PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah KeperawatanPerkemihan I
2. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai konsep dan asuhan
keperawatan pasien dengan CKD (Chronic Kidney Disease)
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem ginjal
2. Untuk mengetahui definisi CKD (Chronic Kidney Disease)
3. Untuk mengetahui epidemiologi CKD (Chronic Kidney Disease)
4. Untuk mengetahui etiologi CKD (Chronic Kidney Disease)
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis CKD (Chronic Kidney
Disease)
6. Untuk mengetahui patofisiologi dan pathways CKD (Chronic
Kidney Disease)
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis CKD (Chronic Kidney
Disease)
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
pada CKD (Chronic Kidney Disease)
1.3 Manfaat
Mahasiswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam
mengenai anatomi fisiologi sistem ginjal, definisi, epidemiologi, etiologi,
manifestasi klinis, patofisiologi, penatalaksanaan medis, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, prognosis, pencegahan, dan pemberian asuhan
keperawatan pada klien dengan CKD (Chronic Kidney Disease).
Ginjal terdiri atas tiga area yaitu korteks, medula dan pelvis.
a. Korteks, merupakan bagian paling luar ginjal, di bawah kapsula
fibrosa sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas nefron-nefron
yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua glomerulus berada di korteks.
b. Medula, terdiri dari saluran-saluran atau duktus kolekting yang
disebut pyramid ginjal yang tersusun atas 8-18 buah.
c. Pelvis, merupakan area yang terdiri dari kalik minor yang kemudian
bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai lima kalik minor
bergabung menjadi kalik mayor dan dua sampai tiga kalik mayor
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progesif dan irreversibel dimana kemampuan
tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah netrogen lain dalam
darah). (Bruner & Suddarth, 2001:1448)
Gagal ginjal kronis biasanya merupakan akibat akhir kehilangan fungsi
ginjal lanjut secara bertahap (doenges, 1999;626).
Gagal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan internal dan konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi
tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis
atau penyakit yang menetap yang sangat lamban dan menunggu beberapa
tahun. (barbara c long, 1996:368).
Gagal ginjal kronis merupakan perkembangan gagal ginjal yang progesif
dan lambat, biasanya berlangsung selama beberapa tahun (price, 1992:812).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk
mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) didalam darah.
Gagal Ginjal Kronik adalah destruksi struktur ginjal yang progresif dan
terus-menerus. Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit
ginjal. Apapun sebabnya, terjadi perburukan fungsi ginjal secara progresif.
Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang
progresif dan lambat (biasanya berlangsung beberapa tahun). Gagal ginjal
kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak massa nefron
ginjal.
Penyakit ginjal kronik (PGK)/Chronic Kidney Disease (CKD)
merupakan kondisi hilangnya fungsi ginjal secara progresif dalam periode
bulan sampai tahun melalui lima tahapan. Setiap tahapan berkembang lambat
dan laju filtrasi glomerulus memburuk, biasanya secara tidak langsung
ditunjukkan dengan nilai kreatinin serum.
Secara definisi, gagal ginjal kronis disebut juga sebagai chronic kidney
disease (CKD). McClellan (2006) menjelaskan bahwa gagal ginjal kronis
merupakan kondisi penyakit pada ginjal yangg persisten (keberlangsungan ≥3
bulan) dengan:
a. Kerusakan ginjal
b. Kerusakan glomerular filtration rate (GFR) dengan angka GFR ≤ 60
ml/menit 1.73 m2.
Gagal ginjal kronik (chronic renal failure, CRF) terjadi apabila kedua
ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan dalam yang cocok
untuk kelangsungan hidup. Kerusakan pada kedua ginjal ini irersibel.
Eksaserbasi nefritis, obstruksi saluran kemih, kerusakan vascular akibat
diabetes mellitus, dan hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat
mengakibatkan pembentukan jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya
fungsi ginjal secara progresif.
CKD
(Chronic Kidney Disease)
Breath (B1) Blood (B2) Brain (B3) Bladder (B4) Bowel (B5) Bone (B6)
Hipernatremia Sindrom uremik Hiponatremia Hiperkalemia Sindrom uremik Hiponatremia Sindrom uremik
Retensi cairan Menstimulasi Vol. Vaskuler Gangguan Ureum dalam Vol. Vaskuler Kerusakan impuls
saraf pada sistem menurun konduksi darah menurun saraf
respiratorik elektrikal otot
Edema pulmonal
Produksi hipotensi Letargi, kesadaran
hipotensi
Kussmaul Gangguan eritropoetin menurun
Ekspansi paru konduksi jantung
menurun Penurunan Curah Penurunan Curah
Jantung Massa Hidup sel Jantung
darah merah PK : koma
PK : Aritmia
Retensi CO2 memendek
Suplai seluruh
Suplai seluruh
tubuh menurun
tubuh menurun Pembekuan darah
Asidosis respiratorik
Metabolisme otak
Ketidakefektifan menurun
Dispneu perfusi Jaringan
pusing
Gangguan Pola
napas Gangguan Perfusi
Cerebral
Gangguan fungsi ginjal Gangguan fungsi ginjal Sindrom uremik Gangguan reabsorpsi
GFR menurun hipernatremia Sindrom uremik Ureum dalam Ureum dalam hipernatremia
darah jaringan otot
Penurunan Retensi cairan Ureum pada tractus GI Retensi cairan
produksi urin Produksi Kontraksi otot tak
Cairan berpindah eritropoetin beraturan Cairan berpindah
peradangan mukosa
oliguri ke interstitial saluran cerna ke interstitial
Massa Hidup sel Kram otot
Cairan menumpuk Ulkus lambung, darah merah Stagnansi vena
Perubahan di ekstremitas memendek
stomatitis Nyeri
eliminasi urin bawah Infiltrasi/ perdarahan
Edema perifer Mual, muntah, Pembekuan darah di bawah kulit
anoreksia
Kelebihan volume Mudah kehilangan Gangguan
cairan Pemenuhan Nutrisi darah Integritas Kulit
Kurang dari kebutuhan
Pasokan darah ke otot
Metabolisme otot
Mudah lelah
Intoleransi
aktivitas
2.10 Penatalaksanaan
1. Obat-obatan
Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium,
furosemid ( membantu berkemih), tranfusi darah.
2. Intake cairan dan makanan
a. Minum yang cukup
b. Pengaturan diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa
memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
c. Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (
penimbunan cairan didalam jaringan) atau hipertensi.
d. Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet
ketat atau menjalani dialisa.
e. Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigleserida dalam
darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan resiko terjadinya
komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung. Untuk menurunkan
kadar trigleserida, diberikan gemfibrozil.
f. Kadar asupan cairan dibatasi untuk mencengah terlalu rendahnya
kadar garam ( natrium) dalam darah.
3. Hemodialisis
Hemodialisis adalah suatu teknologi tinngi sebagai terapi
pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme
atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium,
kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain
melalui membran semi permeable sebagai pemisah darah dan cairan
dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Dialisis bisa digunakan sebagai pengebatan sementara
sebelum penderita menjalani pencangkokan ginjal. Adapun pada
GGA, dialisis dilakukan hanya selama beberapa hari atau beberapa
minggu, sampai fungsi ginjal kembali normal.
Pada hemodialisis, darah adalah salah satu kompartemen dan
dialisat adalah bagian yang lain. Membran semipermeabel adalah
lembar tipis, berpori-pori tersebut dari selulosa atau bahan sintetik.
Ukuran pori-pori membran memungkinkan difusi zat dengan berat
molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi.
Molekul air juga sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran,
tetapi kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darahterlalu
besar untuk melewati pori-pori membran.
Peralatan
a. Dialiser (Dialyzer)
Komponen ini terdiri dari membran dialiser yang
memisahkan kompartemen darah dan dialisat. Dialiser
fungsi:
1). Membuang produk metabolisme protein seperti urea,
kreatinin, dan asam urat.
2). Membuang kelebihan air dengan memengaruhi tekanan
banding antara darah dan bagian cairan, biasanya terdidi
atas tekanan positif dalam usus darah dan tekanan negatif
(penghisap)dalam kompartemen dialisat ( proses
ultrafiltrasi).
3). Mempertahankan dan mengembalikan sistem buffer tubuh.
4). Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit
tubuh.
b. Dialisat atau cairan dialisis
Dialisat atau “bath” adalah cairan yang terdiri atas air dan
elektrolit utama dari serum normal. Dialisat ini dibuat dalam
sistem bersih dengan air keran dan bahan kimia disaring.
Bukan merupakan sytem yang steril, karena bakteri terlalu
besar untuk melewati membran dan potensial terjadinya
infeksi pada pasien minimal. Karena bakteri dari produk
sampingan dapat menyebabkan reaksi pirogeniik., khususnya
3.1. Pengkajian
A. Anamnesa
a) Identitas Pasien
Identitas dibagi menjadi dua, yaitu identitas pasien dan identitas
penanggung jawab. Identitas pasien berupa nama, umur, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas penanggung
jawab meliputi, nama, pekerjaan, dan alamat.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, muali dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan
kesadaran,tidak selera makan (anoreksia),mual,muntah, mulut terasa
kering,rasa lelah, nafas berbau (ureum)dan gatal pada kulit.
c) Riwayat penyakit saat ini
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, penurunan pola
nafas,kelmahan fisik, adanya perubahan kulit,adanya nafas berbau
ammonia,dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah kemana saja
klien meminta pertolongan untuk mengatasi maslahnya dan mendapatkan
pertolongan apa.
d) Riwayat penyakit dahulu
kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeski saluran kemih,
payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, benign prostatic
hyperplasia dan prostaktetomi. Kaji adanya priwayat penyakit batu
saluran kemih, infeski saluran kemih yang berulang, penaykit diabetes
mellitus dan penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi
predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji menganai pemakaian obat-
obatan masa lalu dan riwayat adanya alergi terhadap jenis obat dan
kemudian dokumentasikan.
B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan TTV
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat. Timgkat kesadaran
emnurun sesuai dengan tingkat uremia diman dapat memengaruhi system
sarf pusat. Pada TTV sering didapatkan perubahan; RR meningkat,
tekanan darah terjadi perubahan dari hipertensi ringan sampai berat.
Review Of System
B1(Breath) : klien bernafas dengan bau urine (fektor uremik) . adanya
pernafasan kusmaul
B2 (Blood) : Kondisi uremia berat, perawat akan menemukan adanay
friction rub yang merupakan tanda khas efusi pericardial.
Didapatkan tanda dan gejala gagl ginjal kongestif, TD
meningkat, akrsl dingin, CRT>3 detik, palpitasi nyeri
dada atau angina dan sesak nafas, gangguan irama
jantung,edema penurunan perfusi perifer sekunderdari
penurunan curah jantung akibat hiperkalemi, dan
gangguan konduksi elektrikal otot ventrikel.
B3 (Brain) : Penurunan tingkat kesadarn, disfungsi serebral, sperti
perubahan proses piker dan disorientasi, adanya kejang,
adanya neuropati, perifer, burning feet syndrome,restless
leg syndrome , kram otot dan nyeri otot.
C. Pengkajian Diagnostik
Laboratorium
a) Laju endap darah meninggi
b) Ureum dan kreatinin
c) Hiponatremi dan hiperkalemia
d) Hipokalsemiadan hiperfosfatemia
e) Phosphat alkaline meninggi
f) Hipoalbuminemia dan hipokoleterolemia
g) Peninggian gula darah
h) Hipertrigleserida
i) Asidosis metabolic
Pemeriksaan diagnostic lain
a) Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya
batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi akan memperburuk
keadaan ginjal,oleh sebabitu penderita diharapka tidak puasa.
b) Intravena pielografi(IVP) untuk menilai system pelviokalises dan
ureter. Pemeriksaan ini mempunyai resiko penurunan faal ginjal
D. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual
Adanya perubahan fungi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialysis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan, dan
pengobatan menyebabkan pasien mengakami kecemasan, gangguan
konsep diri(gambaran diri) dan gangguan pran pada keluarga (self
esteem)
CKD merupakan masalah yang kompleks. Banyak faktor yang
memengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya adalah kebiasaan,
atau perilaku sehari-hari (makanan, pergaulan, atau pola hubungan)
seksual, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor
lingkungan. Klien serta keluarga perlu dibekali dengan pengetahuan
tentang proses penyakit, prosedur pengobatan, maupun menganjurkan
mengubah pola hidupnya. Hal ini penting dilakukan agar penyakit klien
tidak sampai pada penyakit ginjal tahap akhir dan klien dapat berobat
secara tuntas sehingga mempertinggi harapan hidup dan harapan
kesembuhan pasien
Sebagian besar klien dengan masalah gagal ginjal memiliki
perasaan yang lebih sensitif sehingga timbul perasaan kurang dihargai,
rendah diri, dianggap jijik, dan perasaan dikucilkan. Ketika hal itu
terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal ataupun
verbal yang negatif. Hal ini penting agar harga diri klien tidak turun dan
kelebihan volume cairan b.d penurunan volume urine, retensi natrium dan
cairan.
Tujuan: dalam waktu 1x 24 jam tidak terjadi kelebihan volume sistemik.
Krateria evaluasi:
Klien tidak sesak napas, edema ekstrimitas berkurang, piting edema (-), produksi
urine > ml/ hr.
Intervensi Rasional
Kaji adanya edema ekstrermitas. Curiga gagal kongestif/kelebihan
volume cairan.
Istirahatkan/dianjurkan klien untuk Menjaga klien dalam keadaan tirah
3.4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan sesuai rencana
intervensi yang diberikan. Lakukan tindakan sesuai rencana intervensi dan
cantumkan nama, waktu serta tanda tangan yang melakukan tindakan.
3.5. Evaluasi