SERANG-BANTEN
2021 – 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah dan Askep yang
berjudul Gagal ginjal pada pasien Kritis. Makalah ini dibuat untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Kritis. Selain itu juga untuk
Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
HALAMAN BIMBINGAN............................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................... 2
C. TUJUAN............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................... 4
A. DEFINISI............................................................................................ 4
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI GAGAL GINJAL ............................. 4
C. ETIOLOGI......................................................................................... 10
D. PATOFISIOLOGI.............................................................................. 11
E. MANIFESTASI KLINIS................................................................... 13
F. KOMPLIKASI................................................................................... 14
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG....................................................... 15
H. PENATALAKSANAAN................................................................... 16
I. ASUHAN KEPERAWATAN KRITIS PADA PASIEN
GAGAL GINJAL.............................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... v
iii
LEMBAR BIMBINGAN MAKALAH
ILMU DASAR KEPERAWATAN II
Kelompok :9
Kelas :
KRITIS
Pembimbing :
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir End Stage
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner &
2009. Setiap tahun 50.000 orang Amerika meninggal akibat gagal ginjal
1
di Indonesia mencapai 30,7 Juta penduduk. Dengan data
yang menjalani hemodialisa pada tahun 2014 yaitu tercatat dari 9396
orang pada tahun 2013 menjadi 11689 orang dan untuk pasien baru
Dari uraian diatas gagal ginjal menjadi salah satu penyakit tidak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
1. Mengetahui pengertian gagal ginjal
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir End Stage
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner &
progresif. Adapun GGT (gagal ginjal terminal) adalah fase terakhir dari
GGK dengan faal ginjal sudah sangat buruk. Kedua hal tersebut bias di
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna
tulang belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak lebih superior
lambung, pankreas, jejunum dan sisi fleksi kolon kiri. Ukuran setiap
dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 gr.
Lapisan kapsul ginjal terdiri atas jaringan fibrous bagian dalam dan
4
Pembuluh- pembuluh darah ginjal dan drainase ureter melewati hilus
cabang sinus renal. Bagian luar berupa lapisan tipis yang menutup
Setiap ginjal terdiri atas sekitar satu juta unit fungsional yang
disebut nefron. Setiap nefron berawal dari suatu berkas kapiler, yang
5
Gambar 2.2 Struktur histologis dari nefron dan fungsi dari setiap
segmen dari nefron (Walsh, 1998 dalam Muttaqin, 2011).
daerah aliran pusat yang disebut pelvis ginjal dan mengalir ke ureter.
6
Ureter dari masing-masing ginjal dihubungkan ke kandung
(Corwin, 2009).
Ginjal menerima sekitar 1.200 ml darah per menit atau 21% dari
Gambar 2.3 Skematis suplai darah pada ginjal (Simon, 2003 dalam
Muttaqin,
2011).
7
Arteri renalis memasuki ginjal melalui hilum bersama dengan
mana sejumlah besar cairan dan zat terlarut (kecuali protein plasma)
volume filtrat yang masuk ke dalam kapsula Bowman per satuan waktu.
Nilai rata-rata GFR pada orang dewasa adalah 180 liter per hari (125 ml
per menit). Biasanya yang diukur di dalam plasma dan urin adalah
8
Ginjal berperan penting dalam mempertahankan keseimbangan
1. Reabsorpsi bikarbonat
9
3. Sekresi bikarbonat
C. Etiologi
utama dari penyakit ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah
banyak organ dalam tubuh, termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh
darah, saraf dan mata. Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi
hemodialisis baru dari data tahun 2014 berdasarkan data dari Indonesian
10
diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer memberi proporsi yang
cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruktif pun masih memberi
angka 7% dimana pada registry di negara maju angka ini sangat rendah.
Masih ada kriteria lain-lain yang memberi angka 7%, angka ini cukup
tinggi hal ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis etiologi pada
IRR. Proporsi penyebab yang tidak diketahui atau E10 cukup rendah.
D. Patofisiologi
Pada tahap awal, saat nefron hilang, nefron fungsional yang masih ada
dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel zat larut disaring untuk
fungsi nefron yang kontinu ini dapat terus berlangsung meskipun setelah
proses penyakit awal teratasi (Faunci et al, 2008) dalam (Nuari &
Widayati, 2017).
11
Perjalanan GGK beragam, berkembang selama periode bulanan
yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien asimtomatik disertasi
dan GFR (Glomelulaar Filtration Rate) turun lebih lanjut, hipertensi dan
gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum kreatinin dan
BUN naik secara tajam, pasien menjadi oguria, dan manifestasi uremia
muncul. Pada (ESRD), tahap akhir GGK, GFR kurang dari 10% normal
ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal,
nefron yang mati, maka nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
12
semakin berat sehingga nefron-nerfon yang ada untuk meningkatkan
dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menurun secara
E. Manifestasi Klinis
13
pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau
ammonia.
retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan
adalah :
14
1. Penyakit tulang
2. Penyakit Kardiovaskuler
3. Anemia
4. Disfungsi Seksual
G. Penatalaksanaan
1. Kepatuhan diet
15
2. Terapi Konservatif, tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah
H. Pemeriksaan Diagnostik
urin.
hormone eritropoetin.
tubulointerstitial.
proliferative. Piuria dan atau sel darah merah dalam urine, diduga
adalah nefritis
16
7. interstitial (terutama jika terjadi eosinofiluria) atau infeksi saluran
kemih.
protein total.
poliangitis mikroskopik.
nefrokalsinosis.
17
hidronefrosis, yang tidak terlihat pada awal obstruksi, Ukuran
18
BAB III
KRONIK
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn. A
TTL : 24/01/1956
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Kamboja No. 09
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Tanggal masuk : 09/09/2022
No RM : 01.55.17
Diagnosa Medis : CKD dengan Hipertensi
Nama Penanggung Jawab
Nama : Ny. Y
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. Kamboja No. 09 Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Hubugan dengan pasien : Istri
A. Alasan Masuk ICU
Keluarga pasien megatakan, pasien sesak napas 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, hilang timbul dan semakin parah pada tanggal 09/09/2022.
Lalu oleh keluarga pasien dibawa ke IGD Rumah Sakit pada tanggal
09/09/2022 jam 08.00 WIB, dengan TD : 180/90mmHg, N : 60 x/menit,
RR: 30 x/menit T: 36,1°C. Kemudian pasien dirawat di ruang Cemara,
namun karena keadaan pasien yang semakin memburuk ahirnya pasien di
19
pindah ke ruang ICU tanggal 09/09/2022 jam 20.00 WIB dengan keluhan
sesak napas, KU lemah, Kesadaran composmentis, saat dikaji TD : 170/85
mmHg, N : 83 x/menit, RR : 30 x/menit, S: 37 0C.
1. Pengkajian Segera (Quick Assessment)
a. Airway
Tidak terdapat lendir atau sputum pada jalan nafas pasien,
terdapat bunyi nafas tambahan wheezing..
Dx: -
b. Breathing
Menggunakan otot tambahan, RR : 30x/menit, nafas tidak ada
cuping hidung, terpasang NRM 5L/menit, pernafasan dispnea
kedalaman nafas dangkal, tidak terpasang ventilator.
Dx : Pola Nafas Tidak Efektif
c. Circulation
Tidak ada sianosis, akral kulit hangat, CRT > 3 detik, TD : 180/90
mmHg, N: 72x/menit, RR : 27x/menit, S : 37 C, tidak terdapat
perdarahan.
Dx: -
d. Dissability
Tingkat kesadaran composmentis, GCs 15 = E4 M6 V5, pupil
isokor, diameter pupil 2 mm kanan dan kiri, ekstremitas bawah
lemah, nilaikekuatan otot
5 5
4 4
Terdapat eddema pada kaki kanan dan kiri
_ _
+ +
Dx :Intoleransi Aktifitas
e. Eksposure
Tidak ada cedera leher, tidak ada jejas, tidak adafraktur.
Dx : -
20
2. Pengkajian Lengkap (Comperhensive Assesment)
a. Riwayat Penyakit Terdahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah di rawat di
Rumah Sakit karena Hipertensi 2 tahun yang lalu. Namun setelah
keluar dari Rumah Sakit, pasien tidak pernah minum obat
antihipertensi secara rutin dan tidak pernah kontrol tekanan darah
lagi.
b. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi obat-obatan maupun makanan.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum : Lemah
2) Kesadaran : Composmentis GCS 15 = E 4 M 6 V5
3) Tanda-tanda vital :
Td : 180/90 mmHg
Nadi : 83X/ menit
RR : 30 x/ menit
S : 37 0 C
SpO2 : 99 %
4) Pengkajian Fisik
Pada pemeriksaan muskuluskeletal didapatkan kekuatan
otot sedang. Tidak terdapat atropi otot, turgor kulit elastis,
membran mukosa lembab, tidak ada luka bakar, tidak ada luka
dekubitus, tidak ada fraktur ekstremitas, warna mukosa kulit pucat
anemis, edema tungkai
Dx : Tidak ada masalah keperawatan
Pada pemeriksaan sistem pencernaan klien didapatkan data
inspeksi abdomen cembung, tidak ada luka di sekitar abdomen.
Pada pemeriksaan auskultasi didapatkan bising usus (+)
25x/menit. Pada pemeriksaaan perkusi abdomen didapatkan suara
timpani. Pada pemeriksaan palpasi didapatkan tidak teraba bagian
lien dan hepar. Anak klien mengatakan mual, tidak muntah.
21
Dx : Tidak ada masalah keperawatan
Pada pemeriksaaan perkemihan didapatkan inspeksi klien
terpasang folleykateter, produksi urin ± 300 ml dalam 24 jam,
warnaurin kuning pekat keruh, pemeriksaan palpasi ginjal tidak
teraba.
Dx: Resiko Perfusi Renal Tidak efektif (D.0016)
2 pola eliminasi
a. BAK Sebelum sakit pasien Saat di rawat di ICU
b. BAB mengatakan terkadang pasien belum pernah BAB
BAK terasa sakit pasien pasien menggunakan
tidak mengalami masalah kateter karena ada riwayat
BAB, pasien BAB 1x batu ginjal, output urine
sehari dengan konsistensi 100 cc/jam/ warna kuning
lembek warna kuning jernih.
kecoklatan bau khas
feses dengan frekuensi
kurang lebih 100 cc dan
BAK sehari kurang lebih
22
4-5 perhari.
3 Istirahat/tidur
a. Siang Sebelum dan selama Pasien tidur kurang
b. Malam sakit pasien menggatakan lebih 6-8 jam per hari
tidak menggalami
gangguan istirahat tidur,
pasien tidur kurang lebih
6-8 jam per hari
4 Personal Hygine
a. Mandi Sebelum sakit pasien Selama dirawat di ICU
b. Ganti baju mandi, ganti baju, dan pasien hanya ganti baju
c. Oral hygiene melakukan oral hygiene jika kotor
2x/hari
B. Data Penunjang
1. Hasil Pemeriksaan EKG
Kesan : Sinus Rhytm
2. Hasil USG Abdomen
Kesan : CKD Grade 3 Ren Billaterall dengan Hidroneprosis grade 1
23
Ren Dextra
3. Hasil Laboratorium
Hasil pemriksaan laboratorium tanggal 09/09/2022 jam 16.00 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12,7 g/dl 11,7-15,5
Leokosit 7,68 10^/ul 4,0-10,0
Hematokrit 36,5 % 35-47
Eritrosit 4,38 10^6/ul 3,8-5,2
Trombosit 271 10^3/ul 150-400
MCV 83,3 u/L 82-92
MCH 29,0 pg 27-31
MCHC 34,8 g/dl 32-36
Differensial Count
NEUT% LYMPH 74,7 % 50-70
4. Terapi obat
Tanggal 10/09/2022
1. Infus RL 20 tpm
24
2. Furosemid 2x 40 mg
3. CaCo3 3x 350 mg
4. Letonal 1x25 mg
5. Calnic syrup
6. Captopril 2x6,25 tab
C. Analisa Data
25
Kerusakan pada nefron
di glomerulus
Do : ↓
- Tampak edema di Destruksi struktur
ginjal
ektremitas bawah ↓
Penurunan GFR
kanan kiri.
↓
Ureum *274 Kegagalan ginjal
dalam keseimbangan
- Kreatinin *13,6 cairan elektrolit
↓
Kerusakan nefron
↓
Penurunan pertukaran
sel
↓
Ginjal gagal
mengeluarkan sisa
metabolisme
↓
oliguri
3 Ds : Aliran darah ginjal Gangguan mobilitas
Pasien mengatakan menurun fisik (D.0054)
lemah RAA menurun
Do : Retensi Na dan vena
- Pasien tampak balik
lemah Edema
- Pasien tampak tirah
baring ditempat
tidur
- Terpasang O2 3
liter/menit
D. Diagnosa Keperawatan
26
2. Resiko perfusi renal tidak efektif berhubungan dnegan faktor yang
menghambat fungsi nefron. (D.0016)
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan aliran darah ginjal
menurun (D.0054)
27
E. Rencana Keperawatan
No. Masalah Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Aktifitas (SIKI)
1. Pola Nafas Tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pemantauan Respirasi Terapi Oksigen
Observasi:
Efektif berhubungan selama 3 jam diharapkan pola nafas Monitor pola nafas, monitor saturasi
oksigen
dengan penurunan membaik dengan kriteria hasil : Monitor frekuensi, irama, kedalaman
dan upaya napas
ekspansi paru (D.005) - Frekuensi nafas membaik (16-24 Monitor adanya sumbatan jalan nafas
Terapeutik
x/menit) Atur Interval pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Kedalaman nafas membaik Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur
- Tidak terdapat tarikan dinding pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika
dada perlu
Terapi Oksigen
Observasi:
Monitor kecepatan aliran oksigen
Monitor posisi alat terapi oksigen
Monitor tanda-tanda hipoventilasi
Monitor integritas mukosa hidung
28
akibat pemasangan oksigen
Terapeutik:
Bersihkan sekret pada mulut, hidung
dan trakea, jika perlu
Pertahankan kepatenan jalan napas
Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
Ajarkan keluarga cara menggunakan
O2 di rumah
Kolaborasi
Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2 Ganguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Intervensi Gangguan Mobilitas Fisik Intervensi gangguan
1. Observasi
fisik berhubungan selama 3 jam diharapkan mobilitas fisik Identifikasi adanya nyeri atau keluhan mobilitas fisik
fisik lainnya
dengan aliran darah meningkat dengan kriteria hasil : Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
ginjal menurun - Pergerakan ekstremitas cukup Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah sebelum memulai ambulasi
(D.0054) - Gerakan terbatas meningkat Monitor kondisi umum selama
melakukan ambulasi
- Kelemashan fisik menurun 2. Terapeutik
Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan
alat bantu (mis. tongkat, kruk)
Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik,
jika perlu
Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan ambulasi
29
3. Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
Anjurkan melakukan ambulasi dini
Ajarkan ambulasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan
dari tempat tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
3 Resiko perfusi renal Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Syok Pencegahan Syok
Observasi:
tidak efektif selama 3 jam diharapkan aliran darah ke Monitor status kardiopulmonal
Monitor status oksigenasi
berhubungan dnegan Monitor status cairan
renal meningkat dengan kriteria hasil : Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
faktor yang Periksa riwayat alergi
menghambat fungsi - Frekuensi urin normal (1-1,8 Terapeutik:
Berikan oksigen untuk mempertahankan
nefron. (D.0016) L/hari) saturasi oksigen >94%
Persiapan intubasi dan ventilasi mekanik, jika
perlu
- Nyeri abdomen menurun Pasang jalur IV, jika perlu
Pasang kateter urine untuk menilai produksi
- Tekanan darah sistol membaik urine
Lakukan skin test untuk mencegah reaksi
alergi
(120-14- mmHg)
Edukasi
Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
- Tekanan diastol menurun (90- Jelaskan tanda dan gejala awal syok
30
menemukan/merasakan tanda dan gejala syok
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari alergen
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfusi darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika perlu
31
iDAFTAR PUSTAKA
Bayhakki. (2013). Sari Asuh Keperawatan Klien Gagal Ginjal Kronik. Jakarta :
EGC
Kemenkes RI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi
1. Jakarta : PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
32