B
(52 TAHUN) DENGAN DIAGNOSA DISTRESS SPIRITUAL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pra Stase
Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pengampu:
Popy Siti Aisyah, S.Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
B. Pengkajian..................................................................................................... 27
C. Diagnosa ....................................................................................................... 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 34
A. Simpulan ....................................................................................................... 34
B. Saran ............................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
sebagai pengguna rokok. (WHO, 2019). Dari angka kejadian yang cukup
tinggi, seharusnya pasien lebih menerima penyakit dan lebih meningkatkan
ibadahnya untuk mendukung keseimbangan dan ketenangan dalam
menghadapi penyakitnya.
Pasien yang berusia 40-60 tahun, berada pada tahap perkembangan masa
dewasa madya. Pada tahap perkembangan ini, individu mulai mengalami
penurunan dalam fungsi-fungsi tubuhnya, termasuk penurunan pada fungsi
paru-paru, dan masalah kesehatan akan menjadi kekhawatiran utama pada diri
individu (Silalahi & Siregar, 2019). Pasien yang menderita PPOK akan
mengalami perubahan pola hidup dan keterbatasan aktivitas yang
menimbulkan stres psikologis bagi pasien. Perubahan fisiologis akibat
inflamasi yang terkait dengan PPOK menyebabkan timbulnya depresi dan
kecemasan pada pasien, hiperventilasi akut secara signifikan menurunkan
tingkat karbon dioksida dalam darah, tingkat karbon dioksida yang lebih
rendah mengurangi aliran darah ke otak, yang dapat memicu gejala emosional
termasuk kecemasan (Nollen-Hoeksema, 2014, dalam Radityatami, 2018).
Menurut Volpato et al (2015), secara psikologis penderita PPOK akan
mengalami gejala antara lain, gangguan emosional/emosi yang tidak stabil,
koping strategi yang rendah, gangguan kecemasan, depresi, perasaan tidak
berdaya, perasaan tidak mempunyai kekuatan, perasaan kehilangan kebebasan
dan aktivitas gerak, gangguan panik, terjadinya isolasi sosial, dan juga
gangguan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Gangguan psikologis
pada pasien PPOK ini akan berpengaruh terhadap munculnya gejala secara
fisik sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Strang, Ekberg-Jansson, & Henoch.,
(2014) sebagian besar pasien mengalami kecemasan terkait dengan PPOK,
analisis mengungapkan tiga hal yang dicemaskan oleh pasien ppok,
kecemasan akan kematian, kecemasan kelangsungan hidupnya, dan
kehilangan rasa sukacita akibat kecemasan. Mayoritas pasien mengalami
kecemasan, membatasi hidup mereka untuk melakukan aktifitas. Hidup
dengan PPOK yang parah menciptakan perasaan tidak berdaya dan cemas
3
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana asuhan
keperawatan spiritual pada pasien Tn. A (52 Tahun) dengan PPOK.
5
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan spiritual pada pasien Tn.A (52
Tahun) dengan PPOK.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan spiritual pada pasien Tn. A
(52 Tahun) dengan PPOK.
b. Untuk mengetahui Intervensi keperawatan spiritual pada pasien Tn.A
(52 Tahun) dengan PPOK.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Teori Penyakit
1. Definisi
Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yaisu suatu masalah
penyakit sistemik yang mempunyai hubungan antara keterlibatan otot
rangka, metabolik dan molekuler genetik (Ismail et al., 2017).
Menurut Napanggala, 2015 menyebut dalam jurnalnya PPOK merupakan
paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas
yang bersifat progresif nonreversible atau reversible pasrsial, bersifat
progresif, biasanya disebabkan oleh proses implamasi paru yang
disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat memberikan gambaran
gangguan sistemik.
PPOK merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang bersifat
kronik, progresif irreversible atau reversible sebagian yang ditandai
dengan adanya obstruksi saluran napas akibat reaksi inflamasi abnolmal,
hiperaktifitas saluran napas, destruksi dinding alveolar dan bronchus yang
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang masuk,
memanjangnya masa ekspirasi akibat penurunan daya elastisitas paru
(Sulistiowati et al., 2021).
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru Obstruksi
Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit sistemik yang kronik, progresif
irreversible atau reversible yang ditandai dengan proses implamasi paru,
destruksi dinding alveolar dan bronchus yang menyebabkan terjadinya
penurunan jumlah oksigen yang masuk.
2. Etiologi
Penyebab utama PPOK yaitu rokok, asap polusi dari pembakaran,
dan partikel gas berbahaya (Napanggala, 2015). Kebiasaan merokok
merupakan factor utama pada penderita PPOK yang diikuti dengan
terpaparnya polusi udara pada beberapa kasus. Semakin tinggi derajat
6
7
Karena factor usia yang bertambah pula maka semakin banyak alfeoli
yang rusak dan daya tahan tubuh semakin menurun.
d. Jenis Kelamin
Dari penelitian (Wijayasari & Fibriana, 2016) hasil analisis
bivariate menunjukan bahwa pasien rawat jalan dengan jenis kelamin
laki-laki lebih beresiko 6,2 kali terkena PPOK disbanding dengan jenis
kelamin perempuan. Hasil penelitiannya sejalan dengan penelitian Lee
Seok Jeong tahun 2015 di Korea, bahwa laki-laki memiliki resiko 4,2
kali lebih tinggi disbanding dengan perempuan.
e. Genetic
f. Polusi udara
5. Patofisiologi
Perubahan patologi pada PPOK terjadi pada saluran napas besar maupun
kecil, parenkim paru, dan vaskularisasi paru. Eksudat hasil inflamasi
seringkali merupakan penyebab dari meningkatnya jumlah dan ukuran sel
goblet juga kelenjar mukus, sehingga terjadi peningkatan sekresi kelenjar
mukus, serta terganggunya motilitas silia. Selain itu, terjadi penebalan sel-sel
otot polos dan jaringan penghubung (connective tissue) pada saluran napas.
Inflamasi terjadi pada saluran napas sentral maupun periferal. Apabila terjadi
inflamasi kronik maka akan menghasilkan kerusakan berulang yang akan
menyebabkan luka dan terbentuknya fibrosis paru. Penurunan volume
ekspirasi paksa (FEV1) merupakan respon terhadap inflamasi yang terjadi
pada saluran napas sebagai hasil dari abnormalitas perpindahan gas ke dalam
darah dikarenakan terjadi kerusakan sel parenkim paru. Kerusakan sel-sel
parenkim paru mengakibatkan terganggunya proses pertukaran gas di dalam
paru-paru, yaitu pada alveoli dan pembuluh kapiler paru-paru. Penyebaran
kerusakan tersebut tergantung pada etiologi penyakit, dimana faktor yang
paling umum karena asap rokok yang mengakibatkan emfisema sentrilobular
yang mempengaruhi terutama pada bagian bronkiolus (Williams & Bourdet,
2014).
9
Fungsi fisiologis paru yang utama seringkali berubah menjadi lebih buruk,
yaitu rendahnya pertukaran gas di paru-paru dan terjadi kelelahan otot. Pada
pasien dengan riwayat eksaserbasi berat, ditemukan hipoksemia dan
hiperkapnia yang menyertai terjadinya asidosis respiratori maupun terjadinya
kegagalan napas (Williams & Bourdet, 2014).
6. Penatalaksanaan
Pada awalnya tujuan terapi PPOK yang utama adalah meredakan atau
menghilangkan gejala penyakit. Saat ini tujuan terapi PPOK yaitu termasuk
juga memperbaiki fungsi paru atau memperlambat kerusakan fungsi paru, dan
untuk mencegah terjadinya eksaserbasi. Penatalaksanaan secara umum menurut
Napanggala, 2015 meliputi:
10
a. Edukasi
Edukasi PPOK diberikan sejak ditentukan diagnose dan berlanjut secara
berulang pada setiap kunjungan, baik bagi penderita sendiri maupun
keluarganya. Edukasi yang diberikan atau disampaikan meliputi
pengetahuan dasar tentang PPOK, Obat-batan (manfaat dan
efeksampingnya), cara pencegahan pemburukan penyakit, menghindari
pencetus, penyesuaian aktivitas bagi pasien.
b. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan kepada pasien ini disesuaikan dengan
keluhan, hasil pemeriksaan yang ada, dan derajat penyakit, diberikan
bronkodilator (kombinasi antikolinergik dan agonis beta-2, seperti
Ipratropium bromide 20 mikrogram dan salbutamol 100 mikrogram)
persemprot (sebanyak 3 semprot, diberikan 3x perhari) Kombinasi kedua
golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya
mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu penggunaan obat
kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
c. Terapi Oksigen dan Nutrisi
Terapi oksigen diberikan untuk mengurangi sesak, meningkatkan
kualitas hidup dan mengurangi vasokonstriksi, diberikan sebanyak 2 liter
permenit melalui nasal kanul. Pada pasien ini, kemungkinan malnutrisi
karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kerja muskulus respirasi
yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hyperkapnoea yang
menyebabkan terjadi hipermetabolisme, sehingga diperlukan
keseimbangan antara kalori yang masuk dengan kalori yang dibutuhkan,
bila perlu nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings)
dengan pipa nasogaster. Dan pemasangan Intra Vena (IV) line untuk
pemasukan obat IV dan cairan.
d. Rehabilitasi
Kemudian lakukan rehabilitasi terhadap pasien setelah diberikan
pengobatan optimal guna meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki
kualitas hidup pasien penderita PPOK.
11
C. Psikoterapi Islam
1. Terapi Dzikir
Dalam islam, Al-Qur’an menjelaskan bahwa setiap “penyakit pasti
ada obatnya” asalkan manusia itu selalu berikhtiar dan bersyukur dengan
memahami setiap tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Dzikir adalah
metodologi peringatan, motivasi, controling, dan ibadah kepada Allah
SWT. Dzikir mengantarkan kesadaran individu akan pentingnya dekat
dengan Allah, semakin dekat dengan Allah semakin membuatnya sadar
akan kebesaran-Nya dan berada dalam pengawasam dan penjagaan yang
tidak pernah pupus. Keyakinan tentang esensi pengawasan Allah melalui
dzikir, melahirkan pola kesadaran bahwa individu selalu mendapat
12
kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan
atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah
tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu
dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur” (Qs.
Al-Maidah :6)
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Biodata Pasien
1. Inisial pasien : Tn. B
2. Usia : 52 Tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SMP
6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Jalan Anyar No. 23 Bandung
8. Diagnosa medis : PPOK
9. Tanggal masuk RS : 24 September 2021
10. Tanggal Pengkajian : 24 September 2021
16
17
C. Pengkajian spiritual
1. Hubungan kesehatan dengan spiritual
Pasien mengatakan sehat merupakan suatu kondisi dimana pasien
dapat melakukan aktivitas tanpa adanya hambatan dan suatu nikmat
dari Allah SWT yang harus selalu pasien syukuri. Sakit yang dirasakan
sekarang merupakan kondisi dimana pasien terhambat dalam
melakukan aktivitas dimana pasien harus beristirahat dan tidak
melakukan pekerjaan yang biasa pasien lakukan.
2. Konsep ketuhanan
Pasien mengatakan sakit yang dideritanya sebagai bentuk ujian dari
Allah SWT. Pasien mencoba menerima kondisinya namun pasien
merasa ujian yang diberikan Allah sangat berat bagi pasien. Pasien
belum bisa menjabarkan makna hidup seperti apa. Pasien mengatakan
merasa sudah lelah berobat.
18
D. Pengkajian Spiritual
Pengkajian aspek non verbal/ pengkajian spiritual yang dilakukan
secara observasi:
1. Afek dan sikap
Pasien mengatakan sering terbangun di malam hari, terasa sulit
mengeluarkan napas dan disertai nyeri dada. Pasien mengatakan
merasa sudah lelah berobat.
2. Prilaku
Pasien merupakan seorang petani, namun ketika sakit pasien jarang
melakukan ibadah sholat karena merasa tidak apa apa jika sedang
sakit. Dan pasien juga selalu menyangkal ketika perawat menanyakan
riwayat penyakit pasien.
19
3. Hubungan interpersonal
Pasien jarang mengikuti kegiatan kemasyarakatan baik sosial maupun
kegiatan agama.
4. Lingkungan
Klien membutuhkan tenaga kesehatan atau rohaniawan membimbing
cara tayamum, sholat dan berdoa.
E. Analisa Kasus
Aktifitas Spiritual Aktifitas Religius
F. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
Distress spiritual
G. Diagnosa Spiritual
1) Distress Spiritual b.d kondisi penyakit kronis dibuktikan dengan tidak
mampu beribadah,menolak berinteraksi dengan orang
terdekat/pemimpin spiritual,tidak berminat pada alam/literature
spiritual
21
H. Rencana Keperawatan
No Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasional
A. Konsep Spiritualitas
1. Definisi Spiritualitas
Menurut florance nightingle, spritualitas adalah suatu dorongan
yang menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mempromosikan
lingkungan rumah sakit yang dibutuhkan untuk mempromosikan
lingkungan rumah sakit yang sehat dan melayani kebutuhan spiritual
sama pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik. Spiritualitas
merupakan faktor penting yang membantu individu mencapai
keseimbangan yang diperlukan untuk memelihara kesehatan dan
kesejahteraan serta beradaptasi dengan penyakit (Sidabutar, 2016).
Spiritualitas manusia dapat ditemukan tidak hanya dalam tradisi
keilmuan islam namun juga tradisi keilmuan barat. Pada era pemikir
muslim, kontruksi pemikir filsafat yunani dan rekonsiliasinya dengan
Al-Qur’an telah menghasilkan serangkaian karya ilmu pengetahuan
yang beraneka ragam. Karya-karya tersebut seakan menguji kebenaran
Al-Qur’an tetapi sesungguhnya justru memperkuat kebenaran wahyu
islam dan risalah Nabi Muhammad SAW. Oleh karena karya-karya
ilmu pengetahuan yang dihasilkan oleh umat islam selalu terinspirasi
dan merupakan buah dari dialektika dengan kebenaran wahyu ilahi.
Maka tradisi islam dari dulu sampai sekarang tidak pernah melepaskan
diri dari spiritualitas yang menjadi jantungnya. Keadaan demikian
tentu berbeda dengan tradisi barat yang telah banyak kehilangan nilai-
nilai spiritualitas, walaupun pada awalnya juga dibangun berdasarkan
konsep spiritualitas dalam teori penciptaan alam semesta dan manusia
(Rozi, 2018)
Paradigma spiritualitas dalam konteks islam dan konteks barat
merupakan suatu hal yang berbeda. Dalam konteks islam aktifitas
spiritual mampu menggerakkan aktifitas religius, dengan demikian
aktifitas spiritual dapat mempengaruhi dan Saling berhubungan dengan
23
24
B. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
perawat dalam menggali permasalahan dari klien secara sistematis,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan, baik keadaan fisik,
mental, social maupun spiritual pasien (Kartikasari et al., 2020). Pada saat
dilakukan pengkajian pada Tn.A dengan diagnose medis PPOK yang
ditandai dengan hasil pemeriksaan rontgen torak PA didapatkan kesan
PPOK apeks pulmo kanan. Pasien sering mengeluh sesak dan nyeri dada
yang mengakibatkan aktivitas kesehariannya terganggu baik itu bertani
maupun keikutsertaan dalam kegiatan sosial dan keagamaan di
masyarakat. Selain itu Tn.A mengatakan ketika sedang sakit jarang
melaksanakan ibadah shalat karena mengganggap melaksanakan aktivitas
shalat karena merasa tidak apa apa kalo sedang sakit.
Dari hasil pengkajian tersebut dapat dilihat bahwa Tn.A saat ini berada
di tahap depression, dimana ketika seseorang berhadapan dengan
kenyataan yang disadarinya tidak dapat dihindari, sementara dia tidak
memiliki daya untuk melawan atau mengubah kenyataan tersebut, maka
orang itu mulai merasakan kehilangan harapan dan rasa keputusasaan.
28
Pada proses pengkajian Tn.A mengatakan merasa sudah lelah berobat dan
jarang melaksanakan aktivitas shalat karena merasa tidak apa-apa tidak
melaksanakan ibadah apabila sedang sakit. Selain itu, Tn.A sudang jarang
mengikuti kegiatan kemasyarakatan baik sosial maupun kegiatan agama
selama sakit. Sehingga pada tahap ini pasien membutuhkan orang lain
yang dapat membantu menguatka, dan memberikan pemahaman, baik
pemahamana mengenai konsep beribadah ketika sakit maupunkondisi
yang sedang pasien alami, sehingga secara perlahan kita dapat mulai
membantu untuk menemukan kembali kekuatan dalam dirinya dan
membangkitkan kembali energi atau gairah hidup.
Dari hasil pengkajian tersebut juga Tn.A mempunyai religiusitas
dalam segi ibadah yang kurang baikterlihat dari Tn.A jarang melakukan
ibadaha shalat selama sakit karena menganggap tidak apa-apa tidak
melaksanakan shalat selama sakit. Dalam hal ini, pasien membutuhkan
bimbingan dari seorang rohaniawan mengenai pemaknaan ibadah selama
sakit dan bagaimana cara melakukan ibadah ketika sakit. Sehingga
religiusitas dalam ibadah Tn. A dapat di tingkatkan serta di hadirkan
rohaniawati dalam membimbing pasien sesuai dengan kebutuhan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ahmadi, Z., Darabzadeh, F.,
Nasiri, M., & Askari, (2015) spiritualitas dan religiusitas merupakan dua
komponen penting dalam perawatan pasien paliatif yang merupakan
karakter holistik yang dapat mempengaruhi dalam peningkatan kualitas
hidup, well being, dan mengurangi distres pada pasien kanker. Hal ini
serupa dengan penelitian yang dilakukan Ambarwati, G., Anggorowati, A.,
& Ropyanto, (2017) yang menyatakan spiritualitas dan religiusitas
membuat pasien bertambah keyakinan kepada tuhan dan membuat pasien
menjadi ikhlas, sabar sebagai kekuatan transedental yang mendekatkan
pasien dengan tuhan sehingga tidak mudah bersedih dan mudah putus asa
pada saat menjalani ujian dan penderitaan karena sakitnya.
Keyakinan spiritual sebagai salah satu bentuk keyakinan dan harapan
pasien mengenai sakit yang dideritanya dapat ditumbuhkan dengan
29
perilaku caring yang baik dari perawat pada saat memberikan asuhan
keperawatan (Sulisno, M., & Sari, 2016). Selain itu hal serupa penelitian
dari Madadeta, G., & Widyaningsih, (2016) menunjukkan bahwa pasien
mendapat dukungan spiritual yang baik dari perawat dan keluarga dalam
bentuk komunikasi terapeutik dan motivasi dapat membangkitkan nilai
spiritual dan religiusitas yang dianut pasien. Sehingga sesuai dengan kasus
yang dikelola perlu dilakukannya memotivasi pasien dalam meningkat kan
spiritual dan religiusitas dalam beribadah kepada Allah SWT dengan di
bantu dan didorong oleh keluarga, perawat dan rohaniawan.
C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilian klinis dari bagian
proses asuhan keperawatan mengenai respons klien pada masalah atau
gangguan yang terjadi pada kesehatan ataupun proses kehidupan yang
dialami oleh klien baik secara actual maupun potensial. Tujuan dari
diagnose keperawatan ini merupakan untuk mengidentifikasikan mengenai
respons klien baik individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Pengambilan diagnose keperawatan dapat
dilakukan dengan melihat definisi, gejala mayor minor dari standar
diagnose keperawatan Indonesia (SDKI) (SDKI, 2017). Diagnose
keperawatan yang dapat diambil dari hasil pengakjian klien diatas yaitu:
1. Distress Spiritual berhubungan dengan penyakit kronis
a. Definisi :
Gangguan pada keyakinan atau system nilai berupa kesulitan
merasakn makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri,
orang lain, lingkungan atau tuhan.
b. Penyebab :
1) Menjelang ajal
2) Kondisi penyakit kronis
3) Kematian orang terdekat
4) Perubahan pola hidup
5) Kesepian
30
6) Pengasingan diri
7) Pengasingan sosial
8) Gangguan sosio kultural
9) Peningkatan ketergantungan pada orang lain
10) Kejadian hidup yang tidak diharapkan
c. Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
A. Simpulan
PPOK merupakan suatu penyakit saluran pernapasan yang bersifat
kronik, progresif irreversible atau reversible sebagian yang ditandai
dengan adanya obstruksi saluran napas akibat reaksi inflamasi abnolmal,
hiperaktifitas saluran napas, destruksi dinding alveolar dan bronchus yang
menyebabkan terjadinya penurunan jumlah oksigen yang masuk,
memanjangnya masa ekspirasi akibat penurunan daya elastisitas paru.
Secara psikologis penderita PPOK akan mengalami gejala antara lain,
gangguan emosional/emosi yang tidak stabil, koping strategi yang rendah,
gangguan kecemasan, depresi, perasaan tidak berdaya, perasaan tidak
mempunyai kekuatan, perasaan kehilangan kebebasan dan aktivitas gerak,
gangguan panik, terjadinya isolasi sosial, dan juga gangguan dalam
menjalin hubungan dengan orang lain.
Spritualitas meliputi aspek berhubungan dengan sesuatu yang tidak
diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, menemukan arti dan
tujuan hidup, menyadari kemampuan untuk menggunakan kekuatan dan
sumber dalam diri sendiri, mempunyai perasaan keterikatan dengan diri
sendiri dan dengan Yang Maha Esa. Gangguan kebutuhan spiritual
merupakan gangguan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan
arti dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain,
kesenian, musik, literatur, alam, dan/atau kekuatan lebih tinggi dari diri
sendiri.
Terapi SEFT merupakan gabungan dari Spiritual dan Emotional
Freedom Technique. SEFT dapat menghilangkan masalah fisik yang
berhubungan dengan tubuh kita. Setelah diuji coba dengan ketukan-
ketukan ringan tersebut efektifitas untuk menghilangkan sakit fisik
maupun emosi mencapai 80%. Keberhasilan terapi SEFT dipengaruhi oleh
beberapa hal yaitu (1) kita harus yakin kepada Allah bahwa semua ujian
34
35
atau cobaan dapat diatasi tanpa adanya rasa keraguan, (2) saat melakukan
terapi ini kita juga harus khusyuk dan konsentrasi dengan memusatkan
pikiran dan berdoa dengan sepenuh hati, (3) ikhlas yaitu tidak mengeluh
dan menerima rasa sakit yang diderita baik fisik maupun emosi, (4) selalu
bersyukur dalam keadaan apapun baik saat sehat maupun sakit, jangan
sampai rasa sakit menenggelamkan rasa syukur kita kepada Allah SWT
karena sudah banyak sekali nikmat yang diberikan kepada kita.
Dalam surah Al-Maidah ayat 6 berbunyi: “Hai orang-orang yang
beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh)
kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
B. Saran
Saran dari penulis ialah asuhan keperawatan spiritual muslim
merupakan asuhan yang perlu di fahami dan diterapkan pada pasien
terutama pada pasien-pasien kronik, karena selain kebutuhan fisik pasien
juga membutuhkan kebutuhan spiritual dan religiusitas dalam
kehidupannya apalagi dengan kondisi pasien sakit. Selain itu perawat juga
harus melakukan pengkajian, penetuan diagnose dan melakukan
perencanaan serta pelaksanaan sesuai dengan kondisi dan keadaan pasien
diiringi dengan pemberian terapi psikoterapi islam yang mampu
menurunkan keluhan pasien seperti kecemasan dengan pemberian
psikoterapi zikir dan murattal Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Z., Darabzadeh, F., Nasiri, M., & Askari, M. (2015). The Effects of
spritual and religiosity on well-being of people with cancer: A literature
review on current evidences. Jundishapur Journal of Chronic Disease Care,
4(2).
Akbar, Y. (2019). Pengaruh six minute walk test dan pursed lips breathing
terhadap kecemasan akibat dypsnea pada pasien penyakit obstruktif kronik
stabil di rumah sakit universitas sumatera utara.
Ambarwati, G., Anggorowati, A., & Ropyanto, C. . B. (2017). Studi
fenomenologi: pemenuhan kebutuhan psikososial pasien kanker payudara
yang menjalani kemoterapi di rsud tugurejo semarang.
Arisanti Yulanda, N., Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, J., Rizki Ridhowati, E.,
Larasati, A., & Studi Keperawatan, P. (2019). Artikel Penelitian Self Care
Education Terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronik. 10(2), 125–131. https://doi.org/10.35816/jiskh.v10i2.128
Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh Pelayanan Asuhan
Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Takalala Kabupaten
Soppeng. Journal of Management, 1(2), 33-57).
Astuti, M. F., Utomo, B., & Suparmin. (2018). Beberapa Faktor Risiko Yang
Berhubungan Dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Ppok) Petugas
Kebersihan Di Kota Purwokerto Tahun 2017. Buletin Keslingmas, 37(4),
443–455. https://doi.org/10.31983/keslingmas.v37i4.3796
Dewi, I. P., Suryadi, R. A., & Fitri, S. U. R. (2020). Pengaruh Terapi Bacaan Al
Qur’an (TBQ) sebagai Bbiblioterapi Islami Pada Kesehatan Mental
Narapidana Lesbian. Faletehan Health Journal, 7(02), 104-112.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. (2017). Global Initiative
for Chronic Obstructive. GOLD, Global Obstructive Lung Disease, 1–44.
Hamid, A. Y. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC
Hasibuan, , F., & Prihatin, D. R. (2019). Penerapan Terapi Murotal Ayat Kursi
Untuk Mengatasi Keefektifan Koping Pada Pasien Ca Mamae. 3(1), 8-15.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). Nanda International Nursing Diagnoses:
Keperawatan Konsep Proses dan Praktik Volume 1. Edisi ke-7. Dialih
bahasakan oleh Pmilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC
Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta : Salemba Medika
Hurul Aini, Q. S., Adrianison, & Fridayenti. (2019). Gambaran Jumlah Neutrofil
Darah Tepi Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Ruang Rawat
Inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2017. Jurnal Ilmu
Kedokteran, 13(2), 134–140. https://doi.org/10.26891/jik.v13i2.2019.63-69
Husaeni, H., & Haris, A. (2020). Aspek Spiritualitas dalam Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Pasien. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 12(2),
960–965. https://doi.org/10.35816/jiskh.v12i2.445
Ikawati, Z. (2016). Penatalaksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan. Bursa
Ilmu Karangkajen.
Ismail, L., Sahrudin, & Ibrahim, K. (2017). Analisis Faktor Risiko Kejadian
Penyakit Paru Obtruktif Kronik (Ppok) Di Wilayah Kerja Puskesmas Lepo-
Lepo Kota Kendari Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat Unsyiah, 2(6), 1–10. https://doi.org/10.37887/jimkesmas
Kartikasari, F., Yani, A., & Azidin, Y. (2020). Pengaruh Pelatihan Pengkajian
Komprehensif Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Perawat Mengkaji
Kebutuhan Klien Di Puskesmas. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (Jksi),
5(1), 79–89. https://doi.org/10.51143/jksi.v5i1.204Madadeta, G., &
Widyaningsih, S. (2016). Gambaran dukungan spritual perawat dan keluarga
terhadap pemenuhan kebutuhan spritual pada pasien kanker serviks di RSUD
Dr. Moewardi. Jurnal Jurusan Keperawatan.
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.
Mahmudin. (2017). Rukhsah (Keringanan) Bagi Orang Sakit Dalam Perspektif
Hukum Islam. Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan Dan Kemasyarakatan,
11(23), 65. https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.4
Massuhartono. & Mulyani. (2018). Terapi Religi Melalui Dzikir pada Penderita
Gangguan Jiwa. JIGC, 2, 201-214.
Maulani, M., Saswati, N., & Oktavia, D. (2021). Gambaran Pemenuhan
Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Bhayangkara Kota Jambi. Jurnal Medika
Cendikia, 8(1), 21–30.
Mulyono, A. (2011). Hubungan Spiritualitas Perawat dan Kompetensi Asuhan.
Murtiningsih, & Zaly, N. W. (2020). Gambaran praktek ibadah sholat pasien yang
dirawat dirumah sakit x. Journal of Islamic Nursing, 5, 48–53.
Napanggala, A. (2015). Penyakit Paru Obstruktif Kronis ( PPOK ) dengan Efusi
Pleura dan Hipertensi Tingkat I Chronic Pulmonary Obstructive Disorder (
COPD ) with Pleural Effusion and Hypertension Grade I. Medula Unila, 4,
1–6.
Nuraini, F. (2020). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Distress Spiritual pada Pasien dengan Diagnosa Medis Penyakit
Pulmonari Obstruksi Kronik (PPOK) di Ruang Paru RSUD Jendral Ahmad
Yani Metro Provinsi Lampung Tahun 2020. Poltekkes Tanjungkarang.
Nurbani & Lily Yanuar. (2020). Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique
Mengurangi Depresi Pada Pasien Diabetes Millitus. Jurnal Keperawatan Jiwa
Vol. 8 No. 2
Radityatami, S. (2018). Pengaruh Cognitive Behavior Therapy terhadap
Penurunan Kecemasan pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Rawat Inap di Rumah Sakit Paru dr. H. A. Rotinsulu Bandung. Humanitas
(Jurnal Psikologi), 2(3), 243–254. https://doi.org/10.28932/hmn.v2i3.1750
Rozi, S. (2018). Melacak Jejak Spiritualitas Manusia dalam Tradisi Islam dan
Barat. TARBIYA ISLAMIA : Jurnal Pendidikan Dan Keislaman, 7(2), 149.
https://doi.org/10.36815/tarbiya.v7i2.222
Sazali. (2016). Signifikansi Ibadah Sholat Dalam Pembentukan Kesehatan
Jasmani Dan Rohani. 40(52).
SDKI DPP PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sidabutar, R. R. (2016). Hubungan Penerapan Aspek Spiritualitas Oleh Perawat
Dengan Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Rawat Inap Di RS.
Islam Malahayati Medan. Jurnal Keperawata Flora, IX(1), 10–20.
Silalahi, K. L., & Siregar, T. H. (2019). Pengaruh Pulsed Lip Breathing Exercise
Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (Ppok) Di Rsu Royal Prima Medan 2018. Jurnal Keperawatan
Priority, 2(1), 93–103.
Soriano, J. B., Abajobir, A. A., Abate, K. H., Abera, S. F., Agrawal, A., Ahmed,
M. B., Aichour, A. N., Aichour, I., Eddine Aichour, M. T., Alam, K., Alam,
N., Alkaabi, J. M., Al-Maskari, F., Alvis-Guzman, N., Amberbir, A.,
Amoako, Y. A., Ansha, M. G., Antó, J. M., Asayesh, H., … Vos, T. (2017).
Global, regional, and national deaths, prevalence, disability-adjusted life
years, and years lived with disability for chronic obstructive pulmonary
disease and asthma, 1990–2015: a systematic analysis for the Global Burden
of Disease Study 2015. The Lancet Respiratory Medicine, 5(9), 691–706.
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(17)30293-X
Sulisno, M., & Sari, R. P. (2016). Hubungan perilaku caring perawat dengan
keyakinan dan harapan pasien kanker di rumah sakit.
Sulistiowati, S., Sitorus, R., & Herawati, T. (2021). Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keris Husada, 5(1), 30–38.
http://repository.ump.ac.id/1077/5/Endah Retno Hapsari Bab II.pdf
Syarif, H. (2013). Spiritualitas pada Pasien Penyakit Kronik di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin, Banda Aceh, 2012. Jurnal Ilmu
Keperawatan, 1(1).
Volpato, E., Banfi, P., Rogers, S. M., & Pagnini, F. (2015). Relaxation
Techniques for People with Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A
Systematic Review and a Meta-Analysis. Evidence-based Complementary
and Alternative Medicine, 2015. https://doi.org/10.1155/2015/628365
WHO. (2019). Chronic Respiratory Diseases.Tersedia [online]:
https://www.who.int/health-topics/chronic-respiratory-diseases. Diakses
tanggal 24 September 2021.
Wijayasari, I., & Fibriana, A. I. (2016). Faktor Risiko Kejadian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik ( Ppok ) ( Studi Kasus Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud
Temanggung Tahun 2016 ). Unnes Journal of Public Health, 1–11.
Williams, Dennis M., Bourdet, Sharya V. 2014. Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. In : DiPiro, J., et al., (Eds). Pharmacotherapy A Pathophysiologic
Approach seventh edition. New York: Mc Graw-Hill. pp. 528-550.
Yaseda, G. Y., Noorlayla, S. F., & Efendy, M. A. ad. (2013). Hubungan Peran
Perawat Dalam Pemberian Terapi Spiritual Terhadap Perilaku Pasien Dalam
Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Di Ruang ICU RSM Ahmad Dahlan Kota
Kediri. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2(2), 41–49.
Young, & Koopsen. (2007). Spiritualitas, Kesehatan dan Penyembuhan. Medan :
Bina Media Perintis
Zulfahmi, Y. Y., Mukhlish, M. M., & Gilang, K. P. (2021). Pelatihan Spiritual
Emotional Freedom Technique (Seft) Mengatasi Stress Pada Ibu-Ibu PKK 09
Kelurahan Pekojan Saat Pandemi Covid-19. Jurnal SOLMA, 10 (01), 2614-
1531.