Dosen Pembimbing:
Ns. Riandi Alfin, M.Kep
oleh
ASRI APRILIANTI KOSASIH
302017015
Spingter anieksterna
Distensi abdomen tidak berelaksasi
Ansietas
Disfungsi motilitas
Aspirasi isi lambung gastrointestinal Resiko perdarahan
ke esofagus
Prosedur
Mual/muntah pembedahan Imobilisasi
Merangsang
nosiseptor
Kehilangan H2O dan
elektrolit Nyeri dihantarkan Resiko infeksi
melalui serabut tipe
A&C
Volume ECF ↓
Medula spinalis
Kekurangan
volume cairan
Persepsi
Defisit perawatan
diri
Pada sumbatan sederhana yang terlibat hanya lumen usus. Sedangkan, pada
strangulasi, vaskularisasi terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis dinding
usus.
F. Tanda dan Gejala Obstruksi Ileus
Menurut [ CITATION Tan14 \l 1033 ] adapun tanda dan gejala obstruksi ileus
diantaranya yaitu.
1. Nyeri abdomen kolik.
2. Nausea, muntah.
3. Distensi abdomen dan tidak mampu defekasi atau flatus.
4. Kram pada perut dialami paroksismal selama 4 – 5 menit dan jarang
ditemukan.
5. Pada sumbatan proksimal muncul gejala muntah yang banyak dan jarang
terjadi muntah hijau fekal, nyeri abdomen bagian atas.
6. Sumbatan pada bagian tengah atau distal menimbulkan spasme di area
periumbilical atau nyeri yang sulit digambarkan lokasinya, muntah timbul
kemudian.
7. Obstipasi terjadi pada sumbatan total.
8. Pada stangulasi, gejala mirip dengan sumbatan sederhana namun nyeri
yang dirasakan lebih berat dan bahaya terjadi nekrosis.
1. Pemeriksaan fisik
Apabila dicurigai adanya ileus mekanik dapat segera rujuk ke dokter spesialis
bedah setelah diberikan tatalaksana persiapan dibawah ini.
1. Pre-operasi
a. Pemasangan pipa lambung untuk mengurangi muntah, dan juga
mencegah aspirasi, dan dekompresi.
b. Resusitasi cairan dan elektrolit dengan menggunakan cairan isotonic
dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum.
c. Pemasangan kateter urin dilakukan untuk memonitor produksi urin.
d. Pemberian antibiotic berspektrum luas dapat digunakan apabila
ditemukan tanda-tanda infeksi.
2. Operasi
Laparotomi dan eksplorasi untuk menentukan vibilitas usus setelah
pelepasan strangulasi. Laparoskopi dapat dipertimbangkan pada kondisi
distensi abdomen minimal, sumbatan pada bagian proksimal, dan parsial.
3. Post-operasi
Pemberian cairan dan nutrisi perlu diperhatikan karena keadaan usus masih
mengalami paralitik.
Keperawatan Perioperatif
a. Fase praoperatif
b. Fase intraoperatif
c. Fase pascaoperatif
INTRAOPERASI
1. DS: Prosedur Resiko perdarahan
pembedahan
↓
DO:
Terputusnya jaringan
- Tromobsit: 249.000
vascular
- PT: 11,3
↓
- APTT: 31,9
Resiko perdarahan
- Nadi: 80x/menit
- TD: 160/80 mmHg
POST-OPERASI
1. DS: Konstipasi Nyeri akut b.d agen
↓
Pasien mengatakan merasa cedera fisik
Prosedur
tidak nyaman dan sakit di (prosedur
pembedahan
luka perut yang di operasi ↓ pembedahan)
kalau melakukan gerakan. Terputusnya jaringan
↓
Sakit yang dirasakan
Pelepasan mediator
seperti ada luka di perut.
nyeri (mis.
histamine,
bradykinin &
DO:
prostaglandin)
- Terdapat lubang ostomi ↓
disebelah abdomen Merangsang
nosiseptor
sinistra
↓
- Skala 3 (0-10)
Nyeri dih antarkan
melalui serabut tipe
A&C
↓
Medula spinalis
↓
Persepsi
↓
Nyeri akut b.d agen
cedera fisik
(prosedur
pembedahan)
2. DS: Konstipasi Gangguan citra
↓
- Keluarga pasien tubuh b.d
Prosedur
mengatakan pasien fungsi/struktur
pembedahan
merasa malu karena ↓ tubuh
BAB melalui lubang Terputusnya jaringan berubah/hilang
↓
ostomi.
Gangguan citra
- Pasien berpikir kalau
tubuh b.d
orang lain melihat
fungsi/struktur
pasien BAB melalui
tubuh
lubang ostomy, tidak
berubah/hilang
ada kerabat yang mau
mendekat.
DO:
Terdapat lubang ostomi
disebelah abdomen sinistra
3. DS: Konstipasi Defisit perawatan
↓
diri: mandi b.d
Prosedur
DO: kelemahan, nyeri
pembedahan
- Pasien tampak pucat, ↓
terlihat lemah
Terputusnya jaringan
- Gigi kotor, lidah kotor
↓
Pelepasan mediator
nyeri (mis.
histamine,
bradykinin &
prostaglandin)
↓
Merangsang
nosiseptor
↓
Nyeri dihantarkan
melalui serabut tipe
A&C
↓
Medula spinalis
↓
Persepsi
↓
Nyeri
↓
Defisit perawatan
diri: mandi b.d
kelemahan, nyeri
Nama :Tn. I
Umur :63 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Alamat : Sukasari, Dipatiukur
Nomor RM : 0001485893
Diagnosa Medis : Ileus obstruktif parsial fase paralitik ec ca rectl 1/3
distal,
Penanggung jawab
Nama :Tn. D
Jenis Kelamin :Laki-laki
Alamat :Sukasari, Dipatiukur
Hubungan dengan pasien : Anak
Satu tahun yang lalu, pasien didiagnosa Tumor usus dan akan dilakukan operasi
namun tidak jadi karena pasien harus pergi ke Banten (rumah anaknya), hingga
saat ini pasien tidak pernah lagi mengontrolkan tumor tersebut. Ketika bulan
Ramadhan, pasien mengeluhkan perut melilit dan muntah mengeluarkan darah
warna hitam. Muntah sudah dialami pasien sejak 6 bulan terakhir dan diare juga
dialami pasien 6 bulan SMRS. Pada bulan Oktober 2020, perut pasien makin
melilit, kembung, BAB hanya berbentuk cair saja dan pasien mengatkan muntah
darah berwarna hitam. Oleh keluarga, pasien dibawa ke klinik dan pasien di rawat
di RS Salamun selama 12 hari.
Kemudin pasien di rujuk ke RSHS tanggal 20 November 2020 dan
dilakukan kolostomi. Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan merasa tidak
nyaman dan sakit di luka perut yang di operasi kalau melakukan gerakan.Sakit
yang drasakan seperti ada luka di perut. Skala 3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah
yang dioperasi saja. Pasien BAB melalui lubang ostomi disebelah abdomen
sinistra, feses cair lembek warna kuning kecoklatan, sedikit terlihat darah di feses.
Terpasang selang kateter, warna urin kuning jernih 1000 ml (selama 11 jam dan
diapers). Pasien mengatakan sakit yang dirasakan seperti ada luka di perut. Skala
3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah yang dioperasi saja. Pasien mengatakan setelah
dilakukan operasi ini, merasa perutnya lebih nyaman dan enakan meski dilakukan
kolostomi. Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB melalui
lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat. Pasien beragama islam dan
selama sakit, pasien tidak mengerajakan sholat. Karena merasa tidak suci akibat
kolostomi/karena tidak biasa menjalankan
Penampilan Umum : Pasien tampak pucat, terlihat lemah
Kedaan umum : compos mentis
TTV: TD=160/80 mmHg, N=80x/menit, RR=20 x/mnt, T= 36,7 oC
Pada bagian kepala mata konjungtiva anemis, tidak ikterik, lubang hidung
dekstra terpasang NGT. Mulut gusi anemis, mulut kering dan berwarna pucat.
Gigi kotor.Lidah kotor, Leher terpasang kateter vena sentral tertutup kassa. Kulit
pasien berwarna kecoklatan, keriput, terdapat lebam di lengan kanan atas. CRT <3
detik.
Pada bagian dada bentuk simetris, tarikan tidak ada retraksi dinding dada , suara
nafas vesikular, punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat,
terdapat bekas sisa asites, terdapat lubang ostomi di abdomen sinistra, warna kulit
ostomi merah muda, lembap, bising usus 7 x permenit. Pada bagian ekstremitas
didpatkan data: Kekuatan otot ekstremitas atas: dekstra 5, sinistra 5, Kekuatan
otot ekstremitas bawah: dekstra 4, sinistra 4, Tidak terpasang infus, Ektremitas
bawah pitting edema +3al
a) Data pendukung
Hasil laboratorium:
Hasil / tanggal
Pemeriksaan Nilai rujukan
28/5/2020 30/5/2020
Hb 8,1 13-17 g/dl
Hct 26 40-50 %
Eritrosit 3,11 3,5-5,3 103 µL
MCHC 3,4 31-35 g/dL
Ureum 97 52 10-50 mg/dL
Kreatinin 2,16 1,66 < 1,1 mg/dL
Gula darah 180 < 200 mg/dL
Kalium 3,1 3,2 3,6-5 mEq/L
PCO2 24,6 35-45 mmHg
PO2 127 70-100 mmHg
HCO3 15,4 22-2 mEg/L
TCO2 30
BE -7,5 -2 – 2 mEg/L
SaO2 98% 93-98%
Gula darah sewaktu 125 < 200 mg/dL
Kalium 2,9 3,6-5 mEq/L
Leukosit 9600 4-11 103 µL
Tromobsit 249.000 140-400 103 µL
MCV 83 77-93 fL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 2 1-3 %
Batang 1 2-5 %
Segmen 84 50-63 %
Limfosit 9 20-45 %
Monosit 2 2-8 %
Metamielosit 1
Mielosit 1
Na 180 130-150 meq/L
Kalsium 3,1 >8,5 meq/L
Mg 2 >1,5 meq/L
pH 7,407 7,35-7,45
Gula darah puasa 103
Albumin 2
Protein total 5,2
Ureum 63
Kreatinin 1,8
Gula darah 2 jam PP 97
31
35
Kalium 2,8
D Dimer kuantitatif 6,6
PT 11,3
APTT 31,9
INR 103
Fibrinogen 393,4
Terapi
Terapi farmakologi
Terapi
Meropenem
Omeprazol
Ketorolak
Na asetat
Cefofloxaxon
Terapi diit
Diit peptisol 1600 kalori
Kolostomi diversi
Biopsi anoskopi
USG a. Empedu membesar, hiperkolik ± 0,97 cm
b. Prostat membesar ± 5,99x4,3x3,85 (vol 51,56)
c. Hepar tampak koleksi cairan
d. VU tampak bayangan hiperkolik
EKG Regular, terdapat gambaran VES di V2
Pemeriksaan feses Terdapat Coccus gram positif dan kuman batang
gram negatif
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. I
b. Umur : 63 tahun
c. Suku/ bangsa : Jawa
d. Status perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Alamat : Sukasari, Dipatiukur
h. Tanggal masuk rumah sakit : 20-11-2020
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. D
b. Alamat : Sukasari, Dipatiukur
c. Hubungan dengan klien : Anak
d. No tlpn : 081296******
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan perut melilit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
6 bulan SMRS pada bulan Oktober 2020, perut pasien makin melilit,
kembung, BAB hanya berbentuk cair saja dan pasien mengatkan muntah
darah berwarna hitam. Oleh keluarga, pasien dibawa ke klinik dan pasien
di rawat di RS Salamun selama 12 hari. Kemudin pasien di rujuk ke RSHS
tanggal 20 November 2020 dan dilakukan kolostomi. Saat dilakukan
pengkajian, pasien mengatakan merasa tidak nyaman dan sakit di luka
perut yang di operasi kalau melakukan gerakan.sakit, sakit yang drasakan
seperti ada luka di perut. Skala 3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah yang
dioperasi saja.
2. Pemeriksaan Antropometri
- BB (berat badan) : 58 kg
- TB (tinggi badan) : 178 cm
- BMI (Body Max Index) : 18,3kg/m2 (KURANG)
- LLA (Lingkar Lengan :-
Atas)
3. Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernafasan
Lubang hidung dekstra terpasang NGT, mulut gusi anemis. bentuk
dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada , suara nafas vesikular,
punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat
b. Sistem Kardiovaskular
Leher terpasang kateter vena sentral tertutup kassa
c. Sistem Pencernaan
Mulut kering, gigi kotor, lidah kotor, terdapat bekas sisa asites, terdapat
lubang ostomi di abdomen sinistra, feses cair lembek warna kuning
kecoklatan, sedikit terlihat darah di feses. warna kulit ostomi merah
muda, lembap, bising usus 7 x permenit.
d. Sistem Integumen
Kulit pasien berwarna kecoklatan, keriput
e. Sistem Perkemihan
Terpasang selang kateter, warna urin kuning jernih 1000 ml (selama 11
jam dan diapers).
f. Sistem Persarafan
- Penampilan umum :Pasien tampak pucat, terlihat
- Kesadaran dan orientasi lemah
- Nilai GCS : Compos mentis
- Memori : E4M5V5 = 14
: baik
- Tes fungsi saraf otak
Nervus I (Olfactorius)
Fungsi penciuman baik.
Nervus II (Optikus)
Fungsi penglihatan baik.
Nervus III (Okulomotorius)
Pupil berkontriksi ketika diberi rangsangan cahaya.
Nervus IV (Troclearis)
Fungsi penglihatan baik.
Nervus V (Trigeminus)
Tidak terdapat kelumpuhan pada area wajah.
Nervus VI (Abdusen)
Fungsi penglihatan baik.
Nervus VII (Fasialis)
Tidak terdapat kelumpuhan pada area wajah.
Nervus VIII (Vestibulocochlearis)
Tidak mengeluhkan gangguan pendengaran.
Nervus IX (Glosofaringeus)
Nyeri telan (-)
Nervus X Nervus XI (Vagus)
Nyeri telan (-)
Nervus XI (Aksesorius)
Pasien mampu melawan tahanan pada bahu.
Nervus XII (Hipoglosus)
Fungsi pengecapan baik, pasien mampu membedakan rasa manis,
asam, pahit dana asin.
g. Sistem Endokrin
h. Sistem Muskuloskelektal
Ekstremitas Atas
Terdapat lebam di lengan kanan atas. kekuatan otot ekstremitas
atas: dekstra 5, sinistra 5, tidak terpasang infus
Ekstremitas Bawah
Kekuatan otot ekstremitas bawah: dekstra 4, sinistra 4, pitting
edema +3.
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x/sehari
Warna Kuning kuning
kecoklatan
Keluhan Perut kembung Feses cair
dan melilit lembek sedikit
ketika ia BAB terlihat darah
terdapat darah. di feses. Pasien
BAB melalui
kolostomi yang
berada diperut
sinistra.
b. BAK
Frekuensi 2 – 3x/sehari 1000 ml
Warna Kuning jernih (selama 11 jam
Tidak ada Kuning jernih
Keluhan Tidak ada Terpasang
selang kateter
3 Mobilisasi Mandiri Dibantu
4 Istirahat tidur
a. Tidur siang 01:00 – 03:00 01:00 – 03:00
b. Tidur malam 10:00 – 05:00 10:00 – 04:00
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Personal hygiene
a. Mandi 2 – 3x/sehari 1x/sehari
b. Keramas 2 hari sekali Belum
c. Gunting kuku 1 minggu sekali Belum
d. Gosok gigi 2x/sehari Selama sakit
pasien tidak
pernah
menggosok
giginya.
C. Data Psikologis
a. Status emosi
Tenang.
b. Konsep diri
Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB
melalui lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat.
c. Gambaran diri
Pasien merasa malu karena BAB melalui lubang ostomi.
d. Harga diri
Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB
melalui lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat.
e. Peran diri
Pasien merupakan seorang kepala keluarga.
f. Identitas diri
Pasien merupakan seorang laki-laki
g. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dari penyakit yang ia
derita.
h. Pola koping
Jika ada masalah pasien selalu membicarakannya kepada keluarganya.
i. Gaya komunikasi
Pasien berkomunikasi dengan nada yang lambat dan suara pelan.
D. Data Sosial
a. Pendidikan dan Pekerjaan
Pasien merupakan tamatan SMA.
b. Gaya Hidup
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat.
c. Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya baik hal ini dibuktikan dengan ia
terkadang menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan anaknya di
Banten.
E. Data Spiritual
a. Konsep ketuhanan
Pasien meyakini bahwa yang memberikan sakit, dan kesembuhan hanya
Allah SWT.
b. Praktik Ibadah
Selama sakit, pasien tidak mengerajakan sholat. Karena ia merasa tidak
suci akibat kolostomi/dan juga karena tidak biasa menjalankan ibadah.
c. Makna sehat dan sakit spiritual
Pasien meyakini bahwa sakit yang ia derita merupakan bentuk kasih
sayang Allah SWT terhadapnya.
d. Support spiritual
Keluarga.
F. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil / tanggal
Pemeriksaan Nilai rujukan
28/5/2020 30/5/2020
Kolostomi diversi
Biopsi anoskopi
d. Terapi
Nama Obat Rute Indikasi
Meropenem IV Untuk menangani berbagai
kondisi akibat adanya infeksi.
Omeprazol IV Untuk mengatasi gangguan
lambung, seperti penyakit asam
lambung dan tukak lambung.
Ketorolak IV Untuk meredakan nyeri dan
peradangan.
Na asetat IV Untuk mencegah hyponatremia.
Cefofloxaxon IV Obat untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN SKALA PRIORITAS
a. Pre-operasi
1. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d nyeri/kram abdomen
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Intra-operasi
Resiko perdarahan
c. Post-operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur pembedahan).
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
3. Gangguan integritas jaringan/kulit b.d perubahan pigmentasi.
4. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit.
5. Defisit perawatan diri: mandi b.d kelemahan, nyeri.
6. Gangguan citra tubuh b.d fungsi/struktur tubuh berubah/hilang.
7. Distres spiritual b.d merasa menderita/tidak berdaya.
PERENCANAAN
Nama : Tn. I
No. Medrek : 0001485893
Dx. Medis : Ileus Obstruktif Parsial Fase Paralitik EC CA Rectal 1/3 Distal
Usia : 63 tahun
Tanggal : 22/12/2020
PRE-OPERASI
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Disfungsi motilitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi
gastrointestinal b.d nyeri/kram selama 3x24 jam masalah Observasi:
abdomen konstipasi dapat berkurang 1. Periksa pergerakan usus, 1. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil. karakteristik feses konsistensi, bentuk,
- Pasien tidak mengeluh (konsistensi, bentuk, volume, dan warna
perutnya melilit, kembung, volume, dan warna). feses pasien.
konsistensi BAB lembek. 2. Identifikasi faktor risiko 2. Untuk mengetahui
- Bising usus dalam rentang konstipasi (mis. obat- penyebab mengapa
normal 5 - 35x per/menit. obatan, tirah baring, dan pasien sulit untuk
diet rendah serat). buang air besar.
3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui
rupture usus dan/atau apakah pasien
peritonitis. mengalami rupture
usus atau peritonitis.
Terapeutik:
Berikan enema atau irigasi, Tindakan ini berguna
jika perlu. untuk mengeluarkan
feses lebih mudah.
Edukasi:
Anjurkan peningkatan Berguna untuk
asupan cairan, jika tidak ada membuang zat-zat toksik
kontraindikasi. dalam tubuh.
Kolaborasi:
Kolaborasi terkait pemberian Obat ini berguna untuk
obat pencahar, jika perlu. mengatasi sembelit.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
1. Untuk mengetahui
apakah pasien
OPERASI mengalami perdarahan
Resiko perdarahan Pencegahan Perdarahan atau tidak.
Setelah dilakukan tindakan Observasi: 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam masalah resiko 1. Monitor tanda dan gejala kadar
perdarahan dapat berkurang perdarahan. hematocrit/hemoglobin
dengan kriteria hasil. 2. Monitor nilai sebelum dan sesudah
- Nilai tromobsit dalam rentang hematocrit/hemoglobin menjalani prosedur
normal 150.000 – 400.000
sebelum dan sesudah pembedahan.
- Nilai Prothrombin Time (PT)
kehilangan darah. 3. Untuk mengetahui
dalam rentang normal 10 -13
detik 3. Monitor koagulasi (mis. kadar prothrombin
- Nilai APTT (Activated Partial prothrombin time (PT), time (PT), partial
Thromboplastin Time): 25 – partial thromboplastin thromboplastin time
35 detik time (PTT), fibrinogen, (PTT) pasien.
degradasi fibrin dan/atau
platelet.
1.
Makanan ini dapat
mencegah terjadinya
Terapeutik: perdarahan.
Kolaborasi:
Kolaborasi terkait pemberian
analgesik, jika perlu
2. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan Promosi Kepercayaan Diri
1. Untuk mengetahui
fungsi/struktur tubuh selama 3x24 jam masalah Observasi:
masalah yang sedang
berubah/hilang. gangguan citra tubuh dapat 1. Identifikasi masalah
dialami oleh pasien.
berkurang dengan kriteria hasil. potensial yang dialami.
2. Untuk mengetahui
- Pasien memiliki citra tubuh 2. Identifikasi ungkapan
perasaan yang
yang positif. verbal dan non verbal
dialami pasien.
yang tidak sesuai.
1. Dengan berfikir
positif perasaan
Terapeutik:
pasien menjadi
1. Motivasi untuk berfikir
tenang.
positif .
1. Agar ada yang
menguatkan.
Edukasi:
1. Anjurkan keluarga terlibat. 2. Agar pasien tidak
2. Anjurkan mengungkapkan memendamnya
perasaan dan persepsi. sendiri.
3. Defisit perawatan diri: mandi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
b.d kelemahan, nyeri selama 3x24 jam masalah defisit Mandi
1. Untuk mengetahui
perawatan diri dapat berkurang Observasi:
kebutuhan apa yang
dengan kriteria hasil. 1. Identifikasi jenis bantuan
diperlukan oleh
- Pasien tampak segar. yang dibutuhkan.
pasien.
- Gigi bersih, lidah bersih. 2. Monitor kebersihan tubuh
2. Untuk mengetahui
(mis. rambut, mulut, kulit,
kondisi kebersihan
kuku).
rambut, mulut, kulit
3. Monitor integritas kulit.
dan kuku pasien.
3. Untuk mengetahui
keadaan kulit pasien.
Terapeutik:
1. Siapkan keperluan pribadi 1. Agar pasien tidak
(mis. parfum, sikat gigi, perlu lagi
dan sabun mandi). menyiapkan
2. Fasilitasi mandi, sesuai keperluan pribadi.
kebutuhan. 2. Dengan membantu
3. Fasilitasi menggosok gigi, pasien, pasien merasa
sesuai kebutuhan. mudah dalam
4. Fasilitasi mengenakan menjalani
pakaian, jika perlu. aktifitasnya.
5. Fasilitasi berhias (mis. 3. Agar memudahkan
menyisir rambut, pasien dalam
merapihkan menyikat gigi.
kumis/jenggot). 4. Agar pasien tidak
6. Jaga privasi selama merasa kesulitan saat
berpakaian. akan menggunakan
pakaiannya.
5. Agar penampilan
pasien tampak rapih.
6. Agar pasien merasa
terjaga privasinya.
Agar tidak malu.
Edukasi:
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara Agar pasien terlihat
konsisten sesuai bersih dan sehat.
kemampuan.
Terapeutik:
Tindakan ini berguna
Ubah posisi tiap 2 jam jika untuk mencegah
tirah baring. dubkubitus yang
diakibatkan oleh tirah
baring terlalu lama.
Kolaborasi:
Obat ini berguna untuk
Kolaborasi terkait pemberian
melawan bakteri
Meropenem dan juga penyebab infeksi.
Cefofloxaxon
7. Kekurangan volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
kehilangan cairan aktif. selama 3x24 jam masalah Observasi:
kekurangan volume cairan dapat 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk mengetahui
berkurang dengan kriteria hasil. (mis. frekuensi nadi, frekuensi nadi,
- Hasil pemeriksaan kekuatan nadi, akral, kekuatan nadi, akral,
laboratorium dalam rentang pengisian kapiler, pengisian kapiler,
normal. kelembapan mukosa, kelembapan mukosa,
- Produksi urin dalam rentang turgor kulit, tekanan turgor kulit, tekanan
normal 1400 – 1500ml per 24 darah). darah pasien. Apakah
jam. 2. Monitor hasil terjadi perubahan
- Nadi dalam rentang normal 60 pemeriksaan laboratorium atau tidak.
– 100x/menit RR=20 x/mnt (mis. hematocrit, Na, K, 2. Untuk mengetahui
- Suhu dalam rentang normal Cl, berat jenis urin, BUN) hasil pemeriksaan
36,5oC – 37,5oC 3. Monitor status laboratorium pasien.
- Mukosa bibir lembab hemodinamik (mis. MAP, 3. Untuk mengetahui
- Hasil laboratorium dalam CVP, PAP, PCWP jika apakah terdapat
rentang normal: tersedia). perubahan pada status
- Albumin: 3.5 – 5.0 g/dL hemodinamik pasien.
- Kreatinin: 0.7 – 1.2 mg% Terapeutik:
- Kalium: 4.1 – 5.6 mEq/L Catat intake output dan
hitung balans cairan 24 jam. Untuk mengetahui intake
output pasien.
Edukasi:
Jelaskan jenis, penyebab dan
penanganan Agar pasien dan
ketidakseimbangan elektrolit. keluarganya mengetahui
penyebab dan
penanganan
ketidakseimbangan
Kolaborasi:
elektrolit.
Kolaborasi pemberian
suplemen elektrolit (mis.
Pemberian suplemen
oral, NGT, IV), sesuai
membantu mengatasi
indikasi.
ketidakseimbangan
elektrolit yang dialami.
8. Distres spiritual b.d merasa Setelah dilakukan tindakan Observasi:
menderita/tidak berdaya. selama 3x24 jam masalah 1. Untuk mengetahui
hambatan religiusitas dapat Terapeutik: perasaan yang sedang
berkurang dengan kriteria hasil. 1. Berikan kesempatan dialami oleh pasien.
mengekspresikan 2. Agar pasien dapat
perasaan tentang dibimbing langsung
penyakit dan kematian. oleh ahlinya.
2. Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah.
Edukasi:
PRE-OPERASI
11:0
5
POST-OPERASI
12:3
8
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL
KEGIATAN
O (Integrasi Jurnal)
1. Persiapan alat
a. Handphone/MP3/tablet
berisikan murottal qur’an.
b. Earphone.
c. Pulpen.
d. Kertas.
e. Lembar checklist.
f. SOP.
2. Langkah kerja: Secara fisiologis getaran suara bacaan
1. Melakukan 3S (senyum, sapa, Al-qur’an akan ditangkap oleh daun
salam) kepada pasien. telinga yang kemudian akan dialihkan ke
2. Mengidentifikasi kembali lubang telinga dan mengenai membrane
nama pasien. timpani (membrane yang ada di dalam
3. Menanyakan keadaan pasien. telinga) sehingga membuat bergetar.
4. Menjelaskan prosedur dan Getaran ini akan diteruskan ke tulang-
tujuan tindakan yang akan tulang pendengaran yang bertautan antara
dilakukan. satu dengan lainnya. Rangsangan fisik tadi
5. Beri kesempatan pasien dan diubah oleh adanya perbedaan ion kalium
keluarganya untuk bertanya. daan ion natrium menjadi aliran listrik
6. Menutup tirai. melalui saraf N.VII (Vestibule Cokhlearis)
7. Posisikan pasien senyaman menuju otak tepatnya di area pendengaran.
mungkin. Area ini bertanggung jawab unuk
8. Kaji skala nyeri pasien. menganalisis suara kompleks ingatan
9. Minta pasien untuk rileks dan jangka pendek, perbandingan nada,
tidak berbicara. menghambat respon motorik yang
10. Pastikan pasien dalam diinginkan, pendengaran yang serius dan
keadaan rileks dan nyaman. sebagainya.
11. Hubungkan earphone dengan Daerah pendengaran sekunder (area
handphone yang berisikan interprestasi auditorik) sinyal bacaan Al-
murrotal qur;an. qur’an akan diteruskan ke bagian
12. Lalu, hubungkan earphone ke posterotemporalis lobus temporalis otak
telinga pasien kiri dan kanan. yang dikenal dengan area wernicke. Di
13. Lakukan prosedur ini selama area inilah sinyal dari area asosiasi
15 menit. somatic, visual, dan auditorik bertemu satu
14. Lalu, lepaskan. sama lain. Area ini sering disebut dengan
15. Kaji kembali skala nyeri berbagai nama yang menyatakan bahwa
pasien. area ini mempunyai kepentingan
menyeluruh, area interprestasi umum, area
diagnostik, area pengetahuan, dan area
asosiasi tersier. Area wernicke adalah area
untuk interprestasi (menafsirkan atau
memberi kesan) bahasa dan sangat erat
hubungannya dengan area pendengaran
primer sekunder. Hubungan yang erat ini
mungkin akibat peristiwa pengenalan
bahasa yang diawali oleh pendengaran.
Setelah diolah di area wernicke maka
melalui berkas yang menghubungkan
dengan area asosiasi prefrontal
(pemaknaan peristiwa) sinyal-sinyal diarea
wernicke dikirim ke area asosiasi
prefrontal. Sementara itu disamping
diantarkan ke korteks auditorik primer dari
thalamus. Talamus sebagai pemancar
impuls nyeri akan meneruskan rangsang ke
medula spinalis ke otak terus berjalan
sehingga menghasilkan opioid alami
Priyanto, P., & Anggraeni, I. I. (2019).
Tahap terminasi
1. Kaji perasaan pasien setelah
diberi tindakan.
2. Beri feedback positif kepada
pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
menggunakan terapi murrotal
qur’an apabila mengalami
nyeri.
4. Bereskan alat.
5. Mencuci tangan.
DAFTAR PUSTAKA