Dosen pembimbing :
2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat serta hidayah yang di
limpahkanNya sehingga kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah yang berjudul
“Makalah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan Gagal Ginjal Kronik” dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Blok NURSING II
Urogenital System Universitas Alma Ata, tahun pelajaran 2023. Makalah ini kami susun
dengan menggunakan banyak literatur yang kami gunakan untuk menjadi dasar terwujudnya
makalah ini. Di dalam pembuatan makalah, kami mendapatkan banyak petunjuk, bantuan,
dukungan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak. Tidak lupa pada kesempatan ini
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini, yaitu:
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Manfaat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal ginjal kronik atau penyakit tahap akhir pada ginjal merupakan gangguan fungsi
ginjal yang progresif dan reversible keaadan dimana kemampuan tubuh gagal untuk
melakukan metabolisme dan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit,
yang menyebabkan uremia ( retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
GGK merupakan penurunan fungi ginjal yang menahun mengarah pada kerusakan
jaringan ginjal yang tidak reversible dan progresif. Adapun GGT ( gagal ginjal
terminal) adalah fese terakhir dari GGK dengan penurunan fungsi ginjal yang sudah
sangat buruk, kedua hal tersebut bisa dibedakan dengan tes klirens kreatinin.
Gagal ginjal kronik adalah suatu derajat yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang
tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Uremia adalah suatu sindrom kinik dan
laboratorik yang terjadi pada semua organ, akibat penurunan fungsi ginjal pada gagal
ginjal kronik.
B. Etiologi
Beberapa penyakit dapat menjadi dasar kelainan terjadinya gagal ginjal kronis, antara
lain penyakit ginjal akibat diabetes (diabetic kidney disease), penyakit ginjal polikistik
(cystic kidney disease), dan penyakit tubulointerstitial terganggu (tubulointerstitial
disease). Faktor risiko terjadinya gagal ginjal kronis adalah riwayat keluarga dengan
penyakit ginjal, hipertensi, diabetes, penyakit autoimun, usia lanjut, stadium akhir,
acute kidney disease, dan kerusakan struktur ginjal baik ada LFG yang normal atau
meningkat.
Dari data yang dikumpukan oleh Indonesia Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008
didapatkan urutan etiologi terbanyak gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis
(25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%), dan ginjal polikistik (10%).
3
karena kelainan genetik, kista, dapat disebarkan oleh berbagai keadaan atau
penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling sering
didapatkan.
C. Manifestasi Klinis
Tanda gejala klinis dapa gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang bersifat
sistemik, manifestasi klinis adalah sebagi berikut :
1. Gangguan kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas, akibat perikarditis, uffuse persikardie dan
gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema.
2. Gangguan pumonal
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan bunyi suara nafas
terdapat krekles.
3. Gangguan gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan fomitus yang berhubungan dengan metabolisme protein
dalam usus, pendarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan pendarahan
mulut, nafas berbau ammonia.
4. Gangguan musculoskeletal
Pegal pada kaki saat digerakkan, rasa kesemutan dan terbakar terutama pada telapak
kaki, tremor, kelemahan dan hipertrofi otot-otot ekstremitas (miopi).
5. Gangguan integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuningan akibat penimbunan urokom,
gatal-gatal akibat toksit, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan endokrin
Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan
aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan metaboik lemak dan vitamin D
7. Gangguan cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam-basa biasanya retensi
garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium dan dehidrasi, asidosis,
hiperkalemis, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena kurangnya produksi eritopoetin, sehingga
rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang, hemolisis akibat
berkurangnya masa hidup eritosit dalam uremia toksit, dapat juga terjadi gangguan
fungi trombosit dan trombositopeni.
Gagal ginjal kronik digolongkan menjadi 5 stadium menurut perjalanan klinisnya yang
ditentukan berdasarkan laju filtrasi glomerulus (GFR). Penderita dengan GFR lebih dari
60 cc/mnt tergolongkan stadium 1 dan 2, menandakan kerusakan ginjal masih ringan
dan belum ada komplikasi. Namun apabila penyakit dasar yang menjadi penyebabnya
tidak dikelola dengan baik maka dalam waktu sekitar 5 tahun akan berkembang menjadi
4
GGK stadim 3 dan 4 atau GFR antara 15-59 cc/m2. Selanjutnya jika GGK stadium 4
ini tidak dikelola dengan baik, dalam waktu sekitar 10 tahun kemudian, akan
berkembang menjadi gagal ginjal terminal. Kadar GFR kurang dari 15 cc/m2 tergolong
GGK stadium 5, dalam waktu kurang dari 5 tahum diperkirakan selanjutnya akan
membutuhka dialisis.
E. Patofisiologi
5
glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada akhirnya. Proteinuria akibat
kerusakan glomerulus diduga menjadi penyebab cedera tubulus. Proses hilangnya
fungsi nefron yang kontinu ini dapat terus berlangsung meskipun setelah proses
penyakit awal teratasi.
Perjalanan GGK beragam, berkembang selama periode bulanan hingga tahunan.
Pada tahap awal, seringkali disebut penurunan cadangan ginjal, nefron yang tidak
terkena mengkompensasi nefron yang hilang. GFR sedikit turun dan pada pasien
asimtomatik disertai BUN dan kadar kreatinin serum normal. Ketika penyakit
berkembang GFR turun lebih lanjut, hipertensi dan beberapa manifestasi
insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal kditahap ini (
misanya infeksi, dehidrasi, atau obstruksi saluran kemih) dapat menurunkan fungsi
dan memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar serum
kreatinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oguria, dan manifestasi
uremia muncul. Pada tahap akhir GGK, GFR kurang dari 10% normal mdan terapi
penggantian ginjal diperlukan untuk mempertahankan hidup.
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase awal gangguan
keseimbangan cairan, penanganan gram, serta penimbunan zat-zat sisa bervariasi
yang bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi ginjal turun krang
dari 25% normal, manifestasi klinis gagal ginjal kronik mungkin minimal karena
nefron-nefron yang sehat mengambil alih fungsi nefron yang rusak. Nefron yang
sisa meningkatkan kecepetan filtrasi, reabsorbsi, dan sekresinya, serta mengalami
hipertrofi.
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang tersisa
menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nefron yang ada untuk
meningkatkan reabsorbsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-nefron,
terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal yang akan berkurang.
Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban cairan sehingga
dapat menyebabkan hipertensi dan akan memperburuk kondisi gagal ginjal, dengan
tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-protein plasma. Kondisi akan
bertambah buruk dengan semakin banyak terbentuk jaringan parut sebagai respon
dari kerusakan nefron dan secara progresif fungsi ginjal menrun secara drastis
dengan manifestasi penumpukan metabolisme yang seharusnya dikeluarkan dari
sirkulasi sehingga akan terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak
manifestasi pada setiap organ tubuh.
6
F. Pathway
G. Penatalaksanaan
7
H. Pemeriksaan Penunjang
I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat dtimbulkan dar penyakit gagal ginjal kronik yaitu :
(Baughman, 2000):
1) Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan dekasifilkasi matriks tulang, sehinggal tulang akan menjadi
rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama makan menyebabkan
phatologis.
2) Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai kontrol sirkulasi sistemik akan berdampak secara sistemik
berupa hipertensi, kelainan lipid, inteloransi glukosa, dan kelainan
himodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri )
3) Anemia
Selain berfungsi sebagai sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritropoetin yang mengalami defisiensi di ginjal
akan mengakibatkan penurunan hemoglobi
4) Disfungsi seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria. Pada wanita, dapat terjadi
hiperprolaktinemia
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus
Tn. A berusia 40 tahun dibawa ke Rumah Sakit Alma Ata dengan keluhan lemah, pusing, sesak
nafas, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri saat BAK dengan skala 3, BAK menetes
dan kedua kaki bengkak. Hasil pengkajian yang dilakukan oleh perawat didapatkan klien
tampak lemah, composmentis, terdapat edema pada ekstremitas bawah, capillary refill >3
detik, BAK hanya menetes klien tampak meringis, pucat, gelisah, kesulitan tidur, dan tidak
nafsu makan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD :140/90 mmHg, RR : 28 x/menit, N : 115 x/menit, S:
37,2°C, SpO2 : 97%. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Eritrosit 2.62 106/µL,
Hrmoglobin 5.9 g/dL, Hematokrit 22.9%, BUN 42 mg/dL, Kreatinin 2 mg/dL, Asam
Urat 7.6 mg/dL, Natrium 132 mmol/L, Kalium 4.8 mmol/L , Calsium 8.2 mg/dL, pH
7.2, BE -3.1 mmol/L, PO2 75.0 mmHg, HCO3 20.7 mmol/L
B. Pengkajian Data
9
IV. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit hipertensi dan gagal ginjal akut yang tidak
tertangani dengan baik dan penyalahgunaan analgesik
V. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya memiliki riwayat penyakit hipertensi
VI. GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien Tn. A
: Tinggal serumah
: Keturunan
: Menikah
10
a. Frekuensi makan : 1 kali sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 58 kg / 170 cm
c. BB dalam 1 bulan terakhir : [ - ] tetap
[ - ] meningkat:….Kg,
[] menurun: 1 Kg
d. Jenis makanan : Padat
e. Makanan yang disukai : Sate Ayam
f. Makanan pantang : [ - ] Alergi… tidak ada alergi []
g. Nafsu makan : [ - ] baik
[] kurang
h. Masalah pencernaan : [] mual
[] muntah
[ - ] kesulitan menelan
[ - ] sariawan
i. Riwayat operasi/ : [ - ] tidak ada trauma
trauma gastrointestinal
j. Diit RS : Lunak
[-] habis
[] ½ porsi
[-] ¾ porsi
[-] tidak habis, alasan…..
Cairan, elektrolit, dan asam basa
a. Frekuensi minum : 3-4 gelas per hari
Konsumsi air ±1 liter
b. Turgor kulit : Normal
3. Aktivitas dan Latihan
Aktivitas
a. Pekerjaan : Buruh tani
b. Olah raga rutin : [ - ] Frekuensi : …
c. Alat Bantu : [ - ] walker
[ - ] kruk
[ - ] kursi roda
[ - ] tongkat
d. Terapi : [ - ] traksi, di …
[ - ] gips, di …
e. Kemampuan melakukan ROM : pasif/aktif
Jenis kegiatan 0 1 2 3
BAB/BAK
Mandi
Ambulasi
11
Berubah posisi
Keterangan : 0 : mandiri
1 : dengan alat
2 : dengan bantuan
3 : dengan alat dan bantuan
Oksigen
a. Sesak nafas : [ - ] tidak
[✔] ya
b. Frekuensi : 28 x/menit
c. Kapan terjadinya : Saat aktivitas
d. Faktor yang memperberat : Saat aktivitas
e. Faktor yang meringankan : Saat istirahat
4. Tidur dan Istirahat
a. Lama tidur : 4-5 jam sehari Tidur siang : -
b. Kesulitan tidur di RS : Ya/Tidak
c. Alasan : Lingkungan asing
d. Kesulitan tidur : [ - ] menjelang tidur
[] mudah/sering terbangun
[ - ] merasa tidak segar saat bangun
5. Eliminasi
Eliminasi fekal/bowel
a. Frekuensi : 1x sehari Penggunaan pencahar : tidak
b. Waktu : pagi / siang / sore / malam / tidak menentu
c. Warna : kuning konsistensi : lunak
d. Ggn. Eliminasi bowel : [-] konstipasi
[-] diare
[-] inkontinensia bowel
e. Kebutuhan pemenuhan ADL bowel : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
Eliminasi urin
a. Frekuensi : 1x sehari Penggunaan pencahar : tidak
b. Warna : kuning keruh Darah : -
c. Ggn. Eliminasi bladder : [✔] nyeri saat BAK
[ - ] burning sensation
[ - ] bladder terasa penuh setelah BAK
[ - ] inkontinensia bladder
d. Riwayat dahulu : [✔] penyakit ginjal
[ - ] batu ginjal
[ - ] injury / trauma
e. Penggunaan kateter : Ya / Tidak
f. Kebutuhan pemenuhan ADL : Mandiri / Tergantung / Dg Bantuan
13
terpasang NGT, tidak ada sekret, tidak memakai alat bantu
pendengaran
Mulut & : tidak ada lesi, tidak mengalami gangguan, gigi tenggorokan lengkap,
mukosa bibir kering, tidak ada gangguan menelan, tidak ada
pembesaran tiroid
Thoraks
Inspeksi : bentuk tampak simetris, tidak ada benjolan , tidak ada retreksi
dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : terdengar vesikuler (normal)
Abdomen
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada kemerahan, tidak ditemukan lesi dan
benjolan
Auskultasi : terdengar bising usus 3-5x
Palpasi : tidak nyeri
Perkusi : terdengar suara timpani
Ekstremitas : Atas : Klien terpasang infus RL 20 tpm makro di tangan sebelah
kanan
Bawah : CRT > 3 detik
kedua tangan mampu digerakan, bentuk simetris, tidak ada
dan luka. Kedua kaki mampu digerakkan
Genetalia : tidak terpasang kateter, tidak ditemukan lesi, tidak ditemukan
kelainan pada genitalia
Anus dan rectum : Tn. A tidak memiliki riwayat hemoroid
Neurologi (Kesadaran, nervus I-XII) :
Tidak ditemukan gangguan pada nervus I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X,XI,XII
14
MCHC 33.1 33 – 37 g/dL Normal
RDW 13.7 11.5 – 14.5 % Normal
Eosinofil 4 0–7 % Normal
Basofil 1 0–1 % Normal
Neutrofil Batang 5 0–6 % Normal
Neutrofil Segmen 55 40 – 74 % Normal
Limfosit 27 19 – 48 % Normal
Monosit 8 3.4 – 9 % Normal
KIMIA
BUN 42 20 – 35 mg/dL High
Kreatinin 2 0.7 – 1.30 mg/dL High
Asam Urat 7.6 2.6 – 7.2 mg/dL High
ELEKTROLIT
Natrium 132 134 – 146 mmol/L Low
Kalium 4.8 3.4 – 4.5 mmol/L High
Calsium 8.2 8.5 – 10.1 mg/dL Low
Chlorida 101 96 - 108 mmol/L Normal
ANALISA GAS DARAH
pH 7.20 7.350 – 7.450 Low
BE -3.1 -2, - +3 mmol/L Low
PCO2 32.0 27.0 – 41.0 mmHg Normal
PO2 75.0 80.0 – 100.0 mmHg Low
HCO3 20.7 21.0 – 28.0 mmol/L Low
Total CO2 22.2 19.0 – 24.0 mmol/L Normal
02 saturasi 99.0 94 - 100 % Normal
15
XI. Pengobatan
Terapi yang diberikan :
No Nama obat Dosis Kegunaan
Injeksi
16
C. Analisa Data
DO :
- BAK menetes
- TD : 140/90 mmHg
- N : 115 x/menit
17
- S : 37,2°C
3. DS : Kelebihan asupan Hipervolemia
Klien mengatakan kedua kaki bengkak cairan
DO :
- Klien tampak lemah
- Edema pada ekstremitas bawah
- Capillary refill >3 detik
- Hasil lab : BUN 42 mg/dL,
Kreatinin 2 mg/dL, Asam Urat
7.6 mg/dL, Natrium 132 mmol/L,
Kalium 4.8 mmol/L , Calsium
8.2 mg/dL
4. Ds : Ketidakmampuan Risiko defisit nurtrisi
Klien mengatakan merasa mual dan mencerna makanan
muntah, nafsu makan menurun
DO :
- Klien tampak pucat
- Klien tampak tidak nafsu makan,
hanya menghabiskan ½ porsi
- Muntah 1 kali
- Penurunan BB 2 Kg dalam satu
bulan
18
D. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler d.d klien mengeluh
sesak nafas dan merasakan pusing, keadaan umum lemas, composmentis, klien tampak
gelisah dan sesak nafas, warna kulit pucat, RR : 28 x/menit, SpO2 : 97%, Hasil pemeriksaan
lab : Hb rendah (5,9 mg/dL), Ht rendah (22,9%), PO2 menurun (75.0 mmHg), pH menurun
(7.2), HCO3 menurun (20,7 mmol/L)
2. Gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih d.d klien mengatakan BAK hanya
menetes dan nyeri saat BAK dengan skala 3, BAK menetes, TD 140/90 mmHg, N : 115
x/menit, S 37,2°C
3. Hipervolemia b.d kelebihan volume cairan d.d klien mengatakan kedua kakinya bengkak,
klien tampak lemah, terdapat edema pada ekstremitas bawah, capillary refill >3 detik, hasil
lab : BUN 42 mg/dL, Kreatinin 2 mg/dL, Asam Urat 7.6 mg/dL, Natrium 132
mmol/L, Kalium 4.8 mmol/L , Calsium 8.2 mg/Dl
4. Risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan d.d klien mengatakan
merasa mual dan muntah, nafsu makan menurun, klien tampak pucat, tidak nafsu makan
hanya menghabiskan ½ porsi makanan, muntah 1 kali, penurunan BB 2 Kg dalam satu
bulan
19
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Implementasi Evaluasi
Keperawatan
20
5 : Membaik metabolik (mis, Masalah teratasi
GGK) sebagian
3. Kolaborasi pemberian
P:
obat
Intervensi dilanjutkan
1. Memonitor
frekuensi, irama,
kedalaman, dan
upaya nafas
2. Memonitor pola
nafas
3. Mendokumentasikan
hasil pemantauan
4. Memonitor tanda-
tanda vital
5. Memonitor analisa
gas darah
6. Mengidentifikasi
penyebab terjadinya
asidosis metabolik
21
7. Berkolaborasi
pemberian injeksi :
- Lansoprazole 1 x
40 mg
- Epodion 25 iu
- Phytomenadine
10 mg
22
Karakteristik 2 5 Tindakan: 6. Mengidentifikasi faktor - T : Hilang timbul
urin
1. Identifikasi lokasi, yang memperberat dan (saat BAK), timbul
Keterangan :
1. Memburuk karakteristik, durasi, memperingan nyeri selama 10-15 menit
2. Cukup memburuk frekuensi, kualitas, 7. Memberikan teknik
3. Sedang O:
4. Cukup membaik intensitas nyeri nonfarmakologis (komres
5. Membaik 2. Identifikasi respon hangat) - BAK masih sedikit
nyeri non verbal 8. Berkolaborasi dengan - TD : 120/80 mmHg
3. Identifikasi faktor dokter pemberian obat : - N : 98 x/menit
yang memperberat - Paracetamol 200mg - S : 36,5°C
dan memperingan
A:
nyeri
4. Berikan teknik Masalah teratasi
nonfarmakologis Sebagian
untuk mengurangi
P:
rasa nyeri (mis,
TENS, hipnosis, Intervensi dilanjutkan
akupresur, terapi
1. Mengidentifikasi
musik, biofeedback,
tanda dan gejala
terapi pijat,
retensi urine
aromaterapi, teknik
2. Mengidentifikasi
imajinasi terbimbing,
faktor yang
23
kompres menyebabkan retensi
hangat/dingin, terapi urine
bermain) 3. Memonitor eliminasi
5. Kolaborasi pemberian urine
analgesik 4. Mengidentifikasi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
nyeri
5. Mengidentifikasi
respon nyeri non
verbal
6. Mengidentifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
7. Memberikan teknik
nonfarmakologis
(komres hangat)
24
8. Berkolaborasi
dengan dokter
pemberian obat :
- Paracetamol
200mg
Hipervolemia b.d Setelah dilakukan asuhan keperawatan MANAJEMEN 1. Memeriksa tanda dan S:
kelebihan volume 1x24 jam, maka hipervolemia teratasi HIPERVOLEMIA gejala hipervolemia - Pasien mengatakan
cairan d.d klien
dengan indikator : (I.03114) (edema) masih bengkak di
mengatakan kedua
kakinya bengkak, Tindakan : 2. Mengidentifikasi kedua kaki
KESEIMBANGAN CAIRAN
klien tampak lemah, 1. Periksa tanda dan penyebab hipervolemia
(L.05020)
terdapat edema pada O:
Indikator Awal Target gejala hipervolemia ( 3. Memonitor intake dan
ekstremitas bawah, Asupan 2 5
capillary refill >3 cairan edema) output cairan - Klien tampak lemah
detik, hasil lab : BUN 2. Identifikasi penyebab 4. Memonitor tanda - Bengkak dikedua
Haluaran 2 5
42 mg/dL, Kreatinin
urin hipervolemia hemokonsentrasi (kadar kaki
2 mg/dL, Asam Urat
7.6 mg/dL, Natrium Keterangan : 3. Monitor intake dan natrium, BUN, - Capillary refill >3
132 mmol/L, Kalium 1. Menurun output cairan hematokrit) detik
4.8 mmol/L , 2. Cukup menurun
3. Sedang 4. Monitor tanda 5. Berkolaborasi dengan
Calsium 8.2 mg/dL A:
4. Cukup meningkat hemokonsentrasi dokter pemberian injeksi :
5. Meningkat
(kadar natrium, BUN, - Infus RL 20 tpm Masalah belum teratasi
Indikator Awal Target
hematokrit) makro
25
Edema 2 5 5. Kolaborasi pemberian - Allopurinol 100 mg x P:
26
- Allopurinol 100
mg x 1/48 jam
- Callos 1x 1mg
Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan MANAJEMEN NUTRISI 1. Mengidentifikasi status S:
b.d ketidakmampuan 1x24 jam, maka risiko defisit nutrisi (I.03119) nutrisi - pasien mengatakan
mencerna makanan
teratasi dengan indikator: Tindakan : 2. Mengidentifikasi maknan masih tidak nafsu
d.d klien mengatakan
merasa mual, muntah, 1. Identifikasi status yang disukai makan
STATUS NUTRISI ( L.03030)
dan tidak nafsu nutrisi 3. Memonitor asupan - pasien mengatakan
makan, klien tampak Indikator Awal Target
Porsi 2 5 2. Identifikasi makanan makanan tidak nafsu makan
pucat, tidak nafsu
makan hanya makan yang disukai 4. mengajarkan diet yang karena mual, muntah
yang
menghabiskan ½ 3. Monitor asupan diprogramkan
dihabisk
porsi makanan, O:
an makanan 5. berkolaborasi dengan
muntah 1 kali dan
penurunan BB 2 Kg Keterangan : 4. Ajarkan diet yang dokter injeksi : - pasien terlihat mual,
dalam satu bulan 1. Menurun muntah
diprogramkan - metoclopramid 3x1
2. Cukup menurun
3. Sedang 5. Kolaborasi dengan mg - pasien masih tampak
4. Cukup meningkat pucat
dokter
5. Meningkat
Indikator Awal Target - pasien masih
Berat 2 5 menghabiskan ½
badan porsi makanan
Frekuensi 2 5 - BB masih tetap
makan
27
Nafsu 2 5 A:
makan
Maslah belum teratasi
Keterangan :
1. Memburuk
2. Cukup memburuk P:
3. Sedang
4. Cukup membaik Intervensi dilanjutkan
5. Membaik
1. Mengidentifikasi
status nutrisi
2. Mengidentifikasi
maknan yang disukai
3. Memonitor asupan
makanan
4. mengajarkan diet
yang diprogramkan
5. berkolaborasi dengan
dokter injeksi :
- metoclopramid
3x1 mg
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang berjalan progresif dan lambat
(berlangsung dalam beberapa tahun), dimulai dengan: penurunan cadangan ginjal,
insufisiensi ginjal, gagal ginjal, penyakit ginjal tingkat akhir yang disertai dengan
komplikasi-komplikasi target organ, dan akhirnya menyebabkan kematian.
2. Berdasarkan pengkajian pada Tn. A mengeluh lemah, pusing, sesak nafas, mual, nyeri
saat BAK, BAK hanya menetes dan kedua kaki bengkak.
3. Diagnose keperawatan yang dapat diambil adalah gangguan pertukaran gas b.d
perubahan membran alveolus-kapiler, gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung
kemih, hipervolemia b.d kelebihan volume cairan, risiko defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan mencerna makanan.
4. Intervensi keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas b.d perubahan
membran alveolus-kapiler terdapat dua perencanaan keperawatan yaitu pemantauan
respirasi dan Manajemen Asam-Basa : Asidosis metabolik, pada diagnose gangguan
eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih terdapat dua perencanaan yaitu manajemen
eliminasi urine dan manajemen nyeri, pada diagnose hipervolemia b.d kelebihan
volume cairan terdapat satu intervensi yaitu manajemen hypervolemia dan intervensi
keperawatan pada diagnose risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna
makanan. terdapat satu perencanaan yaitu manajemen nutrisi.
5. Implementasi keperawatan pada diagnosa gangguan pertukaran gas b.d perubahan
membran alveolus-kapiler, gangguan eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih,
hipervolemia b.d kelebihan volume cairan, risiko defisit nutrisi b.d ketidakmampuan
mencerna makanan semua intervensi telah dilaksanakan.
6. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa ketiga masalah pada diagnosa
gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler, dan gangguan
eliminasi urin b.d iritasi kandung kemih teratasi Sebagian dan pada diagnose
hipervolemia b.d kelebihan volume cairan dan risiko defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan mencerna makanan belum teratasi
A. Saran
Demikian pokok pembahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini jauh dari kata
sempurna. oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik lagi.
29
DAFTAR PUSTAKA
Arjani, I. (2017). Gambaran Kadar Ureum Dan Kreatinin Serum Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronis (Ggk) Yang Menjalani Terapi Hemodialisis Di Rsud Sanjiwani Gianyar.
Meditory : The Journal of Medical Laboratory, 4(2), 145–153.
Wahyuningsih Dwi , Inayati Anik, I. (2022). Penerapan terapi relaksasi benson Untuk
menurunkan kecemasan Pasien gagal ginjal kronik. JurnalCendikiaMuda
Volume2,Nomor1,Maret2022 ISSN2807-364, 2, 66–71.
GLISELDA, Vika Kyneissia. Diagnosis dan Manajemen Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Jurnal
Medika Hutama, 2021, 2.04 Juli: 1135-1141.
30