Anda di halaman 1dari 82

Proposal

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA
BUDHI DHARMA YOGYAKARTA

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta.

Oleh :
Upriani
141100255

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YOGYAKARTA
2018
2

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP


TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA
BUDHI DHARMA YOGYAKARTA
Disusun Oleh :

UPRIANI

141100255

Tealah disetujui oleh :

Pembimbing I

Wiwin Priyantari, S.Kep., Ns., M.Kes Tanggal :

Pembimbing II

Despita Pramesti, S.Kep., Ns., M.Kes Tanggal :


3

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN


DARAH PADA LANSIA DI PANTI WREDHA
BUDHI DHARMA YOGYAKARTA
Disusun Oleh:
UPRIANI
141100255
Telah diseminarkan pada:
Hari :
Tanggal :

Penguji Utama
Tri Prabowo S.Kp., M.Sc (……………………….)

Penguji I
Wiwin Priyantari, S.Kep., Ns., M.Kes (……………………….)

Penguji II
Dr. Sri Handayani, Kep., NS., M.Kes (……………………….)

Mengesahkan,
Ketua Stikes Yogyakarta

Sulistyaningsi Prabawati, S.SiT., M.Kes


4

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Upriani
Nim : 141100255
Jurusan : SI Keperawatan
Institusi : Stikes Yogyakarta
Judul : Pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia di Panti
Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.

Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal ini benar-benar karya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan
karya ilmiah yang lazim.

Yogyakarta, April 2018


Yang menyatakan,

Upriani
5

MOTO

“Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah” Lessing.

“Musuh yang paling berbahaya didunia ini adalah penakut dan bimbang. Teman
yang paling setia, hanyalah kebeanian dan keyakinan yang teguh” Andrew
Jackson.

“Manusia tidak merancang untuk gagal, mereka gagal untuk merancang” William
J. Siegel.

“Tiadanya keyakinanlah yang membuat orang takut menghadapi tantangan; dan


saya percaya pada diri saya sendiri” Muhammad Ali.
6

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, proposal ini saya persembahkan


kepada:
1. Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT dengan limpahan berkah
dalam kasih-Nya, dengan jutaan nikmat jadi penghantar, dan dalam deburan
cinta yang takkan pernah dapat diungkapkan. Terimakasih Yaa Allah atas
setiap langkah yang kau beri, sulit mungkin adalah sedikit kerikil, namun
rahmat-Mu ku percaya sangat adil.
2. Teruntuk Nurjannah Amin, S.Pd dan Josep, S.Pd orang tuaku Tercinta sumber
kebahagiaanku. Tak pernah henti teruntai kasih atas besarnya cinta yang kalian
berikan. Bapak, Ibu, tetaplah jadi sinar yang menerangi gelapnya malam,
teruslah menjadi selimut yang menghangatkan jiwa. Juga tetaplah menjadi
peraduan dalam lelahku pulang. Terimakasih bapak, ibu, kasihmu tetap
mengalir meski aku jauh yang rela mengorbankan segalanya demi
kebahagiaanku.
3. Untuk saudara-saudaraku Yopan Adi Saputra S.Sos., M.AP, dan Dian Saswati,
S.KM., M.KM Terimakasih telah banyak memberiku inspirasi sebagai contoh
yang patut aku jadikan sebagai semangat dalam berprestasi, sosok kakak yang
saya anggap luar biasa dalam meraih cita-citanya.
4. Untuk kakak iparku Yusran, SE dan Armayanti Lestari, S.IP terimakasih sudah
menjadi bagian dari kelurgaku, melengkapi kebahagian kami. Meski hanya
sebuah karya kecil kuharap dapat membuat kalian semua tersenyum bangga.
5. Untuk sahabatku Wardah Az Zahra, Endah Wulandari, Evi Nurmaisa W, Alisa
Lahasa, Ikha Yulia Zahatifa, Jamiatin Jamal, Sarah Faradilah dan Wirah Yuti,
Terimakasih telah menemani hari-hariku walaupun jarak yang jauh. Rindu
canda tawa kalian semoga kita dapat meraih kesuksesan dengan bersama-sama.
6. Sahabat seperantauan, Lili Suryani, Sri Armita Sari, Filza Ahyar dan semunya
yang tak bisa ku sebutkan satu persatu, terimakasih telah menjadi bagian dalam
perjalanan ku meraih cita-cita ini semoga jalinan persahabatan ini kita untai
selamanya.
7. Dosen Pembimbing Proposal
Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc
Wiwin Priyantari, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku pembimbing 1,
Despita Pramesti, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku pembing 2,
Terima kasih atas segala waktunya, doa, dukungan dan bantuan yang diberikan.
Terima kasih sudah mengajari saya, saya tidak akan pernah melupakan nasehat
dari Bapak dan Ibu.
8. Seluruh Dosen Pengajar di Stikes Yogyakarta. Terimakasih banyak untuk
semua ilmu, nasehat, dan pengalaman yang sangat berharga yang telah kalian
berikan.
9. Semua staff akademik, terima kasih atas bantuannya.
10. Teman-teman Angkatan 2014/2015. Terima kasih banyak untuk bantuan dan
kerja samanya selama ini
7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan
judul “PENGARUH SENAM ERGONOMIK TERHADAP TEKANAN DARAH
PADA LANSIA DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA YOGYAKARTA”
Laporan proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan skripsi
mencapai gelar Sarjana Keperawatan di Stikes Yogyakarta. Penulis sadar bahwa
tidak ada kesuksesan yang dapat dicapai tanpa sebuah usaha dan kerja keras.
Kesuksesan tersebut juga tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan dan
dukungan dari berbagai pihak yang turut membantu demi terwujudnya kesuksesan
tersebut.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan proposal ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
berkenan mencatat sebagai amalan baik yang dapat memperberat timbangan di
hari kiamat nanti, amin. Dalam kesempatan ini, ucapan terimakasih penulis
ucapkan kepada:
1. Sulistyaningsi Prabawati, S.SiT., M.Kes selaku Ketua STIKes Yogyakarta.
2. Tri Prabowo, S.Kp., M.Sc selaku penguji utama saya.
3. Wiwin Priyantari, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktunya serta memberi masukan hingga
sproposal terselesaikan dengan tepat waktu.
4. Despita pramesti, K.Kep., Ns., M.Kes, selakua pembimbing II saya yang
telah memberikan banyak masukan sehingga dalam penyusunan proposal
ini dapat terselesaikan.
5. Kepala Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
ijin melakukan studi pendahuluan.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah banyak memberikan dukungan
dan doa sehingga proosal ini dapat selesai tepat pada waktunya.
7. Rekan-rekan seperjuangan SI Keperawatan angkatan 2014/2015 yang
telah memberikan kritik dan saran serta semangat juang yang tinggi
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
Demikian kata pengantar dari penulis, semoga hasil karya ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, April 2018

Penulis
8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAAN ................................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................................... iv
HALAMAN MOTO .................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 8
C. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ........................................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Senam Ergonomik............................................................................... 13
B. Waktu Pengukuran Tekanan Darah Senam Ergonomik................................... 25
C. Konsep Tekanan Darah .................................................................................... 26
D. Konsep Lansia .................................................................................................. 35
E. Konsep Pengaruh Senam Terhadap Tekanan Darah ........................................ 40
F. Kerangka Teori................................................................................................. 43
G. Hipotesis........................................................................................................... 44

BAB III METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian ....................................................................................... 45
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian .......................................................................... 45
C. Subyek Penelitian ............................................................................................. 46
D. Variabel Penelitian .......................................................................................... 47
E. Definis Operasional Variabel ........................................................................... 49
F. Instrumen Penelitian......................................................................................... 50
G. Tehnik Pengumpulan Data .............................................................................. 51
H. Analisa Data .................................................................................................... 51
I. Jalannya Penelitian ........................................................................................... 53
J. Etika Penelitian ................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah pada dewasa (Wahdah, 2011)


Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah ment seventeen report of the joint
national commite VII (JNC VII) on prevention detection
evaluation and treathment of high blood pressure.
Tabel 3.1 Definisi operasional variabel
10

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan lapang dada senam ergonomik.


Gambar 2.2 gerakan tunduk syukur senam ergonomik.
Gambar 3.1 gerakan duduk perkasa senam ergonomik.
Gambar 3.2 kerangka teori pengaruh senam ergonomk terhadap tekanan darah.
Gambar 4.1 kerangka konsep pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan
darah pada lansia.
11

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal penelitian.


Lampiran 2. Surat permohonan menjadi responden.
Lampiran 3. Lembar persetujuan menjadi responden.
Lampiran 4. Lembar observasi tekanan darah.
Lampiran 5. Lembar gerakan senam ergonomik.
Lampiran 6. SOP senam ergonomik.
12

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berkelanjutan)

secara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai udzur atau tua.

Pada usia lanjut ini biasanya seseorang akan mengalami kehilangan

kekuatan otot, susunan syaraf, dan jaringan sehingga tubuh akan mati

sedikit demi sedikit. Dari aspek fisik-biologis terjadi perubahan pada

beberapa sistem, seperti sistem organ dalam, sistem muskuloskeletal,

sistem sirkulasi (jantung), sel, jaringan dan sistem saraf yang tidak dapat

diganti karena rusak atau mati (Mujahidullah, 2012).

Lansia merupakan usia yang beresiko tinggi terhadap penyakit-

penyakit degeneratif, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), hipertensi,

diabetes militus, gout (rematik) dan kanker. Salah satu penyakit yang

sering dialami oleh lansia adalah hipertensi. Menurut Ridwan (2009,

hlm.2), prevalensi hipertensi ringan sebesar 68,4% (diastolik 95-104

mmHg), hipertensi sedang sebesar 28,1%(diastolik 105-129 mmHg),

hipertensi berat sebesar 3,5% (diastolik sama atau lebih besar dengan

130 mmHg). (Ridwan, 2009)

Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem

sirkulasi. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah antara lain yang

dikenal sebagai hipertensi atau tekanan darah tinggi dan hipotensi atau

tekanan darah rendah.Tekanan darah rendah (hipotensi) adalah suatu


13

keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari 90/60 mmHgatau

tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala seperti

pusing dan pingsan. Hipotensi dibagi menjadi 3 yaitu hipotensi

ortostatik, hipotensi dimediasi neural dan hipotensi akut. Hipotensi yang

sering terjadi yaitu hipotensi ortostatik dimana hipotensi jenis ini yaitu

perubahan tiba-tiba posisi tubuh (Elseiver, 2010).

Prevalensi hipertensi tertinggi di Afrika (46% orang dewasa)

sedangkan prevalensi terendah ditemukan di Amerika (35% orang

dewasa). Secara keseluruhan, negara berpenghasilan tinggi memiliki

prevalensi hipertensi yang lebih rendah (35% orang dewasa) daripada

kelompok berpenghasilan rendah dan berpenghasilan rendah (40% orang

dewasa) - berkat kebijakan publik multisektoral yang sukses, dan akses

yang lebih baik terhadap perawatan kesehatan. (World Health

Organization, 2013).

Hipotensi ortostatik dapat terjadi pada setiap kelompok usia, tetapi

dilaporkan lebih sering pada orang dewasa yang lebih tua, terutama

mereka yang sakit. Di Amerika Serikat, hipotensi ortostatik 30% orang

dewasa yang lebih tua dan sampai 70 % dari penghuni panti jompo.

Lebih lanjut, berdasarkan penelitian yang dilakukan Keller (2013),

didapatkan hasil bahwa kejadian hipotensi ortostatik terjadi pada 47-58

% pasien dengan penyakit Parkinson , 13-32 % dari mereka dengan

hipertensi. Di Amerika Serikat, kejadian tiap tahunnya diperkirakan


14

sekitar 36 per 100.000orang dewasa dan meningkat menjadi 233 per

100.000 pada orang usia75tahun ke atas. (Keller, 2013)

Di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia

sekitar 80.000.000. (Kemenkes, 2013). Sedangkan prevalensi hipertensi

di Indonesia yang didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun

adalah sebesar 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti

Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat

(29,4%). Prevalensi hipertensi yang didapat melalui kuesioner

terdiagnosis tenaga kesehatan adalah sebesar 9,4%, sedangkan yang

didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5%. Ada

pula penduduk yang minum obat sendiri yaitu sebesar 0,1%. Kemudian,

penduduk yang mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum

obat hipertensi sebesar 0,7%. Jadi, prevalensi hipertensi di Indonesia

sebesar 26,5% (Departemen Kesehatan RI, 2014).

Prevalensi hipertensi di DIY menurut Riskesdas adalah 35,8 % atau

lebih tinggi jika di bandingkan dengan dengan angka nasional (31,7%) .

prevalensi ini menempatkan DIY pada urutan ke-5 sebagai provinsi

dengan kasus hipertensi tertinggi. Hipertensi selalu masuk dalam 10

besar penyakit sekaligus 10 besar penyebab kematian di DIY selama

beberapa tahun terakhir berdasarkan STP maupun SIRS. Laporan STP

Puskesmas Tahun 2016 tercatat kasus hipertensi 29.105 kasus.

Sedangkan laporan STP Rumah Sakit Jalan sebanyak 1,152 kasus


15

(hipertensi esensial). (Dinas Kesehatan Daerah Iatimewah Yogyakarta

2017.

Penanganan hipertensi dapat dilakukan dengan memperbaiki pola

hidup dan dengan terapi farmakologis. Salah satu cara memperbaiki pola

hidup adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Aktivitas

fisik terhadap penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan

darah melalui beberapa mekanisme seperti perubahan neurohumoral,

adaptasi struktur pembuluh darah, serta penurunan katekolamin dan

tahanan perifer total. (Gilbert W, et. all, 2012)

Prevalensi kejadian hipotensi secara umum di perkirakan 5% sampai

dengan 34% dan memiliki kecenderungan meningkat pada usia 17-19

tahun. Prevalensi lebih tinggi yaitu lebih dari 50% kejadian hipotensi

terjadi pada lanjut usia yang datang ke klinik geriatri, di rawat di rumah

sakit dan tinggal di panti sosial lanjut usia. (Roman, 2011)

Tingginya angka kejadian tekanan darah di atas normal (hipertensi)

dan di bawah normal (hipotensi) pada lansia menuntut peran tenaga

kesehatan untuk melakukan pencegahan dan upaya promosi kesehatan.

Ada beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansia agar

terhindar dari penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu

seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari stres, awasi tekanan darah,

dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara

latihan fisik yang sesuai dengan lansia di antaranya berjalan-jalan,


16

bersepeda, berenang, melakukan pekerjaan rumah dan senam (Maryam

dkk, 2008).

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menyebutkan bahwa upaya untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan masyarakat dilaksanakan berdasarkan prinsip non

diskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan. Upaya pemeliharaan

kesehatan bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar para lanjut usia

tetap sehat, mandiri, aktif dan produktif secara sosial dan ekonomi

sehingga untuk mewujudkan hal tersebut pemerintah berkewajiban untuk

menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi

pengembangan kelompok lanjut usia. (Kementrian Republik Indonesi,

2013)

Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur terbukti dapat

meningkatkan kualitas hidup secara fisik dan mental seseorang.

Peningkatan kualitas hidup secara fisik antara lain peningkatan

metabolisme glukosa, penguatan tulang dan otot, serta mengurangi kadar

koleterol dalam darah. Senam bugar lansia merupakan salah satu

aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk mengurangi peningkatan

tekanan darah yang terjadi pada penderita hipertensi. (Gilbert W, et. all,

2012)

Manfaat olahraga teratur terbukti dapat menurunkan tekanan darah,

mengurangi risiko terhadap stroke, serangan jantung, gagal ginjal, gagal

jantung, dan penyakit pembuluh darah lainnya. Selain itu olahraga dinilai
17

cukup murah dan efek sampingnya kecil bila dilakukan sesuai aturan.

(Sri, dkk, 2012)

Semua jenis senam dan aktivitas dengan olahraga ringan sangat

bermanfaat untuk menghambat proses degeneratif atau proses penuaan.

Senam sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia

(45 tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Beberapa senam yang dapat

dilakukan oleh lansia yaitu senam tera, yoga, senam kagel, dan senam

ergonomik (Widianti & Proverawati 2010).

Di Indonesia sendiri, anda direkomendasikan untuk melakukan

olahraga selama 150 menit dalam seminggu atau 30 menit setiap hari

atau minimal 3-5 hari dalam seminggu. U.S. Department of Health and

Human Services juga merekomendasikan untuk melakukan olahraga

selama setidaknya 150 menit per minggu dalam bentuk olahraga

intensitas sedang (seperti jalan cepat dan berenang ) atau selama 75

menit per minggu dalam bentuk olahraga intensitas tinggi (seperti

berlari). Waktu ini bisa Anda bagi-bagi dengan teratur setiap harinya.

(Department of Health and Human Services, 2008)

Senam ergonomik mampu mengembalikan posisi dan kelenturan

sistem syaraf, dan aliran darah. Memaksimalkan suplai oksigen ke otak,

mampu menjaga sistem kesegaran tubuh, serta sistem pembuangan

energi negatif dari dalam tubuh. Selain itu juga, dapat meningkatkan

kekuatan otot, efektifitas fungsi jantung, mencegah pengerasan

pembuluh arteri, serta melancarkan sistem pernafasan. Senam ini bisa


18

dilakukan oleh semua umur, senam ini juga terdiri dari gerakan sholat.

Sehingga lansia mudah mengaplikasikan gerakan senam ini (Sagiran,

2013).

Senam ergonomik adalah senam dikembangkan dari teknik senam

terbaik yang diajarkan di kitab-kitab Allah. Manfaat utama dari senam

ergonomik ialah menarik ujung-ujung urat saraf, mengembalikan posisi

saraf, memberi tekanan lebih ke pembuluh darah halus di kepala,

mengisi/mensirkulasikan oksigen melalui aliran darah ke otak,

mengaktifkan kelenjar keringat, sistem pemanas tubuh, dan sistem saraf

lainnya. Gerakan senam ergonomik sangat efektif dalam memelihara

kesehatan karena gerakannya sangat anatomis, simpel, dan tidak

berbahaya sehingga dapat dilakukan oleh semua orang dari anak-anak

sampai orang tua (Wratsongko, 2008).

Hal ini juga di perkuat dengan peneliti sebelumnya tentang pengaruh

senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Bulus

Wetan Sumber Agung Wilayah kerja Puskesmas Jetis Bantul Sebelum

dilakukan senam ergonomik, tekanan darah pada lansia yang menderita

hipertensi di Dusun Bulus Wetan Sumberagung wilayah kerja

Puskesmas Jetis I Bantul paling banyak pada kategori stadium 2

sebanyak 13 responden (52%). Setelah dilakukan senam ergonomik,

tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di Dusun Bulus

Wetan Sumberagung wilayah kerja Puskesmas Jetis I Bantulpaling

banyak pada kategori stadium 1 sebanyak 13 responden (52%). Terdapat


19

perbedaan tekanan darah antara sebelum dan setelah diberikan intervensi

senam ergonomik pada lansia yang menderita hipertensi di Dusun Bulus

Wetan Sumberagung wilayah kerja Puskesmas Jetis I.

Hasil studi pendahuluan jumlah lansia di panti Wredha Budhi

Dharma sebanyak 59 orang, terdapat beberapa lansia yang masi memiliki

tekanan darah cukup tinggi di atas normal. Upaya yang sudah di lakukan

oleh perawat di Panti Wredha Budhi Dharma baru di berikan terapi obat

untuk tekanan darah lansia, sedangkan sebagian lansia sering mengalami

hipotensi secrah mendadak yang dikarenakan kondisi tubuh yang

mengalami penurunan. Kemudian program yang di berikan dari panti

Wredha Budhi Dharma Yogyakarta untuk terapi nonfarmakologis yaitu

senam lansia saja yang setiap minggunya hanya 1 kali dilakukan.

Berdasarkan dari data di atas maka peneliti menarik untuk meneliti

Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia.

(Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, 2018)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahaan yang dapat di

angkat pada penelitian ini adalah “Adakah pengaruh senam ergonomik

terhadap tekanan darah pada lansia di panti Wredha Budhi Dharma

Yogyakarta?”
20

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui pengaruh senam Ergonomik terhadap tekanan darah pada

lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui tekanan darah lansia sebelum dilakukan senam

ergonomik.

b. Mengetahui tekanan darah lansia setalah dilakukan senam

ergonomik.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak

meliputi :

1. Manfaat teoritis

Bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kesehatan khususnya

ilmu keperawatan gerontik, hasil penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan ilmu dan wawasan, serta dapat memberikan

infiormasi bagi perawat di panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

agar terus mempehatikan perannya sebagai pemberi asuhan

keperawatan dalam memberikan Implementasi terutama mengenai

senam ergonomik terhadap tekanan darah.


21

2. Manfaat praktis

a. Peneliti

Meningkatkan keilmuan penulis dalam meneliti selanjutnya.

b. Kepala Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

Sebagai bahan masukan bagi kepala panti untuk membuat kebijakan

atau program guna bermanfaat terhadap status kesehatan dalam

mencegah hipertensi pada lansia. Misalnya, dengan memfasilitasi

media serta sarana dan prasarana untuk memberikan senam

ergonomik agar bermanfaat dalam mengontrol tekanan darah pada

lansia dapat di lakukan.

c. Bagi Perawat

Hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai salah satu intervensi

yang dapat di lakukan perawat dalam terapi non farmakologis

terhadap tekanan darah pada lansia dengan menggunakan senam

ergonomik.

d. Mahasiswa Stikes Yogyakarta

Sebagai referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian

atau pengamatan tentang pemberian senam ergonomik terhdap

tekanan darah pada lansia.

e. Responden (Lansia dipanti Wreha Budhi Darma Yogyakarta)

Penelitian ini dapat memberikan informasi pada lansia bahwa

senam ergonomik dapat melakukan perubahan tekanan darah lansia


22

yang mengalami masalah terhadap tekanan darah seperti hipotensi

dan hipertensi.

f. Peneliti Selanjutnya

Mendapatkan referensi untuk melakukan penelitian lain terkait

dengan pengaruh senam terhadap tekanan darah pada lansia.

E. Keaslian penelitian

1. Syahrani, (2017) dengan judul “Pengaruh Senam Ergonimik Terhadap

Tekanan Darah Sitolik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan”

menyimpulkan hasilnya dari hasil analisa di peroleh bahwa rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik

pada hari pertama adalah 18,47 mmHg. Rata-rata penurunan tekanan

darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik pada hari ke 2

11,19 mmHg. Rata-rata penurunan tekanan darah sistolik setelah

melakukan senam ergonomik pada hari ke tiga 9,95 mmHg, rata-rata

penurunan tekanan darah sistolik setelah melakukan senam ergonomik

pada hari ke lima 9,35 mmHg dan rata-rata penurunan darah sistolik

setelah melakukan senam ergonomik pada hari ke enam 10,53 mmHg.

Rata-rata penurunan dalam dua minggu sebanyak enam hari yaitu

11,29 mmHg. Dari hasil uji statistik dari keenam hari penelitian

diperoleh terdapat pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah

sistolik pada lansia dengan hipertensi.


23

2. Indah Febriani (2016) Dengan Judul “Pengaruh Senam Ergonomik

Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi Dibulus Wetan

Sumber Agung Wiayah Kerja Puskesmas Jetis Bantul” Sebelum

dilakukan senam ergonomik, tekanan darah pada lansia yang

menderita hipertensi di Dusun Bulus Wetan Sumberagung wilayah

kerja Puskesmas Jetis I Bantul paling banyak pada kategori stadium 2

sebanyak 13 responden (52%). Setelah dilakukan senam ergonomik,

tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi di Dusun Bulus

Wetan Sumberagung wilayah kerja Puskesmas Jetis I Bantul paling

banyak pada kategori stadium 1 sebanyak 13 responden (52%).

Terdapat perbedaan tekanan darah antara sebelum dan setelah

diberikan intervensi senam ergonomik pada lansia yang menderita

hipertensi di Dusun Bulus Wetan Sumberagung wilayah kerja

Puskesmas Jetis I Bantul berdasarkan pengujian menggunakan

wilcoxondengan nilai Z:-4,437dengan nilai Asymp Sig= 0,000<ɑ

0,05.

3. Rizqiyatiningsih (2014), Pengaruh senam ergonomik terhadap

penurunan tekanan darah dengan hipertensi derajat I pada lansia di

desa Wironanggan kecamatan Gatak Sidoarjo penelitian ini dengan

metode quasi Experiment Design dengan rancangan Non Equivalent

Control Group Design, kelompok dilakukan intervensi selama 3 kali

berturut turut selama seminggu, hasil kelompok yang mengikuti

senam ergonomis memiliki rata rata tekanan darah sistolik (119,00


24

mmHg) dan diastolik (80,00 mmHg) lebih rendah dibandingkan

kelompok yang tidak mengikuti senam ergonomis (sistolik 152,00

mmHg) dan diastolic (95,50 mmHg). Hasil uji statistik terdapat

perbedaan yang bermakna tekanan darah sistolik (p=0,027) dan

siastolik (p=0,026).
25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Senam Ergonomik

1. Pengertian

Pencipta senam ergonomik adalah Madyo Wratongso MM dari

Indonesian Ergonomic Gym & Health Care senam yang bersumber

dari gerakan solat yang sangat bermanfaat untuk mencegah dan

memulihkan berbagai macam penyakit. Nabi Shalallallahu Alaihi

Wassalam, bersabda bangun dan shalatlah karena sesungguhnya di

dalam shalat itu terdapat obat (HR ibnu Majah). Ketika melakukan

gerakan solat akan mempengaruhi maksimal suplai 23 oksigen murni

dan elektrolit dalam darah melalui pembuluh darah pada leher, kepala,

otak, telinga, mata, wajah dan hidung. Oksigen yang maksimal

membuka pembuluh darah halus dan sistem saraf, mengaktifkan sistem

keringat pada tubuh, melenturkan ruas tulang, gula darah, asam urat,

membakar kolesterol (Wratongso, 2015).

Senam ergonomik adalah senam yang gerakannya sesuai dengan

susunan dan fungsi fisiologis tubuh. Tubuh akan sendirinya terpelihara

homesostasisnya dan tetap dalam keadaan bugar (Idealita, 2013).

Senam ergonomik adalah senam yang bermanfaat untuk pemeliharaan

kesehatan yang terdiri dari lima gerakan yaitu dari berdiri tegak

memutar lengan, ke belakang dengan posisi jinjit, membungkuk, sujud


26

dan tidur terlentang dengan posisi kaki dilipat dengan lengan diatas

kepala dan bertumpu pada punggung kaki (Wratongso, 2008).

Senam ergomik adalah satu metode yang praktis dan efektif dalam

memilihara kecerdasan tubuh, yaitu dengan melakukan latihan senam

ergonomik secarah rutin (Wratsongko & Sulistiyo, 2014). Senam

Ergonomik atau senam inti prima raga adalah teknik senam untuk

mengembalikan atau membetulkan posisi dan kelenturan sistem saraf

dan aliran darah, memaksimalkan supply oksigen ke otak, membuka

sistem kecerdasan, ssitem keringat, sistem pemanas tubuh, sistem

pembakaran asam urat, kolestrol, gula darah, asam laktat, christal

oxalate, sistem konveksi karbohidrat, sistem pembuatan elektrolit atau

ozon dalam tubuh dan energi negatif/virus, serta sistem pembuangan

energi negatif dari dalam tubuh. (Wratsongko, 2008). Gerakan-gerakan

senam Ergonomis sesuai dengan kaidah-kaidah pencipta tubuh yang di

ilhami dari gerakan shalat (Sagiran, 2017).

2. Tehnik dan manfaat senam ergonomik

Nama-nama gerakan senam Ergonomik itu di Ilhami oleh ayat suci

Al-Quran. Allah Subhanna Wata’ala berfirman dalam surat Ali Imran

190-191 :

“sesungguhnya dalam penciptan langit dan bumi, dan silih

bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang

yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil

berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka


27

memikirkan tentang pemciptaan langit dan bumi (seraya berkata) :

“Ya Tuhan Kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia,

Maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”

(QS. Ali Imran 03 : 190-191).

Adapun nama-nama gerakan senam ergonomik juga di ambil

melalui ilham dari dua ayat di atas dan ini adalah ciri ulil albab “ciri

orang yang berakal” yang oleh Allah di gambarkan orang yang selalu

ingat dalam keadaan berdiri, duduk, maupun berbaring.

Gerakan pembuka senam Ergonomik di beri nama gerakan berdiri

sempurna. Kemudian gerakan pertama diberi nama gerakan lapang

dada karena dalam gerakan ini membuat rongga dada menjadi terbuka

lebar bahkan paling lebar pada saat melakukan gerakan tersebut.

Gerakan ke dua adalah gerakan tunduk syukur dimana kita

melakukan gerakan seperti tunduknya orang yang sedang rukuk.

Geraka pembuka dan gerakan pertama di lakukan dilakukan dengan

posisi berdiri, sedangkan dengan gerakan yang ke tiga yaitu gerakan

duduk perkasa, gerakan itu menggunakan dengan posisi duduk.

Sedangkan gerakan ke 4 adalah gerakan duduk pembakaran, duduk ini

berfungsi untuk mengaktifkan titik-titik kesehatan yang ada di kaki. Di

samping itu, duduk ini juga merupakan latihan intensif terhadap

pertumbuhan pembuluh darah kolestrol di tungkain bawah.

Dua gerakan di atas, yaitu gerakan ke tiga dan keempat dilakukan

dalam posisi duduk. Sedangkan gerakan ke lima dilakukan dalam


28

posisi berbaring sehingga di namakan gerakan berbaring pasrah.

Gerakan pembuka dan lima gerakan senam Ergonomis ini merupakan

gerakan dasar dari senam Ergonomis. Gerakan-gerakan tersebut

dilakukan berangkai sebagai latihan senam rutin setiap hari, atau

sekurang-kurangnya 2-3 kali dalam seminggu. Masing-masing gerakan

juga dapat dilakukan secarh terpisah, di sela-sela kegiatan atau bekerja

sehari-hari.

Teknik dan manfaat senam Ergonomik menurut (Sagiran 2014) dan

(Wratsongko, 2014)

a. Gerakan Pembuka, Berdiri Sempurna

1) Cara : berdiri tegak, pandangan lurus kedepan, tubuh

rileks, tanga di depan dada, telapa tangan kanan di atas

kepala dan tangan kiri menempel di dada, dan jari-jari

sedikit merenggang. Posisi kaki merenggang sehingga

menganggkang kira-kira selebar bahu, telapak dan jari-

jari kaki mengarah lurus kedepan.

2) Pernafasan : di atur serileks mungkin sehingga tidak

terlalu dalam dan cepat. Bila baru selesai dari satu

kegiatan atau pekerjaan, maka dengan posisi ini nafas di

atur sampai benar-benar rileks, jantung juga tidak

berdegup kencang, baru kemudian mulai senam dengan

gerakan-gerakan berikutnya.
29

3) Frekuensi : bagi pemula mungkin agak lama sekitar 2-3

menit. Akan tetapi jika sudah terbiasa cukup 30-60

detik. Gerakan ini yang pentin sudah mengantarkan ke

kondisi yang rileks, setalah dirasa sudah rileks maka di

katakan cukup.

4) Manfaat : dengan gerakan pebukaan gerakan

sempurnah, seluruh saraf menjadi satu titik pada

pengendaliannya diotak. Saat itu pikiran di kendalikan

oleh kesadaran akal sehat dan bugar, tubuh di bebaskan

dari beban pekerjaan, berat tubuh di tumpukkan dengan

pembagian beban yang sama pada kedua kakinya. Pada

waktu beridiri sempurna kedua kaki tegak sehingga

telapak kaki menekan seluruh titik saraf di telapak kaki

yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Posisi

demikian akan membuat punggung lurus, sehingga akan

memperbaiki bentuk tubuh, jantung bekerja normal,

begitu juga dengan paru-paru, punggung dan tulang

punggung lurus dan seluruh organ dalam keadaan

normal. Postur yang salah pada saat aktivitas sehari-hari

akan diperbaiki pada saat melakukan gerakan ini.


30

b. Gerakan Lapang Dada

1) Cara: dari posisi berdiri sempurna, kedua tangan

menjuntai ke bawah, kemudian dimulai dengan gerakan

memutar lengan. Tangan diangkat lurus kedepan, lalu

keatas, terus ke belakang, dan kembali menjuntai

kebawah. Satu putaran, disambung dengan putaran

berikutnya sehingga seperti baling-baling. Posisi kaki

dijinjitkan-diturunkan, mengikuti irama gerakan tangan.

2.1 Gerakan Lapang Dada Senam Ergonomik.

2) Pernafasan: pola nafas dengan sendirinya akan

mengikuti gerakan putaran lengan. Pada saat tangan di

atas, tulang-tulang rusuk saling meregang, ikut

terangkat bagian depannya sehingga rongga dada akan

berada dalam ukuran paling lebar, tekanan udara nafas


31

di dalam menjadi negatif, udara segar dari luar mengalir

masuk. Sedangkan pada saat tangan bergerak ke

belakang dan turun, rongga dada kembali mengecil,

udara akan keluar.

3) Frekuensi: untuk senam, gerakan ini dilakukan 40 kali

putaran. Satu gerakan butuh waktu 4 detik, sebagai

gerakan aerobik. Keseluruhan 40 kali putaran akan

selesai dalam waktu 4 menit. Akan tetapi, bisa juga

gerakan putaran dipercepat, berikutnya bahkan bisa

dilakukan dengan sangat cepat seperti gerakan baling-

baling.

4) Manfaat: akan mengaktifkan fungsi organ, karena

sekuruh sistem saraf menarik titik-titik kesehatan yang

tersebar di seluruh tubuh. Putaran lengan adalah

sebagaimana putaran generator listrik sehingga gerakan

memutar lengan ke belakang adalah gerakan

membangkitkan biolistrik di dalam tubuh sekaligus

terjadi sirkulasi oksigen yang cukup, sehingga tubuh

akan terasa segar dan adanya tambahan energi.

c. Gerakan Tunduk Syukur

1) Cara: dimulai dengan mengangkat tangan lurus ke atas,

kemudian tangan membungkuk, tangan kemudian

meraih mata kaki, dipegang kuat, tarik, cengkeram


32

seakan-akan mau mengangkat tubuh. Posisi kaki tetap

seperti semula. Pada saat itu kepala mendongak dan

pandangan diarahkan ke depan. Setelah itu kembali ke

posisi berdiri dengan lengan menjuntai.

2.2 gerakan tunduk syukur senam ergonomik.

2) Pernafasan: saat memulai menggerakan tangan hingga

tangan sampai ke atas, tarik nafas dalam-dalam. Saat

mulai membungkukkan badan, buang nafas sedikit demi

sedikit, tetapi jangan dihabiskan hingga tangan

mencengkeram dan menarik ke pergelangan kaki ketika

kepala mendongak, kita masih menyimpan kira-kira

separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di

dada, samoai sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali ke

posisi berdiri. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum

melanjutkan gerakan.
33

3) Frekuensi: gerakan kedua ini dilakukan 5 kali.

Umumnya 1 kali gerakan selesai dalam 35 detik

ditambah 10 detik untuk jeda nafas. Keseluruhan 5 kali

gerakan dalam waktu 4 menit.

4) Manfaat: gerakan ini adalah gerakan memasok oksigen

ke kepala dan mengembalikan posisi tulang punggung

supaya tegak. Gerakan ini akan melonggarkan otot-otot

punggung bagian bawah, paha, dan betis. Gerakan ini

juga akan mempermudah untuk persalinan bagi ibu-ibu

hamil yang melakukan secara rutin. Juga dapat

membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit

yang menyerang tulang belakang yang meliputi ruas

tulang punggung, ruas tulang leher, ruas tulang

pinggang dan tulang ekor. Bagi mereka yang terkena

penyakit sinusitis dan asma, sesaat sesudah melakukan

gerakan ini bisa langsung dirasakan manfaatnya.

d. Duduk perkasa

1) Cara: dari posisi sebelumnya, jatuhkan kedua lutut ke

lantai, posisi kedua telapak kaki tegak berdiri, jari-jari

kaki tertekuk mengarah ke depan. Tangan

mencengkeram pergelangan kaki. Mulai gerakan seperti

mau sujud tetapi kepala mendongak, pandangan

kedepan, jadi dagu hampir menyentuh lantai. Setelah


34

beberapa saat (satu tahanan nafas) kemudian kembali ke

posisi duduk perkasa.

3.1 gerakan duduk perkasa senam ergonomik.

2) Pernafasan: sesaat sebelum melakukan gerakan sujud,

ambil nafas dalam-dalam. Saat mulai membungkukkan

badan, buang nafas sedikit-sedikit, hingga saat dagu

hampir menyentuh lantai, masih menyimpan kira-kira

separuh nafas. Pada posisi terakhir ini nafas ditahan di

dada, selama mungkin. Jangan coba bernafas normal

pada posisi ini, karena akan ada rasa nyeri di sekat

rongga badan. Nafas dibuang saat kembali ke posisi

duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali sebelum

melanjutkan gerakan.

3) Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1

kali gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10

detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan

selesai dalam waktu 4 menit.


35

4) Manfaat: gerakan duduk perkasa adalah gerakan untuk

meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan

keperkasaan. Sujud dengan posisi jari-jari di tekuk.

Gerakan sujud ini akan membuat otot dada dan sela iga

menjadi kuat, sehingga rongga dada menjadi lebih besar

dan paru-paru akan berkembang dengan baik dan dapat

menghisap oksigen lebih banyak. Lutut yang

membentuk sudut yang tepat memungkinkan otot perut

berkembang. Menambah aliran darah ke bagian atas

tubuh, terutama kepala, mata, telinga, hidung serta paru-

paru. Memungkinkan toksin-toksin dibersihkan oleh

darah, bermanfaat memanfaatkan posisi “benar” pada

janin (bagi ibu hamil), mengontrol tekanan darah tinggi,

serta menambah elastisitas tulang itu sendiri. Sujud

dengan posisi duduk perkasa jari-jari kaki ditekuk akan

membantu mereka yang menderita migrain, vertigo,

pusing, mual, dan lain-lain. Saat jari-jari ditekuk seluruh

titik kesehatan aktif membuang sampah biolistrik. Bagi

yang menderita sakit seperti diatas, akan terasa sakit

sekali awalnya tapi lama-kelamaan akan hilang.

Biasanya saat duduk perkasa ada angin yang berputar di

perut dan langsung buang angin. Gerakan ini membantu

juga bagi yang sulit buang air besar karena pencernaan


36

akan terbantu. Selanjutnya, bagi yang ingin perkasa saat

berhubungan seks, gerakan ini dapat dilakukan sambil

membaca kurang lebih 15-20 menit setiap hari dalam

kurun waktu satu minggu. Lebih baik apabila dipadukan

dengan pemijatan khusus untuk melancarkan aliran

darah ke daerah lipatan paha.

e. Duduk pembakaran

1) Cara: dari posisi sebelumnya, kedua telapak kaki

dihamparkan ke belakang, sehingga kita duduk

beralaskan telapak kaki (bersimpuh; duduk sinden).

Tangan berada di pinggang. Mulai gerakan seperti

ditahan di dada sekuatnya. Nafas dibuang saat kembali

ke posisi duduk. Segera ambil nafas baru 3-4 kali

sebelum melanjutkan gerakan.

2) Frekuensi: gerakan ini dilakukan 5 kali. Umumnya 1

kali gerakan selesai dalam waktu 35 detik ditambah 10

detik untuk nafas jeda. Keseluruhan 5 kali gerakan akan

selesai dalam waktu 4 menit.

3) Manfaat: gerakan ini untuk memperkuat otot pinggang

dan memperkuat ginjal, sujud dengan posisi duduk

pembakaran atau dengan alas punggung kaki akan

membakar lemak dan racun dalam tubuh. Saat duduk

pembakaran, titik pembakaran di punggung kaki


37

diaktifkan. Bagi mereka yang menderita asam urat,

keracunan obat, keracunan makanan atau kondisi badan

yang sedang lemah akan merasakan sepeerti terbakar.

Gerakan ini sebaiknya dilakukan setiap saat misalnya,

sambil menonton TV.

f. Gerakan Berbaring Pasrah

1) Cara: dari posisi duduk pembakaran, rebahkan tubuh ke

belakang. Ini gerakan paling berat meskipun terlihat

sepele. Berbaring pada tungkai pada posisi menekuk di

lutut. Ini harus hati-hati, mungkin harus dengan cara

bertahap. Jika sudah rebah, tangan diluruskan ke atas

kepala, ke samping kanan-kiri maupun ke bawah

menempel badan. Pada saat itu tangan memegang betis,

tarik seperti mau bangun, dengan rileks, kepala bisa

didongakkan dan digerak-gerakkan ke kanan-kiri. Posisi

dan gerakkan ini dilakukan berulang-ulang sampai mau

bangun. Gerakkan ini cukup satu kali tetapi

dipertahankan selama beberapa menit sekuatnya.

2) Pernafasan: nafas dibiarkan mengalir dengan

sendirinya, karena ini gerakan relaksasi terakhir,

sekaligus memaksimalkan kelenturan tubuh.

3) Frekuensi: gerekan ini sebaiknya dilakukan minimal 5

menit. Sudah termasuk gerakan kepala dan leher serta


38

ayunan tangan ke atas, samping maupun bawah. Sekali

lagi, jangan terlalu memaksakan diri, baik rebahnya

maupun bangunnya.

4) Manfaat: gerakan ini bermanfaat untuk memperkuat

otot-otot bagian bawah dan bermanfaat untuk diet.

B. Waktu pengukuran tekanan darah senam ergonomik

Pengukuran tekanan darah dilakukan sebelum dan sesudah senam

ergonomis. Setelah selesai senam, akan didapatkan tekanan darah selama

minimal 30 menit. Maka dari itu lakukan pengukuran tekanan darah 30

menit sebelum dan sesudah senam ergonomik (Marliani & Tantan, 2008).

Terjadi kontrol terintegrasi pada tekanan darah selama senam. Tekanan

darah dikendalikan secara refleks oleh sistem saraf otonom, yang disebut

refleks baroreseptor yang berlokasi di aortic arch dan arteri karotid

(Kenney, 2011).

Setelah senam, terjadi penurunan aktivitas kardiovaskular.

Baroreseptor akan merespon untuk memberikan penurunan denyut jantung

dan kontraktilitas jantung serta penurunan tekanan darah. Baroreseptor

bertugas untuk mengembalikan keadaan tubuh menjadi seimbang atau

homeostasis. Penurunan darah akan turun sampai dibawah normal dan

berlangsung selama 30-120 menit. Penurunan tekanan darah terjadi karena

terjadi pelebaran dan relaksasi pada pembuluh darah (Bafirman, 2013).


39

C. Konsep Tekanan Darah

1. Pengertian

Tekanan darah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat

darah di pompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer 2010),

sedangkan menurut Sheps (2015) tekanan darah adalah tenaga yang

terdapat pada dinding arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini

mempertahankan aliran darah dalam arteri agar tetap lancar. Rata-rata

tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer Bare, 2010).

Menurut maryam (2010), tekanan darah timbul ketika bersirkulasi

di dalam pembeluh darah. Organ jantung dan pembuluh dan pembuluh

darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai

pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk untuk menggerakkan

dara, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang eleastis dan

ketahanan yang kuat. Sementara itu palmer (2010) menyatakan bahwa

tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana

seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang

ditujukan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah)

pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan

darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun

alat digital lainnya (Rusdi dan Isnawati, 2009).


40

2. Jenis tekanan darah

Terdapat 2 (dua) pengukuran penting dalam tekana darah, yaitu

tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan sistolik

(Systolic Pressure) adalah tekanan darah saat jantung berdetak dan

memompa darah. Tekanan diastolik (Diastolic) adalah tekanan darah

saat jantung beristirahat diantara detakan.

Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut Seventeen Report of the


Joint National Committee VII (JNC VII) on Prevention
Detection, Evaluation and treatment of high Blood Pressure
2014.

Kategori Sistolik Diastolik


Hipotensi < 90 mmHg <60 mmhg
Normal <120 mmHg <80 mmHg
Pra hipertensi 120–139 mmHg 80–89 mmHg
Stadium stage I 140-159 mmHg 84-99 mmHg
Stadium stage II > 160 mmHg < 100 mmHg

Sumber : Seventeen Report of the Joint National Committee VII (JNC


VII) on Prevention Detection, Evaluation and treatment of high Blood
Pressure

3. Klasifikasi tekanan darah

Berdasarkan tabel klasifikasi tekanan darah di atas, tekanan darah yang

normal adalah berkisar antara 90 mmHg sampao 119 mmHg untuk

tekanan sistolik sedangkan untuk tekanan diastolik adalah sekitar 60

mmHg sampai 79 mmHg. Tekanan darah di bawah 90/60 mmHg

dikategorkan sebagai hipotensi (Hypotension) atau tekanan darah

rendah, sedangkan diatas 140 mmHg sudah dikategorikan sebagai


41

tekanan darah tinggi atau hipertensi (Hipertension). (Gulam Arsyad,

20017).

4. Tehnik mengukur tekanan darah

Tehnik mengukur tekanan darah dapat di lakukan dengan langkah-

langkah di bawah ini :

a. Pasien dapat santai dengan dengan lengan rileks di atas meja

telapak tangan menghadap ke atas, dan otot lengan tidak boleh

mengeras.

b. Letakkan perangkat tensi meter didekat lengan yang diperiksa

dengan skala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau

beridiri di hadapan pemeriksa.

c. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter dilengan atas dengan

bagian bawah pembalutnya berada sekitar 3 cm diatas lipat siku.

Ketepatan posisi pemasangan ini mempengaruhi hasil, bebatan

hendaknya tidak terlalu ketat tidak juga longgar.

d. Letakkan ujung stetoskop pada lipat siku tepat pada denyut nadi

paling keras teraba dengan kiri. Pasanglan stetoskop ujung satunya

di kedua lian telinga.

e. Pegang bola karet tensi meter dengan tangan kanan. Putar katup di

pangkal bola pemompa dengan jempol dan teluntuk jarum jam

untuk menutup selang. Sambil stetoskop ditangan kiri tetap

menekan, lalu pompakan bola karetnya sehingga air raksa tampak

berangsur naik sehingga bunyi detak jantung masih terdengar di


42

telinga. Stop memompa setelah bunyi detak jantung menghilang.

Naikan pemompaan 30 milimeter air raksa diatas sejak bunyi

detak jantung menghilang.

f. Perlahan- lahan putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum

jam dengan jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai

memompa. Atur pengendoran katup pemutar, agar laju

turunnya air raksa sekitar 3 milimeter per detik.

g. Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama kali

jantung mulai terdengar. Saat itulah di tetapkan sebagai nilai

tekanan atas diastolik. Sementara itu air raksa tetap turun.

Perhatikan pula skala air raksa saat bunyi jantung sudah hilang,

saat itulah sebagai diastolik.

h. Apabila gagal medengar bunyi redup pertama, ulangi sekali lagi

akan tetapi pastikan dulu skala air raksa sudah menunjukan

ketinggian dibawah angka nol sebelum kembali memompa

ulang. (Familia, 2012)

5. Faktor-faktor fisiologi yang memperngaruhi tekanan darah.

Faktor-faktor fisiologis yag dapat mempengaruhi tekanan darah

menurut Nuraini 2015 dapat di jelaskan seperti dibawah ini:

a. Usia

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan

darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai

tekanan darah yang lebih tinggi dari orang yang berusia


43

lebih muda (Isselbacher, et al.,2009). Progresifitas hipertensi

dimulai dari pre-hypertension pada pasien umur 10-30 tahun

(dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi

hipertensi dini pada pasien umur 20-40 tahun (dimana

tahanan perifer meningkat) kemudian menjadi hipertensi

pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi

dengan komplikasi pada usia 40-60 tahun. Pengaruh usia

terhadap tekanan darah terjadi akibat penurunan elastisitas

pembuluh darah arteri perifer sehingga meningkatkan

resistensi pembuluh darah perifer. Peningkatan tahanan

perifer akan meningkatkan tekanan darah (Guyton dan Hall,

2008).

b. Jenis kelamin

Berdasarkan Journal of Clinical Hypertension, Oparil

menyatakan bahwa perubahan hormonal yang sering terjadi

pada wanita menyebabkan wanita lebih cenderung memiliki

tekanan darah tinggi. Hal ini juga menyebabkan 19 risiko

wanita untuk terkena penyakit jantung menjadi lebih tinggi

(Miller, 2010).Wanita diketahui cenderung mempunyai

tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki dengan usia

yang sama, hal ini sering dikaitkan dengan semakin

berkurangnya hormon seks wanita yang jumlahnya terus

menurun setelah masa menopause dimana telah diketahui


44

bahwa hormone seks wanita seperti estrogen bertanggung

jawab dalam mengurangi mencegah kekakuan arteri,

endothelial dysfunction dan penumpukan lemak dalam darah

(Arifin, 2012).

c. Stres

Stres merupakan suatu keadaan yang bersifat internal, yang

dapat disebabkan oleh tuntutan fisik, lingkungan, dan situasi

sosial yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Kondisi

stres memicu aktivasi dari hipotalamus yang mengendalikan

dua sistem neuroendokrin, yaitu sistem saraf simpatis dan

korteks adrenal. Aktivasi dari sistem saraf simpatis memicu

peningkatan aktivasi berbagai organ dan otot polos salah

satunya meningkatkan kecepatan denyut jantung serta

pelepasan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah oleh

medula adrenal (Shewood, 2012). Stimulasi aktivitas saraf

simpatis akan meningkatkan resistensi pembuluh darah

perifer dan curah jantung sehingga akan berdampak pada

perubahan tekanan darah yaitu peningkatan tekanan darah

secara intermiten atau tidak menentu (Nasution, 2011).

d. Obesitas

Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu pengukuran

yang membandingkan berat badan dengan tinggi badan

(Angraini, 2014).
45

Peningkatan indeks massa tubuh sering dihubungkan dengan

kelainan kardiovaskular. Salah satu kelainan kardiovaskular

yang terpenting adalah hipertensi. Banyak peneliti yang

melaporkan bahwa indeks massa tubuh berkaitan dengan

kejadian hipertensi dan diduga peningkatan berat badan

berperan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada

;penderita obes. Mekanisme terjadinya hipertensi pada kasus

obesitas belum sepenuhnya dipahami, tetapi telah diketahui

bahwa pada orang yang 21 mengalami obesitas terdapat

peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan

meningkatkan tekanan darah (Angraini, 2014).

e. Merokok

Merokok merupakan aktivitas menghisap asap tembakau

yang dibakar ke dalam tubuh lalu menghembuskannya

keluar (Armstrong, 2007). Merokok merupakan salah satu

kebiasaan hidup yang dapat mempengaruhi tekanan darah.

Rokok yang dihisap dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan darah. Hal tersebut dikarenakan, rokok akan

mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan

pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan

darah. Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan

tekanan sistolik 10–25 mmHg dan menambah detak jantung

5–20 kali per menit.


46

f. Makanan atau alkohol

Makanan, alkohol dan kurangnya aktivitas fisik juga

merupakan faktor-faktor resiko pre-hypertension. Makanan

yang dikonsumsi seseorang memberikan kontribusi besar bagi

kemungkinan pre-hypertension, dimana pada orang yang

mengkonsumsi berlebihan garam menjadi beresiko lebih tinggi.

Seseorang yang biasa dengan gaya hidup instan dan kurang

aktivitas olahraga juga beresiko tinggi mengalamipre-

hypertension. Konsumsi alkohol dalam jumlah besar juga

rentan akan resiko peningkatan tekanan darah. (Dewi, 2014).

6. Pengendalian tekanan darah

Meningkatnya tekana darah didalam arteri bisa terjadi melalui

beberapa cara :

a. Jantung memompa telalu kuat sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya.

b. Arteri besar kehilangan kelenturan yang menjadi kaku,

sehingga mereka tiak dapat mengembang pada sat jantung

memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu pada setiap

denyut jantung di paksa untuk melalui pembuluh darah yang

sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya

telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan

carayang sama tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara


47

waktu mengkrut karena perangsangan saraf atau hormon

didalam darah.

c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan

meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat

kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang

sejumlah garam dan air dalam tubuh. Volume darah dalam

tubuh meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung

berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar

dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun. Hipertensi ini

sering ditemukan pada usia lanjut.

D. Konsep Lansia (Proses Menua)

1. Pengertian lansia

Lansia (proses menua) adalah suatu perubahan progresif pada

organisme yang telah mencapai kematangan intrisik dan bersifat

irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran sejalan dengan

waktu. Proses alami yang disertai dengan adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis, maupun sosial akan saling berinteraksi satu dengan

yang lain. Proses menua yang terjadi pada usia lanjut secara linier

dapat digambarkan melalui tiga tahap, yaitu antara lain (Murwani dan

Priyantari, 2011).

a. Kelemahan (imparment)

b. Keterbatasan fungsional (fungtional limitation)


48

c. Keterhambatan (handicap)

Proses menua merupakan proses yang terus menerus

(berkelanjutan) acara alamiah yang dimulai sejak manusia lahir sampai

udzur atau tua. Pada usia lansia ini biasanya seseorang akan

mengalami kehilangan jaringan otot, susunan syaraf, dan jaringan

lansia sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit. Secara individu,

pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah sosial

ekonomi, mental, maupun fisik-biologik. Dari aspek fisik-biologik

terjadi perubahan pada beberapa sistem, seperti sistem organ dalam,

sistem muskuloskeletal, sistem sirkulasi (jantung), sel jaringan dan

sistem syaraf yang tidak dapat diganti karena rusak atau mati.

Ditambahkan, terutama sel otak yang berkurang 10-20% dalam setiap

harinya dan sel ginjal yang tidak bisa

membelah, sehingga tidak ada regenerasi sel saraf (neuron) dan

kematian sel secara terus menerus menyebabkan seseorang menjadi

demensia (Mujahidullah, 2012).

2. Macam-macam proses menua

a. Penurunan primer adalah perubahan pada tingkat sel (dimana sel

yang mempunyai inti DNA atau RNA pada proses penuaan DNA

tidak mampu membuat protein dan RNA tidak lagi mampu

mengambil oksigen, sehingga membran sel menjadi kisut dan

akibat kurang mampunya membuat protein maka akan terjadi

penurunan imunologi dan mudah terjadi infeksi.


49

b. Penuaan sekunder adalah proses penuaan akibat dari faktor

lingkungan, fisik, psikis dan sosial. Stres fisik, psikis, gaya hidup

dan diit dapat mempercepat proses menjadi tua (Murwani, 2011).

3. Batasan usia lanjut

Barren cit. Murwani (2011), membedakan usia menjadi tiga, yaitu:

a. Usia biologis, yang menunjuk kepada jangka waktu seseorang

sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati.

b. Usia psikologis, menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang

dihadapinya.

c. Usia sosial, menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau

diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan

usianya.

Menurut World Health Organization (WHO, 2016), batasan lanjut

usia meliputi usia 60 tahun ke atas. Sedangkan menurut Prof. Dr.

Koesoemato Setyonegoro batasan lanjut usia terbagi menjadi 3 batasan

umur (Efendy, 2009) :

a. Young old, berusia antara 70-75 tahun.

b. Old, berusia antara 75-80 tahun.

c. Very old >80 tahun.

4. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia

Seseorang yang sudah mengalami lanjut usia akan mengalami

beberapa perubahan pada tubuh atau fisik, psikis atau intelektual,


50

sosial kemasyarakatan maupun secara spiritual, keyakinan atau agama.

Secara terperinci mengenai beberapa perubahan secara alamiah pada

setiap lansia adalah sebagai berikut (Mujahidullah, 2012)

a. Perubahan fisik

1.) Sel

Jumlah lebih sedikit, ukuran lebih besar, mekanisme

perbaikan sel terganggu, menurunnya proporsio protein di otak,

ginjal, darah, dan hati.

2.) Sistem persyarafan

Lambat dalam proses dan waktu untuk bereaksi,

mengecilnya saraf panca indera, kurang sensitif terhadap

sentuhan, hubungan persyarafan menurun.

3.) Sistem pendengaran

Presbiakusis atau gangguan pendengaran, hilang

kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap

bunyi suara atau nada yang tinggi dan tidak jelas, sulit mengerti

kata-kata, terjadi pengumpulan serumen dapat mengeras.

4.) Sistem penglihatan

Spingter pupil timbul sclerosis, hilang respon terhadap

sinar, kornea lebih berbentuk sferis (bola), kekeruhan pada

lansia, hilangnya daya akomodasi, menurunnya daya

membedakan warna biru dan hijau pada skala, menurunnya

lapangan pandang, menurunnya elastisitas dinding aorta, katub


51

jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung

memompa darah menurun kurang lebih 1% per tahun,

kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan darah

meningkat.

5.) Sistem pengaturan suhu tubuh

Temperatur tubuh menurun secara fisiologis, keterbatasan

reflek menggigit dan tidak dapat memproduksi panas yang

banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas otot.

6.) Sistem respirasi

Menurunnya kekuatan otot pernafasan dan aktivitas dari

silia-silia paru-paru kehilangan elastisitas, alveoli ukurannya

melebar, menurunnya oksigen pada arteri menjadi 75 mmHg,

menurunkan batuk.

7.) Sistem gastrointestinal

Terjadi penurunan selera makan rasa haus, asupan makanan

dan kalori, mudah terjadi konstipasi dan gangguan pencernaan

lainnya, terjadi penurunan produksi saliva, karies gigi, gerak

peristaltik usus dan pertambahan waktu pengosongan lambung.

8.) Sistem genitaurinaria

Ginjal mengecil aliran darah ke ginjal menurun, fungsi

menurun, fungsi tubulus berkurang, otot kandung kemih

menjadi menurun, vesica urinaria susah dikosongkan,

perbesaran prostat, atrofi vulva.


52

9.) Produksi hormon

Menurun fungsi paratiroid dan sekresi tidak berubah,

menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon kelamin.

10.) Sistem integument

Kulit mengkerut atau keriput, permukaan kulit kasar dan

bersisik, respon terhadap trauma menurun, kulit kepala dan

rambut menipis dan berwarna kelabu, elastisitas kulit

berkurang pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku menjadi keras

dan seperti bertanduk, kelenjar keringat berkurang.

11.) Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan dan makin rapuh, tafosis, tubuh

menjadi lebih pendek, persendian membesar dan menjadi kaku,

tendon mengkerut dan menjadi sklerosis, atrofi serabut otot.

E. Konsep Pengaruh Senam terhadap Tekanan Darah

Senam akan menyebabkan tekanan darah meningkat untuk waktu yang

singkat dan akan kembali normal ketika berhenti senam (Manembu,

Rumampuk, & Danes, 2015). Faktor utama yang mempengaruhi tekanan

darah adalah curah jantung, tekanan darah pembuluh darah perifer dan

volume/ aliran darah. Rata-rata tekanan darah arteri ditentukan oleh curah

jantung dan resistensi perifer total. Penurunan tekanan arteri setelah

latihan harus dimediasi oleh penurunan satu atau kedua variabel tersebut.
53

Penurunan resistensi perifer total tampaknya menjadi mekanisme utama

yang menjadikan penurunan tekanan darah setelah olahraga. Penurunan

tahanan perifer dapat dijelaskan dari mekanisme:

Adaptasi Neurohormonal

1) Sistem saraf simpatik

Aktivitas sistem saraf simpatik yang meningkat adalah ciri penting

dari hipertensi. Aktivitas saraf simpatik dan adanya pelepasan

norepinefrin (NE) memediasi vasokontriksi dan meningkatkan

resistensi vaskuler. Penurunan aliran saraf simpatis pusat atau

sirkulasi norepinefrin (NE) menipiskan vasokontriksi dan

menyebabkan penurunan tekanan darah. Meskipun bukti yang

terbatas untuk mendukung pengurangan eferen aktivitas saraf

simpatik setelah latihan/olahraga, pengurangan norepinefrin (NE)

plasma telah dibuktikan setelah latihan/olahraga. Penelitian yang

dilakukan oleh Meredith et al menemukan bahwa penurunan NE

plasma setelah latihan berhubungan dengan penurunan spillover

yang menunjukkan penurunan aktivitas saraf simpatik.

Berkurangnya NE pada sinaps akan menjadi salah satu mekanisme

yang memfasilitasi pengurangan resistensi pembuluh darah setelah

olahraga dan menyebabkan penurunan tekanan darah (Pescestello,

2010).
54

2) Hiperinsulinemia dan resistensi insulin

Hiperinsulinemia dan resistensi insulin berhubungan dengan

hipertensi dan aktivitas saraf simpatik. Karena latihan olahraga

meningkatkan sensitivitas insulin, ini merupakan mekanisme

penting dalam mediasi penurunan aliran simpatis dan tekanan

darah. Penelitian terbaru terkait hipertensi menunjukkan hubungan

erat antara penurunan istirahat tekanan darah dan NE plasma serta

meningkatkan sensitivitas insulin setelah olahraga.

3) Sistem Renin-Angiotensis

AngiotensinII adalah vasokonstritor kuat dan pengatur volume

darah, penurunan renin dan angiotensin II dengan latihan

berkemungkinan akan menjadi faktor penurunan tekanan darah.

4) Respon vaskular

Adaptasi vaskular yang akan memberikan konstribusi untuk

menurunkan tekanan darah setelah latihan. Latihan mengubah

respon vaskular dua vasokonstriktor kuat, NE dan endotel-1.

endotel-1 mendorong pengeluaran no (nitrat oxide) dan

mempertahankan keseimbangan antara efek vasodilatasi dari NO

dan efek vasokonstriktor dari endotelin-1 itu sendiri. Endotel

sangat bergantung pada vasodilatasi yang berkaitan erat dengan

produksi oksida nitrat. Endotel memproduksi NO, yaitu faktor

vasorelaksan ampuh yang memberikan konstribusi dalam

pembuluh darah. NO dibentuk oleh sintesis enzim NO (NOS) yang


55

terbentuk dari asam amino L-Arginin. NO berdifusi ke sel-sel otot

polos pembuluh darah, mengaktifkan guanylate cyclase dan

menghasilkan vasorelaksasi (Mancia, 2014).


56

F. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi : Terbentuknya


G. Angiostesin II
H. a. Umur
I. b. Jenis kelamin
c. Stress Menyebabkan Pusing,
J.
d. Obesitas vertigo,
K. e. Kebiasaan merokok terbentuknya 2
atraksi nyeri hebat
f. Makanan / alkohol
setengah/sel
uruh kepala,
Meningkatkan Mensekresi pegal
sekresi hormon hormon tengkuk,
ADH aldesteron mual,
muntah,
pandangan
Perubahan kabur, kaki
Hipertensi
tekanan Hipotensibengkak,
Penatalaksanaan farmakologi darah
(Aspiani, 2015): mimisan,
Terapi oksigen, pemantauan nafas berat
hemodinamik, pemantauan (Aziza, 2007
jantung, obat-obatan (diuretik, Penatalaksanaan non-
farmakologi (Aspiani, 2015),
penyekat saluran kalsium, (Hikayati, Flora R, 2012):
penghambat enzim pengubah
 Pengaturan diet
angiotensin II, Antagonis
 Penurunan berat badan
(penyekat), reseptor beta (𝛽-  Memperbaiki gaya
bloker), Antagonis reseptor alfa hidup kurang sehat
(𝛼-bloker),vasodilator arteriol  Olahraga: Senam
Ergonomis

Tekanan darah Senam menimbulkan efek beta bloker yang


dapat menenangkan sistem saraf simpatik,
dimana bila terjadi penurunan aktivitas
simpatik pada pembuluh darah perifer dapat
menjadi petunjuk penurunan tekanan darah.

3.1 Kerangka Teori (Baradero et al., 2008), (Aspiani,


2015), (Aziza, 2007), (Hikayati & Flora R, 2012),
(Sagiran, 2014), (Bianti Nuraini, 2015), (Maryam et al.,
2008)
57

G. Kerangka Konsep

variabel Independen variabel depeden


Senam Ergonomik Tekanan darah

Variabel confounding
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Stress
4. Obesitas
5. Kebiasaan merokok
6. Makanan / alkohol

Keterangan :

= yang di teliti

= yang tidak di teliti

Gambar 4.1 kerangka konsep pengaruh senam ergonomik terhadap


tekanan darah pada lansia.

H. Hipotesis

Ha : ada pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia di

Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.

Ho : ada pengaruh senam ergonomik tidak terhadap tekanan darah pada

lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.


58

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan Jenis peneliatian desain

penelitian pra eksperimen dengan rancangan one group pre test-post test.

Pada desain penelitian sudah di lakukan observasi pertama (pre test),

sehingga peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah

adanya perlakuan, tetapi dalam desain tidak ada kelompok kontrol atau

pembanding (Handayani, Riyadi 2011). Peneliti ini bertujuan untuk

menegetahui ada atau tidaknya pengaruh senam ergonomik terhadap

tekanan darah pada lansia dalam mencegah hipertensi di Panti Wredha

Budhi Dharma.

Pemberian senam ergonomik


Pre test 9 kali selama 3 minggu Post test
(setiap senam 20-30 menit)

Gambar 4.2 Metode Penelitian one group pre test-post test


(Hadayani, 2011)

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi yang di gunakan dalam penelitia ini Yaitu Panti Wredha

Budhi Dharma Yogyakarta.


59

2. Waktu penelitian

Penelitian akan di laksanakan mulai bulan april sampai dengan mei

2018.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Handayani, 2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang tinggal di

Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta yaitu sebanyak 59 orang.

2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi atau dengan kata lain yaitu bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Handayani, 2011).

Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive

sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2017).

Kriteria inklusi :

a. Semua lansia penghuni panti.

b. Lansia yang masih bisa beraktifitas secarah mandiri.

c. Bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

d. Tidak memiliki gangguan pendengaran.


60

Kriteria eksklusi :

a. Mengalami penyakit berat atau beresiko tinggi seperti tidak dapat

beraktifitas, memiliki penyakit kronik dan tidak mampu

beraktifitas.

b. Perawatan khusus seperti pemakaian gips karena patah tulang.

c. Lansia yang menderita osteoporosis.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu sifat yang akan di ukur atau di amati yang

nilainnya bervariasi antara satu objek ke objek yang lainnya dan terukhur

( Handayani, 2011).

1. Variabel independen (variabel pengaruh/bebas), yaitu variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini variabel

independennya adalah senam ergonomik.

2. Variabel dependen (variabel terpengaruh/terikat), yaitu variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah

adalah tekanan darah pada lansia.

3. Variabel perancu (confounding variable), yaitu variabel yang

berhubungan dengan variabel independen dan berhubungan dengan

variabel dependen, tetapi bukan merupakan variabel antara

(Handayani, 2011). Dalam penelitian ini variabel perancu telah


61

dihilangkan dengan menggunakan cara retriksi (penyingkiran)

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

Berikut bagan hubungan antar variabel :

Variabel independen Variabel dependen


(variabel (variabel
pengaruh/bebas) terpengaruh/terikat)

Variabel perancu
(confounding variabel)

Gambar 4.3 bagan hubungan antar variabel (handayani, 20011)


62

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasioanal variabel adalah definisi variabel-variabel yang

akan di teliti secarah operasioan di lapangan (Handayani, 2011)

Tabel 3.1 definisi operasional pengaruh senam ergonomik terhadap


tekanan darah pada lansia.

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala


Operasional ukur
1. Senam Senam ergonomis 1. SOP kategori, yaitu : Nominal
berupa senam 2. Lembar 1. Diberikan
ergonomis yang diinspirasi observas intervensi
dari geraka shalat i senam
dilakukan 2 kali ergonomik
setiap minggu .
dengan durasi 30
menit, terdiri dari
5 gerakan :
1. Gerakan
pembuka,
berdiri
sempurnah
2. Gerakan
lapang dada
3. Gerakan
tunduk
syukur
4. Gerakan
duduk
perkasa
5. Gerakan
duduk
membakar
6. Gerakan
berbaring
pasrah.
63

2. Tekanan Tekanan darah 1. Spygnoma Ada 5 kategori, Ordinal


darah pada pada lansia nometer yaitu :
lansia. adalah gaya atau 2. Stetoskop 1. Hipotensi :
dorongan darah 3. Lembar <90/<60
kedinding arteri observasi mmHg
saat darah di 2. Normal :
pompa keluar <120/80
jantung keseluruh mmHg
tubuh. 3. Pra
hipertensi
: 120-
139/80-89
mmHg
4. Hipertensi
stage I :
140-
159/84-99
mmHg
5. Hipertensi
stage II :
>160/>100
mmHg

F. Instrumen penelitian

Alat pengumpulan data yang akan di gunakan adalah instrumen

penelitian berupa data karakteristik responden (nama, jenis kelamin),

lembar observasi (pelaksanaan senam dan hasil pengukuran tekanan darah)

dan alat pengukuran tekanan darah dan SOP senam ergonomik.

Lembar observasi senam digunakan untuk mengobservasi latihan

senam yang dilakukan oleh responden, sedangkan lembar observasi tekanan

darah yang digunakan untuk mencatat pemeriksaan tekanan darah

responden, dan untuk mengukur tekanan darah menggunakan

spigmomanometer digital, sebelumnya spigmomanometer yang digunakan

sudah terdaftar oleh KEMENKES RI dengan nomor AKL 20501510947.


64

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

pengamatan eksperimental, yaitu dilakukan dimana subyek atau sasaran

dimasukan ke dalam suatu kondisi atau situasi tertentu yang sudah

diciptakan sedemikian rupa, sehingga yang diamati akan timbul

(Handayani dan Riyadi, 2011).

1. Populasi di saring untuk memilih sampel (responden) dengan

menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Pretest di lakukan dengan mengukur tekanan darah seluruh responden

terlebih dahulu sebelum di berikan senam ergonomik.

3. Peneliti memberikan senam ergonomik sesuai dengan standar

operasional prosedur (SOP).

4. Post test dilakukan dengan mengukur kembali tekanan darah sama

seperti pretest seluruh responden.

H. Analisa Data

1. Pengelolaan data

a. Editing

Bertujuan untuk meneliti jawaban yang ada agar jawaban menjadi

lengkap. Proses ini di lakukan di lapangan sehingga bila terjadi

kekuragan atau ketidaksesuaian dapat segera di lengkapi atau di

sempurnakan.
65

b. Coding

Memberikan kode pada responden untuk mempermuda

memasukan data di komputer

c. Tabulating

Peneliti membentuk data dengan tabel kemudian di analisa.

d. Processing

Processing adalah pemrosesan data dengan memasukkan data ke

paket program komputer seperti paket program SPSS for windows

release.

2. Analisa data

a. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisis yang digunakan untuk

mengetahui nilai dari tiap-tiap variabel (Notoatmodjo, 2012)

Presentasi di buat dengan rumus :

𝑥
𝑃= × 100%
𝑛

Keterangan :

P = presentase

x = hasil objek yang di teliti

n = jumlah seluruh objek yang diteliti

b. Analisis bivariat

nalisis bivariat merupakan analisi yang digunakan untuk

mengetahui interaksi atau hubungan dua variabel. Uji analisis

ini menggunakan uji Wilcoxon digned rank tes, yaitu di gunakan


66

untuk menguji hipotesis komparasi dua sampel yang berkolerasi

bila datanya berbentuk nominal dan ordinal. Analisa

menggunakan uji Wilcoxon digned rank tes diolah dengan

menggunakan komputerisasi program SPSS versi 23.0, dengan

tingkat signifikan a = 0,05. Jika a < 0,05 maka Ha diterima atau

Ho ditolak, artinya ada pengaruh senam ergonomik terhadap tekanan

darah pada lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

(Sugiyono, 2008).

I. Jalannya Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan dan tahap penyelesaian, diantaranya sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Kegiatan dalam tahap persiapan meliputi:

a) Studi pendahuluan di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.

b) Studi pustaka serta penyusunan proposal penelitian.

c) Penyelesaian izin penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2018 di Panti Wredha Budhi

Dharma Yogyakarta, yang meliputi pemberian pre test dengan

mengukur tekanan darah sebelum di berikan senam ergonomik. Saat

melaksanakan penelitian ini, peneliti dibantu oleh asisten peneliti, yaitu

Lili Suryani, Sri Armita Sari dan Filza Ahyar bertugas sebagai asisten
67

peneliti dalam mengukur tekanan darah pada saat pretest dan pada saat

di berikan intervensi yaitu senam ergonomik kemudian asisten peneliti

membantu peneliti pada saat postest setelah diberikan intervensi.

Sebelumnya telah dilakukan briefing untuk menyamakan persepsi.

Kemudian peneliti memberikan senam ergonomik. Setelah itu,

dilakukan post test yaitu mengukur kembali tekanan darah yang sama

dengan saat pre test. Setelah selesai peneliti memberikan souvenir

sebagai tanda terimakasih.

3. Tahap penyelesaian

Setelah pengumpulan dan pengolahan data selesai dilakukan, peneliti

menyusun laporan penelitian dan menyimpulkan hasil penelitiannya.

J. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian atau pengumpulan data

dapat dibedakan menjadi tiga bagian (Nursalam, 2011), yaitu:

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

b. Bebas dari eksploitasi (keadaan yang tidak menguntungkan)

c. Risiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan

yang akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.


68

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)

a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden (right to self

determination).

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure).

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment).

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan

harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity)

dan rahasia (confidentiality).


69

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal (2012). Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja


Posdakarya.

Anggraini, Yetti, dan Martini (2011). Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Rohima Press

Badan pusat statistika indonesia (2015)

Bafirman, HB (2013) Kontribusi Fisiologi Olahraga Mengatasi Resiko


Menuju Prestasi Optimal. Jurnal media ilmu keolahragaan indonesia,
3 41-47. Diakses dari http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki.

Brown. (2006). Exercise Physiology: Basic Of Human Movement I Healt


And Disease: Lippcott Williams & Wilkins Cengage Learning.

Departement of Helth and Human Service (2008) Efektifitas Frekuensi


Dalam Melakukan Senam.

Departemen Kesehatan RI (2014). Infodatin : Situasi Kesehatan Jantung.


Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Retrieved
from http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/
infodatin/inf odatin-jantung.pdf

Dewi, Sofia Rhosma (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik :


Yogyakarta : Deepoblish

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. (2014) Profil Kesehatan


Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.

Dinas kesehatan daerah istimewah yogyakarta (2017) Profil kesehatan


daerah istimewah yogyakarta. Yogyakarta

Gilbert W, DKK 2012 Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia)


Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi Jurnal E-Biomedik
(Ebm), Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, Hal. 760-764

Gunadiah Annisa Septiningrum 2017 Pengaruh Senam Ergonomis


Dengan Musik Asmaul Husna Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia
Penderita Hipertensi Di Posyandu Lansia Adji Yuswo. Universitas
Muhamdya Yogyakarta.

Guyton A.C and J.E Hall (2008) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta : Gec
70

Isselbacher, kurt (2009) Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam :


(Harrison Principles Of Internal Medicice; Volume 1. Jakarta : Buku
Kedokteran

Kenney, W. Larny, Wilmore, Jack. David (2011) Physiology Of Sport and


Exercise. Human Kinetic

Mancia, G et.al (2012). Guedelines For The Management Of Arterial


Hypertension, The Task Force The Managament Of The European
Society Of Hypertension (ESH) and Of The European Society Of
Cardiology (Esc). Journal Hypertension; 25.

Manemby M. Rumampu J, & Dannes V (2013). Pengaruh Duduk Dan


Berdiri Terhadap Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Pada
Pegawai Negeri Sipil Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal E-
Biomedik, 3 13) : 814.
Marliani, lili dan Tantan S., (2008) 100 Questions & Answer Hipertensi.
Jakarta : Gramedia
Maryam, S. R., Ekasaru, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I.
(2008).

Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut Dan Perawatannya. Salemba


Medika: Jakarta.

Miller RD (2010) MILLERS ANASTHESIA. EDD. KE 7, United State Of


America : Churchill Livingstone Elsevier. 3312

Mujahidullah, K. (2012) Keperawatan Geriatrik: Merawat Lansia Dengan


Cinta Dan Kasih Sayang. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Murwani, A., Priyantari, W. (2011) Gerontik Konsep Dasar Dan Asuhan


Keperawatan Home Care Dan Komunitas. Fitramaya. Yogyakarta.

Nasution, S dan Ambarawati (2011). Buku Pintar Asuhan Keperawatan


dan Lansia. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu.

Palmer, A. W. (2010) Simple Guide Tekanan Darah Tinggi. Indonesia :


Erlangga
71

Ponorogo. 2010. Lansia Masa Kini Dan Mendatang, (Online),


(Http://Tkskponorogo.Blogspot.Com/2010/03/Lansia-Masa-Kini-Dan-
Mendatang.Html, Diakses Tanggal 14 Januari 2012)

Ridwan, M. 2009.Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer


Hipertensi. Jakarta: Pustaka Widyamara

Riskesdes.(2013). Riset Kesehatandasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan


RI

Rusdi., Nurlaela Isnawati. (2009) Awas! Anda Bisa Mati Cepat Akibat
Hipertensi & Diabetes. Power Books (Ihdina). Yogyakarta.

Sagiran (2012) Mukjizat Gerakan Shalat. Jakarta Argo Medika Pustaka


Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2007). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. (Brunner & Suddaarth, Eds.) (8th Ed.). Jakarta: EGC

Sheps, S (2015) Mago Clinic Hipertensi Mengatasi Tekanan Darah


Tinggi. Duta Prima : Jakarta

Sherwood L. (2012). Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem 6 Th Ed.


Jakarta : EGC

Syahrani 2017 Pengaruh Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah


Sistolik Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 3 Margaguna Jakarta Selatan. Universitas Islam
Negri Syarif Hidayatullah Jakarta

Wahdah, N. (2011) Menaklukkan Hipertensi Dan Diabetes. Multipress.


Yogyakarta.

Wratsongko, M. (2014). Mukjizat Gerakan Shalat Dan Rahasia 13 Umur


Manusia. Jakarta : Mizan Digital Publishing

Wratsongko, M. (2008). Shalat Jadi Obat. Jakarta: Gramedia.

World Health Organization. (2014).

Yusdianti, R. S. 2016 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang


Hipertensi Terhadap Pengetahuan Lansia Dalam Mencegah
Hipertensi Di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta
72

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Upriani

Nim : 141100255

Sebagai Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta program


studi S1 Keperawatan yang akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Senam Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Wredha
Budhi Dharma Yogyakarta” untuk memenuhi ketentuan melakukan kegiatan
penyusunan proposal sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana
keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mngetahui pengaruh senam
ergonomik terhadap tekanan darah pada lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta.

Sehubungan dengan hal tersebut, saya memohon kesediaan saudara untuk


mnjadi responden penelitian dengan mengikuti senam selama peneliti melakukan
penelitian secarah ikhlas. Seluruh data yang diperoleh akan dijaga kerahasiannya
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

Sebagai bukti ketersediaan saudara untuk menjadi responden dalam


penelitian ini, saya mohon ketersediaan saudara untuk mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan yang telah di persiapkan. Demikian
permohonan ini saya sampaikan, atas perhatian dan partisipasi saudara, saya
ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, April 2018

Peneliti
73

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami penjelasan dari peneliti, saya bersedia

turut berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

Upriani mahasiswa Program

Studi keperawatan Stikes Yogyakarta dengan judul “Pengaruh Senam

Ergonomik Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Di Panti Wredha Budhi

Dharma Yogyakarta”

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak berakibat negatif terhadap

saya dan keluarga saya, oleh karena itu saya bersedia menjadi responden pada

penelitian ini.

Yogyakarta, April 2018

Responden

(………………..)
74

LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Nama :

Jenis kelamin :

Umur :

Ruang :

Minggu Hari Pre-tesr (mmHg) Post-test (mmHg)

minggu 1 2

Minggu 2 2

Minggu 3 2

3
75

SAP SENAM ERGONOMIK

SOP SENAM ERGONOMIK


Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan
Yogyakarta

1. PENGERTIAN Gerakan senam ergonomik adalah


gerakan yang mengoptimalkan
posisi tubuh pada ruang kerja
dengan tujuan mengurangi atau
menghilangkan kelelahan.

2. TUJUAN 1. Untuk menghilangkan


kelelahan
2. Untuk mengembalikan atau
membetulkan posisi dan
kelenturan sistem saraf serta
aliran darah
3. Memaksimalkan suplai oksigen
ke otak
3. WAKTU Dilakukan selama 3 minggu setip
minggu sebanyak 3 kali senam
ergonomik.
4. PERSIAPAN PASIEN 1. Berikan salam, perkenalkan
diri anda dan identifikasi klien
dengan memeriksa identitas
klien dengan cermat.
2. Jelaskan tentang prosedur
tindakan yang akan dilakukan,
76

berikan kesempatan kepada


klien untuk bertanya dan
jawab seluruh pertanyaan
klien. Siapkan peralatan yang
diperlukan. Atur posisi klien
sehingga merasa aman dan
nyaman.
5. PERSIAPAN ALAT -

6. GERAKAN 1. Berdiri sempurnah


Berdiri tegak, Pandangan lurus
ke depan, tubuh rileks, tangan
didepan dada, telapak tangan
kanan di atas telapak tangan
kiri, menempel di dada,
dengan jari sedikit
merenggang. Posisi kaki
merenggang sehingga
mengangkat kira kira selebar
bahu, telapak dan jari jari kaki
mengarah lurus ke depan
2. Gerakan lapang dada Berdiri
tegak, kedua lengan diputar ke
belakang semaksimal
mungkin, tarik nafas dalam
melalui hidung lalu
hembuskan perlahan melalui
mulut. Saat dua lengan di atas
kepala, jari kaki dijinjit.
3. Gerakan tunduk syukur
Gerakan tunduk syukur berasal
77

dari gerakan rukuk. Posisi


tubuh berdiri tegak dengan
menarik napas dalam perlahan,
lalu tahan napas sambil
membungkukkan badan ke
depan sempurna. Tangan
berpegangan pada pergelangan
kaki, wajah menengadah dan
hembuskan napas secara rileks
dan perlahan.
4. Gerakan duduk perkasa
Posisi duduk dengan jari kaki
sebagai tumpuan, tarik napas
dalam lalu tahan sambil
membungkukkan badan ke
dapan. Tangan bertumpu pada
paha dan wajah menengadah.
5. Gerakan duduk pembakaran
Posisi duduk seperti duduk
perkasa kemudia dua tangan
menggenggam pergelangan
kaki, tarik napas dalam sambil
membungkukkan badan ke
depan sampai punggung terasa
teregang, wajah menegadah
sampai terasa teregang.
Hembuskan napas secara rileks
dan perlahan.
6. Gerakan berbaring pasrah
Posisi kaki seperti pada
gerakan duduk pembakaran
78

7. FREKUENSI 1. Gelakan berdiri sempurnah


Bagi pemula mungkin agak
lama sekitar 2-3 menit. Akan
tetapi jika sudah terbiasa
cukup 30-60 detik. Gerakan ini
yang pentin sudah
mengantarkan ke kondisi yang
rileks, setalah dirasa sudah
rileks maka di katakan cukup.
2. Gerakan Lapang Dada
Gerakan ini dilakukan
sebanyak 40 kali putaran. Satu
gerakan memutar butuh waktu
4 detik sebagai gerakan
aerobik. Keseluruhan 40 kali
putaran dalam waktu 4 menit.
Kemudian istirahat sebelum
melakukan gerakan kedua.
3. Gerakan Tunduk Syukur
Gerakan ini dilakukan
sebanyak 5 kali. Umumnya 1
kali gerakan selesai dalam
waktu 35 detik ditambah 10
detik untuk nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai
dalam 4 menit.
4. Gerakan Duduk Perkasa
Gerakan ini dilakukan
sebanyak 5 kali. Umumnya 1
kali gerakan selesai daam
waktu 35 detik ditambah 10
79

detik untuk menarik nafas, jadi


keseluruhan gerakan selesai
dalam waktu 4 menit.
5. Gerakan Duduk Pembakaran
Gerakan ini dilakukan
sebanyak 5 kali. Umumnya 1
kali gerakan selesai dalam
waktu 35 detik ditambah 10
detik untuk menarik nafas, jadi
keseluruhan gerakan selesai
dalam waktu 4 menit.
6. Gerakan Berbaring Pasrah
Gerakan ini dilakukan minimal
5 menit, gerakan dilakukan
perlahan dan tidak dipaksakan
saat merebahkan badan
maupun bangun.
8. MANFAAT 1. Berdiri sempurnah
Dengan gerakan pebukaan
gerakan sempurnah, seluruh
saraf menjadi satu titik pada
pengendaliannya diotak. Saat
itu pikiran di kendalikan oleh
kesadaran akal sehat dan
bugar, tubuh di bebaskan dari
beban pekerjaan, berat tubuh
di tumpukkan dengan
pembagian beban yang sama
pada kedua kakinya. Pada
waktu beridiri sempurna kedua
kaki tegak sehingga telapak
80

kaki menekan seluruh titik


saraf di telapak kaki yang
sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Posisi
demikian akan membuat
punggung lurus, sehingga akan
memperbaiki bentuk tubuh,
jantung bekerja normal, begitu
juga dengan paru-paru,
punggung dan tulang
punggung lurus dan seluruh
organ dalam keadaan normal.
Postur yang salah pada saat
aktivitas sehari-hari akan
diperbaiki pada saat
melakukan gerakan ini.
2. Gerakan Lapang Dada
Putaran lengan menyebabkan
stimulus regangan dan tarikan
pada saraf di bahu,
mengoptimalkan fungsi organ
paru, jantung, hati, ginjal,
lambung dan usus sehingga
metabolisme optimal. Kedua
kaki dijinjit menstimulasi
sensor-sensor saraf yang
merefleks fungsi organ dalam.
3. Gerakan Tunduk Syukur
Posisi tunduk syukur dapat
menyebabkan tarikan pada
serabut saraf yang menuju ke
81

tungkai.
4. Gerakan Duduk Perkasa
Duduk perkasa dengan lima
jari kaki ditekuk dapat
menstimulasi fungsi organ
tubuh. Ibu jari terkait dengan
fungsi energi tubuh, jari
telunjuk terkait dengan fungsi
pikiran, jari tengah terkait
dengan fungsi pernapasan, jari
manis terkait dengan fungsi
metabolisme serta
detoksifikasi dalam tubuh dan
jari kelingking terkait dengan
fungsi hati serta sistem
kekebalan tubuh. Menarik
napas dalam lalu ditahan
sambil membungkukkan badan
ke depan dengan dua tangan
bertumpu pada paha dapat
meningkatkan tekanan dalam
rongga dada yang dapat
meningkatkan sirkulasi dan
oksigenasi otak.
5. Gerakan Duduk Pembakaran
Gerakan menarik napas dalam
lalu ditahan meningkatkan
tekanan di dalam saluran saraf
tulang belakang sehingga
meningkatkan suplai darah
oksigenasi ke otak. Gerakan
82

menengadahkan kepala
menyebabkan fleksi ruas
tulang leher dan menstimulasi
saraf simpatis di leher. Kedua
tanganm enggenggam
pergelangan kaki berfungsi
melebarkan ruang antar ruas
tulang pada tangan dan leher,
memberikan efek relaksasi
pada serabut saraf simpatis
sehingga terjadi relaksasi
dinding pembuluh darah.
6. Gerakan Berbaring Pasrah
Gerakan berbaring dengan
meluruskan lengan di atas

9. EVALUASI
1. Evaluasi hasil yang dicapai.
2. Beri reinforcement positif pada klien.
3. Kontrak pertemuan selanjutnya.
4. Mengakhiri pertemuan dengan baik.
10. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN :
1. Kenyamanan dan kekuatan kondisi fisik klien harus selalu dikaji untuk
mengetahui keadaan klien selama prosedur.
2. Perhatikan kontraindikasi dilakukannya tindakan.

Anda mungkin juga menyukai