Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH SEMINAR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


Gagal Ginjal Akut (GGA)

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Siti Asma K. Laitupa, S.Kep., M.Kep

DI SUSUN
OLEH
Bagas Prayogi
Nim. P07120320009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN JAYAPURA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN MERAUKE
2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrahim Alhamdulillah Puji dan syukur kami ucapkan


kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala Rahmat-Nya, yang telah memberi saya
jalan kemudahan dan kekuatan dalam segala urusan yang saya hadapi, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah saya ini tentang "Gagal Ginjal Akut"
Makalah ini di tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan
Medikal Bedah II” dan juga dapat menambah wawasan pengetahuan kami
semua. Dan tak lupa pula kami sekelompok ucapkan terimakasih banyak
terhadap Dosen Ns. Siti Asma K. Laitupa,S.Kep., M.Kep yang telah bersedia
membimbing saya dalam segenap waktu dan tempat.

Jika terdapat kesalahan dalam penulisan ataupun adanya perbedaan


pendapat dengan para pembaca, sekiranya dapat di maklumi dan dimohon kritik
dan saran guna untuk membangun demi kesempurnaan makalah ini. Sekian dan
terimakasih.

Merauke, 02 Oktober 2021

Penyusun

Bagas Prayogi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A.Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................2
C.Rumusan Masalah....................................................................................................2
BAB II KONSEP MEDIS......................................................................................3
A. Definisi...................................................................................................................3
B. Etiologi...................................................................................................................3
C. Patofisiologi............................................................................................................4
D. Tanda dan Gejala....................................................................................................5
E.Pemeriksaan Penunjang............................................................................................5
F. Penatalaksanaan/Perawatan.....................................................................................6
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................8
A.Pengkajian...............................................................................................................8
B. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................13
C. Intervensi..............................................................................................................18
4. Implementasi.........................................................................................................26
5. Evaluasi.................................................................................................................26
BAB IV PENUTUP.............................................................................................27
A.Kesimpulan............................................................................................................27
B.Saran......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ginjal mempunyai peran dan fungsi untuk mengatur keseimbangan


cairan dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, keseimbangan
asam basa dalam dara dan ekresi bahan buangan seperti urea dan sampah
nitrogen lain didalam darah. Bila ginjal tidak mampu bekerja sebagaimana
mestinya maka akan timbul masalah kesehatan yang berkaitan dengan
penyakit gagal ginjal kronik seperti Kelebihan volume cairan. Kelebihan
volume cairan adalah Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko
mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial(Keperawatan
Medikal Bedah,2010).

Kelebihan volume cairan ditunjukkan dengan adanya data meliputi


penurunan volume BAK(2-3kali/hari) dengan jumlah urine sedikit , data
observasi berupa adanya edema pada kedua tungkai bawah klien serta asites,
jumlah urine dalam 24jam (400cc) tekanan darah 130/90 mmHg
(Wilson,2012).

Menurut KEMENKES RI tahun 2016 memperkirakan bahwa prevalensi


gagal ginjal akut di indonesia saat ini mencapai 3.094.915 orang yang
mengalami gagal ginjal akut, mortalitas lebih tinggi pada pasien lanjut usia di
Indonesia kebayakan pasien yang melewati episode gagal ginjal akut dapat
sembuh dengan fungsi ginjal semula dan dapat melanjutkan hidup seperti
biasanya. Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World Health
Organization (WHO) tahun 2015 memperlihatkan yang menderita gagal
ginjal baik akut maupun kronik mencapai 50% dari 3.000.000 orang
sedangkan yang diketahui dan mendapatkan pengobatan hanya 25% dan

1
12,5% yang terobati dengan baik.

Penyebab gagal ginjal akut di bedakan menjadi gagal ginjal pre-renal,


gagal ginjal renal, dan gagal ginjal post renal, gagal ginjal pre-renal
merupakan hipoperfusi ginjal, hipoperfusi dapat menyebabkan oleh
hipovolemia atau menurunya volume sirkulasi yang efektif. Pada gagal ginjal
pre renal intregritas jaringan ginjal masih terpelihara sehingga prognosis
dapat lebih baik apabila factor penyebab dapat di koreksi. Apabila upaya
perbaika hipoperfusi ginjal tidak berhasil maka akan timbul gagal ginjal akut
renal berupa nekrosis tubular akut karena iskemia. Gagal ginjal enal yang di
sebabkan oleh kelainan vascular seperti vaskulitis, hipertensi maligna,
glomerulus nefritis akut, nefritis internal akut akan di bicarakan tersendiri
pada bab lain. Nekrosis tubular akut dapat di sebabkan oleh berbagai sebab
seperti penyakit tropik, gigitan ular, trauma (crushing injury/bencana alam,
peperangan ), toksin lingkungan, dan zat-zat nefrotoksik. Gagal Ginjal Post-
renal merupakan bagian dari keseluruhan dari gagal ginjal akut.Gagal ginjal
akut post renal di sebabkan oleh obtruksi intra renal dan extra
renal(Keperawatan Medikal Bedah,2010).

B. Tujuan

Agar mahasiswa dapat memeahami tentang konsep medis dan konsep


asuhan keperawatan pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut

C.Rumusan Masalah

1,Apa saja konsep medis pada pasien dengan Gagal Ginjal Akut ?

2.Apa saja yang terdapat pada konsep asuhan keperawatan ?

2
3
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Gangguan ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang
sebelumnya diknal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai
dengan peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya
atau penurunan urine output (UO)(Balqis, Noormartany, Gondodiputra, & Rita,
2016). Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga
minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible,
diiikuti kegagalann ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen dengan
/ tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

B. Etiologi

Etiologi AKI di bagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan


pathogenesis AKI yakni

a. Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan gangguan

pada parenkim ginjal

b. Penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal.

c. Penyakit dengan obstruksi saluran kemih Kondisi klinis yang dapat

menyebabkan terjadinya GGA dapat dipengaruhi oleh ginjal sendiri dan oleh
faktor luar.

a. Penyakit dari ginjal

1) Glomerolusitis

2) Pyelonefritis

4
3) Ureteritis.

4) Nefrolitiasis

5) Polcystis kidney

6) Trauma langsung pada ginjal.

7) Keganasan pada ginjal. 8) Adanya sumbatan di dalam ginjal seperti batu,


tumor, penyempitan/striktur.

b. Penyakit Umum di luar ginjal

1) Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi, kolestrol tinggi

2) Dysplidemia

3) SLE

4) Penyakit infeksi seperti TBC paru, sifilis, malaria, hepatitis,

5) Preklamsi,

6) Obat-obatan

7) Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)

C. Patofisiologi

Umumnya gagal ginjal akut terjadi disebabkan oleh penurunan dan


kerusakan nefron yang mengakibatkan fungsi ginjal yang progresif menghilang.
Total laju filtrasi glomerolus (GFR) dan klirens mengalami penurunan
sedangkan terjadi peningkatan pada Blood urea nitrogen dan kreatin. Kemudian
nefron yang masih ada menjadi hipertrofi karena

fungsinya untuk menyaring menjadi lebih banyak. Hal ini berakibat pada
ginjal, dimana ginjal kehilangan kemampuan dalam mengentalkan urine.

5
Ditahap ekskresi urine dikeluarkan dalam jumlah besar sehingga pasien
mengalami kehilangan cairan. Tubulus pada akhirnya akan kehilangan
kemampuan dalam menerima elektrolit dan urine yang dibuang mengandung
banyak sodium yang mengakibatkan terjadinya poliuri (Bayhakki,2013) dalam
(Khanmohamadi, 2014).

D. Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala yang timbul oleh adanya penyakit gagal ginjal,

diantaranya yaitu (Haryono, 2013) dan (Nursalam & B, 2009):

1) Kardiovaskular: Darah tinggi, perubahan elektro kardiografi (EKG),

perikarditis, efusi perikardium, dan tamponade perikardium.

2) Gastrointestinal : Biasanya terdapat ulserasi pada saluran pencernaan


dan

pendarahan.

3) Respirasi : Edema paru, efusi pleura, dan pleuritis.

4) Neuromuskular : Kelemahan , gangguan tidur, sakit kepala, letargi,

gangguan muskular, neuropati perifer, bingung, dan koma.

5) Metabolik/Endokrin: Inti glukosa, hiperlipidemia, gangguan hormon seks

menyebabkan penurunan libido, impoten.

6) Muskuloskeletal : Kram otot, kehilangan kekuatan otot, fraktur tulang.

7) Integumen : Warna kulit abu-abu, mengilat, pruritis, kulit kering bersisik,

ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.

6
E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Menurut (Tambayong, jan 2013)

1. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal


ginjal.

2. Klirens kreatinin menunjukkan penyakti ginjal tahap akhir bila


berkurang

s/d 90%.

3. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,

magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.

4. Gas Darah Arter (GDA) menunjukkan asidosis metabolic (nilai PH,

kaderbikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal).

5. HB dan hematokrit dibawah rentang normal.

6. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal.

7. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang dipengaruhi

(Engran Balbarra.)

F. Penatalaksanaan/Perawatan

Penyakit gagal ginjal merupakan penyakit yang tidak bisa disembuhkan.


Namun terdapat beberapa cara untuk mengobati gagal ginjal yang secara khusus
bertujuan untuk mengurangi resiko munculnya penyakit lain yang berpotensi
menambah masalah bagi pasien. Beberapa pengobatanya yaitu :

a. Menjaga Tekanan Darah

7
Dengan menjaga tekanan darah maka dapat mengontrol kerusakan ginjal,
karena tekanan darah sendiri dapat mempercepat kerusakan tersebut. Obat
penghambat ACE merupakan obat yang mampu memberi perlindungan
tambahan pada ginjal dan mengurangi tekanan darah dalam tubuh dan aliran
pembuluh darah.

b. Perubahan Gaya Hidup

Hal yang bisa dilakukan ialah dengan merubah gaya hidup seperti
mengurangi konsumsi garam, menurunkan berat badan diutamakan bagi
penderita obesitas

c. Obat-obatan

Obat-obatan seperti anthipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,


suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih), transfusi darah.

d. Intake cairan dan makanan

Yaitu dengan cara minum air yang cukup dan pengaturan diit rendah
protein memperlambat perkembangan gagal ginjal.

e. Hemodialisis

Yaitu terapi pengganti ginjal yang berfungsi mengeluarkan sisa-sisa


metabolisme atau racun dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, 9
kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran
semi permiable sebagai pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal. (Rudy
Hartyono, 2013)

8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.Pengkajian

1. Biodata

a. Inisial :

b. Umur :

c. Jenis Kelamin :

d. Suku/Bangsa :

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Biasanya pasien dengan diagnosa gagal ginjal akut sering terasa sesak,
mual, muntah.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pasien mengeluh badan terasa lemah, kencing terasa sesak,


mual dan muntah dan penambahan BB, nyeri tekan pada abdomen,
anoreksia dan lemah.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Menanyakan pasien apakah pernah merasakan penyakit gagal ginjal


akut sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Menanyakan kepada keluarga apakah keluarga pasien pernah


mengalami penyakit yang sama dengan penyakit yang dialami pasien

3. Pola kebiasaan sehari-hari

9
a. Pola Nutrisi

Biasanya pasien tidak mampu makan karena pasien mual dan muntah
pasien hanya mampu menghabiskan 3 sendok makan dari porsi yang
disediakan dan pasien minum 2 gelas / hari.

b. Pola Istirahat

Biasanya pasien tidak dapat tidur dengan tenang dan hanya tidur 4-5
jam/hari.

c. Pola Eliminasi

Biasanya BAB 2 hari satu kali dengan konsistensi padat dan untuk
BAK dengan urine warna kuning pekat agak kental.

d. Pola Aktifitas

Biasanya aktivitas pasien dibantu keluarga karena pasien lemah

e. Personal Hygine

Biasanya personal hygene pasien dibantu keluarga karena k/u pasien


lemah.

4. Riwayat Psikologis

Menanyakan pada pasien apakah ia merasa cemas dan berharap cepat

sembuh

5. Riwayat Sosial

Biasanya pasien GGA dapat berinteraksi dengan keluarga dan keluarga


pasien lainnya.

6. Riwayat Spiritual

10
Menanyakan pada pasien apakah pasien berdoa untuk kesembuhan
penyakitnya dan mau berobat kerumah sakit.Peristaltik usus terdengar
sedikit lemah.

7. Pemeriksaan Head To Toe

a. Kepala

1. Kesimetrisan

2 Edema periorbital

3.Bentuk kepala: makrosefali, anecapali , encefalokel

4. Caput succeodenum

5 Cephalhematom

6. Distribusi rambut dan warna

b. Mata

1. Kesimetrisan

2. Apakah ada kelainan atau infeksi

3. Apakah terdapat sekret

4. Refleks Cahaya

5. Kemampuan akomodasi cahaya

c. Hidung

1. Kesimetrisan

2. Perhatikan jembatan hidung ( tidak ada Down Sindrom)

3. Cuping hidung masih keras

4. Passase udara ( gunakan Kapas )

d. Mulut

11
1. Kesimetrisan

2. Adanya labioschisi

3.Perhatikan adanya ovula apakah simetris , ovula naik bila bayi


menangis

4. Pengeluaran Saliva

5. Pertumbuhan Gigi ( apakah sejak lahir)

e. Telinga

1. Inspeksi struktur telinga luar

2. Bentuk : simetris atas bawah/tidak

3. Cairan : ada cairan yang keluar dari telinga/tidak

f. Leher

1. Lipatan pada leher ( garis ) Ada pembengkakan/tidak

2. Benjolan ada/tidak

g. Dada

1. Bentuk :simetris/tidak ( Barel chest : anterior posterior, dan


transversal

(1 : 1)

2. Puting : timbul/tidak

3. Bunyi nafas : teratur/tidak

4. Takikardi, edema pulmonal, terdengar suara nafas tambahan.

5. Bunyi jantung : normal/tidak, lemah/kuat

h. Abdomen

1. Terdapat distensi abdomen

12
2. Inspeksi ukuran abdomen dan palpasi kontur abdomen : bulat
menonjol ,

berbentuk seperti kubah karena otot-otot abdomen belum


berkembang sempurna

3. Hepar dapat teraba 2 – 3 cm dibawah arcus costae.

4. Auskultasi bisisng usus : terdengar satu sampai dua jam setelah lahir.

i. Ekstremitas

1.Jumlah Jari >5 ( polidaktili ), jari bersatu (sidaktili))

2. Ujung jari halus

3. Kuku Clubing finger

4. Telapak kaki nampak datar

5. Kelengkapan organ

j. Genitalia

Laki-laki

1. Penis : ada/tidak

2. Prepotium : menutupi glans Penis

3. Testis : simetris/tidak, sudah turun masuk serotum/tidak

Perempuan

1. Vagina : berlobang/tidak

2. Terdapat labia mayor dan minor/tidak

3. Perhatikan Adanya Klitoris

8. Pemeriksaan Penunjang

13
a. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagalginjal

b. Klirens kreatinin menunjukkan penyakit ginjal tahap akhir bila berkurang s/d

90%.

c. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor,


kalsium,magnesium dan produk fasfor- kalsium dengan natrium serum rendah.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinik mengenai respon


individu, klien atau masyarakat tentang masalah kesehatan aktual atau
potensial sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan
asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Herdman &
Kamitsuru, 2015).

Menurut Mary Bsradero ,(2010) diagnosa keperawatan yang mungkin

muncul pada penderita gagal ginjal akut antara lain :

a, Hipervolemia (D.0022)

b/d kerusakan fungsi ginjal

1) Gangguan mekanisme regulasi


2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (mis. kartikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,
vincristine, tryptilinescarbamazepine)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif

14
1. Ortopnea 1. Ederma anasarka dan/atau
2. Dispenea ederma perifer
3. Paroxysmal nocturnal 2. Berat badan meningkat dalam
dyspnea (PND) waktu singkat
3. Jugular Venous Pressure
(JVP) dan/atau Cental
Venous Pressure (CVP)
meningkat
4. Refleks hepatojugular positif

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif

(tidak tersedia) 1. Ditensi vena jugularis


2. Terdengar suara nafas
tembahan
3. Hepatomegali
4. Kadar Hb/Ht turun
5. Oliguria
6. Intake lebih banyak dari
output (balans cairan positif)
7. Kongesti paru

b. Intoleransi aktivitas (D.0056)

b.d dengan anemi dan nyeri sendi sekunder terhadap gagal ginjal

15
1. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
2. Tirah baring
3. Kelemahan
4. Imobilitas
5. Gaya hidup monoton

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif

1. Mengeluh lelah 1. frekuensi jantung meningkat


>20% dari kondisi sehat

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif

2. Dispnea saat/setelah 2. Tekanan darah berubah


aktivitas >20% dari kondisi istirahat
3. Merasa tidak nyaman 3. Gambaran EKG
setelah beraktivitas menunjukan aritmia saat/setelah
4. Merasa lemah aktivitas
4. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
5. Sianosis

3. Ansietas (D.0080)

b.d kurang pengetahuan tentang kondisi

1. Krisis situasional.

16
2. Kebutuhan tidak terpenuhi.
3. Krisis maturasional.
4. Ancaman terhadap konsep diri.
5. Ancaman terhadap kematian.
6. Kekhawatiran mengalami kegagalan.
7. Disfungsi sistem keluarga.
8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan.
9. Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. Penyalahgunaan zat.
11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dan lain-lain).
12. Kurang terpapar informasi.

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif

1. Merasa bingung. 1. Tampak gelisah.


2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang.
akibat. 3. Sulit tidur
3. Sulit berkonsenstrasi.

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif Objektif

1. Mengeluh pusing. 1. Frekuensi napas meningkat.


2. Anoreksia. 2. Frekuensi nadi meningkat.
3. Palpitasi. 3. Tekanan darah meningkat.
4. Merasa tidak berdaya. 4. Diaforesis.
5. Tremos.
6. Muka tampak pucat.

17
7. Suara bergetar.
8. Kontak mata buruk.
9. Sering berkemih.
10. Berorientasi pada masa lalu.

4. Defisit nutrisi (D.0019)

b.d mual muntah.

1. Ketidakmampuan menelan makanan


2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis, stres, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor


Subjektif Objektif

(tidak tersedia)   1.Berat badan menurun minimal


10% dibawah rentang ideal

18
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif

1.Cepat kenyang setelah makan 1.Bising usus hiperaktif

2.Kram/nyeri abdomen 2.Otot pengunyah lemah

3.Nafsu makan menurun 3.Otot menelan melemah

4.Membran mukosa pucat

5.Sariawan

6.Serum abumin

7.Rambut rontok ber;ebihan

8.Diare

C. Intervensi

Intervensi keperawatan pada Gagal Ginjal Akut

a. Hipervolemia
1.  Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Observasi
 Periksa tanda dan gejala hypervolemia
 Identifikasi penyebab hypervolemia
 Monitor status hemodinamik, tekanan darah, MAP, CVP, PAP,
PCWP, CO jika tersedia
 Monitor intaje dan output cairan
 Monitor tanda hemokonsentrasi ( kadar Natrium, BUN,
hematocrit, berat jenis urine)

19
 Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma
 Monitor kecepatan infus secara ketat
 Monitor efek samping diuretic

Therapeutik
 Timbang berat bada setiap hari pada waktu yang sama
 Batasi asupan cairan dan garam
 Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat

Edukasi
 Anjurkan melapor jika haluaran urine <0.5 ml/kg/jam dalam 6
jam
 Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
cairan
 Ajarkan cara membatasi cairan

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuritik
 Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
 Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy

2. Pemantauan Cairan (I.03121)


Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit

20
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum,
'hematocrit, natrium, kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan
nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane mukosa
kering, volume urine menurun, hematocrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia 9mis. Dyspnea, edema
perifer, edema anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat,
refleks hepatojogular positif, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis.
Prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka bakar,
apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pankreas, penyakit
ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)

Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil pemantauan

Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

b. Intoleransi aktivitas
1. Manajemen Energi (I. 05178)

21
Observasi
 Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola dan jam tidur
 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas

Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
cahaya, suara, kunjungan)
 Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
 Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan

Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan

2. Terapi Aktivitas (I.05186)


Observasi
 Identifikasi deficit tingkat aktivitas

22
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap
aktivitas

Terapeutik
 Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang
aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang
konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan social
 Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan
untuk mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu, energy, atau gerak
 Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika
sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan
emosional (mis. kegitan keagamaan khusu) untuk pasien
dimensia, jika sesaui

23
 Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif,
terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan ( mis. vocal group,
bola voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas sederhana,
permaianan sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga,
perawatan diri, dan teka-teki dan kart)
 Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri
untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan
kognitif, dalam menjaga fungsi dan kesehatan
 Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
 Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan
memonitor program aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

c. Ansietas

24
1. Reproduksi Ansietas (I.09314)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat anxietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas (verbal dan non verbal)

Terapeutik
 Ciptakan suasana  terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika
memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan  realistis tentang peristiwa yang akan
dating

Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

25
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat ansietas, jika perlu

d. Defisit Nutrisi
1. Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi

Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

26
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

4. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan suatu pelaksanaan tindakan


keperawatan terhadap klien yang didasarkan pada rencana keperawatan
yang telah disusun dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan
meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan, dan memfasilitasi koping.

Implementasi keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik


apabila klien mempunyai keinginan untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Selama tahap implementasi keperawatan, perawat
terus melakukan pengumpulan data yang lengkap dan memilih asuhan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah tahap yang menentukan apakah tujuan


yang telah disusun dan direncanakan tercapai atau tidak. Menurut Friedman
(dalam Harmoko, 2012) evaluasi didasarkan pada bagaimana efektifnya
intervensi - intervensi yang dilakukan oleh keluarga, perawat dan yang
lainnya. Ada beberapa metode evaluasi yang dipakai dalam perawatan.
Faktor yang paling utama dan penting adalah bahwa metode tersebut harus
disesuaikan dengan tujuan dan intervensi yang sedang dievaluasi.

27
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Gangguan ginjal akut (GGA) atau Acute kidney injury (AKI) yang
sebelumnya diknal dengan ARF adalah penurunan fungsi ginjal yang di tandai
dengan peningkatan kadar kreatinin serum dibanding dengan kadar sebelumnya
atau penurunan urine output (UO)(Balqis, Noormartany, Gondodiputra, & Rita,
2016). Acute kidney injury (AKI) adalah penurunan cepat (dalam jam hingga
minggu) laju filtrasi glomerulus (LFG) yang umumnya berlangsung reversible,
diiikuti kegagalann ginjal untuk mengekskresi sisa metabolisme nitrogen
dengan / tanpa gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Etiologi AKI di bagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan pathogenesis


AKI yakni . Penyakit yang menyebabkan hipoperfusi ginjal tanpa menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal Penyakit yang secara langsung menyebabkan
gangguan pada parenkim ginjal Penyakit dengan obstruksi saluran kemih
Kondisi klinis yang dapat menyebabkan terjadinya GGA dapat dipengaruhi oleh
ginjal sendiri dan oleh faktor luar.

B.Saran

Diharapkan makalah ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan


mahasiswa tetang “Gagal Ginjal Akut” dan asuhan keperawatan pada pasien
“Gagal Ginjal Akut”. Semoga kedepannya makalah ini dapat dikembangkan
menjadi lebih baik untuk dijadikan acuan pembelajaran untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan. Apabila dalam penulissan makalah ini terdapat
kesalahan maupun kekurangan, saya memohon maaf dan saya mengharapkan
saran dan kritikan membangun untuk memperbaiki makalah ini dimasa yang akan
datang. Diharapkan makalah ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan

28
mahasiswa tetang “Gagal Ginjal Akut” dan asuhan keperawatan pada pasien
“Gagal Ginjal Akut”. Semoga kedepannya makalah ini dapat dikembangkan
menjadi lebih baik untuk dijadikan acuan pembelajaran untuk meningkatkan
wawasan dan pengetahuan. Apabila dalam penulissan makalah ini terdapat
kesalahan maupun kekurangan, saya memohon maaf dan saya mengharapkan
saran dan kritikan membangun untuk memperbaiki makalah ini dimasa yang akan
datang

29
DAFTAR PUSTAKA

Malang, U. M. (n.d.). https://scholar.google.com/. Retrieved from


https://eprints.umm.ac.id/63604/4/BAB%20II.pdf

Wati, N. A. (2018). Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada
klien Gagal Ginjal Akut Dengan Masalah Kelebihan Volume Cairan. 13-
19.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

30

Anda mungkin juga menyukai