Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KELUARGA TN.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS GAGAL


GINJAL KRONIS DI KASUS HEMODALISA

Disusun Oleh:
Elinaria
2017.C.09a.0836

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahluan dan Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh:


Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Elinaria
NIM : 2017.C09a.0836
Program : Sarjana Keperawatan
Judul : Laporan pendahukuan dan asuhan keperawatan dengan diagnosa medis
cidera kepala berat pada tn A di kasus keperawatan Hemodalisa
Telah melaksanakan melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan
untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik IV (PPK IV) pada Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh:


Ketua Program Studi S1 Keperawatan Pembimbing Akademik

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep Kristinawati , S.Kep.,Ners


KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga saya mampu menyelesaikan
penyusunan Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan Diagnosa
Medis Gagal Ginjal Kronis di Ruang Hemodalisa. Dan harapan penulis semoga
laporan ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman,juga manfaat bagi para
pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Adapun maksud dan tujuan pembuatan Medis Gagal Ginjal Kronis Laporan ini
yaitu bertujuan untuk mengetahui tentang serta untuk memenuhi tugas kuliah.
Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,kritik
dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.

Palangka Raya, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep penyakit.................................................................................... 1
1.1.1 Definisi ................................................................................................. 1
1.1.2 Anatomi Fisiologi................................................................................. 1
1.1.3 Etiologi................................................................................................. 2
1.1.4 Klasifikasi............................................................................................. 2
1.1.5 Paofisiologi (Patway)............................................................................ 3
1.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)................................................... 6
1.1.7 Komplikasi............................................................................................ 6
1.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 6
1.1.9 Penatalaksanaan.................................................................................... 7
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan...................................................................... 8
1.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................... 11
1.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................ 14
1.2.4 Implementasi Keperawatan.................................................................. 17
1.2.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................................... 17
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian............................................................................................. 18
...............................................................................................................
2.2 Diagnosa............................................................................................... 34
2.3 Intervensi............................................................................................... 37
2.4 Implementasi......................................................................................... 42
2.5 Evaluasi................................................................................................. 42
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 45
3.2 Saran........................................................................................................... 45
Lampiran
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Konsep penyakit
1.1.1 Definisi
Gagal ginjal kronis(Chronic Kidney Desease) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam, 2011:47).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi ginjal yang progesif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan sampah nitrogen lain dalam darah) (Surhayanto, 2011:183).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi untuk mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal
yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di
dalam darah (Muttaqin, 2011:166).
Jadi, Gagal ginjal kronis adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
gangguan fungsi dimana ginjal tidak mampu untuk mempertahanan metabolism serta
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat fatal terjadinya penumpukan
toksin di dalam darah yang ditandai dengan uremia.

1.1.2 Anatomi Fisiologi


1.1.2.1 Anatomi
Manusia memiliki sepasang ginjal. Dua ginjal terletak pada dinding posterior
abdomen, diluar rongga peritoneum. Sisi medial setiap ginjal merupakan daerah
lekukan yang disebut hilum tempat lewatnya arteri dan vena renalis, cairan limfatik,
suplai saraf , dan ureter yang membawa urine akhir dari ginjal ke kandung kemih,
tempat urine disimpan hingga dikeluarkan. Ginjal dilengkapi oleh kapsul fibrosa yang
keras untuk melindungi struktur dalamnya yang rapuh.Posisi ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari posisi ginjal kiri karena ginjal kanan tertekan oleh organ hati.Kedua
ginjal terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3, sebagian dari bagian atas ginjal
terlindungi oleh iga ke sebelas dan dua belas.
Bentuk makroskopis ginjal pada  orang dewasa, bentuknya seperti kacang
polong dengan ukuran panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7 hingga 5,1
inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan beratnya sekitar 125- 150
gram, kira-kira seukuran kepalan tangan. Masing-masing ginjal manusia terdiri dari
kurang lebih satu juta nefron, masing-masing mampu membentuk urine.Ginjal tidak
dapat membentuk nefron baru. Oleh karena itu, pada trauma ginjal, penyakit ginjal,
atau proses penuaan yang normal akan terjadi penurunan jumlah nefron secara
bertahap Setiap nefron terdiri dari glomerulus dan tubulus.

Gambar 1.1.2 Anatomi ginjal

1.1.2.2 Fisiologi
Pada manusia, ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi vital
yang berfungsi untuk mengatur keseimbangan air dalam tubuh. Ginjal melakukan
fungsinya yang paling penting ini dengan cara menyaring plasma dan memisahkan
zat filtrat dengan kecepatan yang bervariasi, bergantung pada kebutuhan tubuh.
Kemudian zat- zat yang dibutuhkan oleh tubuh akan dikembalikan ke dalam darah
dan yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akan dikeluarka melalui urine.
Proses pembentukan urine juga dilakukan oleh nefron yang merupakan bagian
dari ginjal.  Proses pembentukan urine terjadi melalui tiga tahapan yaitu filtrasi di
glomerulus, reabsorpsi di tubulus dan eksresi di tubulus.
Dibawah ini adalah gambar sebuah nefron yang memperlihatkan struktur
glomerulus dan tubulus serta perannya dalam pembentukan urine.

Gambar 1.1.2.2 nefron yang memperlihatkan struktur glomerulus dan tubulus


Pada saat cairan, darah, serta zat-zat masuk ke dalam ginjal, semua bahan-
bahan itu akan difiltrasi di dalam glomerulus dan selanjutnya akan mengalir ke dalam
kapsula bowman dan masuk ke tubulus proksimal yang terletak di dalam korteks
ginjal. Dari tubulus proksimal, cairan akan mengalir ke ansa henle yang masuk ke
dalam medula renal, cairan masuk ke makula densa dan kemudian ke tubulus distal,
dari tubulus distal cairan masuk ke tubulus renalis arkuatus dan tubulus koligentes
kortikal dan masuk ke duktus yang lebih besar yaitu duktus koligentes medula.
Duktus koligentes bergabung membentuk duktus yang lebih besar yang mengalir
menuju pelvis renal melalui papila renal. Dari pelvis renal, urine akan terdorong ke
kandung kemih melalui saluran ureter dan dikeluarkan melalui uretra.

1.1.3 Etiologi
Menurut Muttaqin, 2012 etiologi dari gagal ginjal kronis yaitu sebagai berikut:
1.1.3.1 Penyakit dari Ginjal
1. Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteriti.
2. Batu ginjal: nefrolitiasis
3. Kista di ginjal: polcystis kidney.
4. Trauma langsung pada ginjal.
5. Keganasan pada ginjal.
6. Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/striktur.
1.1.3.2 Penyakit Umum di Luar Ginjal
1. Penyakit sistemik: diabetes melius, hipertensi dan kolesterol tinggi.
2. Dyslipidemia.
3. Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria dan hepatitis.
4. Preeklamsi.
5. Obat-obatan.
6. Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar).

1.1.4 Klasifikasi
KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian
CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :
1.1.4.1 Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan
LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)
1.1.4.2 .Stadium 2: Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 -
89 mL/menit/1,73 m2)
1.1.4.3 Stadium 3: kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2)
1.1.4.4 Stadium 4: kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2)
1.1.4.5 Stadium 5: kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal
ginjal terminal.

1.1.5 Patofisiologi (WOC)


Pada awal perjalanannya, keseimbangan cairan, penanganan garam, dan
penimbunan produk sisa masih bervariasi dan bergantung pada bagian ginjal yang
sakit.Sampai fungsi ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi klinis gagal
ginjal kronis mungkin minimal karena nefron-nefron lain yang sehat mengambil alih
fungsi nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi, reabsorbsi,
dan sekresinya serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut. Seiring dengan
makin banyaknya nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi tugas yang
semakin berat, sehingga nefron-nefron tersebut ikut rusak dan akhirnya mati.
Sebagian dari siklus kematian ini tampaknya berkaitan dengan tuntutan pada nefron-
nefron yang ada untuk meningkatkan reasorbsi protein.
Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukkan jaringan
parut dan penurunan aliran darah ginjal.Pelepasan renin dapat meningkat dan bersama
dengan kelebihan beban cairan, dapat menyebabkan hipertensi.Hipertensi
mempercepat gagal ginjal, mungkin dengan meningkatkan filtrasi (karena tuntutan
untuk reasorbsi) protein plasma dan menimbulkan stress oksidatif.Kegagalan ginjal
membentuk eritropoietin dalam jumlah yang adekuat sering kali menimbulkan
anemia dan keletihan akibat anemia berpengaruh buruk pada kualitas hidup.Selain
itu, anemia kronis dapat menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan di seluruh
tubuh dan mengaktifkan refleks-refleks yang ditujukan untuk meningkatkan curah
jantung guna memperbaiki oksigenasi.Refleks ini mencakup aktivasi susunan saraf
simpatis dan peningkatan curah jantung.Akhirnya, perubahan tersebut merangsang
individu yang menderita gagal ginjal mengalami gagal jantung kongestif sehingga
penyakit ginjal kronis menjadi satu faktor risiko yang terkait dengan penyakit jantung
(Corwin, 2013:729).
WOC Gagal Ginjal Kronis Etiologi Diabetes melitus, hipertensi dan
kolesterol tingg, Infeksi kuman: pyelonefritis,
ureteriti, Batu ginjal: nefrolitiasis

GFR menurun

Gagal Ginjal kronis

B1 B2 B3 B4 B5 B6

Riatensi Na dan air Sekresi eritropointin Ristensi Na dan air Obstuksi ginjal Cardiak output
Sekresi protein
terganggu menurun

Tekanan kapiler Produksi HB turun Tekanan kapiler Fungsi ginjal


Gangguan Perfusi darah ke
meningkat meningkat menurun
keseimbangan asam jaringan menurun
basa
O2 HB turun
Beban jantung Beban jantung Ristensi Na dan air
meningkat meningkat Metabolisme aneorob
Asam lambung naik
Suplai O2 kasar turun MK : Hipervolemia
Tekanan vena Hipertrofi ventrikel Penimbunan asam
pulmonalis kiri laknat
Iritasi lambung
MK : Perfusi perifer
Kapiler paru naik tidak efektif Gagal jantung kiri Fatigue, nyeri sendi
Anoreksia

Hipovelemia, MK : Intoleransi
Edema MK : Defisit nutrisi
hipertensi,takikardi, aktivitas
distrimia,CHF

MK: Gangguan MK : Resiko Sindrom uremia


perturan gas Mk: Penurunan curah kerusakan integritas Pucat, pigmentasi,
kulit prunitus, ekimosis,
jantung
lecet
1.1.6 Manifestasi Klinis (tanda dan gejala)
Menurut (Muhammad, 2012:40), manifestasi klinis pada Gagal Ginjal Kronik
(Chronic Kidney Desease)yaitu sebagai berikut:
1.1.6.1 Gangguan pada Gastrointestinal
1. Anoreksia, mual/muntah akibat adanya gangguan metabolisme protein
dalam usus dan terbentuknya zat toksik.
2. Faktor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur yang
kemudian diubah menjadi ammonia oleh bakteri, sehingga napas penderita
berbau ammonia.
1.1.6.2 Sistem Kardiovaskular
1. Hipertensi.j
2. Dada terasa nyeri dan sesak napas.
3. Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini.
4. Edema
1.1.6.3 Gangguan Sistem Saraf dan Otak
1. Miopati, kelainan dan hipertrofi otot.
2. Ensepalopati metabolik, lemah, tidak bisa tidur, dan konsentrasi terganggu.
1.1.6.4 Gangguan Sistem Hematologi dan Kulit
1. Anemia karena kekurangan produksi eritropoetin.
2. Kulit pucat kekuningan akibat anemia dan penimbuann urokrom.
3. Gatal-gatal akibat toksik uremik.
4. Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5. Gangguan fungsi kulit (fagositosis dan kematosis berkurang).
1.1.6.5 Gangguan Sistem Endokrin:
1. Gangguan metabolisme glukosa retensi insulin dan gangguan sekresi
insulin.
2. Gangguan seksual/libido; fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki
dan gangguan sekresi imun.
1.1.7 Komplikasi
Menurut (Corwin, 2013:730), komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1.1.7.1 Pada gagal ginjal progresif, terjadi beban volume, ketidakseimbangan
elektrolit, asidosis metabolik, azotemia, dan uremia.
1.1.7.2 Pada gagal ginjal stadium 5 (penyakit stadium akhir), terjadi azotemia
danuremia berat. Asidosis metabolik memburuk, yang secara mencolok
merangsang kecepatan pernapasan.
1.1.7.3 Hipertensi, anemia, osteodistrofi, hiperkalemia, ensefalopati uremik, dan
pruritus (gatal) adalah komplikasi yang sering terjadi.
1.1.7.4 Penurunan pembentukan eriropoietin dapat menyebabkan sindrom anemia
kardiorenal, suatu trias anemia yang lama, penyakit kardiovaskular, dan
penyakit ginjal yang akhirnya menyebabkan peningkatan morbiditas dan
mortalitas.
1.1.7.5 Dapat terjadi gagal jantung kongestif.
1.1.7.6 Tanpa pengobatan dapat terjadi koma dan kematian.

1.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada klien gagal ginjal kronik adalah :
1.1.8.1 Pemeriksaan Laboratorium
1. Laboratorium darah :
BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
2. Pemeriksaan Urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
keton, SDP, TKK/CCT
1.1.8.2 Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
1.1.8.3 Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
1.1.8.4 Pemeriksaan Radiologi
Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography, Renal
Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan
rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.

1.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien dengan Gagal Ginjal adalah sebagai berikut.
1.1.9.1 Pencegahan
Pencegahan mencakup perubahan gaya hidup dan jika diperlukan, obat
untuk mengontrol hipertensi, obat pengontrol glikemik yang baik bagi penderita
diabetes, dan jika mungkin menghindari obat-obat nefrotoksik. Pemakaian lama
analgesik yang mengandung kodein dan obat-obat anti-inflamasi non steroid
(NSAID) harus dihindari, khususnya pada individu yang mengalami gangguan
ginjal.Diagnosis dini dan pengobatan lupus eritematosus sistemik dan penyakit
lainnya yang diketahui merusak ginjal amat penting. Selain itu, pada semua
stadium pada gagal ginjal kronik pencegahan infeksi perlu dilakukan (Elizabeth
corwin, 2013:731).
1.1.9.2 Penatalaksanaan Medis
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:173), tujuan penatalaksanaan adalah menjaga
keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
1. Dialisis. Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal
yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis
memperbaiki abnormalitas biokimia ;menyebabkan cairan, protein, dan
natrium dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan
perdarahan; dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemi. Mengendalikan kalium darah sangat penting karena
hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama
harus diingat adlah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan
pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EKG dan
EEG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infus
glukosa.
3. Koreksi anemia. Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor
defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan yang mungkin dapat
diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggi
Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada insufisiensi koroner.
4. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus
dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral.
Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perlahan-
lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis.
6. Pengendalian hipertensi. Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan
vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan
hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi
natrium.
7. Transplantasi ginjal. Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pasien
GGK, maka seluruh faal ginjal diganti dengan ginjal yang baru.

1.1.9.3 Penatalaksanaan Keperawatan


Menurut (Price, 2015:965), penatalaksanaan keperawatan pada pasien
dengan gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1. Pengaturan Diet Protein
Pembatasan tidak hanya mengurangi kadar BUN dan mungkin juga
hasilmetabolisme protein toksik yang belum diketahui, tetapi juga
mengurani asupan kalium, fosfat, dan produksi ion hydrogen yang berasal
dari protein. Mempertahankan keseimbangan protein pada diet protein 20g
mungkin dilakukan, menyediakan protein dalam nilai biologik yang
tertinggi dan kalori yang memadai.
2. Pengaturan Diet Kalium
Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40 hingga 80
mEq/hari.Tindakan yang harus dilakukan adalah dengan tidak memberikan
obat-obatan atau makanan yang tinggi kandungan kalium.
3. Pengaturan Diet Natrium Dan Air
Jumlah natrium yang biasanya diperbolehkan adalah 40 hingga 90
mEq/hari.Tapi asupan natrium yang optimal harus ditentukan secara
individual pada setiap pasien untuk mempertahankan hidrasi yang baik.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keeprawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Nursalam, 2013:17).
Menurut (Arif Muttaqin, 2011:171), pengkajian yang dapat dilakukan pada
pasien dengan gagal ginjal kronik adalah adalah sebagai berikut:
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang di dapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak ada
selera makan anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas
berbau (ureum), dan gatal pada kulit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubahan pola
napas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya napas berbau ammonia,
dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja klien meminta
pertolongan untuk mengatasi masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik Benign Prostatic Hyperplasia, dan
prostatektomi.Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem
perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan penyakit hipertensi
pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.Penting untuk dikaji
mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi
terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan.
1. Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan dialysis akan
menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Lamanya
perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan, gangguan konsep diri (gambaran diri) dan gangguan
peran pada keluarga (self esteem).
2. Pemeriksaan Fisik
Menurut (Muttaqin, 2012:171-172), pemeriksaan fisik pada pasien dengan
gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:
1) B1 (Breathing)
Klien bernapas engan bau urine (feter urenik) sering didapatkan pada fase
ini.Respons uremia didipatakan adanya pernapasan kussmaul.Pola napas cepat
dan dalam merupakan upaya untuk melakukan pembuangan koarbon dioksida
yang menumpuk di sirkulasi.
2) B2 (Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auksultasi perawatat akan menemukan
adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi perikardial. Didapatkan
tanda dan gejala gagal jantung kongestif, TD meningkat, akral dingin, CRT >3
detik, palpitasi, nyeri dada atau angina dan sesak napas, gangguan irama jantung,
edema penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung akibat
hiperkalemi, dan gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan anemia. Anemia sebagai akibat
dari penurunan produksi eripoetin, lesi gastrointestinal uremik, penurunan usia
sel darah merah, dan kehilangan darah.
3) B3 (Brain)
Didapatkan pemurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
perubahan proses pikir dan disoreintasi. Klien sering didapatkan adanya kejang,
adanya neuropati perifer, kram otot dan nyeri otot.
4) B4 (Bladder)
Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut).Abdomen
kembung, diare, atau konstipasi.Perubahan warna urine, contoh kuning pekat,
merah, coklat, berawan.Oliguria, dapat menjadi anuria.
5) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder dari bau
mulut amonia, peradangan mukosa mulut, dan ulkus saluran cerna sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6) B6 (Bone)
Didapatkan adanya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki
(memburuk saat malam hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi, demam
(sepsis, dehidrasi), petekie, fraktur tulang, jaringan lunak, dan sendi keterbatasan
gerak sendi. Didapatkan adanya kelemahan fisiksecara umum sekunder dari
anemia dan penurunan perfusi perifer dari jaringan.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan penurunan volume urine,
retensi cairan dan natrium
2. Defisit nutrisi: kurang dari pemenuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah pembatasan diet dan perubahan membran mukosa
mulut
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedur dialisis
4. risiko tinggi aritmia berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal efek
sekunder dari penurunan kalium sel
5. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status
metabolic, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
perifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas akumulasi ureum
dalam kulit
6. Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan penurunan
fungsi tubuh, tindakan di alisis, koping maladaptif

1.2.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan diartikan sebagai suatu dokumentasi tulisan tangan
dalam menyelesaikan masalah, tujuan, dan intervensi (Nursalam, 2001:51).
1. Perubahan nutrisi: kurang dari pemenuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, mual muntah pembatasan diet dan perubahan membran mukosa
mulut.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam, maka masukan nutrisi yang adekuat dapat
dipertahankan.
Kriteria evaluasi:
1) Berat badan stabil
2) Nafsu makan meningkat
3) Tidak ditemukan edema
Intervensi:
1) Kaji status nutrisi: perubahan berat badan, nilai laboratorium (BUN,
kreatinin, protein, besi, dan transferin).
Rasional: Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
evaluasi intervensi.
2) Kaji pola diet nutrisi: riwayat diet, makanan kesukaan, dan hitung kalori.
Rasional: Pola diet dulu dan sekarang dapat dipertimbangkan dalam
menyusun menu.
3) Kaji faktor yang merubah dalam masukan nutrisi: mual, muntah,
anoreksia, diet yang tidak menyenangkan, depresi, kurang memahami
pembatasan, stomatitis.
Rasional: Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diubah
atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
4) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan dengan protein
yang mengandung nilai biologis tinggi seperti telur, daging, produk susu.
Rasional: Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan
nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
5) Jelaskan alasan pembatasan diet dan hubungannya dengan penyakit ginjal
dan peningkatan urea dan kreatinin.
Rasional: Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan antara diet
urea, kreatinin dengan penyakit ginjal.
6) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemberian makan dengan porsi kecil
tapi sering.
Rasional: Meminimalkan anoreksia dan mual yang berhubungan dengan
status uremik/menurunnya peristaltik.
7) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu makan.
Rasional:Faktor yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan anoreksia.
8) Timbang berat badan setiap hari.
Rasional:Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
9) Observasi dan catat masukan makanan pasien.
Rasional:Mengawasi masukan konsumsi/kualitas kekurangan konsumsi
makanan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, anemia, retensi produk


sampah dan prosedur dialisis.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam pasien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang
dapat ditoleransi.
Kriteria evaluasi:
1) Berkurangnya keluhan lelah.
2) Perasaan lebih berenergi.
3) Frekuensi pernapasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal
setelah penghentian aktivitas.
Intervensi:
1) Kaji faktor yang menimbulkan keletihan: anemia, ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, retensi produk sampah, depresi.
Rasional: Menyediakan informasi mengenai indikasi tingkat keletihan.
2) Bantu pasien dalam beraktivitas bila pasien tidak mampu melakukannya
sendiri.
Rasional: Agar bertahap secara mandiri dan tidak ketergantungan dengan
orang lain.
3) Anjurkan aktivitas alternatif pada saat istirahat.
Rasional: Mendorong latihan dan aktivitas dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang cukup.
4) Anjurkan untuk istirahat setelah dialisis.
Rasional: Istirahat yang adekuat setelah dialisis dianjurkan, bagi banyak
pasien yang melelahkan.
5) Kolaborasi dengan dokter bila keluhan kelelahan menetap.
Rasional: Ini dapat menandakan kemajuan kerusakan ginjal dan perlunya
penilaian tambahan dalam terapi.
3. Aktual/risiko tinggi aritmia berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal
efek sekunder dari penurunan kalium sel.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam, curah jantung mengalami peningkatan.
Kriteria evaluasi :
1) Klien tidak gelisah.
2) Klien tidak mengeluh mual-mual dan muntah.
3) GCS: 4,5,6.
4) TTV dalam batas normal.
5) Akral hangat dan CRT <3 detik.
6) EKG dalam batas normal dan kadar kalium dalam batas normal.
Intervensi:
1) Monitor tekanan darah, nadi, catat bila da perubahan tanda-tanda vital dan
keluhan dispnea.
Rasional: Adanya edema paru, kongesti vascular dan keluhan dispnea
menunjukkan adanya gagal ginjal. Hipertensi yang signifikan merupakan
akibat dari gangguan rennin angiotensin dan aldosteron.Ortostatik
hipertensi juga dapat terjadi akibat dari defisit cairan intravascular.
2) Beri oksigen 3L/mnt.
Rasional: Memberikan asupan oksigen tambahan yang diperlukan tubuh.
3) Monitoring EKG
Rasional: Melihat adanya kelainan konduksi listrik jantung yang dapat
menurunkan curah jantung.
4) Kolaborasi dalam pemberian suplemen kalium oral seperti obat Aspar K.
Rasional: Kalium oral Aspar K dapat menghasilkan lesi usus kesil, oleh
karena itu klien harus dikaji dan diberi peringatan tentang distensi
abdomen, nyeri, atau perdarahan GI.
5) Manajemen pemberian kalium intravena.
Rasional: Pada kasus yang berat, pemberian kalium harus dalam larutan
nondekstrosa, sebab dekstrosa merangsang pelepasan insulin sehingga
menyebabkan K+ berpindah masuk ke dalam sel. Kecepatan infuse tidak
boleh melebihi 20 mEq K+ per jam untuk menghindari terjadinya
hiperkalemia.

4. Aktual/resiko tinggi terhadap kelebihan volume cairan berhubungan dengan


penurunan volume urine, retensi cairan dan natrium.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi kelebihan volume cairan sistemik.
Kriteria evaluasi:
1) Klien tidak sesak napas.
2) Edema ekstremitas berkurang.
3) Piting edema (-).
4) Produksi urine >600 ml/hari.
Intervensi:
1) Kaji adanya edema ekstremitas
Rasional: Curiga gagal kongestif/kelebihan volume cairan.
2) Istirahatkan/anjurkan klien untuk tirah baring pada saat edema masih
terjadi.
Rasional: Menjaga klien dalam keadaan tirah baring selama
beberapa hari mungkin diperlukan untuk meningkatkan dieresis yang
bertujuan mengurangi edema.
3) Kaji tekanan darah.
Rasional: Sebagai ssalah satu cara untuk mengetahui peningkatan
jumlah cairan yang dapat diketahui dengan meningkatkan beban
kerja jantung yang dapat diketahui dari meningkatnya tekanan darah.
4) Ukur intake dan output.
Rasional: Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan
perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan urine output.
5) Timbang berat badan.
Rasional: Perubahan tiba-tiba dari berat badan menunjukkan
gangguan keseimbangan cairan.
6) Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai
dengan indikasi.
Rasional: Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard
untuk melawan efek hipoksia/iskemia
7) Kolaborasi :
(1) Berikan diet tanpa garam.
Rasional: Natrium meningkatkan retensi cairan dan meningkatkan
volume plasma.
(2) Berikan diet rendah protein tinggi kalori.
Rasional: Diet rendah protein untuk menurunkan insufisiensi renal
dan retensi nitrogen yang akan meningkatkan BUN. Diet tinggi
kalori untuk cadangan energy dan mengurangi katabolisme protein.
(3) Berikan diuretic, contoh: furosemide, spironolakton,
hidronolakton.
Rasional: Diuretik bertujuan untuk menurunkan volume plasma
dan menurunkan retensi cairan di jaringan sehingga menurunkan
resiko terjadinya edema paru.
(4) Adenokortikosteroid, golongan prednison.
Rasional: Adenokortikosteroid, golongan prednisone, digunakan
unttuk menurunkan proteinuri.
(5) Lakukan dialisis.
Rasional:Dialisis akan menurunkan volume cairan yang
berlebih.
5. Resiko terjadinya kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan
status metabolic, sirkulasi (anemia, iskemia jaringan) dan sensasi (neuropati
perifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas akumulasiureum dalam kulit.
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi kerusakan integritas kulit.
Kriteria evaluasi:
1) Kulit tidak kering.
2) Hiperpigmentasi berkurang.
3) Memar pada kulit berkurang.
Intervensi:
1) Kaji terhadap kekeringan kulit, pruritus, ekskoriasi, dan infeksi.
Rasional: Perubahan mungkin disebabkan oleh penurunan aktivitas kelenjar
keringat atau pengumpulan kalsium dan fosfat pada lapisan kutaneus.
2) Kaji terhadap adanya petekie dan purpura.
Rasional: Perdarahan yang abnormal sering dihubungkan dengan penurunan
jumlah dan fungsi platelet akibat uremia.
3) Monitor lipatan kulit dan area edema.
Rasional: Area-area ini sangat mudah terjadinya injury.
4) Gunting kuku dan pertahankan kuku terpotong pendek dan bersih.
Rasional: Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal,
retensi natrium/air, dan penurunan urine output.
5) Kolaborasi dalam pemberian pengobatan antipruritus sesuai pesanan.
Rasional: Mengurangi stimulus gatal pada kulit
6. Gangguan konsep diri (gambaran diri) berhubungan dengan penurunan fungsi
tubuh, tindakan dialysis, koping maladaptif.
Tujuan:Dalam waktu 1 jam pasien mampu mengembangkan koping.
Kriteria evaluasi:
1) Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
2) Mampu menyatakan atau mengkonsumsi denagn orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
3) Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.
4) Mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga dri yang negatif.
Intervensi:
1) Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan.
Rasional: Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan
atau pemilihan intervensi.
2) Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi pada pasien.
Rasional: Mekanisme koping pada beberapa pasien dapat menerima dan
mengatur perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri,
sedangkan yang lain mengalami koping maladaptive dan mempunyai kesulitan
dalam membandingkan, mengenal, dan mengatur kekurangan yang terdapat
pada dirinya.
3) Anjurkan pasien untuk mengekspresikan perasaan.
Rasional: Menunjukkan penerimaan, membantu pasien untuk mengenal dan
mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.
4) Catat ketika pasien menyatakan terpengaruh seperti sekarat atau
mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
Rasional: Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau perasaan negative
terhadap gambaran tubuh dan kemampuan menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.
5) Pernyataan pengakuan terhadap penolakan tubuh, mengingatkan kembali
fakta kejadian tentang realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang
sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Rasional: Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat menerima kedua
bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengijinkan pasien untuk merasakan
adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
6) Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan.
Rasional: Membantu mengingatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih
dari satu area kehidupan.
7) Anjurkan orang yang terdekat untuk mengijinkan pasien melakukan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.
Rasional: Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan membantu
perkembangan harga diri, serta memengaruhi proses rehailitasi.
8) Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau partisipasi
dalam aktivitas rehabilitasi.
Rasional: Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang
peran individu masa mendatang.

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah perbandingan yang sitematik dan terencana tentang
kesehatan pasien dengan tujuan yang telah dilakukan dengan berkesinambungan
dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
2.1.1 IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn A
Umur : 59 Tahun
JenisKelamin : Laki-laki
Suku/Bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Jln. Garuda 13
Tgl MRS : 15 Oktober 2020
DiagnosaMedis : CKD (Chronic Kidney Desease)

2.1.2 RIWAYAT KESEHATAN / PERAWATAN PRE HD


1. Keluhan Utama:
Pasien mengatakan sesak nafas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 15 Oktober 2020 pasien dibawa keluarga kerumah sakit
dengan keluhan sesak nafas dan Bengkak pada bagian kedua kaki kiri dan
kanan. Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin bertambah parah dan
kemudia pasien dan keluarga memustuskan untuk dibawa ke rumah sakit,
Setelah diperiksa pasien didagnosa mengalami CKD (chronic kidney
diseases) dan didapatkan juga hasil TTV,TD:140/100,suhu:36,5 Nadi:85
x/m,RR:24 x/m.klien masih dalam kesadaran penuh (compos menthis)

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)


Pasien mengatakan menderita Hipertensi ±3 tahun yang lalu dan rutin
mengkonsumsi catopril dengan dosis 50mg.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan ada riwayat penyakit hipertensi dalam keluarga yaitu
dari Ayah. Sedangkan riwayat penyakit Gagal Ginjal seperti yang diderita
pasien tidak ada.

Genogram:

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Meninggal
: Klien
... : Tinggal Serumah

2.2.2 PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum :
Pasien tampak berbaring dengan posisi semi fowler, Pasien tampak sakit
ringan, pasien tampak sesak nafas,pasien tampak pucat, kesadaran compos
menthis, berbicara lancar penampilan rapi, terdapat edema pada kedua
ekstremitas bawah, terpasang O2 nasal canul 3 Lpm, terpasang selang
AVBL dengan akses AV fistula dan terhubung ke mesin dialiser
2. Kepala
Warna rambut hitam bercampur dengan sedikit uban, kulit kepala bersih,
tidak ada lesi.
3. Mata
Bentuk bola mata bulat, konjungtiva anemis, pupil isokor, gerakan mata
tidak kaku dan dapat bergerak bebas.
4. Leher
Bentuknya simetris, tidak ada pembengkakan, dapat bergerak bebas, tidak
ada pembengkakan kelenjar limfe, tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid.
5. Paru
Dapat mengembang maksimal, bentuk simetris kanan dan kiri.
6. Abdomen
Bentuk tidak simetris, terdapat nyeri tekan.
7. Ekstremitas
Pasien dapat melawan tahanan pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
ekstrimitas atas dan bawah kekuatanya dengan skala 5|5, edema di bagian
kaki kiri dan kanan dengan derajat 1 piting kedalamannya 2 mm
8. Integument
Turgor kulit pasien jelek, edema pada kedua kaki kiri dan kanan, CRT >2
detik, Suhu kulit pasien teraba hangat, bentuk kuku pasien simetris.

POLA KEBUTUHAN DASAR


1. Pola makan / minum
Pasie mengatakan nafsu makan berkurang, dari 1 porsi pasien dapat
menghabiskannya, tidak ada nyeri tenggorokan, pasien minum air putih dan
susu ±1.200cc/24 jam, BB pasien sekarang 67 kg TB 170cm IMT IMT 23,5
2. Pola Istirahat
Pasien mengatakan tidur tidak ada masalah dengan kualitas tidur, pasien
mampu tidur dengan baik dengan frekuensi 1-2 x/sehari. Tidur malam 7-8
jam dan tidur siang 1-2 jam.
3. Pola Aktivitas
Pasien hanya melakukan aktifitas yang ringan saja selama sakit.
4. Pola Eliminasi Uri / Bowel
Pasien mengatakan Produksi urin yang di keluarkan±400 cc/hari . frekuensi
± 3x sehari. Dengan warna kuning pekat dan berbau khas amoniak.
5. Personal Hygiene
Pasien dapat melakukan Personal hygiene secara mandiri dengan bantuan
serta pengawasan dari keluarga, pasien mengatakan mandi 3xsehari pagi,
siang dan sore. Pasien tampak bersih dan rapi

2.2.3 PRE HD
Keadaan umum :
Pasien tampak sakit ringan, pasien tampak pucat dengan kesadaran compos
menthis, pasien dengan posisi semi fowler serta terpasang selang AVB
Ldengan akses AV fistula dan terhubung ke mesin dialiser
Tanda – tanda vital :
a. Suhu /T : 36,5 ºC
b. Nadi /HR : 85 x/mnt
c. Pernapasan /RR : 24 x/mnt
d. Tekanan Darah /BP : 150/90 mmHg
e. BB Pre HD : 67 Kg
f. Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output cairan
1.200- 441,8= 758,2

Setting Mesin
a. UF Goal : 2000 L
b. UF Rate : 0.70 L/jam
c. Time : 4 jam
3 INTRA HD
1. Suhu /T : 36,5 ºC
2. Nadi /HR : 98 x/mnt
3. Pernapasan /RR : 27 x/mnt
4. Tekanan Darah /BP : 140/80 mmHg
5. Keluhan selama HD : Klien mengeluh sesak nafas
6. Nutrisi selama HD
a. Jenis makanan : Roti, makan siang
Jumlah :
b. Jenis minuman : Air Mineral
Jumlah :± 300 cc
Catatan Observasi Pasien selama Proses Hemodialisa
Paraf&
Out- Keterangan
Intake (cc) Nama
Put (cc) Lain
UF
Observasi

QB Tek.Drh Maka
Jam Rate Nadi RR
(ml/mnt) (mmHg) nn Lain UF
(ml) NaCl Dexrose UF
/ - Volume
0,9% 40% Removed
minu Lain
m
PRE- HD

150
08.30 215 0,70 85 24
90
HD INTRA

150
11.00 215 0,75 98 27
80
POST HD

140
12.30 250 1,00 90 27
80

Jumlah :
Total UF: 1.500
2.1.3 Post HD
1. Keadaan Umum :
Klien tampak sakit ringan, pasien tampak kebingungan, pasien tampak
bertanya terkait kondisinya kepada perawat, dengan kesadaran compos
menthis,posisi klien semi fowler terpasang infus RL pada tangan kiri
sebanyak 20 tpm
2. Tanda – tanda Vital
a. Suhu/ T : 36,6 C
b. Nadi/HR : 90x/mnt
c. Pernapasan : 27x/mnt
d. Tekanan Darah : 140/80mmHg
e. BB Post HD : 65 kg
f. Jumlah cairan yang dikeluarkan : 2 L

3. Perencanaan Pulang (Discharge Planning) :


1) Obat – obatan yang disarankan /Oba tRutin:
Tidak ada obat-obatan yang dibawa pulang
2) Makanan / Minuman yang dianjurkan (jumlah) :
Pasien disaran kan untuk mengurangi mengkonsumsi cairannya sesuai
dengan banyaknya produski urine saja
3) Rencana HD / Kontrol selanjutnya :
Pasien menjalani hemodialisa setiap hari Rabu, jadi pasien akan
kembali datang pada hari rabu
4) Catatan lain :
GFR Laki-laki = (140 - umur) x BB
(72 x serum kreatinin)
= (140 – 59) x 68
(72 x 13,6)
= 5.184
979,2
= 5, 29 (<15) Grade 5
DATA PENUNJANG
Parameter Hasil Satuan Nilai normal
Glukosa sewaktu 80 mg/dl <200
Ureum 274 mg/dl 21-53
Creatinine 13,6 mg/dl 0,7-1,5
WBC 17.18 10^3/ul 4.50-11.00
HGB 8,8 g/dL 10.5-18.0
PLT 247 10^3/ul 150-400

PENATALAKSANAAN MEDIS
No Nama Obat Dosis Rut Indikasi
e
1. Captopril 2x2,15 Oral Obat untuk mencegah dan
mg menurunkan hipertensi.
2. Furosemid Per 8 jam IV Obat untuk mengobati
penumpukan cairan karena gagal
ginjal.
3. Asam folat 2x 1 mg Oral obat yang digunakan untuk
pembentukan sel darah merah .

ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DO: Pasien mengatakan “ Ristensi Na dan air Pola nafas tidak efektif
saya merasa sesak nafas”
DS : Tekanan kapiler meningkat
- Pasien tampak sesak
nafas Beban jantung meningkat
- Tampak edema di
ekstermitas bawah Tekanan vena pulmonalis
- Posisi berbaring
semi fowler Kapiler paru naik
- Tampak terpasang
O2 nacal canula Edema paru
3lpm
- RR meningkat Ekspansi paru menurun
- TTV: TD= 140/80 MmHg
N=98 x/m Dispnea
S=36,5 ℃
RR=27x/m Pola nafas tidak efektif

DS: Pasien mengatakan Obstuksi ginjal Gangguan seimbangan


cairan
kedua kakinya bengkak
DO: Fungsi ginjal menurun
- Edema pada kedua kaki
pasien derajat 1 piting GFR
kedalamannya 2 mm
- Tutgor kulit jelek Ristensi Na dan air
- Berat badan pre Hd 67kg
- Berat badan Post Hd Gangguan seimbangan
cairan
65kg
- Hasil lab UR: 274 mg/dL
- Hasil lab CR: 13,6 mg/dl
- Balance cairan dalam 24
jam : intake cairan –
output cairan
1.200- 441,8= 758,2
- TTV:
TD= 140/80MmHg
N=98 x/m
S=36,5 ℃
RR=27x/m
DO: Kurangnya informasi dan Defisit Pengetahuan
Pasien mengatakan “Kenapa pengetahuan
saya harus menjalani HD
setiap minggu?”
DS:
Defisit Pengetahuan
- Pasien tampak bingung
ketika di tanya tentang
penyakitnya
- Pasien tampak bertanya
kepada perawat
mengenai kondisinya

PRIORITAS MASALAH
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan dengan Ristensi cairan dan
Na dibuktikan dengan Pasien mengatakan “ saya merasa sesak nafas”,
pasien tampak sesak,tampak edema di ekstermitas bawah, Posisi berbaring
semi fowler, Tampak terpasang O2 nacal canula 3lpm, RR meningkat
TTV: TD= 140/80 MmHg, N=98 x/m, S=36,5 ℃ ,RR=27x/m
2. Gangguan keseimbangancairan berhubungan dengan kehilangan fungsi
ginjal di Tandai dengan Pasien mengatakan kedua kakinya bengkak,
adanya Edema pada kedua kaki pasien derajat 1 piting kedalamannya 2
mm, Turgor kulit, Balance cairan dalam 24 jam : intake cairan – output
cairan, 1.200- 441,8= 758,2
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan Pasien tampak bingung ketika di tanya tentang penyakitnya, Pasien
tampak bertanya kepada perawat mengenai kondisinya
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN (KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN
Pola nafas tidak efektif Setelah diberi Asuhan Keperawatan 1. Observasi tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui tanda- tanda
selama 1x4 jam, diharapkan pola 2. Atur posisi klien senyaman vital pasien
nafas membaik, dengan kriteria hasil: mungkin semi fowler 2. Membantu pasien merasa
1. Sesak nafas klien berkurang 3. Ajarkan klien teknik relaksasi nyaman
2. Klien tampak rileks napas dalam 3. Membantu mengurangi sesak
3. Klien tidak meringis 4. Anjurkan klien tidak menggunakan nafas
4. RR dalam batas normal (16- pakai terlalu ketat 4. Mempermudah pasien merasa
20x/menit) 5. Kolaborasi dengan dokter dalam nyaman
pemberian obat dan O2 5. Kolaborasi untuk terapi pasien

Gangguan Setelah dilakukan asuhan 1. Periksa tanda-tanda vital pre 1. Mengetahui TTV pasien pre HD
keseimbangan cairan keperawatan selama 1x4 jam di hemodalisa 2. Mengetahui TTV pasien post
harapkan tidak ada peningkatan 2. Observasi tanda-tanda vital post HD
volume cairan , dengan kriteria hasil: Hemodalisa
3. Mengetahui derajat edema
1. edema berkurang 3. Observasi derajat edema post
2. Input dan ouput cairan Hemodalisa 4. Mengetahui adanya penurunan
seimbang. 4. Observasi Berat badan post bb setelah HD
3. TTV dalam batas normal. hemodalisa dengan tim medis 5. Mengetahui pengeluaran dan
TD: 5. Identifikasi intake dan output pemasukan cairan
Sistol : 120-130 mmHg cairan 6. Untuk mengurangi edema
Diastol : 80-90 mmHg 6. Anjurkan pasien untuk membatasi pasien
N: 60-100 x/m pemasukan cairan
7. Untuk membantu pasien
S: 36,5-37,5 0C 7. Kolaborasi dalam terapi
RR: 16-24 x/m hemodalisa 1 kali dalam satu mengatasi penyakitnya
minggu: jadwal hemodalisa hari
Senin
Defisit pengetahuan Setelah di lakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien 1. Mengetahui kemampuan pasien
keperawatan selama 1x4 jam dan keluarga 2. Penyediaan materi
pengetahuan pasien dan keluarga 2. Sediakan materi damn media mempermudah penjelasan serta
meningkat dengan kriteria hasil : pendidikan kesehatan agar pasien lebih cepat mengerti
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan 3. Agar pendidikan kesehatan
1. Pengetahuan pasien dan keluarga sesuai kesepakatan tersusun sesuai dengan rencana
meningkat 4. Jelaskan tentang penyakit yang di 4. Meningkatkan pengetahuan
2. Pasien mampu menjelaskan derita pasien
tentang penyakitnya 5. Motivasi pasien dan keluarga 5. Kolaborasi dengan keluarga
3. Pasien memahami cara mengatasi agar rutin melakukan HD untuk membantu paien
sesak nafas mengatasi penderitaanya
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal IMPLEMENTASI EVALUASI (SOAP) TANDA TANGAN
Jam DAN
NAMA PERAWAT
Senin, Diagnosa 1 S: Pasien mengatakan“saya merasa
1. Mengobservasi tanda-tanda vital lebih nyaman setelah mempraktekan
21 Oktober 2020
2. Mengatur posisi klien senyaman teknik nafas dalam“
Pukul: . mungkin semi fowler O:
- Pasien tampak tenang
1. 08:00 WIB 3. Mengajarkan klien teknik relaksasi
- Pasien tampak masih sesak nafas
2. 08:02 WIB napas dalam - Pasien tampak lebih nyaman dengan
4. Menganjurkan klien tidak menggunakan posisi semi fowler
3. 08:05 WIB pakai terlalu ketat Elinaria
- Tampak terpasang o2 nasal canula
4. 08:07 WIB 5. Berkolaborasi dengan dokter dalam 3lpm
pemberian obat dan O2 TTV:
5. 08:10 WIB
TD : 150/100mmHg
N : 85x/menit
RR : 24x/menit
S : 36,5oC
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 1,2,4

Senin, Diagnosa :2 S: Pasien mengatakan merasa tubuhnya


1. Memeriksa tanda-tanda vital pre HD seperti melayang dan ringan
21 Oktober 2020
2. Mengidentifikasi intake dan output O:
Pukul: . cairan - TTV Pre HD
3. Menganjurkan pasien untuk membatasi TD : 150/100mmHg
1. 08.10 WIB
2. 08.20 WIB pemasukan cairan N : 85x/menit
4. Berkolaborasi dalam terapi HD 1 kali RR : 24x/menit
3. 10.00 WIB
dalam satu minggu S : 36,5oC
4. 10.34 WIB 5. Mengobservasi tanda-tanda vital post - Anjuran Pembatasan cairan pasien
HD Pagi 300ml
5. 12.00 WIB
6. Mengobservasi derajat edema post HD Siang 300ml
6. 12.05 WIB 7. Mengobservasi BB post HD Malam 300ml Elinaria
- Jadwal HD pasien setiap hari senin
7. 12.07 WIB
- TTV Post HD
TD : 140/80mmHg
N : 90x/menit
RR : 27x/menit
S : 36,5oC
- Derajat edema post HD derajat 1
dengan kedalaman piting 2mm
- BB Post HD 65kg
A: Masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6,7

Senin, Diagnosa :3 S= Keluarga mengatakan dapat


1. Mengkaji tingkat pengetahuan pasien dan mengerti dan memahami tujuan
21 Oktober 2020
keluarga pemantauan yang sering dilakukan
Pukul: . 2. Sediakan materi dan media pendidikan O=
1. 12:10 WIB kesehatan - Pengetahuan pasien tentang
2. 12:13 WIB 3. Menjadwalkan pendidikan kesehatan penyakitnya sangat minim
sesuai kesepakatan
3. 12:14 WIB 4. Menjelaskan tentang penyakit yang di - Media pendkes leaflet
4. 12:16 WIB derita - Pendkes di lakukan pukul 12:10
5. 12: 23 WIB 5. Motivasi pasien dan keluarga agar rutin WIB setelah pasien HD
melakukan HD - Pasien dan keluarga mampu
mengualng apa yang sudah
dijealskan
- Pasien dan keluarga memahami
kondisi pasien saat ini
A: masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan (Maslah sudah
Elinaria
teratasi)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal ginjal kronis(Chronic Kidney Desease) adalah kerusakan ginjal progresif
yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya
yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau
transplantasi ginjal) (Nursalam, 2011:47).
Gagal ginjal kronis (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi ginjal yang progesif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan sampah nitrogen lain dalam darah) (Surhayanto, 2011:183).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi untuk mempertahankan metabolisme
serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang
progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam
darah (Muttaqin, 2011:166).
Jadi, Gagal ginjal kronis adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami
gangguan fungsi dimana ginjal tidak mampu untuk mempertahanan metabolism serta
keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat fatal terjadinya penumpukan
toksin di dalam darah yang ditandai dengan uremia.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannyapenulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan isi dari laporan di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran
bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggpi terhadap
kesimpulan dari bahasan laporan in
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Disusun Oleh:
Elinaria
2017.C.09a.0836

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
1. Topik Bahasan : Hemodialisa
2. Sasaran : Pasien dan Keluarga pasien
3. Kriteria : - Pasien dengan diagnosis gagal ginjal kronik ketika nilai
- cleareance kreatinin (CCT) antara 20 – 25 ml /menit
- Keluarga pasien yang telah di diagnosis Gagal ginjal
- Telah mengikuti pertemuan pertama Program Edukasi
Predialysis (PEPD) tentang proses perjalanan penyakit
4. Waktu : Senin, 2 November 2020, 1 x 10 menit
5. Tempat : Ruang Hemodalisa
6. Tujuan :
1) Tujuan Instruksional Umum
Penyuluhan hemodialisa ini diharapkan dapat membantu peserta/ paasien
dengan informasi yang obyektif tentang pengobatan alternatif Gagal ginjal
kronik
2) Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta didik mampu:
a. Mengetahui pengertian definisi hemodialisa
b. Mengetahui manfaat hemodialisa
c. Mengetahui penyebab hemodialisa
d. Mengetahui komponen hemodialisa
e. Mengetahui cara kerja hemodialisa
f. Mengetahui proses pra. Inta dan post hemodialisa
g. Mengetahui komplikasi saat menjalani hemodialisis
h. Mengetahui diet pada pasien hemodalisa

7. Materi
1) Definisi hemodialisa
2) Manfaat hemodialisa
3) Penyebab hemodialisa
4) Komponen hemodialisa
5) Cara kerja hemodialisa
6) Proses pra. Intra dan post hemodialisa
7) Komplikasi hemodialisis
8) Diet pada pasien hemodialisa

8. Metode
1) Ceramah
2) Tanya Jawab

9. Media
Leaflet
10. Kegiatan penyuluhan
Alokasi
Tahap Kegiatan Pendidik Kegiatan Peserta Didik Metode Media
Waktu
Persiapan Menyiapkan alat dan media Mulai memposisikan diri untuk 1 menit
(Pra mendengarkan materi
kegiatan)
Kegiatan a. Memberi salam Menjawab dan memberi respon  2 menit
b. Perkenalan diri
pembuka ucapan pembicara
c. Menjelaskan tujuan pendidikan
kesehatan
d. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
e. Menyampaikan kontrak waktu
Uraian Penyampaian materi oleh pemateri:  Mendengar-kan pemateri - Ceramah Leaflet 4 menit
- Diskusi
Materi a. Menggali pengetahuan peserta tentang  Mencatat materi - Tanya jawab
masa intranatal
b. Menjelaskan tentang definisi
hemodialisa
c. Menjelaskan tentang manfaat
hemodialisa
d. Menjelaskan tentang penyebab
hemodialisa
e. Menjelaskan tentang komponen
hemodialisa
f. Menjelaskan tentang akses pembuluh
darah pada hemodialisa
g. Menjelaskan tentang cara kerja
hemodialisa
h. Menjelaskan tentang proses pra. Intra
dan post hemodialisa
i. Menjelaskan tentang komplikasi
hemodialisis
j. Menjelaskan tentang diet pada pasien
hemodialisa

Evaluasi Melakukan evaluasi terhadap pemahaman  Menjawab pertanyaan dari  Tanya jawab 2 menit
peserta didik atas materi yang telah pemateri
disampaikan
Kegiatan a. Menyampaikan rangkuman materi Memberi respon kepada 1 menit
Penutup b. Mengucapkan terima kasih pembicara
c. Menyampaikan salam
11. Evaluasi Formatif/Sumatif)
1. Evaluasi Struktur
a) Peserta hadir ditempat penyuluhan
b) Peserta yang haadir sesuai dengan kriteria
c) Menyiapkan media
2. Rencana evaluasi Proses
a) Peserta akan memperhatikan selama acara penyuluhan
b) Peserta akan memberikan respon aktif selama penyuluhan
c) Peserta akan mengajukan pertanyaan dan pemateri menjawab
pertanyaan dengan
benar
d) Tidak akan ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
sebelum acara
berakhir
3. Evaluasi Hasil
1. Setelah penyuluhan diharapkann peserta penyuluhan mampu
menjawab soal evaluasi dengan benar secara lisan menggunakan
bahasa sendiri

Soal Evaluasi :
1. Apa definisi hemodialisa?
2. Apa manfaat hemodialisa? (min 3)
3. Apa penyebab hemodialisa?
4. Apa saja komponen hemodialisa?
5. Dimana saja akses pembuluh darah pada hemodialisa?
6. Bagaimana cara kerja hemodialisa?
7. Bagaimana proses pra. Intra dan post hemodialisa
8. Apa saja yang menyebabkan komplikasi hemodialisis
9. Bagaimana diet pada pasien hemodialisa?

12. Materi
1) Definisi Hemodialisa
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dalam tubuh kita, ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut (Brunner& Sunddarth, 2001). Hemodialisa
merupakan salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagal ginjal
kronis. Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ”
artinya pemisahan zat-zat terlarut atau penyaringan. Hemodialisis berarti proses
pembersihan darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar
tubuh. Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah “cuci darah”.

2) Manfaat Hemodialisa
a. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi pembuangan, yaitu membuang
sisa-sisa pembentukan energi dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan
sisa pembentukan energi yang lain.
b. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
c. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal.
d. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang
lain.

3) Penyebab Hemodialisa
a. Gagal ginjal akut
b. Gagal ginjal kronis
c. Keracunan

4) Komponen Hemodialisa
a. Mesin hemodialisa

Mesin hemodialisa merupakan mesin yang dibuat dengan sistem


komputerisasi yang berfungsi untuk pengaturan dan monitoring yang
penting untuk mencapai kualitas hemodialisa yang baik.
b. Dialiser
Dialiser merupakan komponen penting dari mesin hemodialisa memiliki
fungsi seperti komponen penyaring pada ginjal. Berbentuk seperti tabung
yang terdiri dari dua ruang yaitu kompartemen darah dan kompartemen
dialisat yang dipisahkan oleh selaput tipis (membran semi permeabel). Di
dalam dialiser cairan dan produk limbah dalam tubuh kita dapat berpindah
menuju tabung dialisat yang kemudian dibuang. Semakin baik salaput tipis
pada dialiser semakin tinggi pua kemampuan dalam membuang kelebihan
cairan dan limbah, sehingga akan menghasilkan bersihan yang lebih
optimal (Brunner & Suddarth, 2001; Black, 2005).
c. Dialisat

Diasilat merupakan cairan yang komposisinya seperti cairan tubuh normal


dan terdiri dari air dan elektrolit, yang dialirkan kedalam dialiser. Dialisat
digunakan untuk membuat perbedaan konsentrasi yang mendukung
perpindahan cairan dan limbah tubuh dalam proses hemodialisa. Kecepatan
aliran dialisat menuju dan keluar dari dialiser memerlukan kecepatan aliran
dialisat yang disebut Quick Of Dialysate (Qd). Untuk mencapai
hemodialisa yang adekuat Qd disarankan adalah 400-800 mL/menit
(Pernefri, 2003).
d. Akses pada pembuluh darah
Akses pembuluh darah merupakan jalan untuk memudahkan pengeluaran
darah dalam proses hemodialisa untuk kemudian dimasukkan lagi kedalam
tubuh pasien. Akses yang baik akan memudahkan dalam melakukan
penusukan dan memungkinkan aliran darah sebanyak 200-300 mL/menit.
Akses pembuluh darah dapat berupa kanula atau kateter yang dimasukkan
kedalam dinding pembuluh darah seperti pada pembuluh darah di lengan,
dekat ketiak, di leher dan selangkangan. Akses juga dapat berupa
pembuluh darah buatan yang menyambungkan pembuluk balik dengan
pembuluh nadi yang disebut Arteorio Venousus Fistula/Cimino (Pernefri,
2003).
e. Kecepatan aliran darah (Quick of blood)
Qb adalah banyaknya darah yang dapat dialirkan dalam satuan menit dan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi bersihan darah dari
limbah tubuh. Qb yang disarankan untuk pasien yang menjalani
hemodialisa selama 4 jam adalah 250-400 m/Lmenit (Daugirdas, 2007;
Gatot,2003).

5) Cara Kerja Hemodialisa


Pada hemodialisis, darah dipompa keluar dari tubuh lalu masuk kedalam
mesin dialiser (yang berfungsi sebagai ginjal buatan) untuk dibersihkan dari
cairan dan limbah tubuh melalui proses penyaringan oleh cairan khusus untuk
dialisis (dialisat). Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan di dalam darah, sehingga cairan, limbah sisa pembetukan energi
dan zat-zat racun juga limbah tubuh di dalam darah disaring melalui selaput dan
masuk ke dalam dialisat. Setelah dibersihkan, darah dialirkan kembali ke dalam
tubuh. Pengeluaran siasa pembentukan energi dan libah tubuh berlebih akan
membantu tubuh mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh agar
menjaadi lebih seimbang

6) Komplikasi
a. Hipotensi akibat penarikan cairan yang berlebihan, obat antihipertensi atau
alergi
b. Hipertensi akibat kelebihan cairan, penyaringan yang kurang
c. Kram otot akibat penarikan cairan yang terlalu cepat
d. Mual atau muntah akibat gangguan cairan tubuh
e. Sakit kepala akibat gangguan cairan tubuh
f. Sakit dada akibat gangguan cairan tubuh (elektrolit)
g. Gatal- gatal akibat alergi
h. Demam dan menggigil akibat cairan tubuh/ darah yang dikeluarkan dari
tubuh.
i. Perdarahan akibat fungsi trombosit ang berkurang dan keracunan zat urea
j. Infeksi melalui akses pembuluh darah
13. Daftar pustaka

Beiber, S.D. dan Himmelfarb, J. 2013. Hemodialysis. In: Schrier’s Disease of the
Kidney. 9 th edition. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson,
E.C., Schrier, R.W. editors. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia:
2473-505.
Brunner & sunddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Burnama, Erawati F. 2007. Protap Perawatan Klien Hemodialisa. Instlasi Dialisis
RSUD Dr.
Doris Sylvanus. Palangka Raya.
Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S. 2007. Handbook of Dialysis. 4 th ed.
Phildelphia.
Lipincott William & Wilkins.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakartaa: EGC
Nursalam, M.Nurs, DR (Hons). 2006. Asuhan Keperaawatan Pasien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.
HEMODALISA apa itu Kapan saya harus
(CUCI DARAH) Hemodalisa…??? melakukannya..????

Hemodalisa adalah
Bila ginjal tidak dapat
prosedur pembersihan
melaksanakan
darah melalui suatu mesin
fungsinya (gagal
ginjal buatan bagi
a
ginjal)
penderita gagal ginjal
yang sudah berat untuk 1. Gagal ginjal akut,
membuang cairan yang fungsi ginjal
Oleh :
berlebihan dan zat-zat terganggu sementara
beracun waktu. Hemodalisa
Elinaria
sampai fungsi ginjal
membaik
2. Gagal ginjal kronis,
YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA fungsi ginjal rusak
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI
SARJANA KEPERAWATAN permanen.
TAHUN 2020
Hemodalisa seumur
hidup
Proses hemodalisa Komplikasi yang dapat
Ginjal
muncul selama
Organ vital yang
hemodalisa.
membersihkan kelebihan
 Hipotensi
cairan dan zat-zat racun.
 kram otot
Menghasilkan hormon, dan
 reaksi alergi,
berperan dalam
 mual, ngantuk, lelah dll
pembentukan sel darah
merah.
Apa yang perlu di
Gagal ginjal lakukan selama
hemodalisa ?
 Melakukan hemodalisa
rutin sesuai jadwal
Penumpukan
 Kontrol teratur ke
cairan dan zat beracun di
dokter yang menangani
dalam tubuh harus
Berapa lama hemodalisa penyakit gagal ginjal
dibuang.
berlangsung,,,??  Diet dan cairan yang
Tergantung derajat tepat
kerusakan ginjal, diet  Kontrol penyakit
sehari-hari, penyakit yang penyerta
Hemodalisa menyertai,ukuran tubuh dll  Atasi anemia
pengganti ginjal.

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai