Anda di halaman 1dari 69

EVIDENCE BASED NURSING (EBN)

ANALISIS JURNAL EFEKTIFITAS PSIKOEDUKASI


KELUARGA TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN
GANGGUAN JIWA

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa


Universitas ‘Aisyiyah Bandung

Dosen Pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo, S. Kep., Ners., M.Kep
Popy Siti Aisyah, S. Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 1 Dan 2
Ira Ayulianti NIM. 402019050
Mutia Ainur R NIM. 402019056
Ahmad Mustopa NIM. 402019076
Wendi Sujana NIM. 402019069
Dodi Andika Hendrik NIM. 402019074
Nuriyah NIM. 402019086
Ratu Dewiana Fadhila NIM. 402019057
Husnul Damayanti NIM. 402019051
Ima Rohima Hendriayani NIM. 402019058
Santi Sri W NIM. 4020190
Ineu Rustani NIM. 4020190
Ernawati Nurfarida NIM. 4020190
Cita Ferlanda NIM. 4020190
Ai Wulansari NIM. 4020190
Muhlis NIM. 4020190
Lina Marlina NIM. 4020190
Susilo NIM. 4020190
Aan Nani NIM. 4020190

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
rahmat-Nya yang maha besar kelompok dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Efektifitas Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pasien Gangguan Jiwa”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
kelompok jumpai, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya serta
kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada.:
1. Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku kooridinator dosen
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat
kepada kelompok
2. Popy Siti Aisyah, S,Kep., Ners., M.Kep selaku dosen Keperawatan Jiwa yang
selalu memberi arahan dan masukan.
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna, baik
dari isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bandung, Februari 2021

Kelompok 1 dan 2
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang .................................................................................1

B. Kasus Dan Skenario Masalah .........................................................

C. Rumusan Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. ...................................................................................................................

B. ...................................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

A. ...................................................................................................................

B. ...................................................................................................................

C. ...................................................................................................................

D. ...................................................................................................................

E. ...................................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. ...................................................................................................................

B. ...................................................................................................................

C. ...................................................................................................................

D. ...................................................................................................................
E. ...................................................................................................................

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah salah satu dari empat masalah kesehatan utama di

negara maju maupun berkembang. Menurut World Health Organisation (WHO)

tahun 2013 ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa.

WHO mengungkapkan dalam satu tahun pasien yang mengalami gangguan jiwa

sesuai jenis kelamin sebanyak 1,1% perempuan dan 0,9% untuk laki-laki sementara

jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa seumur hidup sebanyak 1,7% pada

perempuan dan 1,2% pada laki-laki. Keseriusan masalah tersebut dibuktikan dengan

data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi

ganggunan mental emosional dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk

usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk

Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai

sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kemkes, 2013).

Menurut Riskesdas tahun 2013 prosentase tertinggi gangguan jiwa berat

yang paling banyak terjadi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

sebanyak 2,7%. Tingginya prevalensi gangguan jiwa disebabkan salah satunya

karena adanya fungsi afektif dalam keluarga yang tidak berjalan sebagaimana

mestinya. Jika fungsi afektif dalam keluarga tidak berjalan dengan baik maka akan

menyebabkan gangguan mental yang berakibat pada kejiwaan (Nasir & Muhith,

2011). Timbulnya gangguan jiwa akan menimbulkan dampak penderita menjadi


tidak produktif, beban keluarga bertambah serta masalah-masalah sosial seperti

penolakan, pengucilan dan diskriminasi. Oleh itu, sangat diperlukan dukungan dan

keterlibatan anggota keluarga dalam penyembuhan dan perawatan pasien gangguan

jiwa karena dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat membantu pasien untuk

bersosialisasi kembali terhadap lingkungannya.

Dukungan sosial keluarga merupakan bantuan yang diberikan keluarga

terhadap individu seperti memberikan dukungan dalam bentuk informasional,

instrumental, penilaian dan emosional (Friedman, 2010). Selain itu, dukungan yang

diberikan keluarga bisa mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan perilaku

anggota keluarga lainnya. Sikap dan prilaku anggota keluarga dapat dilihat dengan

adanya hubungan yang harmonis dan saling menyayangi. Hal ini selaras dengan

salah satu surat Qur’an yaitu surat Arrum 21 mengatakan bahwa :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-


isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”,.(Q.S Ar-
Rum[30]:21)

Keluarga sebagai orang yang dekat dengan pasien mempunyai peranan

penting dalam kesembuhan pasien, salah satunya yaitu dukungan informasi dimana

jenis dukungan ini meliputi komunikasi dan tanggung jawab bersama termasuk

memberikan solusi atas masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau


umpan balik tentang apa yang dilakukan seseorang. Selain itu keluarga sebagai

penyedia informasi untuk melakukan konsultasi ke rumah sakit dan minum obat

secara teratur (Butar Butar, 2012).

Pasien gangguan jiwa yang pulang setelah dirawat di rumah sakit sering

relaps/kambuh pada tahun berikutnya dikarenakan pasien tinggal dengan keluarga

yang hostilitas memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif pada

pasien, terlalu ikut campur, dan sangat pengeritik (Amir, 2013:180).

Ada beberapa hal yang bisa memperpanjang pengobatan pada pasien

gangguan jiwa salah satunya yaitu pasien tidak patuh minum obat (Purwanto,

2011). Keluarga harus mengetahui lima prinsip benar dalam minum obat yaitu

pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara pemberian yang benar,

dan waktu pemberian obat yang benar (Butar Butar, 2012). Adanya keterlibatan

keluarga sebagai pengawas minum obat pada klien dalam pengobatan sangat

diperlukan untuk pasien gangguan jiwa. Seseorang dikatakan patuh menjalani

pengobatan apabila minum obat sesuai aturan pakai dan ketepatan waktu minum

obat sampai selesai masa pengobatannya. Hal ini sesuai dengan teori (Arisandi &

Ismalinda dalam Karmila, 2015) bahwa kepatuhan meliputi tingkat ketepatan

prilaku seseorang individu dengan nasehat medis, penggunaan obat sesuai petunjuk

serta mencangkup penggunaan pada waktu yang benar. Beberapa faktor yang

mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa seperti

kepercayaan terhadap obat, dukungan kepada pasien, efek samping obat dan sikap

pasien (Fakhruddin, 2012). Hal ini perlu dipahami oleh pasien dan keluarganya

dengan memberikan pemahaman melalui intervensi psikoedukasi (Stuart & Laraia,


2007). Akan tetapi, untuk melakukan terapi psikologis tidak cukup diberikan 1-2

jam per bulan ketika bertemu dengan pskiater. Tetapi, terapi psikologis juga perlu

dilakukan dirumah. Selain itu, keluarga bisa memberikan respon positif kepada

pasien, menghargai pasien sebagai anggota keluarga dan menumbuhkan rasa

tanggung jawab kepada pasien.

Psikoedukasi merupakan salah satu bentuk intervensi, baik untuk keluarga

maupun klien yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Tujuan dari program

psikoedukasi ini adalah menambah pengetahuan tentang gangguan jiwa sehingga

diharapkan menurunkan angka kekambuhan dan meningkatkan fungsi keluarga.

Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara

mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2007).

Berdasarkan penelitian oleh Sharif, Shaygan, dan Mani (2012) tentang

efektivitas intervensi psikoedukasi pada anggota keluarga terhadap beban pengasuh

dan gejala gangguan jiwa pada pasien skizofrenia di Shiraz Iran menunjukkan

adanya perubahan gejala yang signifikan dan penurunan beban pengasuh setelah

diberikan intervensi psikoedukasi dan satu bulan kemudian. Hasil penelitian

tersebut hampir sama dengan penelitian Wardaningsih (2007) tentang Family

Psychoeducation mengemukakan bahwa terdapat pengaruh family psikoedukasi

terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi.

Psikoedukasi keluarga dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga dalam

menurunkan beban subjektif keluarga. Melalui terapi psikoedukasi ini diharapkan

keluarga tahu bagaimana merawat pasien skizofrenia serta mampu mencegah

kekambuhan dari pasien skizofrenia.


Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk membahas tentang

bagaimana efektifitas psikoedukasi keluarga terhadap kepatuhan pasien untuk

meminum obat.

B. Kasus dan Skenario Masalah

Sebanyak 15 orang penderita pasien skizofrenia di RS Jiwa Provinsi Jawa

Barat yang pulang setelah dirawat di rumah sakit sering relaps/kambuh pada tahun

berikutnya dikarenakan pasien tinggal dengan keluarga yang hostilitas

memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif pada pasien, terlalu

ikut campur, dan sangat pengeritik. Keluarga mengakui bahwa kurang

memperhatikan pasien dalam memberikan obat, mengontrol serta mengevaluasi

pasien apakah obatnya benar-benar diminum ataukah tidak. Serta kurangnya

dukungan sosial dari keluarga terhadap kesembuhan pasien.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui bagaimana efektifitas

psikoedukasi yang diberikan keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien

gangguan jiwa.

Rumusan masalah kami susun menggunakan metode PICO, yaitu:

P (Patient/ Problem) : Sebanyak 15 orang penderita pasien skizofrenia di

RS Jiwa Provinsi Jawa Barat yang pulang setelah

dirawat di rumah sakit sering relaps/kambuh pada

tahun berikutnya dikarenakan pasien tinggal

dengan keluarga yang hostilitas

I (Intervention) : Keefektifan psikoedukasi keluarga

terhadap kepatuhan minum obat pasien gangguan


jiwa.

C (Comparison) : Tidak ada pembanding intervensi

O (Outcome) : Tujuan yang ingin didapat dari telaah jurnal ini

adalah "Mengidentifikasi efektifitas psikoedukasi

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pasien

gangguan jiwa “
BAB II

METODE

A. Pencarian Literature

Literature review ini bertujuan untuk melihat efektifitas intervensi terapi

psikoedukasi untuk pasien dengan gangguan jiwa. Review ini dikaitkan dengan

banyaknya pasien gangguan jiwa yang mengalami putus obat sehingga

mengakibatkan pasien berpotensi mengalami gangguan jiwa berulang atau kambuh.

Pencarian literature dilakukan pada tanggal 22 Februari s.d 23 Februari 2021. Data

yang diambil merupakan data sekunder yang didapatkan bukan hasil dari

pengamatan sendiri, melainkan didapatkan dari hasil penelitian-penelitian

sebelumnya. Sumber data yang didapat berupa artikel jurnal penelitian yang

bereputasi baik pada jurnal intenasional dan jurnal nasional dengan topik yang telah

ditentukan. Pencarian literatur dalam penelitian ini menggunakan 4 (empat) database

dengan kriteria kualitas sedang dan rendah, yaitu PubMed, Sinta, Research Gate dan

Google Scholar.

Pencarian artikel menggunakan kata kunci yang digunakan untuk

mempersempit hasil pencarian sehingga mempermudah dalam menentukan artikel

atau jurnal yang akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini didapatkan

dari media online di PubMed, Research gate dan Google Scholar dengan

menggunakan kata kunci pencarian “psychoeducation therapy” untuk jurnal

internasional dan untuk jurnal nasional kata kunci pencarian yang digunakan yaitu

“pengaruh psikoedukasi, terapi psikoedukasi pada pasien jiwa”.


Tabel 2.1 Artikel Hasil Pencarian

Tipe Studi
Penilitian Murni
Bahasa Tahun Data Base N Quasi
Review
RCT
Experiment
Indonesia 2019 Google √

Scholar
Indonesia 2020 Google √

Scholar
Indonesia 2019 Google √

Scholar
Indonesia 2019 Google √

Scholar
Indonesia 2018 Google √

Scholar
Inggris 2016 Pubmed √

Inggris 2017 Pubmed √


Inggris 2018 Google √

Scholar
Inggris 2019 Pubmed √
Inggris 2020 Google √

dan Arab Scholar

B. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Tabel 2.2 Format PICOS dalam Literature Review

Kriteria Inklusi Ekslusi


Populasi Pasien dengan gangguan Selain Pasien dengan
jiwa, diagnosa medis gangguan jiwa,

terkait gangguan jiwa dan diagnosa medis terkait

riwayat putus obat gangguan jiwa dan

riwayat putus obat


Intervensi Intervensi terapi Bukan intervensi terapi

psikoedukasi psikoedukasi
Comparison Tidak ada perbandingan
Outcomes Mengidentifikasi Bukan Mengidentifikasi

efektifitas intervensi efektifitas intervensi

terapi psikoedukasi terapi psikoedukasi

keluarga terhadap pasien keluarga terhadap

dengan putus obat pasien dengan putus

obat
Desain penelitian Menggunakan desain Penelitian kualitatif dan

quasy experiment, korelasional

randomized control and

trial dan systemic review


Tahun terbit Hasil penelitian Sebelum 2015

dipublikasikan dalam

rentang tahun 2015-2020

Berdasarkan hasil pencarian literature artikel penelitian di media online yaitu

di PubMed, Sinta, Research Gate dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian

yang telah disesuaikan dengan topik penelitian yaitu “psychoeducation terapy” untuk

jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata kunci pencarian yang digunakan

yaitu “terapi psikoedukasi, psikoedukasi gangguan jiwa”, jumlah artikel yang

muncul pada keempat database publikasi jurnal tersebut yaitu 755 artikel.
Selanjutnya artikel tersebut di skrining dan di seleksi kembali oleh peneliti

disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya

sehingga didapatkan 10 artikel yang menurut peneliti telah sesuai dengan kriteria

inklusi dan topik penelitian ini.

Berikut merupakan diagram alir dari proses penelusuran literatur mengenai

efektifitas terapi psikoedukasi terhadap pasien gangguan jiwa dengan putus obat.

Penelusuran Database Elektronik


PubMed, Sinta, Research Gate dan
Review metode penelitian quasi
Google Scholar
experimental, true experimental dan
(2015-2020)
randomized controlled trial

355 artikel 10 artikel

Penerapan kriteria eksklusi (artikel yang


respondennya bukan pasien dengan Pemilihan judul, abstrak dan tujuan
diagnosa medis terkait gangguan jiwa (intervensi psikoedukasi keluarga
dengan putus obat terhadap kepatuhan pasien
artikel yang intervensinya bukan gangguan jiwa minum obat)
mengenai psikoedukasi, artikel dengan
desain penelitian korelasi, artikel yang
tahun terbitnya kurang dari tahun 2015) 15 artikel

310 artikel

Penerapan kriteria inklusi (artikel yang


respondennya pasien dengan diagnosa medis
terkait gangguan jiwa dengan putus obat, artikel
yang intervensinya mengenai terapi psikoedukasi,
artikel yang tahun terbitnya 2015-2020, bahasa
Indonesia atau Inggris)

20 artikel

Gambar 2.1 Diagram Alir dari Proses Penelusuran Literatur


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelusuran Bukti


Berdasarkan hasil penelusuran literature kemudian artikel penelitian tersebut dianalisis melalui 3 aspek validitas penelitian, kepentingan klinis
(importancy) hasil dan aplikabilitas atau relevansinya. Berikut ini adalah analisis pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Hasil Penelahaan Jurnal


Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
1. Judul : Design : Pada kelompok intervensi, skor Psikoedukasi NPE ini dapat
Effects of the nursing Desain dalam penelitian ini adalah quasi- rata-rata untuk semua diterapkan dalam pemberian asuhan
psychoeducation program on experimental study involving convenience samples, pengukuran secara signifikan keperawatan pada pasien
the acceptance of a non-equivalent control group, and a pre- lebih baik setelah intervensi
skizofrenia, namun penerapan
medication and condition- test/post-test design. dibandingkan sebelum
specific knowledge of patients intervensi. Selama intervensi ini harus dilakukan oleh
with schizophrenia Sampel : perbandingan sebelum/sesudah perawat yang sudah mengikuti
Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 intervensi, file interaksi pelatihan NPE.
Penulis : orang responden. kelompok x waktu berpengaruh
Mitsunobu Matsuda, Ayumi signifikan terhadap skor total
Kohno Intervensi : MPS (F (1, 41) = 24,85, p <0,01).
Intervensi yang dilakukan pada jurnal ini adalah Selanjutnya, interaksi kelompok
Publisher : NPE. NPE merupakan program intervensi empat x waktu memiliki pengaruh
Archives of Psychiatric Nursing, sesi yang mencakup empat topik : Gejala penyakit signifikan terhadap
2016 psikotik, hubungan antara penyakit psikogenik dan “kemanjuran pengobatan” skor
stres, efek utama dan efek samping obat subskala (F (1, 41) = 14,69, p
antipsikotik, dan bagaimana pasien dapat belajar <0,01), dan efek utama yang
hidup dengan penyakit mereka di masyarakat. signifikan dari waktu pada
Dalam setiap sesi digunakan buku teks asli sebagai ketakutan akan skor subskala
bahan pembelajaran, buku teks memiliki lima pengobatan penghentian juga
bagian utama : terdeteksi. Namun waktu tidak
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
a. Gambaran tentang hubungan antara penyakit memiliki pokok yang berarti
psikotik, stres, terapi antipsikotik, dan efek pada skor subskala
rehabilitasi psikiatri. “kekhawatiran tentang efek
b. Poin diskusi tentang pasien, status masa lalu samping”, kemudian efek
dan saat ini. interaksi kelompok x waktu
c. Buku kerja tentang efek utama dan efek tidak signifikan. Total skor DAI-
samping antipsikotik pengobatan. 10 secara signifikan dipengaruhi
d. Daftar pertanyaan dan jawaban yang dirancang oleh waktu x kelompok interaksi
untuk menghilangkan ketakutan pasien. (F (1, 41) = 9,18, p <0,01).
e. Perubahan pasien harus membuat hidup Efek utama yang signifikan dari
mereka untuk mencegah kekambuhan. waktu terdeteksi pada total skor
Sesi ini dilakukan seminggu sekali selama 60-90 KIDI (F (1, 41) = 11,52,
menit (Total empat kali) dalam pengaturan grup
tertutup. Program tersebut dilakukan oleh dua p<0.01) dan skor subskala
orang perawat psikiatri (Pemimpin dan wakil “pengetahuan obat” (F (1, 41) =
pemimpin). Perawat yang melakukan sesi NPE 16.32, p<0.01), tetapi skor ini
membuat upaya khusus untuk membuat pasien
tidak dipengaruhi secara
berbagi pengalaman tentang penyakit mereka, dan
untuk menyediakan pasien dengan dukungan signifikan oleh interaksi
psikologis. kelompok x waktu.

Instumen :
Kuesioner terstruktur
2. Judul: Desain: Dari hasil uji statistik Penulis tidak menjelaskan mengenai
Efektifitas Pemberian Family Desain pada penelitian ini adalah eksperimen didapatkan p kemudahan pengaplikasian
Psychoeducation (Fpe) dengan menggunakan metode pra eksperimen. value (0,000) < 0,05 tang artinya intervensi dalam jurnal.
Terhadap Kepatuhan Minum family
Sampel:
Obat Penderita Skizofrenia Di Jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan psychoeducation memberikan
Kota Kediri kriteria inklusi dan eksklusi adalah 20 responden. pengaruh
terhadap kekambuhan penderita
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
Penulis: Intervensi: skizofrenia
Dhita Kurnia Sari, Lingga Pemberian informasi kepada keluarga mengenai di Kota Kediri.
Kusuma Wardani perawatan pasien dengan skizofrenia

Instrumen:
Publiser: Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
STRADA Jurnal Ilmiah adalah Standar Operating Procedure of Family
Kesehatan 6 Vol.1 No.1 Psychoeducatin Therapy dan lembar observasi
Oktober 2017. hlm 48 ± 52 kekambuhan pasien skizofrenia.
3. Judul: Desain: Berdasarkan temuan penelitian Penelitian ini bersifat aplikatif
Effect of Psycho - Educational Desain pada penelitian ini menggunakan Quasy ini, disimpulkan bahwa program sehingga perlu direplikasi dan
Program for Schizophrenic eksperiment dengan pre and post test psiko-pendidikan memiliki efek dikembangkan untuk menurunkan
Patients on Their Adherence to appositive untuk pasien angka kambuh ulang dan dalam
Antipsychotic Medication Sampel: skizofrenia pada kepatuhan pengobatan dan frekuensi rawat inap
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 40 pasien mereka terhadap obat
Penulis: laki-laki yang menderita skizoprenia yang dirawat antipsikotik dengan nilai
Mawaheb Mahmoud Zaki, di rumah sakit jiwa dan kesehatan mental dengan pValue= 0,000
Fathyea Said Sayed & Faten rentan usia 25 sampai 65 tahun
Mohamed Ahmed
Intervensi:
Para peneliti terdaftar selama 7 sesi, masing-
Publiser: masing berlangsung selama 45-60 menit, setiap
IOSR Journal of Nursing and hari. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari alat
Health Science (IOSR-JNHS) penilaian dan review literatur, konten program
Vol. 7, Issue 6 Ver. V (Nov- dikembangkan oleh para peneliti dalam bentuk
Dec, 2018 buklet, yang didistribusikan untuk pasien pada sesi
pertama. Sesi Psikoedukasi berfokus pada:
1. Sesi pertama program:
- Para peneliti memperkenalkan diri dan
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
menjelaskan kepada pasien tujuan penelitian
untuk mencari kerja sama peserta dan
menekankan bahwa semua informasi yang
dikumpulkan sangat rahasia. 
- Mendengarkan perasaan dan masalah para
peserta.
2. Sesi kedua: Diskusikan (Definisi, gejala positif
& negatif dan pengobatan skizofrenia).
3. Sesi ketiga: Identifikasi komplikasi &
konsekuensi penyakit dan efek samping obat-
obatan.
4. Sesi keempat: Berlatih langkah-langkah untuk
mematuhi obat-obatan.
5.  Sesi kelima: Menerapkan teknik relaksasi otot
untuk pasien.
6. Sesi keenam: Melatih pasien tentang
keterampilan memecahkan masalah.
7. Tujuh sesi: Ringkasan dan kesimpulan,
meninjau bahan terlatih dan menerima umpan
balik dari pasien.

Instrumen:
PETIT (Evaluasi Pribadi Transisi dalam
Pengobatan) dengan menggunakan Clinician
Rating Scale (CRS)
4. Judul: Desain : Berdasarkan tabel 3 nilai Disarankan pemegang program
Psikoedukasi keluarga Penelitian dengan pendekatan kuantitatif, desain pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa melakukan koordinasi
meningkatkan kepatuhan quasi experiment pre and pos test without control peran keluarga dalam dengan petugas pos kesehatan
minum obat odgj di puskesmas grup meningkatkan kepatuhan minum kelurahan (poskeskel) untuk
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
kedaton bandar lampung obat sebelum diberikan memberikan pemantauan secara
Sampel: psikoedukasi 5,6000 dengan periodik pada keluarga agar
Penulis: Sampel sebanyak 70 orang merupakan keluarga standart deviasi 2,04434, nilai senantiasa merawat pasien secara
Sulastri & Yeyen Kartika yang merupakan care giver utama pasien setelah diberikan psikoedukasi optimal termasuk mendampingi saat
6,7000 dengan standar deviasi minum obat dan kontrol satu bulan
Publiser: Intervensi: 1,31700. Nilai perbedaan mean sekali kepelayanan kesehatan
Jurnal Kesehatan, Volume VII, Intervensi diberikan pada anggota keluarga dengan sebelum dan setelah diberikan terdekat. Selanjutnya psikoedukasi
Nomor 2, Agustus 2016, hlm gangguan jiwa di Wilayah kerja puskesmas psikoedukasi adalah -1,10000. keluarga bisa dijadikan sebagai
323-328 kedaton Bandar Lampung. Akan tetapi tidak Hasil uji t dependen didapatkan agenda rutin untuk sebagai intervensi
dijelaskan secara detail bagaimana intervensi yang nilai p- value=0,000. Berarti p- keperawatan pada keluarga ODGJ.
dilakukan oleh peneliti pada jurnal ini. value ≤α (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada
Instrumen: pengaruh terhadap nilai sebelum
Instrumen yang digunakan berupa kuasioner A diberikan psikoedukasi keluarga
berisi data responden dan kuasioner B berisi dan setelah diberikan
pernyataan keluarga tentang kedisiplinan pasien psikoedukasi keluarga.
minum obat yang dibagikan kepada keluarga
pasien dan hasil wawancara terhadap pasien.

5. Judul: Design: Hasil penelitian didapat rerata Diharapkan intervensi psikoedukasi


Efektifitas Intervensi Quasi eksperimental with control group design kepatuhan berobat pasien dapat dilaksanakan seterusnya
Psikoedukasi terhadap skizofrenia kelompok dalam pemberian asuhan
Kepatuhan Berobat Pasien Sampel: eksperimen 11,00 dan keperawatan pada pasien
Skizofrenia. 20 orang responden. kelompok kontrol 6,88. Hasil uji skizofrenia oleh perawat di
statistik didapat ada perbedaan puskesmas.
Penulis: Intervensi: yang bermakna antara rerata
Neila Sulung, Nice Foresa Sebanyak 16 orang yang kemudian dibagi menjadi kepatuhan berobat pasien
2 kelompok yaitu kelompok eksperimen yang skizofrenia kelompok
Publisher: berjumlah 8 responden diberikan intervensi ekperimen dengan kelompok
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
Real in Nursing Journal, 1(1), 1- psikoedukasi sedangkan kelompok kontrol yang kontrol dengan nilai p = 0,0005
11. 2018 juga berjumlah 8 responden hanya diberikan (p < 0,05)
pendidikan kesehatan. Pengumpulan data
dilakukan dengan mengisi lembar observasi
setelah diberikan intervensi psikoedukasi pada
kelompok eksperimen ssebanyak 5 sesi dalam
waktu 2,5 minggu dan pendidikan kesehatan pada
kelompok kontrol langsung di rumah responden.

Intrumen:
Lembar observasi
6. Judul: Design: Penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini bersifat aplikatif
Impact of Family Quasi Experimental, dengan desain penelitian penerimaan psikoedukasi oleh sehingga perlu direflikasi dan
Psychoeducation Intervention convenience sampling. keluarga berpengaruh positif dikembangkan untuk menurunkan
on Relapse Prevention in terhadap tingkat penerimaan
angka kambuh ulang dan dalam
Hospitalized Psychiatric Sampel: kembali ( t = 41,30, P <0,001)
Patients Sampel dalam penelitian ini 2.192 pasien dengan dan lama tinggal di rumah sakit pengobatan
rentang usia sekitar 13-65 tahun yang sudah di ( t = 39,10, P <0,001)
Penulis: rawat dari tahun 2009-2014
Sara Niksalehi, Sholeh Namazi,
Monavar Tashk Intervensi:
Dilakukannya psikoedukasi oleh psikolog dan
Publisher: perawat kepada seluruh anggota keluarga terdekat
Hormozgan Medical Journal. pasien. Isi dari psikoedukasi ini adalah : a.
2019 December; 23(4):e86970 Pendahuluan, b. Pengertian penyakit, c. Gejala dan
Faktor Resiko, d. Infromasi mengenai pengobatan,
efek samping, resiko pengobatan yang tidak
efektif, deteksi dini kambuh ulang, e. Pencegahan
kambuh ulang:pentingnya mengikuti subjek dan
peran mereka saat kambuh: komunikasi terjadwal
dengan dokter, pengobatan kepatuhan, jumlah
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
dan kualitas tidur, perlindungan pasien dan
mengetahui pasien tidak bersalah, peran stres dan
manajemennya, gejala melakukan bunuh diri dan
pengelolaannya, melibatkan kesabaran untuk
beberapa kemungkinan kegiatan

Instrumen:
Lembar infromasi
7. Jurnal : Design : Pada penelitian ini didapatkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Efektivitas intervensi Desain dalam penelitian ini adalah true angka kekambuhan (Relap) sehingga dapat direflekasikan dan
psikoedukasi keluarga terhadap experimental pre post test with control group pada kelompok intervensi lebih dikembangkan untuk menurunkan
kekambuhan pasien skizofrenia sedikit dibandingkan kelompok
angka kekambuhan pasien
Sampel : kontrol yaitu 2,04% dibanding-
Penulis : Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 kan 12,24%. Terdapat skizofrenia. Tahapan-tahapan
Rini Gusya Liza, Bahagia Loebis, orang responden. perbedaan yang bermakna pelaksanaan psikoedukasi ini bisa
Vita Camellia angka kekambuhan antara dilakukan oleh semua perawat,
kelompok intervensi dengan karena pelaksanaannya mudah dan
Publisher : Intervensi : kelompok kontrol dengan p = dapat memberikan kontribusi
Majalah Kedokteran Andalas, Sesi-sesi psikoedukasi keluarga antara lain joining 0,049 (p < 0,05). terhadap perkembangan kesehatan
Vol. 42, No. 3, September 2019, session (Sesi bergabung), educational workshops
jiwa pasien.
Hal. 128-136 (Lokakarya pendidikan) dan ongoing
psychoeducation sessions (Sesi psikoedukasi
berkelanjutan). Sesi bergabung terdiri dari sesi
bergabung I, II, dan III, yang masing-masing
dilakukan satu kali pertemuan selama satu jam
setiap sepuluh hari. Lama dari sesi bergabung ini
lebih kurang satu bulan. Pada masing-masing sesi
bergabung dilakukan tugas-tugas sesuai dengan
buku pedoman psikoedukasi keluarga.
Pada lokakarya pendidikan dilakukan seminar satu
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
hari dengan mengundang semua kelompok
anggota kelompok I. Adapun materi lokakarya
adalah Penjelasan tentang pengertian, penyebab
dan pengobatan skizofrenia, dampak skizofrenia
pada keluarga, penjelasan tentang psikoedukasi
keluarga dan diskusi.
Sesi psikoedukasi berkelanjutan ini dilakukan
minimal satu kali sebulan selama 5 bulan. Sesi ini
diusahakan dalam format kelompok multi-family
dimana dihadiri oleh beberapa anggota keluarga
dan pasien, bila tidak memungkinkan di lakukan
dalam format keluarga tunggal. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada sesi ini antara lain; sosialisasi,
mengidentifikasi isu-isu saat ini, melakukan
pemecahan masalah terstruktur (Menetapkan
masalah, memberikan solusi-solusi, mendiskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing solusi,
memilih solusi terbaik dan membentuk rencana
aksi).
Pada akhir penelitian diberikan kuesioner
penilaian jumlah kekambuhan pada kedua
kelompok.

Instrumen :
Lembar kuisioner penilaian jumlah kekambuhan
pada kedua kelompok.
8. Judul : Design: Hasil: Dibandingkan dengan Penelitian ini belum bisa diterapkan
Effectiveness of the Japanese Desain studi Ini adalah studi kelompok paralel TAU saja, SM-FPE plus TAU tidak karena Minat yang bersaing dalam
standard yang dikelompokkan berdasarkan onset baru / secara signifikan meningkatkan Penerapan SM-FPE tidak mengubah
family psychoeducation on the psikosis kronis dan lokasi implementasi di Jepang. semua pengasuh ' hasil individu. pengasuh ' T-kecemasan atau
mental Efek langsung meningkatkan hasil individu lainnya.
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
health of caregivers of young dari intervensi diamati pada Ketika beban mereka
adults with Sampel: pengasuh pasien kronis sebagai dipertimbangkan secara
schizophrenia: a randomised Subjek dalam penelitian ini adalah pasien perbaikan signifikan dari keseluruhan, ada bukti manfaat
controlled trial gangguan psikotik dan pengasuh utamanya. keseluruhan kondisi kesehatan intervensi pada keadaan kesehatan
Kriteria inklusi untuk pasien berusia antara 15 dan mental mereka pada 10 mental keseluruhan dari pengasuh
Penulis : 39 tahun, untuk saat ini menerima perawatan minggu, yang secara tidak pasien kronis. Namun, efek
Nao Shiraishi1 , Norio rawat jalan, dan untuk memenuhi kriteria langsung berlanjut hingga 14 intervensi tersebut tidak diamati
Watanabe, Fujika Katsuki, diagnostik dari Manual Diagnostik dan Statistik. minggu. Namun, efek intervensi dalam hasil terintegrasi dari pasien
Hajime Sakaguchi and Tatsuo Kriteria inklusi untuk pengasuh harus berusia yang baru saja onset. Program
tersebut tidak diamati pada
Akechi1 antara 20 dan 74 tahun, diklasifikasikan sebagai intervensi membutuhkan bukti yang
pengasuh pasien yang baru lebih kuat bahwa itu mendukung
memiliki salah satu hubungan berikut dengan
Publisher : pasien: orang tua, pasangan, saudara kandung, mulai. keluarga sebelum diseminasi lebih
BMC Psychiatry (2019) atau telah tinggal dengan pasien selama lebih dari luas.
3 bulan, dan untuk memainkan peran utama Peneliti gagal menunjukkan efek
dalam perawatan pasien. Kami mengecualikan SM-FPE pada Kecemasan dan hasil
pengasuh yang telah dinilai tidak cocok untuk individu lainnya dari pengasuh
berpartisipasi dalam penelitian ini karena alasan keluarga dewasa muda dengan
apa pun oleh skizofrenia. Analisis menunjukkan
psikiater yang bertanggung jawab atas pasien. bahwa kegagalan dalam
membuktikan kegunaan intervensi
Intervensi: keluarga sebagian dapat dikaitkan
74 perawat pasien rawat jalan berusia 30,1 tahun dengan kurangnya efektivitas dalam
(rata-rata) secara acak ditugaskan untuk menerima hasil terintegrasi dari para
TAU (pengobatan seperti biasa) sendiri atau TAU pengasuh. dari pasien baru-baru ini,
plus SM-FPE. Semua hasil diukur pada awal, pada di mana beban faktor kecemasan
akhir intervensi (10 minggu), dan 1 bulan setelah dan depresi lebih tinggi daripada
intervensi (14 minggu). Hasil utama adalah sifat beban perawatan dan emosi yang
kecemasan pengasuh pada 14 minggu. Hasil diekspresikan.
sekunder termasuk pengasuh ' kecemasan negara, Alasan utama untuk hasil negatif ini
tekanan psikologis, beban perawatan, dan emosi mungkin karena penggunaan
tindakan umum untuk menilai emosi
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
yang diekspresikan. negatif. Meskipun minat utama kami
Intervensi adalah para pengasuh 'predisposisi
SM-FPE terdiri dari sesi pendidikan (45 menit), kecemasan, kuesioner khusus
istirahat (15 menit), dan sesi kelompok (60 menit), psikosis mungkin lebih sensitif untuk
yang berlangsung setiap 2 minggu selama 8 mengevaluasi kecemasan keadaan
minggu. Program format kelompok dilakukan oleh mereka (misalnya Kuesioner Evaluasi
tim multidisiplin yang terdiri dari tiga sampai enam Keterlibatan). Alasan lain mungkin
anggota yang dipilih dari psikiater, psikolog klinis, efek lantai dalam tindakan penilaian.
perawat, terapis okupasi, dan pekerja sosial Dalam kasus STAI, skor 20,5% untuk
psikiatri. Kelompok kecemasan-T dan 30,1% untuk
individu termasuk tiga sampai lima pengasuh Sanxiety pada awal kurang dari 30%
utama, tetapi bukan kerabat mereka yang sakit. dari setiap skor standar, sesuai
Sesi pendidikan diberikan kepada sekelompok dengan kategori kecemasan
pengasuh sebagai ceramah interaktif yang rendah. Alasan lain yang mungkin
disesuaikan dengan masalah-masalah yang masih adalah perjalanan alami
muda. kecemasan dan bias keinginan
sosial, yang dapat dilihat pada
Instrumen: penurunan 5,2 poin pada
 Lembar Inventaris kecemasan ciri-negara kecemasan-T dan 7,3 poin pada
(STAI). STAI adalah kuesioner laporan diri berisi kecemasan-S pada kelompok TAU
40 item yang mengukur sifat dan kecemasan saja, dari awal hingga 14 minggu,
negara. meskipun para pasien ' kondisinya
telah mengalami sedikit perubahan.
 K6 Ini adalah alat skrining laporan diri singkat
Jenis pengurangan ini dapat
(enam item) yang awalnya dikembangkan
meningkatkan efek lantai pada hasil.
untuk mendeteksi gangguan depresi dan Terlepas dari faktor-faktor ini yang
kecemasan pada populasi umum. Skor total dapat merusak evaluasi kegunaan
berkisar dari 0 hingga 24 dan batas nilai 9 intervensi, studi pragmatis ini tidak
diadopsi dalam studi validasi di Jepang mengecualikan pengasuh dengan
 Skala sikap keluarga (FAS) kecemasan di bawah ambang batas,
 Tautan ' s skala stigma (LSS) Instrumen laporan karena pemilihan tersebut biasanya
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
mandiri dengan 12 pertanyaan ini dirancang tidak terjadi dalam pengaturan
untuk mengukur devaluasi dan diskriminasi klinis.
yang dirasakan pasien, anggota keluarga, dan Selain itu, SM-FPE dianggap tidak
masyarakat umum terkait penyakit mental. mampu meningkatkan pengasuh '
Penilaian fungsi global (GAF) Skala ini tekanan emosional. Analisis multi-
digunakan untuk melaporkan pasien ' fungsi kelompok menunjukkan bahwa
intervensi
keseluruhan. GAF dinilai dari 0 sampai 100
standar perlu ditingkatkan untuk
sehubungan dengan fungsi psikologis,
mengurangi kecemasan dan depresi
sosial,dan pekerjaan. Diskusi pengasuh orang muda
dengan psikosis baru secara lebih
efektif.

9. Judul : Design: Hasil uji terapi menunjukkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Pengaruh Terapi Psikoedukasi Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif yang epatuhan minum obat ODS sehingga perlu direflikasi dan
Keluarga Skizofrenia Paranoid menggunakan desain eksperimental dengan paranoid pada kelompok dikembangkan untuk meningkatkan
Terhadap Kepatuhan Minum randomized pre post control group design intervensi dan kontrol setelah tingkat kepatuhan dalam meminum
Obat Pasien diberi terapi psikoedukasi obat serta menurunkan angka
Sampel: keluarga kambuh ulang dan dalam
Penulis : Sampel yang digunakan dalam penelitian ini skizofrenia paranoid, kepatuhan pengobatan.
Mohammad Fatkhul Mubin, adalah 38 responden dan ditambahkan 10% minum obat kelompok
Desi Ariyana Rahayu sebagai antisipasi responden yang drop out intervensi lebih baik dan
sehingga jumlah kelompok intervensi 42 orang dan berpengaruh secara bermakna
Publisher : kelompok kontrol 42 orang. dibanding kelompok kontrol
Jurnal KeperawatanLPPM (p=0,00).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intervensi:
Kendal (2019) Dilakukan penilaian kepatuhan minum obat diukur
menggunakan check list yang terdiri dari 3 item
pernyataan terkait kepatuhan minum obat ODS.
Kepatuhan minum obat ODS dengan
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
pengelompokan jawaban , yaitu skor “0“, jika lupa
dan atau menolak minum obat; “1”, jika teratur
minum obat. Kepatuhan minum obat ODS
dikategorikan sebagai berikut: patuh dan
tidakpatuh.

Instrumen:
Instrumen penelitian menggunakan check list
jadwal minum obat sesuai dosis.
10. Judul : Design: Tidak ada perbedaan yang Temuan penelitian ini menunjukkan
The Effectiveness of Family Penelitian ini merupakan metode eksperimen signifikan antara variabel bahwa pendidikan psikologis
Psychological Training on semu dengan desain pre-test dan post-test with penelitian dalam kelompok keluarga efektif dalam menurunkan
Prevention of Recurrence of control group. eksperimen dan kontrol dalam tinggi badan dan mencegah
Sympoms in Patients with pretest (P> 0/05). Hasil analisis kekambuhan pasien gangguan
Sampel: kovariansi menunjukkan bahwa kejiwaan. Oleh karena itu piha
Schizohrenia Spectum
Sampel penelitian adalah 30 pasien gangguan
Disorders mengadakan sesi psikoedukasi pelayanan kesehatan dapat
spektrum skizofrenia yang dipilih dengan metode
keluarga tentang pencegahan mengadakan sesi psikoedukasi secara
sampling tersedia dan secara acak dibagi menjadi
Penulis: gejala relaps (p <0,001, F = terstruktur
dua kelompok yang terdiri dari 15 orang.
Ahmadi A, Farahbakhsh, 182,1), mencegah kekambuhan
Moatamedy Intervensi: gejala negatif gangguan Psikosis
Sesi pelatihan untuk kelompok eksperimen (p <0,05, F = 5,24) dan efektif
Publisher: (keluarga pasien) diadakan selama 2 bulan (8 sesi). mencegah kekambuhan. gejala
IJPN (Nursing Psychiatric of Penelitian ini dilakukan dalam empat langkah positif gangguan Psikosis (p
Journal Iranian) Vol 8 sebagai berikut : <0,001, F = 48,54).
1. sampel di bagi menjadi dua kelompok,
kelompok eksperimen dan kontrol, kemudian
dilakukan pre-test
2. pada tahap kedua, pelatihan dilakukan pada
kelompok eksperimen yaitu keluarga yang menjadi
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
pengasuh utama pasien selama 2 jam sebanyak 8
sesi yang dilakukan seminggu sekali
3.langkah ketiga kedusa kelompok kontrol dan
eksperimen mengisi kuesioner post test
4. setelah itu, enam bulan kemudia di evaluasi
kembali

Instrumen:
Skala gejala positif dan negatif pasien skizofrenia
Tabel 3.2 Matrik Telaahan Jurnal

Nao Shiraishi1 ,Norio


Aspek atanabe, Fujika Mohammad Fatkhul
Outcome Katsuki, Hajime Mubin, Desi Ariyana
Matsuda et al., (2016) Sari, et al (2017) Sulastri et al (2016) Sulung et al., (2018) Niksalehi S et al. (2019) Camellia et al., (2019 Ahmad, et al (2020)
Telaahan Saided F et al. (2018) Sakaguchi and Tatsuo Rahayu
Jurnal Akechi1 (2019)
(2019)

Prosedur Meteode : Meteode : Metode: Metode: Meteode : Metode : Metode : Metode : Metode : Meteode :
pemberian Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan terapi Melakukan psikoedukasi
pengatura kepada pasien kepada keluarga pasien kepada 40 pasien yang pada 70 orang anggota kepada pasien skizoprenia kepada keluarga pasien kepada keluarga pasien keluarga pada kesehatan psikoedukasi keluarga kepada keluarga pasien
skizoprenia. skizoprenia skizoprenia. mental pengasuh dewasa skizofrenia paranoid skizoprenia
n elevasi menderita skizoprenia keluarga dengan
Prosedur: Prosedur: Dilakukannya muda terhadap
posisi Prosedur : Prosedur: yang masing-masing gangguan jiwa di wilayah Sampel dipilih dengan psikoedukasi oleh Prosedur : dengan skizofrenia peningkatan kepatuhan Prosedur:
kepala Penelitian dilakukan di Tidak dijelaskan dibagi kedalam 8 kerja puskesmas kedaton teknik purposive psikolog dan perawat Tahap awal pada minum obat ODS 1. sampel di bagi menjadi
unit perawatan akut dari kelompok yang terdiri Bandar Lampung. sampling sebanyak 16 kepada seluruh anggota penelitian ini keluarga Prosedur : paranoid. dua kelompok, kelompok
dua rumah sakit jiwa Durasi : dari 5 pasien dari tiap orang yang kemudian keluarga terdekat pasien. pasien skizofrenia yang 74 perawat pasien rawat eksperimen dan kontrol,
Jepang yang dijalankan Tidak dijelaskan kelompok dibagi menjadi 2 Isi dari psikoedukasi ini memenuhi kriteria inklusi jalan berusia 30,1 tahun Prosedur : kemudian dilakukan pre-
oleh Departemen Prosedur: kelompok yaitu kelompok adalah : a. Pendahuluan, diberikan informed(rata-rata) secara acak Dilakukan penilaian test
Psikiatri. Semua pasien eksperimen yang b. Pengertian penyakit, c. consent untuk mengikuti ditugaskan untuk kepatuhan minum obat 2. pada tahap kedua,
Prosedur: Pada penelitian ini
yang memenuhi kriteria berjumlah 8 responden Gejala dan Faktor Resiko, sesi-sesi psikoedukasi menerima TAU diukur menggunakan pelatihan dilakukan pada
inklusi diundang untuk Penelitian ini dilakukan di dilakukan dulu diberikan intervensi d. Infromasi mengenai keluarga. Sesi-sesi
(pengobatan seperti biasa) check list yang terdiri dari kelompok eksperimen
berpartisipasi dalam bangsal rawat inap pembagian kuisioner A psikoedukasi sedangkan pengobatan, efeksamping, psikoedukasi keluarga
sendiri atau TAU plus 3 item pernyataan terkait yaitu keluarga yang
penelitian ini. Pasien yang kejiwaan di Rumah Sakit yang berisi data kelompok kontrol yang resiko pengobatan yang antara lain joining session SM-FPE. Semua hasil kepatuhan minum obat menjadi pengasuh utama
setuju untuk berpartisipasi Kesehatan Jiwa kejiwaan responden dan kuisioner juga berjumlah 8 tidak efektif, d. Deteksi (Sesi bergabung), diukur pada awal, pada ODS. Kepatuhan minum pasien selama 2 jam
dalam penelitian di Kota Benha, Seorang B yang berisi pernyataan responden hanya dini kambuh ulang, e. educational workshops akhir intervensi (10 obat ODS dengan sebanyak 8 sesi yang
ditugaskan ke eksperimen pasien skizofrenia keluarga tentang diberikan pendidikan Pencegahan kambuh (Lokakarya pendidikan) minggu), dan 1 bulan pengelompokan jawaban , dilakukan seminggu
atau kontrol kesehatan. Pengumpulan ulang:pentingnya dan ongoingsetelah intervensi (14 yaitu skor “0“, jika lupa sekali
kenyamanan yang kedisiplinan pasien
kelompok. data dilakukan dengan mengikuti subjek dan psychoeducation sessions minggu). Hasil utama dan atau menolak minum 3.langkah ketiga kedusa
Prosedur dalam penelitian memenuhi kriteria inklusi minum obat yang mengisi lembar observasi peran mereka saat (Sesi psikoedukasi adalah sifat kecemasan obat; “1”, jika teratur kelompok kontrol dan
ini dilakukan empat sesi dan pengecualian dibagikan kepada setelah diberikan kambuh: komunikasi berkelanjutan). pengasuh pada 14 minum obat. Kepatuhan eksperimen mengisi
yang mencakup empat termasuk dalam penelitian keluarga pasien dan hasil intervensi psikoedukasi terjadwal dengan dokter, Sesi bergabung terdiri minggu. Hasil sekunder minum obat ODS kuesioner post test
topik : Gejala penyakit ini. Para peneliti bertemu wawancara terhadap pada kelompok pengobatan kepatuhan, dari sesi bergabung I, II, termasuk pengasuh ' dikategorikan sebagai 4. setelah itu, enam bulan
psikotik, hubungan antara setiap pasien secara pasien. Setelah data eksperimen ssebanyak 5 jumlah dan kualitas tidur, dan III, yang masing- kecemasan negara, berikut: patuh dan kemudia di evaluasi
penyakit psikogenik dan individual setelah dikumpulkan dilakukan sesi dalam waktu 2,5 perlindungan pasien dan masing dilakukan satu tekanan psikologis, beban tidakpatuh. kembali
stres, efek utama dan efek minggu dan pendidikan mengetahui pasien tidak kali pertemuan selama perawatan, dan emosi
memperkenalkn diri analisa univariate berupa
samping obat antipsikotik, kesehatan pada kelompok bersalah, peran stres dan satu jam setiap sepuluh yang diekspresikan. Durasi : Durasi :
dan bagaimana pasien mereka kepada pasien presentase tiap variabel, kontrol langsung di rumah manajemennya, gejala hari. Lama dari sesi Intervensi Tidak dijelaskan secara 8 Sesi 2 jam setiap
dapat belajar hidup untuk menjelaskan tujuan dan analisa bivariat responden. melakukan bunuh diri dan bergabung ini lebih
SM-FPE terdiri dari sesi rinci sesinya, dilakukan dalam
dengan penyakit mereka penelitian, memastikan menggunakan uji T- pengelolaannya, kurang satu bulan. pendidikan (45 menit), 2 bulan
di masyarakat. kerahasiaan dan untuk independen. Durasi : melibatkan kesabaran Pada lokakaryaistirahat (15 menit), dan
Waktu pelaksanaan mendapatkan persetujuan 5 sesi dalam waktu 2,5 untuk beberapa pendidikan dilakukansesi kelompok (60 menit),
psikoedukasi ini selama 1 lisan yang diinformasikan minggu kemungkinan kegiatan seminar satu hari dengan yang berlangsung setiap 2
bulan dilakukan 1 minggu mengundang semuaminggu selama 8 minggu.
untuk mencari kerja sama
sekali, dan untuk satu Durasi : kelompok anggota
Program format
pertemuan diberikan peserta sebelum metode Tidak dijelaskan kelompok I. kelompok dilakukan oleh
waktu 60-90 menit. intervensi diterapkan. Sesi psikoedukasi tim multidisiplin yang
Selanjutnya pasien Pekerjaan lapangan berkelanjutan dilakukan terdiri dari tiga sampai
mengisi lembar kuisioner termasuk 40 pasien. Para minimal satu kali sebulan enam anggota yang
yang sudah disediakan. peneliti menyelesaikan selama 5 bulan. dipilih dari psikiater,
kuesioner (pra-program) Setelah selesai sesi
psikolog klinis, perawat,
Durasi : berkelanjutan selama 5 terapis okupasi, dan
Dilakukan seminggu dari pasien selama dua bulan kelurga pasien pekerja sosial psikiatri.
sekali selama 60-90 menit hari seminggu dari dilakukan evaluasi dengan Kelompok
(Total empat kali) 10. Am ke 12, 30. PM, mengisi kuisioner yang individu termasuk tiga
setiap pasien sudah disediakan. sampai lima pengasuh
diwawancarai selama utama, tetapi bukan
setengah jam (5 pasien / Durasi : kerabat mereka yang
6 bulan mulai dari sesi sakit. Sesi pendidikan
hari / 4 minggu). Proses
bergabung sampai sesi diberikan kepada
ini memakan waktu satu psikoedukasi sekelompok
bulan (Januari berkelanjutan. pengasuh sebagai
2017). Data dikumpulkan ceramah interaktif yang
menggunakan metode disesuaikan dengan
wawancara dan masalah-masalah yang
observasional.  masih muda.
Lembaran diisi secara
Durasi :
individual oleh para
peneliti untuk setiap 8-14 minggu
pasien. Sesi dilakukan
selama (Februari hingga
Maret 2017), melalui 2
hari / minggu. Para
peneliti bertemu 4
kelompok pasien setiap
hari dibagi menjadi dua
kelompok dalam sesi, di
mana setiap kelompok
terdiri dari 5
pasien. Isinya diulang
untuk setiap kelompok
oleh para peneliti. Setiap
sesi berlangsung sekitar
45 hingga 60
menit. Jumlah total sesi
adalah 7 (1 Pengantar
tentang program, 2 Sesi
Teoritis dan 3 Praktis dan
sesi akhir bagi pasien
untuk merevisi konten
program dan
mendapatkan gambaran
tentang semua sesi dan
tujuan mereka. Kemudian
Isi alat pengumpulan data
pasca intervensi program
yang digunakan
sebelumnya.

Durasi:
Masa pelaksanaan selama
2 bulan.

Jumlah 56 responden 40 responden 70 responden 20 orang responden. 2192 responden. 50 responden 284 pengasuh keluarga, 38 responden dan 30 responden
sampel 238 ditambahkan 10% sebagai
di antaranya memenuhi antisipasi responden yang
kriteria kelayakan. Dari
drop out sehingga jumlah
74 peserta, 37 secara acak
menerima SMFPE plus kelompok intervensi 42
TAU dan 37 menerima orang dan kelompok
TAU saja. Jumlah kontrol 42 orang
peserta di setiap fasilitas
adalah 24 (RS Yagoto),
21 (RS Jiwa Kusunoki),
12 (RS Toyota-nishi), dan
17 (RS Minami-chita).
Karakteris 1. Usia Tidak dijelaskan 1. Rentang usia: Dari Responden pada Pasien dengan gangguan Merupakan pasien yang Keluarga pasien Kriteria inklusi untuk Tidak jelaskan Pasien merupakan
tik 25 hingga 65 tahun. penelitian ini merupakan jiwa skizofrenia, tidak dirawt dari tahun 2009- skizofrenia yang berperan pasien berusia antara 15 gangguan skizofrena
responden 2. Jenis kelamin
2. Seks: Laki-laki. anggota keluarga pasien dijelaskan secara detail 2014 sebagai caregiver dan
39 tahun, untuk saat ini
yang 3. Kemampuan untuk dengan yang mempunyai karakteristik responden. (Perawat pasien) yang
3. Berapa kali subjek menerima perawatan
diberikan anggota keluarga dengan datang ke Poli Psikiatri rawat jalan, dan untuk
menjalani pemeriksaan menanggapi
intervensi gangguan jiwa di wilayah RSJ Daerah Pemprov memenuhi kriteria
dirawat di rumah sakit pertanyaan dan
kerja Puskesmas Kedaton Sumatera Utara pada diagnostik. Kriteria
menghadiri rapat. Bandar Lampung. Akan Juni-Desember 2014 dan inklusi untuk pengasuh
4. Rejimen antipsikotik
4.  Kesediaan untuk tetapi pada penelitian ini memenuhi kriteria inklusi. harus berusia antara 20
diberikan
berpartisipasi dalam Tidak dijelaskan secara dan 74 tahun,
Skor GAF penelitian. diklasifikasikan sebagai
detail karakteristik
memiliki salah satu
responden hubungan berikut dengan
pasien: orang tua,
pasangan, saudara
kandung, atau telah
tinggal dengan pasien
selama lebih dari 3 bulan.
Alat ukur Kuesioner terstruktur Lembar observasi Personal Evaluations of Lembar observasi Lembar observasi Tidak dijelaskan Lembar kuisioner  Lembar Inventaris Instrumen penelitian skala gejala positif dan
yang kekambuhan pasien Transitions in Treatment penilaian jumlah kecemasan ciri- menggunakan check list negatif skizofrenia
digunakan skizofrenia dan Operating (PETiT) dan -Clinician kekambuhan pada kedua jadwal minum obat sesuai
negara (STAI).
kelompok dosis.
Procedure ofFamily Rating Scale (CRS)  Lembar K6
Psychoeducatin Therapy  Skala sikap
keluarga (FAS)
 Tautan ' s skala
stigma (LSS)
Penilaian fungsi global
(GAF)
Outcome Pada kelompok Dari hasil uji statistik Berdasarkan temuan Hasil penelitian ini Intervensi psikoedukasi Penelitian menunjukkan Pada penelitian ini Penelitian ini belum bisa Hasil uji terapi Tidak ada perbedaan yang
intervensi, skor rata-rata didapatkan p penelitian ini, menunjukan terdapat lebih efektif bahwa penerimaan didapatkan angka diterapkan karena Minat menunjukkan kepatuhan signifikan antara variabel
untuk semua pengukuran value (0,000) < 0,05 tang disimpulkan bahwa perubahan bermakna meningkatkan kepatuhan psikoedukasi oleh kekambuhan (Relap) pada yang bersaing dalam minum obat ODS penelitian dalam
berobat pasien skizofrenia keluarga berpengaruh paranoid pada kelompok
secara signifikan lebih artinya family program psiko-pendidikan kemandirian dan kelompok intervensi lebih Penerapan SM-FPE tidak kelompok eksperimen dan
daripada pendidikan positif terhadap tingkat intervensi dan kontrol
baik setelah intervensi psychoeducation memiliki efek appositive kepatuhan berobat setelah kesehatan penerimaan kembali ( t = sedikit dibandingkan mengubah pengasuh ' T- setelah diberi terapi kontrol dalam pretest (P>
dibandingkan sebelum memberikan pengaruh untuk pasien skizofrenia diberikan terapi 41,30, P <0,001) dan lama kelompok kontrol yaitu kecemasan atau psikoedukasi keluarga 0/05). Hasil analisis
intervensi. terhadap kekambuhan pada kepatuhan mereka keperawatan (p- value< tinggal di rumah sakit 2,04% dibanding-kan meningkatkan hasil skizofrenia paranoid, kovariansi menunjukkan
penderita skizofrenia terhadap obat antipsikotik α=0,05). Terhadap ( t = 39,10, P <0,001) 12,24%. individu lainnya. SM-FPE kepatuhan minum obat bahwa mengadakan sesi
di Kota Kediri. dengan nilai pValue= hubungan erat antara dianggap tidak mampu kelompok intervensi lebih psikoedukasi keluarga
0,000 kemandirian dan meningkatkan pengasuh ' baik dan berpengaruh tentang pencegahan gejala
kepatuhan berobat ( p- tekanan emosional. secara bermakna relaps (p <0,001, F =
value<α=0,005. dibanding kelompok 182,1), mencegah
Meningkatkan kontrol (p=0,00). kekambuhan gejala
kemandirian pasien negatif gangguan Psikosis
terhadap minum obat. (p <0,05, F = 5,24) dan
efektif mencegah
kekambuhan. gejala
positif gangguan Psikosis
(p <0,001, F = 48,54).

Kesimpulan : Berdasarkan analisis 10 jurnal yang terdiri dari 5 jural nasional dan 5 jurnal internasional dapat disimpulkan bahwa intervensi psikoedukasi kepada keluarga dapat mempenga ruhi proses perawatan pasien terutama mencegah kekambuhan akibat putus obat. Sehingga penerapan
psikoedukasi dapat dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal seperti durasi intervensi selama minimal 3 bulan dengan beberapa sesi yang memfokukan pada pengobatan pasien sehingga tidak terjadi putus obat. Peran serta keluarga dan kemampuan pemberi psikoedukasi menjadi penentu
dalam keberhasilan psikoedukasi keluarga ini.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pencarian literatur menghasilkan beberapa jurnal yang kami anggap dapat dijadikan

bukti ilmiah dalam memberikan psikoedukasi keluarga. Semua jurnal diperiksa oleh masing-

masing anggota kelompok dan kami tidak menghubungi penulis jurnal untuk

mengkonfirmasi atau menanyakan data yang dianggap kurang jelas. Dari beberapa jurnal

yang didapatkan, kami menelaah 10 jurnal yang melibatkan intervensi yang bertujuan

melihat efektifitas psikoedukasi keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien

dengan gangguan jiwa yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Desain penelitian

yang digunakan adalah pra eksperimen, quasy eksperimen, true eksperimen dan RCT. Kami

meninjau dan menyusun bahasan dari setiap jurnal tentang prosedur intervensi psikoedukasi

keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien gangguan jiwa.

Pada penelitian Matsuda, et al (2016), intervensi psikoedukasi keluarga terdiri dari 4

sesi yang mencakup 4 topik yaitu gejala penyakit psikotik, hubungan penyakit psikogenik

dan stres, efek utama dan efek samping obat psikotik dan bagaimana pasien dapat belajar

hidup dengan penyakit mereka di masyarakat. Sesi ini dilakukan seminggu sekali selama 60-

90 menit (total 4 kali pertemuan) dalam pengaturan grup tertutup. Responden pada penelitian

ini merupakan keluarga pasien dengan rentang usia 25-65 tahun sebanyak 56 orang. Pada

penelitian ini disebutkan hanya dapat dilakukan oleh perawat yang sudah melakukan

pelatihan NPE (Nursing Psycoeducation).

Penelitian Zaki, et al (2018) menjelaskan mengenai intervensi psikoedukasi terdiri

dari 7 sesi yaitu sesi pertama: peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dilakukan

psikoedukasi dan mendengarkan perasaan dan masalah peserta; sesi kedua: mendiskusikan

definisi, gejala positif dan negatif serta pengobatan skizofrenia; sesi ketiga: mengidentifikasi

komplikasi dan konsekuensi penyakit dan efek samping obat-obatan; sesi keempat: berlatih

langkah-langkah untuk mematuhi obat-obatan; sesi kelima: menerapkan teknik relaksasi otot
untuk pasien; sesi keenam: melatih pasien tentang keterampilan memecahkan masalah; sesi

ketujuh: ringkasan dan kesimpulan, meninjau bahan terlatih dan menerima umpan balik dari

pasien. Intervensi ini dilakukan sebanyak 7 sesi, masing-masing berlangsung 45-60 menit

dan dilakukan setiap hari. Penelitian dilakukan kepada keluarga pasien sebanyak 40

responden dengan rentang usia 25-65 tahun. Menurut Zaki, et al (2018), intervensi ini

bersifat aplikatif dan dapat dikembangkan untuk mencegah kekambuhan dan meningkatkan

kepatuhan pengobatan.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaki, et al (2018), proses intervensi

yang dilakukan pada penelitian Niksalehi, et al (2019) memiliki tahapan yang sama yaitu

pendahuluan, menjelaskan penyakit, gejala dan faktor resiko, informasi mengenai

pengobatan, efek samping, resiko pengobatan yang tidak efektif, deteksi dini kambuh ulang,

serta pencegahan kambuh ulang dengan menjelaskan mengenai pentingnya mengikuti subjek

dan peran mereka saat pasien kambuh, komunikasi terjadwal dengan dokter, pengobatan

kepatuhan, jumlah dan kualitas tidur, perlindungan pasien dan mengetahui pasien tidak

bersalah, peran stres dan manajemennya, gejala melakukan bunuh diri dan pengelolaannya,

serta melibatkan kesabarab untuk beberapa kemungkinannya. Penelitian memiliki jumlah

responden terbanyak yaitu 2092 pasien yang sudah dirawat dari tahun 2009-2014 dengan

rentang usia 13-65 tahun. Intervensi ini bersifat aplikatif dan dikembangkan untuk

menurunkan angka kambuh ulang dan dalam pengobatan.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Liza (2019), sesi psikoedukasi keluarga antara

lain joining session, educational workshops dan ongoing psychoeducation sessions. Sesi

bergabung terdiri dari sesi bergabung I, II, dan III, yang masing-masing dilakukan satu kali

pertemuan selama satu jam setiap sepuluh hari. Lama dari sesi bergabung ini lebih kurang

satu bulan. Pada lokakarya pendidikan dilakukan seminar satu hari dengan mengundang

semua kelompok anggota kelompok. Adapun materi yang disampaikan pada sesi

educational workshops ini sama dengan intervensi yang dijelaskan oleh dan Niksalehi et al

(2019) dan Zaki, et al (2018) yaitu penjelasaan mengenai pengertian, penyebab dan
pengobatan skizofrenia, dampak skizofrenia pada keluarga, penjelasan tentang psikoedukasi

keluarga dab diskusi. Ongoing psychoeducation sessions dilakukan minimal satu kali

sebulan selama 5 bulan dengan melakukan kegiatan diantaranya sosialisasi, mengidentifikasi

isu-isu saat ini, melakukan pemecahan masalah terstruktur. Setelah selesai sesi berkelanjutan

selama 5 bulan kelurga pasien dilakukan evaluasi dengan mengisi kuisioner yang sudah

disediakan. Durasi psikoedukasi selama 6 bulan mulai dari joining session sampai ongoing

psychoeducation sessions. Responden pada penelitian ini adalah keluarga pasien sebanyak

50 orang. Menurut Liza et al (2019), intervensi ini bersifat aplikatif dan dapat dilakukan oleh

semua perawat karena pelaksanaanya mudah dan memberikan konttribusi terhadap

perkembangan kesehatan jiwa pasien.

Berdasarkan telaah melalui kaidah Validity, Importancy dan Appliicability (VIA)

10 jurnal diatas, maka keputusan klinis yang diambil dipersempit menjadi 4 jurnal yang

memenuhi VIA terlengkap. Dari 10 jurnal di atas menunjukan bahwa semua penelitian

menyebutkan ada pengaruh yang signifikan terkait efektifitas psikoedukasi keluarga terhadap

kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa diantaranya penelitian yang

dilakukan oleh Matsuda et al (2016), Zaki et al (2018), Sulastri et al (2016), Sulung et al

(2018) dan Mubin et al (2019) menghasilkan nilai p<0,005 yang artinya psikoedukasi

keluarga memberikan pengaruh terhadap kepatuhan minum obat pasien dengan gangguan

jiwa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2017), Niksalehi et al (2019),

Liza et al (2019), dan Ahmadi et al (2020) menunjukkan adanya pengaruh psikoedukasi

keluarga terhadap pencegahan relaps atau kekambuhan pada pasien akibat tidak patuh obat.

Pasien skizofrenia memerlukan treatment yang komprehensif, artinya memberikan

perawatan medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka

beradaptasi dengan konsekuensi atau akibat dari gangguan tersebut, dan layanan sosial untuk

membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat

memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu perawatan yang

biasa diberikan kepada pasien skizofrenia adalah terapi biologis seperti terapi obat. Hal ini
perlu dipahami oleh pasien dan keluarganya dengan memberikan pemahaman melalui

intervensi psikoedukasi (Stuart & Laraia, 2007 dalam Sulung, 2018).

Psikoedukasi keluarga adalah sebuah metode yang digunakan dalam rangka

memberikan informasi dan keterampilan melakukan perawatan kesehatan mental kepada

anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Luaran psikoedukasi keluarga ialah

menjadikan keluarga sebagai pelaku asuh bagi pasien dengan gangguan jiwa (Ngoc, Weiss,

& Trung, 2016; Dewi, Daulima, & Wardan, 2020).

Psikoedukasi keluarga telah terbukti menjadi intervensi yang efektif untuk pasien

dengan skizofrenia dan anggota keluarga mereka (Song et al., 2015 dalam Liza, 2019).

Psikoedukasi dikenal untuk mengurangi tingkat kekambuhan dan rawat inap di beberapa

gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, depresi dan gangguan bipolar. Hal ini sejalan dengan

penelitian Chen, et al., (2018); Connolly, et. al., (2018) menyebutkan keefektifan

psikoedukasi keluarga yaitu pada gangguan jiwa skizofrenia/ psikosis, manik, bipolar,

depresi, Autis dan gangguan mood pada remaja.

Disamping efektif dalam sebagian jenis gangguan jiwa, psikoedukasi keluarga juga

efektif dalam mencegah kekambuhan pasien dengan gangguan jiwa pada pasien skizofrenia/

psikosis, bipolar, manik, depresi (Mukherjee, 2017; Reins et. al., 2018). Efektivitas

pencegahan kekambuhan tersebut antara lain telah dibuktikan dibeberapa negara antara lain:

Brazil (Lima, et al., 2017); Jepang (Shiraishi, et. al, 2019); Iran (Mirsepassi, et al., 2018);

Nepal (Gupta, et al., 2018); Prancis (Villani, 2019); Indonesia khususnya di Yogyakarta

(Marchira, et. al., 2019). Sedangkan penelitian Harvey, (2018) menyebutkan metode ini

efektif dilaksanakan dihampir sebagian besar di dunia.

Keefektifan tersebut pada peningkatan pemahaman keluarga, menyediakan sumber

daya dan dukungan, menghasilkan peningkatan keteraturan kontak dengan penyedia

kesehatan, kepatuhan dengan farmakoterapi dan menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku

kekerasan (Fahrizal, Mustikasari & Daulima, 2020). Dengan demikian, biaya kesehatan

mental yang signifikan dan penderitaan manusia yang substansial dapat dihindari dengan
partisipasi pasien dan anggota keluarga pada intervensi yang murah ini (Kluge, 2013 dalam

Liza, 2019).

Bukti dari meta-analisis menunjukkan bahwa psikoedukasi untuk pasien skizofrenia

dan keluarga mereka dapat mengurangi angka relap dan mempunyai efek positif pada pasien

dan keluarga seperti mengurangi beban keluarga. Intervensi yang lebih dari 3 bulan lebih

efektif dibandingkan intervensi singkat (Liza, 2019).

Bukti terbaru efektivitas psikoedukasi, suatu strategi terapi non-farmakologi dalam

pengobatan pasien skizofrenia dan keluarga mereka dinilai dengan metaanalisis/ review dan

studi tunggal yang penting setelah meta-analisis diterbitkan. Ditemukan bahwa psikoedukasi

untuk pasien dengan skizofrenia dan keluarga mereka dapat mengurangi tingkat kekambuhan

pasien ini; intervensi keluarga jangka panjang (yaitu, dengan jangka waktu lebih dari 3

bulan) sangat membantu. Studi meta-analisis oleh Cochrane Schizophrenia Group Trials

yang menilai semua studi randomized controlled trials relevan yang berfokus pada

psikoedukasi pada skizofrenia dan gangguan mental berat lainnya, menyimpulkan

psikoedukasi dapat mengurangi kekambuhan (relap), remission dan mendorong kepatuhan

terhadap pengobatan dan juga mengurangi lama dirawat di rumah sakit selain itu efektif

secara klinis dan menguntungkan secara finansial (Xia et al., 2011 dalam Liza, 2019).

Dengan mengikuti psikoedukasi keluarga anggota keluarga care giver mendapatkan

pengetahuan tentang skizofrenia terutama mengenai diagnosis, etiologi, perjalanan penyakit

dan terapi, sehingga caregiver lebih memahami tentang penyakit pasien. Psikoedukasi

keluarga juga melatih membentuk koping, keterampilan memecahkan masalah, memperbaiki

komunikasi dan mengurangi stress (Center for Mental Health Services, 2009 dalam Liza,

2019).

Pemberian informasi yang lengkap tentang apa yang terjadi pada pasien skizofrenia

serta bagaimana cara perawatannya dapat meningkatkan pengetahuan keluarga sehingga

kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan skizofrenia juga lebih meningkat.

Pemberian motivasi dan dorongan kepada keluarga juga dapat mengurangi perasaan cemas
dan khawatir keluarga pasien. Penggunaan modul sebagai alat bantu pembelajaran dalam

pelaksanaan intervensi psikoedukasi ini ternyata juga sangat bermanfaat, karena pemahaman

keluarga ternyata lebih meningkat apabila pembelajaran diberikan dengan metode audio

visual, tidak hanya dengan audio atau visual saja. Dengan adanya materi-materi tiap sesi

psikoedukasi yang terdapat di dalam modul membuat keluarga lebih memahami tentang

skizofrenia. Selain itu, dengan adanya gambar-gambar yang terdapat di dalam modul juga

akan lebih membantu dalam pemberian intervensi psikoedukasi (Sulung, 2018).

Hambatan dalam pelaksanaan psikoedukasi keluarga ialah masih adanya stigma pada

masyarakat secara umum yang cenderung dapat mempengaruhi hasil psikoedukasi keluarga

dan keterbatasan sumber daya rumah sakit (Mirsepassi, et al., 2018); keenganan

menerapkannya (Lima, et al., 2017). Stigma disebabkan karena ketidaktahuan tentang pasien

dnegan gangguan jiwa (Tristiana, Fitryasari, & Nihayati, 2018) dan proses penyembuhan

serta pencegahan kekambuahan yang pada akhirnya dapat mempengaruhi ketidakmauan

keluarga untuk merawat dan mendukung program pemulihan dan pencegahan kekambuhan

pasien dnegan gangguan jiwa di rumah. Stigma dapat mencegah individu dan kelompok

untuk diterima seutuhnya secara sosial (Smetana, 2020); dan cenderung membuat keluarga

mengucilkan orang dengan gangguan jiwa karena dianggap aib keluarga. Keterbatasan

sumberdaya rumah sakit juga menjadi hambatan dalam pelaksanaan psikoedukasi.

Keterbatasan ini lebih dikaitkan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang melaksanakan

psikoedukasi (Mirsepassi, et al., 2018).


BAB V

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Chien, W. T., Cheng, H. Y., McMaster, T. W., Yip, A. L., & Wong, J. C. (2019).
Effectiveness of a mindfulness-based psychoeducation group programme for
early-stage schizophrenia: An 18-month randomised controlled
trial. Schizophrenia research, 212, 140-149.

Connolly, S., Grasser, K. C., Chung, W., Tabern, K., Guiou, T., Wynn, J., & Fristad,
M. (2018). Multi-family psychoeducational psychotherapy (MF-PEP) for
children with high functioning autism spectrum disorder. Journal of
Contemporary Psychotherapy, 48(3), 115-121.

Fahrizal, Y., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. C. (2020). Changes in The Signs,
Symptoms, and Anger Management of Patients with A Risk of Violent
Behavior After Receiving Assertive Training and Family Psychoeducation
Using Roy’s Theoretical Approach: A Case Report. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 23(1), 1-14.

Harvey, C. (2018). Family psychoeducation for people living with schizophrenia and
their families. BJPsych Advances, 24(1), 9-19.

Lima, F., Selau, T., Menegalli, V., Magalhães, P., & Rosa, A. (2017). Brief family
psycho-education program for caregivers of inpatients with severe mental
illness. European Psychiatry, 41(S1), s789-s789.

Liza, R. G., Loebis, B., & Camellia, V. (2019). Efektivitas intervensi psikoedukasi
keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Majalah Kedokteran
Andalas, 42(3), 128-136.

Mirsepassi, Z., Tabatabaee, M., Sharifi, V., & Mottaghipour, Y. (2018). Patient and
family psychoeducation: Service development and implementation in a center
in Iran. International Journal of Social Psychiatry, 64(1), 73-79.

Mukherjee, S. (2017). Impact of psycho-education on burden and other correlates of


caregivers of patients suffering from bipolar mood disorder. Indian Journal
of Positive Psychology, 8(1), 87.

Ngoc, T. N., Weiss, B., & Trung, L. T. (2016). Effects of the family schizophrenia
psychoeducation program for individuals with recent onset schizophrenia in
Viet Nam. Asian journal of psychiatry, 22, 162-166.

Reins, J. A., Boß, L., Lehr, D., Berking, M., & Ebert, D. D. (2019). The more I got,
the less I need? Efficacy of Internet-based guided self-help compared to
online psychoeducation for major depressive disorder. Journal of affective
disorders, 246, 695-705.
Sari, D. K., & Wardani, L. K. (2017). Efektifitas Pemberian Family Psychoeducation
(Fpe) terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia di Kota
Kediri. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 48-52.

Smetana, M. (2020). (De-) stigmatising the outsider: nuclear-armed India, United


States, and the global nonproliferation order. Journal of International
Relations and Development, 23(3), 535-558.

Sulung, N., & Foresa, N. (2018). Efektifitas intervensi psikoedukasi terhadap


kepatuhan berobat pasien Skizofrenia. Real in Nursing Journal, 1(1), 1-11.

Tristiana, R. D., Yusuf, A., Fitryasari, R., Wahyuni, S. D., & Nihayati, H. E. (2018).
Perceived barriers on mental health services by the family of patients with
mental illness. International journal of nursing sciences, 5(1), 63-67.
LAMPIRAN

Tabel Hasil Penelaahan Jurnal VIA


V I A
No. Jurnal
(Validity) (Importanty) (Applicability)
1. Judul : V1. Validitas Seleksi Pada kelompok intervensi, skor Psikoedukasi NPE ini dapat
Effects of the nursingJumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 56 orang rata-rata untuk semua pengukuran diterapkan dalam pemberian asuhan
psychoeducation program on the responden. secara signifikan lebih baik setelah keperawatan pada pasien skizofrenia,
acceptance of Kriteria inklusi : Telah didiagnosis dengan skizofrenia
intervensi dibandingkan sebelum namun penerapan intervensi ini harus
medication and condition-specific menurut Klasifikasi Internasional Penyakit-revisi :
knowledge of patients with 2013 (ICD-10 : kode F20 sampai F25), diberikan obat intervensi. Berdasarkan hal tersebut dilakukan oleh perawat yang sudah
schizophrenia antipsikotik oral, bisa menghadiri sesi satu jam, psikoedukasi dapat mengikuti pelatihan NPE.
mampu verbal komunikasi, dan berusia ≧ 20. direkomendasikan sebagai
Penulis : Kriteria eksklusi : Memiliki disabilitas intelektual, intervensi pada pasien skizoprenia
Mitsunobu Matsuda, Ayumi Kohno menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dan sebagai upaya untuk meningkatkan
sulit untuk duduk selama sesi. pengetahuan pasien.
Publisher : Kesimpulan:
Archives of Psychiatric Nursing,Penelitian ini menjelaskan secara general tentang subjek,
2016 kriteria inklusi dan ekslusinya.

V2. Validitas Informasi


Rancangan penelitian yang digunakan quasi-experimental
study involving convenience samples, a non-
equivalent control group, and a pre-test/post-test
design. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi lembar
kuisioner setelah diberikan intervensi psikoedukasi
pada kelompok intervensi sebanyak 4 sesi dalam
waktu 1 bulan yang dilalakukan 1 minggu sekali.
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
lembar kuisioner.

V3. Validitas Pengontrolan Perancu


Tidak dijelaskan faktor perancu dalam penenlitian ini

V4. Validitas Analisis


Pada kelompok intervensi, skor rata-rata untuk semua
pengukuran secara signifikan lebih baik setelah
intervensi dibandingkan sebelum intervensi. Selama
perbandingan sebelum/sesudah intervensi, file
interaksi kelompok x waktu berpengaruh signifikan
terhadap skor total MPS (F (1, 41) = 24,85, p <0,01).
Selanjutnya, interaksi kelompok x waktu memiliki
pengaruh signifikan terhadap “kemanjuran
pengobatan” skor subskala (F (1, 41) = 14,69, p
<0,01), dan efek utama yang signifikan dari waktu
pada ketakutan akan skor subskala pengobatan
penghentian juga terdeteksi. Namun waktu tidak
memiliki pokok yang berarti efek pada skor subskala
“kekhawatiran tentang efek samping”, kemudian efek
interaksi kelompok x waktu tidak signifikan. Total
skor DAI-10 secara signifikan dipengaruhi oleh waktu
x kelompok interaksi (F (1, 41) = 9,18, p <0,01).
Efek utama yang signifikan dari waktu terdeteksi pada
total skor KIDI (F (1, 41) = 11,52, p<0.01) dan skor
subskala “pengetahuan obat” (F (1, 41) = 16.32,
p<0.01), tetapi skor ini tidak dipengaruhi secara
signifikan oleh interaksi kelompok x waktu.
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat, terdapat sajian data
univariat dan bivariat.

V5. Validitas Eksterna


Temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang menemukan hal tersebut
memberikan psikoedukasi kepada pasien skizofrenia
efektif dalam meningkatkan pengobatan kepatuhan
(Xia et al., 2011; von Maffei et al., 2015).
Lebih jauh, penelitian ini mendukung penelitian
kualitatif Matsuda (2008), menemukan bahwa pola
pikir penderita skizofrenia ditandai dengan
"kecurigaan dan ketakutan tentang narkoba" sebelum
mereka berpartisipasi dalam sesi NPE, sedangkan itu
ditandai dengan "ketergantungan pada obat" dan
kemampuan untuk "mempertahankan hidup normal
dengan pengobatan". Berdasarkan penelitian ini, dapat
dikatakan bahwa NPE memberikan kontribusi untuk
perbaikan penerimaan pasien terhadap pengobatan.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
Judul: V1. Validitas Seleksi Family Psychoeducation Therapy Penulis tidak menjelaskan mengenai
Efektifitas Pemberian FamilyPopulasi dalam penelitian ini adalahanggota keluarga yang (FPE) merupakan salah satu cara kemudahan pengaplikasian intervensi
Psychoeducation (Fpe) Terhadap merawat pasien skizofrenia di Kota Kediri dengan untuk membantu meningkatkan dalam jurnal.
Kepatuhan Minum Obat Penderita jumlah penderita skizofrenia yaitu 103 orang. kemampuan keluarga pasien
Skizofrenia Di Kota Kediri Sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai skizofrenia dalam merawat pasien
dengan kriteria inklusi dan eksklusi adalah 20 di rumah. FPE merupakan terapi
Penulis: responden keluarga untuk membantu
Dhita Kurnia Sari, Lingga KusumaKesimpulan: memandirikan keluarga pasien
Wardani Penelitian ini tidak menjelaskan tentang ketepatan subjek untuk merawat pasien skizofrenia
dan kriteria inklusinya dan kriteria eksklusinya. di rumah.
Publiser:
STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan
6 Vol.1 No.1 Oktober 2017. hlm 48V2. Validitas Informasi
± 52 Rancangan penelitian yangdigunakan adalah eksperimen
dengan menggunakan metode pra eksperimen. Jenis
yang digunakan adalah pre-test and post-test grup.
Desain ini observasi dilakukan 2 kali yaitu sebelum
intervensi dan sesudah intervensi. Data yang sudah
dikumpulkan di masukan ke dalam lembar observasi
dan dianalisis menggunakan Mc Nemar Test dengan
level signifikansi α<0,05

Kesimpulan:
Pada penelitian ini kurang menjelaskan prosedur
intervensi pada jurnal.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V3. Validitas Pengontrolan


Tidak dijelaskan adanya perancu pada penelitian ini.
V4. Validitas Analisis
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan
terapi psikoedukasi keluarga tentang kepatuhan
minum obat penderita skizofrenia. Analisa data dalam
penelitian ini menggunakan Mc Nemar Test dengan
level signifikansi α<0,05.

kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate

V5. Validitas Eksterna


Dalam pembahasan tidak menonjolkan beberapa
pembahasan dari penelitian orang lain baik sejalan
ataupun tidak.
Kesimpulan :
Tidak terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.

2. Judul: V1. Validitas Seleksi  Berdasarkan temuan penelitian ini, Program harus dirancang oleh rumah
Effect of Psycho - EducationalKriteria inklusi: pada penelitian ini adalah 40 pasien laki- disimpulkan bahwa program psiko- sakit jiwa melalui penyedia layanan
Program for Schizophrenic Patients laki usia 25 sampai 65 tahun yang mampu menanggapi pendidikan memiliki efek kesehatan untuk meningkatkan
on Their Adherence to pertanyaan dan menghadiri rapat dan bersedia untuk appositive untuk pasien skizofrenia kesadaran klien tentang penyakit dan
Antipsychotic Medication jadi responden pada kepatuhan mereka terhadap kepatuhan obat-obatan mereka untuk
Kriteria Eksklusi: pasien ingin mengakhiri kegiatan, obat antipsikotik. mengurangi tingkat kambuh dan
Penulis: pasien dengan diagnosis primer depresi dan gangguan sering dirawat di rumah sakit.
Mawaheb Mahmoud Zaki, Fathyea kejiwaan co-morbid
Said Sayed & Faten Mohamed
Ahmed Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan
Publiser: kriteria inklusinya dan kriteria eksklusinya.
IOSR Journal of Nursing and Health
Science (IOSR-JNHS) Vol. 7,
Issue 6 Ver. V (Nov- Dec, 2018)V2. Validitas Informasi
Penelitian ini menggunakan desain Quasy experiment pre
and post test desgin. Penelitian ini dilakukan selama 7
sesi masing-masing dilakukan selama 45-60 menit
setiap hari.  Sesi pertama program: - Para peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien
tujuan penelitian untuk mencari kerja sama peserta dan
menekankan bahwa semua informasi yang
dikumpulkan sangat rahasia. Mendengarkan perasaan
dan masalah para peserta.
1. Sesi kedua:-Diskusikan (Definisi, gejala
positif & negatif dan pengobatan skizofrenia).
2. Sesi ketiga: Identifikasi komplikasi &
konsekuensi penyakit dan efek samping obat-
obatan.
3. Sesi keempat: Berlatih langkah-langkah
untuk mematuhi obat-obatan.
4. Sesi kelima: Menerapkan teknik relaksasi
otot untuk pasien.
5. Sesi keenam: Melatih pasien tentang
keterampilan memecahkan masalah.
6. Tujuh sesi: Ringkasan dan kesimpulan,
meninjau bahan terlatih dan menerima umpan
balik dari pasien.
Evaluasi dilakukan melalui post test yang mirip dengan
pre tes yang diterapkan menggunakan Personal
Evaluations of Transitions in Treatment ( PETiT) dan
Clinician Rating Scale (CRS)

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya dan disesuaikan dengan kondisi dan usia
responden.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V3. Validitas Pengontrolan


Tidak dijelaskan adanya perancu pada penelitian ini.

V4. Validitas Analisis


Penelitian ini digunakan untuk menganalisis adanya
perbedaan efek program psikoedukasi pada pasien
laki-laki dengan skizoprenia. Penelitian ini
menggunakan Uji Anova test dengan nilai pre
intervensi t= 2.15 dengan nilai p value 0,11 dan post
intervensi t= 9.42 dengan nilai p value <0,001
Hasil menunjukan bahwa program psikoedukasi
berpengaruh terhadap kepatuhan pengobatan.

kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate

V5. Validitas Eksterna


Berdasarkan hasil penelitian ini yang dilakukan oleh
Nakasalehi (2019), bahwa pemberian intervensi
psikoedukasi efektif dalam meningkatkan kepatuhan
berobat pasien skizofrenia sehingga menekan lama
rawat pasien.
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sri (2012) bahwa psikoedukai tidak
hanya dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam
minum obat tetapi juga sangat berpengaruh terhadap
tingkat kecemasan keluarga dalam merawat pasien
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.

2. Judul: V1. Validitas Seleksi


Psikoedukasi keluargaPopulasi penelitian ini adalah seluruh anggota keluarga
meningkatkan kepatuhan minum yang mempunyai anggota keluarga dengan gangguan
obat odgj di puskesmas kedaton jiwa di wilayah kerja Puskesmas Kedaton Bandar
bandar lampung Lampung yang berjumlah 70 orang. Akan tetapi pada
penelitian ini tidak dijelaskan kriteria eksklusinya
Penulis:
Sulastri & Yeyen Kartika Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan
Publiser: kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan kriteria
Jurnal Kesehatan, Volume VII, eksklusinya.
Nomor 2, Agustus 2016, hlm 323-
328 V2. Validitas Informasi
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kuantitatif,
Desain Quasi Experiment Pre Pos Test. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian Kuantitatif, Desain
Quasi Experiment Pre Pos Test. Populasi penelitian ini
adalah seluruh anggota keluarga yang mempunyai
anggota keluarga dengan gangguan jiwa di wilayah
kerja Puskesmas Kedaton Bandar Lampung yang
berjumlah 70 orang. Instrumen yang digunakan berupa
kuasioner A berisi data responden dan kuasioner B
berisi pernyataan keluarga tentang kedisiplinan pasien
minum obat yang dibagikan kepada keluarga pasien
dan hasil wawancara terhadap pasien. Setelah data
dikumpulkan dilakukan analisa univariat berupa
presentase tiap variabel, dan analisa bivariat
menggunakan uji T-independen.Instrumen yang
digunakan berupa kuasioner A berisi data responden
dan kuasioner B berisi pernyataan keluarga tentang
kedisiplinan pasien minum obat yang dibagikan
kepada keluarga pasien dan hasil wawancara terhadap
pasien. Setelah data dikumpulkan dilakukan analisa
univariat berupa presentase tiap variabel, dan analisa
bivariat menggunakan uji T-independen.

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V3. Validitas Pengontrol/ Perancu


Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kelompok
kontrol

V4. Validitas Analisis


Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian
psikoedukasi terhadap dukungan keluarga terhadap
peningkatan kepatuhan pasien dalam minum obat.
Berdasarkan Uji pair t-test diketahui ada peningkatan
dukungan keluarga dan kepatuhan minum obat pasien
setelah dilakukan psikoedukasi keluuarga dengan p-
value=0,000

Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate

V5. Validitas Eksterna


Hasil ini sesuai dengan pendapat Lestari, (2011) bahwa
prinsip belajar merupakan proses yang dilakukan
seumur hidup manusia memiliki kemampuan untuk
belajar sejak lahir sampai akhir hayat. Pemberian
edukasi memberikan informasi pada keluarga tentang
cara perawatan pasien pada gangguan jiwa melalui
aktivitas ini terjadi proses pembelajaran yang
dilakukan oleh keluarga dengan menyerap informasi
yang diberikan dan mengaplikasikan langsung pada
anggota keluarganya.
Menurut penelitian yang dilakukan Sulastri (2015), bahwa
terbukti bahwa pemberian psikoedukasi keluarga lebih
efektif dibandingkan dengan penyuluhan kesehatan
ataupun supportif terapi, banyak kelebihan dari
psikoedukasi keluarga seperti pengkajian atas kendala
yang dialami oleh keluarga terkaji lebih dalam proses
pengkajian yang di awali sesi, kemudian terapis akan
menginformasikan tentang gangguan jiwa dimulai dari
pengertian, tanda gejala dan pengobatan yang wajib di
minum obat.

Kesimpulan:
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.

Judul: V6. Validitas Seleksi Keteraturan pasien berobat Keluarga dapat menerapkan dan
Efektifitas Intervensi PsikoedukasiKriteria Inklusi mengakibatkan gejala pasien mengaplikasikan ilmu yang telah di
terhadap Kepatuhan Berobat PasienPasien dengan gangguan jiwa skizofrenia, akan tetapi meningkat dan menjadi marah- berikan oleh peneliti selama
Skizofrenia. tidak dijelaskan secara detail karakteristik responden. marah bahkan sampai mengamuk. pelaksanaan intervensi psikoedukasi
Kriteria eksklusi Selain memberikan psikoedukasi sehingga kualitas kesehatan pasien
Penulis: Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria eksklusi
tentang perawatan pasien lebih meningkat. Diharapkan kepada
Neila Sulung, Nice Foresa Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang secara general subjek skizofrenia juga memberikan Kepala Puskesmas Piladang beserta
Publisher: dan kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan secara informasi tentang bagaimana cara tim perencanaan kegiatan puskesmas
Real in Nursing Journal, 1(1), 1-11. detail, juga kriteria eksklusinya. meminum obat sesuai dengan dapat dapat membuat kebijakan
2018 prinsip enam benar. Pemberian tentang pelaksanaan intervensi
V7. Validitas Informasi reinforcement terhadap tindakan psikoedukasi pada pasien skizofrenia
Pada penilitian ini sebanyak 16 orang yang kemudian yang dilakukan oleh keluarga yang dan menetapkan program pelayanan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sesuai dengan cara perawatan kesehatan jiwa masyarakat sebagai
eksperimen yang berjumlah 8 responden diberikan pasien skizofrenia dapat salah satu program utama yang ada
intervensi psikoedukasi sedangkan kelompok kontrol meningkatkan rasa percaya diri dan di puskesmas
yang juga berjumlah 8 responden hanya diberikan perasaan lega keluarga, sehingga
pendidikan kesehatan. Pengumpulan data dilakukan
hal ini patut untuk dilakukan
dengan mengisi lembar observasi setelah diberikan
intervensi psikoedukasi pada kelompok eksperimen
selanjutnya.
ssebanyak 5 sesi dalam waktu 2,5 minggu dan
pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol langsung
di rumah responden

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
lembar observasi.
V8. Validitas Pengontrolan Perancu
Tidak dijelaskan faktor perancu dalam penenlitian ini

V9. Validitas Analisis


Hasil uji normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk
didapatkan pada kelompok eksperimen p-value 0,093
sedangkan pada kelompok kontrol p-value 0,067,
karena nilai p > dari 0,05 berarti data pada kelompok
eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi
normal. Hasil uji Homogenitas dengan uji Levene
didapatkan nilai p-value 0,538 dimana p > dari 0,05,
berarti kedua kelompok responden mempunyai varians
yang sama. Untuk membuktikan bermakna atau
tidaknya penelitian ini, digunakan uji T-Test
Independen (Notoatmodjo, 2012).

Analisis bivariat digunakan adalah dengan uji-t Uji


yang digunakan adalah T-Test Independen dengan
nilai p < 0,05. Hasil penelitian didapat rerata
kepatuhan berobat pasien skizofrenia kelompok
eksperimen 11,00 dan kelompok kontrol 6,88. Hasil
uji statistik didapat ada perbedaan yang bermakna
antara rerata kepatuhan berobat pasien skizofrenia
kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol
dengan nilai p = 0,0005 (p < 0,05)
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat.,

V10. Validitas Eksterna


Menurut Stuart dan Sudden (2010), psikoedukasi
merupakan salah satu bentuk terapi perawatan
kesehatan jiwa keluarga dengan memberikan
informasi dan edukasi melalui komunikasi terapetik.
Menurut Mottaghipur dan Bickerton (2006),
psikoedukasi merupakan suatu tindakan yang
diberikan kepada individu atau orang tua untuk
memperkuat startegi koping atau suatu cara khusus
dalam mengatasi permasalahan psikologis yang
dialami seseorang.
Berdasarkan hasil penelitian ini, telah terbukti bahwa
pemberian intervensi psikoedukasi lebih efektif
dibandingkan dengan pendidikan kesehatan atau terapi
suportif saja. Pemberian intervensi psikoedukasi
terbukti memiliki efek positif dalam meningkatkan
kepatuhan berobat pasien skizofrenia.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
Judul : V1. Validitas Seleksi Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini belum bisa diterapkan
Effectiveness of the JapaneseKriteria Inklusi bahwa kurangnya efektivitas pada karena Minat yang bersaing dalam
standard Pasien berusia antara 15 dan 39 tahun, untuk saat ini tahap onset baru-baru ini Penerapan SM-FPE tidak mengubah
family psychoeducation on the menerima perawatan rawat jalan, dan untuk memenuhi menunjukkan bahwa kegunaan SM- pengasuh ' T-kecemasan atau
mental kriteria diagnostik dari Manual Diagnostik dan FPE perlu diperkuat oleh penelitian meningkatkan hasil individu lainnya.
health of caregivers of young adults Statistik. Kriteria inklusi untuk pengasuh harus lebih lanjut. Karena hasil Ketika beban mereka
with berusia antara 20 dan 74 tahun, diklasifikasikan dibandingkan dengan TAU saja, dipertimbangkan secara keseluruhan,
schizophrenia: a randomised sebagai memiliki salah satu hubungan berikut dengan SM-FPE plus TAU tidak secara ada bukti manfaat intervensi pada
controlled trial pasien: orang tua, pasangan, saudara kandung, atau signifikan meningkatkan semua keadaan kesehatan mental
telah tinggal dengan pasien selama lebih dari 3 bulan, pengasuh ' hasil individu. keseluruhan dari pengasuh pasien
Penulis : dan untuk memainkan peran utama dalam perawatan kronis. Namun, efek intervensi
Nao Shiraishi1 , Norio Watanabe, pasien. tersebut tidak diamati dalam hasil
Fujika Katsuki, Hajime SakaguchiKriteria eksklusi terintegrasi dari pasien yang baru saja
and Tatsuo Akechi1 Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria eksklusi onset. Program intervensi
secara jelas. Namun peneliti mengecualikan pengasuh membutuhkan bukti yang lebih kuat
Publisher : yang telah dinilai tidak cocok untuk berpartisipasi bahwa itu mendukung keluarga
BMC Psychiatry (2019) dalam penelitian ini karena alasan apa pun oleh sebelum diseminasi lebih luas.
psikiater yang bertanggung jawab atas pasien. Peneliti gagal menunjukkan efek
Kesimpulan: SM-FPE pada Kecemasan dan hasil
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan individu lainnya dari pengasuh
kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan kriteria keluarga dewasa muda dengan
eksklusinya secara terinci. skizofrenia. Analisis menunjukkan
bahwa kegagalan dalam
V2. Validitas Informasi membuktikan kegunaan intervensi
Desain studi Ini adalah studi kelompok paralel keluarga sebagian dapat dikaitkan
yang dikelompokkan berdasarkan onset baru / dengan kurangnya efektivitas dalam
psikosis kronis dan lokasi implementasi di hasil terintegrasi dari para pengasuh.
Jepang. dari pasien baru-baru ini, di mana
Pada penelitian ini intervensi dilakukan oleh psikolog atau beban faktor kecemasan dan depresi
perawat pada caregiver atau keluarga pasien terdekat lebih tinggi daripada beban
dengan 74 perawat pasien rawat jalan berusia 30,1 perawatan dan emosi yang
tahun (rata-rata) secara acak ditugaskan untuk diekspresikan.
menerima TAU (pengobatan seperti biasa) sendiri atau Alasan utama untuk hasil negatif ini
TAU plus SM-FPE. Semua hasil diukur pada awal, mungkin karena penggunaan
pada akhir intervensi (10 minggu), dan 1 bulan setelah tindakan umum untuk menilai emosi
intervensi (14 minggu). Intervensi SM-FPE terdiri dari negatif. Meskipun minat utama kami
sesi pendidikan (45 menit), istirahat (15 menit), dan adalah para pengasuh 'predisposisi
sesi kelompok (60 menit), yang berlangsung setiap 2 kecemasan, kuesioner khusus
minggu selama 8 minggu. Program format kelompok psikosis mungkin lebih sensitif untuk
dilakukan oleh tim multidisiplin yang terdiri dari tiga mengevaluasi kecemasan keadaan
sampai enam anggota yang dipilih dari psikiater, mereka (misalnya Kuesioner
psikolog klinis, perawat, terapis okupasi, dan pekerja Evaluasi Keterlibatan). Selain itu,
sosial psikiatri. SM-FPE dianggap tidak mampu
meningkatkan pengasuh ' tekanan
Semua analisis dilakukan sesuai dengan model intent-to- emosional. Analisis multi-kelompok
treat (ITT). Jika tidak ada nilai yang hilang, analisis menunjukkan bahwa intervensi
kovarians (ANCOVA) digunakan untuk memeriksa standar perlu ditingkatkan untuk
efek kelompok setelah menyesuaikan skor awal. mengurangi kecemasan dan depresi
Diskusi pengasuh orang muda
Kesimpulan: dengan psikosis baru secara lebih
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses efektif.
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat
dengan observasi dan wawancara langsung.

V3. Validitas Pengontrolan Perancu


Dalam penelitian ini deijelaskan beberapa faktor perancu
seperti Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan.
Pertama, karakteristik
partisipan mungkin berbeda dengan non artisipan.
Berdasarkan protokolyang disetujui oleh Dewan
Peninjau Kelembagaan dan Komite Etik. Tingkat
penolakan dalam skrining (sekitar 58%) dapat
mengurangi validitas eksternal penelitian ini. Kedua,
peserta dan peneliti menyadari kelompok alokasi
karena sifat RCT untuk intervensi psikologis.
Kurangnya kebutaan dapat mempengaruhi penilaian
hasil. Kami memiliki analis data independen untuk
mengurangi bias deteksi, dan penilai hasil pasien tidak
mengetahui alokasi tersebut. Ketiga, peserta hanya
ditindaklanjuti selama 4 minggu sejak akhir intervensi.
Pada psikosis kronis, efek langsung dari SM-FPE pada
keadaan perawat secara keseluruhan ' kesehatan
mental menurun selama periode singkat ini. Ini
menunjukkan bahwa sesi booster diperlukan untuk
mempertahankan peningkatan. Keempat, efek positif
hanya terungkap oleh analisis post-hoc yang
mengintegrasikan berbagai konsep dalam
pengasuhan.

Kesimpulan : Pada penelitain ini peneliti sudah


menjelaskan faktor perancu secara tepat.

V4. Validitas Analisis


Semua analisis dilakukan sesuai dengan model intent-to-
treat (ITT). Jika tidak ada nilai yang hilang, analisis
kovarians (ANCOVA) digunakan untuk memeriksa
efek kelompok setelah menyesuaikan skor awal.
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian
data univariat sebagai baseline data dan hasil
bivariate,

V5. Validitas Eksterna


Penelitian yang dilakukan oleh Hazel et al. menunjukkan
bahwa perlakuan kelompok multi-keluarga
mengurangi gangguan pengasuh yang terintegrasi,
yang dioperasionalkan sebagai hasil standar dan rata-
rata dari depresi, kecemasan, kemarahan, dan stres
yang dirasakan. Namun, jalur terkontrol acak lainnya
telah gagal untuk menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara kelompok multi-keluarga dan
kelompok kontrol. Hasil utama dari banyak penelitian
lain bukanlah pengaruh psikoedukasi keluarga pada
pengasuh stres emosional. Selain inkonsistensi,
beberapa percobaan telah difokuskan pada pengasuh
anak muda dengan skizofrenia, yang lebih mungkin
berada pada tahap awal psikosis dan berbagi masalah
serupa
yang relevan dengan generasi muda (misalnya pekerjaan,
pernikahan). Intervensi kelompok yang homogen
mungkin lebih efektif untuk mengatasi kekhawatiran
yang dimiliki pengasuh tentang pasien muda dengan
gangguan mental.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal
validity.
V11.
Judul : V1. Validitas Seleksi Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Pengaruh Terapi Psikoedukasi Kriteria Inklusi bahwa terapi psikoedukasi keluarga sehingga perlu direflikasi dan
Keluarga Skizofrenia Paranoid Kriteria inklusi keluarga untuk penelitian ini adalah mampu meningkatkan komitmen dikembangkan untuk meningkatkan
Terhadap Kepatuhan Minum Obat keluarga yang di dalamnya terdapat ODS paranoid ODS paranoid dalam menjalani tingkat kepatuhan dalam meminum
Pasien dengan memenuhi kriteria PPDGJ-III yang dirawat di terapi pengobatan. TPEK-SP dapat obat serta menurunkan angka
rumah sakit, keluarga yang di dalamnya terdapat ODS meningkatkan keteraturan minum kambuh ulang dan dalam
Penulis : paranoid yang mengalami kambuh atau dirawat obat ODS paranoid. Hasil uji terapi pengobatan.
Mohammad Fatkhul Mubin, Desi kembali tidak lebih dari 3 kali, keluarga tidak menunjukkan kepatuhan minum
Ariyana Rahayu mempunyai riwayat penyakit skizofrenia dari 3 obat ODS paranoid pada kelompok
generasi keturunan sebelumnya, keluarga yang intervensi dan kontrol setelah diberi
Publisher : mempunyai anggota keluarga minimal 2 orang dewasa terapi psikoedukasi keluarga
Jurnal KeperawatanLPPM Sekolah tinggal 12 jam dalam sehari bersama ODS paranoid, skizofrenia paranoid, kepatuhan
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal keluarga ODS paranoid yang tidak mempunyai minum obat kelompok intervensi
(2019) penyakit kronis yang menyebabkan tidak berfungsinya lebih baik dan berpengaruh secara
peran kepala keluarga. bermakna dibanding kelompok
Kriteria inklusi ODS untuk penelitian ini adalah pasien kontrol (p=0,00).
ODS paranoid dengan memenuhi kriteria PPDGJ-III
yang dirawat di rumah sakit, pasien ODS paranoid
yang mengalami kambuh atau dirawat kembali di
rumah sakit tidak lebih dari 3 kali, pasien ODS
paranoid dan tidak mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit yang sama dari 3generasi keturunan
sebelumnya, pasien ODS paranoid yang mempunyai
keluarga minimal 2orang dewasa yang tinggal 12 jam
dalam sehari bersama ODS, pasien ODS paranoid
berusia produktif ( 18 – 55 tahun ).

Kriteria eksklusi
Adapun kriteria eksklusi keluarga dalam penelitian ini
adalah keluarga ODS paranoid yang mempunyai
keterbatasan fisik, keluarga ODS paranoid yang tidak
bersepakat mengikuti proses penelitian, keluarga ODS
paranoid yang tidak dapat membaca dan menulis.
Sedangkan kriteria eksklusi ODS sebagai berikut:
pasien ODS paranoid yang mempunyai dua diagnosis
fisik dan psikis, pasien ODS paranoid yang
keluarganya menolak mengikuti proses penelitian
Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dari
kriteria inklusinya dan kriteria eksklusinya.

V2. Validitas Informasi


Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif yang
menggunakan desain eksperimental dengan
randomized pre post control group design (Campbell,
et al, 2015). Desain pada penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh terapi psikoedukasi keluarga
dengan menguji
terapi psikoedukasi keluarga skizofrenia paranoid terhadap
kepatuhan minum obat pasien ODS Paranoid.
Analisis data yang digunakan bivariat menggunakan uji
Chi-Square dan uji Mann Whitney.

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat
dengan observasi langsung

V3. Validitas Pengontrolan Perancu


Dalam penelitian ini deijelaskan beberapa faktor perancu
seperti hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
permasalahan yang muncul dari ODS terkait
kepatuhan minum obat, yaitu disebabkan ODS merasa
tidak sakit lagi, mengantuk, lemas, kaku bagian rahang
atau lidah, dan kurangnya disiplin minum obat.
Ketidakmampuan merawat keluarga dan ekspresi
emosi keluarga juga menjadi sebab ODS tidak patuh
minum obat karena ODS merasa tertekan. Sedangkan
kekambuhan ODS ditandai dengan munculnya
kembali halusinasi, waham dan perilaku kekerasan
disebabkan ketidakpatuhan ODS dalam minum obat,
stres ODS dan permasalahan yang muncul akibat
ketidakmampuan keluarga dalam merawat ODS.

Kesimpulan : Pada penelitain ini penanganan


pada faktor perancu masih belum tergambar jelas.

V4. Validitas Analisis


Data terkumpul dilakukan cleaning, coding, dan tabulasi
ke program komputer SPSS, kemudian dianalisis
secara deskriptif dan analitik. Data dengan skala
kategorik yaitu jenis kelamin, status pernikahan,
pendidikan, pekerjaan, penghasilan, kepatuhan minum
obat dan gejala kambuh ditampilkan dalam tabel
frekwensi, sedangkan data numerik yaitu usia
disajikan dalam ukuran minimum, maksimum, rerata dan
simpangan baku. Analisis data bivariat menggunakan
uji Chi-Square dan uji Mann Whitney.
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian
data univariat sebagai baseline data dan hasil
bivariate,

V5. Validitas Eksterna


Penelitian ini juga memperkuat penelitian sebelumnya
bahwa hasil analisis sebelum dan sesudah keluarga
mendapatkan pendidikan kesehatan menunjukkan nilai
p = 0,0001 artinya ada pengaruh yang bermakna antara
kemampuan kognitif dan psikomotor keluarga dalam
merawat ODSsebelum dan sesudah intervensi
(Kustiawan, 2015).
Penelitian ini memperkuat penelitian lain yang
menjelaskan bahwa terapi psikoedukasi mampu
meningkatkan kemampuan keluarga dalam merawat
ODS dengan harga diri rendah, perilaku kekerasan,
isolasi sosial (Wijayanti,dkk, 2018). Penelitian ini juga
didukung penelitian lain bahwa kemampuan keluarga
merawat ODS lebih tinggi pada kelompok yang
mendapat terapi psikoedukasi keluarga dibanding
keluarga yang tidak mendapatkan terapi psikoedukasi
keluarga (Kustiawan, dkk,2015). Penelitian ini
menjelaskan bahwa terapi psikoedukasi keluarga
mampu meningkatkan komitmen ODS paranoid dalam
menjalani terapi pengobatan.(Pardede, dkk, 2015).
TPEK-SP dapat meningkatkan keteraturan minum
obat ODS paranoid.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal
validity.
V12.
Judul: V1. Validitas Seleksi Hasil penelitian menunjukkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Impact of Family PsychoeducationKriteria Inklusi bahwa psy-pendidikan pilihan dapat sehingga perlu direflikasi dan
Intervention on Relapse PreventionSampel dalam penelitian diambil dengan kriteria pasien efektif dalam menginformasikan dikembangkan untuk menurunkan
in Hospitalized Psychiatric Patients yang pernah dirawat dalam kurung waktu 2009-2014 keluargatentang sifat penyakit dan angka kambuh ulang dan dalam
dengan total sampel 2.192
Penulis: Kriteria eksklusi ketidakmampuan pasien dalam pengobatan
Sara Niksalehi, Sholeh Namazi,Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria eksklusi menengendalikan gejala sambil
Monavar Tashk Kesimpulan: mendorong mereka untuk
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan mengejarnyapengobatan dan
Publisher: kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan kriteria mengurangi stres pasien.
Hormozgan Medical Journal. 2019 eksklusinya.
December; 23(4):e86970
V2. Validitas Informasi
Penilitian ini merupakan penelitian Quasi
Experimental, dengan desain penelitian Convenience
sampling
Pada penelitian ini intervensi dilakukan oleh psikolog
atau perawat pada caregiver atau keluarga pasien
terdekat dengan menjelaskan : a. Pendahuluan, b.
Pengertian penyakit, c. Gejala dan Faktor Resiko, d.
Infromasi mengenai pengobatan, efeksamping, resiko
pengobatan yang tidak efektif, d. Deteksi dini kambuh
ulang, e. Pencegahan kambuh ulang:pentingnya
mengikuti subjek dan peran mereka saat kambuh:
komunikasi terjadwal dengan dokter, pengobatan
kepatuhan, jumlah dan kualitas tidur, perlindungan
pasien dan mengetahui pasien tidak bersalah, peran
stres dan manajemennya, gejala melakukan bunuh diri
dan pengelolaannya, melibatkan kesabaran untuk
beberapa kemungkinan kegiatan
Analisis yang digunakan adalah Uji-t sample berasangan

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V3. Validitas Pengontrolan Perancu


Dalam penelitian ini deijelaskan beberapa faktor
perancu seperti seleksi dan riwayat kemaangan dan
kematian dikendalikan dengan mengumpulkan data
dari yang samakelompok melalui dua periode waktu
(2009 - 2011 dan 2011- 2014). Sejumlah besar peserta,
menggunakan desain purposive sampling, dan
kurangnya pengujian mengurangi risiko eksternal
validitas yang meliputi reaksi terhadap pengaruh
interaksi untuk menguji-ancaman, efek reaktif dari
pengaturan eksperimental,berbagai ancaman gangguan
pengobatan dan efek interaksipengaruh bias seleksi
dan variabel eksperimental

Kesimpulan : Pada penelitain ini penanganan pada


faktor perancu sudah tepat

V4. Validitas Analisis


Analisis bivariat digunakan adalah dengan uji-t
berpasangan.
Penelitian menunjukkan bahwa penerimaan psikoedukasi
oleh keluarga berpengaruh positif terhadap tingkat
penerimaan kembali ( t = 41,30, P <0,001) dan lama
tinggal di rumah sakit ( t = 39,10, P <0,001)
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate,

V5. Validitas Eksterna


Temuan kami sejalan dengan temuan Bomelet al.,
Niksalehi et al., dan Perry et al. (7 , 10 , 11) di
manapengaruh signifikan dari psikoedukasi keluarga
pada pengobatan-tingkat ment ditampilkan. Dalam
studi ini, rekursi yang lebih rendahtingkat kejadian
mania (bukan depresi) pada pasien bipolaryang
keluarganya menerima psikoedukasi ditemukan
Namun hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Sally yang mempelajari efek psikoedukasi
dipasien rawat inap skizofrenia dalam uji klinis di
Cina. IniPenelitian dilakukan pada 73 kasus
skizofrenia dan merekakeluarga. Sepuluh sesi
psikoedukasi dikirim keanggota kelompok eksperimen
dan keluarganya.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
2. Jurnal : V1. Validitas Seleksi Pada penelitian ini didapatkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Efektivitas intervensi psikoedukasi Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang angka kekambuhan (Relap) pada sehingga dapat direflekasikan dan
keluarga terhadap kekambuhan responden, yaitu keluarga pasien skizofrenia yang kelompok intervensi lebih sedikit dikembangkan untuk menurunkan
pasien skizofrenia berperan sebagai caregiver (Perawat pasien) yang dibandingkan kelompok control. angka kekambuhan pasien
datang ke Poli Psikiatri RSJ Daerah Pemprov
Penulis : Sumatera Utara pada Juni-Desember 2014 dan Berdasarkan hasil tersebut diatas skizofrenia. Tahapan-tahapan
Rini Gusya Liza, Bahagia Loebis, memenuhi kriteria inklusi. dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan psikoedukasi ini bisa
Vita Camellia Kesimpulan : psikoedukasi terhadap keluarga dilakukan oleh semua perawat,
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek, pasien penting dilakukan untuk karena pelaksanaannya mudah dan
Publisher : namun tidak di jelaskan kriteria inklusi dan mengurangi angka kekambuhan dapat memberikan kontribusi
Majalah Kedokteran Andalas, Vol. eksklusinya. pada pasien skizoprenia. terhadap perkembangan kesehatan
42, No. 3, September 2019, Hal. jiwa pasien.
128-136 V2. Validitas Informasi
Penilitian ini merupakan penelitian true experimental pre
post test with control group. Sampel dibagi menjadi 2
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Sesi-sesi
psikoedukasi keluarga antara lain joining session (Sesi
bergabung), educational workshops (Lokakarya
pendidikan) dan ongoing psychoeducation sessions
(Sesi psikoedukasi berkelanjutan). Sesi bergabung
sampai sesi berlanjut berlangsung kurang lebih 6
bulan. Pada akhir penelitian diberikan kuesioner
penilaian jumlah kekambuhan pada kedua kelompok.
Kesimpulan :
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V3. Validitas Pengontrolan Perancu


Dalam penelitian ini deijelaskan mengenai faktor perancu.

V4. Validitas Analisis


Pada penelitian ini didapatkan angka kekambuhan (Relap)
pada kelompok intervensi lebih sedikit dibandingkan
kelompok kontrol yaitu 2,04% dibanding-kan 12,24%.
Terdapat perbedaan yang bermakna angka
kekambuhan antara kelompok intervensi dengan
kelompok kontrol dengan p = 0,049 (p < 0,05).
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate

V5. Validitas Eksterna


Hasil penelitian ini sejalan dengan studi yang dilakukan
Mingyuan dkk. dengan melakukan psikoedukasi
kelompok pada 3.092 pasien skizofrenia dan keluarga
mereka selama 12 bulan mendapatkan hasil terapi
yang lebih baik yaitu berkurangnya kekambuhan
(relap) dengan perbedaan yang signifikan
dibandingkan kontrol.
Studi yang dilakukan oleh Ran dkk. memberikan
psikoedukasi kepada keluarga pasien skizofrenia
sekali sebulan selama 9 bulan dalam bentuk keluarga
tunggal dan kelompok mendapatkan perbedaan yang
bermakna angka relap antara kelompok yang diberikan
intervensi psikoedukasi (16,3%) dibandingkan dengan
kontrol (61,5%) dengan perbedaan yang bermakna
(p<0,05).
Kesimpulan :
V1. Terdapat pembahasan non interna causal
validity, pembahasan internal validity dan eksternal
validity.
Judul : V2. Validitas Seleksi Hasil penelitian menunjukkan Temuan penelitian ini menunjukkan
The Effectiveness of Family Sampel yang digunakan adalah keluarga pasien yang bahwa psikoedukasi keluarga bahwa pendidikan psikologis
Psychological Training on merawat pasie skizofrenia efektif dalam mencegah keluarga efektif dalam menurunkan
Prevention of Recurrence ofKesimpulan: kambuhnya gejala skizofrenia. tinggi badan dan mencegah
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan
Sympoms in Patients with kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan kriteria Selain perawatan psikiatri umum, kekambuhan pasien gangguan
Schizohrenia Spectum Disorders eksklusinya. psikoedukasi keluarga kejiwaan. Oleh karena itu piha
direkomendasikan untuk mencegah pelayanan kesehatan dapat
Penulis: V3. Validitas Informasi kambuhnya gejala pada pasien mengadakan sesi psikoedukasi secara
Ahmadi A, Farahbakhsh, Penilitian ini merupakan penelitian penelitian semu. skizofrenia terstruktur
Moatamedy Pada pelaksanaan psikoedukasi di bagi menjadi 8 sesi.
Sesi 1 : Pretest da perkenalan anggota dan tujuan dan
Publisher: aturan
IJPN (Nursing Psychiatric of Journal Sesi 2 : Pennjelasan mengenai gangguan skizofrenia
Iranian) Vol 8 dan tanda gejalanya\
Sesi 3 : Pengelolaan kekambuhan gangguan
skizofrenia
Sesi 4 : Prngobatan dan rehabilitasi gangguan
skizofrenia
Sesi 5 : Manajemen keluarga dan gangguan
skizofrenia
Sesi 6 : Perawatan dri dalam pasien skizofrenia
Sesi 7 : Stigma dan emosi yang di ekspresikan
Sesi 8 : Diskusi dan kesimpulan (Sesi AKhir)

Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung

V4. Validitas Pengontrolan Perancu


Dalam penelitian ini tidak deijelaskan faktor perancu

V5. Validitas Analisis


Analisis data dilakukan dengan menggunakan software
SPSS versi 21 dan metode analisis varians pengukuran
berulang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
variabel penelitian dalam kelompok eksperimen dan
kontrol dalam pretest (P> 0/05). Hasil analisis
kovariansi menunjukkan bahwa mengadakan sesi
psikoedukasi keluarga tentang pencegahan gejala relaps
(p <0,001, F = 182,1), mencegah kekambuhan gejala
negatif gangguan Psikosis (p <0,05, F = 5,24) dan
efektif mencegah kekambuhan. gejala positif gangguan
Psikosis (p <0,001, F = 48,54).

Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate,
V6. Validitas Eksterna
Hasil Parantaman et al (2010) juga menunjukkan
bahwa kesadaran pengasuh tentang sifat pelatihan
secara signifikan meningkatkan tekanan dan tanggung
jawab dalam pemeliharaan sakit menurunkan banyak
masalah dengan tindak lanjut setelah pasien
dipulangkan menerima pelatihan Ha telah dipecahkan
dan berpengalaman.
Sein et al. (2017) mengungkapkan bahwa mereka
menerima dan menolak menerima intervensi
pendidikan psikologis untuk pengasuh di rumah pasien
gangguan kejiwaan.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

Anda mungkin juga menyukai