Disusun oleh:
Ekka Nurfitrya Agustin
402021092
STROKE
A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran daraah otak yang menyebabkan defisit neurologis
akibat iskemia atau hemoragik sirkulasi otak.
Stroke adalah gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. Gangguan fungsi saraf tersebut timbul secara mendadak (dalam beberapa detik)
atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala dan tanda yang sesuai daerah fokal
otak yang terganggu. Oleh karena itu manifestasi klinis stroke dapat berupa hemiparesis,
hemiplegi, kebutaan mendadak pada satu mata, afasia atau gejala lain sesuai daerah otak yang
terganggu.
B. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan proses yang mendasari terjadinya gangguan peredaran darah otak, stroke
dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
1. Stroke Hemoragik
Pada stroke hemoragik terjadi keluarnya darah arteri ke dalam ruang interstitial otak
sehingga memotong jalur aliran darah di distal arteri tersebut dan mengganggu
vaskularisasi jaringan sekitarnya. Stroke hemoragik terjadi apabila susunan pembuluh
darah otak mengalami ruptur sehingga timbul perdarahan di dalam jaringan otak atau di
dalam ruang subarakhnoid.
Stroke non hemoragik terjadi akibat penutupan aliran darah ke sebagian otak
tertentu, maka terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini
dimulai dari tingkat seluler berupa perubahan fungsi dan bentuk sel yang diikuti dengan
kerusakan fungsi dan integritas susunan sel yang selanjutnya terjadi kematian neuron.
3. ETIOLOGI
a. Hipertensi
b. Penyakit jantung
c. Kolesterol tinggi
d. Obesitas
e. Diabetes mellitus
f. Stress emosional
3. Kebiasaan hidup
a. Merokok
b. Peminum alkohol
c. Obat terlarang
4. MANIFESTASI KLINIS
e. Gangguan penglihatan
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
5. PATOFISIOLOGI
Stroke dapat terjadi karena sumbatan yang diakibatkan oleh bekuan di dalam arteri
besar pada sirkulasi sereberum, sumbatan atau obstruksi ini dapat disebabkan oleh
emboli maupun thrombus. Thrombus terbentuk akibat plak dari arteosklerosis sehingga
sering kali terjadi penyumbatan pasokan darah ke organ di tempat terjadinya thrombosis.
Aterosklerosis merupakan insiator utama thrombosis yang berikatan dengan kehilangan
endotel dan aliran vascular abnormal, selain itu akan menimbulkan obstruksi.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi diagnosis stroke non
hemoragik. Non contrast computed tomography (CT) scanning adalah pemeriksaan yang
paling umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut yang jelas. Selain itu,
pemeriksaan ini juga berguna untuk menentukan distribusi anatomi dari stroke dan
mengeliminasi kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan stroke
(hematoma, neoplasma, abses).
Kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya tidak
sensitif mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada >50% pasien, tetapi
cukup sensitif untuk mengidentifikasi perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang
merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi trombolitik.
Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering digunakan:
1. CT Angiografi
2. CT Scan Perfusion
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Fungsi lumbal terkadang diperlukan untuk menyingkirkan meningitis atau perdarahan
subarachnoid ketika CT scan negatif tetapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan.
7. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer dan Bare (2018), penatalaksanaan stroke dapat dibagi menjadi dua,
yaitu :
1. Fase Akut :
a. Pertahankan fungsi vital seperti : jalan nafas, pernafasan, oksigenisasi dan sirkulasi.
b. Reperfusi dengan trombolityk atau vasodilation: Nimotop. Pemberian ini
diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.
c. Pencegahan peningkatan TIK. Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari
flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
d. Mengurangi edema cerebral dengan diuretik
e. Pasien di tempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala tempat
tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang
2. Post Fase akut
a. Pencegahan spatik paralisis dengan antispasmodik
b. Program fisiotherapi
c. Penanganan masalah psikososial
8. PENCEGAHAN
a. Mengurangi kegemukan
b. Berhenti merokok
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. S
Tanggal Lahir : 03 Maret 1946
Usia ; 75 Th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Leuwi Bandung Rt 02 Rw 03 Citeureup
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status marital : Menikah
Nomor RM : 00-262991
Diagnosa Medis : Stroke
Tanggal Pengkajian : 6 Desember 2021
Tanggal Masuk RS : 4 Desember 2021
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh tangan dan kaki sebelah kanan klien lemas dan tidak dapat
di gerakkan.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang :
Klien datang ke RS pada tanggal 04 Desember 2021 pukul 21:20 WIB,
dengan keluhan tiba-tiba tidak dapat berbicara dan tubuh klien lemas, bagian
ekstremitas atas dan bawah tidak dapat di gerakkan. Sehingga klien tidak dapat
beraktifitas seperti toileting, makan,minum dan merawat diri.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu :
Klien mempunyari riwayat tekanan darah tinggi (Hipertensi) dan
d. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keluarga yang menurun.
4. Data psikologis, sosial dan spiritual
a. Data Psikologis :
Gambaran diri:
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak di sukai, pasien selalu
bersyukur dengan anggota tubuhnya yang telah di berikan oleh Allah SWT.
Identitas diri:
Klien merupakan seorang perempuan yang sudah mneikah.
Ideal diri:
klien berharap ingin cepat sembuh dan dapat pulang kerumah serta berkumpul
dengan anak dan cucunya.
Harga diri:
Pasien tidak merasa malu, dan mampu menerima keadaannya walaupun sedang
sakit.
Status emosional:
Status emosional pasien baik.
Pola koping:
pasien selalu berfikiran positif walaupun dalam keadaan sakit.
b. Data Sosial :
Pasien ketika sakit biasanya berobat ke Rumah Sakit terdekat dan apabila ada
anggota keluarganya yang sakit selalu saling membantu.
c. Data Spiritual :
Penjelasan:
Pasien beraga islam, selama sakit pasien tidak menjalankan ibadah shalat namun selalu
berdo’a setiap hari, sering mengikuti kegiaatan keagamaan selama dirumah, pasien merasa
bahwa sakit yang dialami pasien adalah ujian, pasien selalu berharap sembuh dari penyakitnya.
1 Nutrisi
Keluhan 1 porsi
Tidak ada keluhan
Minum
2 Eliminasi
BAB
Waktu tidur
o Malam, Tidak tentu Tidak tentu
pukul
Nyenyak Nyenyak
o Siang, pukul
Tidak tentu Tidak tentu
Lamanya
4-6 Jam 6-8 Jam
Keluhan
Tidak ada Tidak ada
4 Kebiasaan diri
Kebiasaan
olahraga
Seminggu 2 -3 kali Tidak olahraga
Kimia Klinik
b. Program Terapi
Untuk mempertahankan
fungsi otak secara normal,
Citicolin IV 2x1
serta mengurangi jaringan
otak yang rusak akibat cedera.
8. ANALISA DATA
tangan kiri 5
Gangguan premotor area
dan kaki kanan
3 sedangkan
Kerusakan neuromuskular
kaki kiri 5
Hemiparesis
3. DS: Religiusitas
- Pasien
9. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
neuromuskular pasien teratasi, dengan atau keluhan fisik lainnya 2. Untuk mengetahui sejah mana
rentan geak pasien
ditandai dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi toleransi fisik
3. Untuk meminimal resiko
kekuatan otot a. Pasien mampu melakukan ambulasi
kejadian yang tidak diharapkan
menurun, rentan menggerakan ekstremitas 3. Monitor frekuensi
4. Untuk mengetahui kondisi umum
gerak (ROM) b. Kekuatan otot pasien cukup jantung dan tekanan
pasien
meningkat
menurun, darah sebelum memulai
Terapeutik
c. Rentan gerak cukup
gerakan terbatas, ambulasi
meningkat 1. Memudahkan pasien dalam
fisik lemah. 4. Monitor kondisi umum bergerak
selama melakukan 2. Memudahkan pasien dalam
ambulasi melakukan pergerakan
Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas ambulasi 3. Untuk meringankan kerja
dengan alat bantu (mis. perawat dan adanya dukungan
tongkat, kruk) support dari keluarga
2. Fasilitasi melakukan Edukasi
mobilisasi fisik, jika perlu 1. Agar pasien mengetahui dan
3. Libatkan keluarga untuk memudahkan dalam aktivitas
membantu pasien dalam 2. Agar tidak terjadi kekauan yang
meningkatkan ambulasi lebih parah
Edukasi 3. Agar pasien melakukan secara
1. Jelaskan tujuan dan perlahan sehingga melancarkan
prosedur ambulasi gerakan selanjutnya.
2. Anjurkan melakukan
ambulasi dini
3. Ajarkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan
dari tempat tidur ke kursi
roda, berjalan dari tempat
tidur ke kamar mandi,
berjalan sesuai toleransi)
1. IMPLEMANTASI DAN EVALUASI
Nama pasien : Ny. N Ruangan : Zaitun 2
No. Medrek : 00795467 Diagnosa Medis : Stroke