Dosen Pembimbing:
Shella Febrita Puteri Utomo, S. Kep., Ners., M.Kep
Popy Siti Aisyah, S. Kep., Ners., M.Kep
Disusun Oleh:
Kelompok 1 Dan 2
Ira Ayulianti NIM. 402019050
Mutia Ainur R NIM. 402019056
Ahmad Mustopa NIM. 402019076
Wendi Sujana NIM. 402019069
Dodi Andika Hendrik NIM. 402019074
Nuriyah NIM. 402019086
Ratu Dewiana Fadhila NIM. 402019057
Husnul Damayanti NIM. 402019051
Ima Rohima Hendriayani NIM. 402019058
Santi Sri W NIM. 4020190
Ineu Rustani NIM. 4020190
Ernawati Nurfarida NIM. 4020190
Cita Ferlanda NIM. 4020190
Ai Wulansari NIM. 4020190
Muhlis NIM. 4020190
Lina Marlina NIM. 4020190
Susilo NIM. 4020190
Aan Nani NIM. 4020190
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
rahmat-Nya yang maha besar kelompok dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Efektifitas Psikoedukasi Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat
Pasien Gangguan Jiwa”.
Dalam menyelesaikan makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang
kelompok jumpai, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya serta
kesungguhan yang disertai bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik langsung
maupun tidak langsung. Kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan sedalam-dalamnya kepada.:
1. Shella Febrita Puteri Utomo, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku kooridinator dosen
Keperawatan Jiwa yang telah memberikan bimbingan dan dorongan semangat
kepada kelompok
2. Popy Siti Aisyah, S,Kep., Ners., M.Kep selaku dosen Keperawatan Jiwa yang
selalu memberi arahan dan masukan.
3. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih belum sempurna, baik
dari isi maupun sistematika penulisannya, maka dari itu penulis berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir
kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Kelompok 1 dan 2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
C. Rumusan Masalah
A. ...................................................................................................................
B. ...................................................................................................................
A. ...................................................................................................................
B. ...................................................................................................................
C. ...................................................................................................................
D. ...................................................................................................................
E. ...................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN
A. ...................................................................................................................
B. ...................................................................................................................
C. ...................................................................................................................
D. ...................................................................................................................
E. ...................................................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah salah satu dari empat masalah kesehatan utama di
tahun 2013 ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa.
WHO mengungkapkan dalam satu tahun pasien yang mengalami gangguan jiwa
sesuai jenis kelamin sebanyak 1,1% perempuan dan 0,9% untuk laki-laki sementara
jumlah pasien yang mengalami gangguan jiwa seumur hidup sebanyak 1,7% pada
perempuan dan 1,2% pada laki-laki. Keseriusan masalah tersebut dibuktikan dengan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi
usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari jumlah penduduk
sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk (Kemkes, 2013).
karena adanya fungsi afektif dalam keluarga yang tidak berjalan sebagaimana
mestinya. Jika fungsi afektif dalam keluarga tidak berjalan dengan baik maka akan
menyebabkan gangguan mental yang berakibat pada kejiwaan (Nasir & Muhith,
penolakan, pengucilan dan diskriminasi. Oleh itu, sangat diperlukan dukungan dan
jiwa karena dukungan yang diberikan oleh keluarga dapat membantu pasien untuk
instrumental, penilaian dan emosional (Friedman, 2010). Selain itu, dukungan yang
anggota keluarga lainnya. Sikap dan prilaku anggota keluarga dapat dilihat dengan
adanya hubungan yang harmonis dan saling menyayangi. Hal ini selaras dengan
penting dalam kesembuhan pasien, salah satunya yaitu dukungan informasi dimana
jenis dukungan ini meliputi komunikasi dan tanggung jawab bersama termasuk
penyedia informasi untuk melakukan konsultasi ke rumah sakit dan minum obat
Pasien gangguan jiwa yang pulang setelah dirawat di rumah sakit sering
gangguan jiwa salah satunya yaitu pasien tidak patuh minum obat (Purwanto,
2011). Keluarga harus mengetahui lima prinsip benar dalam minum obat yaitu
pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar, cara pemberian yang benar,
dan waktu pemberian obat yang benar (Butar Butar, 2012). Adanya keterlibatan
keluarga sebagai pengawas minum obat pada klien dalam pengobatan sangat
pengobatan apabila minum obat sesuai aturan pakai dan ketepatan waktu minum
obat sampai selesai masa pengobatannya. Hal ini sesuai dengan teori (Arisandi &
prilaku seseorang individu dengan nasehat medis, penggunaan obat sesuai petunjuk
serta mencangkup penggunaan pada waktu yang benar. Beberapa faktor yang
kepercayaan terhadap obat, dukungan kepada pasien, efek samping obat dan sikap
pasien (Fakhruddin, 2012). Hal ini perlu dipahami oleh pasien dan keluarganya
jam per bulan ketika bertemu dengan pskiater. Tetapi, terapi psikologis juga perlu
dilakukan dirumah. Selain itu, keluarga bisa memberikan respon positif kepada
maupun klien yang merupakan bagian dari terapi psikososial. Tujuan dari program
Tujuan ini akan dicapai melalui serangkaian kegiatan edukasi tentang penyakit, cara
mengatasi gejala, dan kemampuan yang dimiliki keluarga (Stuart & Laraia, 2007).
dan gejala gangguan jiwa pada pasien skizofrenia di Shiraz Iran menunjukkan
adanya perubahan gejala yang signifikan dan penurunan beban pengasuh setelah
terhadap beban dan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan halusinasi.
meminum obat.
Barat yang pulang setelah dirawat di rumah sakit sering relaps/kambuh pada tahun
C. Rumusan Masalah
gangguan jiwa.
gangguan jiwa “
BAB II
METODE
A. Pencarian Literature
psikoedukasi untuk pasien dengan gangguan jiwa. Review ini dikaitkan dengan
Pencarian literature dilakukan pada tanggal 22 Februari s.d 23 Februari 2021. Data
yang diambil merupakan data sekunder yang didapatkan bukan hasil dari
sebelumnya. Sumber data yang didapat berupa artikel jurnal penelitian yang
bereputasi baik pada jurnal intenasional dan jurnal nasional dengan topik yang telah
dengan kriteria kualitas sedang dan rendah, yaitu PubMed, Sinta, Research Gate dan
Google Scholar.
atau jurnal yang akan digunakan. Artikel penelitian dalam penelitian ini didapatkan
dari media online di PubMed, Research gate dan Google Scholar dengan
internasional dan untuk jurnal nasional kata kunci pencarian yang digunakan yaitu
Tipe Studi
Penilitian Murni
Bahasa Tahun Data Base N Quasi
Review
RCT
Experiment
Indonesia 2019 Google √
Scholar
Indonesia 2020 Google √
Scholar
Indonesia 2019 Google √
Scholar
Indonesia 2019 Google √
Scholar
Indonesia 2018 Google √
Scholar
Inggris 2016 Pubmed √
Scholar
Inggris 2019 Pubmed √
Inggris 2020 Google √
psikoedukasi psikoedukasi
Comparison Tidak ada perbandingan
Outcomes Mengidentifikasi Bukan Mengidentifikasi
obat
Desain penelitian Menggunakan desain Penelitian kualitatif dan
dipublikasikan dalam
di PubMed, Sinta, Research Gate dan Google Scholar dengan kata kunci pencarian
yang telah disesuaikan dengan topik penelitian yaitu “psychoeducation terapy” untuk
jurnal internasional dan untuk jurnal nasional kata kunci pencarian yang digunakan
muncul pada keempat database publikasi jurnal tersebut yaitu 755 artikel.
Selanjutnya artikel tersebut di skrining dan di seleksi kembali oleh peneliti
disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan sebelumnya
sehingga didapatkan 10 artikel yang menurut peneliti telah sesuai dengan kriteria
efektifitas terapi psikoedukasi terhadap pasien gangguan jiwa dengan putus obat.
310 artikel
Instumen :
Kuesioner terstruktur
2. Judul: Desain: Dari hasil uji statistik Penulis tidak menjelaskan mengenai
Efektifitas Pemberian Family Desain pada penelitian ini adalah eksperimen didapatkan p kemudahan pengaplikasian
Psychoeducation (Fpe) dengan menggunakan metode pra eksperimen. value (0,000) < 0,05 tang artinya intervensi dalam jurnal.
Terhadap Kepatuhan Minum family
Sampel:
Obat Penderita Skizofrenia Di Jumlah sampel dalam penelitian ini sesuai dengan psychoeducation memberikan
Kota Kediri kriteria inklusi dan eksklusi adalah 20 responden. pengaruh
terhadap kekambuhan penderita
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
Penulis: Intervensi: skizofrenia
Dhita Kurnia Sari, Lingga Pemberian informasi kepada keluarga mengenai di Kota Kediri.
Kusuma Wardani perawatan pasien dengan skizofrenia
Instrumen:
Publiser: Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
STRADA Jurnal Ilmiah adalah Standar Operating Procedure of Family
Kesehatan 6 Vol.1 No.1 Psychoeducatin Therapy dan lembar observasi
Oktober 2017. hlm 48 ± 52 kekambuhan pasien skizofrenia.
3. Judul: Desain: Berdasarkan temuan penelitian Penelitian ini bersifat aplikatif
Effect of Psycho - Educational Desain pada penelitian ini menggunakan Quasy ini, disimpulkan bahwa program sehingga perlu direplikasi dan
Program for Schizophrenic eksperiment dengan pre and post test psiko-pendidikan memiliki efek dikembangkan untuk menurunkan
Patients on Their Adherence to appositive untuk pasien angka kambuh ulang dan dalam
Antipsychotic Medication Sampel: skizofrenia pada kepatuhan pengobatan dan frekuensi rawat inap
Sampel pada penelitian ini terdiri dari 40 pasien mereka terhadap obat
Penulis: laki-laki yang menderita skizoprenia yang dirawat antipsikotik dengan nilai
Mawaheb Mahmoud Zaki, di rumah sakit jiwa dan kesehatan mental dengan pValue= 0,000
Fathyea Said Sayed & Faten rentan usia 25 sampai 65 tahun
Mohamed Ahmed
Intervensi:
Para peneliti terdaftar selama 7 sesi, masing-
Publiser: masing berlangsung selama 45-60 menit, setiap
IOSR Journal of Nursing and hari. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari alat
Health Science (IOSR-JNHS) penilaian dan review literatur, konten program
Vol. 7, Issue 6 Ver. V (Nov- dikembangkan oleh para peneliti dalam bentuk
Dec, 2018 buklet, yang didistribusikan untuk pasien pada sesi
pertama. Sesi Psikoedukasi berfokus pada:
1. Sesi pertama program:
- Para peneliti memperkenalkan diri dan
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
menjelaskan kepada pasien tujuan penelitian
untuk mencari kerja sama peserta dan
menekankan bahwa semua informasi yang
dikumpulkan sangat rahasia.
- Mendengarkan perasaan dan masalah para
peserta.
2. Sesi kedua: Diskusikan (Definisi, gejala positif
& negatif dan pengobatan skizofrenia).
3. Sesi ketiga: Identifikasi komplikasi &
konsekuensi penyakit dan efek samping obat-
obatan.
4. Sesi keempat: Berlatih langkah-langkah untuk
mematuhi obat-obatan.
5. Sesi kelima: Menerapkan teknik relaksasi otot
untuk pasien.
6. Sesi keenam: Melatih pasien tentang
keterampilan memecahkan masalah.
7. Tujuh sesi: Ringkasan dan kesimpulan,
meninjau bahan terlatih dan menerima umpan
balik dari pasien.
Instrumen:
PETIT (Evaluasi Pribadi Transisi dalam
Pengobatan) dengan menggunakan Clinician
Rating Scale (CRS)
4. Judul: Desain : Berdasarkan tabel 3 nilai Disarankan pemegang program
Psikoedukasi keluarga Penelitian dengan pendekatan kuantitatif, desain pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa melakukan koordinasi
meningkatkan kepatuhan quasi experiment pre and pos test without control peran keluarga dalam dengan petugas pos kesehatan
minum obat odgj di puskesmas grup meningkatkan kepatuhan minum kelurahan (poskeskel) untuk
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
kedaton bandar lampung obat sebelum diberikan memberikan pemantauan secara
Sampel: psikoedukasi 5,6000 dengan periodik pada keluarga agar
Penulis: Sampel sebanyak 70 orang merupakan keluarga standart deviasi 2,04434, nilai senantiasa merawat pasien secara
Sulastri & Yeyen Kartika yang merupakan care giver utama pasien setelah diberikan psikoedukasi optimal termasuk mendampingi saat
6,7000 dengan standar deviasi minum obat dan kontrol satu bulan
Publiser: Intervensi: 1,31700. Nilai perbedaan mean sekali kepelayanan kesehatan
Jurnal Kesehatan, Volume VII, Intervensi diberikan pada anggota keluarga dengan sebelum dan setelah diberikan terdekat. Selanjutnya psikoedukasi
Nomor 2, Agustus 2016, hlm gangguan jiwa di Wilayah kerja puskesmas psikoedukasi adalah -1,10000. keluarga bisa dijadikan sebagai
323-328 kedaton Bandar Lampung. Akan tetapi tidak Hasil uji t dependen didapatkan agenda rutin untuk sebagai intervensi
dijelaskan secara detail bagaimana intervensi yang nilai p- value=0,000. Berarti p- keperawatan pada keluarga ODGJ.
dilakukan oleh peneliti pada jurnal ini. value ≤α (0,05) maka dapat
disimpulkan bahwa ada
Instrumen: pengaruh terhadap nilai sebelum
Instrumen yang digunakan berupa kuasioner A diberikan psikoedukasi keluarga
berisi data responden dan kuasioner B berisi dan setelah diberikan
pernyataan keluarga tentang kedisiplinan pasien psikoedukasi keluarga.
minum obat yang dibagikan kepada keluarga
pasien dan hasil wawancara terhadap pasien.
Intrumen:
Lembar observasi
6. Judul: Design: Penelitian menunjukkan bahwa Penelitian ini bersifat aplikatif
Impact of Family Quasi Experimental, dengan desain penelitian penerimaan psikoedukasi oleh sehingga perlu direflikasi dan
Psychoeducation Intervention convenience sampling. keluarga berpengaruh positif dikembangkan untuk menurunkan
on Relapse Prevention in terhadap tingkat penerimaan
angka kambuh ulang dan dalam
Hospitalized Psychiatric Sampel: kembali ( t = 41,30, P <0,001)
Patients Sampel dalam penelitian ini 2.192 pasien dengan dan lama tinggal di rumah sakit pengobatan
rentang usia sekitar 13-65 tahun yang sudah di ( t = 39,10, P <0,001)
Penulis: rawat dari tahun 2009-2014
Sara Niksalehi, Sholeh Namazi,
Monavar Tashk Intervensi:
Dilakukannya psikoedukasi oleh psikolog dan
Publisher: perawat kepada seluruh anggota keluarga terdekat
Hormozgan Medical Journal. pasien. Isi dari psikoedukasi ini adalah : a.
2019 December; 23(4):e86970 Pendahuluan, b. Pengertian penyakit, c. Gejala dan
Faktor Resiko, d. Infromasi mengenai pengobatan,
efek samping, resiko pengobatan yang tidak
efektif, deteksi dini kambuh ulang, e. Pencegahan
kambuh ulang:pentingnya mengikuti subjek dan
peran mereka saat kambuh: komunikasi terjadwal
dengan dokter, pengobatan kepatuhan, jumlah
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
dan kualitas tidur, perlindungan pasien dan
mengetahui pasien tidak bersalah, peran stres dan
manajemennya, gejala melakukan bunuh diri dan
pengelolaannya, melibatkan kesabaran untuk
beberapa kemungkinan kegiatan
Instrumen:
Lembar infromasi
7. Jurnal : Design : Pada penelitian ini didapatkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Efektivitas intervensi Desain dalam penelitian ini adalah true angka kekambuhan (Relap) sehingga dapat direflekasikan dan
psikoedukasi keluarga terhadap experimental pre post test with control group pada kelompok intervensi lebih dikembangkan untuk menurunkan
kekambuhan pasien skizofrenia sedikit dibandingkan kelompok
angka kekambuhan pasien
Sampel : kontrol yaitu 2,04% dibanding-
Penulis : Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 kan 12,24%. Terdapat skizofrenia. Tahapan-tahapan
Rini Gusya Liza, Bahagia Loebis, orang responden. perbedaan yang bermakna pelaksanaan psikoedukasi ini bisa
Vita Camellia angka kekambuhan antara dilakukan oleh semua perawat,
kelompok intervensi dengan karena pelaksanaannya mudah dan
Publisher : Intervensi : kelompok kontrol dengan p = dapat memberikan kontribusi
Majalah Kedokteran Andalas, Sesi-sesi psikoedukasi keluarga antara lain joining 0,049 (p < 0,05). terhadap perkembangan kesehatan
Vol. 42, No. 3, September 2019, session (Sesi bergabung), educational workshops
jiwa pasien.
Hal. 128-136 (Lokakarya pendidikan) dan ongoing
psychoeducation sessions (Sesi psikoedukasi
berkelanjutan). Sesi bergabung terdiri dari sesi
bergabung I, II, dan III, yang masing-masing
dilakukan satu kali pertemuan selama satu jam
setiap sepuluh hari. Lama dari sesi bergabung ini
lebih kurang satu bulan. Pada masing-masing sesi
bergabung dilakukan tugas-tugas sesuai dengan
buku pedoman psikoedukasi keluarga.
Pada lokakarya pendidikan dilakukan seminar satu
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
hari dengan mengundang semua kelompok
anggota kelompok I. Adapun materi lokakarya
adalah Penjelasan tentang pengertian, penyebab
dan pengobatan skizofrenia, dampak skizofrenia
pada keluarga, penjelasan tentang psikoedukasi
keluarga dan diskusi.
Sesi psikoedukasi berkelanjutan ini dilakukan
minimal satu kali sebulan selama 5 bulan. Sesi ini
diusahakan dalam format kelompok multi-family
dimana dihadiri oleh beberapa anggota keluarga
dan pasien, bila tidak memungkinkan di lakukan
dalam format keluarga tunggal. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada sesi ini antara lain; sosialisasi,
mengidentifikasi isu-isu saat ini, melakukan
pemecahan masalah terstruktur (Menetapkan
masalah, memberikan solusi-solusi, mendiskusikan
keuntungan dan kerugian masing-masing solusi,
memilih solusi terbaik dan membentuk rencana
aksi).
Pada akhir penelitian diberikan kuesioner
penilaian jumlah kekambuhan pada kedua
kelompok.
Instrumen :
Lembar kuisioner penilaian jumlah kekambuhan
pada kedua kelompok.
8. Judul : Design: Hasil: Dibandingkan dengan Penelitian ini belum bisa diterapkan
Effectiveness of the Japanese Desain studi Ini adalah studi kelompok paralel TAU saja, SM-FPE plus TAU tidak karena Minat yang bersaing dalam
standard yang dikelompokkan berdasarkan onset baru / secara signifikan meningkatkan Penerapan SM-FPE tidak mengubah
family psychoeducation on the psikosis kronis dan lokasi implementasi di Jepang. semua pengasuh ' hasil individu. pengasuh ' T-kecemasan atau
mental Efek langsung meningkatkan hasil individu lainnya.
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
health of caregivers of young dari intervensi diamati pada Ketika beban mereka
adults with Sampel: pengasuh pasien kronis sebagai dipertimbangkan secara
schizophrenia: a randomised Subjek dalam penelitian ini adalah pasien perbaikan signifikan dari keseluruhan, ada bukti manfaat
controlled trial gangguan psikotik dan pengasuh utamanya. keseluruhan kondisi kesehatan intervensi pada keadaan kesehatan
Kriteria inklusi untuk pasien berusia antara 15 dan mental mereka pada 10 mental keseluruhan dari pengasuh
Penulis : 39 tahun, untuk saat ini menerima perawatan minggu, yang secara tidak pasien kronis. Namun, efek
Nao Shiraishi1 , Norio rawat jalan, dan untuk memenuhi kriteria langsung berlanjut hingga 14 intervensi tersebut tidak diamati
Watanabe, Fujika Katsuki, diagnostik dari Manual Diagnostik dan Statistik. minggu. Namun, efek intervensi dalam hasil terintegrasi dari pasien
Hajime Sakaguchi and Tatsuo Kriteria inklusi untuk pengasuh harus berusia yang baru saja onset. Program
tersebut tidak diamati pada
Akechi1 antara 20 dan 74 tahun, diklasifikasikan sebagai intervensi membutuhkan bukti yang
pengasuh pasien yang baru lebih kuat bahwa itu mendukung
memiliki salah satu hubungan berikut dengan
Publisher : pasien: orang tua, pasangan, saudara kandung, mulai. keluarga sebelum diseminasi lebih
BMC Psychiatry (2019) atau telah tinggal dengan pasien selama lebih dari luas.
3 bulan, dan untuk memainkan peran utama Peneliti gagal menunjukkan efek
dalam perawatan pasien. Kami mengecualikan SM-FPE pada Kecemasan dan hasil
pengasuh yang telah dinilai tidak cocok untuk individu lainnya dari pengasuh
berpartisipasi dalam penelitian ini karena alasan keluarga dewasa muda dengan
apa pun oleh skizofrenia. Analisis menunjukkan
psikiater yang bertanggung jawab atas pasien. bahwa kegagalan dalam
membuktikan kegunaan intervensi
Intervensi: keluarga sebagian dapat dikaitkan
74 perawat pasien rawat jalan berusia 30,1 tahun dengan kurangnya efektivitas dalam
(rata-rata) secara acak ditugaskan untuk menerima hasil terintegrasi dari para
TAU (pengobatan seperti biasa) sendiri atau TAU pengasuh. dari pasien baru-baru ini,
plus SM-FPE. Semua hasil diukur pada awal, pada di mana beban faktor kecemasan
akhir intervensi (10 minggu), dan 1 bulan setelah dan depresi lebih tinggi daripada
intervensi (14 minggu). Hasil utama adalah sifat beban perawatan dan emosi yang
kecemasan pengasuh pada 14 minggu. Hasil diekspresikan.
sekunder termasuk pengasuh ' kecemasan negara, Alasan utama untuk hasil negatif ini
tekanan psikologis, beban perawatan, dan emosi mungkin karena penggunaan
tindakan umum untuk menilai emosi
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
yang diekspresikan. negatif. Meskipun minat utama kami
Intervensi adalah para pengasuh 'predisposisi
SM-FPE terdiri dari sesi pendidikan (45 menit), kecemasan, kuesioner khusus
istirahat (15 menit), dan sesi kelompok (60 menit), psikosis mungkin lebih sensitif untuk
yang berlangsung setiap 2 minggu selama 8 mengevaluasi kecemasan keadaan
minggu. Program format kelompok dilakukan oleh mereka (misalnya Kuesioner Evaluasi
tim multidisiplin yang terdiri dari tiga sampai enam Keterlibatan). Alasan lain mungkin
anggota yang dipilih dari psikiater, psikolog klinis, efek lantai dalam tindakan penilaian.
perawat, terapis okupasi, dan pekerja sosial Dalam kasus STAI, skor 20,5% untuk
psikiatri. Kelompok kecemasan-T dan 30,1% untuk
individu termasuk tiga sampai lima pengasuh Sanxiety pada awal kurang dari 30%
utama, tetapi bukan kerabat mereka yang sakit. dari setiap skor standar, sesuai
Sesi pendidikan diberikan kepada sekelompok dengan kategori kecemasan
pengasuh sebagai ceramah interaktif yang rendah. Alasan lain yang mungkin
disesuaikan dengan masalah-masalah yang masih adalah perjalanan alami
muda. kecemasan dan bias keinginan
sosial, yang dapat dilihat pada
Instrumen: penurunan 5,2 poin pada
Lembar Inventaris kecemasan ciri-negara kecemasan-T dan 7,3 poin pada
(STAI). STAI adalah kuesioner laporan diri berisi kecemasan-S pada kelompok TAU
40 item yang mengukur sifat dan kecemasan saja, dari awal hingga 14 minggu,
negara. meskipun para pasien ' kondisinya
telah mengalami sedikit perubahan.
K6 Ini adalah alat skrining laporan diri singkat
Jenis pengurangan ini dapat
(enam item) yang awalnya dikembangkan
meningkatkan efek lantai pada hasil.
untuk mendeteksi gangguan depresi dan Terlepas dari faktor-faktor ini yang
kecemasan pada populasi umum. Skor total dapat merusak evaluasi kegunaan
berkisar dari 0 hingga 24 dan batas nilai 9 intervensi, studi pragmatis ini tidak
diadopsi dalam studi validasi di Jepang mengecualikan pengasuh dengan
Skala sikap keluarga (FAS) kecemasan di bawah ambang batas,
Tautan ' s skala stigma (LSS) Instrumen laporan karena pemilihan tersebut biasanya
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
mandiri dengan 12 pertanyaan ini dirancang tidak terjadi dalam pengaturan
untuk mengukur devaluasi dan diskriminasi klinis.
yang dirasakan pasien, anggota keluarga, dan Selain itu, SM-FPE dianggap tidak
masyarakat umum terkait penyakit mental. mampu meningkatkan pengasuh '
Penilaian fungsi global (GAF) Skala ini tekanan emosional. Analisis multi-
digunakan untuk melaporkan pasien ' fungsi kelompok menunjukkan bahwa
intervensi
keseluruhan. GAF dinilai dari 0 sampai 100
standar perlu ditingkatkan untuk
sehubungan dengan fungsi psikologis,
mengurangi kecemasan dan depresi
sosial,dan pekerjaan. Diskusi pengasuh orang muda
dengan psikosis baru secara lebih
efektif.
9. Judul : Design: Hasil uji terapi menunjukkan Penelitian ini bersifat aplikatif
Pengaruh Terapi Psikoedukasi Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif yang epatuhan minum obat ODS sehingga perlu direflikasi dan
Keluarga Skizofrenia Paranoid menggunakan desain eksperimental dengan paranoid pada kelompok dikembangkan untuk meningkatkan
Terhadap Kepatuhan Minum randomized pre post control group design intervensi dan kontrol setelah tingkat kepatuhan dalam meminum
Obat Pasien diberi terapi psikoedukasi obat serta menurunkan angka
Sampel: keluarga kambuh ulang dan dalam
Penulis : Sampel yang digunakan dalam penelitian ini skizofrenia paranoid, kepatuhan pengobatan.
Mohammad Fatkhul Mubin, adalah 38 responden dan ditambahkan 10% minum obat kelompok
Desi Ariyana Rahayu sebagai antisipasi responden yang drop out intervensi lebih baik dan
sehingga jumlah kelompok intervensi 42 orang dan berpengaruh secara bermakna
Publisher : kelompok kontrol 42 orang. dibanding kelompok kontrol
Jurnal KeperawatanLPPM (p=0,00).
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Intervensi:
Kendal (2019) Dilakukan penilaian kepatuhan minum obat diukur
menggunakan check list yang terdiri dari 3 item
pernyataan terkait kepatuhan minum obat ODS.
Kepatuhan minum obat ODS dengan
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
pengelompokan jawaban , yaitu skor “0“, jika lupa
dan atau menolak minum obat; “1”, jika teratur
minum obat. Kepatuhan minum obat ODS
dikategorikan sebagai berikut: patuh dan
tidakpatuh.
Instrumen:
Instrumen penelitian menggunakan check list
jadwal minum obat sesuai dosis.
10. Judul : Design: Tidak ada perbedaan yang Temuan penelitian ini menunjukkan
The Effectiveness of Family Penelitian ini merupakan metode eksperimen signifikan antara variabel bahwa pendidikan psikologis
Psychological Training on semu dengan desain pre-test dan post-test with penelitian dalam kelompok keluarga efektif dalam menurunkan
Prevention of Recurrence of control group. eksperimen dan kontrol dalam tinggi badan dan mencegah
Sympoms in Patients with pretest (P> 0/05). Hasil analisis kekambuhan pasien gangguan
Sampel: kovariansi menunjukkan bahwa kejiwaan. Oleh karena itu piha
Schizohrenia Spectum
Sampel penelitian adalah 30 pasien gangguan
Disorders mengadakan sesi psikoedukasi pelayanan kesehatan dapat
spektrum skizofrenia yang dipilih dengan metode
keluarga tentang pencegahan mengadakan sesi psikoedukasi secara
sampling tersedia dan secara acak dibagi menjadi
Penulis: gejala relaps (p <0,001, F = terstruktur
dua kelompok yang terdiri dari 15 orang.
Ahmadi A, Farahbakhsh, 182,1), mencegah kekambuhan
Moatamedy Intervensi: gejala negatif gangguan Psikosis
Sesi pelatihan untuk kelompok eksperimen (p <0,05, F = 5,24) dan efektif
Publisher: (keluarga pasien) diadakan selama 2 bulan (8 sesi). mencegah kekambuhan. gejala
IJPN (Nursing Psychiatric of Penelitian ini dilakukan dalam empat langkah positif gangguan Psikosis (p
Journal Iranian) Vol 8 sebagai berikut : <0,001, F = 48,54).
1. sampel di bagi menjadi dua kelompok,
kelompok eksperimen dan kontrol, kemudian
dilakukan pre-test
2. pada tahap kedua, pelatihan dilakukan pada
kelompok eksperimen yaitu keluarga yang menjadi
Metodologi
No. Jurnal Hasil A (Applicability)
(Design, Sampel, Variabel, Instrument)
pengasuh utama pasien selama 2 jam sebanyak 8
sesi yang dilakukan seminggu sekali
3.langkah ketiga kedusa kelompok kontrol dan
eksperimen mengisi kuesioner post test
4. setelah itu, enam bulan kemudia di evaluasi
kembali
Instrumen:
Skala gejala positif dan negatif pasien skizofrenia
Tabel 3.2 Matrik Telaahan Jurnal
Prosedur Meteode : Meteode : Metode: Metode: Meteode : Metode : Metode : Metode : Metode : Meteode :
pemberian Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan psikoedukasi Melakukan terapi Melakukan psikoedukasi
pengatura kepada pasien kepada keluarga pasien kepada 40 pasien yang pada 70 orang anggota kepada pasien skizoprenia kepada keluarga pasien kepada keluarga pasien keluarga pada kesehatan psikoedukasi keluarga kepada keluarga pasien
skizoprenia. skizoprenia skizoprenia. mental pengasuh dewasa skizofrenia paranoid skizoprenia
n elevasi menderita skizoprenia keluarga dengan
Prosedur: Prosedur: Dilakukannya muda terhadap
posisi Prosedur : Prosedur: yang masing-masing gangguan jiwa di wilayah Sampel dipilih dengan psikoedukasi oleh Prosedur : dengan skizofrenia peningkatan kepatuhan Prosedur:
kepala Penelitian dilakukan di Tidak dijelaskan dibagi kedalam 8 kerja puskesmas kedaton teknik purposive psikolog dan perawat Tahap awal pada minum obat ODS 1. sampel di bagi menjadi
unit perawatan akut dari kelompok yang terdiri Bandar Lampung. sampling sebanyak 16 kepada seluruh anggota penelitian ini keluarga Prosedur : paranoid. dua kelompok, kelompok
dua rumah sakit jiwa Durasi : dari 5 pasien dari tiap orang yang kemudian keluarga terdekat pasien. pasien skizofrenia yang 74 perawat pasien rawat eksperimen dan kontrol,
Jepang yang dijalankan Tidak dijelaskan kelompok dibagi menjadi 2 Isi dari psikoedukasi ini memenuhi kriteria inklusi jalan berusia 30,1 tahun Prosedur : kemudian dilakukan pre-
oleh Departemen Prosedur: kelompok yaitu kelompok adalah : a. Pendahuluan, diberikan informed(rata-rata) secara acak Dilakukan penilaian test
Psikiatri. Semua pasien eksperimen yang b. Pengertian penyakit, c. consent untuk mengikuti ditugaskan untuk kepatuhan minum obat 2. pada tahap kedua,
Prosedur: Pada penelitian ini
yang memenuhi kriteria berjumlah 8 responden Gejala dan Faktor Resiko, sesi-sesi psikoedukasi menerima TAU diukur menggunakan pelatihan dilakukan pada
inklusi diundang untuk Penelitian ini dilakukan di dilakukan dulu diberikan intervensi d. Infromasi mengenai keluarga. Sesi-sesi
(pengobatan seperti biasa) check list yang terdiri dari kelompok eksperimen
berpartisipasi dalam bangsal rawat inap pembagian kuisioner A psikoedukasi sedangkan pengobatan, efeksamping, psikoedukasi keluarga
sendiri atau TAU plus 3 item pernyataan terkait yaitu keluarga yang
penelitian ini. Pasien yang kejiwaan di Rumah Sakit yang berisi data kelompok kontrol yang resiko pengobatan yang antara lain joining session SM-FPE. Semua hasil kepatuhan minum obat menjadi pengasuh utama
setuju untuk berpartisipasi Kesehatan Jiwa kejiwaan responden dan kuisioner juga berjumlah 8 tidak efektif, d. Deteksi (Sesi bergabung), diukur pada awal, pada ODS. Kepatuhan minum pasien selama 2 jam
dalam penelitian di Kota Benha, Seorang B yang berisi pernyataan responden hanya dini kambuh ulang, e. educational workshops akhir intervensi (10 obat ODS dengan sebanyak 8 sesi yang
ditugaskan ke eksperimen pasien skizofrenia keluarga tentang diberikan pendidikan Pencegahan kambuh (Lokakarya pendidikan) minggu), dan 1 bulan pengelompokan jawaban , dilakukan seminggu
atau kontrol kesehatan. Pengumpulan ulang:pentingnya dan ongoingsetelah intervensi (14 yaitu skor “0“, jika lupa sekali
kenyamanan yang kedisiplinan pasien
kelompok. data dilakukan dengan mengikuti subjek dan psychoeducation sessions minggu). Hasil utama dan atau menolak minum 3.langkah ketiga kedusa
Prosedur dalam penelitian memenuhi kriteria inklusi minum obat yang mengisi lembar observasi peran mereka saat (Sesi psikoedukasi adalah sifat kecemasan obat; “1”, jika teratur kelompok kontrol dan
ini dilakukan empat sesi dan pengecualian dibagikan kepada setelah diberikan kambuh: komunikasi berkelanjutan). pengasuh pada 14 minum obat. Kepatuhan eksperimen mengisi
yang mencakup empat termasuk dalam penelitian keluarga pasien dan hasil intervensi psikoedukasi terjadwal dengan dokter, Sesi bergabung terdiri minggu. Hasil sekunder minum obat ODS kuesioner post test
topik : Gejala penyakit ini. Para peneliti bertemu wawancara terhadap pada kelompok pengobatan kepatuhan, dari sesi bergabung I, II, termasuk pengasuh ' dikategorikan sebagai 4. setelah itu, enam bulan
psikotik, hubungan antara setiap pasien secara pasien. Setelah data eksperimen ssebanyak 5 jumlah dan kualitas tidur, dan III, yang masing- kecemasan negara, berikut: patuh dan kemudia di evaluasi
penyakit psikogenik dan individual setelah dikumpulkan dilakukan sesi dalam waktu 2,5 perlindungan pasien dan masing dilakukan satu tekanan psikologis, beban tidakpatuh. kembali
stres, efek utama dan efek minggu dan pendidikan mengetahui pasien tidak kali pertemuan selama perawatan, dan emosi
memperkenalkn diri analisa univariate berupa
samping obat antipsikotik, kesehatan pada kelompok bersalah, peran stres dan satu jam setiap sepuluh yang diekspresikan. Durasi : Durasi :
dan bagaimana pasien mereka kepada pasien presentase tiap variabel, kontrol langsung di rumah manajemennya, gejala hari. Lama dari sesi Intervensi Tidak dijelaskan secara 8 Sesi 2 jam setiap
dapat belajar hidup untuk menjelaskan tujuan dan analisa bivariat responden. melakukan bunuh diri dan bergabung ini lebih
SM-FPE terdiri dari sesi rinci sesinya, dilakukan dalam
dengan penyakit mereka penelitian, memastikan menggunakan uji T- pengelolaannya, kurang satu bulan. pendidikan (45 menit), 2 bulan
di masyarakat. kerahasiaan dan untuk independen. Durasi : melibatkan kesabaran Pada lokakaryaistirahat (15 menit), dan
Waktu pelaksanaan mendapatkan persetujuan 5 sesi dalam waktu 2,5 untuk beberapa pendidikan dilakukansesi kelompok (60 menit),
psikoedukasi ini selama 1 lisan yang diinformasikan minggu kemungkinan kegiatan seminar satu hari dengan yang berlangsung setiap 2
bulan dilakukan 1 minggu mengundang semuaminggu selama 8 minggu.
untuk mencari kerja sama
sekali, dan untuk satu Durasi : kelompok anggota
Program format
pertemuan diberikan peserta sebelum metode Tidak dijelaskan kelompok I. kelompok dilakukan oleh
waktu 60-90 menit. intervensi diterapkan. Sesi psikoedukasi tim multidisiplin yang
Selanjutnya pasien Pekerjaan lapangan berkelanjutan dilakukan terdiri dari tiga sampai
mengisi lembar kuisioner termasuk 40 pasien. Para minimal satu kali sebulan enam anggota yang
yang sudah disediakan. peneliti menyelesaikan selama 5 bulan. dipilih dari psikiater,
kuesioner (pra-program) Setelah selesai sesi
psikolog klinis, perawat,
Durasi : berkelanjutan selama 5 terapis okupasi, dan
Dilakukan seminggu dari pasien selama dua bulan kelurga pasien pekerja sosial psikiatri.
sekali selama 60-90 menit hari seminggu dari dilakukan evaluasi dengan Kelompok
(Total empat kali) 10. Am ke 12, 30. PM, mengisi kuisioner yang individu termasuk tiga
setiap pasien sudah disediakan. sampai lima pengasuh
diwawancarai selama utama, tetapi bukan
setengah jam (5 pasien / Durasi : kerabat mereka yang
6 bulan mulai dari sesi sakit. Sesi pendidikan
hari / 4 minggu). Proses
bergabung sampai sesi diberikan kepada
ini memakan waktu satu psikoedukasi sekelompok
bulan (Januari berkelanjutan. pengasuh sebagai
2017). Data dikumpulkan ceramah interaktif yang
menggunakan metode disesuaikan dengan
wawancara dan masalah-masalah yang
observasional. masih muda.
Lembaran diisi secara
Durasi :
individual oleh para
peneliti untuk setiap 8-14 minggu
pasien. Sesi dilakukan
selama (Februari hingga
Maret 2017), melalui 2
hari / minggu. Para
peneliti bertemu 4
kelompok pasien setiap
hari dibagi menjadi dua
kelompok dalam sesi, di
mana setiap kelompok
terdiri dari 5
pasien. Isinya diulang
untuk setiap kelompok
oleh para peneliti. Setiap
sesi berlangsung sekitar
45 hingga 60
menit. Jumlah total sesi
adalah 7 (1 Pengantar
tentang program, 2 Sesi
Teoritis dan 3 Praktis dan
sesi akhir bagi pasien
untuk merevisi konten
program dan
mendapatkan gambaran
tentang semua sesi dan
tujuan mereka. Kemudian
Isi alat pengumpulan data
pasca intervensi program
yang digunakan
sebelumnya.
Durasi:
Masa pelaksanaan selama
2 bulan.
Jumlah 56 responden 40 responden 70 responden 20 orang responden. 2192 responden. 50 responden 284 pengasuh keluarga, 38 responden dan 30 responden
sampel 238 ditambahkan 10% sebagai
di antaranya memenuhi antisipasi responden yang
kriteria kelayakan. Dari
drop out sehingga jumlah
74 peserta, 37 secara acak
menerima SMFPE plus kelompok intervensi 42
TAU dan 37 menerima orang dan kelompok
TAU saja. Jumlah kontrol 42 orang
peserta di setiap fasilitas
adalah 24 (RS Yagoto),
21 (RS Jiwa Kusunoki),
12 (RS Toyota-nishi), dan
17 (RS Minami-chita).
Karakteris 1. Usia Tidak dijelaskan 1. Rentang usia: Dari Responden pada Pasien dengan gangguan Merupakan pasien yang Keluarga pasien Kriteria inklusi untuk Tidak jelaskan Pasien merupakan
tik 25 hingga 65 tahun. penelitian ini merupakan jiwa skizofrenia, tidak dirawt dari tahun 2009- skizofrenia yang berperan pasien berusia antara 15 gangguan skizofrena
responden 2. Jenis kelamin
2. Seks: Laki-laki. anggota keluarga pasien dijelaskan secara detail 2014 sebagai caregiver dan
39 tahun, untuk saat ini
yang 3. Kemampuan untuk dengan yang mempunyai karakteristik responden. (Perawat pasien) yang
3. Berapa kali subjek menerima perawatan
diberikan anggota keluarga dengan datang ke Poli Psikiatri rawat jalan, dan untuk
menjalani pemeriksaan menanggapi
intervensi gangguan jiwa di wilayah RSJ Daerah Pemprov memenuhi kriteria
dirawat di rumah sakit pertanyaan dan
kerja Puskesmas Kedaton Sumatera Utara pada diagnostik. Kriteria
menghadiri rapat. Bandar Lampung. Akan Juni-Desember 2014 dan inklusi untuk pengasuh
4. Rejimen antipsikotik
4. Kesediaan untuk tetapi pada penelitian ini memenuhi kriteria inklusi. harus berusia antara 20
diberikan
berpartisipasi dalam Tidak dijelaskan secara dan 74 tahun,
Skor GAF penelitian. diklasifikasikan sebagai
detail karakteristik
memiliki salah satu
responden hubungan berikut dengan
pasien: orang tua,
pasangan, saudara
kandung, atau telah
tinggal dengan pasien
selama lebih dari 3 bulan.
Alat ukur Kuesioner terstruktur Lembar observasi Personal Evaluations of Lembar observasi Lembar observasi Tidak dijelaskan Lembar kuisioner Lembar Inventaris Instrumen penelitian skala gejala positif dan
yang kekambuhan pasien Transitions in Treatment penilaian jumlah kecemasan ciri- menggunakan check list negatif skizofrenia
digunakan skizofrenia dan Operating (PETiT) dan -Clinician kekambuhan pada kedua jadwal minum obat sesuai
negara (STAI).
kelompok dosis.
Procedure ofFamily Rating Scale (CRS) Lembar K6
Psychoeducatin Therapy Skala sikap
keluarga (FAS)
Tautan ' s skala
stigma (LSS)
Penilaian fungsi global
(GAF)
Outcome Pada kelompok Dari hasil uji statistik Berdasarkan temuan Hasil penelitian ini Intervensi psikoedukasi Penelitian menunjukkan Pada penelitian ini Penelitian ini belum bisa Hasil uji terapi Tidak ada perbedaan yang
intervensi, skor rata-rata didapatkan p penelitian ini, menunjukan terdapat lebih efektif bahwa penerimaan didapatkan angka diterapkan karena Minat menunjukkan kepatuhan signifikan antara variabel
untuk semua pengukuran value (0,000) < 0,05 tang disimpulkan bahwa perubahan bermakna meningkatkan kepatuhan psikoedukasi oleh kekambuhan (Relap) pada yang bersaing dalam minum obat ODS penelitian dalam
berobat pasien skizofrenia keluarga berpengaruh paranoid pada kelompok
secara signifikan lebih artinya family program psiko-pendidikan kemandirian dan kelompok intervensi lebih Penerapan SM-FPE tidak kelompok eksperimen dan
daripada pendidikan positif terhadap tingkat intervensi dan kontrol
baik setelah intervensi psychoeducation memiliki efek appositive kepatuhan berobat setelah kesehatan penerimaan kembali ( t = sedikit dibandingkan mengubah pengasuh ' T- setelah diberi terapi kontrol dalam pretest (P>
dibandingkan sebelum memberikan pengaruh untuk pasien skizofrenia diberikan terapi 41,30, P <0,001) dan lama kelompok kontrol yaitu kecemasan atau psikoedukasi keluarga 0/05). Hasil analisis
intervensi. terhadap kekambuhan pada kepatuhan mereka keperawatan (p- value< tinggal di rumah sakit 2,04% dibanding-kan meningkatkan hasil skizofrenia paranoid, kovariansi menunjukkan
penderita skizofrenia terhadap obat antipsikotik α=0,05). Terhadap ( t = 39,10, P <0,001) 12,24%. individu lainnya. SM-FPE kepatuhan minum obat bahwa mengadakan sesi
di Kota Kediri. dengan nilai pValue= hubungan erat antara dianggap tidak mampu kelompok intervensi lebih psikoedukasi keluarga
0,000 kemandirian dan meningkatkan pengasuh ' baik dan berpengaruh tentang pencegahan gejala
kepatuhan berobat ( p- tekanan emosional. secara bermakna relaps (p <0,001, F =
value<α=0,005. dibanding kelompok 182,1), mencegah
Meningkatkan kontrol (p=0,00). kekambuhan gejala
kemandirian pasien negatif gangguan Psikosis
terhadap minum obat. (p <0,05, F = 5,24) dan
efektif mencegah
kekambuhan. gejala
positif gangguan Psikosis
(p <0,001, F = 48,54).
Kesimpulan : Berdasarkan analisis 10 jurnal yang terdiri dari 5 jural nasional dan 5 jurnal internasional dapat disimpulkan bahwa intervensi psikoedukasi kepada keluarga dapat mempenga ruhi proses perawatan pasien terutama mencegah kekambuhan akibat putus obat. Sehingga penerapan
psikoedukasi dapat dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal seperti durasi intervensi selama minimal 3 bulan dengan beberapa sesi yang memfokukan pada pengobatan pasien sehingga tidak terjadi putus obat. Peran serta keluarga dan kemampuan pemberi psikoedukasi menjadi penentu
dalam keberhasilan psikoedukasi keluarga ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pencarian literatur menghasilkan beberapa jurnal yang kami anggap dapat dijadikan
bukti ilmiah dalam memberikan psikoedukasi keluarga. Semua jurnal diperiksa oleh masing-
masing anggota kelompok dan kami tidak menghubungi penulis jurnal untuk
mengkonfirmasi atau menanyakan data yang dianggap kurang jelas. Dari beberapa jurnal
yang didapatkan, kami menelaah 10 jurnal yang melibatkan intervensi yang bertujuan
melihat efektifitas psikoedukasi keluarga terhadap kepatuhan minum obat pada pasien
dengan gangguan jiwa yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Desain penelitian
yang digunakan adalah pra eksperimen, quasy eksperimen, true eksperimen dan RCT. Kami
meninjau dan menyusun bahasan dari setiap jurnal tentang prosedur intervensi psikoedukasi
sesi yang mencakup 4 topik yaitu gejala penyakit psikotik, hubungan penyakit psikogenik
dan stres, efek utama dan efek samping obat psikotik dan bagaimana pasien dapat belajar
hidup dengan penyakit mereka di masyarakat. Sesi ini dilakukan seminggu sekali selama 60-
90 menit (total 4 kali pertemuan) dalam pengaturan grup tertutup. Responden pada penelitian
ini merupakan keluarga pasien dengan rentang usia 25-65 tahun sebanyak 56 orang. Pada
penelitian ini disebutkan hanya dapat dilakukan oleh perawat yang sudah melakukan
dari 7 sesi yaitu sesi pertama: peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan tujuan dilakukan
psikoedukasi dan mendengarkan perasaan dan masalah peserta; sesi kedua: mendiskusikan
definisi, gejala positif dan negatif serta pengobatan skizofrenia; sesi ketiga: mengidentifikasi
komplikasi dan konsekuensi penyakit dan efek samping obat-obatan; sesi keempat: berlatih
langkah-langkah untuk mematuhi obat-obatan; sesi kelima: menerapkan teknik relaksasi otot
untuk pasien; sesi keenam: melatih pasien tentang keterampilan memecahkan masalah; sesi
ketujuh: ringkasan dan kesimpulan, meninjau bahan terlatih dan menerima umpan balik dari
pasien. Intervensi ini dilakukan sebanyak 7 sesi, masing-masing berlangsung 45-60 menit
dan dilakukan setiap hari. Penelitian dilakukan kepada keluarga pasien sebanyak 40
responden dengan rentang usia 25-65 tahun. Menurut Zaki, et al (2018), intervensi ini
bersifat aplikatif dan dapat dikembangkan untuk mencegah kekambuhan dan meningkatkan
kepatuhan pengobatan.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zaki, et al (2018), proses intervensi
yang dilakukan pada penelitian Niksalehi, et al (2019) memiliki tahapan yang sama yaitu
pengobatan, efek samping, resiko pengobatan yang tidak efektif, deteksi dini kambuh ulang,
serta pencegahan kambuh ulang dengan menjelaskan mengenai pentingnya mengikuti subjek
dan peran mereka saat pasien kambuh, komunikasi terjadwal dengan dokter, pengobatan
kepatuhan, jumlah dan kualitas tidur, perlindungan pasien dan mengetahui pasien tidak
bersalah, peran stres dan manajemennya, gejala melakukan bunuh diri dan pengelolaannya,
responden terbanyak yaitu 2092 pasien yang sudah dirawat dari tahun 2009-2014 dengan
rentang usia 13-65 tahun. Intervensi ini bersifat aplikatif dan dikembangkan untuk
Pada penelitian yang dilakukan oleh Liza (2019), sesi psikoedukasi keluarga antara
lain joining session, educational workshops dan ongoing psychoeducation sessions. Sesi
bergabung terdiri dari sesi bergabung I, II, dan III, yang masing-masing dilakukan satu kali
pertemuan selama satu jam setiap sepuluh hari. Lama dari sesi bergabung ini lebih kurang
satu bulan. Pada lokakarya pendidikan dilakukan seminar satu hari dengan mengundang
semua kelompok anggota kelompok. Adapun materi yang disampaikan pada sesi
educational workshops ini sama dengan intervensi yang dijelaskan oleh dan Niksalehi et al
(2019) dan Zaki, et al (2018) yaitu penjelasaan mengenai pengertian, penyebab dan
pengobatan skizofrenia, dampak skizofrenia pada keluarga, penjelasan tentang psikoedukasi
keluarga dab diskusi. Ongoing psychoeducation sessions dilakukan minimal satu kali
isu-isu saat ini, melakukan pemecahan masalah terstruktur. Setelah selesai sesi berkelanjutan
selama 5 bulan kelurga pasien dilakukan evaluasi dengan mengisi kuisioner yang sudah
disediakan. Durasi psikoedukasi selama 6 bulan mulai dari joining session sampai ongoing
psychoeducation sessions. Responden pada penelitian ini adalah keluarga pasien sebanyak
50 orang. Menurut Liza et al (2019), intervensi ini bersifat aplikatif dan dapat dilakukan oleh
10 jurnal diatas, maka keputusan klinis yang diambil dipersempit menjadi 4 jurnal yang
memenuhi VIA terlengkap. Dari 10 jurnal di atas menunjukan bahwa semua penelitian
menyebutkan ada pengaruh yang signifikan terkait efektifitas psikoedukasi keluarga terhadap
kepatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa diantaranya penelitian yang
(2018) dan Mubin et al (2019) menghasilkan nilai p<0,005 yang artinya psikoedukasi
keluarga memberikan pengaruh terhadap kepatuhan minum obat pasien dengan gangguan
jiwa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari et al (2017), Niksalehi et al (2019),
keluarga terhadap pencegahan relaps atau kekambuhan pada pasien akibat tidak patuh obat.
perawatan medis untuk menghilangkan gejala, terapi (psikologis) untuk membantu mereka
beradaptasi dengan konsekuensi atau akibat dari gangguan tersebut, dan layanan sosial untuk
membantu mereka dapat kembali hidup di masyarakat dan menjamin mereka dapat
memperoleh akses untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu perawatan yang
biasa diberikan kepada pasien skizofrenia adalah terapi biologis seperti terapi obat. Hal ini
perlu dipahami oleh pasien dan keluarganya dengan memberikan pemahaman melalui
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Luaran psikoedukasi keluarga ialah
menjadikan keluarga sebagai pelaku asuh bagi pasien dengan gangguan jiwa (Ngoc, Weiss,
Psikoedukasi keluarga telah terbukti menjadi intervensi yang efektif untuk pasien
dengan skizofrenia dan anggota keluarga mereka (Song et al., 2015 dalam Liza, 2019).
Psikoedukasi dikenal untuk mengurangi tingkat kekambuhan dan rawat inap di beberapa
gangguan kejiwaan seperti skizofrenia, depresi dan gangguan bipolar. Hal ini sejalan dengan
penelitian Chen, et al., (2018); Connolly, et. al., (2018) menyebutkan keefektifan
psikoedukasi keluarga yaitu pada gangguan jiwa skizofrenia/ psikosis, manik, bipolar,
Disamping efektif dalam sebagian jenis gangguan jiwa, psikoedukasi keluarga juga
efektif dalam mencegah kekambuhan pasien dengan gangguan jiwa pada pasien skizofrenia/
psikosis, bipolar, manik, depresi (Mukherjee, 2017; Reins et. al., 2018). Efektivitas
pencegahan kekambuhan tersebut antara lain telah dibuktikan dibeberapa negara antara lain:
Brazil (Lima, et al., 2017); Jepang (Shiraishi, et. al, 2019); Iran (Mirsepassi, et al., 2018);
Nepal (Gupta, et al., 2018); Prancis (Villani, 2019); Indonesia khususnya di Yogyakarta
(Marchira, et. al., 2019). Sedangkan penelitian Harvey, (2018) menyebutkan metode ini
kesehatan, kepatuhan dengan farmakoterapi dan menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku
kekerasan (Fahrizal, Mustikasari & Daulima, 2020). Dengan demikian, biaya kesehatan
mental yang signifikan dan penderitaan manusia yang substansial dapat dihindari dengan
partisipasi pasien dan anggota keluarga pada intervensi yang murah ini (Kluge, 2013 dalam
Liza, 2019).
dan keluarga mereka dapat mengurangi angka relap dan mempunyai efek positif pada pasien
dan keluarga seperti mengurangi beban keluarga. Intervensi yang lebih dari 3 bulan lebih
pengobatan pasien skizofrenia dan keluarga mereka dinilai dengan metaanalisis/ review dan
studi tunggal yang penting setelah meta-analisis diterbitkan. Ditemukan bahwa psikoedukasi
untuk pasien dengan skizofrenia dan keluarga mereka dapat mengurangi tingkat kekambuhan
pasien ini; intervensi keluarga jangka panjang (yaitu, dengan jangka waktu lebih dari 3
bulan) sangat membantu. Studi meta-analisis oleh Cochrane Schizophrenia Group Trials
yang menilai semua studi randomized controlled trials relevan yang berfokus pada
terhadap pengobatan dan juga mengurangi lama dirawat di rumah sakit selain itu efektif
secara klinis dan menguntungkan secara finansial (Xia et al., 2011 dalam Liza, 2019).
dan terapi, sehingga caregiver lebih memahami tentang penyakit pasien. Psikoedukasi
komunikasi dan mengurangi stress (Center for Mental Health Services, 2009 dalam Liza,
2019).
Pemberian informasi yang lengkap tentang apa yang terjadi pada pasien skizofrenia
kemampuan keluarga dalam merawat pasien dengan skizofrenia juga lebih meningkat.
Pemberian motivasi dan dorongan kepada keluarga juga dapat mengurangi perasaan cemas
dan khawatir keluarga pasien. Penggunaan modul sebagai alat bantu pembelajaran dalam
pelaksanaan intervensi psikoedukasi ini ternyata juga sangat bermanfaat, karena pemahaman
keluarga ternyata lebih meningkat apabila pembelajaran diberikan dengan metode audio
visual, tidak hanya dengan audio atau visual saja. Dengan adanya materi-materi tiap sesi
psikoedukasi yang terdapat di dalam modul membuat keluarga lebih memahami tentang
skizofrenia. Selain itu, dengan adanya gambar-gambar yang terdapat di dalam modul juga
Hambatan dalam pelaksanaan psikoedukasi keluarga ialah masih adanya stigma pada
masyarakat secara umum yang cenderung dapat mempengaruhi hasil psikoedukasi keluarga
dan keterbatasan sumber daya rumah sakit (Mirsepassi, et al., 2018); keenganan
menerapkannya (Lima, et al., 2017). Stigma disebabkan karena ketidaktahuan tentang pasien
dnegan gangguan jiwa (Tristiana, Fitryasari, & Nihayati, 2018) dan proses penyembuhan
keluarga untuk merawat dan mendukung program pemulihan dan pencegahan kekambuhan
pasien dnegan gangguan jiwa di rumah. Stigma dapat mencegah individu dan kelompok
untuk diterima seutuhnya secara sosial (Smetana, 2020); dan cenderung membuat keluarga
mengucilkan orang dengan gangguan jiwa karena dianggap aib keluarga. Keterbatasan
Keterbatasan ini lebih dikaitkan dengan fasilitas dan tenaga kesehatan yang melaksanakan
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Chien, W. T., Cheng, H. Y., McMaster, T. W., Yip, A. L., & Wong, J. C. (2019).
Effectiveness of a mindfulness-based psychoeducation group programme for
early-stage schizophrenia: An 18-month randomised controlled
trial. Schizophrenia research, 212, 140-149.
Connolly, S., Grasser, K. C., Chung, W., Tabern, K., Guiou, T., Wynn, J., & Fristad,
M. (2018). Multi-family psychoeducational psychotherapy (MF-PEP) for
children with high functioning autism spectrum disorder. Journal of
Contemporary Psychotherapy, 48(3), 115-121.
Fahrizal, Y., Mustikasari, M., & Daulima, N. H. C. (2020). Changes in The Signs,
Symptoms, and Anger Management of Patients with A Risk of Violent
Behavior After Receiving Assertive Training and Family Psychoeducation
Using Roy’s Theoretical Approach: A Case Report. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 23(1), 1-14.
Harvey, C. (2018). Family psychoeducation for people living with schizophrenia and
their families. BJPsych Advances, 24(1), 9-19.
Lima, F., Selau, T., Menegalli, V., Magalhães, P., & Rosa, A. (2017). Brief family
psycho-education program for caregivers of inpatients with severe mental
illness. European Psychiatry, 41(S1), s789-s789.
Liza, R. G., Loebis, B., & Camellia, V. (2019). Efektivitas intervensi psikoedukasi
keluarga terhadap kekambuhan pasien skizofrenia. Majalah Kedokteran
Andalas, 42(3), 128-136.
Mirsepassi, Z., Tabatabaee, M., Sharifi, V., & Mottaghipour, Y. (2018). Patient and
family psychoeducation: Service development and implementation in a center
in Iran. International Journal of Social Psychiatry, 64(1), 73-79.
Ngoc, T. N., Weiss, B., & Trung, L. T. (2016). Effects of the family schizophrenia
psychoeducation program for individuals with recent onset schizophrenia in
Viet Nam. Asian journal of psychiatry, 22, 162-166.
Reins, J. A., Boß, L., Lehr, D., Berking, M., & Ebert, D. D. (2019). The more I got,
the less I need? Efficacy of Internet-based guided self-help compared to
online psychoeducation for major depressive disorder. Journal of affective
disorders, 246, 695-705.
Sari, D. K., & Wardani, L. K. (2017). Efektifitas Pemberian Family Psychoeducation
(Fpe) terhadap Kepatuhan Minum Obat Penderita Skizofrenia di Kota
Kediri. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 48-52.
Tristiana, R. D., Yusuf, A., Fitryasari, R., Wahyuni, S. D., & Nihayati, H. E. (2018).
Perceived barriers on mental health services by the family of patients with
mental illness. International journal of nursing sciences, 5(1), 63-67.
LAMPIRAN
Kesimpulan:
Pada penelitian ini kurang menjelaskan prosedur
intervensi pada jurnal.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung
kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate
2. Judul: V1. Validitas Seleksi Berdasarkan temuan penelitian ini, Program harus dirancang oleh rumah
Effect of Psycho - EducationalKriteria inklusi: pada penelitian ini adalah 40 pasien laki- disimpulkan bahwa program psiko- sakit jiwa melalui penyedia layanan
Program for Schizophrenic Patients laki usia 25 sampai 65 tahun yang mampu menanggapi pendidikan memiliki efek kesehatan untuk meningkatkan
on Their Adherence to pertanyaan dan menghadiri rapat dan bersedia untuk appositive untuk pasien skizofrenia kesadaran klien tentang penyakit dan
Antipsychotic Medication jadi responden pada kepatuhan mereka terhadap kepatuhan obat-obatan mereka untuk
Kriteria Eksklusi: pasien ingin mengakhiri kegiatan, obat antipsikotik. mengurangi tingkat kambuh dan
Penulis: pasien dengan diagnosis primer depresi dan gangguan sering dirawat di rumah sakit.
Mawaheb Mahmoud Zaki, Fathyea kejiwaan co-morbid
Said Sayed & Faten Mohamed
Ahmed Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dan
Publiser: kriteria inklusinya dan kriteria eksklusinya.
IOSR Journal of Nursing and Health
Science (IOSR-JNHS) Vol. 7,
Issue 6 Ver. V (Nov- Dec, 2018)V2. Validitas Informasi
Penelitian ini menggunakan desain Quasy experiment pre
and post test desgin. Penelitian ini dilakukan selama 7
sesi masing-masing dilakukan selama 45-60 menit
setiap hari. Sesi pertama program: - Para peneliti
memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada pasien
tujuan penelitian untuk mencari kerja sama peserta dan
menekankan bahwa semua informasi yang
dikumpulkan sangat rahasia. Mendengarkan perasaan
dan masalah para peserta.
1. Sesi kedua:-Diskusikan (Definisi, gejala
positif & negatif dan pengobatan skizofrenia).
2. Sesi ketiga: Identifikasi komplikasi &
konsekuensi penyakit dan efek samping obat-
obatan.
3. Sesi keempat: Berlatih langkah-langkah
untuk mematuhi obat-obatan.
4. Sesi kelima: Menerapkan teknik relaksasi
otot untuk pasien.
5. Sesi keenam: Melatih pasien tentang
keterampilan memecahkan masalah.
6. Tujuh sesi: Ringkasan dan kesimpulan,
meninjau bahan terlatih dan menerima umpan
balik dari pasien.
Evaluasi dilakukan melalui post test yang mirip dengan
pre tes yang diterapkan menggunakan Personal
Evaluations of Transitions in Treatment ( PETiT) dan
Clinician Rating Scale (CRS)
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya dan disesuaikan dengan kondisi dan usia
responden.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung
kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya dan disesuaikan dengan kondisi pasien.
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate
Kesimpulan:
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
Judul: V6. Validitas Seleksi Keteraturan pasien berobat Keluarga dapat menerapkan dan
Efektifitas Intervensi PsikoedukasiKriteria Inklusi mengakibatkan gejala pasien mengaplikasikan ilmu yang telah di
terhadap Kepatuhan Berobat PasienPasien dengan gangguan jiwa skizofrenia, akan tetapi meningkat dan menjadi marah- berikan oleh peneliti selama
Skizofrenia. tidak dijelaskan secara detail karakteristik responden. marah bahkan sampai mengamuk. pelaksanaan intervensi psikoedukasi
Kriteria eksklusi Selain memberikan psikoedukasi sehingga kualitas kesehatan pasien
Penulis: Pada penelitian ini tidak menjelaskan kriteria eksklusi
tentang perawatan pasien lebih meningkat. Diharapkan kepada
Neila Sulung, Nice Foresa Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang secara general subjek skizofrenia juga memberikan Kepala Puskesmas Piladang beserta
Publisher: dan kriteria inklusinya, namun tidak di jelaskan secara informasi tentang bagaimana cara tim perencanaan kegiatan puskesmas
Real in Nursing Journal, 1(1), 1-11. detail, juga kriteria eksklusinya. meminum obat sesuai dengan dapat dapat membuat kebijakan
2018 prinsip enam benar. Pemberian tentang pelaksanaan intervensi
V7. Validitas Informasi reinforcement terhadap tindakan psikoedukasi pada pasien skizofrenia
Pada penilitian ini sebanyak 16 orang yang kemudian yang dilakukan oleh keluarga yang dan menetapkan program pelayanan
dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sesuai dengan cara perawatan kesehatan jiwa masyarakat sebagai
eksperimen yang berjumlah 8 responden diberikan pasien skizofrenia dapat salah satu program utama yang ada
intervensi psikoedukasi sedangkan kelompok kontrol meningkatkan rasa percaya diri dan di puskesmas
yang juga berjumlah 8 responden hanya diberikan perasaan lega keluarga, sehingga
pendidikan kesehatan. Pengumpulan data dilakukan
hal ini patut untuk dilakukan
dengan mengisi lembar observasi setelah diberikan
intervensi psikoedukasi pada kelompok eksperimen
selanjutnya.
ssebanyak 5 sesi dalam waktu 2,5 minggu dan
pendidikan kesehatan pada kelompok kontrol langsung
di rumah responden
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
lembar observasi.
V8. Validitas Pengontrolan Perancu
Tidak dijelaskan faktor perancu dalam penenlitian ini
Kriteria eksklusi
Adapun kriteria eksklusi keluarga dalam penelitian ini
adalah keluarga ODS paranoid yang mempunyai
keterbatasan fisik, keluarga ODS paranoid yang tidak
bersepakat mengikuti proses penelitian, keluarga ODS
paranoid yang tidak dapat membaca dan menulis.
Sedangkan kriteria eksklusi ODS sebagai berikut:
pasien ODS paranoid yang mempunyai dua diagnosis
fisik dan psikis, pasien ODS paranoid yang
keluarganya menolak mengikuti proses penelitian
Kesimpulan:
Penelitian ini menjelaskan tentang ketepatan subjek dari
kriteria inklusinya dan kriteria eksklusinya.
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat
dengan observasi langsung
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung
Kesimpulan:
Penelitian ini sudah tepat dalam penjelasan proses
penelitiannya .
Analisis dilakukan dengan tepat dan diperkuat dengan
observasi dan wawancara langsung
Kesimpulan:
Analisis yang dilakukan tepat. Terdapat sajian data
univariat sebagai baseline data dan hasil bivariate,
V6. Validitas Eksterna
Hasil Parantaman et al (2010) juga menunjukkan
bahwa kesadaran pengasuh tentang sifat pelatihan
secara signifikan meningkatkan tekanan dan tanggung
jawab dalam pemeliharaan sakit menurunkan banyak
masalah dengan tindak lanjut setelah pasien
dipulangkan menerima pelatihan Ha telah dipecahkan
dan berpengalaman.
Sein et al. (2017) mengungkapkan bahwa mereka
menerima dan menolak menerima intervensi
pendidikan psikologis untuk pengasuh di rumah pasien
gangguan kejiwaan.
Kesimpulan :
Terdapat pembahasan non interna causal validity,
pembahasan internal validity dan eksternal validity.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR