Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN & LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GADAR KRITIS PADA PASIEN Tn. A


DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD)
DI RUANG IGD RSUD PROVINSI NTB
TANGGAL 13 APRIL 2023

Disusun oleh:

NI MADE WINI PUTRI FEBRINA SARI


P07120522076

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Nama Mahasiswa : Ni Made Wini Putri Febrina Sari


NIM : P07120522076
Judul Laporan Kasus : Asuhan Keperawatan Gadar Kritis Pada Pasien Ny. P
Dengan Diagnosa Chronic Kidney Desease (CKD) di
Ruang IGD RSUD Provinsi NTB Tanggal 13 April 2023

TELAH DISAHKAN

PADA TANGGAL ……………………… DI ………………………

OLEH

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

(Sahrir Ramadhan, M. Kep) (Dewe Gede Sanjaya Putra, S Kep., Ns., M.Kep)
NIP. 198906202014021002
VISI DAN MISI PRODI PROFESI NERS

VISI:
“Menjadi Program Studi yang Menghasilkan Tenaga Ners yang Expert, Inovatif,
Enterpreneur dan Berdaya Guna di Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan
Bencana dalam Mewujudkan Masyarakat Sehat, Produktif dan Berkeadilan pada
Tahun 2022”

MISI:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang expert, inovatif dan
entrepreneur di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana.
b. Mengembangkan penelitian berbasis inovatif di bidang keperawatan gawat
darurat dan bencana.
c. Menyelenggarakan dan meningkatkan pengabdian masyarakat yang berdaya
guna di bidang keperawatan gawat darurat dan bencana dalam mewujudkan
masyarakat sehat, produktif dan berkeadilan.
d. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah daerah, institusi pendidikan dan
lembaga pelayanan kesehatan dalam bidang keperawatan.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
VISI DAN MISI PRODI PROFESI NERS ...................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
LAPORAN PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Konsep Penyakit Chronic Kidney Desease (CKD)................................... 5
B. Konsep Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Desease (CKD) ............. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 21
LAPORAN KASUS ............................................................................................ 22
Lampiran
LAPORAN PENDAHULUAN
CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD)

A. Konsep Penyakit Chronic Kidney Desease (CKD)


1. Pengertian Chronic Kidney Desease (CKD)
Chronic Kidney Disease atau Gagal Ginjal Kronis adalah suatu
proses patofisiologi dengan etiologi sangat beragam, yang menyebabkan
fungsi ginjal menurun secara progresif dan seringnya akan berakhir
dengan kegagalan ginjal (Idris et al., 2016). Gagal ginjal kronik biasanya
akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap,
penyebabnya adalah glomerulopati primer, nefropati diabetika, nefropati
lupus, penyakit ginjal hipertensi, ginjal polikistik, nefropati asam urat,
nefropati obstruksi, pielonefritis kronik/PNC (Aisara et al., 2018).
Menurut (Depkes, 2017) penyakit gagal ginjal kronis (GGK)
adalah penurunan progresif fungsi ginjal atau kerusakan ginjal dalam
beberapa bulan atau tahun. Menurut (Ferenbach & Bonventre, 2016)
Penyakit ginjal kronis dianggap sebagai ireversibel dan seringkali
progresif yang mengarah ke penyakit ginjal stadium akhir.
2. Etiologi Chronic Kidney Desease (CKD)
Penyakit gagal ginjal kronik dalam National Kidney Foundation
(NKF) terjadi karena dua penyebab utama yaitu adalah diabetes dan
hipertensi. Diabetes yang dialami oleh seseorang bisa mengakibatkan
kerusakan organ tubuh, seperti pembuluh darah, saraf, mata, jantung dan
ginjal. Selain itu, hipertensi atau tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol dapat berakibat mengalami serangan jantung, stroke hingga
penyakit ginjal kronik. Sebaliknya, penyebab munculnya tekanan darah
tinggi juga bisa disebabkan oleh penyakit ginjal kronik.
Tidak hanya dari 2 penyebab tersebut kondisi lain yang dapat
mempengaruhi ginjal yaitu:
a. Glomerulonefritis, yang merupakan kumpulan penyakit pada unit
penyaring di ginjal yang menyebabkan inflamasi hingga kerusakan.
b. Penyakit bawaan seperti ginjal polikistik yang bisa menyebabkan
terbentuknya kista pada ginjal hingga dapat merusak jaringan yang ada
di sekitarnya
c. Obstruksi yang disebabkan karena tumor, batu ginjal atau pembesaran
kelenjar prostat pada pria
d. Lupus dan penyakit lain yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan
tubuh
e. Infeksi yang berulang pada saluran kencing (Anita, 2020).
3. Manifestasi Klinik Chronic Kidney Desease (CKD)
Menurut Kemenkes (2017), tanda dan gejala yang timbul karena
penyakit ginjal biasanya sangat umum (juga tampak pada penyakit lain)
seperti:
a. Tekanan darah tinggi
b. Perubahan jumlah kencing dan berapa kali kencing dalam sehari
c. Adanya darah dalam kencing
d. Rasa lemah serta sulit tidur
e. Kehilangan nafsu makan
f. Sakit kepala
g. Tidak dapat berkonsentrasi
h. Gatal
i. Sesak
j. Mual dan muntah
k. Bengkak, terutama pada kaki dan pergelangan kaki, bengkak pada
kelopak mata waktu bangun tidur pagi hari.
Menurut Smeltzer dan Bare (2013) sistem tubuh pada setiap pasien
GGK akan dipengaruhi oleh kondisi uremia yang akan menimbulkan
sejumlah tanda dan gejala. Tingkat keparahan tanda serta gejala yang
dialami tergantung pada usia, letak bagian, kondisi yang mendasari dan
tingkat kerusakan ginjal. Berikut adapun tanda dan gejala penderita GGK
adalah:
a. Manifestasi kardiovaskuler, yaitu pitting edema pada kaki, tangan dan
sakrum, pembesaran pada vena leher dan Hipertensi yang diakibatkan
dari retensi cairan dan natrium dari aktivasi Renin-Angiotensin-
Aldosterone-System (RAAS).
b. Manifestasi dermatologi, kulit akan berubah warna menjadi abu-abu
mengkilat, lebam atau ekimosis, bersisik, kering, pruritus atau gatal,
kuku rapuh dan rambut tipis serta kasar.
c. Manifestasi Pulmoner, krekels Napas dangkal, dalam dan berat
(Kussmaul) dan Sputum kental.
d. Manifestasi Gastrointestinal, napas akan berbau ammonia yang tajam,
anoreksia, konstipasi dan diare, mual dan muntah, pendarahan pada
mulut dan ulserasi, serta pendarahan saluran gastrointestinal.
e. Manifestasi Neurologi, lemah dan letih terutama pada tungkai, kejang,
disorientasi, konfusi, perubahan perilaku.
f. Manifestasi Muskuloskeletal, hilangnya kekuatan otot, kram, fraktur
pada tulang, drop foot 12
g. Manifestasi Reproduktif, amenore dan atrofi testikuler.
4. Klasifikasi Chronic Kidney Desease (CKD)
Inisiatif Kualitas Hasil Penyakit Ginjal (KDOQI) dari National
Kidney Foundation (NKF) mendefinisikan penyakit gagal ginjal kronis
(GGK) sebagai kerusakan ginjal (struktural atau fungsional) atau
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) kurang dari 60mL/menit/1,73m2
selama 3 bulan atau lebih.
Dikutip dari Clinical Practiceguidelines On Chronic Kidney
Disease terdapat 5 stadium pada penyakit ginjal berdasarkan nilai LFG-
nya, yaitu:
No Deskripsi Terapi
1. Kerusakan ginjal dengan LFG Pengobatan primer dan
normal/meningkat (<90ml/menit/1,73 m2) kondisi komorbiditas.
2. Kerusakan ginjal dengan sedikit Menekan laju kejadian
penurunan LFG (60-89ml/menit/1,73 m2) PGK
3. Kerusakan ginjal dengan penurunan Evaluasi dan pengobatan
sedang LFG (30-59 ml/menit/1,73 m2) komplikasi
4. Kerusakan ginjal dengan penurunan besar Persiapan transplantasi
LFG (15-29 ml/menit/1,73 m2) ginjal
5. Gagal ginjal, LFG <15 ml/menit/1,73 m2 Terapi pengganti ginjal

5. Patofisiologi Chronic Kidney Desease (CKD)


Pasien GGK pada awalnya akan mengalami hambatan aliran
pembuluh darah yang menyebabkan nefropati diabetik, dimana tekanan
glomerular meningkat, sehingga menyebabkan mereka mengalami
ekspansi mesangial dan hipertrofi glomerular. Akibat dari semua itu area
filtrasi menjadi berkurang dan akan menyebabkan glomerulosklerosis
(Ikawati et al., 2018). Tingginya tekanan darah juga bisa menyebabkan
terjadi GGK karena akan menyebabkan luka pada arteriol aferen ginjal
sehingga filtrasi akan mengalami penurunan. Pada pasien GGK juga akan
mengalami peningkatan kadar air dan natrium di dalam tubuh yang
disebabkan karena keseimbangan glomerulotubular terganggu sehingga
terjadi peningkatan intake natrium yang akan menyebabkan peningkatan
volume cairan extrasel dan retensi natrium (Adhiatma et al., 2014).
Menurut Okorie et al. (2018), secara singkat, gagal ginjal kronis
ditandai dengan hilangnya fungsi ginjal secara bertahap. Ginjal berfungsi
sebagai organ ekskresi utama tubuh yang menghilangkan produk sisa
metabolisme tubuh dengan cara menyaring darah. Zat yang tidak
dibutuhkan atau berlebihan disaring dari darah dan membentuk urin.
Dengan mengatur komposisi darah, ginjal mampu menjaga volume dan
tekanan darah, memastikan keseimbangan Natrium (Na+), Klorida (Cl-),
Kalium (K+), Kalsium (Ca2+), Hidrogen (H+) dan pH serta
menghilangkan urea, asam urat dan kreatinin.
6. Pathway Chronic Kidney Desease (CKD)
7. Pemeriksaan Penunjang Chronic Kidney Desease (CKD)
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Laboratorium darah: BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca,
Phospat), Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein,
antibody (kehilangan protein dan immunoglobulin)
2) Pemeriksaan Urin: Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT
b. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
c. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate
d. Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos
abdomen
e. Identifikasi perjalanan penyakit
Progresifitas penurunan fungsi ginjal, ureum kreatinin, clearance
creatinin test (CCT):
140−umur x BB(kg)
CCT =
72 x kreatinin serum
8. Penatalaksanaan Chronic Kidney Desease (CKD)
a. Restriksi konsumsi cairan, protein dan fosfat
b. Obat-obatan: diuretic untuk meningkatkan urinasi, alumunium
hidroksida untuk terapi hiperfosfatemia, anti hipertensi untuk terapi
hipertensi serta diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC
seperti epoetin alfa bila terjadi anemia
c. Dialysis
d. Transplantasi ginjal
B. Konsep Asuhan Keperawatan Chronic Kidney Desease (CKD)
1. Pengkajian Kegawatdaruratan Chronic Kidney Desease (CKD)
a. Pengkajian Primer
Pengkajian cepat untuk mengidentifikasi dengan segera masalah
actual/potensial dari kondisi life threatning (berdampak terhadap
kemampuan pasien untuk mempertahankan hidup). Pengkajian tetap
berpedoman pada inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi jika hal
tersebut memungkinkan.
Prioritas penilaian dilakukan berdasarkan:
1) A = airway
Kaji:
a) Bersihan jalan nafas
b) Adanya/tidaknya sumbatan jalan nafas
c) Distress pernafasan
d) Tanda-tanda perdarahan di jalan nafas, muntahan, edema laring
2) B = breathing
Kaji:
a) Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
b) Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
c) Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
3) C = circulation
Kaji:
a) Denyut nadi karotis
b) Tekanan darah
c) Warna kulit, kelembaban kulit
d) Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
4) D = disability
Kaji:
a) Tingkat kesadaran
b) Gerakan ekstremitas
c) GCS atau pada anak tentukan respon A= alert, V = verbal, P =
pain/respon nyeri, U = unsreponsive
d) Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
5) E = eksposure
Kaji:
a) Tanda-tanda trauma yang ada
b. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang ditemukan
pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder meliputi
pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan (riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat pengobatan,
riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai kaki.
1) Pengkajian riwayat penyakit
Komponen yang perlu dikaji
a) Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
b) Lamanya waktu kejadian sampai dengan dibawa kerumah sakit
c) Tiap cedera, posisis saat cedera dan lokasi cedera
d) Gambaran mekanisme cedera dan lokasi cedera
e) Waktu makan terakhir
f) Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi
pasien
2) Tanda-tanda vital
3) Pengkajian Head to Toe
2. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia CKD
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai
respon pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017).
a. Hypervolemia
Definisi: Peningkatan volume cairan intravascular, intertisial dan atau
intraseluler
Batasan karakteristik
Penyebab:
1) Gangguan mekanisme regulasi
2) Kelebihan asupan cairan
3) Kelebihan asupan natrium
4) Gangguan aliran balik vena
5) Efek agen farmakologis (mis. Kostikosteroid, chlorpropamide,
tolbutamide, vincristine, tryptilinescarbamazaepine)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Ortopnea
2) Dispnea
3) Paroxymal nocturnal dyspnea (PND)
Objektif
1) Edema anasarka dan atau edema perifer
2) Berat badan meningkat dalam waktu yang singkat
3) Jugular venous Pressure (JVP) dan atau Central Venous Pressure
(CVP) meningkat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
Tidak tersedia
Objektif
1) Distensi Vena jugular
2) Terdengar suara napas tambahan
3) Hepatomegali
4) Kadar Hb dan Ht turun
5) Oliguria
6) Intake lebih banyak dari output (balans cairan positif)
7) Kongesti paru
b. Gangguan pertukaran gas
Definisi: Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.
Penyebab:
1) Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2) Perubahan membrane alveolus-kapiler
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1) Dispnea
Objektif
1) PCO2 meningkat/menurun
2) PO2 menurun
3) Takikardia
4) pH arteri meningkat/menurun 18
5) Bunyi napas tambahan
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
1) Pusing
2) Penglihatan kabur
Objektif:
1) Sianosis
2) Diaforesis
3) Gelisah
4) Napas cuping hidung
5) Pola napas abnormal (cepat/lambat, regular/ireguler,
dalam/dangkal)
6) Kesadaran menurun
c. Intoleransi aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
Penyebab:
1) Ketidakseimbangan antara suplai dan keutuhan energi
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
1) Mengeluh lelah
Objektif:
1) Frekuensi jantung meningka >20% dari kondisi istirahat
2) Gejala dan tanda minor
Subjektif
1) Dispnea saat/setelah aktivitas
2) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3) Merasa lemah
Objektif
1) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
2) Gambaran EKGmenunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas
3) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
4) Sianosis
d. Penurunan curah jantung
Defenisi: ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh
Penyebab
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan frekuensi jantung
3) Perubahan Kontraktilitas
4) Perubahan preload
5) Perubahan afterload
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif:
1) Perubahan irama jantung
2) Palpitasi
3) Perubahan preload
4) Lelah
5) Perubahan afterload
6) Dyspnea
7) Perubahan kontraktilitas
8) Paroxysmal Noctual Dispnea (PND)
9) Ortopnea
10) Batuk
Onjektif:
1) Perubahan irama jantung
2) Bradikardia/takikardia
3) Gambaran EKG aritmia atau gangguan kondusi
4) Perubahan preload
5) Edema
6) Distensi vena jugularis
7) Centran venous pressure (CVP) meningkat/menurun
8) Hepatomeali
9) Perubahan afterload
10) Tekanan darah meningkat/menurun
11) Nadi perifer teraba lemah
12) CRT > 3 detik
13) Oliguria
14) Warna kulit pucat dan atau sianosis
15) Perubahan kontraktilitas
16) Terdengar suara jantung S3 dan/atau S4
17) Ejection fraction (EF) menurun
Gejala dan tanda Minor
Subjektif
1) Perubahan irama jantung
2) Perubahan preload
3) Perubahan afterload
4) Perubahan kontraktilitas
5) Cemas
6) Gelisah
Objektif:
1) Perubahan irama jantung
2) Murmur jantung
3) Berat badan bertambah
4) Pulmonary Artery Wedge Pressure (PAWP) menurun
5) Perubahan preload
6) Pulmonary Vescular Resistance (PVR) meningkat/menurun
7) Systemic Vescular Resistance (SVR) meningkat/menurun
8) Perubahan afterload
9) Cardiac Index (CI) menurun
10) Left Ventricular Strok Work Index (LVSWI) menurun
11) Stroke Volume Index (SVI) menurun
12) Perubahan kontraktilitas
e. Gangguan eliminasi urin
Definisi: disfungsi eliminasi urin
Penyebab:
1) Penurunan kapasitas kandung kemih
2) Iritasi kandung kemih
3) Penurunan kemampuan menyadari tanda-tanda gangguan kandung
kemih
4) Efek tindakan medis dan diagnosis (mis. operasi ginjal, operasi
saluran kemih, anastesi, dan obat-obatan)
5) Kelemahan otot pelvis
6) Ketidak mampuan mengakses toilet (mis. imobilisasi)
7) Hambatan lingkungan
8) Ketidak mampuan mengkomunikasikan kebutuhan eliminasi
9) Outlet kandung kemih tidak lengkap (mis.anomali saluran kemih
kongenital)
10) Imaturitas (pada anak usia <3 tahun)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1) Desakan berkemih (Urgensi)
2) Urin menetes (dribbling)
3) Sering buang air kecil
4) Nokturia
5) Mengompol
6) Enuresia
Objektif
1) Distensi kandung kemih
2) Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
3) Volume residu urin meningkat
3. Standar Luaran dan Intervensi Keperawatan Indonesia CKD
a. Hypervolemia
Luaran Utama: Keseimbangan cairan
1) Tujuan dan Kriteria Hasil
Ekuilibrum antara volume cairan di ruang intraseluler dan
ekstraseluler tubuh meningkat dibuktikan dengan kriteria hasil:
a) Asupan cairan, keluaran urin, kelembaban membrane mukosa,
asupan makanan meningkat
b) Edema, dehidrasi, asites, konfusi menurun
c) Tekanan darah, denyut nadi radial, tekanan arteri rata-rata,
membrane mukosa, mata cekung, turgor kulit, berat badan
membaik
2) Intervensi Keperawatan dan rasional
Manajemen Hipervolemia
Observasi
a) Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Ortopnea, dispnea,
edema, JVP/CVP meningkat, reflex hepatojugular positif, suara
napas tambahan.
b) Identifikasi penyebab hypervolemia
c) Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan
darah, MAP, CVP, PAP, PCWP, CO,CI), jika tersedia
d) Monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik)
e) Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. Kadar natrium, BUN,
hematocrit berat jenis urin)
f) Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mis. Kadar protein
dan albumin meningkat)
g) Monitor kecepatan infus secara ketat
h) Monitor efek samping diuretic
Terapeutik
a) Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
b) Batasi asupan cairan dan garam
c) Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 derajat
Eduakasi
a) Anjurkan melaporkan jika haluaran urin < 0,5ml/kg/jam dalam
6 jam
b) Anjurkan melaporkan jika BB bertambah >1kg dalam sehari
c) Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran
cairan
d) Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian diuretic
b) Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
c) Kolaborasi pemberian Continuous Renal Replacement Therapy
(CRRT), jika perlu
b. Gangguan pertukaran gas
Luaran utama: pertukaran gas membaik
1) Tujuan dan kriteria hasil
Oksigenasi dan/ atau eliminasi karbondioksida pada membrane
alveolus-kapiler dalam batas normal dibuktikan dengan kriteria
hasil:
a) Meningkatnya tingkat kesadaran
b) Menurunnya gejala dispneu, bunyi napas tambahan, pusing,
penglihatan kabur, diaphoresis, gelisah, dan napas cuping
hidung
c) Membaiknya PCO2, PO2, Takikardi, pH arteri,Sianosis, pola
napas, dan warna kulit
2) Intervensi keperawatan
Pemantauan Respirasi
Observasi:
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c) Monitor kemampuan batuk efektif
d) Monitor adanya produksi sputum
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Auskultasi bunyi napas
h) Monitor saturasi oksigen
i) Monitor nilai AGD
j) Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik
a) Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
b) Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
b) Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
c. Intoleransi Aktivitas
Luaran utama: manajemen energei meningkat
1) Tujuan dan kriteria hasil
Respon fisiologis terhadap aktifitas yang membutuhkan tenaga
dapat meningkat dengan kriteria hasil:
a) Kemudahan dalam melakukan aktifitas sehari-hari meningkat
b) Kekuatan tubuh bagian atas meningkat
c) Kekuatan tubuh bagian bawah meningkat
d) Keluhan lelah menurun
2) Intervensi keperawatan
Observasi:
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif (ROM)
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan.
Eduaksi:
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
d. Penurunan Curah jantung
Luaran utama: curah jantung membaik
1) Tujuan dan Kriteria hasil
Keadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh meningkat dibuktikan dengan kriteria hasil:
a) Kekuatan nadi perifer, Ejection Fraction (EF) menigkat
b) Palpitas, Bradikardia, Takikardia, Gambaran EKG aritmia,
Lelah, Edema, Distensi Vena Jugularis, Dispnea, Oliguria,
Pucat/sianosis, Paroxymal Noctural Dispnea (PND), Ortopnea,
Batuk, Suara jantung S3, Suara Jantung S4 menurun
c) Tekanan darah membaik
2) Intervensi Keperawatan
Observasi:
a) Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung
(meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea, paroxysmal
nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)
b) Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung
(meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly, distensi vena
jugularis, palpitasi, ronki basah, oliguria, batuk, kulit pucat
c) Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika
perlu)
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
f) Monitor saturasi oksigen
g) Monitor keluhan nyeri dada (mis,. intensitas, lokasi, radiasi,
durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
h) Monitor EKG 12 sadapan
i) Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
j) Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim
jantung, BNP, NTpro-BNP
k) Monitor fungsi alat pacu jantung
l) Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
aktivitas
m) Frekuensi tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. beta blocker, ACE inhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)
Terapeutik:
a) Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke
bawah atau posis nyaman
b) Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein,
natrium, kolesterol, dan makanan tinggi lemak)
c) Berikan stocking elastis atau pneumatic intermitten, sesuai
indikasi Rasional: Mengurangi risiko tromboemboli
d) Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup
sehat
e) Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
f) Berikan dukungan emosional dan spiritual
g) Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
Edukasi
a) Anjurkan beraktivitas fisik secara toleransi
b) Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
c) Anjurkan berhenti merokok
d) Ajarkan pasien dan keluarga mengkur berat badan harian
e) Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output
cairan harian
Kolaborasi:
a) Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
b) Rujuk ke program rehabilitasi jantung
e. Gangguan elminasi urin
Luaran utama: eliminasi urin membaik
1) Tujuan dan Kriteria hasil
Pengosongan Kandung kemih yang lengkap membaik dengan
kriteria hasil:
a) sensasi berkemih meningkat
b) desakan berkemih menurun
c) distensi kandung kemih
2) Intervensi Keperawatan
Observasi:
a) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
b) Monitor eliminasi urin (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma,
volume, dan warna)
Terapeutik:
a) Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
Edukasi
a) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
b) Ajarkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
4. Implementasi Keperawatan CKD
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada
kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi
(Dinarti & Muryanti, 2017)
5. Evaluasi Keperawatan CKD
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Dinarti, & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi


Keperawatan. 1– 172. Retrieved from http://bppsdmk. kemkes.go.id/
pusdiksdmk /wpcontent /uploads /2017/11 /praktika-dokumen
keperawatan - dafis. pdf.
Nurarif,a.h. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis
Dan Nanda Nic Noc.yogyakarta : medication publishing yogyakarta.
Ongkowijaya, J., & Wantania, F. E. (2016). Hubungan Hiperurisemia Dengan
Kardiomegali Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. 4, 0–5.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
DPP PPNI. Jakarta Selatan.
Internet
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Klien Dengan Ckd [8x4e0w8m29n3]
(idoc.pub) (di searching pada 14 April 2023)
SUDARMI_70900119043.pdf (uin-alauddin.ac.id) ( di searching pada 14 April
2023)
(15) LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD |
Charisma Risma - Academia.edu (di searching pada 14 April 2023)

Anda mungkin juga menyukai