Anda di halaman 1dari 73

Laporan Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I 63 TAHUN


DENGAN ILEUS OBSTRUKTIF PARSIAL FASE
PARALITIK EC CA RECTAL 1/3 DISTAL
DI RUANG GASTROENTEROLOGI
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Untuk memenuhi tugas Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Program Studi Sarjana Keperawatan

Dosen Pembimbing:
Ns. Riandi Alfin, M.Kep

oleh
ASRI APRILIANTI KOSASIH
302017015

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG


BANDUNG
2020
A. Pengertian Obstruksi Ileus
Ileus obstruktif atau ileus mekanik yaitu hambatan pasase usus [ CITATION
Tan14 \l 1033 ]. Obstruksi ini terjadi apabila sumbatan mencegah aliran normal
dari isi usus melalui saluran usus. Aliran ini dapat terjadi karena dua tipe
proses:
1. Mekanik, terjadi apabila obstruksi intramural atau mural dari tekanan pada
dinding usus. Contoh kondisi yang dapat menyebabkan obstruksi mekanis
yaitu intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma, stenosis, striktur,
perlekatan, hernia, abses.
2. Fungsional, muscular usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus.
Contohnya yaitu amyloidosis, distrofi otot, gangguan endokrin seperti
diabetes mellitus, maupun gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson
[ CITATION Sme02 \l 1033 ].

B. Etiologi Obstruksi Ileus


1. Ekstraluminal: hernia, karsinoma, adhesi, abses.
2. Intrinsic dinding usus: tumor primer, malrotasi, penyakit chron, infeksi (TB
diverticulitis), hematoma, striktur iskemik, intususepsi, endometriosis.
3. Intraluminal: batu empedu, enterolith, benda asing, benzoar (massa yang
terperangkap di saluran pencernaan), impaksi fekal.

C. Patofisiologi Obstruksi Ileus


Akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi di area atas usus yang
mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan dapat mengurangi absorpsi
cairan dan merangsang lebih banyak sekresi lambung. Dengan peningkatan
distensi, tekanan dalam lumen usus mengalami peningkatan, menyebabkan
penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Hal ini akan menimbulkan
edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya mengalami rupture atau perforasi
dinding usus akibat peritonitis.
Muntah refluks terjadi akibat distensi abdomen. Muntah mengakibatkan
kehiloangan ion hidrogen dan kalium dari lambung, serta menimbulkan
penurunan klorida dan kalium dalam darah, yang pada nantinya menimbulkan
alkalosis metabolic. Dehidrasi dan asidosis yang terjadi disebabkan oleh
hilangnya cairan dan natrium. Kehilangan cairan yang akut, syok hipovolemik
dapat terjadi [ CITATION Sme02 \l 1033 ].
D. Pathway
Faktor predisposisi:
perlengketan, intususepsi,
volvulus, hernia dan
tumor

Akumulasi gas dan


cairan dalam lumen Refluks spingter
bagian proksimal. terganggu

Spingter anieksterna
Distensi abdomen tidak berelaksasi

Ansietas

Kontraksi anuler Refluks lama dalam Terputusnya


pylorus kolon dan rektum jaringan vaskular

Disfungsi motilitas
Aspirasi isi lambung gastrointestinal Resiko perdarahan
ke esofagus

Prosedur
Mual/muntah pembedahan Imobilisasi

Intake ↓ Terputusnya jaringan Gangguan integritas


jaringan/kulit

Defisit nutrisi Pelepasan mediator


nyeri (mis. Gangguan citra tubuh
histamine,
bradykinin &
prostaglandin)

Merangsang
nosiseptor
Kehilangan H2O dan
elektrolit Nyeri dihantarkan Resiko infeksi
melalui serabut tipe
A&C

Volume ECF ↓
Medula spinalis

Kekurangan
volume cairan

Persepsi

Nyeri akut Distres spiritual

Defisit perawatan
diri

E. Klasifikasi Obstruksi Ileus

Ileus dibagi menjadi beberapa bagian yaitu mekanik,/dinamik dan


paralitik/adinamik/fungsional. Ileus mekanik sendiri terbagi menjadi 2 menurut
letak sumbatannya [ CITATION Tan14 \l 1033 ].

1. Letak tinggi, sumbatan terjadi di esophagus, gaster, atau duodenum.


2. Letak rendah, sumbatan terjadi di usus halus, usus besar (paling sering
terjadi di kolon sigmoid), sampai dengan anus.

Berdasarkan sifat sumbatannya.

Pada sumbatan sederhana yang terlibat hanya lumen usus. Sedangkan, pada
strangulasi, vaskularisasi terganggu dan dapat mengakibatkan nekrosis dinding
usus.
F. Tanda dan Gejala Obstruksi Ileus

Menurut [ CITATION Tan14 \l 1033 ] adapun tanda dan gejala obstruksi ileus
diantaranya yaitu.
1. Nyeri abdomen kolik.
2. Nausea, muntah.
3. Distensi abdomen dan tidak mampu defekasi atau flatus.
4. Kram pada perut dialami paroksismal selama 4 – 5 menit dan jarang
ditemukan.
5. Pada sumbatan proksimal muncul gejala muntah yang banyak dan jarang
terjadi muntah hijau fekal, nyeri abdomen bagian atas.
6. Sumbatan pada bagian tengah atau distal menimbulkan spasme di area
periumbilical atau nyeri yang sulit digambarkan lokasinya, muntah timbul
kemudian.
7. Obstipasi terjadi pada sumbatan total.
8. Pada stangulasi, gejala mirip dengan sumbatan sederhana namun nyeri
yang dirasakan lebih berat dan bahaya terjadi nekrosis.

G. Pemeriksaan Diagnostik Obstruksi Ileus

1. Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital normal pada mulanya dan dapat mengalami dehidrasi


yang dicirikan dengan takikardia dan hipotensi. Suhu tubuh normal sampai
dengan tinggi. Distensi abdomen dapat tidak ada hingga semakin jelas
pada sumbatan distal. Peristaltik usus berdilatasi dapat terlihat pada pasien
yang memiliki postur tubuh yang kurus. Bising usus meningkat dan
terdengar metallic sound sesuai timbulnya nyeri pada sumbatan distal.
Adanya skar bekas operasi perlu diperhatikan. Nyeri tekan pada abdomen
dapat disetai dengan terabanya massa, nyeri lepas menandakan peritonitis
dan kemungkinan stragulasi. Colok dubur dapat dilakukan untuk
menemukan massa intralumen dan tinja berdarah [ CITATION Tan14 \l 1033 ].
2. Pemeriksaan penunjang.
a. Pemeriksaan laboratorium
Nilai laboratorium pada mulanya normal, namun dapat terjadi
hemokonsentrasi, leukositosis, dan gangguan elektrolit.
b. Pemeriksaan radiologis
Pada pemeriksaan radiologis dengan posisi tegak terlentang dan juga
lateral decubitus tampak gambaran anak tangga dari usus kecil yang
berdilatasi dengan air fluid level. Penggunaan kontras menunjukkan
sumbatan mekanis beserta areanya. Pada sumbatan kolon, bagian yang
mengalami dilatasi tampak “pigura” dari dinding abdomen. Kolon dapat
dibedakan dari dinding usus dengan melihat adanya haustra yang tidak
melintasi seluruh lumen kolon yang berdistensi.
c. Dapat dilakukan rektosigmoidoskopi dan kolonskopi untuk mengetahui
penyebab bila belum terjadi sumbatan.
d. CT scan atau barium enema
Pada pemeriksaan CT scan menunjukkan adanya kelainan pada dinding
usus, mesenterikus, dan peritoneum. Barium enema dapat dilakukan
apabila obstruksi letak rendah tidak dapat pada pemeriksaan foto polos
abdomen.

H. Penatalaksanaan Obstruksi Ileus

Apabila dicurigai adanya ileus mekanik dapat segera rujuk ke dokter spesialis
bedah setelah diberikan tatalaksana persiapan dibawah ini.
1. Pre-operasi
a. Pemasangan pipa lambung untuk mengurangi muntah, dan juga
mencegah aspirasi, dan dekompresi.
b. Resusitasi cairan dan elektrolit dengan menggunakan cairan isotonic
dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum.
c. Pemasangan kateter urin dilakukan untuk memonitor produksi urin.
d. Pemberian antibiotic berspektrum luas dapat digunakan apabila
ditemukan tanda-tanda infeksi.
2. Operasi
Laparotomi dan eksplorasi untuk menentukan vibilitas usus setelah
pelepasan strangulasi. Laparoskopi dapat dipertimbangkan pada kondisi
distensi abdomen minimal, sumbatan pada bagian proksimal, dan parsial.
3. Post-operasi
Pemberian cairan dan nutrisi perlu diperhatikan karena keadaan usus masih
mengalami paralitik.

Keperawatan Perioperatif

Keperawatan perioperatif yaitu istilah yang digunakan untuk menggambarkan


keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien. Menurut [CITATION Sme20 \l 1033 ] kata “perioperatif” yaitu
istilah gabungan yang mencakup tiga fase pengalaman pembedahan
praoperatif, intraoperatif, dan pascaoperatif.

a. Fase praoperatif

Peran perawat perioperatif dimulai ketika keputusan untuk intervensi


bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup
aktivitas keperawatan selama waktu tersebut mencakup penetapan
pengkajian dasar pasien ditatanan klinik atau di rumah, menjalani
wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk dilakukan anestesi.

b. Fase intraoperatif

Dimulai ketika pasien masuk atau dipindah ke bagian atau departemen


bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase
ini aktivitas keperawatan dapat meliputi: memasang infus, memberikan
medikasi intravena, melakukan pemantauan fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh:
menggenggam tangan pasien selama induksi anesthesia umum, sebgai
perawat scrub, membantu mengatur posisi pasien diatas meja operasi.

c. Fase pascaoperatif

Dimulai masuknya pasien ke ruang pemulihan dan berakhir dengan


evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah. Pada fase
pascaoperatif langsung, focus mengkaji efek dari agen anesthesia, dan
memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi. Aktivitas keperawatan
kemudian berfokus pada peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut, dan rujukan yang penting untuk
penyembuhan yang berhasil dan rehabilitasi diikuti dengan pemulangan.
Tabel. Aktivitas Keperawatan Perioperatif
Fase Praoperatif Fase Intraoperatif Fase Pascaoperatif
Pengkajian praoperatif di klinik/per Pemulihan keselamatan Komunikasi dari intraoperatif
telepon 1. Atur posisi pasien 1. Menyebutkan nama pasien.
1. Melakukan pengkajian a. Kesejajaran fungsional. 2. Menyebutkan jenis pembedahan
perioperative awal. b. Pemajanan area pembedahan. yang dilakukan.
2. Merencanakan metode c. Mempertahankan posisi 3. Menggambarkan faktor-faktor
penyuluhan yang sesuai dengan sepanjang prosedur operasi. intraoperative (mis. pemasangan
kebutuhan pasien. 2. Melakukan pemasangan alat drain atau kateter, kekambuhan
3. Melibatkan keluarga dalam grounding ke pasien. peristiwa yang tidak dapat
kegiatan wawancara. 3. Memberikan dukungan fisik. diperkirakan).
4. Memastikan kelengkapan 4. Memastikan bahwa jumlah 4. Menggambarkan keterbatasan
pemeriksaan praoperatif spongs, jarum, dan instrument fisik.
5. Melakukan pengkajian kebutuhan tepat. 5. Melaporkan tingkat kesadaran
pasien terhadap transportasi dan praoperatif pasien.
perawatan pascaoperatif. Pemantauan fisiologis 6. Mengkomunikasikan alat-alat
1. Memperhitungkan efek dari yang diperlukan.
Unit bedah hilangnya atau masuknya cairan
1. Melengkapi pengkajian secara berlebihan pada pasien. Pengkajian pascaoperatif di ruang
praoperatif. 2. Membedakan data pemulihan
2. Mengkoordinasi penyuluhan kardiopulmonal yang normal 1. Menentukan respon langsung
pasien dengan staf keperawatan dengan yang abnormal. pasien terhadap intervensi
lain. 3. Melaporkan perubahan- pembedahan.
3. Menjelaskan fase-fase dalam perubahan pada nadi, pernafasan,
periode perioperative dan hal-hal suhu tubuh, dan tekanan darah Unit bedah
yang mungkin terjadi. pasien. 1. Melakukan evaluasi efektivitas
4. Membuat rencana asuhan. dari asuhan keperawatan di
Dukungan psikologis (sebelum ruang operasi.
Ruang operatif induksi dan jika pasien sadar) 2. Menentukan tingkat kepuasan
1. Mengkaji tingkat kesadaran 1. Memberikan dukungan emosional pasien dengan asuhan yang
pasien. pada pasien. diberikan selama periode
2. Menelaah lembar observasi 2. Berdiri dekat dan menyentuh perioperatif.
pasien. pasien selama prosedur dan 3. Melakukan evaluasi produk-
3. Mengidentifikasi pasien. induksi. produk yang digunakan pada
4. Memastikan daerah pembedahan. 3. Terus melakukan pengkajian pasien di ruang operasi.
status emosional pasien. 4. Menentukan status psikologis
Perencanaan 4. Mengkomunikasikan status pasien.
1. Menentukan rencana asuhan. emosional pasien ke anggota tim 5. Membantu dalam perencanaan
2. Mengkoordinasi pelayanan dan perawatan kesehatan lain yang pemulangan.
sumber-sumber yang sesuai. sesuai.
Di rumah/klinik
Dukungan psikologis Penatalaksanaan keperawatan 1. Menggali persepsi pasien
1. Menceritakan pada pasien apa 1. Memberikan keselamatan untuk mengenai pembedahn dalam
yang sedang terjadi. pasien. kaitannya dengan agen
2. Menentukan status psikologis. 2. Mempertahankan lingkungan anestesi, efek pada citra tubuh,
3. Memberikan peringatan akan aseptic dan terkontrol. penyimpangan, imobilisasi.
stimuli nyeri. 3. Mengelola sumber daya manusia. 2. Menentukan persepsi keluarga
4. Mengkomunikasikan status mengenai pembedahan.
emosional pasien pada anggota
tim kesehatan lain yang berkaitan.
ANALISA DATA
PRE-OPERASI
No Data Etiologi Masalah
1. DS: Faktor predisposisi: Disfungsi motilitas
Pasien mengeluh perutnya perlengketan, gastrointestinal b.d
melilit, kembung, BAB intususepsi, nyeri/kram
hanya berbentuk cair saja volvulus, hernia dan abdomen
tumor
DO: ↓
- Perut tampak kembung Refluks spingter
terganggu
- Bising usus 7 x

per/menit.
Spingter anieksterna
tidak berelaksasi

Refluks lama dalam
kolon dan rectum

Disfungsi motilitas
gastrointestinal b.d
nyeri/kram
abdomen
2. DS: Konstipasi Ansietas b.d

Pasien mengatakan cemas kekhawatiran
Prosedur
ketika akan menghadapi mengalami
pembedahan
prosedur pembedahan/ ↓ kegagalan
takut operasinya tidak Otak melepaskan
hormone stress
berjalan dengan lancar.
(adrenalin &
kortisol)

DO:
Ansietas b.d
- TD: 160/80 mmHg
kekhawatiran
- Nadi: 80x/menit
mengalami
- RR=20 x/mnt
kegagalan
- Suhu: 36,7 oC
- Pasien tampak pucat

3. DS: Faktor predisposisi: Defisit nutrisi b.d


perlengketan,
- Pasien mengeluhkan ketidakmampuan
intususepsi,
perut melilit dan volvulus, hernia dan mencerna
tumor
muntah mengeluarkan makanan.

darah berwarna hitam.
Akumulasi gas dan
- Pasien juga mengeluh cairan dalam lumen
bagian proksimal.
diare

Distensi abdomen
DO: ↓
1. Bising usus 7 x Kontraksi anuler
pylorus
per/menit.

2. BB: 58 kg
Aspirasi isi lambung
3. TB: 178 cm ke esofagus

4. BMI: 18,3kg/m2 (gizi
Mual/muntah
kurang)

Intake ↓

Defisit nutrisi b.d
ketidakmampuan
mencerna makanan

INTRAOPERASI
1. DS: Prosedur Resiko perdarahan
pembedahan

DO:
Terputusnya jaringan
- Tromobsit: 249.000
vascular
- PT: 11,3

- APTT: 31,9
Resiko perdarahan
- Nadi: 80x/menit
- TD: 160/80 mmHg
POST-OPERASI
1. DS: Konstipasi Nyeri akut b.d agen

Pasien mengatakan merasa cedera fisik
Prosedur
tidak nyaman dan sakit di (prosedur
pembedahan
luka perut yang di operasi ↓ pembedahan)
kalau melakukan gerakan. Terputusnya jaringan

Sakit yang dirasakan
Pelepasan mediator
seperti ada luka di perut.
nyeri (mis.
histamine,
bradykinin &
DO:
prostaglandin)
- Terdapat lubang ostomi ↓
disebelah abdomen Merangsang
nosiseptor
sinistra

- Skala 3 (0-10)
Nyeri dih antarkan
melalui serabut tipe
A&C

Medula spinalis

Persepsi

Nyeri akut b.d agen
cedera fisik
(prosedur
pembedahan)
2. DS: Konstipasi Gangguan citra

- Keluarga pasien tubuh b.d
Prosedur
mengatakan pasien fungsi/struktur
pembedahan
merasa malu karena ↓ tubuh
BAB melalui lubang Terputusnya jaringan berubah/hilang

ostomi.
Gangguan citra
- Pasien berpikir kalau
tubuh b.d
orang lain melihat
fungsi/struktur
pasien BAB melalui
tubuh
lubang ostomy, tidak
berubah/hilang
ada kerabat yang mau
mendekat.

DO:
Terdapat lubang ostomi
disebelah abdomen sinistra
3. DS: Konstipasi Defisit perawatan

diri: mandi b.d
Prosedur
DO: kelemahan, nyeri
pembedahan
- Pasien tampak pucat, ↓
terlihat lemah
Terputusnya jaringan
- Gigi kotor, lidah kotor

Pelepasan mediator
nyeri (mis.
histamine,
bradykinin &
prostaglandin)

Merangsang
nosiseptor

Nyeri dihantarkan
melalui serabut tipe
A&C

Medula spinalis

Persepsi

Nyeri

Defisit perawatan
diri: mandi b.d
kelemahan, nyeri

4. DS: Prosedur Gangguan


pembedahan
integritas

DO: jaringan/kulit b.d
Imobilisasi
Punggung bagian saccrum perubahan

terlihat merah dan pigmentasi
Gangguan
berkeringat
integritas
jaringan/kulit b.d
perubahan
pigmentasi
5. DS: Konstipasi Resiko infeksi b.d
DO: ↓ kerusakan
- Terdapat lubang ostomi Prosedur integritas kulit
disebelah abdomen pembedahan
sinistra ↓
- Warna kulit ostomi Terputusnya
merah muda, lembap jaringan
- Suhu: 36,7 oC ↓
- Leukosit 9600 per Resiko infeksi b.d
tanggal 28/5/2020 kerusakan
- Basofil 0 integritas kulit
- Eosinofil 2
- Batang 1 (L)
- Segmen 84 (H)
- Limfosit 9 (L)
- Monosit 2
- Metamielosit 1
- Mielosit 1
- Tromobsit 249.000
- Hb 8,1 (L)

6. DS: Faktor predisposisi: Kekurangan


perlengketan,
DO: volume cairan b.d
intususepsi,
- Albumin: 2 (L) volvulus, hernia dan kehilangan cairan
tumor
- Produksi urin 1000 ml aktif

(selama 11 jam)
Akumulasi gas dan
- TD: 160/80 mmHg cairan dalam lumen
bagian proksimal.
- Kreatinin 1,8 (L)

- Kalium 2,8 (L)
Distensi abdomen
- Nadi: 80x/menit ↓
- RR: 20x/menit Kontraksi anuler
pylorus
- Suhu: 36,7 oC

- Mulut kering
Aspirasi isi lambung
- CRT <3 detik ke esofagus

Mual/muntah

Kehilangan H2O dan
elektrolit

Volume ECF ↓

Kekurangan
volume cairan b.d
kehilangan cairan
aktif
7. DS: Konstipasi Distres spiritual b.d

Pasien merasa tidak suci merasa
Prosedur
akibat kolostomi/karena menderita/tidak
pembedahan
tidak biasa menjalankan ↓ berdaya.
ibadah Terputusnya jaringan

Pelepasan mediator
DO:
nyeri (mis.
- Terdapat lubang histamine,
bradykinin &
ostomi disebelah
prostaglandin)
abdomen sinistra ↓
- Pasien beragama islam Merangsang
nosiseptor
dan selama sakit,

pasien tidak
Nyeri dihantarkan
mengerajakan sholat. melalui serabut tipe
A&C

Medula spinalis

Persepsi

Nyeri

Distres spiritual b.d
merasa
menderita/tidak
berdaya

I. Komplikasi Obstruksi Ileus


a. Peritonitis disebabkan karena toksin dalam rongga peritoneum sehingga
terjadi inflamasi atau infeksi yang hebat pada intra abdomen.
b. Perforasi disebabkan oleh obstruksi yang terjadi begitu lama pada organ
intra abdomen.
c. Sepsis akibat dari peritonitis yang tidak teratasi dengan tepat.
d. Syok hipovolemik terjadi akibat mengalami dehidrasi dan kehilangan
volume plasma [ CITATION Sme02 \l 1033 ].
Kasus 11

Nama :Tn. I
Umur :63 tahun
Jenis Kelamin :Laki-laki
Alamat : Sukasari, Dipatiukur
Nomor RM : 0001485893
Diagnosa Medis : Ileus obstruktif parsial fase paralitik ec ca rectl 1/3
distal,
Penanggung jawab
Nama :Tn. D
Jenis Kelamin :Laki-laki
Alamat :Sukasari, Dipatiukur
Hubungan dengan pasien : Anak

Satu tahun yang lalu, pasien didiagnosa Tumor usus dan akan dilakukan operasi
namun tidak jadi karena pasien harus pergi ke Banten (rumah anaknya), hingga
saat ini pasien tidak pernah lagi mengontrolkan tumor tersebut. Ketika bulan
Ramadhan, pasien mengeluhkan perut melilit dan muntah mengeluarkan darah
warna hitam. Muntah sudah dialami pasien sejak 6 bulan terakhir dan diare juga
dialami pasien 6 bulan SMRS. Pada bulan Oktober 2020, perut pasien makin
melilit, kembung, BAB hanya berbentuk cair saja dan pasien mengatkan muntah
darah berwarna hitam. Oleh keluarga, pasien dibawa ke klinik dan pasien di rawat
di RS Salamun selama 12 hari.
Kemudin pasien di rujuk ke RSHS tanggal 20 November 2020 dan
dilakukan kolostomi. Saat dilakukan pengkajian, pasien mengatakan merasa tidak
nyaman dan sakit di luka perut yang di operasi kalau melakukan gerakan.Sakit
yang drasakan seperti ada luka di perut. Skala 3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah
yang dioperasi saja. Pasien BAB melalui lubang ostomi disebelah abdomen
sinistra, feses cair lembek warna kuning kecoklatan, sedikit terlihat darah di feses.
Terpasang selang kateter, warna urin kuning jernih 1000 ml (selama 11 jam dan
diapers). Pasien mengatakan sakit yang dirasakan seperti ada luka di perut. Skala
3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah yang dioperasi saja. Pasien mengatakan setelah
dilakukan operasi ini, merasa perutnya lebih nyaman dan enakan meski dilakukan
kolostomi. Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB melalui
lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat. Pasien beragama islam dan
selama sakit, pasien tidak mengerajakan sholat. Karena merasa tidak suci akibat
kolostomi/karena tidak biasa menjalankan
Penampilan Umum : Pasien tampak pucat, terlihat lemah
Kedaan umum : compos mentis
TTV: TD=160/80 mmHg, N=80x/menit, RR=20 x/mnt, T= 36,7 oC
Pada bagian kepala mata konjungtiva anemis, tidak ikterik, lubang hidung
dekstra terpasang NGT. Mulut gusi anemis, mulut kering dan berwarna pucat.
Gigi kotor.Lidah kotor, Leher terpasang kateter vena sentral tertutup kassa. Kulit
pasien berwarna kecoklatan, keriput, terdapat lebam di lengan kanan atas. CRT <3
detik.
Pada bagian dada bentuk simetris, tarikan tidak ada retraksi dinding dada , suara
nafas vesikular, punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat,
terdapat bekas sisa asites, terdapat lubang ostomi di abdomen sinistra, warna kulit
ostomi merah muda, lembap, bising usus 7 x permenit. Pada bagian ekstremitas
didpatkan data: Kekuatan otot ekstremitas atas: dekstra 5, sinistra 5, Kekuatan
otot ekstremitas bawah: dekstra 4, sinistra 4, Tidak terpasang infus, Ektremitas
bawah pitting edema +3al
a) Data pendukung
Hasil laboratorium:

Hasil / tanggal
Pemeriksaan Nilai rujukan
28/5/2020 30/5/2020
Hb 8,1 13-17 g/dl
Hct 26 40-50 %
Eritrosit 3,11 3,5-5,3 103 µL
MCHC 3,4 31-35 g/dL
Ureum 97 52 10-50 mg/dL
Kreatinin 2,16 1,66 < 1,1 mg/dL
Gula darah 180 < 200 mg/dL
Kalium 3,1 3,2 3,6-5 mEq/L
PCO2 24,6 35-45 mmHg
PO2 127 70-100 mmHg
HCO3 15,4 22-2 mEg/L
TCO2 30
BE -7,5 -2 – 2 mEg/L
SaO2 98% 93-98%
Gula darah sewaktu 125 < 200 mg/dL
Kalium 2,9 3,6-5 mEq/L
Leukosit 9600 4-11 103 µL
Tromobsit 249.000 140-400 103 µL
MCV 83 77-93 fL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 2 1-3 %
Batang 1 2-5 %
Segmen 84 50-63 %
Limfosit 9 20-45 %
Monosit 2 2-8 %
Metamielosit 1
Mielosit 1
Na 180 130-150 meq/L
Kalsium 3,1 >8,5 meq/L
Mg 2 >1,5 meq/L
pH 7,407 7,35-7,45
Gula darah puasa 103
Albumin 2
Protein total 5,2
Ureum 63
Kreatinin 1,8
Gula darah 2 jam PP 97
31
35
Kalium 2,8
D Dimer kuantitatif 6,6
PT 11,3
APTT 31,9
INR 103
Fibrinogen 393,4

Terapi
Terapi farmakologi
Terapi

Meropenem
Omeprazol
Ketorolak
Na asetat
Cefofloxaxon

Terapi diit
Diit peptisol 1600 kalori

Hasil tindakan dan pemeriksaan diagnostik lain:

Pemeriksaan dan Hasil


tindakan

Kolostomi diversi
Biopsi anoskopi
USG a. Empedu membesar, hiperkolik ± 0,97 cm
b. Prostat membesar ± 5,99x4,3x3,85 (vol 51,56)
c. Hepar tampak koleksi cairan
d. VU tampak bayangan hiperkolik
EKG Regular, terdapat gambaran VES di V2
Pemeriksaan feses Terdapat Coccus gram positif dan kuman batang
gram negatif

Pemeriksaan resistensi antibiotik:


Pasien resistensi terhadap Aztreonam, Cefepim, Cetridism, Ceftriaxon,
Ciprofloksasin, Cotrimoksazol
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. I 63 TAHUN DENGAN
ILEUS OBSTRUKTIF PARSIAL FASE PARALITIK EC CA
RECTAL 1/3 DI RUANG GASTROENTEROLOGI
RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Tn. I
b. Umur : 63 tahun
c. Suku/ bangsa : Jawa
d. Status perkawinan : Menikah
e. Agama : Islam
f. Pendidikan : SMA
g. Alamat : Sukasari, Dipatiukur
h. Tanggal masuk rumah sakit : 20-11-2020
2. Identitas Penanggung Jawab
a. Nama : Tn. D
b. Alamat : Sukasari, Dipatiukur
c. Hubungan dengan klien : Anak
d. No tlpn : 081296******
3. Riwayat Kesehatan Klien
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan perut melilit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
6 bulan SMRS pada bulan Oktober 2020, perut pasien makin melilit,
kembung, BAB hanya berbentuk cair saja dan pasien mengatkan muntah
darah berwarna hitam. Oleh keluarga, pasien dibawa ke klinik dan pasien
di rawat di RS Salamun selama 12 hari. Kemudin pasien di rujuk ke RSHS
tanggal 20 November 2020 dan dilakukan kolostomi. Saat dilakukan
pengkajian, pasien mengatakan merasa tidak nyaman dan sakit di luka
perut yang di operasi kalau melakukan gerakan.sakit, sakit yang drasakan
seperti ada luka di perut. Skala 3 (0-10) dan sakit dirasa didaerah yang
dioperasi saja.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu


Satu tahun yang lalu, pasien didiagnosa tumor usus dan akan dilakukan
operasi namun tidak jadi karena pasien harus pergi ke Banten (rumah
anaknya), hingga saat ini pasien tidak pernah lagi mengontrolkan tumor
tersebut.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, jantung, dan asma dari
keluarganya.
e. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital (TTV)
- TD (Tekanan Darah) : 160/80 mmHg
- N (Nadi) : 80x/menit
- RR (Respiration Rate) : 20 x/mnt
- S (Suhu) : 36,7 oC

2. Pemeriksaan Antropometri
- BB (berat badan) : 58 kg
- TB (tinggi badan) : 178 cm
- BMI (Body Max Index) : 18,3kg/m2 (KURANG)
- LLA (Lingkar Lengan :-
Atas)

3. Pengkajian Persistem
a. Sistem Pernafasan
Lubang hidung dekstra terpasang NGT, mulut gusi anemis. bentuk
dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada , suara nafas vesikular,
punggung bagian saccrum terlihat merah dan berkeringat
b. Sistem Kardiovaskular
Leher terpasang kateter vena sentral tertutup kassa
c. Sistem Pencernaan
Mulut kering, gigi kotor, lidah kotor, terdapat bekas sisa asites, terdapat
lubang ostomi di abdomen sinistra, feses cair lembek warna kuning
kecoklatan, sedikit terlihat darah di feses. warna kulit ostomi merah
muda, lembap, bising usus 7 x permenit.
d. Sistem Integumen
Kulit pasien berwarna kecoklatan, keriput
e. Sistem Perkemihan
Terpasang selang kateter, warna urin kuning jernih 1000 ml (selama 11
jam dan diapers).
f. Sistem Persarafan
- Penampilan umum :Pasien tampak pucat, terlihat
- Kesadaran dan orientasi lemah
- Nilai GCS : Compos mentis
- Memori : E4M5V5 = 14
: baik
- Tes fungsi saraf otak
 Nervus I (Olfactorius)
Fungsi penciuman baik.
 Nervus II (Optikus)
Fungsi penglihatan baik.
 Nervus III (Okulomotorius)
Pupil berkontriksi ketika diberi rangsangan cahaya.
 Nervus IV (Troclearis)
Fungsi penglihatan baik.
 Nervus V (Trigeminus)
Tidak terdapat kelumpuhan pada area wajah.
 Nervus VI (Abdusen)
Fungsi penglihatan baik.
 Nervus VII (Fasialis)
Tidak terdapat kelumpuhan pada area wajah.
 Nervus VIII (Vestibulocochlearis)
Tidak mengeluhkan gangguan pendengaran.
 Nervus IX (Glosofaringeus)
Nyeri telan (-)
 Nervus X Nervus XI (Vagus)
Nyeri telan (-)
 Nervus XI (Aksesorius)
Pasien mampu melawan tahanan pada bahu.
 Nervus XII (Hipoglosus)
Fungsi pengecapan baik, pasien mampu membedakan rasa manis,
asam, pahit dana asin.
g. Sistem Endokrin

h. Sistem Muskuloskelektal
 Ekstremitas Atas
Terdapat lebam di lengan kanan atas. kekuatan otot ekstremitas
atas: dekstra 5, sinistra 5, tidak terpasang infus
 Ekstremitas Bawah
Kekuatan otot ekstremitas bawah: dekstra 4, sinistra 4, pitting
edema +3.

B. Riwayat ADL (Activity Daily Living)


No Aktivitas Sebelum Sakit Setelah Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 2 – 3x/sehari 2 – 3x/sehari
Jenis Makanan berat Makanan Cair
Keluhan Tidak ada lubang hidung
dekstra
terpasang NGT
b. Minum Cair
Frekuensi 8 gelas/hari lubang hidung
Jenis Cair dekstra
Keluhan Tidak ada terpasang NGT

2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 2x/sehari
Warna Kuning kuning
kecoklatan
Keluhan Perut kembung Feses cair
dan melilit lembek sedikit
ketika ia BAB terlihat darah
terdapat darah. di feses. Pasien
BAB melalui
kolostomi yang
berada diperut
sinistra.
b. BAK
Frekuensi 2 – 3x/sehari 1000 ml
Warna Kuning jernih (selama 11 jam
Tidak ada Kuning jernih
Keluhan Tidak ada Terpasang
selang kateter
3 Mobilisasi Mandiri Dibantu
4 Istirahat tidur
a. Tidur siang 01:00 – 03:00 01:00 – 03:00
b. Tidur malam 10:00 – 05:00 10:00 – 04:00
c. Keluhan Tidak ada Tidak ada
5 Personal hygiene
a. Mandi 2 – 3x/sehari 1x/sehari
b. Keramas 2 hari sekali Belum
c. Gunting kuku 1 minggu sekali Belum
d. Gosok gigi 2x/sehari Selama sakit
pasien tidak
pernah
menggosok
giginya.

C. Data Psikologis
a. Status emosi
Tenang.
b. Konsep diri
Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB
melalui lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat.
c. Gambaran diri
Pasien merasa malu karena BAB melalui lubang ostomi.
d. Harga diri
Keluarga pasien mengatakan pasien merasa malu karena BAB melalui
lubang ostomi. Pasien berpikir kalau orang lain melihat pasien BAB
melalui lubang ostomy, tidak ada kerabat yang mau mendekat.
e. Peran diri
Pasien merupakan seorang kepala keluarga.
f. Identitas diri
Pasien merupakan seorang laki-laki
g. Ideal diri
Pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dari penyakit yang ia
derita.
h. Pola koping
Jika ada masalah pasien selalu membicarakannya kepada keluarganya.
i. Gaya komunikasi
Pasien berkomunikasi dengan nada yang lambat dan suara pelan.
D. Data Sosial
a. Pendidikan dan Pekerjaan
Pasien merupakan tamatan SMA.
b. Gaya Hidup
Pasien jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung serat.
c. Hubungan Sosial
Hubungan pasien dengan keluarganya baik hal ini dibuktikan dengan ia
terkadang menyempatkan waktunya untuk bertemu dengan anaknya di
Banten.
E. Data Spiritual
a. Konsep ketuhanan
Pasien meyakini bahwa yang memberikan sakit, dan kesembuhan hanya
Allah SWT.
b. Praktik Ibadah
Selama sakit, pasien tidak mengerajakan sholat. Karena ia merasa tidak
suci akibat kolostomi/dan juga karena tidak biasa menjalankan ibadah.
c. Makna sehat dan sakit spiritual
Pasien meyakini bahwa sakit yang ia derita merupakan bentuk kasih
sayang Allah SWT terhadapnya.
d. Support spiritual
Keluarga.
F. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil / tanggal
Pemeriksaan Nilai rujukan
28/5/2020 30/5/2020

Hb 8,1 (L) 13-17 g/dl


Hct 26 (L) 40-50 %
Eritrosit 3,11 3,5-5,3 103 µL
MCHC 3,4 31-35 g/dL
Ureum 97 (H) 52 (H) 10-50 mg/dL
Kreatinin 2,16 (H) 1,66 (H) < 1,1 mg/dL
Gula darah 180 < 200 mg/dL
Kalium 3,1 3,2 3,6-5 mEq/L
PCO2 24,6 (L) 35-45 mmHg
PO2 127 (L) 70-100 mmHg
HCO3 15,4 (L) 22-2 mEg/L
TCO2 30
BE -7,5 -2 – 2 mEg/L
SaO2 98% 93-98%
Gula darah sewaktu 125 < 200 mg/dL
Kalium 2,9 (L) 3,6-5 mEq/L
Leukosit 9600 4-11 103 µL
Tromobsit 249.000 140-400 103 µL
MCV 83 77-93 fL
Basofil 0 0-1 %
Eosinofil 2 1-3 %
Batang 1 (L) 2-5 %
Segmen 84 (H) 50-63 %
Limfosit 9 (L) 20-45 %
Monosit 2 2-8 %
Metamielosit 1
Mielosit 1
Na 180 (H) 130-150 meq/L
Kalsium 3,1 (L) >8,5 meq/L
Mg 2 >1,5 meq/L
pH 7,407 7,35-7,45
Gula darah puasa 103 (H) 100 mg/dL
Albumin 2 (L) 3.5 – 5.0 g/dL
Protein total 5,2 0 – 20 mg/dL
Ureum 63
Kreatinin 1,8 (L) 5 – 35 ϕL/ml
Gula darah 2 jam PP 97 <60 mg/dL
<140 mg/dL
31
35
Kalium 2,8 (L) 3.5 – 5.0 mEq/L :
3.5 – 5.0 mmol
D Dimer kuantitatif 6,6 <500 ng/ml
PT (protombin time) 11,3 10.8 – 14.4
APTT (activated 31,9 23.7 – 36.4
partial
thromboplastin)
INR (international 103 (H) 2-3
normalized ratio)
Fibrinogen 393,4 200 – 400 mg/dL
b. Pemeriksaan Lain
Pemeriksaan dan Hasil
tindakan

Kolostomi diversi

Biopsi anoskopi

USG Empedu membesar, hiperkolik ±


0,97 cm
Prostat membesar ± 5,99x4,3x3,85
(vol 51,56)
Hepar tampak koleksi cairan
VU tampak bayangan hiperkolik
EKG Regular, terdapat gambaran VES di
V2
Pemeriksaan feses Terdapat Coccus gram positif dan
kuman batang gram negatif
c. Pemeriksaan resistensi antibiotik:
Pasien resistensi terhadap obat:
Nama obat Rute Indikasi
Aztreonam IV Obat ini berguna untuk melawan infeksi
bakteri.
Cefepim IV Untuk mengobati infeksi bakteri, seperti
infeksi pada saluran kemih, kulit,
maupun paru-paru.
Cetridism
Ceftriaxon IV Obat ini berguna untuk melawan infeksi
bakteri.
Ciprofloksasin IV Obat ini berguna untuk melawan infeksi
bakteri.
Cotrimoksazol PO Obat ini berguna untuk melawan infeksi
bakteri seperti bronchitis, otitis media,
dan ISK.

d. Terapi
Nama Obat Rute Indikasi
Meropenem IV Untuk menangani berbagai
kondisi akibat adanya infeksi.
Omeprazol IV Untuk mengatasi gangguan
lambung, seperti penyakit asam
lambung dan tukak lambung.
Ketorolak IV Untuk meredakan nyeri dan
peradangan.
Na asetat IV Untuk mencegah hyponatremia.
Cefofloxaxon IV Obat untuk mengatasi berbagai
infeksi bakteri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN SKALA PRIORITAS
a. Pre-operasi
1. Disfungsi motilitas gastrointestinal b.d nyeri/kram abdomen
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan.
3. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan
b. Intra-operasi
Resiko perdarahan
c. Post-operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (prosedur pembedahan).
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
3. Gangguan integritas jaringan/kulit b.d perubahan pigmentasi.
4. Resiko infeksi b.d kerusakan integritas kulit.
5. Defisit perawatan diri: mandi b.d kelemahan, nyeri.
6. Gangguan citra tubuh b.d fungsi/struktur tubuh berubah/hilang.
7. Distres spiritual b.d merasa menderita/tidak berdaya.
PERENCANAAN
Nama : Tn. I
No. Medrek : 0001485893
Dx. Medis : Ileus Obstruktif Parsial Fase Paralitik EC CA Rectal 1/3 Distal
Usia : 63 tahun
Tanggal : 22/12/2020

PRE-OPERASI
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Disfungsi motilitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Konstipasi
gastrointestinal b.d nyeri/kram selama 3x24 jam masalah Observasi:
abdomen konstipasi dapat berkurang 1. Periksa pergerakan usus, 1. Untuk mengetahui
dengan kriteria hasil. karakteristik feses konsistensi, bentuk,
- Pasien tidak mengeluh (konsistensi, bentuk, volume, dan warna
perutnya melilit, kembung, volume, dan warna). feses pasien.
konsistensi BAB lembek. 2. Identifikasi faktor risiko 2. Untuk mengetahui
- Bising usus dalam rentang konstipasi (mis. obat- penyebab mengapa
normal 5 - 35x per/menit. obatan, tirah baring, dan pasien sulit untuk
diet rendah serat). buang air besar.
3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui
rupture usus dan/atau apakah pasien
peritonitis. mengalami rupture
usus atau peritonitis.
Terapeutik:
Berikan enema atau irigasi, Tindakan ini berguna
jika perlu. untuk mengeluarkan
feses lebih mudah.
Edukasi:
Anjurkan peningkatan Berguna untuk
asupan cairan, jika tidak ada membuang zat-zat toksik
kontraindikasi. dalam tubuh.

Kolaborasi:
Kolaborasi terkait pemberian Obat ini berguna untuk
obat pencahar, jika perlu. mengatasi sembelit.

2. Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi


ketidakmampuan mencerna selama 3x24 jam masalah Observasi:
1. Untuk mengetahui
makanan. Ketidakseimbangan nutrisi: 1. Identifikasi status nutrisi.
status nutrisi pasien.
kurang dari kebutuhan tubuh 2. Identifikasi alergi dan
2. Untuk mengetahui
dapat berkurang dengan kriteria intoleransi makanan. apakah pasien
hasil. 3. Identifikasi kebutuhan memiliki alergi
- Pasien tidak mengeluh perut kalori dan jenis nutrient. terhadap makanan
melilit dan juga muntah. 4. Identifikasi perlunya tertentu atau tidak.
- Konsistensi feses lembek. penggunaan selang 3. Untuk mengetahui
- Bising usus dalam rentang nasogastrik. jumlah kalori yang
normal 5 - 35 x per/menit. 5. Monitor asupan dibutuhkan oleh
makanan. pasien.
6. Monitor berat badan. 4. Untuk mengetahui
apakah pasien
memerlukan
pemasangan NGT
atau tidak.
5. Untuk mengetahui
jumlah makanan yang
dikonsumsi oleh
pasien.
6. Untuk mengetahui
berat badan pasien
setelah diberikan
intervensi. Apakah
terjadi peningkatan
atau tidak.

Makanan ini mudah


diserap oleh tubuh.
Terapeutik:
Berikan diit peptisol 1600
kalori.
Agar pasien mengetahui
jenis makanan yang perlu
Edukasi: dikonsumsi seperti apa.
Ajarkan diet yang
diprogramkan. Obat ini berguna untuk
mengatasi gangguan
Kolaborasi: lambung, seperti
Kolaborasi terkait pemberian penyakit asam lambung
obat omeprazol. dan tukak lambung.
3. Ansietas b.d kekhawatiran Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
mengalami kegagalan selama 3x24 jam masalah nyeri Observasi:
1. Untuk mengetahui
akut dapat berkurang dengan 1. Identifikasi saat tingkat
tingkat kecemasan
kriteria hasil. ansietas berubah (mis.
yang dialami oleh
- Cemas berkurang kondisi, waktu, stressor)
pasien.
- Tekanan darah dalam rentang 2. Monitor tanda-tanda
2. Untuk mengetahui
normal. Sistolik: 90 – 120 ansietas (verbal dan non
apakah pasien
mmHg, diastolik: 60 – 80 verbal)
mengalami ansietas
mmHg.
atau tidak.
- Nadi dalam rentang normal 60 Terapeutik:
– 100x/menit 1. Gunakan pendekatan
1. Agar pasien tidak
- RR dalam rentang normal 16 - yang tenang dan
ragu dalam
20 x/mnt meyakinkan.
memberikan
- Suhu dalam rentang normal 2. Dengarkan dengan penuh
informasi kepada
o o
36,5 C – 37,5 C perhatian.
perawat.
3. Berikan teknik
2. Dengan
nonfarmakologis untuk
mendengarkan penuh
mengurangi cemas (mis.
perhatian pasien
terapi murotal qur’an) merasa dihargai.
3. Menurut Yusri, 2006;
Faradisi, 2009;
Mottaghi, Esmaili, &
Rohani, 2011 dalam
[ CITATION Far16 \l 1033 ]

terapi murotal bekerja


di otak, dimana ketika
didorong oleh
rangsangan dari luar
berupa (terapi Al-
Qur’an), maka otak
akan memproduksi
zat kimia yang
disebut neuropeptide.
Molekul ini akan
dihantarkan kedalam
reseptor –reseptor
yang ada di dalam
tubuh dan akan
memberikan efek
umpan balik berupa
kenikmatan atau
kenyamanan.

1. Agar kecemasan yang


dialami pasien
Edukasi:
berkurang.
1. Jelaskan prosedur,
2. Agar pasien dan
termasuk sensasi yang
keluarganya tidak
mungkin dialami.
merasa cemas.
2. Informasikan secara
3. Agar cemas yang
factual mengenai
dialami pasien
diagnosis, pengobatan,
berkurang.
dan prognosis.
4. Teknik relaksasi ini
3. Anjurkan keluarga untuk
terbukti dapat
tetap bersama pasien, jika
mengurangi perasaan
perlu.
cemas.
4. Latih teknik relaksasi.
1.
Obat ini dapat
mengurangi kecemasan
yang dialami pasien.

Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu.
1. Untuk mengetahui
apakah pasien
OPERASI mengalami perdarahan
Resiko perdarahan Pencegahan Perdarahan atau tidak.
Setelah dilakukan tindakan Observasi: 2. Untuk mengetahui
selama 3x24 jam masalah resiko 1. Monitor tanda dan gejala kadar
perdarahan dapat berkurang perdarahan. hematocrit/hemoglobin
dengan kriteria hasil. 2. Monitor nilai sebelum dan sesudah
- Nilai tromobsit dalam rentang hematocrit/hemoglobin menjalani prosedur
normal 150.000 – 400.000
sebelum dan sesudah pembedahan.
- Nilai Prothrombin Time (PT)
kehilangan darah. 3. Untuk mengetahui
dalam rentang normal 10 -13
detik 3. Monitor koagulasi (mis. kadar prothrombin
- Nilai APTT (Activated Partial prothrombin time (PT), time (PT), partial
Thromboplastin Time): 25 – partial thromboplastin thromboplastin time
35 detik time (PTT), fibrinogen, (PTT) pasien.
degradasi fibrin dan/atau
platelet.

1.
Makanan ini dapat
mencegah terjadinya
Terapeutik: perdarahan.

Edukasi: Transfusi darah


Anjurkan meningkatkan membantu
asupan makanan dan vitamin mengembalikan darah
K. yang hilang akibat
prosedur pembedahan.
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian
produk darah, jika perlu.
1. Untuk mengetahui
lokasi, karakteristik,
POST-OPERASI durasi nyeri yang
Nyeri akut b.d agen cedera Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri dialami pasien.
fisik (prosedur pembedahan) selama 3x24 jam masalah nyeri Observasi: 2. Untuk mengetahui
akut dapat berkurang dengan 1. Identifikasi lokasi, keparahan nyeri.
kriteria hasil. karakteristik, durasi, 3. Untuk mengetahui
- Pasien dapat eleminasi secara frekuensi, kualitas, factor apa saja yang
normal, tidak melalui lubang intensitas nyeri. dapat memperingan
buatan. 2. Identifikasi skala nyeri. dan memperberat
- Skala nyeri berkurang 3. Identifikasi faktor yang nyeri pasien.
menjadi 1 (0-10) memperberat dan 4. Untuk mengetahui
memperingan nyeri. dampak nyeri yang
4. Identifikasi pengaruh dialami pasien.
nyeri pada kualitas hidup. 5. Untuk mengetahui
5. Monitor keberhasilan efek terapi yang
terapi komplementer yang diberikan.
sudah diberikan. 6. Untuk mengetahui
6. Monitor efek samping langkah apa jika
penggunaan analgetik. pasien mengalami
efek samping akibat
penggunaan obat-
obatan alagetik.

1. Terapi ini dapat


mengurangi intensitas
nyeri.
Terapeutik: 2. Istirahat dapat
1. Berikan teknik memulihkan energy
nonfarmakologis untuk dan juga mengurangi
mengurangi nyeri (mis. nyeri.
muottal qur’an).
2. Fasilitasi istirahat dan Agar pasien dapat
tidur. melakukannya secara
mandiri.
Edukasi:
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk Obat ini berguna untuk
mengurangi nyeri. meredakan nyeri.

Kolaborasi:
Kolaborasi terkait pemberian
analgesik, jika perlu

2. Gangguan citra tubuh b.d Setelah dilakukan tindakan Promosi Kepercayaan Diri
1. Untuk mengetahui
fungsi/struktur tubuh selama 3x24 jam masalah Observasi:
masalah yang sedang
berubah/hilang. gangguan citra tubuh dapat 1. Identifikasi masalah
dialami oleh pasien.
berkurang dengan kriteria hasil. potensial yang dialami.
2. Untuk mengetahui
- Pasien memiliki citra tubuh 2. Identifikasi ungkapan
perasaan yang
yang positif. verbal dan non verbal
dialami pasien.
yang tidak sesuai.

1. Dengan berfikir
positif perasaan
Terapeutik:
pasien menjadi
1. Motivasi untuk berfikir
tenang.
positif .
1. Agar ada yang
menguatkan.
Edukasi:
1. Anjurkan keluarga terlibat. 2. Agar pasien tidak
2. Anjurkan mengungkapkan memendamnya
perasaan dan persepsi. sendiri.

3. Defisit perawatan diri: mandi Setelah dilakukan tindakan Dukungan Perawatan Diri
b.d kelemahan, nyeri selama 3x24 jam masalah defisit Mandi
1. Untuk mengetahui
perawatan diri dapat berkurang Observasi:
kebutuhan apa yang
dengan kriteria hasil. 1. Identifikasi jenis bantuan
diperlukan oleh
- Pasien tampak segar. yang dibutuhkan.
pasien.
- Gigi bersih, lidah bersih. 2. Monitor kebersihan tubuh
2. Untuk mengetahui
(mis. rambut, mulut, kulit,
kondisi kebersihan
kuku).
rambut, mulut, kulit
3. Monitor integritas kulit.
dan kuku pasien.
3. Untuk mengetahui
keadaan kulit pasien.
Terapeutik:
1. Siapkan keperluan pribadi 1. Agar pasien tidak
(mis. parfum, sikat gigi, perlu lagi
dan sabun mandi). menyiapkan
2. Fasilitasi mandi, sesuai keperluan pribadi.
kebutuhan. 2. Dengan membantu
3. Fasilitasi menggosok gigi, pasien, pasien merasa
sesuai kebutuhan. mudah dalam
4. Fasilitasi mengenakan menjalani
pakaian, jika perlu. aktifitasnya.
5. Fasilitasi berhias (mis. 3. Agar memudahkan
menyisir rambut, pasien dalam
merapihkan menyikat gigi.
kumis/jenggot). 4. Agar pasien tidak
6. Jaga privasi selama merasa kesulitan saat
berpakaian. akan menggunakan
pakaiannya.
5. Agar penampilan
pasien tampak rapih.
6. Agar pasien merasa
terjaga privasinya.
Agar tidak malu.

Edukasi:
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara Agar pasien terlihat
konsisten sesuai bersih dan sehat.
kemampuan.

4. Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit


jaringan/kulit b.d perubahan selama 3x24 jam masalah Observasi:
Untuk mengetahui
pigmentasi. gangguan integritas jaringan/kulit Identifikasi penyebab
penyebab perubahan
dapat berkurang dengan kriteria gangguan integritas kulit
pada kondisi kulit pasien.
hasil. (mis. perubahan sirkulasi,
- Punggung bagian saccrum perubahan status nutrisi,
tidak terlihat merah dan penurunan kelembaban, suhu
berkeringat lingkungan ekstrem,
penurunan mobilitas).

Terapeutik:
Tindakan ini berguna
Ubah posisi tiap 2 jam jika untuk mencegah
tirah baring. dubkubitus yang
diakibatkan oleh tirah
baring terlalu lama.

6. Resiko infeksi b.d kerusakan Setelah dilakukan tindakan Perawatan Stoma


integritas kulit selama 3x24 jam masalah resiko Observasi:
1. Untuk mengetahui
infeksi dapat berkurang dengan 1. Periksa kondisi umum
tanda-tanda vital
kriteria hasil. pasien (mis. kesadaran,
pasien. Apakah
- Suhu dalam rentang normal tanda-tanda vital).
terdapat keabnormalan
36,5oC – 37,5oC 2. Periksa kondisi stoma
atau tidak.
- Tidak terdapat tanda-tanda pasien (mis. waktu
2. Untuk mengetahui
infeksi pada ostomy. pembuatan stoma, jenis
keadaan luka.
- Hasil pemeriksaan stoma, karakteristik
laboratorium dalam rentang stoma, komplikasi,
normal. karakteristik feses).
Terapeutik:
1. Agar terhindar dari
1. Terapkan teknik aseptic infeksi.
dan keamanan selama 2. Agar pakaian tidak
merawat stoma. terkotori oleh feses.
2. Bebaskan area stoma dari 3. Agar kotoran tidak
pakaian. menumpuk pada
3. Bersihkan stoma dengan kantung stoma.
air bersih hangat dan 4. Untuk menampung
sabun. kotoran yang akan
4. Buang dan bebaskan datang.
stoma dari kantung 5. Agar ukuran kantung
sebelumnya. stoma sesuai dengan
5. Siapkan plate dan panjang luka.
kantung stoma baru. 6. Untuk menampung
6. Ukur stoma dengan kotoran pasien.
pedoman pengukuran.
7. Pasang kantung dan plate
stoma yang baru dan
gesper.
Edukasi: 1. Agar pasien dan
1. Jelaskan prosedur yang
keluarganya
akan dilakukan.
mengetahui prosedur
2. Ajarkan cara mencuci
apa yang akan
tangan dengan benar.
dilakukan. Dan juga
3. Anjurkan prosedur
untuk mengurangi
perawatan luka secara
kecemasan.
mandiri.
2. Agar pasien dan
keluarganya
mengetahui cara
mencuci tangan yang
benar.
3. Agar pasien dan
keluarganya dapat
melakukan perawatan
luka secara mandiri.

Kolaborasi:
Obat ini berguna untuk
Kolaborasi terkait pemberian
melawan bakteri
Meropenem dan juga penyebab infeksi.
Cefofloxaxon
7. Kekurangan volume cairan b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
kehilangan cairan aktif. selama 3x24 jam masalah Observasi:
kekurangan volume cairan dapat 1. Monitor status hidrasi 1. Untuk mengetahui
berkurang dengan kriteria hasil. (mis. frekuensi nadi, frekuensi nadi,
- Hasil pemeriksaan kekuatan nadi, akral, kekuatan nadi, akral,
laboratorium dalam rentang pengisian kapiler, pengisian kapiler,
normal. kelembapan mukosa, kelembapan mukosa,
- Produksi urin dalam rentang turgor kulit, tekanan turgor kulit, tekanan
normal 1400 – 1500ml per 24 darah). darah pasien. Apakah
jam. 2. Monitor hasil terjadi perubahan
- Nadi dalam rentang normal 60 pemeriksaan laboratorium atau tidak.
– 100x/menit RR=20 x/mnt (mis. hematocrit, Na, K, 2. Untuk mengetahui
- Suhu dalam rentang normal Cl, berat jenis urin, BUN) hasil pemeriksaan
36,5oC – 37,5oC 3. Monitor status laboratorium pasien.
- Mukosa bibir lembab hemodinamik (mis. MAP, 3. Untuk mengetahui
- Hasil laboratorium dalam CVP, PAP, PCWP jika apakah terdapat
rentang normal: tersedia). perubahan pada status
- Albumin: 3.5 – 5.0 g/dL hemodinamik pasien.
- Kreatinin: 0.7 – 1.2 mg% Terapeutik:
- Kalium: 4.1 – 5.6 mEq/L Catat intake output dan
hitung balans cairan 24 jam. Untuk mengetahui intake
output pasien.
Edukasi:
Jelaskan jenis, penyebab dan
penanganan Agar pasien dan
ketidakseimbangan elektrolit. keluarganya mengetahui
penyebab dan
penanganan
ketidakseimbangan
Kolaborasi:
elektrolit.
Kolaborasi pemberian
suplemen elektrolit (mis.
Pemberian suplemen
oral, NGT, IV), sesuai
membantu mengatasi
indikasi.
ketidakseimbangan
elektrolit yang dialami.
8. Distres spiritual b.d merasa Setelah dilakukan tindakan Observasi:
menderita/tidak berdaya. selama 3x24 jam masalah 1. Untuk mengetahui
hambatan religiusitas dapat Terapeutik: perasaan yang sedang
berkurang dengan kriteria hasil. 1. Berikan kesempatan dialami oleh pasien.
mengekspresikan 2. Agar pasien dapat
perasaan tentang dibimbing langsung
penyakit dan kematian. oleh ahlinya.
2. Fasilitasi melakukan
kegiatan ibadah.

Edukasi:

Kolaborasi: Agar jadwal istirahat


Atur kunjungan dengan pasien tidak terganggu.
rohaniawan (mis. ustadz,
pendeta, room, biksu).
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Tn. I
No. Medrek : 0001485893
Dx. Medis : Ileus Obstruktif Parsial Fase Paralitik EC CA Rectal 1/3
Usia : 63 tahun
Tanggal : 22/12/2020

PRE-OPERASI

Tanggal/ Jam DX Implementasi dan Catatan Evaluasi Paraf


Jam Perkembangan

20/11/2020 08:0 I Melakukan pemeriksaan pergerakan Diagnosa Keperawatan 1


0 S: Pasien mengeluh perutnya
usus, bentuk, volume, dan warna feses.
melilit, kembung, BAB hanya
Bising usus 7 x per/menit, BAB hanya
berbentuk cair saja
berbentuk cair saja.
08:0
O: perut tampak kembung, bising
1
usus 7 x per/menit.
Menganjurkan pasien untuk banyak A: Masalah belum teratasi.
08:0
P: Lanjutkan intervensi.
mengkonsumsi air putih.
1
- Memberikan enema atau
Mengidentifikasi penyebab konstipasi.
irigasi, jika perlu.
08:0 Menganjurkan diet tinggi serat. - Monitor tanda dan gejala
1 rupture usus dan/atau
peritonitis.
- Kolaborasi terkait
pemberian obat pencahar,
jika perlu.

18/11/2020 09:0 II Menginformasikan mengenai Diagnosa Keperawatan 2


0 S: Pasien mengatakan cemas
diagnosis, dan pengobatan.
ketika akan menghadapi prosedur
09:0
0 pembedahan/ takut operasinya
Menjelaskan prosedur tindakan yang
20/11/2020
tidak berjalan dengan lancar.
akan dilakukan.
10:0 O: TD: 160/80 mmHg, Nadi:
0
80x/menit, RR=20 x/mnt, Suhu:
Melakukan pemantauan tanda-tanda
36,7oC, pasien terlihat tampak
ansietas. Pasien mengatakan cemas
pucat
ketika akan menghadapi prosedur
A: Masalah belum teratasi
pembedahan/ takut operasinya tidak
P: Lanjutkan intervensi.
berjalan dengan lancar. TD: 160/80 - Identifikasi saat tingkat
10:0
1 mmHg, Nadi: 80x/menit, RR=20 ansietas berubah (mis.
x/mnt, Suhu: 36,7oC, pasien terlihat kondisi, waktu, stressor).
tampak pucat - Gunakan pendekatan
yang tenang dan
Melatih teknik relaksasi. Pasien terlihat meyakinkan.
tampak tenang. - Dengarkan dengan penuh
perhatian.
- Pahami situasi yang
membuat ansietas.
- Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien, jika
perlu.
- Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan.
- Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu.
OPERASI

Hari/Tanggal Jam DX Implementasi dan Catatan Evaluasi Paraf


Perkembangan

18/11/2020 09:0 I Anjurkan meningkatkan asupan Diagnosa Keperawatan 1


0 S: -
makanan dan vitamin K.
O: Hematokrit: 26 (L),
20/11/2020
Hemoglobin: 8,1 (L), PT: 11,3,
10:2 Melakukan pemantauan tanda dan
APTT: 31,9
0 gejala perdarahan.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
Melakukan pemantauan nilai
hematocrit/hemoglobin sebelum dan
11:0 sesudah kehilangan darah. Hematokrit:
0 26 (L), Hemoglobin: 8,1 (L)

Melakukan pemantauan koagulasi. PT:


11,3, APTT: 31,9
11:0 Memberikan produk darah.
0

11:0
5
POST-OPERASI

Hari/Tanggal Jam DX Implementasi dan Catatan Evaluasi Paraf


Perkembangan

21/11/2020 08:0 I/II Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, Diagnosa Keperawatan 1


0
durasi, frekuensi, kualitas, dan S: , pasien mengatakan merasa
intensitas nyeri. tidak nyaman dan sakit di area
Saat dilakukan pengkajian, pasien perut. .Sakit yang drasakan seperti
mengatakan merasa tidak nyaman dan ada luka di perut. sakit dirasa
sakit di area perut. .Sakit yang didaerah yang dioperasi saja.
08:0 drasakan seperti ada luka di perut. O: Skala nyeri 3 (0-10), lidah
0
sakit dirasa didaerah yang dioperasi kotor, wajah dan kulit pasien
saja. tampak kusam.
08:0
A: Masalah belum teratasi
0
Melakukan pengukuran skala nyeri. P: Lanjutkan intervensi
Skala nyeri 3 (0-10) (Nyeri ringan)
- Memberikan teknik
Mengidentifikasi faktor yang nonfarmakologis untuk
memperberat dan memperingan nyeri. mengurangi nyeri (mis. ).
08:0 Yang memperberat nyeri pasien yaitu - Ajarkan teknik
1
ketika melakukan gerakan. Sedangkan, nonfarmakologis untuk
untuk yang memperingat nyeri pasien mengurangi nyeri.
09:3
yaitu istirahat. - Kolaborasi terkait
0
pemberian analgesik, jika
09:3 Mengidentifikasi pengaruh nyeri pada
perlu.
0
kualitas hidup. Pasien menjadi tidak
09:4 mau mandi, dan juga menggosok gigi.
0

Memberikan terapi komplementer

09:4 Mengajarkan teknik nonfarmakologis


0
untuk mengurangi nyeri.
12:0 Melakukan pemantauan keberhasilan
II
0
terapi komplementer yang sudah
diberikan. Pasien mengatakan merasa
02:0
lebih enak kondisinya, nyeri yang
0
dialaminya berkurang menjadi 1 (0-10)

08:0 Menganjurkan pasien untuk istirahat


1
dan tidur.

Memberikan obat ketorolak. Pasien


10:0
0 tidak mengeluhkan nyeri saat
diberikan obat.

Melakukan pemantauan efek samping


penggunaan obat analgetik. Pasien
08:0
tidak mengeluhkan terkait obat yang
2
diberikan.
III/V Melakukan pemantauan status hidrasi.
10:0
Hasil pengkajian didapatkan: mulut
0
kering, CRT <3 detik, TD: 160/80
mmHg, Nadi: 80x/menit, akral hangat
Diagnosa Keperawatan 2
12:0
Melakukan pemantauan hasil S: -
0
pemeriksaan laboratorium. Hasil O: mulut kering, CRT <3 detik,
pemeriksaan lab. Pertanggal TD: 160/80 mmHg, Nadi:
IV 28/05/2020 Na: 180 (H), K: 2,8 (L), 80x/menit, akral hangat, Na: 180
Ureum: 52 (H), warna urin kuning (H), K: 2,8 (L), Ureum: 52 (H),
jernih 1000 ml selama 11 jam. warna urin kuning jernih 1000 ml
12:3
selama 11 jam.
0
Melakukan pencatatan intake output A: Masalah belum teratasi.
dan hitung balans cairan 24 jam. Hasil: P: Lanjutkan intervensi.
warna urin kuning jernih 1000 ml - Monitor status
12:3
selama 11 jam. hemodinamik (mis. MAP,
0
CVP, PAP, PCWP jika
Identifikasi penyebab gangguan tersedia).
integritas kulit
12:3 Mengubah posisi tiap 2 jam.
0
Diagnosa Keperawatan 3
S: -
12:3 O: Punggung bagian saccrum
0 Melakukan pemeriksaan kondisi terlihat merah dan berkeringat
umum pasien. Pasien tampak pucat, A: Masalah belum teratasi.
12:3 terlihat lemah P: Lanjutkan intervensi.
1 Melakukan periksaan kondisi stoma - Mengubah posisi tiap 2
pasien. Lubang ostomy berwarna jam.
merah muda, lembap.
12:3 Diagnosa Keperawatan 4
0 Menerapkan teknik aseptic dalam S: -
melakukan perawatan stoma. O:
A: Masalah teratasi sebagian.
12:3 Membebaskan area stoma dari P: Lanjutkan intervensi.
4 pakaian. - Kolaborasi terkait
pemberian Meropenem dan
12:3 Membersihkan stoma dengan air juga Cefofloxaxon
4 bersih hangat dan sabun.
V/I
12:3 Membuang dan bebaskan stoma dari
4 kantung sebelumnya.

Menyiapkan kantung stoma yang baru.

12:3 Melakukan pengukuran stoma


1
Memasang kantung stoma yang baru.
Menjelaskan prosedur yang akan
12:3 dilakukan.
1
Mengajarkan cara mencuci tangan
dengan benar.
12:3
2 Mengajarkan prosedur perawatan luka
secara mandiri.
Mengidentifikasi jenis bantuan yang
dibutuhkan pasien. Pasien hanya
membutuhkan peralatan mandi seperti
baskom, air hangat. Untuk sikat gigi
dan pasta gigi anaknya yang sudah
menyediakan. Diagnosa Keperawatan 5
08:0 S: -
1 Melakukan pemantauan kebersihan O: mulut kering, lidah kotor.
tubuh. Lidah kotor, mulut kering, A: Masalah teratasi sebagian.
rambut sedikit lepek. P: Lanjutkan intervensi.
- Menganjurkan pasien untuk
10:0 Melakukan pemantauan integritas melakukan perawatan diri
0 kulit. secara konsisten.
Punggung bagian saccrum terlihat
merah dan berkeringat

12:3 Menyiapkan keperluan pribadi (mis.


2 parfum, sikat gigi, dan sabun mandi).
Untuk sikat gigi dan sabun mandi
anaknya yang membawanya.

Memfasilitasi mandi. Mandi dibantu


12:3 oleh anaknya. Perawat hanya
2 menyediakan air hangat dan juga
baskom.

Memfasilitasi menggosok gigi.


Menggosok gigi oleh anaknya.

12:3 Jaga privasi selama berpakaian.


3
Memfasilitasi menggunakan baju.
Untuk menggunakan baju dibantu oleh
12:3 anaknya.
3
Memfasilitasi berhias. dibantu oleh
12:3 anaknya.
8

12:3
8
RESUME ANALISIS TINDAKAN KEPERAWATAN
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Asri Aprilianti Kosasih


NIM : 302017015
Kelompok : 1

Resume Analisis Tindakan Keperawatan


Nama Prosedur : Terapi murottal qur’an
Tujuan Tindakan : Menurunkan hormone stress, memberikan perasaan
rileks dan mengalishkan perhatian dari rasa takut,
cemas dan tegang, memperbaiki system kimia tubuh
sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut
nadi dan aktivitas gelombang otak Asvito, H. I.
(2019)..
Indikasi Pasien yang Pasien post pembedahan.
Membutuhkan Tindakan

Rasionalisasi Prosedur
N RASIONAL
KEGIATAN
O (Integrasi Jurnal)
1. Persiapan alat
a. Handphone/MP3/tablet
berisikan murottal qur’an.
b. Earphone.
c. Pulpen.
d. Kertas.
e. Lembar checklist.
f. SOP.
2. Langkah kerja: Secara fisiologis getaran suara bacaan
1. Melakukan 3S (senyum, sapa, Al-qur’an akan ditangkap oleh daun
salam) kepada pasien. telinga yang kemudian akan dialihkan ke
2. Mengidentifikasi kembali lubang telinga dan mengenai membrane
nama pasien. timpani (membrane yang ada di dalam
3. Menanyakan keadaan pasien. telinga) sehingga membuat bergetar.
4. Menjelaskan prosedur dan Getaran ini akan diteruskan ke tulang-
tujuan tindakan yang akan tulang pendengaran yang bertautan antara
dilakukan. satu dengan lainnya. Rangsangan fisik tadi
5. Beri kesempatan pasien dan diubah oleh adanya perbedaan ion kalium
keluarganya untuk bertanya. daan ion natrium menjadi aliran listrik
6. Menutup tirai. melalui saraf N.VII (Vestibule Cokhlearis)
7. Posisikan pasien senyaman menuju otak tepatnya di area pendengaran.
mungkin. Area ini bertanggung jawab unuk
8. Kaji skala nyeri pasien. menganalisis suara kompleks ingatan
9. Minta pasien untuk rileks dan jangka pendek, perbandingan nada,
tidak berbicara. menghambat respon motorik yang
10. Pastikan pasien dalam diinginkan, pendengaran yang serius dan
keadaan rileks dan nyaman. sebagainya.
11. Hubungkan earphone dengan Daerah pendengaran sekunder (area
handphone yang berisikan interprestasi auditorik) sinyal bacaan Al-
murrotal qur;an. qur’an akan diteruskan ke bagian
12. Lalu, hubungkan earphone ke posterotemporalis lobus temporalis otak
telinga pasien kiri dan kanan. yang dikenal dengan area wernicke. Di
13. Lakukan prosedur ini selama area inilah sinyal dari area asosiasi
15 menit. somatic, visual, dan auditorik bertemu satu
14. Lalu, lepaskan. sama lain. Area ini sering disebut dengan
15. Kaji kembali skala nyeri berbagai nama yang menyatakan bahwa
pasien. area ini mempunyai kepentingan
menyeluruh, area interprestasi umum, area
diagnostik, area pengetahuan, dan area
asosiasi tersier. Area wernicke adalah area
untuk interprestasi (menafsirkan atau
memberi kesan) bahasa dan sangat erat
hubungannya dengan area pendengaran
primer sekunder. Hubungan yang erat ini
mungkin akibat peristiwa pengenalan
bahasa yang diawali oleh pendengaran.
Setelah diolah di area wernicke maka
melalui berkas yang menghubungkan
dengan area asosiasi prefrontal
(pemaknaan peristiwa) sinyal-sinyal diarea
wernicke dikirim ke area asosiasi
prefrontal. Sementara itu disamping
diantarkan ke korteks auditorik primer dari
thalamus. Talamus sebagai pemancar
impuls nyeri akan meneruskan rangsang ke
medula spinalis ke otak terus berjalan
sehingga menghasilkan opioid alami
Priyanto, P., & Anggraeni, I. I. (2019).
Tahap terminasi
1. Kaji perasaan pasien setelah
diberi tindakan.
2. Beri feedback positif kepada
pasien.
3. Anjurkan pasien untuk
menggunakan terapi murrotal
qur’an apabila mengalami
nyeri.
4. Bereskan alat.
5. Mencuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Faridah, V. N. (2016). Terapi Murottal (Al-Qur’an) Mampu Menurunkan Tingkat


Kecemasan pada Pasien Pre Operasi Laparatomi. Jurnal Keperawatan,
6(1), 68. diakses pada tanggal 24 Desember 2020 melalui:
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2854
PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik (1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth (8 ed., Vol. 2). Jakarta: EGC.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2020). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
(Vol. 1). Jakarta: EGC.
Yulianita, A. (2007). Buku Saku Keperawatan. Bandung.
Tanto, C. (2014). Kapita Selekta Kedokteran (IV ed., Vol. 1). Jakarta: Media
Aesculapius.
Asvito, H. I. (2019). Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
Laparatomi Dengan Masalah Keperawatan Utama Nyeri Akut Di Rumah
Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Gombong: STIKes Muhammadiyah
Gombong. diakses pada tanggal 27 Desember 2020 melalui:
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/1173/
Priyanto, P., & Anggraeni, I. I. (2019). Perbedaan Tingkat Nyeri Dada Sebelum
dan Setelah Dilakukan Terapi Murottal Al-Quran. Jurnal Ilmiah
Keperawatan, 14(1). diakses pada tanggal 27 Desember 2020 melalui:
http://journal.stikeshangtuah-sby.ac.id/index.php/JIKSHT

Anda mungkin juga menyukai