DI SUSUN OLEH :
Kelompok 2
1. Fani Fadillah (2202197)
2. Tricia Andeska Putri ( 2202211)
3. Dosni Milenia Simarmata (2202195)
4. Rinda Nabela Sari (2202207)
5. Silva Bela Putri (2202214)
Dosen Pembimbing :
Ns. Siska Sakti Angraini, M. Kep
PENDAHULUAN…………………………………………………………............................2
KATA PENGANTAR……………………………………….......
…………………….......................3
BAB I …………………………………………………………………........................………4
PENDAHULUAN ……………………………………………………........................………4
A. Latar belakang …………….………………………………………...........................……4
B. Rumusan Masalah……………………………………………………...........................….4
C. Tujuan Penulisan ………………………………………....................................................5
BAB II ……………………………………………………………...........................................6
PEMBAHASAN ………………………………………………………............……...............6
A. Pengertian…………………………………………………………...................…...............6
B. Anatomi Fisiologi…………………………………………………….......………...............8
C. Etiologi……………………………………………………………....................................10
D. Patofisiologi…………………………………………………………….............................10
E. Manifestasi klinis…………………………………………………………......…...............11
F. Asuhan Keperawatan………………………………………………………..................….11
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Konsep Asuhan Keperawatan Dengan
Acute Kidney Disease”.
Makalah ini berisikan tentang informasi yang berkaitan dengan asuhan keperawatan
dengan acute kidney disease. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada
kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih.
Kelompok 2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan
mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh,
menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta memproduksi
hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah
merah dan menjaga tulang tetap kuat (Infodatin, 2017).
Penelitian epidemiologi di China tentang Acute Kidney Injury (gagal ginjal akut) telah
menjadi perhatian dunia. Penelitian dari 44 rumah sakit di 22 provinsi yang berhubungan
dengan insiden Acute Kidney Injury yang memiliki presentase 0.9% di antaranya adalah
2.223.230 pasien rawat inap menurut klasifikasi KDIGO (Kidney Disease: Improving Global
Outcome) pada tahun 2015. Standar RRT (Renal Replacement Theraphy) ialah 14,4% dan
mortalitas di rumah sakit sebesar 12.4%. Penelitian baru membuktikan bahwa faktor
komplikasi dari Acute Kidney Injury (AKI) memiliki presentase sebesar 2.4% sampai 8.1% di
rumah sakit khusus orang dewasa dan pasien ICU memiliki presentase 30 sampai 50%
dengan mempengaruhi standar mortalitas sebesar 18.6 sampai 28.5% (Wang, 2016).
International Society of Nephrology berinisiatif bahwa dari “0” sampai “25” yaitu, nol
kematian yang dapat dicegah dari Acute Kidney Injury (AKI) secara dunia tahun 2025.
Berdasarkan bukti yang baru ditemukan bahwa pre kondisi iskemik, pengobatan non invasif
serta pengobatan secara tradisional dapat mencegah Acute Kidney Injury (AKI) termasuk
diantaranya pasien dengan bedah jantung dan sejenisnya (Wang, 2016).
Data Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2016 menyebutkan sebanyak 98%
penderita gagal ginjal menjalani terapi hemodialisis dan 2% menjalani terapi peritoneal
dialisis (Depkes, 2018). Prevalensi gagal ginjal di Indonesia pada laki- laki (0.3%) lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan (0.2%). Berdasarkan karakteristik umur prevalensi
tertinggi pada kategori usia diatas 75 tahun (0.6%), dimana mulai terjadi peningkatan pada
usia 35 tahun ke atas (Kemkes, 2017). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
(2017), mengatakan bahwa berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa prevalensi
tertinggi adalah Sulawesi Tengah sebesar 0.5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara
masing-masing 0.4%.
4
Acute Kidney Injury merupakan sebuah gangguan fungsi renal yang progresif
dan irreversible, dimana fungsi ginjal mengalami penurunan dalam mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, sehingga terjadi uremia (Ariani, 2016).
Dampak Acute Kidney Injury dari berbagai masalah keperawatan yaitu penurunan
aliran darah ginjal. Efek merugikan dari perfusi ginjal pada fungsi ginjal sangat jelas. Karena
aliran darah ginjal dalam jumlah yang besar dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi
normal ginjal, maka perubahan komposisi urin terjadi lebih dini bila perfusi ginjal menurun
(Nuari dan Widayati, 2017).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan acute kidney disease
2. Tujuan khusus
Dengan pembuatan makalah ini mahasiswa mampu :
a) Mengerti dan memahami konsep dasar acute kidney disease
b) Melakukan pengkajian pada pasien acute kidney disease
c) Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa prioritas
acute kidney disease
d) Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan acute kidney disease
5
BAB II
PEMBAHASAN
Acute Kidney Disease adalah fungsi ginjal yang menurun dengan tiba- tiba
yang dapat menganggu keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Biasanya
gejalanya ditandai dengan penurunan berkemih atau peningkatan berkemih dalam 24
jam. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium terjadi peningkatan ureum dan kreatinin
Acute Kidney Disease adalah jika ginjal secara tiba-tiba tidak mampu
mengatur volume dan komposisi urine secara tepat sebagai respon terhadap asupan
makanan dan cairan terhadap kebutuhan organisme.
6
B. Anatomi Fisiologi Ginjal
a) Anatomi
Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di belakang kavum abdominalis di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding belakang
abdomen. Bentuknya ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal
kiri lebih besar dari pada ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari
pada ginjal wanita (Widia, 2015).
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum
ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis). Kulit ginjal yang terdapat bagian
yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Tempat penyaringan
darah ini banyak mengandung kapiler darah yang tersusun bergumpal-gumpal disebut
glomerulus. Tiap glomerulus dikelilingi oleh simpai bowman, dan gabungan antara
glomerulus dan simpai bowman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada
badan malphigi, yaitu diantara glomerulus dan simpai bowman. Zat-zat yang terlarut dalam
darah akan masuk ke dalam simpai bowman. Zat-zat tersebut akan menuju ke pembuluh
darah yang merupakan lanjutan dari simpai bowman yang terdapat di dalam sumsum ginjal
(Nuari & Widayati, 2017).
Ginjal diperkirakan memiliki 1.000.000 nefron yang selama 24 jam dapat menyaring
darah 170 liter. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal, lubang-lubang
yang terdapat pada piramid renal masing-masing membentuk simpul dari kapiler satu badan
7
malphigi yang disebut glomerulus. Pembuluh aferen yang bercabang membentuk kapiler
menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena kava inferior (Widia, 2015).
b) Fisiologi
Ginjal memainkan peran penting dalam mengatur volume dan komposisi cairan
tubuh, mengeluarkan racun dan menghasilkan hormon seperti renin, erythropoietin dan
bagian aktif vitamin D. Kegagalan untuk menangani efek-efek ini menjadi pertimbangan
yang dapat menghasilkan kesalahan serius dalam penanganan pasien. Ginjal dibentuk dari
kira-kira 1 juta unit fungsional yang disebut dengan nefron. Secara anatomi, sebuah nefron
terdiri dari sebuah tubulus berliku-liku dengan sedikitnya enam segmen yang khusus Akhir
bagian proksimal (Kapsula Bowman), ultrafiltrasi darah telah terbentuk, dan selama cairan ini
melewati nefron, jumlah dan komposisinya termodifikasi oleh kedua proses reabsoprsi dan
sekresi. Hasil akhir yang dikeluarkan berupa urin. Enam bagian utama anatomi daan
fungsional nefron meliputi kapiler-kapiler glomerular, tubulus proksimal, lengkung henle,
tubulus distal, tubulus pengumpul, dan apparatus juxtaglomerular (Nuari & Widayati, 2017).
Perubahan patologi yang mendasari Acute Kidney Disease adalah terjadinya Nekrosis
Tubular Akut (NTA). Kondisi ini mengakibatkan deskuamasi sel tubulus nekrolit dan bahan
protein lainnya. Kemudian membentuk silinder dan menyumbat lumen tubulus sehingga
tekanan intratubuluer meningkat. Tekanan intratubulus yang meningkat menyebabkan
gangguan filtrasi glomerulus sehingga GFR menurun. Obstruksi tubulus merupakan faktor
penting pada ARF yang disebabkan oleh logam berat. Etilen glikol atau iskemia
berkepanjangan. Pada keadaan sel endotel kapiler glomerulus dan/atau sel membran basalis
mengalami perubahan sehingga luas permukaan filtrasi menurun mengakibatkan penurunan
ultrafiltrasi glomerulus (Diyono & Mulyanti, 2019).
C. Etiologi
1. Gagal jantung kongestif
2. Syok kardiogenik
3. Sepsis
4. Anafilaksi
8
D. Patofisiologi
Acute Kidney Disease umumnya merupakan keadaan yang reversible, tetapi
penyimpangan fungsi fisiologi ginjal bisa sangat ekstrim, dan angka mortalitas
kelompok usia pediatrik tetap tinggi. Pada keadaan ini dapat terjadi pengurangan laju
fitrasi glomerulus yang parah, kenaikan kadar BUN, dan penurunan aliran darah
ginjal yang signifikan.
E. Manifestasi Klinis
Diyono & Mulyanti (2019), mengatakan bahwa manifestasi klinik pada
Acute Kidney Disease menurut yaitu :
a. Pernafasan seperti pernafasan kussmaul, efusi pleura dan pneumonia
b. Saraf seperti sakit kepala, kelelahan, perubahan status mental.
c. Kardiovaskular seperti anemia (nomochromic, normocytic), hipertensi,
disritmia.
d. Perkemihan seperti perubahan volume dan komponen tergantung penyebab dan
perubahan ekskresi karena obat-obatan.
e. Kulit seperti oedema mata, tangan atau kaki dan memar.
f. Darah seperti asidosis, hiperkalemia, BUN, meningkat, dan serum kreatinin
meningkat.
F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan.
9
Pola Kesehatan Fungsional
10
Batasi asupan cairan dan garam
Tinggikan kepala tempat tidur 30 – 40 derajat
Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
Anjurkan melapor jika BB bertambah > 1 kg dalam sehari
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
Kolaborasi pemberian continuous renal replacement therapy (CRRT) jika
perlu
11
Gambaran EKG Aritmia menurun
Lelah menurun
Edema menurun
Distensi vena jugularis menurun
Dispnea menurun
Oliguria menurun
Pucat/sianosis menurun
Paroximal nocturnal dyspnea (PND) menurun
Ortopnea menurun
Batuk menurun
Suara jantung S3 menurun
Suara jantung S4 menurun
Tekanan darah membaik
Pengisian kapiler membaik
Intervensi Keperawatan :
a. Perawatan Jantung (Siki I.02075)
12
Anjurkan berhenti merokok
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
Rujuk ke program rehabilitasi jantung.
Identifikasi stratifikasi pada sindrom koroner akut (mis: skor TIMI, Killip,
Crusade)
Pertahankan tirah baring minimal 12 jam
Pasang akses intravena
Puasakan hingga bebas nyeri
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi ansietas dan stress
Sediakan lingkungan yang kondusif untuk beristirahat dan pemulihan
Siapkan menjalani intervensi koroner perkutan, jika perlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Anjurkan segera melaporkan nyeri dada
Anjurkan menghindari manuver Valsava (mis: mengedan saat BAB atau
batuk)
Jelaskan Tindakan yang dijalani pasien
Ajarkan Teknik menurunkan kecemasan dan ketakutan
Kolaborasi pemberian antiplatelet, jika perlu
Kolaborasi pemberian antianginal (mis: nitrogliserin, beta blocker, calcium
channel blocker)
Kolaborasi pemberian morfin, jika perlu
Kolaborasi pemberian inotropic, jika perlu
Kolaborasi pemberian obat untuk mencegah manuver Valsava (mis: pelunak
tinja, antiemetik)
Kolaborasi pencegahan trombus dengan antikoagulan, jika perlu
Kolaborasi pemeriksaan x-ray dada, jika perlu
13
Membran mukosa lembab meningkat
Ortopnea menurun
Dispnea menurun
Paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) menurun
Edema anasarka menurun
Edema perifer menurun
Frekuensi nadi membaik
Tekanan darah membaik
Turgor kulit membaik
Jugular venous pressure membaik
Hemoglobin membaik
Hematokrit membaik
Intervensi Keperawatan:
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis: frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah)
Monitor intake dan output cairan
Hitung kebutuhan cairan
Berikan posisi modified Trendelenburg
Berikan asupan cairan oral
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis: NaCL, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis: glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
Kolaborasi pemberian cairan koloid (albumin, plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk darah
14
Monitor tanda dan gejala hiperkalemia (mis: peka rangsang, gelisah, mual,
muntah, takikardia mengarah ke bradikardia, fibrilasi/takikardia ventrikel,
gelombang T tinggi, gelombang P datar, kompleks QRS tumpul, blok jantung
mengarah asistol)
Monitor tanda dan gejala hiponatremia (mis: disorientasi, otot berkedut, sakit
kepala, membrane mukosa kering, hipotensi postural, kejang, letargi,
penurunan kesadaran)
Monitor tanda dan gejala hipernatremia (mis: haus, demam, mual, muntah,
gelisah, peka rangsang, membrane mukosa kering, takikardia, hipotensi,
letargi, konfusi, kejang)
Monitor tanda dan gejala hipokalsemia (mis: peka rangsang, tanda Chvostek
[spasme otot wajah] dan tanda Trousseau [spasme karpal], kram otot, interval
QT memanjang)
Monitor tanda dan gejala hiperkalsemia (mis: nyeri tulang, haus, anoreksia,
letargi, kelemahan otot, segmen QT memendek, gelombang T lebar, komplek
QRS lebar, interval PR memanjang)
Monitor tanda dan gejala hipomagnesemia (mis: depresi pernapasan, apatis,
tanda Chvostek, tanda Trousseau, konfusi, disritmia)
Monitor tanda dan gejala hypermagnesemia (mis: kelemahan otot,
hiporefleks, bradikardia, depresi SSP, letargi, koma, depresi)
Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
15
DAFTAR PUSTAKA
Ariani. 2016. Stop Gagal Ginjal dan Gangguan Ginjal Lainnya. Yogyakarta : Istana Media.
Budiono & Budi Pertami, Sumirah. 2015. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika.
Doenges. 2014. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
Gonce Morton, Patricia et al. 2016. Keperawatan Kritis : Pendekatan Asuhan Holistik Volume 2.
Edisi 8. Jakarta : EGC.
Infodatin. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Nuari & Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan & Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta : Deepublish.
16