7. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ckd
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ckd
9. Untuk mengetahui Komplikasi Ckd
10. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan Ckd dalam konsep teori
11. Untuk mengetahui Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengetahui Definisi Ckd
2. Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi dan Fisiologi Ckd
3. Mahasiswa mampu mengetahui Etiologi Ckd
4. Mahasiswa mampu mengetahui Patofisiologi Ckd
5. Mahasiswa mampu mengetahui Manifestasi Klinis Ckd
6. Mahasiswa mampu mengetahui Klasifikasi Ckd
7. Mahasiswa mampu mengetahui Pemeriksaan Penunjang Ckd
8. Mahasiswa mampu mengetahui Penatalaksanaan Ckd
9. Mahasiswa mampu mengetahui Komplikasi Ckd
10. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan keperawtan Ckd dalam konsep
teori
11. Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Kperawatan Ckd secara kasus

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Chronic Kidney Disease


Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis
dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang
irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia.
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan perburukan fungsi ginjal
yang lambat, progresif dan irreversible yang menyebabkan ketidakmampuan
ginjal untuk membuang produk sisa dan mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit (Saufi, 2018).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Chronic Kidney Disease

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di


kedua sisi kolumna vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati. Kutub atasnya
terletak setinggi iga ke 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi
iga kesebelas.

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang


peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus
abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan
dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.Ginjal terlindung
dengan baik dari trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh
iga dan otototot yang meliputi iga, seangkan di anterior (bawah) dilindungi
oleh bantalan usus yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan

3
duodenum, sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas,
jejunum dan kolon.

A. Struktur Ginjal terdiri atas:


1. Struktur Makroskopik Ginjal
Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13
cm (4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1
inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi
dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.
2. Ginjal terdiri dari :
a. Bagian dalam (internal) medula.
Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang
jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang
ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis.
Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan
diktus koligens terminal.
b. Bagian luar (eksternal) korteks.
Substansia kortekalis berwarna coklat merah.konsistensi
lunak dan bergranula.Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa,
melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis
sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan
kolumna renalis.Mengandung glomerulus, tubulus proksimal dan
distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.
B. Struktur Mikroskopik Ginjal
1. Nefron
Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu
kesatuan (nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah
nefron yang membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira
1.3 juta nefron Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu
fungsi satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.
2. Glomerulus

4
Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang
disebut glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari
ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui
dinding kapiler glomerular setiap menit.Plasma yang tersaring masuk
ke dalam tubulus.Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma
terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.
3. Tubulus kontortus proksimal
Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang
telah disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian
besar dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah
melalui kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal.Panjang 15
mm dan diameter 55μm.
4. Ansa henle
Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari
nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam
ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk
ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.
5. Tubulus kontortus distalis.
Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada
koil longgar kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi
urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat
glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya
telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.
6. Duktus koligen medulla
Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan
secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini
memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
C. Fungsi Ginjal Beberapa fungis ginjal adalah :
1. Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh
Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal
sebagai urine yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air

5
(kelebihan keringat) menyebabkan urin yang dieksresikan jumlahnya
berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan
volume cairan tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion.
Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan
pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam
yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntahmuntah,
ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K,
Cl, dan fosfat.
3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh
Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed
diet) akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6.
Hal ini disebabkan oleh hasil metabolisme protein. Apabila banyak
memakan sayuran, urin akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara
4,8-8,2. Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan
kreatinin)
Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia
lain (pestisida)
5. Fungsi hormonal dan metabolism
Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan
penting dalam mengatur takanan darah (sistem rennin-
angiotensinaldosteron) yaitu untuk memproses pembentukan sel darah
merah (eritropoiesis). Ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsifero (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion
kalsium di usus.
6. Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin,
angiotensin dan aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan
darah

6
7. Pengeluaran zat beracun Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan
makanan, obat-obatan atau zat kimia asing lain dari tubuh (Wulandari,
2018).

2.3 Etiologi Chronic Kidney Disease


1. Prarenal :
a. Stenosis arteria renalis / penyempitan arteri ginjal
b. Emboli (Kedua ginjal) / gumpalan darah atau gelembung gas
tersangkut dalam pembuluh darah dan menyebabkan penyumbatan
vaskuler.
2. Parenkim / Jaringan dasar :
a. Diabetes mellitus
b. Hipertensi
c. Glomerulonefritis kronis / Peradangan ginjal
d. Nefritis tubulointerstisial kronis / Peradangan tubulus
e. Amiloidosis / protein abnormal yang menumpuk pada organ
f. Cancer renal / Kanker ginjal
g. Systemic lupus erythematosus / SLE
3. Postrenal :
a. Obtruksi saluran kemih
b. Infeksi saluran kemih
Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan GGK salah
satunya adalah riwayat gaya hidup. Gaya hidup yang dimaksud adalah gaya
hidup seperti riwayat penggunaan obat analgetika dan obat anti inflamasi
non steroid yaitu obat yang digunakan untuk mengurangi peradangan,
sehingga meredakan nyeri dan menurunkan demam, selain itu adanya
riwayat merokok, riwayat penggunaan minuman suplemen berenergi. Faktor
pencetus lainnya yaitu dimulai dari zat toksik (antibiotik, alkohol, kokain,
dan heroin) , dam obstruksi saluran kemih yang dapat menyebabkan arterio
sclerosis / arteri yang mengeras (Keperawatan et al., 2020).

7
2.4 Patofisiologi Chronic Kidney Disease
Gagal ginjal kronik disebabkan karena adanya penyakit yang terdapat
pada ginjal, sehingga mengakibatkan kegagalan ginjal. Maka lama kelamaan
jumlah nefron yang mengalami kerusakan bertambah. Dengan adanya peran
dan fungsi ginjal, maka hasil metabolisme protein berkumpul didalam
tubuh. Penurunan fungsi ginjal mengakibatkan pembuangan hasil sisa
metabolisme terhambat, dimana dimulai pada pertukaran di dalam
pembuluh darahtidak adekuat, karena ketidakmampuan ginjal sebagai
penyaring. Akibatnya ginjal tidak dapat melakukan fungsiny, sehingga
menyebabkan peningkatan kadar serum dan kadar nitrogen ureum,
kreatinin, asam urat, fosfor meningkat dalam tubuh dan mengakibatkan
terganggunya fungsi dan organ-organ tubuh lain.

Fungsi renal menurun karena produk akhir metabolisme protein


tertimbun dalam darah, sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan
mempengaruhi seluruh sitem tubuh.

Secara umum mekanisme terjadinya CKD yaitu: glomerulosklerosis,


parut pada tubulo interstisial dan sclerosis vaskuler.

a. Glomerulosklerosis
Proses intrinsik glomeruli yang progresif dipengaruhi oleh sel
intraglomerular dan sel ekstra-glomerular. Kerusakan sel intra-
glomerular dapat terjadi pada sel glomerulus intrinsik seperti endotel, sel
mesangium, sel epitel, maupun sel ekstrinsik seperti trombosit, limfosit,
monosit/makrofag.
b. Parut Tubulo-intestisial yang berlebih.
Derajat keparahan tubulu-intestisial fibrosis (TIF) lebih berkorelasi
dengan fungsi ginjal dibandingkan dengan glomerulosklerosis. Proses ini
termasuk inflamasi, proliferasi dan deposisi ECM
c. Sklerosis vaskular

8
Perubahan pada arteriol dan kerusakan kapiler peritubular oleh
berbagai sebab (DM, Hypertensi, Glomerulonefritis kronis) akan
menimbulkan terjadinya ekstraserbasi iskemi interstisial dan fibrosis.
Iskemi serta hipoksia akan menyebabkan sel tubulus dan fibroblas untuk
memproduksi ECM dan mengurangi aktifitas kolagenolitik. Kapiiler
peritubular yang rusak akan menurunkan produksi proangiogenic
vascularetiangiogenic sehingga terjadi delesi mikrovaskular dan
endothelialgrowth factor (VEGF) dan ginjal yang mengalami parut akan
mengekspresikan thrombospondin yang bersifat antiangiogenic sehingga
terjadi delesi mikrovaskular dan iskemik (Kalengkongan et al., 2018).

2.5 Manifestasi Klinis Chronic Kidney Disease


A. Sistem Kardiovaskuler
Hipertensi, retinopati (kerusakan retina mata) dan ensefalopati
hipertensif (suatu sindrom akibat dari peningkatan tekanan arteri
mendadak tinggi yang dapat mempengaruhi fungsi otak), beban sirkulasi
berlebih, edema, gagal jantung kongestif (kegagalan jantung dalam
memompa pasokan darah yang dibutuhkan tubuh), dan distritmia
(gangguan irama jantung).
B. Sistem Dermatologi
Pucat, pruritis atau gatal, Kristal uremia, kulit kering, dan memar.
C. Sistem Neurologi
Mudah lelah, otot mengecil dan lemah, sistem saraf tepi :
Penurunan ketajaman mental, konsentrasi buruk, kekacauan mental,
koma, otot berkedut, kejang.
D. Sistem pernafasan
Dispnea yaitu kondisi yang terjadi akibat tidak terpenuhinya
pasokan oksigen ke paru – paru yang menyebabkan pernafasan menjadi
cepat, pendek, dan dangkal., edema paru, pneumonitis, kussmaul (pola
pernapasan yang sangat dalam).

9
E. Sistem Gastroinstestinal
Anoreksia, mual, muntah, nafas bau amoniak, mulut kering,
pendarahan saluran cerna, diare, stomatitis atau sariawan, parotitis atau
infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan pada kelenjar parotis
pada wajah.
F. Sistem Perkemihan
Poliuria (urine dikeluarkan sangat banyak dari normal), berlanjut
menuju oliguria (urine yang dihasilkan sangat sedikit), lalu anuria
(kegagalan ginjal sehingga tidak dapat membuat urine), nokturia (buang
air kecil di sela waktu tidur malam), proteinuria (Protein didalam urine).
G. Hematologik
Anemia, hemolysis (kehancuran sel darah merah), kecenderungan
perdarahan, risiko infeksi.
H. Biokimia
Azotemia (penurunan GFR, menyebabkan peningkatan BUN dan
kreatinin), hyperkalemia, Retensi Na, Hipermagnesia, Hiperrurisemia.
I. Sex
Libido hilang, Amenore (ketika seorang wanita usia subur tidak
mengalami haid), Impotensi dan sterilisasi.
J. Metabolisme
Hiperglikemia kebutuhan insulin menurun, lemak peningkatan
kadar trigliserad, protein sintesis abnormal.
K. Gangguan kalsium
Hiperfosfatemia, hipokalsemia, konjungtivitis / ureamia mata
merah (Kalengkongan et al., 2018).

2.6 Klasifikasi Chronic Kidney Disease


Klasifikasi penyakit ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu, atas
derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologis. Klasifikasi
berdasarkan derajat (stage) penyakit, ditetapkan atas dasar perhitungan nilai

10
dari GFR. Pedoman K atau DOQI merekomendasikan perhitungan GFR
dengan rumus Cockroft-Gault untuk orang dewasa. Klasifikasi penyakit
CKD berdasarkan derajat penyakit adalah sebagai berikut :
a. Derajat 1 : Kerusakan ginjal dengan LFG normal (LFG > 90 ml atau
menit atau 1.73 m2)
b. Derajat 2 : Kerusakan ginjal dengan LFG ringan (LFG>60 - 89 ml atau
menit atau 1.73 m2)
c. Derajat 3 : Kerusakan ginjal dengan LFG sedang (LFG>30- 59 ml atau
menit atau 1.73 m2)
d. Derajat 4 : Kerusakan ginjal dengan LFG berat (LFG> 15 - 29 ml atau
menit atau 1.73 m2)
e. Derajat 5 : Gagal ginjal dengan LFG < 15 ml atau menit atau 1.73 m2
atau dialisis (Novita Frisca, 2017).

2.7 Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Disease


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik
adalah :
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi
(Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein
dan immunoglobulin)
b. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).

11
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen (Kemenkes & Padang, 2019).

2.8 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease


Tujuan penatalaksanaan CKD adalah untuk mempertahankan fungsi
ginjal dan homeostasis selama mungkin. Penatalaksanaan CKD dibagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah tindakan konservatif, untuk
meredakan atau memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, mencegah
dan mengobati komplikasi yang terjadi.Penanganan konservatif CKD
meliputi; 1) Pengaturan diit; 2) Pencegahan dan pengobatan komplikasi
berupa pengobatan hipertensi, hiperkalemi, hiperuresimia, anemia, asidosis,
asteodistrofi renal, neuropati perifer dan infeksi.
Terapi pengganti ginjal menjadi pilihan untuk mempertahankan fungsi
ginjal normal, menghindari komplikasi dan memperpanjang usia pasien
ESRD. Ada tiga terapi pengganti ginjal yaitu hemodialisis, peritoneal
dialisis dan transplantasi ginjal. Hemodialisis merupakan terapi pengganti
ginjal yang paling banyak dilakukan didunia dan jumlahnya dari tahun ke
tahun terus meningkat (Kemenkes & Padang, 2019).

2.9 Komplikasi Chronic Kidney Disease


Komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal kronis antara
lain :

12
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang (Novita Frisca, 2017)

2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)


Secara Teori
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Terdiri dari nama, no.rekam medis, tanggal lahir, umur, agama,
jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk,
diagnosa medis dan nama identitas penanggung jawab meliputi :
nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan dan alamat.
2. Keluhan utama
Biasanya Klien datang dengan keluhan utama yang didapat
bervariasi, mulai dari urine output sedikit sampai tidak dapat BAK,
gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksi),
mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas berbau (ureum),
dan gatal pada kulit.
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya terjadi penurunan urine output, penurunan
kesadaran, perubahan pola napas, kelemahan fisik, adanya
perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia, dan perubahan
pemenuhan nutrisi. Kemana saja klien meminta pertolongan untuk
mengatasi masalah dan mendapat pengobatan apa.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ada riwayat penyakit gagal ginjal gagal akut,
infeksi saluran kemih, payah jantung, pengguanaan obat-obat
nefrotoksik. Benign Prostatic Hyperplasia, dan prostatektomi. Dan

13
biasanya adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi
system perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
presdiposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat
pemakaian obatobatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah
menderita penyakit yang sama dengan klien yaitu CKD, maupun
penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor
pencetus terjadinya penyakit CKD.
4. Pola-Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola aktivitas / istirahat

Gejala : kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise. Gangguan tidur


insomnia/gelisah atau samnolen ).

Tanda : kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang


gerak.

2) Pola nutrisi

Gejala : peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat


badan (malnutrisi). Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa
tidak sedap pada mulut (pernafasan ammonia).

Tanda : distensi abdomen, pembesaran hati, perubahan turgor


kulit edema, ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah, penurunan otot,
penurunan lemak sub kutan, penampilan tidak bertenaga.

3) Pola eliminasi

Gejala : penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap


lanjut, abdomen kembung, diare atau konstipasi.

14
Tanda : perubahan warna urin, contoh : kuning pekat, merah,
coklat berawan, oliguria , dapat menjadi anuria.

4) Pola sirkulasi

Gejala : riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada(


angina ).

Tanda : hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umumdan pitting


pada kaki, telapak tangan, disritmia jantung, nadi lemah halus,
hipotensi, ortostatik menunjukkan hipovolemia, yang jarang pada
penyakit tahap akhir, pucat,kulit coklat kehijauan, kuning,
kecendrungan perdarahan.

5) Integritas ego

Gejala : faktor stress, contoh : financial, hubungan, persaan tidak


berdaya, tidak ada kekuatan.

Tanda : menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung,


perubahan kepribadian.

6) Neurosensori

Gejala : sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/ kejang


sindrom “kaki gelisah”, rasa terbakar pada telapak kaki.

Tanda : gangguan status mental, contoh : penurunan lapang


perhatian , ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku
rapuh dan tipis.

7) Nyeri/kenyamanan

Gejala : nyeri panggul, sakit kepala, kram otot/ nyeri kaku


(memburuk saat malam hari)

Tanda : perlu berhati-hati, distraksi, gelisah.

15
8) Pernafasan

Gejala : nafas pendek, dyspenia, nocturnal paroksimal, batuk


dengan atau tampa sputum kental dan banyak.

9) Keamanan

Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.

Tanda : pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), normotemia dapat


secara actual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
suhu tubuh lebih rendah dari normal (depresi respons imun),
petekie, area ekimosis pada kulit.

10) Seksualitas

Gejala : penurunan libido, amenorea, infertilitas.

11) Interaksi Sosial

Gejala : kesulitan menentukan kondisi, contoh tidak mampu


bekerja, mempertahankan fungsi peran biasanya dalam keluarga.

12) Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : riwayat DM keluarga (risiko tinggi untuk gagal ginjal),


penyakit polikistik, nefitis herediter, kulkulus urinaria,
malignansi. Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, rancun
lingkungan.

5. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia
dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi
2) Kepala

16
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien
sering sakit, kepala, kuku rapuh dan tipis.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur,
konjungtiva an emis, dan sclera tidak ikterik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan
klien bernafas pe ndek dan kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut,
ulserasi gusi, perdara han gusi, dan napas berbau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
g) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
3) Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau
kelenjar getah benin g
4) Dada / Thorak
Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan
kusmaul (cepat/dalam)
Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
Perkusi : Biasanya Sonor
Auskultasi : Biasanya vesicular
5) Jantung
Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2
linea dekstra sinistra
Perkusi : Biasanya ada nyeri
Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
6) Abdomen
Inspeksi : Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau
penumpukan cairan, klien tampak mual dan muntah
Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara 5-35
kali/menit

17
Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang,
dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.
Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
7) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, anuria distensi
abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urine menjadi
kuning pekat, merah coklat dan berwarna.
8) Ekstremitas
Biasanya diadapatkan adanya nyeri panggul, oedema pada
ekstermitas, kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada
telapak kaki, keterbatasan gerak sendi.
9) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan
bersisik adanya area ekimosis pada kulit.
10) Sistem Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan
lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan
memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses piker dan disorientasi. Klien sering didapati
kejang, dan adanya neuropati perifer.
6. Pemeriksaan Penunjang
1) Urine
a. Volume : Kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak
ada (anuria)
b. Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus,
bakteri, lem ak, partikel koloid, fosfat atau urat.
c. Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerus akan ginjal berat).
d. Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan
kerusakan tubula r)
e. Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.

18
f. Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu
mereabsorpsi natrium.
g. Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)
2) Darah
a. Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b. Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5
mg/dl).
c. Hitung darah lengkap
- Ht : menurun akibat anemia
- Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl
3) Ultrasono Ginjal
Menetukan ukuran ginjal dan adanya massa, kista,obstrus i
pada saluran kemih bagian atas.
4) Pielogram retrograde
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Endoskopi ginjal
Untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria d
anpengangkatan tumor selektif
6) Elektrokardiogram (EKG)
Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimba ngan
elektrolit dan asam/basa.
7) Menghitung laju filtrasi glomerulus
Normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5
liter, 1 hari dibentuk 180 liter.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin, retensi cairan
dan natrium,
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual, muntah, perubahan membran mukosa mulut

19
3. Intoleransi aktivitas b.d keletihan, anemia, retensi produk sampah,
prosedur dialisis
4. Ketidakefektifan pola nafas b.d kongesti paru
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d perlemahan aliran darah
ke seluruh tubuh
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d suplai okigen ke otak
menurun
7. Kerusakan integritas kulit b.d pruritus, gangguan status metabolic
sekunder
8. Resiko penurunan curah jantung b.d perubahan preload

C. Intervensi

No. Diagnose Intervensi


Tujuan Tindakan Rasional
Keperawat
Keperawatan
an
1. Kelebihan Tujuan: 1. Jelaskan 1. menamba
volume Setelah pada klien h
cairan b.d dilakukan dan keluarga pengetahu
penurunan tindakan klien tentang an klien
haluaran keperawatan indikator dan
urin, retensi selama 3x24 kelebihan keluarga
cairan dan jam diharapkan cairan klien
natrium, volume cairan 2. Anjurkan 2. untuk
seimbang klien untuk mengetah
Kriteria Hasil mencatat ui
1. Px dan intake dan keseimban
keluarga px output cairan gan
dapat 3. Anjurkan 3. intake dan
mengetahui klien untuk output
indikator mengontrol cairan
kelebihan konsumsi 4. mencegah

20
cairan natrium adanya
2. Px mau 4. Ajarkan pada retensi
melakukan klien cara natrium
pencatatan mencatat 5. menamba
intake dan intake dan h
output cairan output cairan keterampil
3. Pasien 5. Observasi an klien
mampu intake dan 6. agar
mempratekk output cairan edema
an cara 6. Observasi tidak
mencatat edema memburuk
intake dan 7. Observasi 7. agar
output cairan vital sign mengetahu
4. Tidak ada 8. Observasi i
edema BB perubahan
5. Kebutuhan 9. Kolaborasi ttv klien
cairan px dengan 8. agar
balance dokter dalam mengetahu
6. Turgor kulit pemberian i klien
elastis terapi dialisis mengalami
7. Bunyi nafas edema
bersih, tidak atau tidak
ada dipsneu, 9. mengurang
ortopneu i volume
cairan
dalam
tubuh
2. Ketidaksei Tujuan: 1. Jelaskan 1. agar
mbangan Setelah pada klien menamba
nutrisi dilakukan dan keluarga h
kurang dari tindakan klien tentang pengetahu

21
kebutuhan keperawatan pentingnya an klien
tubuh b.d selama 3x24 nutrisi dan
anoreksia, jam diharapkan 2. Anjurkan keluarga
mual, kebutuhan klien untuk klien
muntah, nutrisi klien makan 2. agar
perubahan terpenuhi, BB sedikit tapi nutrisinya
membran sesuai IMT sering dapat
mukosa Kriteria Hasil: 3. Observasi terserap
mulut 1. Klien dan BB dengan
keluarga 4. Observasi baik
mampu mukosa 3. agar
mengetahui mulut mengetah
tentang 5. Observasi ui
pentingnya konjungtiva perubahan
nutrisi 6. Kolaborasi BB
2. Klien mau dengan ahli 4. agar
makan gizi untuk mengetah
makanan menentukan ui adanya
sedikit tapi jumlah dehidrasi
sering nutrisi yang 5. agar
3. BB sesuai dibutuhkan mengetah
IMT (18,5- klien dan ui adanya
25,00) menu anemia
4. Tidak ada makanan pada
penurunan yang sesuai pasien
BB yang untuk klien 6. agar
berarti nutrisi
5. Hemoglobin pasien
dalam batas terpenuhi
normal dan tidak
(L.13,5 -18,0 terjadi

22
/ P. 11,5 – malnutrisi
16,0 g/dl)
6. Hematokrit
dalam batas
normal (L.
40 – 54 / P.
35 47 vol %)
7. Konjungtiva
tidak anemis
3. Intoleransi Tujuan: 1. Jelaskan 1. agar
aktivitas b.d Setelah pada klien menamba
keletihan, dilakukan dan keluarga h
anemia, tindakan klien tentang pengetahu
retensi keperawatan aktivitas an klien
produk selama 1x24 yang bisa dan
sampah, jam diharapkan dilakukan keluarga
prosedur klien dapat sesuai klien
dialisis mentoleransi kemampuan 2. agar
aktivitas 2. Anjurkan pasien
Kriteria hasil pasien untuk dapat
1. Klien dan melakukan melakuka
keluarga aktivitas n aktivitas
klien mampu sesuai secara
memahami kemampuan mandiri
tentang 3. Observasi 3. untuk
aktivitas TTV mengetah
yang bisa sebelum dan ui
dilakukan sesudah perubahan
sesuai aktivitas TTV
kemampuan 4. Observasi sebelum
2. Klien mau perubahan dan

23
melakukan EKG sesudah
aktivitas 5. Kolaborasi aktivitas
sesuai dengan 4. agar
kemampuan tenaga mengetah
3. TTV dalam rehabilitasi ui apakah
batas medik dalam ada
normal saat merencanaka komplikas
beraktivitas n program i jantung
Tekanan terapi yang 5. agar
darah: tepat memperce
Systole:100- pat proses
120 mmHg penyembu
Diastole: 60- han klien
80 mmHg dan klien
Suhu: 36,5- bisa
37,4oc melakuka
Nadi:60- n aktivitas
80x/menit sehari-
RR: 15- hari
20x/menit secara
4. Tidak ada mandiri
kelemahan
dalam
aktivitas
seharihari
5. Mampu
melakukan
aktivitas
sehari-hari
secara
mandiri

24
4. Ketidakefek Tujuan: 1. Jelaskan 1. untuk
tifan pola Setelah pada klien menamba
nafas b.d dilakukan dan kelurga h
kongesti tindakan klien tentang pengetahu
paru keperawatan penyebab an klien
selama 1x24 pola nafas dan
jam diharapkan tidak keluarga
pola nafas klien efektif klien
menjadi efektif 2. Anjurkan 2. agar klien
Kriteria hasil: klien untuk dapat
1. Pasien dan melakukan mengatur
keluarga latihan nafas pola
pasien dapat dalam secara nafasnya
mengetahui mandiri saat
tentang 3. Ajarkan terjadi
penyebab pada klien sesak
pola nafas teknik nafas 3. agar
tidak efektif dalam menamba
2. Pasien mau 4. Observasi h
melakukan adanya suara keterampi
latihan nafas nafas lan klien
dalam secara tambahan 4. agar
mandiri 5. Observasi mengetah
3. Pasien adanya ui adanya
mampu pernafasan jalan
mempratekk cuping nafas
an teknik hidung yang
nafas dalam 6. Observasi terhambat
4. Tidak RR atau tidak
memakai pada klien 5. untuk
alat 7. Observasi mengetah

25
bantu adanya ui adanya
pernafasan retraksi otot retensi
6. Tidak ada bantu karbondio
pernafasan pernafasan ksida atau
cuping 8. Kolaborasi tidak
hidung dengan tim 6. agar
7. RR dalam dokter dalam mengetah
batas normal pemberian ui
(15- bronkodilato perubahan
20x/menit) r RR
8. Tidak ada pada klien
otot bantu 7. agar
pernafasan mengetah
ui pasien
kesulitan
dalam
bernafas
atau tidak
8. memperce
pat proses
penyembu
han
5. Ketidakefek Tujuan: 1. Jelaskan 1. untuk
tifan perfusi Setelah pada klien menambh
jaringan dilakukan dan keluarga a
perifer b.d tindakan klien tentang pengetahu
perlemahan keperawatan perubahan an klien
aliran darah selama 1x24 sensasi dan
ke seluruh jam diharapkan 2. Anjurkan keluarga
tubuh sirkulasi darah keluarga klien
ke jaringan klien untuk 2. agar tidak

26
perifer efektif mengobserva terjadi
Kriteria hasil: si kulit dan laserasi
1. Klien dan melaporkan pada klien
keluarga jika ada 3. jika ada
klien laserasi perubahan
mengetahui 3. Observasi berarti
tentang perubahan sirkulasi
penyebab fungsi perifer
perubahan motoric terganggu
sensasi 4. Observasi 4. jika ada
2. Keluarga penurunan perubahan
klien mau nadi perifer berarti
melakukan 5. Observasi sirkulasi
observasi CRT perifer
kulit 6. Kolaborasi terganggu
klien dan dengan tim 5. agar
melaporkan dokter dalam mengetah
jika ada pemberian ui adanya
laserasi analgetik perubahan
3. Tidak ada CRT,
perubahan perubahan
fungsi itulah
motoric yang
4. Tidak ada menunjuk
penurunan kan
nadi perifer perfusi
5. Tidak ada jaringan
parestesi perifer
6. CRT<3 detik lancer
atau tidak.
6. untuk

27
memperce
pat proses
penyembu
han

6. Ketidakefek Tujuan: 1. Anjurkan px 1. agar


tifan perfusi Setelah untuk head membant
jaringan dilakukan up 30 u
serebral b.d tindakan 2. Observasi memperla
suplai keperawatan GCS dan ncar
okigen ke selama 1x24 tingkat peredaran
otak jam diharapkan kesadaran px darah ke
menurun sirkulasi 3. Observasi otak
serebral stabil TTV px 2. untuk
1. GCS px 4. Observasi mengetah
normal4-5-6 adanya nyeri ui
2. Tingkat kepala perubahan
kesadaran px 5. Kolaborasi GCS dan
composment dengan tim tingkat
is medis lain kesadaran
3. TTV dalam dalam px
batas pemberian 3. untuk
normal terapi mengetah
- Tekanan ui
darah: perubahan
o Systo TTV px
le:10 4. untuk
0-120 mengetah
mmH ui adanya
g peningkat
o Diast an TIK

28
ole: 5. untuk
60-80 memperce
mmH pat proses
g penyembu
- Suhu: han
36,5-
37,4oc
- Nadi:60
-
80x/me
nit
- RR: 15-
20x/me
nit
7. Kerusakan Tujuan: 1. Jelaskan 1. agar
integritas Setelah pada klien menamba
kulit b.d dilakukan dan keluarga h
pruritus, tindakan klien tentang pengetahu
gangguan keperawatan penyebab an klien
status selama 1x24 kerusakan 2. agar kulit
metabolic jam diharapkan integritas klien
sekunder integritas kulit tidak
jaringan klien 2. Anjurkan tertekan
kembali normal klien untuk dengan
Kriteria hasil: memakai baju yang
1. Klien dan pakaian yang sempit
keluarga longgar 3. agar
2. klien mampu 3. Anjurkan kelembap
memahami keluarga an kulit
tentang klien klien
penyebab mengoleskan terjaga

29
kerusakan lotion pada 4. agar
integritas daerah yang mengetah
kulit tertekan ui ada
3. Klien mau 4. Observasi tanda
memakai tanda infeksi
pakaian yang kemerahan atau tidak
longgar pada kulit 5. agar tidak
4. Keluarga 5. Observasi terjadi
klien mau aktivitas terjadi
mengoleskan mobilisasi decubitus
lotion pada klien 6. agar
daerah yang 6. Kolaborasi oedeme
tertekan dengan tim nya
5. Tidak ada medis dalam berkurang
tanda pemberian dan
kemerahan obat diuresis kerusakan
pada kulit integritas
6. Tidak ada jaringan
decubitus berkurang
8. Resiko Tujuan 1. Jelaskan 1. agar
penurunan Setelah pada klien menamba
curah dilakukan dan keluarga h
jantung b.d tindakan klien tentang pengetahu
perubahan keperawatan penyebab an klien
preload selama 1x24 penurunan dan
jam diharapkan curah keluarga
tidak terjadi jantung klien
penurunan curah 2. Anjurkan 2. agar kerja
jantung pada klien jantung
Kriteria hasil: untuk tidak
1. Jelaskan mengurangi berat

30
pada klien stress 3. agar
dan keluarga 3. Monitor mengetah
klien tentang TTV ui
penyebab 4. Monitor perubahan
penurunan sianosis TTV
curah 5. Kolaborasi 4. agar
jantung dengan tim mengetah
2. Pasien dokter dalam ui aliran
mau pemberian darah
mengurangi obat aritmia lancer
stress atau tidak
3. TTV dalam 5. agar
batas memperce
normal saat pat
beraktivitas penyembu
- Tekanan han
darah: klien
o Systo
le:10
0-120
mmH
g
o Diast
ole:
60-80
mmH
g
- Suhu:
36,5-
37,4oc
- Nadi:60-

31
80x/meni
t
- RR: 15-
20x/meni
t
4. Tidak ada
sianosis

C. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan intervensi meliputi
kegiatan yang di validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan
rencana memberikan askep dalam pengumpulan data serta melaksanakan
adusa dokter dan ketentuan rumah sakit.

D. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahapan akhir dari suatu proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan rencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Ismatullah, 2015).

2.11 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Chronic Kidney Disease (CKD)


Secara Kasus

Pengkajian tanggal 17 Desember 2020 pada Tn. S,umur 52 tahun, jenis

kelamin laki-laki, agama islam, pendidikan SD, alamat Bandung. Klien

datang ke RSUD Kota Bandung dengan keluhan sesak nafas, batuk,mual

muntah, pusing kepala cenut-cenut, badan lemas.

32
5 Pemeriksaan fisik pada klien didapatkan kesadaran composmentis,

GCS15, TD: 150/100 mmHg, N: 98X/menit, S:370C, RR:28x/menit,

BB:42kg, TB:153cm, IMT:17,9, BBI:47,7kg, suara nafas rales, perkusi paru

redup, ekstremitas atas bawah edema, abdomen asites, BC:+ 476,25 cc,

turgor kulit kembali > 3detik, bibir pucat, konjungtiva anemis, kapilari refill

kembali > 3 detik, rambut mudah rontok, ureum :176,4mg/dl, kreatinin :

7,15mg/dl, Hb:8,6g/dl.

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Tn.S
Usia : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Bandung
Tanggal Pengkajian : 18 Desember 2020

2. Keluhan utama
Klien datang ke RSUD Kota Bandung dengan keluhan sesak nafas, batuk,
mual muntah, pusing kepala cenut-cenut, badan lemas
3. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, batuk, mual muntah, pusing kepala cenut-
cenut, badan lemas
4. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Tingkat kesadaran : Composmentis

33
b) Berat badan : 42 Kg
c) Tinggi badan : 153 Cm
d) IMT : 17,9
e) BBI : 47,7 Kg
f) TTV : -Tekanan Darah : 150/100 mmHg
-Nadi : 98x/mnt
-Respirasi : 28x/mnt
-Suhu : 37 derajat celcius
2) Kepala
a) Rambut mudah rontok
b) Mata : Konjungtiva anemis
c) Bibir : Pucat
3) Dada / Thorak
- Suara nafas rales
- Perkusi paru redup
4) Abdomen
- Abdomen asites
5) Ekstremitas
- Ekstremitas atas bawah edema
6) Sistem Integumen
- Turgor kulit kembali >3 detik
- Kapilari refill kembali >3 detik
5. Pemeriksaan Penunjang
1) BC : +476,25 cc
2) Ureum : 176,4 mg/dl
3) Kreatinin : 7,15 mg/dl
4) Hb : 8,6 g/dl
6. Analisa Data

No. Data Senjang Etiologi (Interpretasi Masalah


data) Keperawatan
1. Data Subjektif Edema paru Pola nafas tidak

34
(DS) efektif
-Pasien
mengeluh sesak Difusi O2 dan CO2 paru
nafas dan batuk terganggu

Data Objektif
(DO) Pola nafas tidak efektif
-Suara nafas
rales
-Perkusi paru
redup
-Respirasi :
28x/mnt
-Nadi : 98x/mnt
-TD : 150/100
mmHg
2. Data Subjektif Gangguan reabsorbsi Kelebihan volume
(DS) cairan
-
Hipernatremia
Data Objektif
(DO)
-Ekstremitas Retensi cairan
atas bawah
edema
-Abdomen asites Volume vaskuler
-BC : +476,25 meningkat
cc
-Turgor
kembali>3 detik Kelebihan volume cairan
-Kapilari refill
kembali >3 detik
-Ureum : 176,4
mg/dl
-Kreatinin : 7,15
mg/dl
3. Data subjektif Mual, muntah Ketidakseimbangan
(DS) nutrisi kurang dari
-Mual kebutuhan tubuh
-Muntah Intake menurun
-Badan lemas

Data Objektif Ketidakseimbangan


(DO) nutrisi kurang dari
-BB : 42 Kg kebutuhan tubuh
-TB : 153cm

35
-BBI : 47,7 Kg
-IMT : 17,9
-Bibir pucat
-Konjungtiva
anemis
-Rambut mudah
rontok
-Hb : 8,6 g/dl

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d edema paru
2. Kelebihan volume cairan b.d gangguan reabsorbsi
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah

C. Intervensi

No. Diagnose Intervensi


Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
Keperawatan
1. KetidakefektifTujuan: 1. Jelaskan pada 1. untuk menambah
Setelah dilakukan klien dan kelurga pengetahuan
an pola nafas
tindakan klien tentang klien dan
b.d edema keperawatan selama penyebab pola keluarga klien
3x24 nafas tidak efektif 2. agar klien dapat
paru
jam diharapkan 2. Anjurkan klien mengatur pola
volume cairan untuk melakukan nafasnya saat
seimbang latihan nafas terjadi sesak
Kriteria Hasil dalam secara 3. agar menambah
1. Px dan keluarga mandiri keterampilan
px dapat 3. Ajarkan pada klien
mengetahui klien teknik nafas 4. agar mengetahui
indikator dalam adanya jalan
kelebihan cairan 4. Observasi adanya nafas yang
2. Px mau suara nafas terhambat atau
melakukan tambahan tidak
pencatatan 5. Observasi adanya 5. untuk mengetahui
intake dan pernafasan cuping adanya retensi
output cairan hidung karbondioksida
3. Pasien mampu 6. Observasi RR atau tidak
mempratekkan pada klien 6. agar mengetahui
cara mencatat 7. Observasi adanya perubahan RR
intake dan retraksi otot bantu pada klien
output cairan pernafasan 7. agar mengetahui

36
4. Tidak ada 8. Kolaborasi pasien kesulitan
edema dengan tim dokter dalam bernafas
5. Kebutuhan dalam pemberian atau tidak
cairan px bronkodilator 8. mempercepat
balance proses
6. Turgor kulit penyembuhan
elastis
7. Bunyi nafas
bersih, tidak ada
dipsneu,
ortopneu
2. Kelebihan Tujuan:
Setelah dilakukan
volume cairan 1. Jelaskan pada 1. menambah
tindakan
b.d gangguan keperawatan selama klien dan pengetahuan
3x24 keluarga klien klien dan
reabsorbsi tentang indikator keluarga klien
jam diharapkan
volume cairan kelebihan cairan 2. untuk mengetahui
seimbang 2. Anjurkan klien keseimbangan
Kriteria Hasil untuk mencatat 3. intake dan output
1. Px dan keluarga intake dan output cairan
px dapat cairan 4. mencegah adanya
mengetahui 3. Anjurkan klien retensi natrium
indikator untuk mengontrol 5. menambah
kelebihan cairan konsumsi natrium keterampilan
2. Px mau 4. Ajarkan pada klien
melakukan
klien cara 6. agar edema tidak
pencatatan
mencatat intake memburuk
intake dan
output cairan dan output cairan 7. agar mengetahui
3. Pasien mampu 5. Observasi intake perubahan ttv
mempratekkan dan output cairan klien
cara mencatat 6. Observasi edema 8. agar mengetahui
intake dan 7. Observasi vital klien mengalami
output cairan sign edema atau tidak
4. Tidak ada edema 8. Observasi BB 9. mengurangi
5. Kebutuhan 9. Kolaborasi volume cairan
cairan px dengan dokter dalam tubuh
balance dalam pemberian
6. Turgor kulit terapi dialisis
elastis
7. Bunyi nafas
bersih, tidak ada
dipsneu,
ortopneu

37
3. Ketidakseimba Tujuan:
ngan nutrisi Setelah dilakukan
kurang dari tindakan 1. Jelaskan pada 1. agar menambah
kebutuhan keperawatan selama klien dan pengetahuan
tubuh b.d 3x24 jam keluarga klien klien dan
mual, muntah diharapkan tentang keluarga klien
kebutuhan nutrisi pentingnya nutrisi 2. agar nutrisinya
klien terpenuhi, BB 2. Anjurkan klien dapat terserap
sesuai IMT untuk makan dengan baik
Kriteria Hasil: sedikit tapi sering 3. agar mengetahui
3. Observasi BB perubahan BB
4. Observasi 4. agar mengetahui
1. Klien dan
mukosa mulut adanya dehidrasi
keluarga
5. Observasi 5. agar mengetahui
mampu
konjungtiva adanya anemia
mengetahui
6. Kolaborasi pada pasien
tentang
dengan ahli gizi 6. agar nutrisi
pentingnya
untuk pasien terpenuhi
nutrisi
menentukan dan tidak terjadi
2. Klien mau malnutrisi
jumlah nutrisi
makan makanan
yang dibutuhkan
sedikit tapi
klien dan menu
sering
makanan yang
3. BB sesuai IMT
sesuai untuk klien
(18,5-25,00)
4. Tidak ada
penurunan BB
yang berarti
5. Hemoglobin
dalam batas
normal (L.13,5
-18,0 / P. 11,5 –
16,0 g/dl)
6. Hematokrit
dalam batas
normal (L. 40 –
54 / P. 35 47 vol
%)
7. Konjungtiva
tidak anemis

38
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Chronic Kidney Disease (CKD) Atau Gagal ginjal kronik merupakan
suatu penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi secara perlahan
dalam waktu yang menahun bersifat progesif dan irreversible, umumnya
tidak dapat pulih, dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan
gagal memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang menjadikan
menurunnya volume vaskuler dan gangguan reabsorbsi.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita gagal ginjil
kronik yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan perifer. Ketidakefektifan
perfusi jaringan perifer disebabkan oleh menurunnya sirkulasi darah
keperifer atau menurunnya volume vaskuler menurun dikarenakan
hiponatremia dan gangguan reabsorbsi.

3.2 Saran
Agar lebih menjaga diri dan menjauhi hal-hal yang dapat
menimbulkan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) Atau Gagal Ginjal
Kronik .Bagi seluruh keluarga, dan masyarakat lebih berhati-hati dan
menghindari penyebab penyakit ini serta benar-benar menjaga kesehatan
melalaui asupan makanan yang benar. Dan untuk tenaga ahli juga sebaiknya

39
memberikan penyuluhan secara jelas mengenai bahayanya penyakit ini serta
tindakan pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Ismatullah, A. (2015). Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal


Kronik Management Therapy of Anemia in Patients with Chronic Kidney
Disease. Jurnal Kedokteran UNLA, 4, 7–12.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/download/775/p
df

Kalengkongan, D., Makahaghi, Y., & Tinungki, Y. (2018). Faktor-Faktor Risiko


Yang Berhubungan Dengan Chronik Kidney Disease (Ckd) Penderita Yang
Dirawat Di Rumah Sakit Daerah Liunkendage Tahuna. Jurnal Ilmiah
Sesebanua, 2, 100–114.

Kemenkes, P., & Padang, R. I. (2019). Jurusan keperawatan program studi d iii
keperawatan padang tahun 2019.

Keperawatan, A., Ny, P., Diagnosa, S. D., Gagal, M., Kronik, G., & Ruang, D. I.
(2020). PROGRAM DIPLOMA III KEPERAWATAN.

Novita Frisca. (2017). ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


INTERDIALYTIC WEIGHT GAIN (IDWG) PASIEN HEMODIALISIS
DENGAN PENDEKATAN TEORI PRECEDE-PROCEED DI RSU HAJI
SURABAYA PENELITIAN.

40
Wulandari, S. R. I. A. Y. U. (2018). STIKES PERINTIS PADANG TAHUN 2018
Skripsi TAHUN 2018.

41

Anda mungkin juga menyukai