SKRIPSI
iii
MOTTO
(BHAGAVAD GITA)”.
PANTANG MENYERAH”.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ida Sang Hyang Widhi Waca, Rasa syukur & terima kasih yang tak terhingga
ku persembahkan kepadaMu yang selalu memberiku kekuatan & keimanan,
melindungi & menuntunku ke jalan kedamaian di setiap langkahku
Hingga kini ku dapat menyelesaikan semua ini, terima kasih
Tuhan atas semua yang telah Engkau berikan.
Ayah dan ketiga Ibuku tercinta, terima kasih atas segenap cinta, kasih sayang,
ketulusan, & dukungan yang tak terkira yang telah kalian berikan kepadaku
hingga akhirnya kalian dapat menyaksikan
setitik kebahagianku
v
KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Waca,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada peneliti
sehingga peneliti bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kepatuhan dalam Melakukan
Pencegahan Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Pajangan Bantul
Yogyakarta”.
Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan bantuan
berbagai pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
7. Kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan, bantuan dan do’anya.
Peneliti menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kesalahan dan masih jauh dari sempurna. Sehingga masih perlu perbaikan dan
saran dari para pembaca.
Om Santhi, Shanti, Shanti, Om
vi
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN..............................................................................iii
MOTTO.................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xi
INTISARI.............................................................................................................xii
ABSTRACT.........................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian............................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................6
E. Keaslian Penelitian.........................................................................................7
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan...................................................................................................70
B. Saran.............................................................................................................70
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi
Tabel 3.1 Proporsi jumlah pasien hipertensi di tiap Desa......................................39
Tabel 3.2 Definisi Operasional..............................................................................40
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pernyataan Tentang Pengetahuan...........................................42
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pernyataan Tentang Sikap......................................................43
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pernyataan Tentang Kepatuhan..............................................44
Tabel 3.6 Interpretasi Korelasi Kendall Tau..........................................................49
Tabel 4.1 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan, Usia,
Suku, Jenis Kelamin, dan Media Informasi
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Hipertensi
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi berdasarkan Sikap
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan Kepatuhan
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan dalam
Melakukan Pencegahan Hipertensi
Tabel 4.6 Hubungan Sikap Keluarga dengan Kepatuhan dalam Melakukan
Pencegahan Hipertensi
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................35
Gambar 2.2 Kerangka Konsep...............................................................................36
DAFTAR LAMPIRAN
xi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PAJANGAN BANTUL YOGYAKARTA
INTISARI
1
Mahasiswa S1Ilmu Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3
Dosen STIKES Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
xii
THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILIES’ KNOWLEDGE LEVELS
AND ATTITUDES AND THE OBEDIENCE IN HYPERTENSION
PREVENTION IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS
PAJANGAN, BANTUL, YOGYAKARTA
ABSTRACT
1
S1 Student of Nursing Science at General Achmad Yani College of Health
Science of Yogyakarta
2
Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta
3
Lecturer at General Achmad Yani College of Health Science of Yogyakarta
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mereka dapat memahami pentingnya perubahan gaya hidup dan lebih termotivasi
untuk mematuhi manajemen gaya hidup sehat.
Hipertensi bersifat diturunkan atau bersifat genetik. Individu dengan
keluarga hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita
hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat
hipertensi, sehingga pengetahuan serta sikap dari keluarga tentang hipertensi
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dimiliki, agar keluarga bisa
menanggulangi penyakit hipertensi didalam keluarga itu sendiri (Hamid, 2013).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Anggraini, dkk (2009) didapatkan hasil
responden yang menderita hipertensi, lebih banyak yang memiliki riwayat keluarga
hipertensi yaitu sebesar 65,2%, dibandingkan responden yang tidak memiliki
keluarga yang hipertensi sebesar 34,8%. Riwayat keluarga yang hipertensi berisiko
4,36 kali menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat
keluarga yang hipertensi (Mannan, dkk, 2012).
Riwayat keluarga dengan orang tua hipertensi merupakan faktor risiko
yang tidak dapat dikontrol. Oleh karena itu, upaya pencegahan faktor risiko
hipertensi yang dapat dikontrol perlu dilakukan seperti melakukan olah raga
dengan benar secara teratur 3-4 kali seminggu selama minimal 30 menit, menjaga
berat badan ideal supaya tidak terjadi obesitas, menghindari kebiasaan merokok,
menghindari stress, menghindari konsumsi tinggi garam, lemak jenuh, dan
minyak goreng bekas (Sugiharto, dkk, 2007). Perilaku keluarga dalam upaya
pencegahan hipertensi memberikan pengaruh dalam menentukan keyakinan dan
nilai kesehatan individu serta dapat juga menentukan tentang program kesehatan
yang dapat mereka terima (Tumenggung, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Pajangan Bantul yang telah
dilakukan peneliti pada bulan Mei 2014 didapatkan data hipertensi merupakan
salah satu dari distribusi 10 besar penyakit berbasis Survailans Terpadu Penyakit
(STP) Puskesmas. Penyakit Hipertensi memiliki urutan kedua setelah penyakit
Nasofaringitis, dengan data total selama tahun 2013 sebanyak 835 orang. Selain
itu, jumlah pasien baru maupun lama yang datang ke Puskesmas dan dinyatakan
menderita hipertensi pada bulan Januari sampai April tahun 2014 sebanyak 128
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka peneliti
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: “Bagaimana hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap keluarga dengan kepatuhan dalam melakukan pencegahan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan
kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta.
6
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan
dalam melakukan pencegahan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Pajangan Bantul Yogyakarta.
b. Diketahuinya gambaran sikap keluarga dengan kepatuhan dalam melakukan
pencegahan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul
Yogyakarta.
c. Diketahuinya keeratan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga
dengan kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan masukan atau sebagai dasar dan perbandingan bagi penelitian
selanjutnya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk
menambah referensi khususnya tentang kepatuhan pencegahan hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Profesi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun sebagai
bahan pertimbangan dalam kepatuhan mencegah hipertensi.
b. Bagi responden
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sikap keluarga
dalam kepatuhan mencegah terjadinya hipertensi.
c. Bagi penelitian selanjutnya
Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam kajian penelitian yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan
kepatuhan pencegahan hipertensi.
7
E. Keaslian Penelitian
1. Sinaga, (2012), melakukan penelitian mengenai gambaran tingkat pengetahuan
tentang hipertensi pada masyarakat yang merokok di RW 01 kelurahan Pondok
Cina, Beji, Depok. Tujuan penelitian dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
gambaran tingkat pengetahuan masyarakat yang merokok tentang hipertensi di
RW 01 kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok. Rancangan penelitian ini adalah
deskriptif sederhana, jumlah sampel sebanyak 70 responden dengan teknik
purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat yang merokok tentang
hipertensi sebesar 62,9%. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah tujuan penelitian dan variabel. Persamaan degan penelitian yang akan
dilakukan adalah teknik pengambilan sampel.
2. Novian, (2013), melakukan penelitian mengenai faktor yang berhubungan
dengan kepatuhan diit pasien hipertensi (studi pada pasien rawat jalan di
Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang). Tujuan penelitian dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kepatuhan diit
pasien hipertensi (studi pada pasien rawat jalan di rumah sakit islam sultan
agung semarang). Rancangan penelitian ini adalah cross sectional, jumlah
sampel sebanyak 24 responden dengan teknik total sampling. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan (p=0,036),
tingkat pengetahuan (p=0,022), peran keluarga (p=0,008), peran petugas
kesehatan (p=0,011) dengan kepatuhan diit pasien hipertensi dan tidak ada
hubungan antara umur (p=0,240), jenis kelamin (p=0,421), pekerjaan
(p=0,403) dengan kepatuhan diit pasien. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan adalah tujuan penelitian dan variabel bebas. Persamaan degan
penelitian yang akan dilakukan adalah rancangan penelitian dan variabel
terikat.
3. Jaya, (2009), melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat antihupertensi di
Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten. Tujuan
penelitian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
8
A. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana jika tekanan darah sistole 140
mmHg atau lebih tinggi dan tekanan darah diastole 90 mmHg atau lebih
tinggi, dimana prehipertensi adalah ketika tekanan darah sistolik berada pada
120-139 mmHg atau ketika tekanan darah diastolik berada pada 80-89 mmHg
(WHO, 2011).
Menurut Dewanty (2008) hipertensi adalah suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan pada tekanan darah yaitu sistolik dan diastolik yang
melebihi dari normal sesuai dengan usia dimana akan menaikkan morbiditas
dan mortalitas. Jadi, hipertensi adalah kondisi dimana tekanan darah
mengalami peningkatan di atas normal pada tekanan darah sistolik maupun
tekanan darah diastolik.
Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini
terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah
sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi
menambah beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat
menimbulkan kerusakan jantung dan pembuluh darah (Udjianti, 2010).
2. Klasifikasi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi diklasifikasikan menjadi dua jenis
yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder (Syamsudin,
2011).
a. Hipertensi primer atau esensial
Hipertensi primer merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya atau hipertensi tanpa kelainan dasar patologi yang jelas,
9
10
4. Patofisiologi Hipertensi
Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem persyarafan
yang kompleks dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam
mempengaruhi curah jantung dan tahanan vaskuler perifer. Hal ini yang ikut
dalam pengaturan tekanan darah adalah refleks baroreseptor dengan
mekanisme berikut ini. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan
frekuensi jantung. Tekanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol, bila
diameternya menurun, tahanan perifer meningkat, bila diameternya
meningkat tahanan perifer akan menurun. Pengaturan primer tekanan arteri
dipengaruhi oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan
menyampaikan impuls ke pusat syaraf simpatis di medula. Impuls tresebut
akan menghambat stimulasi sistem saraf simpatis. Apabila tekanan arteri
meningkat, maka ujung-ujung baroreseptor akan tegang, sehingga bangkit
dan menghambat pusat simpatis. Hal ini akan menurunkan tegangan pusat
simpatis, akibatnya frekuensi jantung akan menurun, arteriol mengalami
13
dilatasi dan tekanan arteri kembali ke level awal. Hal yang sebaliknya terjadi
bila ada penurunan tekanan arteri (Muttaqin, 2009).
Renin dan angiotensin memegang peranan dalam pengaturan tekanan
darah. Ginjal memproduksi renin yaitu suatu enzim yang bertindak pada
substrat protein plasma untuk memisahkan angiotensin I , yang kemudian
diubah oleh converting enzym dalam paru menjadi bentuk angiotensin II
kemudian menjadi angiotensin III. Angiotensi II dan angiotensin III
mempunyai aksi vasokontriktor yang kuat pada pembuluh darah dan
merupakan mekanisme kontrol terhadap pelepasan aldosteron. Aldosteron
sangat bermakna dalam hipertensi terurama pada aldoteronisme primer.
Melalui peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis, angiotensin II dan III
juga mempunyai efek inhibiting atau penghambatan pada ekskresi natrium
dengan akibat peningkatan tekanan darah. Sekresi renin yang tidak dapat
diduga sebagai penyebab meningkatnya tahanan perifer vaskular pada
hipertensi esensial. Pada tekanan darah tinggi kadar renin harus diturunkan
karena peningkatan tekanan arteriolar renal mungkin menghambat sekresi
renin (Udjianti, 2010).
6. Komplikasi Hipertensi
Menurut Corwin (2009) hipertensi memiliki komplikasi yaitu:
14
a. Stroke
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri yang
mengalirkan darah ke otak mengalami hipertrofi dan penebalan, sehingga
aliran darah ke area otak berkurang.
b. Infark miokard
Infark miokard dapat terjadi pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel karena kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dan
dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark miokard.
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi pada hipertensi kronis karena kerusakan
progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan
rusaknya glomelurus, aliran darah ke unit fungsional ginjal yaitu nefron
akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian.
Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine
sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema.
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati atau kerusakan otak dapat terjadi pada hipertensi
maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan berbahaya). Tekanan yang
sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di seluruh susunan
saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
e. Kejang
Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang lahir
mungkin memiliki berat badan yang rendah akibat perfusi plasenta yang
tidak adekuat, kemudian dapat mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu
mengalami kejang selama atau sebelum proses persalinan.
7. Penatalaksanaan hipertensi
Penatalaksanaan hipertensi dibagi menjadi dua (Corwin, 2009), yaitu:
15
a. Penatalaksanaan farmakologi
1) Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan
cairan tubuh melalui buang air kecil sehingga volume cairan
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung lebih ringan.
Contoh obatnya adalah hidroklorotiazid.
2) Penghambat simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf
simpatis. Contoh obatnya adalah metildopa, klonidin, dan reserpin.
3) Betabloker
Mekanisme kerja obat ini adalah melalui penurunan daya
pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang
telah diketahui mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah metoprolol, propanolol, dan atenolol.
4) Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah
dengan relaksasi otot polos. Contoh obatnya adalah prasosin dan
hidralasin. Efek samping dari obat ini adalah sakit kepala atau pusing.
5) Penghambat enzim konversi angiotensin
Cara kerja obat ini adalah menghambat pembentukan zat
angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah). Contoh obatnya adalah katopril yang mempunyai efek
samping batuk kering, pusing, dan lemas.
6) Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan
cara menghambat kontraksi jantung. Contoh obatnya adalah nifedipin,
diltiasem, dan verapamil. Efek samping dari obat ini adalah sembelit,
pusing, dan muntah.
7) Penghambat reseptor angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat
angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya
16
B. Kepatuhan
1. Definisi Kepatuhan
Kata “kepatuhan” berasal dari kata “patuh” yang berarti taat, menurut
pada aturan, dan disiplin. Kepatuhan adalah istilah yang umum digunakan
dalam literatur, istilah ini menunjukkan pendekatan pasif di mana pasien
mengikuti nasihat dan petunjuk dari penyedia layanan kesehatan. Pasien
dengan pemahaman yang sedikit, seringkali tetap mengikuti saran dari dokter
atau penyedia layanan kesehatan lainnya. Selain itu, pasien yang sadar atau
tidak sadar menolak untuk mengikuti saran dari penyedia layanan kesehatan
dianggap tidak patuh (Osterberg dan Blaschke, 2005).
Menurut Cramer et al (2008), kepatuhan adalah sejauh mana suatu
tindakan atau perilaku pasien untuk melaksanakan aturan dalam pengobatan
sesuai dengan saran oleh tenaga kesehatan. Menurut Sackett (1976) dalam
Niven (2013) kepatuhan adalah perilaku pasien sesuai dengan ketentuan
yang diberikan oleh professional kesehatan.
Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktifitas organisme atau mahluk hidup yang bersangkutan. Perilaku manusia
dikelompokan menjadi dua yaitu:
a. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih
belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati orang lain (dari
luar).
Faktor perilaku ditentukan oleh tiga kelompok faktor, yaitu perilaku
seseorang berhubungan dengan faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan
faktor penguat. Oleh sebab itu akan diuraikan hal-hal berkaitan dengan
perilaku serta hal-hal yang berhubungan perilaku kepatuhan adalah:
20
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang terwujud dalam
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin
Faktor pemungkin adalah faktor yang terwujud dalam lingkungan
fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana
kesehatan.
c. Faktor penguat
Faktor penguat adalah faktor yang terwujud dalam sikap dan
pelaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok
refrensi dari perilaku masyarakat.
b. Kualitas interaksi
Menurut Korcsh dan Negrete (1972) dalam Niven (2013) kualitas
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien merupakan bagian yang
penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Ada beberapa keluhan,
antara lain kurangnya minat yang diperlihatkan oleh dokter, penggunaan
istilah medis secara berlebihan, kurangnya empati, tidak memperoleh
kejelasan mengenai penyakitnya. Pentingnya keterampilan interpersonal
dalam memacu kepatuhan terhadap pengobatan.
c. Isolasi sosial dan keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat mempengaruhi dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta tidak dapat
menentukan tentang program pengobatan yang diterima. Menurut
Baekeland dan Lundwall 1975 dalam Niven (2013) derajat dimana
seseorang terisolasi dari pendampingi orang lain, isolasi sosial, secara
negative berhubungan dengan kepatuhan.
d. Keyakinan dan kepribadian
Keyakinan seseorang tentang kesehatan berguna untuk
memperkirakan adanya ketidakpatuhan. Orang-orang yang tidak patuh
adalah orang yang mengalami depresi, ansietas, dan orang yang sangat
memperhatikan kesehatannya, memiliki ego yang lebih lemah dan yang
kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada diri sendiri.
C. Pengetahuan
1. Definisi pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba) dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh itensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh dari indera pendengaran dan pengelihatan (Notoatmodjo, 2010).
23
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengatahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan
pendapat tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek
atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau sebagai penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagianya dalam konteks atau situasi yang
lain.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat
menggambarkan (bagan), membedakan, memisahkan, dan
mengelompokkan.
24
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Faktor eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang berada disekitar
manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
2) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
D. Sikap
1. Definisi sikap
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo,
2007)
Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologi sosial yang
membahas unsur sikap baik sebagai individu maupun kelompok. Sikap ada
kaitanya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter dan sistem
hubungan antar kelompok serta pilihan-pilihan yang ditentukan berdasarkan
lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan (Wawan,2010).
2. Komponen sikap
Menurut Allport 1954 dalam Notoatmodjo (2007) sikap mempunyai
tiga komponen yaitu:
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
26
3. Struktur sikap
Menurut Azwar (2011), struktur sikap menurut skema triadic terdiri
atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu:
a. Komponen kognitif
Komponen kognitif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan
apa yang diketahui manusia. Komponen kognitif adalah olahan pikiran
manusia atau seseorang terhadap kondisi eksternal atau stimulus yang
menghasilkan pengetahuan.
b. Komponen afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan
penilaian terhadap apa yang diketahui manusia. Setelah seseorang
mempunyai pemahaman atau pengetahuan terhadap stimulus atau kondisi
eksternalnya, maka selanjutnya akan mengelolanya lagi dengan melibatkan
emosionalnya. Hasilnya adalah penilaian atau pertimbangan terhadap
pengetahuan tersebut.
c. Komponen konatif atau psikomotor
Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan
kecenderungan atau kemauan untuk bertindak. Kecenderungan berperilaku
secara konsisten selaras dengan kepercayaan dan perasaan akan
membentuk sikap individual. hal itu logis untuk mengharapkan bahwa
sikap seseorang akan dicerminkannya dalam bentuk tendensi perilaku
terhadap objek (Azwar, 2011).
4. Tingkatan sikap
Sikap mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya menurut
Notoatmodjo (2010), sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
27
b. Merespon (responding)
Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
E. Keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan perkawinan atau adopsi yang hidup
bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain dan
30
masing-masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak, dan adik
yang mempunyai tujuan menciptakan dan mempertahankan budaya serta
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota (Setyowati,
2008).
Menurut Dunphy 2001 dalam Friedman et al (2010) keluarga adalah
sebuah sistem sosial kecil yag terbuka yang terdiri atas suatu rangkaian
bagian yang sangat saling bergantung dan di pengaruhi baik oleh struktur
internal maupun lingkungan eksternalnya. Menurut Whall 1986 dalam
Friedman et al (2010) keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri dari dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum atau
dapat juga tidak, namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka
menganggap dirinya sebagai keluarga.
2. Tipe keluarga
Menurut Setyowati (2008) tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung
atau angkat).
2) Keluarga besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah.
3) Keluarga dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri yang tidak
memiliki anak.
4) Single parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
31
5) Single adult
Suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa ( misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau
kuliah).
b. Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa menikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara sehidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4) The non marital heterosexsual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay an lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami istri.
6) Cohubing couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
beberapa alasan tertentu.
7) Group married family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat-alat rumah tangga bersama
yang saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexsual
dan membesarkan anaknya.
8) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai-nilai hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang
32
3. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat. Menurut Padila (2012) ada beberapa struktur
keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam,
diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu.
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ayah.
33
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.
4. Fungsi keluarga
Menurut Friedman dalam Setyowati (2008) keluarga memiliki lima
fungsi dasar, sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif merupakan
sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga. Keretakan
keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi
afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi,
misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang
disekitarnya. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai
melalui interaksi atau hubungan antara anggota keluarga yang diwujudkan
dalam sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah
sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,
selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan,
pakaian, dan tempat tinggal.
34
F. Kerangka Teori
Faktor yang 1. Pengetahuan Hipertensi Keluarga Kepatuhan 1. Menerapkan pola hidup sehat
mempengaruhi a. Tahu dengan resiko pencegahan 2. Gizi untuk penderita hipertensi
Pengetahuan: b. Memahami hipertensi hipertensi 3. Kurangi asupan garam
1. Pendidikan
c. Aplikasi
2. Pekerjaan
d. Analisis
3. Usia
e. Sintesis
4. Lingkungan Faktor yang Faktor yang mempengaruhi
f. Evaluasi
5. Sosial budaya mempengaruhi kepatuhan:
hipertensi: 1. Pendidikan
Faktor yang 2. Sikap
1. Faktor yang tidak 2. Akomodasi
mempengaruhi a. Komponen
Sikap: dapat dikontrol 3. Modifikasi faktor
kognitif
1. Pengalaman a. Usia lingkungan dan sosial
b. Komponen
pribadi b. Jenis kelamin 4. Perubahan model terapi
afektif
2. Pengaruh orang c. keturunan 5. Meningkatkan interaksi
c. Komponen
lain yang 2. Faktor yang dapat profesional kesehatan
konatif
dianggap dikontrol dengan pasien
penting a. Pola makan
3. Pengaruh b. Kegemukan
kebudayaan c. Stres
4. Media massa d. olahraga
5. Lembaga
pendidikan dan
lembaga agama
6. Pengaruh faktor
emosional
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga dengan Kepatuhan Pencegahan Hipertensi modifikasi Notoatmodjo
(2007), Azwar (2011), Niven (2013), Corwin (2009)
36
G. Kerangka Konsep
H. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap
keluarga dengan kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu secara survei analitik yaitu peneliti
tidak melakukan intervensi terhadap subyek penelitian dan tidak dilakukan
terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi tetapi hanya mengambil
sebagian dari populasi tersebut (Notoatmodjo, 2012).
Penelitian menggunakan desain penelitian cross sectional yaitu jenis
penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013). Pada
penelitian ini pengetahuan dan sikap keluarga sebagai variabel independen dan
kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi sebagai variabel dependen
diobservasi atau diukur pada waktu yang sama.
37
38
128
n= = 56
1+128(0,12)
Maka didapatkan 56 responden. Jadi, sampel dalam penelitian ini
sebanyak 56 responden yang dipilih dengan cara purposive sampling.
Tabel 3.1 Proporsi jumlah pasien hipertensi di tiap Desa
No Desa Jumlah Pasien Hipertensi
1 Desa Sendangsari 46
2 Desa Guwosari 43
3 Desa Triwidadi 39
Jumlah 128
D. Variabel Penelitian
1. Variabel independen : Tingkat pengetahuan dan sikap keluarga.
2. Variabel dependen : Kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi.
3. Variabel pengganggu : a. Pengetahuan, meliputi:
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
40
3) Usia
4) Lingkungan
5) Sosial budaya
b. Sikap, meliputi:
1) Pengalaman pribadi
2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
3) Pengaruh kebudayaan
4) Media massa
5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
6) Pengaruh faktor emosional
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati
dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat diamati atau
diukur merupakan kunci definisi operasional. Dapat diamati artinya
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengkuran secara cermat
terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian dapat diulangi lagi oleh orang
lain (Notoatmodjo, 2010).
3. Pola makan
a. Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan keluarga tentang pencegahan hipertensi
yang terdiri dari 21 pernyataan closed ended question dengan memilih
jawaban benar atau salah dimana jawaban dari pernyataan mempunyai
gradasi dari positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Kuesioner ini
diadopsi dan dimodifikasi dari peneliti sebelumnya Sinaga (2012) yang
berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi pada
Masyarakat yang Merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji,
Depok”. Skor untuk pernyataan positif (favorable) dengan jawaban “benar”
bernilai 1 (satu) dan jawaban “salah” bernilai 0 (nol). Skor untuk pernyataan
negatif (unfavorable) dengan jawaban “benar” bernilai 0 (nol) dan jawaban
“salah” bernilai 1 (satu) (Nursalam, 2013). Analisa nilai yang diperoleh
adalah jumlah semua jawaban dibagi jumlah pernyataan dikalikan 100%,
sehingga diperoleh nilai sebagai berikut:
1) Baik, jika jawaban responden 76%-100%
2) Cukup, jika jawaban responden 56%-75%
3) Kurang, jika jawaban responden <56% (Arikunto, 2006).
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pernyataan Tentang Pengetahuan
No. Item No. Item
No. Pernyataan
favorable unfavorable Jumlah Soal
1 Definisi hipertensi 1,2 - 2
2 Penyebab hipertensi 3,4,6 5 4
3 Tanda dan gejala
7 - 1
hipertensi
4 Pencegahan hipertensi 10,11,12,16,18, 8,9,13,14,15,17,
14
20 19, 21
Total 16 9 21
b. Sikap
Pengukuran sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi yang
terdiri dari 14 pernyataan likert skale dengan memilih jawaban sangat
setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dimana jawaban dari
43
c. Kepatuhan
Pengukuran kepatuhan keluarga tentang pencegahan hipertensi yang
terdiri dari 12 pernyataan closed ended question dengan memilih jawaban
sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju dimana jawaban dari
44
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji Reliabilitas
dalam penelitian ini dilakukan dengan menghitung Cronbach Alpha dari
masing-masing instrumen. Kuesioner dikatakan reliabel jika memiliki nilai
alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009). Hasil analisis pada kuesioner tingkat
pengetahuan didapatkan hasil 0.765, kuesioner sikap didapatkan hasil 0.773,
sedangkan kuesioner kepatuhan didapatkan hasil 0.776 hal ini menujukan
bahwa nilai alpha diatas 0,7 sehingga kuesioner tingkat pengetahuan, sikap,
dan kepatuhan dikatakan reliabel.
Cukup = 2
Kurang = 1
c. Kepatuhan
Baik = 3
Sedang = 2
Buruk = 1
3. Entry Data
Memindahkan data ke dalam file komputer dengan bantuan program
komputerisasi.
4. Tabulating
Merupakan pengolahan data yang telah didapatkan. Dalam pengolahan
data ini disusun dan ditampilkan ke dalam bentuk tabel.
5. Analisa Data
Setelah data peneliti diperoleh peneliti memasukkan data yang telah
ditabulasi ke dalam komputer dan dianalisis secara statistik. Menurut
Notoatmodjo (2012) analisa data terdiri dari:
a. Analisis Univariabel
Analisis univariabel bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis
univariabel tergantung dari jenis datanya (Notoatmodjo, 2010). Analisis
univariabel menggunakan persentase dengan hasil yang diperoleh dari
masing-masing responden dalam bentuk data ordinal.
F
P= × 100 %
N
Keterangan:
P = Persentase
F = Jawaban tertentu dari tiap responden
N = Jumlah pertanyaan (kuesioner)
b. Analisa Bivariabel
Analisis bivariabel yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkolerasi. Dalam penelitian ini dilakukan untuk
48
τ=
∑ A−∑ B
N (N−1)
2
Keterangan:
τ : koefisien korelasi kendall tau yang besarnya (-1< τ <1)
A : jumlah rangking atas
B : jumlah rangking bawah
N : jumlah anggota sampel.
Hasil yang diperoleh akan dicari signifikan koefisien korelasinya
menggunakan rumus Z dengan taraf kesalahan 1% dengan rumus sebagai
berikut (Riwikdido, 2009):
τ
z=
√ 2(2 N +5)
9 N (N −1)
I. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang sangat penting dalam
penelitian, mengingat penelitian berhubungan langsung dengan manusia, maka
segi etika penelitian harus diperhatikan, masalah etika yang harus diperhatikan
adalah (Hidayat,2009) :
a. Informed Consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Informed consent diberikan sebelum penelitian dimulai. Tujuan dari
informed consent adalah agar subjek penelitian mengerti maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini berlangsung.
Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Informed consent yang
digunakan dalam penelitian ini adalah persetujuan antara peneliti dengan
responden yaitu keluarga dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Pajangan, Bantul, Yogyakarta.
b. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan nama responden
pada lembar alat ukur, dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
data.
c. Confidentiality (kerahasiaan)
50
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Wilayah Kerja Puskesmas
Pajangan Bantul Yogyakarta. Puskesmas Pajangan terletak di Desa
Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Secara geografis, batas
wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul sebelah utara berbatasan dengan
Desa Bangunjiwo Kasihan, dan Argodadi Sedayu, sebelah timur dengan Desa
Ringinharjo Kecamatan Bantul, sebelah selatan dengan Desa Wijirejo
Kecamatan Pandak, dan sebelah barat berbatasan langsung dengan sungai
progo. Wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul membawahi tiga desa yaitu
Desa Sendangsari, Desa Guwosari, dan Desa Triwidadi.
Desa Sendangsari memiliki wilayah seluas 1.314 Ha dengan jumlah
penduduk sekitar 10.563 jiwa. Desa Sendangsari terbagi dalam 18 pedukuhan
dengan batas wilayah sebelah utara Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan,
sebelah timur berbatasan dengan Desa Guwosari, sebelah selatan berbatasan
dengan sungai Progo Kecamatan Pandak, dan sebelah barat berbatasan dengan
Desa Triwidadi.
Desa Guwosari memiliki wilayah seluas 830,01 Ha dengan jumlah
penduduk sekitar 10.033 jiwa. Desa Guwosari terbagi dalam 15 pedukuhan
dengan batas wilayah sebelah utara Desa Bangunjiwo Kecamatan Kasihan,
sebelah timur Desa Bantul dan Desa Ringinharjo, sebelah selatan Desa
Wijirejo Kecamatan Pandak, dan sebelah barat Desa Sendangsari Kecamatan
Pajangan.
Desa Triwidadi memiliki wilayah seluas 1.111,89 Ha dengan jumlah
penduduk 10.964 jiwa. Desa Triwidadi terbagi dalam 22 pedukuhan dengan
batas wilayah sebelah utara Desa Bangunjiwo dan Argorejo, sebelah timur
Desa Bangunjiwo dan Desa Sendangsari, sebelah selatan Desa Sendangsari,
dan sebelah barat Desa Argodadi dan sungai Progo.
52
53
2. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pajangan
Bantul meliputi Desa Triwidadi, Desa Sendangsari, dan Desa Guwosari pada
tanggal 16 Juli – 20 Juli tahun 2014. Subyek penelitian ini adalah keluarga
yang mempunyai resiko penyakit hipertensi dan telah memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi berjumlah 56 responden. Gambaran karakteristik subyek
penelitian disajikan dalam tabel 4.1 di bawah ini.
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, usia,
suku, jenis kelamin, dan media informasi
b. Analisa Bivariat
1) Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan
dalam Melakukan Pencegahan Hipertensi
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga dengan Kepatuhan
dalam Melakukan Pencegahan Hipertensi
Kepatuhan
Tingkat Coef.
No Baik Cukup Buruk Jumlah p
pengetahuan Corr.
n % n % n % n %
1 Baik 11 19,6 6 10,7 0 0 17 30,4 .000 .765
2 Cukup 0 0 20 35,7 9 16,1 29 51,8
3 Kurang 0 0 0 0 10 17,9 10 17,9
Jumlah 11 19,6 26 46,4 19 33,9 56 100
Sumber data: data primer (2014)
Berdasarkan hasil tabulasi tabel 4.5 diketahui bahwa dari total
jumlah responden 56 diperoleh hasil untuk 17 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik dan melakukan kepatuhan baik sebanyak 11
responden (19,6%), dan cukup 6 responden (10,7%). Dari 29 responden
yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan melakukan kepatuhan
mempunyai kepatuhan cukup sebanyak 20 responden (35,7%) dan buruk
56
B. Pembahasan Penelitian
1. Tingkat Pengetahuan Keluarga
Tingkat pengetahuan responden tentang hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta sebagian besar cukup sebanyak 29
responden (51,8%), sedangkan yang paling sedikit adalah tingkat pengetahuan
kurang sebanyak 10 responden (17,9%) dari 56 reponden. Hasil penelitian ini
tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Novian (2013) dimana
tingkat pengetahuan baik sebanyak 6 responden (25%), pengetahuan cukup
sebanyak 12 responden (50%), dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden
(25%) yang menunjukan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
kepatuhan diit pasien, dengan p value 0.022.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba) dengan sendirinya pada waktu
penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi
oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan
diperoleh dari indera pendengaran dan pengelihatan (Notoatmodjo, 2010).
Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal terdiri dari pendidikan, pekerjaan, dan usia, sedangkan faktor eksternal
terdiri dari faktor lingkungan dan sosial budaya (Nursalam 2003 dalam
Wawan, 2010).
Faktor internal yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan,
pekerjaan, dan usia. Pada penelitian ini, pendidikan terbanyak yaitu SMA
sebanyak 23 responden (41,1%). Pada penelitian Anggara dan Prayitno (2012)
menunjukkan bahwa tingginya risiko terkena hipertensi terjadi pada responden
yang memiliki pendidikan rendah. Tingkat pendidikan menentukan mudah
58
tidaknya menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh dan pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pengetahuannya.
Oleh karena itu, pendidikan sangat penting bagi individu, karena individu yang
berpendidikan akan mempunyai pengetahuan yang baik dan bisa mencegah
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Hal ini terbukti dalam penelitian yang
menunjukkan responden yang berpendidikan SMA memiliki tingkat
pengetahuan yang baik sebanyak 11 responden (19,6%) dan 12 responden
(21,4%) memiliki tingkat pengetahuan yang cukup.
Hasil penelitian menunjukkan responden sebagian besar bekerja sebagai
buruh sebanyak 26 responden (46,4%). Pekerjaan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Dalam penelitian ini
menunjukkan responden yang bekerja sebagai buruh dan memiliki tingkat
pengetahuan baik sebanyak 4 responden (7,1%) dan 15 responden (26,8%)
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Pada penelitian Hernawan dan
Arifah (2009) menunjukkan pekerjaan tidak dapat dikatakan berhubungan
dengan pengetahuan seseorang, namun adanya interaksi atau komunikasi yang
terjadi selama seseorang bekerja berhubungan terhadap masalah pengetahuan.
Interaksi atau komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain selama
melaksanakan pekerjaan, tidak hanya berkaitan dengan pekerjaan tersebut,
namun dapat berhubungan dengan tema-tema lain, seperti masalah kehidupan
rumah tangga serta masalah kesehatan. Pada waktu interaksi tersebut
membahas mengenai penyakit hipertensi, maka secara tidak disadari
pengetahuan seseorang tentang penyakit tersebut meningkat.
Usia sebagian besar adalah usia 26-35 tahun sebanyak 26 responden
(46,4%). Usia juga mempengaruhi pengetahuan individu, semakin cukup usia,
maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih baik dalam
berfikir dan bekerja (Nursalam 2003 dalam Wawan, 2010). Pada penelitian
Sinaga (2012) menunjukkan bahwa responden yang berusia 20-35 tahun
mempunyai peluang 1,05 kali untuk memiliki tingkat pengetahuan baik
dibandingkan dengan responden yang berusia 36-60 tahun. Hal ini terbukti
dalam penelitian menunjukkan responden yang berusia 26-35 tahun memiliki
59
2. Sikap Keluarga
Sikap responden tentang pencegahan hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pajangan Bantul Yogakarta sebagian besar cukup sebanyak 26
responden (46,4%), sedangkan yang paling sedikit adalah sikap kurang
sebanyak 10 responden (17,9%) dari 56 reponden. Hasil ini tidak jauh berbeda
dengan penelitian yang dilakukan Hamid (2013) yaitu sikap baik sebanyak 23
responden (34,3%), sikap cukup sebanyak 33 responden (49,3%), dan sikap
buruk sebanyak 11 responden (16,4%) yang menunjukan adanya hubungan
yang signifikan antara sikap keluarga tentang pencegahan hipertensi dengan
kejadian hipertensi, dengan p value 0.014.
Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
60
atau aktivitas, akan tetapi merupakan prediposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap terdapat tiga komponen yaitu komponen kognitif, afektif, dan
psikomotor. Komponen kognitif adalah olahan pikiran manusia atau seseorang
terhadap stimulus yang menghasilkan pengetahuan, sedangkan komponen
afektif merupakan hasil pertimbangan terhadap pengetahuan tersebut.
Komponen psikomotor adalah kemauan untuk bertindak. Adapun faktor yang
mempengaruhi sikap adalah pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media
massa, tingkat pendidikan, pengalaman pribadi, dan faktor emosional (Azwar,
2011).
Orang lain merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut
mempengaruhi sikap. Seseorang yang dianggap penting akan banyak
mempengaruhi pembentukan sikap terhadap sesuatu. Hal ini dapat dilihat
bahwa sebagian besar responden mendapatkan pengaruh dari orang lain seperti
teman dan keluarga masing-masing sebanyak 14 responden (25,0%). Pengaruh
dari seseorang yang dekat seperti keluarga akan termotivasi untuk bersedia
melakukan pencegahan hipertensi. Manusia sebagai makhluk sosial,
pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia antara satu
dengan yang lainnya, sehingga manusia sebagai individu apa yang datang
padanya secara langsung akan mempengaruhi sikapnya. Individu akan
menerima, mengolah dan memilih mana yang baik untuknya (Zamfitri, dkk,
2012). Hal ini terbukti pada penelitian ini responden yang mendapatkan
pengaruh dari teman memiliki sikap baik dan cukup masing-masing sebanyak 3
responden (5,4%) dan 7 responden (12,5%), sedangkan mendapatkan pengaruh
dari keluarga memiliki sikap baik dan cukup masing-masing sebanyak 2
responden (3,6%) dan 11 responden (19,6%).
Adapun terlihat dari segi media massa, responden sebagian besar
mendapatkan informasi dari teman dan keluarga tentang hipertensi masing-
masing sebanyak 14 responden (25%). Beberapa responden juga mendapatkan
informasi dari televisi, surat kabar, dan majalah. Media massa mempunyai
61
memiliki tingkat pengetahuan baik juga memiliki kepatuhan yang baik. Oleh
karena itu, semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang semakin tinggi pula
kepatuhan dalam melakukan pencegahan hipertensi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini
(2011) menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan tinggi akan
memiliki kepatuhan yang tinggi pula dalam menjalani pengobatan, sebaliknya
responden yang berpengetahuan rendah akan memiliki kepatuhan yang rendah
pula dalam menjalani pengobatan.
Komponen penting dalam pengendalian dan pengelolaan tekanan darah
adalah pengetahuan dari pasien hipertensi. Pengetahuan pasien hipertensi
menjadi strategi penting untuk meningkatkan kepatuhan dan dasar dalam
melakukan pencegahan hipertensi (Busari et al., 2010). Manajemen hipertensi
yang efektif bergantung pada pemahaman penderita tentang kondisi,
perawatan, dan kepatuhan dalam pengelolaan gaya hidup dan pengobatan
(Sanne et al., 2008). Individu dengan keluarga hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada individu yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi, sehingga pengetahuan dari
keluarga yang beresiko hipertensi juga merupakan hal yang sangat penting
untuk dimiliki, agar keluarga bisa menanggulangi penyakit hipertensi (Hamid,
2013).
Kepatuhan terhadap manajemen pencegahan hipertensi telah dikaitkan
dengan peningkatan kesehatan. Kepatuhan didefinisikan sebagai sejauh mana
perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh professional
kesehatan (Osterberg dan Blashke, 2005). Pola kepatuhan ada hubungannya
terhadap perubahan perilaku dan mempunyai kaitan dengan tingkat pendidikan.
Individu yang berpendidikan tinggi akan lebih patuh terhadap perilaku sehat
yaitu mengelola kondisi kronis dan melakukan pencegahan terhadap hipertensi
(Margolis, 2013). Menurut penelitian Wehedy et.al (2014) menunjukkan bukti
bahwa terbukti adanya korelasi yang signifikan antara individu yang
memperoleh pengetahuan dan mengadopsi gaya hidup sehat. Individu dengan
pengetahuan lebih baik mempunyai kecenderungan fungsi kognitif yang lebih
65
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini masih terdapat adanya keterbatasan yang
mempengaruhi hasil penelitian, keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
69
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, hipotesis pada penelitian ini diterima dengan
kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan dalam melakukan
pencegahan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul
Yogyakarta sebagian besar cukup (51,8%).
2. Gambaran sikap keluarga dengan kepatuhan dalam melakukan pencegahan
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajangan Bantul Yogyakarta sebagian
besar cukup (46,4%).
3. Keeratan hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan kepatuhan
dalam melakukan pencegahan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Pajangan
Bantul Yogyakarta adalah kuat (0,765 dan 0,749).
B. Saran
1. Bagi Profesi Tenaga kesehatan di Puskesmas Pajangan
Pada pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan khususnya keperawatan
agar lebih berperan dalam memberikan penyuluhan atau informasi kesehatan
terkait dengan penyakit hipertensi. Selain itu, perlu adanya pendataan pada
keluarga yang beresiko hipertensi supaya dapat mencegah kejadian hipertensi.
2. Bagi Keluarga yang Beresiko Hipertensi
Bagi keluarga yang beresiko hipertensi agar lebih aktif dalam mencari
informasi tentang hal-hal yang perlu diperhatikan pada hipertensi dan
menumbuhkan keinginan keluarga yang beresiko hipertensi untuk melakukan
pencegahan hipertensi. Selain itu, perlu melakukan kontrol rutin ke puskesmas,
dan memperhatikan asupan makanan yang rendah garam.
70
71
Anggraini, A.D., Annes, W., Eduward, S., Hendra, A., & Sylvia, S.S. (2009).
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang. Riau:
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Pekanbaru.
Busari, O.A., Olusegun, T., Olufemi, O., Desalu, O., Opadijo, O.G., Jimoh, A.K.,
Agboola, S.M., Busari, O.E. & Olalekan, O. (2010). Impact of Patient’s
Knowledge, Attitude and Practices on Hypertension on Compliance with
Antihypertensive Drugs in a Resource-poor Setting. TAF Preventive
Medicine Bull, Vol. 9, No. 2, Hal.87-92.
Cramer, J.A., Anuja, R., Anita, B., Carol, J.F., Mahesh, J. F., Daniel, A.O. &
Peter, K.W. (2008). Medication Compliance and Persistence: Terminology
and Definitions. Value in Health, Vol. 11, No. 1, Hal. 44-45.
xiv
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. (2013). Profil
Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2012. Yogyakarta: Dinkes
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Friedman., Mailyn, M., Bowden, V.R. & Jones, E.G. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Keluarga. Jakarta: ECG.
Kearney, P.M., Whelton, M., Reynolds, K., Muntner, P., Whelton, PK. & He, J.
(2005). Global burden of hypertension: Analysis of world-wide data.
Lancet, nomor 365, hal. 217-223.
xv
Kleib, H. (2012). Pengetahuan Sikap dan Perilaku Penderita Hipertensi Essensial
Terhadap Penyakit Hipertensi di RS Simmanuel. Bandung: Falkutas
Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
xvi
Riyanto, A. (2011). Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sanne, S., Muntner, B., Kawasaki, L., Hyre, A. & DeSalvo, K.B. (2008).
Hypertension Knowledge among Patients from Urban Clinics. Ethnicity
and Disease, Vol.18, Hal. 42-47.
Shenoy., Sonia,F., Alexandra, G.K., Roberta, R.H., Hsin, J.C., Barbara, L.W.,
Chor, S.K., Walker, S.C.P., Haddock, C.K., Rebecca, S.R., John, P.F.,
Gershwin, M.E. & Carl, L.K. (2010). The use of a commercial vegetable
juice as a practical means to increase vegetable intake: a randomized
controlled trial. Nutrition Jurnal, vol. 9, hal. 2.
Syahrini, E.N., Henry, S.S. & Ari, U. (2012). Faktor-faktor risiko hipertensi
primer di puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang. Jurnal kesehatan
masyarakat, vol.1, no.2, hal.315—325.
Wehedy, A.A., Hassan, S., Elhameed, A. & Elhameed, D.A. (2014). Effect of
Lifestyle Intervention Program on Controlling Hypertension among Older
Adults. Journal of Education and Practice, Vol.5, No.5, hal.61-71.
xvii
WHO. (2011). Hypertension Fact Sheet. Department of sustainable development
and healthy environments. Regional Office for South-East Asia: World
Health Organitation.
Zamfitri, R., Karim, D., & Lestari, W. (2012). Tingkat Pengetahuan dan Sikap
Pasien Hipertensi Primes dalam Pola Diet. Nabilah Harapan Raya
Pekanbaru.
xviii
LAMPIRAN
Lampiran 1
Yogyakarta,………………….2014
Peneliti
INFORMED CONSENT
Yogyakarta,…………..2014
Hormat saya,
(………………………….…)
Lampiran 4
LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA
DENGAN KEPATUHAN DALAM MELAKUKAN PENCEGAHAN
HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAJANGAN
BANTUL YOGYAKARTA
Identitas responden
1. Inisial responden :
2. Jenis kelamin :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Informasi tentang pencegahan hipertensi diperoleh dari :
Televisi
Majalah
Radio
Surat kabar
Teman
Keluarga
Lain-lain
Pengetahuan
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda
() pada jawaban yang tersedia.
No Pernyataan Benar Salah
1. Nama lain dari hipertensi adalah tekanan darah tinggi.
2. Disebut tekanan darah tinggi jika nilai pengukuran
tekanan darah diatas 140/90 mmHg dan atau sama
dengan 160/95 mmHg.
3. Salah satu faktor penyebab terjadinya hipertensi
adalah keturunan.
4. Asupan garam yang berlebih berpengaruh dalam
meningkatkan resiko tekanan darah tinggi.
5. Merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
menurunkan tekanan darah tinggi.
6. Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi.
7. Orang yang menderita tekanan darah tinggi biasanya
akan merasa pusing (sakit kepala), sulit tidur, letih,
otot dibagian belakang kepala dan leher terasa tegang.
8. Orang dengan tekanan darah tinggi boleh
mengkonsumsi makanan yang mengandung garam
yang berlebihan.
9. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur tidak perlu
dilakukan.
10. Penderita tekanan darah tinggi seharusnya
mengurangi makan makanan seperti daging kambing,
emping meninjo dan daging yang banyak gajih.
11. Tekanan darah tinggi dapat diketahui dengan pasti
hanya dengan pengukuran tekanan darah bukan
melalui tanda dan gejala yang muncul.
No Pernyataan Benar Salah
12. makanan yang sesuai untuk pasien dengan tekanan
darah tinggi adalah makanan yang rendah garam dan
cukup serat.
13. Makanan cepat saji (mie instan) dan makanan
kalengan (sarden) dianjurkan untuk pasien tekanan
darah tinggi.
14. Mengkonsumsi makanan yang tinggi kolesterol tidak
dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
15. Dendeng, telor asin, udang, ikan teri, dan jeroan
merupakan makanan yang dapat menurunkan tekanan
darah tinggi.
16. Pisang dan mentimun merupakan buah-buahan yang
baik dikonsumsi oleh penderita tekanan darah tinggi.
17. Olahraga merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menyebabkan timbulnya tekanan darah tinggi.
18. Kontrol tekanan darah harus dilakukan secara teratur
oleh penderita tekanan darah tinggi.
19. Mengkonsumsi gorengan secara berlebihan dapat
menurunkan tekanan darah tinggi.
20. Teh dapat mengurangi resiko tekanan darah tinggi
21. Penggunaan penyedap makanan secara berlebihan
tidak berpengaruh terhadap terjadinya tekanan darah
tinggi
Sikap
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda
() pada jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban:
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya memanfaatkan media massa seperti
internet, televisi, majalah dan koran untuk
mendapatkan informasi tentang pencegahan
tekanan darah tinggi.
2. Saya harus rutin untuk kontrol tekanan darah
ke puskesmas.
3. Saya harus membatasi masukan garam yang
dimakan tiap hari sesuai anjuran tenaga
kesehatan.
4. Orang lain seperti teman cukup berpengaruh
bagi saya untuk melakukan kontrol tekanan
darah.
5. Saya harus rutin melakukan olahraga seperti
jalan-jalan pagi.
6. Saya tahu bahwa sayuran hijau dan seledri
dapat menurunkan tekanan darah.
7. Kontrol rutin tekanan darah ke puskesmas
kurang bermanfaat.
8. Saya akan mengontrol tekanan darah tanpa
melihat perilaku orang lain.
No Pernyataan SS S TS STS
9. Saya akan kontrol tekanan darah ke puskesmas
bila ada keluhan saja
10. Tekanan darah tinggi merupakan penyakit
yang tidak berbahaya.
11. Saya akan memberikan garam yang berlebihan
kedalam makanan yang saya masak.
12. Saya akan menghindari merokok dan
berolahraga secara teratur.
13. Saya sering makan makanan siap saji seperti
mie instan, chicken nugget, sarden
14. Saya harus menghindari penyediaan ikan asin
dan telur asin.
Kepatuhan
Petunjuk Pengisian: Pilihlah salah satu jawaban dengan cara memberikan tanda
() pada jawaban yang tersedia.
Pilihan jawaban:
TP : Tidak pernah
P : Pernah
SR : Sering
SL : Selalu
No Pernyataan TP P SR SL
1. Saya mengontrol tekanan darah ke
puskesmas selama 1 bulan sekali
2. Saya mempunyai kebiasaan makan makanan
yang banyak mengandung garam seperti
telur asin, ikan teri, dan asinan.
No Pernyataan TP P SR SL
3. Saya makan sayuran hijau dan seledri.
4. Saya makan mentimun dan pisang
5. Saya melakukan olahraga secara teratur
seperti jalan-jalan pagi, lari, senam, dan
lain-lain
6. Saya melakukan kontrol tekanan darah
secara teratur
7. Saya sering makan makanan siap saji seperti
mie instan, chicken nugget, sarden
8. Saya membatasi minum alkohol dan
merokok
9. Saya mengontrol berat badan supaya tidak
terjadi kegemukan
10. Saya melakukan pola makan yang sehat dan
bergizi sesuai anjuran tenaga kesehatan
setiap hari
11. Keluarga dalam mengolah makanan
menggunakan bahan penyedap makanan
12. Saya sering makan kulit ayam, kuning telur,
daging merah, dan mentega
Lampiran 5
Jenis Tingkat
No Usia Pendidikan Pekerjaan Media Informasi Suku Sikap Kepatuhan
Kelamin Pengetahuan
1 P 22 th SMA BURUH TV JAWA BAIK BAIK CUKUP
2 P 40 th SD BURUH TV JAWA KURANG KURANG BURUK
3 L 30 th SMP SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
4 P 38 th SMP SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
5 L 36 th SD BURUH SURAT KBR JAWA KURANG KURANG BURUK
6 L 32 th SMA BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
7 P 23 th SMA PELAJAR TEMAN JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
8 P 35 th PT PNS MAJALAH JAWA BAIK BAIK BAIK
9 P 38 th SMP SWASTA TV JAWA CUKUP CUKUP BURUK
10 L 28 th SMA BURUH TEMAN JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
11 P 31 th SMA BURUH TEMAN JAWA BAIK BAIK CUKUP
12 P 26 th SMP BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP BURUK
13 P 40 th SD BURUH KELUARGA JAWA KURANG KURANG BURUK
14 L 40 th PT PNS MAJALAH JAWA BAIK BAIK CUKUP
15 P 39 th SMP BURUH TEMAN JAWA CUKUP CUKUP BURUK
16 P 35th SMA SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP BURUK
17 P 40 th SMP BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
18 P 29 th PT PNS SURAT KBR JAWA BAIK BAIK BAIK
19 P 33 th SMP SWASTA TV JAWA CUKUP CUKUP BURUK
20 L 35 th SMA BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
21 P 22 th SMA PELAJAR TEMAN JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
22 L 37 th SMA SWASTA TV JAWA BAIK BAIK BAIK
23 P 33 th SMP BURUH SURAT KBR JAWA KURANG KURANG BURUK
24 P 43 th SD SWASTA TEMAN JAWA KURANG KURANG BURUK
Lampiran 5
Jenis Tingkat
No Usia Pendidikan Pekerjaan Media Informasi Suku Sikap Kepatuhan
Kelamin Pengetahuan
25 P 34 th SMP BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
26 P 34th SMA BURUH SURAT KBR JAWA BAIK BAIK BAIK
27 L 23 th SMA PELAJAR TV JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
28 P 40th SMP SWASTA SURAT KBR JAWA KURANG KURANG BURUK
29 P 37 th SMP BURUH TV JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
30 P 39 th PT PNS SURAT KBR JAWA BAIK BAIK BAIK
31 P 33 th SMA SWASTA TV JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
32 L 30 th PT PNS TV JAWA BAIK BAIK BAIK
33 L 21 th SMA PELAJAR TEMAN JAWA BAIK BAIK CUKUP
34 L 45 th SMP BURUH TEMAN JAWA KURANG KURANG BURUK
35 P 41th SMP BURUH TEMAN JAWA CUKUP CUKUP BURUK
36 L 33 th SMA SWASTA LAIN JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
37 P 23 th SMA PELAJAR LAIN JAWA BAIK BAIK BAIK
38 P 37 th SMP BURUH KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
39 P 40 th SD BURUH SURAT KBR JAWA KURANG KURANG BURUK
40 P 32 th SMA BURUH SURAT KBR JAWA CUKUP BAIK CUKUP
41 P 33 th SMA SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
42 P 42 th SD SWASTA TEMAN JAWA KURANG KURANG BURUK
43 P 44 th SMP SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP BAIK CUKUP
44 P 28 th SMP BURUH TEMAN JAWA CUKUP CUKUP BURUK
45 P 24 th SMA PELAJAR TV JAWA BAIK BAIK BAIK
46 P 37 th SMP SWASTA TV JAWA CUKUP BAIK CUKUP
47 P 36th SMA SWASTA KELUARGA JAWA BAIK BAIK BAIK
48 P 36 th SMP SWASTA SURAT KBR JAWA CUKUP CUKUP BURUK
49 P 26 th SMA BURUH TEMAN JAWA BAIK BAIK CUKUP
50 L 29 th SMP BURUH TEMAN JAWA KURANG KURANG BURUK
Lampiran 5
Jenis Tingkat
No Usia Pendidikan Pekerjaan Media Informasi Suku Sikap Kepatuhan
Kelamin Pengetahuan
51 L 30 th SMA SWASTA KELUARGA JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
52 P 31 th SMA SWASTA LAIN JAWA BAIK BAIK BAIK
53 P 33 th PT PNS MAJALAH JAWA BAIK BAIK CUKUP
54 L 26 th SMP BURUH TEMAN JAWA CUKUP CUKUP CUKUP
55 L 29 th SMP BURUH SURAT KBR JAWA CUKUP CUKUP BURUK
56 L 28 th SMA SWASTA LAIN JAWA BAIK BAIK BAIK
Lampiran 6
jumlah
P1 Pearson Correlation .774**
Sig. (2-tailed) .009
N 10
P2 Pearson Correlation .774**
Sig. (2-tailed) .009
N 10
P3 Pearson Correlation .878**
Sig. (2-tailed) .001
N 10
P4 Pearson Correlation .693*
Sig. (2-tailed) .026
N 10
P5 Pearson Correlation .761*
Sig. (2-tailed) .011
N 10
P6 Pearson Correlation .689*
Sig. (2-tailed) .028
N 10
P7 Pearson Correlation .693*
Sig. (2-tailed) .026
N 10
P8 Pearson Correlation .483
Sig. (2-tailed) .158
N 10
P9 Pearson Correlation .761*
Sig. (2-tailed) .011
N 10
P10 Pearson Correlation .761*
Sig. (2-tailed) .011
N 10
P11 Pearson Correlation .689*
Sig. (2-tailed) .028
N 10
P12 Pearson Correlation .852**
Sig. (2-tailed) .002
N 10
P13 Pearson Correlation .399
Sig. (2-tailed) .254
N 10
P14 Pearson Correlation .852**
Sig. (2-tailed) .002
N 10
P15 Pearson Correlation .746*
Sig. (2-tailed) .013
N 10
P16 Pearson Correlation .761*
Sig. (2-tailed) .011
N 10
P17
Pearson Correlation .746*
Lampiran 6
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
P1 25.60 247.156 .772 .753
P2 25.60 247.156 .772 .753
P3 25.50 246.722 .857 .753
P4 25.50 248.944 .707 .755
P5 25.70 246.678 .785 .753
P6 25.70 249.789 .594 .756
P7 25.50 248.944 .707 .755
P9 25.70 246.678 .785 .753
P10 25.70 246.678 .785 .753
P11 25.70 249.789 .594 .756
P12 25.40 248.489 .849 .754
P14 25.40 248.489 .849 .754
P15 25.50 248.056 .767 .754
P16 25.70 246.678 .785 .753
P17 25.50 248.056 .767 .754
P18 25.40 248.489 .849 .754
Lampiran 6
jumlah
P1 Pearson Correlation .789**
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
N 10
Sig. (2-tailed)
N 10
N %
Cases Valid 10 100.0
Excludeda 0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Scale Mean if Item Scale Variance if Item Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if Item
Deleted Deleted Correlation Deleted
P1 80.80 175.289 .712 .762
P2 80.90 171.433 .851 .756
P3 80.70 173.567 .703 .760
P4 80.90 171.433 .851 .756
P5 80.80 175.289 .712 .762
P7 80.70 173.567 .703 .760
P8 80.70 168.900 .780 .752
P9 80.90 171.433 .851 .756
P11 80.80 175.289 .712 .762
P12 80.70 168.900 .780 .752
P13 80.80 169.733 .819 .753
P14 80.90 168.989 .775 .753
P16 80.80 169.733 .819 .753
P18 80.90 168.989 .775 .753
jumlah 41.90 46.100 1.000 .952
jumlah
P1 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .009
N 10
P2 Pearson Correlation .743*
Sig. (2-tailed) .014
N 10
P3 Pearson Correlation .503
Sig. (2-tailed) .139
N 10
P4 Pearson Correlation .864**
Sig. (2-tailed) .001
N 10
P5 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .009
N 10
P6 Pearson Correlation .736*
Sig. (2-tailed) .015
N 10
P7 Pearson Correlation .864**
Sig. (2-tailed) .001
N 10
P8 Pearson Correlation .713*
Sig. (2-tailed) .021
N 10
P9 Pearson Correlation .771**
Sig. (2-tailed) .009
N 10
P10 Pearson Correlation .390
Sig. (2-tailed) .265
N 10
P11 Pearson Correlation .911**
Sig. (2-tailed) .000
N 10
P12 Pearson Correlation .843**
Sig. (2-tailed) .002
N 10
P13 Pearson Correlation .556
Sig. (2-tailed) .095
N 10
P14 Pearson Correlation .733*
Sig. (2-tailed) .016
N 10
P15 Pearson Correlation .789**
Sig. (2-tailed) .007
N 10
jumlah Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 10
Lampiran 6
N %
Cases Valid 10 100.0
Excluded a
0 .0
Total 10 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
.776 13
jenis
kelamin Usia pendidikan pekerjaan informasi suku pengetahuan sikap kepatuhan
N Valid 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 1.30 2.29 2.48 2.57 4.27 1.00 2.12 2.18 1.86
Median 1.00 2.00 2.00 3.00 5.00 1.00 2.00 2.00 2.00
Std. Deviation .464 .680 .831 .828 1.968 .000 .689 .716 .724
Minimum 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 3 4 4 7 1 3 3 3
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 18-25 tahun 7 12.5 12.5 12.5
26-35 tahun 26 46.4 46.4 58.9
36-45 tahun 23 41.1 41.1 100.0
Total 56 100.0 100.0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PT 6 10.7 10.7 10.7
SMA 23 41.1 41.1 51.8
SMP 21 37.5 37.5 89.3
SD 6 10.7 10.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid PNS 6 10.7 10.7 10.7
SWASTA 18 32.1 32.1 42.9
BURUH 26 46.4 46.4 89.3
PELAJAR 6 10.7 10.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Informasi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid
Lampiran 7
Suku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid SUKU JAWA 56 100.0 100.0 100.0
Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KURANG 10 17.9 17.9 17.9
CUKUP 29 51.8 51.8 69.6
BAIK 17 30.4 30.4 100.0
Total 56 100.0 100.0
Sikap
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid KURANG 10 17.9 17.9 17.9
CUKUP 26 46.4 46.4 64.3
BAIK 20 35.7 35.7 100.0
Total 56 100.0 100.0
Kepatuhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BURUK 19 33.9 33.9 33.9
CUKUP 26 46.4 46.4 80.4
BAIK 11 19.6 19.6 100.0
Total 56 100.0 100.0
% within
100.0% .0% .0% 100.0%
pengetahuan
% within
52.6% .0% .0% 17.9%
kepatuhan
% of Total 17.9% .0% .0% 17.9%
CUKUP Count 9 20 0 29
Expected Count 9.8 13.5 5.7 29.0
% within
31.0% 69.0% .0% 100.0%
pengetahuan
% within
47.4% 76.9% .0% 51.8%
kepatuhan
% of Total 16.1% 35.7% .0% 51.8%
BAIK Count 0 6 11 17
Expected Count 5.8 7.9 3.3 17.0
% within
.0% 35.3% 64.7% 100.0%
pengetahuan
% within
.0% 23.1% 100.0% 30.4%
kepatuhan
% of Total .0% 10.7% 19.6% 30.4%
Total Count 19 26 11 56
Expected Count 19.0 26.0 11.0 56.0
% within
33.9% 46.4% 19.6% 100.0%
pengetahuan
% within
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
kepatuhan
% of Total 33.9% 46.4% 19.6% 100.0%
Correlations
pengetahuan kepatuhan
Kendall's tau_b pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .765**
Sig. (2-tailed) . .000
N 56 56
kepatuhan Correlation Coefficient .765** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 56 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
kepatuhan sikap
Kendall's tau_b kepatuhan Correlation Coefficient 1.000 .749**
Sig. (2-tailed) . .000
N 56 56
sikap Correlation Coefficient .749** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 56 56
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 7
sikap
KURAN
G CUKUP BAIK Total
informasi TV Count 1 5 5 11
MAJALAH Count 0 0 3 3
TEMAN Count 4 7 3 14
KELUARGA Count 1 11 2 14
LAIN Count 0 1 3 4
kepatuhan
Total Count 19 26 11 56
Expected Count 19.0 26.0 11.0 56.0
% within informasi 33.9% 46.4% 19.6% 100.0%
% within kepatuhan 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 33.9% 46.4% 19.6% 100.0%
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10