Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA GINJAL

A. Anatomi

Ginjal adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam


mempertahankan keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi
cairan tubuh/ekstraselular. Ginjal merupakan dua buah organ berbentuk
seperti kacang polong, berwarna merah kebiruan. Ginjal terletak pada
dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal disebelah kanan
dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal di
belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum.
Ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari belakang di mulai dari
ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga. Ginjal
kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati yang
menduduki ruang lebih banyak di sebelah kanan. Masing-masing ginjal
memiliki panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm. Berat ginjal
pada pria dewasa 150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal ditutupi oleh kapsul tunikafibrosa yang kuat, apabila kapsul
di buka terlihat permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua.
Ginjal terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks.
Bagian dalam (interna) medula.Substansia medularis terdiri dari pyramid
renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang
ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis. Mengandung
bagian tubulus yang lurus, ansahenle, vasa rekta dan duktuskoli
gensterminal. Bagianluar (eksternal) korteks. Subtansia kortekalis
berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia ini
tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid yang
berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam di antara pyramid
dinamakan kolumnarenalis. Mengandung glomerulus, tubulus proksimal
dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens. Struktur halus ginjal
terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan fungsional ginjal. Kedua
ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000 nefron. Setiap
nefron biasa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron
dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan zat terlarut (terutama
eletrolit) dalam tubuh terutama dengan menyaring darah, kemudian
mereabsorbsi cairan dan molekul yang masih diperlukan tubuh, molekul
dan sisa cairan akan dibuang. Reabsorbsi dan pembuangan dilakukan
mengguanakan mekanisme pertukaran lawan arus dan kontransport, hasil
akhir yang kemudian diekskresikan disebut urine.
Sebuah nefron terdiri dari sebuah komponen penyaring yang
disebut korpuskula (badan malphigi) yang dilanjutkan oleh saluran –
saluran (tubulus). Setiap korpuskula mengandung gulungan kapiler darah
yang disebut glomerulus yang berada dalam kapsula bowman. Setiap
glomerulus mendapat aliran darah dari arteri aferen, dinding kapiler dari
glomerulus memiliki pori – pori untuk filtrasi (penyaringan). Darah dapat
disaring melalui dinding epitelium tipis yang berpori dari glomerulus dan
kapsula bowman karena adanya tekanan dari darah yang mendorong
plasma darah, filtrat yang dihasilkan akan masuk ke dalam tubulus ginjal,
darah telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat arteri aferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari kapsula bowman. Bagian
yang mengalirkan filtrat glomerular dari kapsula bowman disebut tubulus
konvulasi proksimal. Bagian selanjutnya adalah lengkung henle yang
bermuara pada tubulus konvulsi distal. Lengkung henle menjaga gradien
osmotik dalam pertukaran lawan arus yang digunakan untuk filtrasi. Sel
yang melapisi tubulus memiliki banyak mitokondria yang menghasilkan
ATP dan memungkinkan terjadinya transport aktif untuk menyerap
kembali glukosa, asa, amino, dan berbagai ion mineral. Sebagian besar air
(97,7%) dalam filtrat masuk kedalam tubulus konvulsi dan tubulus
kolektivus melalui osmosis. Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal
ke dalam sistem pengumpul terdiri dari : tubulus penghubung, tubulus
kolektivus kortikal, dan tubulus kolektivus medularis.
Tempat legkung henle bersingguan dengan arteri aferen disebut
aparatus juxtaglomerular, mengandung macula densa dan sel
juxtaglomerular. Juxtaglomerular adalah tempat terjadinya sintesis dan
sekresi renin. Cairan menjadi makin kental disepanjang tubulus dan
membentuk urin, yang kemudian dibawa ke kandung kemih melewati
ureter.

B. Definisi
Kista ginjal adalah kantong bulat berisi cairan yang terbentuk
padapermukaandalam ginjal.Kista ginjal dapatmengakibatkan gangguan serius
yang dapat merusak fungsi ginjal. Meskipun begitu, ada beberapa
tipe kista yang disebut simpel/ sederhana (kista non-kanker) yang jarang
menyebabkan komplikasi serius.
Kista ginjal merupakan tipe yang paling umum terjadi. Memiliki ciri khas
dinding yang tipis dan mengandung cairan seperti air. Penyakit ini umum
terjadi pada orang tua dan biasanya tidak menyebabkan gejala atau bahaya.
Biasanya kista ini hanya muncul sebanyak 1 buah yang berada di
permukaan ginjal, namun juga tidak menutup kemungkinan tumbuh beberapa
(multipel) dan dapat mempengaruhi satu atau kedua ginjal.
C. Etiologi
Berbeda dengan penyakit ginjal polikistik yang disebabkan oleh faktor
keturunan, penyebab kista ginjal sederhana masih belum dipahami sepenuhnya.
Namun, diduga kantong ginjal ini terbentuk ketika lapisan permukaan ginjal
mulai melemah, dan membentuk kantong (divertikulum). Kantong tersebut
kemudian terisi cairan, terlepas dan menjadi kista. Kondisi ini umumnya terjadi
seiring pertambahan usia.
D. Manifestasi Klinik
Kista ginjal sederhana biasanya tidak menimbulkan tanda atau gejala
tertentu. Gejala akan muncul ketika kista tumbuh cukup besar atau menekan
organ lain. Gejala-gejala tersebut di antaranya adalah:
 Demam, menggigil, atau gejala infeksi lainnya.
 Rasa sakit atau nyeri yang muncul pada punggung, pinggang, atau perut
bagian atas.
 Sering buang air kecil.
 Darah dalam urine atau urine berwarna gelap.
 Fungsi ginjal yang menurun (jarang sekali terjadi).
Selain gejala kista ginjal di atas, terdapat pula gejala lainnya, terutama
padapenyakit ginjal polikistik, yaitu berupa:
 Tekanan darah tinggi (hipertensi).
 Perut terasa nyeri atau bengkak.
 Nyeri di bagian belakang ginjal akibat mengalami pembengkakan.
 Adanya protein dalam urine.
 Ditemukannya batu ginjal.
E. Phatofisiologi
Kedua ginjal membesar dan secara makroskopis menampakkan banyak
sekali di seluruh korteks dan medula. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan
bahwa “kista-kista” merupakan dilatasi duktus kolektivus. Interstitium dan sisa
tubutus mungkin normal pada saat lahir, tetapi perkembangan fibrosis
inierstisial dan atrofi tubulus dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Sebagian besar penderita juga mempunyai kista di dalam hati. Pada kasus-
kasus yang berat, kista dalam hati dapat dihubungkan dengan sirosis, hipertensi
porta, dan kematian karena varises esofagus. Apabila keparahan manifestasi
butt melebihi keparahan manifestasi keterlibatan ginjal, gangguannya disebut
fibrosis hati kongenital. Apakah penyakit polikistik infantil dan fibrosis ban
kongenital merupakan ujung spektrum dari sebuah gangguan tunggal yang
berlawanan atau gangguan autosom resesif tersendiri dengan manifestasi yang
serupa, masih harus tetap ditentukan.
Pathway

Kongenital, kelainan genetik

Terdapat kista di kedua ginjal

Terjadi infeksi dan iritasi

Ginjal membesar, fungsi jaringan menurun

Perut membuncit Peningkatan jaringan


paru
Perkembangan paru
terganggu
Obstruksi saluran kemih
yang bermuara di VU
Penurunan ekspansi paru

Peningkatan tekanan VU

Pola nafas tida kefektif

Peningkatan kontraksi
Menyebabka nluka otot VU

Mediator kimia Kematian sel Kesulitan berkemih

Peningkatan leukotrin, Retensi urin


dll

Perubahan eliminasi
Nyeriakut
urin

Ansietas Kurang pengetahuan


F. Pemeriksaaan Penunjang
a. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat keluarga dan gejala-gejalanya.
Jika penyakit telah mencapai stadium lanjut dan ginjal sangat membesar,
maka diagnosisnya sudah pasti.
b. USG dan CT scan menunjukkan gambaran ginjal dan hati yang sudah
dimakan ngengat akbiat kista.
c. Pemeriksaan Urin
1) Proteinuria
2) Hematuria
3) Leukosituria
4) Kadang Bakteriuria
5) Pemeriksaan Darah
d. Pada penyakit yang sudah lanjut menunjukkan:
1) Uremia
2) Anemia karena hematuria kronik.
3) Ultrasonografi ginjal
Unltasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaan
noninvasive yang memiliki tujuan untuk mengetahui ukuran dari ginjal
dan kista. Selain itu juga dapat terlihat gambaran dari cairan yang
terdapat dalam cavitas karena pantulan yang ditimbulkan oleh cairan
yang mengisi kista akan memberi tampilan berupa struktur yang padat.
Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk melakukan
screening terhadap keturuan dan anggota keluarga yang lebih mudah
untuk memastikan apakah ada atau tidaknya kista ginjal yang gejalanya
tidak terlihat (asymptomatic).
e. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat
mengidentifikasi kistik ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm seperti
pada lampiran 3.3. MRI dilakukan untuk melakukan screening pada pasien
polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang anggota keluarganya
memiliki riwayat aneurisma atau stroke.
f. Computed tomography (CT)
Sensitifitasnya sama dengan MRI tetapi CT menggunakan media kontras.
g. Biopsi
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin dan dilakukan jika
diagnosis tidak dapat ditegagkan dengan pencitraan yang telah dilakukan.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Karena kista soliter sangat jarang memberikan gangguan pada ginjal,
penetalaksanaan kasus ini ialah konservatif, dengan evaluasi rutin
menggunakan USG.Apabila kista sedemikian besar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat dilakukan tindakan
bedah . Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa meskipun
kista ginjal asimptomatik, apabila ditemukan kista ginjal yang besar
merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang demikian
cenderung mengandung keganasan.
Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada kista adalah :
1) Aspirasi percutan
2) Bedah terbuka
a) Eksisi
b) Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim
c) Drainase dengan eksisi seluruh segmen eksternal kista
d) Heminefrektomi
3) Laparoskopik
Pada tindakan aspirasi percutan harus diingat bahwa kista
merupakan suatu kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik
aspirasi harus betul-betul steril, dan perlu pemberian antibiotik
profilaksis. Karena apabila ada kuman yang masuk dapat menimbulkan
abses. Seringkali kista muncul lagi setelah dilakukan aspirasi, meskipun
ukurannya tidak sebesar awalnya.Pemberian injeksi sclerosing agent,
dapat menekan kemungkinan kambuhnya kista. Tetapi preparat ini
sering menimbulkan inflamasi, dan sering pasien mengeluh nyerisetelah
pemberian injeksi. Hal yang perlu diperhatikan adalah apabila terjadi
komplikasi. Jika terjadi infeksi kista, perlu dilakuka drainase cairan
kista dan pemberian antibiotik. Pada komplikasi hidronefrosis akibat
obstruksi oleh kista, dapat dilakukan eksisi kista untuk membebaskan
obstruksi.
Pemberian antibiotik pada pyelonefritis akibat stasis urin karena
obstruksi oleh kista akan lebih efektif apabila dilakukan pengangkan
kista, yang akan memperbaiki drainase urin. Perawatan pascaoperasi
harus baik. Drainase harus lancar. Setelah reseksi kista yang cukup
besar, cairan drainase sering banyak sekali, hingga beberapa ratus
mililiter per hari. Hal ini dapat berlangsung sampai beberapa hari.
Sebaiknya draininase dipertahankan sampai sekitar 1 minggu
pascaoperasi.
b. Penatalaksanaan Non Medis
Berikutpenatalaksanaan non medis yang
dapatmembantumengatasikistaginjalsederhana:
1) Cekkesehatansecaraberkalapertahun. Banyakkistaginjal sederhana
yang terdeteksisaatpemeriksaanmedis (medical check up).
2) Olahraga.
Olahragateraturdapatmeningkatkankesehatansecaraumumdanjugakese
hatanginjalAnda.
3) Makan diet seimbang.
Cobalahmengurangimakananberlemakdanbergula.
Lemakakanditransferkedarah,
membuatginjalbekerjalebihkerasuntukmenyaringdarah.
4) Mengurangistres. Stresdapatmemicuataumemperburuktanda-
tandadangejala. Yoga, tai chi, pijat, meditasi,
atausenampernapasandalamdapatmembantu.
H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Aktivitas dan Istirahat.
- Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan proses penyakit.
2) Sirkulasi
- Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri),
bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa
turgor buruk, kering, lidah kotor.
3) Integritas Ego
- Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/
tidak ada harapan.
- Tanda: Menolak, perhatian menyempit.
4) Eliminas
- Gejala: Diare/konstipasi.
- Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada
konstipasi/adanya peristaltik.
5) Makanan/cairan
- Gejala: Anoreksia, mual dan muntah.
- Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan turgor
kulit buruk, membran mukosa pucat.
6) Hygiene
- Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau badan.
7) Nyeri/ kenyamanan
- Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium.
- Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium.
8) Keamanan
- Tanda : penglihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis
- Gejala: Peningkatan suhu tubuh 38C-40C
9) Interaksi Sosial
- Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan dengan
kondisi yang di alami.
10) Penyuluhan/ Pembelajaran
- Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit kista ginjal.
2. Pengkajian khusus :
1) Riwayat atau adanya faktor resiko
a. Perubahan metabolik atau diet
b. Imobilitas lama
c. Masukan cairan tak adekuat
d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
2) Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan
a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan
konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang
timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine
keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih
dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak
adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri
bila terdapat kerusakan jaringan ginjal
3) Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah
menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0),
asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan
magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam :
Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin
meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN
hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan
ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan
secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan
status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-
laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl
tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk
mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada
serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif
pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi
serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik
pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
I. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeriakutberhubungandenganageninjuribiologi.
2) Polanafastidakefektifberhubungandenganpenurunanekspansiparu
3) Retensiurinberhubungandengantekananuretratinggi
4) Kecemasanberhubungandengankurangpengetahuan.
J. Perencanaan Keperawatan
RencanaKeperawatan
No DiagnosaKeperawatan
Tujuan&KriteriaHasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan agen injuri Pain Level, Lakukan pengkajian
biologi. pain control, nyeri secara
comfort level komprehensif
Setelah dilakukan tindakan termasuk
Keperawatan selama …. lokasi,karakteristik,
Pasien tidak mengalami durasi, frekuensi,
nyeri, dengan kriteria hasil: kualitas dan factor
- Mampu mengontrol presipitasi
nyeri(tahu penyebab Observasi reaksi non
nyeri,mampu menggunakan verbal dari
tehnik non farmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi Bantu pasien dan
nyeri,mencari bantuan) keluarga untuk
- Melaporkan bahwa nyeri mencari dan
berkurang dengan menemukan
menggunakan manajemen dukungan
nyeri Kontrol lingkungan
- Mampu mengenali yang dapat
nyeri(skala, mempengaruhi nyeri
intensitas,frekuensi dan seperti suhu
tanda nyeri) ruangan,pencahayaan
- Menyatakan rasa nyaman dan kebisingan
setelah nyeri berkurang Kurangi factor
- Tanda vital dalam rentang presipitasi nyeri
normal Kaji tipe dan sumber
- Tidak mengalami gangguan nyeri untuk
tidur menentukan
intervensi
Ajarkan tentang teknik
non
farmakologi:napas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri:
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi
tentang nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
pertama kali
2 Pola nafas tidak efektif NOC: NIC:
berhubungan dengan Respiratory status : - Posisikan pasien untuk
penurunan ekspansi Ventilation memaksimalkan
paru Respiratory status : ventilasi
Airway patency - Pasang mayo bila
Vital sign Status perlu
Setelah dilakukan tindakan - Lakukan fisioterapi
Keperawatan selama dada jikaperlu
………..pasien menunjukkan - Keluarkan secret
Keefektifan pola nafas, dengan batuk atau
Dibuktikan dengan kriteria suction
hasil: - Auskultasi suara
Mendemonstrasikan batuk nafas, catat adanya
efektif dan suara nafas yang suara tambahan
bersih, tidak adas ianosis - Berikan bronkodilator
dan dyspneu (mampu - Berikan pelembab
mengeluarkan sputum, udara Kassa basah
mampu bernafas dgn NaCl Lembab
mudah, tidak ada pursedlips) - Atur intake untuk
Menunjukkan jalan nafas cairan
yang paten (klien tidak mengoptimalkan
merasa tercekik, irama keseimbangan.
nafas, frekuensi pernafasan - Monitor respirasi dan
dalam rentang normal, tidak status O2
ada suara nafas abnormal) Bersihkan mulut,
TandaTanda vital hidung dan secret
dalamrentang normal trakea
(tekanandarah, nadi, Pertahankan jalan
pernafasan) nafas yang paten
Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Monitor vital sign
Informasikan pada
pasien dan keluarga
tentang tehnik
relaksasi untuk
memperbaiki pola
nafas.
Ajarkan bagaimana
batuk efektif
Monitor pola nafas
3 Retensi urin NOC: NIC :
berhubungan dengan Urinary elimination Urinary Retention Care
tekanan uretra tinggi Urinary Contiunence - Monitor intake dan
Setelah dilakukan tindakan output
Keperawatan selama …. - Monitor penggunaan
Retensi urin obat anti kolinergik
Pasien teratasi dengan - Monitor derajat
Kriteria hasil: distensi bladder
Kandung kemih kosong - Instruksikan pada
secara penuh pasien dan keluarga
Tidak ada residu urine>100- untuk mencatat output
200 cc urine
Intake cairan dalam rentang - Sediakan privacy untuk
normal eliminasi
Bebas dari ISK - Stimulasi reflek
Tidak ada spasme bladder bladder dengan
Balance cairan seimbang kompres dingin pada
abdomen.
- Kateterisasi jika perlu
- Monitor tanda dan
gejala ISK
(panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urine)
4 Kecemasan NOC : NIC :
berhubungan dengan - Kontrolkecemasan Anxiety Reduction
kurang pengetahuan. - Koping (penurunan
Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
selama ……………klien - Gunakan pendekatan
kecemasan teratasi dgn yang menenangkan
kriteriahasil: - Nyatakan dengan jelas
Klien mampu harapan terhadap
mengidentifikasi dan perilaku pasien
mengungkapkan gejala - Jelaskan semua
cemas prosedur dan apa yang
Mengidentifikasi,mengungka dirasakan selama
pkan dan menunjukkan prosedur
tehnik untuk mengontol - Temani pasien untuk
cemas memberikan keamanan
Vital sign dalam batas normal dan mengurangi takut
Postur tubuh, ekspresi wajah, - Berikan informasi
bahasa tubuh dan tingkat factual mengenai
aktivitas menunjukkan diagnosis, tindakan
berkurangnya kecemasan prognosis
- Libatkan keluarga
untuk mendampingi
klien
- Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
- Dengarkan dengan
penuh perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Kelola pemberian obat
anti cemas
DAFTAR PUSTAKA

Basuki B. purnomo, Dasar-Dasar Urologi, Malang, Fakultas kedokteran


Brawijaya, 2012
Doenges E. Marilynn, Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Jakarta.
EGC. 2013
Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Volume 3, Bandung, Yayasan IAPK
pajajaran, 2010
M. Tucker, Martin, Standart Perawatan Pasien : Proses keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi V, Volume 3, Jakarta, EGC,2011
Susanne, C Smelzer, Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi
VIII, Volume 2, Jakarta, EGC, 2012
Wim de, Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat Penerbit
Kedokteran, EGC, Jakarta, 2012

Anda mungkin juga menyukai