Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

DEMENSIA PADA LANSIA


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Community Mental
Health Nursing yang diampu oleh :
Ns. Nera Djanuar., S.Kep., M.Kep., Sp.Jiwa

Disusun oleh kelompok 5:


Anggun Selawati CKR0170174
Ayu Nurlisa CKR0170176
Dewi Ariyanti Puspita Sari CKR0170180
Gema Ariendra Putri CKR0170186
Indah Sari CKR0170189
Maulidiani Dwi A CKR0170194
Pipit Pitriyani CKR0170202
Sulaeman Soleh CKR0170213
Wahyu Ningsri CKR0170220
Yogi Prasetyo W CKR0170222

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KAMPUS II
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah
Demensia Pada Lansia”. Di susun untuk memenuhi syarat salah satu tugas mata
kuliah Community Mental Health Nursing yang diampu oleh Ns. Nera Djanuar.,
S.Kep., M.Kep., Sp.Jiwa.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita
semua. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir khususnya :
1. Teman-teman kelompok yang telah memberikan saran dan kritik terkait
pembuatan makalah ini dan juga bekerja sama untuk menyelesaikan makalah
ini sampai selesai.
2. Ns. Nera Djanuar., S.Kep., M.Kep., Sp.Jiwa selaku dosen pengampu mata
kuliah Community Mental Health Nursing.
3. Orang tua kami yang selalu mendukung kami.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Cirebon, 13 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang.....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................4
1.3. Tujuan Penulisan.................................................................................4
1.3.1 Tujuan Umum.............................................................................4
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................4
1.4. Manfaat Penulisan...............................................................................5
1.4.1. Manfaat Teoritis........................................................................5
1.4.2. Manfaat Praktis.........................................................................5
1.5. Sistematika Penulisan..........................................................................5
BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................7
2.1 Pengertian Demensia Lansia...............................................................7
2.2 Jenis-Jenis Demensia...........................................................................7
2.3 Tanda dan Gejala Demensia................................................................8
2.4 Patofisiologi.........................................................................................9
2.5 Penyebab Demensia.............................................................................11
2.6 Pemeriksaan Keadaan Mental Mini (Mini Mental State Examination)
............................................................................................................11
2.7 Pencegahan dan Pengobatan................................................................12
2.8 Komplikasi...........................................................................................12
2.9 Penatalaksanaan Terapi.......................................................................13
2.10 Terapi Modalitas Senam Otak...........................................................13
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................18
3.1 Kasus...................................................................................................18
3.2 Pengkajian...........................................................................................18
3.3 Analisa Data........................................................................................21
3.4 Diagnosa Keperawatan........................................................................24

ii
3.5 Perencanaan Keperawatan...................................................................24
3.6 Implementasi Keperawatan.................................................................26
3.7 Evaluasi ..............................................................................................28
BAB IV STRATEGI PELAKSANAAN........................................................30
BAB V PENUTUP..........................................................................................36
5.1 Kesimpulan..........................................................................................36
5.2 Saran....................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................38

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Dalam proses
penuaan terjadi penurunan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. Selain penurunan
pada jaringan tubuh manusia, proses penuaan juga mengalami perubahan
kesehatan. Masalah kesehatan lansia meliputi kemunduran dan kelemahan
yang salah satunya adalah intellectual impairment (gangguan
intelektual/demensia) (Kane & Ouslander dalam Stanley & Patricia). Menurut
Azizah (2010) perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah
perubahan fisik, kognitif, spiritual dan psikososial.
Demensia merupakan gangguan fungsi memori, daya ingat dan daya
pikir yang perlahan namun semakin memburuk. Fungsi kognitif yang
semakin mengalami perburukan, akan berdampak terhadap penurunan
kemampuan aktivitas sehari-hari. Penjelasan dari Azizah (2010) bahwa
demensia dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari disebabkan
oleh pengaruh kumpulan gejala seperti penurunan fungsi kognitif, mood yang
mudah berubah, serta tingkah laku. Kemunduran ini awalnya berwujud
ketidak mampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang kompleks, lambat
laun ketidak mampuan tersebut berwujud ketidak mampuan dalam melakukan
aktivitas hidup sehari-hari yang dasar (basic activity of daily living).
Demensia merupakan sebuah sindrom karena penyakit otak, bersifat
kronis atau progresif dimana terdapat banyak gangguan fungsi kortikal yang
lebih tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan,
kemampuan belajar, bahasa, dan penilaian kesadaran tidak terganggu.
Gangguan fungsi kognitif kadang-kadang didahului oleh kemerosotan dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada
penyakit Alzheimer, penyakit serebrovaskular dan dalam kondisi lain
terutama penyakit sekunder yang mempengaruhi otak (Durand dan Barlow,
2006).

1
Menurut Alzheimer’s Disease International(2009), demensia adalah
satu sindroma penurunan kemampuan intelektual progresif yang
menyebabkan deteriorasi kognitif dan fungsional, dapat mengakibatkan
gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Masalah yang
sering dihadapi lansia adalah demensia yaitu adanya gangguan daya ingat
atau memori. Menurut Rostikawati (2009) memori merupakan kemampuan
mengingat kembali pengalaman yang telah lampau. World Alzheimer Reports
mengatakan bahwa demensia akan menjadi krisis kesehatan terbesar di abad
ini yang jumlah penderitanya terus bertambah. Data dari WHO (2012) 35,6
juta jiwa di dunia menderita demensia dan pada tahun 2050 mendatang,
diperkirakan presentasi dari orang-orang berusia 60 tahun ke atas akan
mencapai 22% dari jumlah populasi dunia. Di Indonesia hampir satu juta
orang pada tahun 2015 menderita demensia (Gitahafas, 2011).
Jumlah lansia di Indonesia cenderung bertambah, dalam kurun waktu
tahun 1990 – 2025, tergolong tercepat di dunia. Jumlah sekarang 16 juta dan
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020 atau sebesar 11,37 % penduduk dan
ini merupakan peringkat ke empat dunia, dibawah Cina, India dan Amerika
Serikat. Prevalensi lansia di Sumatera Barat sendiri mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari BPS Sumatera Barat (2015)
jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas mengalami kenaikan sebesar 5,42%
dari total populasi lansia dan 17,6% mengalami gangguan kognitif.
Demensia memiliki gejala awal seperti lupa akan peristiwa yang baru
saja terjadi, tetapi bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan,
penurunan emosi atau perubahan kepribadian lainnya. Dan juga terjadi
perubahan ringan dalam pola berbicara, penderita menggunakan kata-kata
yang lebih sederhana, kata-kata yang tidak tepat atau tidak mampu
menemukan kata-kata yang tepat. Nugroho (2008) berpendapat bahwa
demensia (pikun) merupakan mundurnya kemampuan kognitif yang berat
sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas sosial.
Menururunnya kemampuan memori atau daya ingat merupakan awal dari
kemunduran kognitif.

2
Demensia yang disebabkan oleh penyakit Alzheimer memiliki kaitan
erat dengan usia lanjut. Penyakit demensia ini 60% menyebabkan kepikunan
dan diperkirakan akan terus meningkat. Demensia dengan penyakit yang
etiologi dasarnya tidak dikenal, sering pada golongan ini tidak ditemukan
atrofia serebri, mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang
ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis (Nugroho, 2008).
Peningkatan insiden dan prevalensi demensia merupakan tantangan
bagi pemberi layanan kesehatan di Indonesia khususnya, karena dampak
demensia yang menimbulkan perubahan perilaku pada lansia. Dampak yang
ditimbulkan bagi penderita jika tidak ditangani diantaranya perubahan
perilaku lansia tersebut seperti melupakan dirinya sendiri, memusuhi orang-
orang disekitarnya dan sering keluar pada malam hari sehingga mudah hilang
(Capernito, 2009)
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan terapi farmakologi dan
terapi non farmakologi. Terapi farmakologi seperti rivastigmin, donazepin
dan galantamin dapat digunakan untuk demensia ringan hingga menengah
(BPOM, 2015). Terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
memperlambat onset terjadinya demensia adalah terapi musik, brain gym dan
terapi puzzle. Terapi puzzle merupakan salah satu terapi non farmakologi
untuk merangsang fungsi kognitif dan memperlambat perkembangan
demensia. Dengan terapi ini otak akan bekerja saat mengambil, mengolah dan
menginterpretasikan gambar dan mempertahankan pesan dan informasi yang
didapat melalui kegiatan tersebut. Puzzle adalah suatu gambar yang terbagi
menjadi potongan-potongan yang bertujuan untuk mengasah daya pikir,
melatih kesabaran dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu puzzle
dapat juga dijadikan sebagai permainan edukasi karena otak dapat diasah,
kecepatan pikiran dan tangan dapat dilatih (Misbach, 2010). Pada lansia
dengan demensia ditemukan adanya bagian otak yang rusak yaitu di dalam
sel-sel otak akan mengalami kematian dan suplai darah di otak akan
berkurang. Bagian otak yang mengalami kerusakan tersebut dapat
mengakibatkan gangguan pada lansia.

3
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pillai et all (2011) mengatakan
bahwa jenis crossword puzzle dapat digunakan untuk memperlambat onset
penurunan fungsi kognitif pada lansia. Dan dari sensus Amerika Serikat
dilaporkan 14-16% lansia yang melakukan crossword puzzle 2x seminggu,
onset demensia mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Sofia
(2016) aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi demensia adalah
dengan merangsang kognitif seperti terapi puzzle, olahraga atau senam.
Olahraga seperti senam otak dapat mengkoordinasikan fungsi otak melalui
keterampilan gerak, sedangkan terapi puzzle dapat mengasah otak, melatih
kecepatan pikiran dan tangan. Terapi puzzle yang dilakukan selama 3 kali
dalam seminggu menunjukkan peningkatan fungsi kognitif, membuat pikiran
lebih jernih, lansia lebih bersemangat dan kreatif serta mengurangi stres
emosional lansia.

2.1. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud denga demensia?
2. Apa saja tanda dan gejala dari demensia pada lansia?
3. Bagaimana peran perawat dalam mengatasi demensia pada lansia?
4. Bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani demensia pada lansi?

3.1. Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran asuhan keperawatan yang komprehensif
terhadap lansia kelolaan dengan demensia ringan dan mampu
menerapkan manajemen kasus pada lansia.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian demensia.
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari demensia pada lansia.
3. Untuk mengetahui peran perawat dalam mengatasi demensia pada
lansia.

4
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dalam mengatasi demensia
pada lansia.

4.1. Manfaat Penulisan


1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Bagi institusi pendidikan
Penulisan ini dapat dijadikan masukan kepada pendidik dan
mahasiswa, serta menambah wawasan baru tentang Asuhan
Keperawatan Pada Dimensia Lansia.
2. Bagi ilmu keperawatan
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
mahasiswa khususnya pada ilmu keperawatan sehingga dapat
memberikan pelayanan yang maksimal.
1.4.2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan ini dapat dijadikan informasi dalam upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan

5.1. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan makalah ini disusun secara sistematis dan terdiri dari 4
BAB yaitu sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Dalam Bab ini terdiri dari Latar belakang
masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan yang terbagi menjadi Tujuan
Umum dan Tujuan Khusus, Manfaat
Penulisan yang terbagi menjadi Manfaat
Teoritis dan Manfaat praktis, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORI : Dalam bab ini terdiri dari Pengertian
demensia lansia, Jenis-jenis demensia,
Tanda dan gejala demensia, Patofisiologi,
Penyebab demensia, Pemeriksaan keadaan
mental mini (Mini Mental State

5
Examination), Pencegahan dan Pengobatan,
Komplikasi, Penatalaksanaan terapi, terapi
modalitas senam otak.
BAB III PEMBAHASAN : Dalam bab ini terdiri dari Kasus, Pengkajian,
Analisa data, Diagnosa keperawatan,
Perencanaan Keperawatan, Implementasi
keperawatan, dan Evaluasi.
BAB IV SP : Dalam bab ini berisi strategi pelaksanaan
yang akan dilakukan pada pasien demensia.
BAB V PENUTUP : Dalam Bab ini terdiri dari Kesimpulan dan
Saran isi makalah.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian Demensia Lansia


Menurut Stanley (2006, hlm 11), “penuaan normal merupakan
perubahan fisik dan perilaku yang diprediksi terjadi pada semua orang ketika
mereka mencapai tonggak kronologis tertentu”.
Menurut WHO Demensia adalah sindrom akibat penyakit otak yang
biasanya bersifat kronis/progresif, dimana ada gangguan fungsi kortikal
ganda, perhitungan, kapasitas belajar.Bahasa dan penghakiman. Kesadaran
tidak mendukung merupakan gangguan dari fungsi kognitif yang sering
disertai atau didahulukan oleh penurunan pengendalian emosi, perilaku
social/motivasi(Stanley.2006,hlm 335).
Menurut (Brocklehurst &Allen ,1987) dalam Darmojo (2009,hlm
206), Demensia adalah suatu sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan ingatan atau memory sedemikian berat,sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari.
Demensia merupakan penyakit yag mengakibatkan penurunan daya
ingat dan cara berpikir, demensia juga sering terjadi pada lansia. Kondisi ini
berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisi, hingga aktivitas sehari
– hari bagi penderitanya sehingga mengakibatkan penderita harus bergantung
pada orang lain.

2.2. Jenis-Jenis Demensia


a. Demensia tipe Alzheimer
Demensia Alzheimer adalah salah satu bentuk demensia akibat
degerasi otak yang sering ditemukan dan paling ditakuti. Demensia
alzheimer,biasanya diderita oleh pasien usia lanjut dan merupakan
penyakit yang tidak hanya menggerogoti daya pikir dan kemampuan
aktivitas penderita, namun juga menimbulkan beban bagi keluarga yang
merawatnya. Demensia Alzheimer merupakan keadaan klinis seseorang
yang mengalami kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara

7
progresif sehingga mengganggu kegiatan social sehari-hari.Gejalanya
dimulai dengan gangguan memori yang mempengaruhi keterampilan
pekerjaan, sulit berpikir abstrak, salah meletakkan barang, perubahan
inisiatif, tingkah laku, dan kepribadian.
b. Demensia Vaskuler
Demensia vaskuler merupakan jenis demensia terbanyak kedua
setelah demensia Alzheimer. Angka kejadian pada demensia vaskuler
tidak beda jauh dengan kejadian demensia Alzheimer sekitar 47% dari
populasi demensia keseluruhan. Demensia Alzheimer 48% dan demensia
oleh penyebab lain 5%. Kejadian vaskuler pada populasi usia <65 tahun
sekitar 1,2-4,2& dan pada kelompok usia >65 tahun menunjukkan angkat
kejadian 0,7& dan 8,1& pada kelompok usia diatas 90 tahun.

2.3. Tanda dan Gejala Demensia


Menurut Asrori dan putri (2014) menyebutkan ada beberapa tanda dan
gejala yang dialami demensia yaitu:
a. Kehilangan Memory
Tanda awal yang dialami lansia yang menderita demensia adalah lupa
tentang informasi yang baru di dapat atau dipelajari, itu merupakan hal
biasa yang dialami lansia yang menderita demensia seperti lupa dengan
petunjuk yang diberikan, nama maupun nomer telepon, dan penderita
demensia akan sering lupa dengan benda dan tidak mengingatnya.
b. Kesulitan dalam Melakukan Rutinitas Pekerjaan
Lansia yang menderita demensia akan sering kesulitan untuk
menyelesaikan rutinitas pekerjaan sehari-hari. Lansia yang mengalami
demensia terutama Alzheimer Disease mungkin tidak mengerti tentang
langkah-langkah dari mempersiapkan aktivitas sehari-hari seperti
menyiapkan makanan, menggunaka peralatan rumah tangga dan
melakukan hobi.

8
c. Masalah dengan Bahasa
Lansia yang mengalami demensia akan kesulitan dalam mengelolah
kata yang tepat, mengeluarkan kata-kata yang tidak biasa dan sering kali
membuat kalimat yang sulit untuk dimengerti orang lain.
d. Disorientasi Waktu dan Tempat
Mungkin hal biasa ketika orang yang tidak mempunyai penyakit
demensia lupa dengan hari atau dimana dia berada,namun dengan lansia
yang mengalami demensia akan lupa dengan jalan, lupa dengan dimana
mereka berada dan bagaimana mereka bisa sampai ditempat itu, serta tidak
mengetahui bagaimana kembali kerumah.
e. Tidak dapat Mengambil Keputusan
Lansia yang mengalami demensia tidak dapat mengambil keputusan
yang sempurna dalam setiap waktu seperti memakai pakaian tanpa melihat
cuaca atau salah memakai pakaian,tidak dapat mengelolah keuangan.
f. Perubahan Suasana Hati dan Kepribadian
Setiap orang dapat mengalami perubahan suasana hati menjadi sedih
maupun senang atau mengalami perubahan perasaan dari waktu ke waktu,
tetapi dengan lansia yang mengalami demensia dapat menunjukan
perubahan perasaan dengan sangat cepat, misalnya menangis dan marah
tanpa alasan yang jelas. Kepribadian seseorang akan berubah sesuai
dengan usia, namun dengan yang dialami lansia dengan demensia dapat
mengalami banyak perubahan kepribadian, misalnya ketakutan,curiga
yang berlebihan, menjadi sangat bingung, dan ketergantungan pada
anggota keluarga.

2.4 Patofisiologi
Penyakit degenarative pada otak, gangguan vaskular dan penyakit
lainnya, serta gangguan nutrisi, metabolic dan toksisitas secara langsung
maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami kerusakan
melalui mekanisme iskema, infark, inflamasi, deposisi protein abnormal
sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari area kortikal
atauoun subkortikal. Di sampingitu, kadar neurotransmitter di otak yang

9
diperlukan untuk proses konduksi saraf juga akan berkurang. Hal ini akan
menimbulkan gangguan fungsi kognitif (daya pikir, daya ingat), gangguan
sensori (perhatian kesadaran), atau penyebabnya karena manifestasinya dapat
berbeda. Keadaan patofisiologis dari hal tersebut akan memicu konfusio akut
demensia (Boedhi-Darmojo, 2009)

10
2.5 Penyebab Demensia
1. Penyakit Alzheimer
Penyebab utama penyakit demensia adalah penyakit alzheimer.
Demensia 50% disebabkan oleh penyakit Alzheimer 20% disebabkan
gangguan pembulu otak, dan sekitar 20% gabungan keduannya serta
sekitar 10% disebabkan factor lain.Penyebab Alzheimer tidak diketahuai
pasti penyebabnya, tetapi diduga berhubungan dengan factor genetic,
penyakit Alzheimer ini ditemukan dalam beberapa keluarga gen tertentu.
2. Serangan Stroke
Penyebab kedua demensia adalah serangan stroke yang terjadi seacara
ulang.Stroke ringan dapat mengakibatkan kelemahan dan secara bertahap
dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan otak akibat tersumbutkan
aliran darah (infark).Demensia multiinfark serasal dari beberapa stoke
ringan, sebagian besar penderita stoke memiliki tekanan darah tinggi
(hipertensi) yang menyebabkan kerusakan pembulu darah pada otak.
3. Serangan Lainnya
Serangan lainnya dari demensia adalah demensia yang terjadi akibat
pencederaan pada otak (cardiac arrest), penyakit parkison, AIDS, dan
hidrocefalus.

2.6. Pemeriksaan Keadaan Mental Mini (Mini Mental State Examination)


Pemeriksaan Mini Mental State Examination ini adalah salah satu tes
dalam usaha menegakkan diagnose demensia, yaitu :
a. Pemeriksaan orientasi (seperrti menyebut nama hari, tanggal,
bulan,tahun).
b. Registrasi (seperti menyuruh lansia menyebut beberapa nama benda
dalam waktu singkat).
c. Perhitungan (kalkulasi seperti menambah dan mengurangi).
d. Mengingat kembali (mengulangi semua nama benda yang sudah
disebutkan sebelumnya).
e. Tes Bahasa (menyebut nama benda yang ditunjukkan).

11
2.7. Pencegahan dan Pengobatan
Menurut Yatim (2003, hlm 39-41), ada beberapa pencegahan dan
pengobatan demensia yaitu :
a. Pencegahan demensia akibat matinya banyak daerah jaringa otak (multi
infarct dementia) adalah dengan mengendalikan naiknya tekanan darah. Ii
merupakan salah satu tindakan yang penting karena ternyata penyebab
utama demensia jenis ini adalah tekanan darah tinggi (hypertensi).
Termasuk dalam hal ini mencegah kakunya dinding pembuluh darah otak
seperti arterio sclerosis dan penyakit pembuluh darah yang disebut
congophilic angiopathy serta penyakit – penyakit pembuluh darah dan
penyakit jantung lainnya.
b. Mengobati penyakit – penyakit yang memperberat kejadian demensia.
c. Mengobati gejala – gejala gangguan jiwa yang mungkin menyertai
demensia.
d. Mengatasi masalah penyimpangan perilaku denga obat – obat penenang
(transquillizer dan hypnotic) serta pemberian obat – obatan anti kejang
bila perlu.
e. Pendekatan psikologi dalam mengatasi masalah perilaku.
f. Memberikan konseling untuk membantu keluarga menghadapi keseharian
penderita demensia.

2.8. Komplikasi
Menurut Kushariyadi (2010) berikut adalah komplikasi demensia :
1. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh
2. Ulkus diabetikus
3. Infeksi saluran kencing
4. Pneumonia
5. Kejang
6. Kontraktur sendi
7. Kehilangan kemampuan untuk merawat diri
8. Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan dan ksulitan mennggunakan
peralatan

12
2.9. Penatalaksanaan Terapi
a. Terapi Farmakologi
1. Anti-oksidan : Vitamin E yang terdapat dalam sayuran, kuningtelur,
kacang-kacangan, minyak sayur bisa menurunkan risiko Alzheimer. Vit
C dapat mengurangi radikal bebas (mis: strawberry, melon, tomat,
sayuran brokoli).
2. Obat penghambat asetilkon esterase (mis: Exelon)
b. Terapi Non Farmakologis
1. Penyampaian infornasi yang benar kepada keluarga
2. Program harian untuk klien
3. Istirahat yang cukup
4. Validasi/Rehabilitasi
5. Terapi musik
6. Terapi rekreasi
7. Brain movement snd exercise (gerak dan latihan otak)
8. Aroma terapi (Nugroho, 2008)

2.10. Terapi Modalitas Senam Otak


1. Pengertian Senam Otak
Menurut Dennison (2008) adalah program pelatihan otak yang
dikembangkan oleh Paul E. Dennison & Gail E. Dennison sejak tahun
1970.Program ini awalnya dirancang untuk mengatasi program belajar
anak – anak dan orang dewasa. Senam otak merupakan sebuah senam
yang tujuan utamanya untuk mempetahankan kesehatan otak dengan cara
melakukan gerakan badan. Dengan melakukan senam otak dapat memicu
otak agar tidak kehilangan daya intelektual serta awareness-nya.Senam
otak ini dapat memulihkan kondisi orag yang pelupa karena pada
dasarnya pusat – pusat system kewaspadaan atau reticulo activating
system yang terdapat pada batang otak bisa diaktifkan lagi.Seperti
layaknya senam – senam yang lain, sebaiknya senam otak dilakukan
secara rutin, minimal 3 kali dalam seminggu sehingga hasilnya bisa
segera terlihat.

13
2. Mekanisme Senam Otak
Senam otak dapat mengaktifkan otak pada tiga dimensi, yaitu
lateralitas/komunikasi (terdiri dari otak kanan dan otak kiri),
pemfokusan/pemahaman, serta pemusatan/pengaturan. Senam otak tidak
saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga
gerakan – gerakan yang bisa merangsang kerja otak secara optimal.
Pada senam otak akan didapatkan kebugaran otak yang ditandai
dengan aliran darah menuju otak lancer atau pasokan volume oksigen ke
otak memadai. Volume oksigen maksimal merupakan kemampuan
pengambilan oksigen oleh jantung dan paru – paru, sehingga aliran darah
ke semua jaringan tubuh termasuk otak lebih banyak dan mempengaruhi
otak untuk bekerja maksimal. Dengan melakukan senam otak kualitas
hidup lansia pun akan semakin meningkat (Ag Masykur & Fathani.
2008, hlm 124).
3. Waktu yang Dibutuhkan dalam Senam Otak
Senam otak sangat praktis untuk dilakukan dimana saja, kapan saja
oleh siapa saja khususnya lansia.Porsi latihan yang tepat adalah sekitar
10 – 15 menit, sebayak 2-3 kali dalam seminggu. Menurut Dennison
(2008), senam otak biasanya dilakukan dengan keinginan pengguna.
Mereka dapat melakukannya secara teratur selama beberapa minggu atau
bulan, terutama jika stress mulai muncul.
4. Gerakan Senam Otak
a. Kecakapan membaca
1) 8 Tidur (Lazy 8’s)
Membuat angka 8 dalam posisi tidur dengan tangan kanan kemudian
tangan kiri dan selanjutnya bersamaan kedua tangan.
2) Gerakan silang (Cross crawl)
a) Gerakan tangan kanan bersamaan dengan kaki kiri dan tangan kiri
bersamaan dengan kaki kanan.
b) Bergerak ke depan, ke samping, ke belakang dan jalan di tempat.
c) Kemudian laukan gerakan sebelumnya ditambah dengan gerakan
tangan menyentuh lutut pada arah yang berlawanan.

14
3) Sakelar otak (Brain button)
Salah satu tangan memegang pusat kemudian tagan lainnya memijat
sisi kanan dan kiri tulag tengah (stenum) tepat di kedua lekukan
selangka (clavikula).
4) Kupu – kupu 8 (Butterfly 9)
a) Membayangkan di depan mata ada kuas yang aka digunakan
untuk melukis kupu – kupu di langit – langit.
b) Gerakan lain adalah pandangan menyusuri garis temu antara
langit – langit dan tembok dalam ruangan.
5) Putaran leher (Neck rolls)
a) Tundukkan kepala ke depan, angkat bahu dan pelan – pelan putar
leher dari satu sisi ke sisi lainnya.
b) Selingi dengan tarik nafas dalam dan bahu dirilekskan.
6) Olengan pinggul (The rocker)
Duduk di lantai, letakkan tangan di belakang, siku ditekuk, kedua
kaki diangkat sedikit lalu olengkan pinggul ke kiri dan kanan secara
bergantian.
7) Pernafasan perut (Belly breathing)
Rapatkan kedua belah tangan dan letakkan pada perut, Tarik nafas
dalam dan hembuskan melalui mulut seperti meniup balon.
8) Lambaian kaki (Footflex)
a) Kedua tangan mencengkram daerah yang sakit mulai pergelangan
kaki, betis dan belakang perut.
b) Pada saat tangan memegang baian tadi sabil pelan – pelan telapa
kaki digerakkan ke atas dan ke bawah.
c) Ulangi pada kai yang lain.
b. Kecakapan menulis
1) Abjad 8 (Alphabet 8)
Menulis dengan arah berlawanan menggunakan tangan kanan,
kemudian tangan kiri dan kemudian bersamaan.
2) Coretan ganda (Double doodle)

15
Menggambar atau menulis kata pada saat bersamaan antara tangan
kanan dan kiri.
3) Mengaktifkan tangan (Arm activation)
a) Luruskan satu tangan keatas di samping telinga, hembuskan
nafas.
b) Aktifkan otot – otot tangan dengan cara mendorong tagan
keempat jurusan (depan, belakang, dalam dan luar), sementara
tanga lainnya menahan dorongan tersebut.
4) 8 tidur (Lazy 8’s)
Membuat angka 8 dalam posisi tidur dengan tangan kanan kemudian
tangan kiri dan selanjutnya bersamaan kedua tangan.
c. Kecakapan berfikir
1) Putaran leher (Neck rolls)
a) Tundukkan kepala ke depan, angkat bahu dan pelan – pelan putar
leher dari satu sisi ke sisi lainnya.
b) Selingi dengan tarik nafas dalam dan bahu dirileksasikan.
2) Gajah (The elephant)
a) Tekuk lutut sedikit, letakkan telinga di atas bahu dan rentangkan
salah satu tangan ke depan sementara tangan lainnya rileks
disamping badan.
b) Bayangkan tangan menjadi belalai gajah yang menyatu dengan
kepala sambil melukiskan angka 8 tidur.
3) Burung hantu (Owl)
a) Letakkan salah satu tangan di atas bahu dan tarik nafas dalam.
b) Tolehkan kepala kearah bahu yang dipegang sambil
menghembuskan nafas.
c) Ganti denga bahu sebelahnya dan lakukan gerakan yang sama.
4) Pompa betis (Calf pump)
a) Renggangkan kedua kaki arah menyamping.
b) Lakukan gerakan mengeper dengan menekuk salah satu lutut.
c) Semakin maju menekuk salah satu lutut maka peregangan otot
betis belakang lebih terasa.

16
d) Ulangi masing – masing 3 kali.
5) Luncuran gravitasi (Gravity glider)
a) Duduk di kursi yang rendah dan silangkan kaki.
b) Tundukkan badan dengan tangan depan bawah.
c) Buang nafas waktu badan tunduk dan tarik nafas waktu badan
diangkat.
d) Ulangi masing – masing 3 kali.
d. Kecakapan belajar
1) Pasang telinga (Thinking cap)
a) Pegang kedua daun telinga dengan kedua tangan.
b) Pelan – pelan pijit daun telinga dari atas ke bawah.
c) Ulangi masing – masing 3 kali.
2) Titik positif (Positive points)
a) Tekan titik positive yang terletak pada tonjolan di tengah dahi.
b) Ulangi beberapa kali.
3) Mengisi energy (Energizer)
a) Letakkan kedua telapak tangan di atas meja.
b) Tengadahkan wajah dan tarik nafas dalam, kemudian hembuskan
melalui mulut.
c) Ulangi beberapa kali.

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Kasus
Perawat CMHN mengunjungi seorang pasien perempuan di Wisma
Teratai Upt. Panti penyantun lansia Budi Agung Kupang. Inisial pasien
adalah Ny. F, berumur 72 tahun, Suku Timor, agama kristen protestan,
pendidikan tidak tamat SD, status perkawinan menikah, saat dikaji didapatkan
klien dengan diagnosa Demensia Berat. Suaminya sudah lama meninggal,
dari pernikahannya Ny.F memiliki 2 orang anak (laki-laki 1 dan perempuan
1). Ny. F mengatakan dulu ia bekerja sebagai petani, tapi saat ini ia menjadi
salah satu penghuni panti. Ibu panti juga mengatakan klien saat ini
mengalami gatal-gatal di tangan dan kaki, dan selama 5 tahun terakhir
mengatakan badannya sakit, keluhan utama saat ini : gatal-gatal ditangan,
kaki, dan badan terasa sakit ± 3 bulan Ny. F juga mengalami gangguan
dalam mengingat atau mudah lupa.
3.2. Pengkajian
1. Identitas dan hasil anamnesis
Nama pasien adalah Ny. F, Umur 72 Tahun, jenis kelamin perempuan,
Suku Timor, Agama Kristen protestan, Pendidikan (tidak tamat SD),
Status perkawinan Menikah. Saat dikaji didapatkan pasien dengan
diagnosa Demensia berat.
2. Riwayat keluarga
Suaminya meninggal dan Ny. F tidak tau kapan suaminnya meninggal.
Dari pernikahannya Ny. F memiliki 2 orang anak (1 laki-laki dan 1
perempuan)
3. Riwayat pekerjaan
Ny. F mengatakan dahulu bekerja sebagai petani. Status pekerjaan saat ini:
penghuni wiswa. Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
kebutuhan di tanggung oleh Panti Werda Budi Agung Kupang.

18
4. Riwayat lingkungan hidup
Tipe tempat tinggal Permanen, Jumlah kamar di ruangan teratai 5 Kamar
tidur dengan 2 kamar mandi, jumlah yang tinggal dipanti 4 orang.
5. Riwayat rekreasi
Kegiatan yang biasa dilakukan dipanti adalah berjalan-jalan sendiri. Kalau
ada kegiatan diwisma Ny. F akan mengikuti, Liburan/perjalanan:
mengikuti perjalanan wisata yang dibuat di panti werda.
6. Sistem pendukung kesehatan yang digunakan
Jika Ny. F sakit selalu memeriksakan di pusat pelayanan panti.
7. Riwayat kesehatan saat ini
Keluhan Status kesehatan umum mengalami gatal-gatal di tangan dan
kaki, Status kesehatan umum selama kurang lebih 3 tahun terakhir
mengatakan mengalami sakit badan, Keluhan utama saat ini : gatal-gatal di
kaki dan tangan, Klien tidak mengetahui tentang masalah kesehatan yang
ia hadapi. Pola konsumsi makanan Ny. F makan 3 kali sehari , Pola
istirahat tidur Ny. F mengatakan dapat tidur setiap hari tanpa ada
gangguan.
8. Keluhan utama
Ibu panti mengatakan sering lupa, dan badan terasa gatal-gatal ±3 bulan.
9. Pola kebiasaan
Ny.F biasanya mengkonsumsi makanan bubur, sayur, tahu, dan tempe 3x
sehari setiap pagi, siang, dan sore. Pasien juga mengatakan istirahatnya 2
kali sehari siang dan malam dan tidak pernah mengalami gangguan tidur.
Untuk buang air besar biasanya 1 kali sehari sedangkan buang air kecil 3-
4x sehari. Kebersihan diri dilakukan setiap hari tapi harus di jaga oleh ibu
panti untuk mandi.
10. Hasil observasi
Tingkat kesadaran compos mentis, tekanan darah 120/ 70 MmHg, RR 20
kali/ menit, suhu 36 °C, Nadi : 90 kali/menit, BB : 45 kg, TB : 148cm.
11. Tinjauan sistem
Pasien mampu melakukan ADL, pasien mengalami gatal di kaki dan
tangan, kebersihan tubuh kurang. Integumen : Ny F mengalami gatal-gatal

19
(pruritus), terdapat perubahan pigmentasi (warna kulit menjadi seperti
bersisik ), terjadinya perubahan tekstur kulit menjadi kasar.
a. Kepala : tampak rambut kotor dan bau , potongan rambut pendek dan
saat pengkajian belum mencuci rambut.
b. Mata : dari hasil pengkajian didapatkan konjungtiva merah muda, sklera
putih, jika melihat jauh pandangan kabur
c. Telinga : saat dikaji Klien mengalami perubahan pendengaran sehingga
kemampuan pasien untuk mendengar menurun
d. Hidung : saat dikaji Klien didapatkan hidung bersih, tidak ada luka atau
lessi, tidak ada masa
e. Mulut dan tenggorokan : tidak ada karien gigi karena sudah ompong
f. Leher : dari hasil pengkajian tidak ada kaku kuduk pada pasien tidak
ada nyeri tekan, benjolan atau masa pada leher, keterbatasan gerak,
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Payudara : payudara tidak ada benjolan pada payudara, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada bengkak
h. Gastrointestinal : tidak ada hemoroid, tidak ada perdarahan, rektum,
peristaltik usus 24 kali/menit, napsu makan baik tidak ada mual
muntah.
i. Kardiovaskuler: tidak didapatkan nyeri dada, sesak napas, bunyi
jantung normal.
j. Genitalia : pasien sudah menopause, tidak ada nyeri panggul, tidak
adanya luka, tidak ada perdarahan
k. Perkemihan : BAB : 1 kali/ hari, tidak mengalami gangguan saat BAB,
BAK 3-4 kali/ hari. Tidak ada nyeri saat berkemih.
l. Riwayat Psikososial : pasien tidak mengalami cemas, tidak menangis,
tidak mudah marah.
12. Pengkajian aspek kognitif menggunakan format MMSE
pasien tidak mampu mengingat jam, hari, tanggal, bulan serta tahun, pada
fase registrasi, pasien mampu menyebutkan 3 dari 3 objek yang disebutkan
petugas kesehatan. Pada fase peratian dan perhitungan, pasien tidak
mampu menjawab 5 pertanyaan dari 5 pertanyaan pengurangan. Pada fase

20
mengingat kembali, pasien mampu menyebutkan 1 dari 3 benda yang
ditunjuk petugas kesehatan. Pada fase pengertian verbal, pasien tidak
mampu mengulang kata-kata yang diucapkan petugas. Pada fase
pengertian verbal, pasien tidak mampu melakukan perintah yang ditulis
petugas. Pada fase perintah tertulis, pasien tidak mampu melakukan
perintah yang ditulis petugas. Pada fase menulis kalimat, pasien tidak
mampu menulis satu kalimat yang bermakna. Pada fase menggambar
kontruksi, pasien tidak menirukan gambar yang diberikan petugas.
Kesimpulannya pasien memiliki kognitif Berat.
3.3. Analisa Data
No Data Fokus Etiologi Masalah
1. DS: Aseltikon Gangguan proses pikir
- Ny. F mengatakan bd kehilangan
tidak mengetahui Demensia ingatan/memori
tanggal,waktu,
bulan dan tahun, Kehilangan kemampuan
Hanya mengetahui menyelesaikan masalah
nama.
- Ny. F mengatakan Gangguan proses pikir
lupa nama teman
sewisma.
- Ny. F mengatakan
hanya mengenal
wajah tapi lupa
nama.
- Ny. F mengatakan
bahwa ia lupa
dengan masa
lalumnya.
DO :
- Saat ditanya Ny. F
selalu diam terlebih

21
dahulu, lalu
menjawabnya
beberapa menit
kemudian.
- Tidak ada kontak
mata
- Pandangan mata
selalu cepat beralih
2. DS : Penurunan sel nueron yang Hambatan komunikasi
- Pasien mengatakan berproyeksi ke hipokampus verbal bd gangguan
bahwa ia tidak bisa dan amigdala pendengaran
mendengar dengan
baik. Kelainan neurotransmiter
DO:
- Pasien tampak tidak Asitelkon menurun pada otak
ada kontak mata
saat berbicara. Demensia
- Ketika ditanya
menjawab dengan Kehilangan ingatan/memori
cepat
- ketika ditanya Hambatan komunikasi verbal
kadang tidak
menjawab
pertanyaan
- Cepat bosan dengan
pertanyaan yang
diberikan.
- Ny. F hanya
menceritakan hal
yang sama.

3. DS : Degenarasi neuron kolinergik Defisit Perawatan Diri bd

22
- Klien mengatakan dengan konfusi,
tidak mandi karena Kekusutan neurofibrilar yang kehilangan kognitif, dan
dingin. difis perilaku disfungsi.
- Ny. F mengatakan
seluruh tubuhnya Terjadi plak senilis
terasa gatal-gatal,
terutama di bagian Kelainan neurotransmiter
kaki dan tangan
DO : Demensia
- Kulit pasien tampak
kurang bersih dan Perubahan kemampuan
bersisik merawat diri sendiri
- Pakaian pasien
kotor dan berbau, DPD (berpakaian, Higiene)
serta keaadan
umum berantakkan
- Pasien tampak
menggaruk-garuk
badan
- Dari data pengasuh
mengatakan Ny. F
malas mandi, jika
mandi tidak dijaga
pasien hanya
mencuci muka.
menggunakan
sabun mandi untuk
cuci rambut

3.4. Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan proses pikir bd kehilangan ingatan/memori

23
2. Hambatan komunikasi verbal bd gangguan pendengaran
3. Defisit Perawatan Diri bd dengan konfusi, kehilangan kognitif, dan
perilaku disfungsi.

3.5. Perencanaan Keperawatan


No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan proses Setelah 1. Mengenal 1. Mengenal kapan
pikir bd dilakukan kapan klien klien lahir ,
kehilangan tindakan lahir , Mengenal orang
ingatan/memori keperawatan Mengenal atau hal penting
selama 3x24 jam orang atau hal 2. Mengenal hari
kesadaran klien penting bulan tahun
terhadap 2. Mengenal hari dengan benar
identitas bulan tahun 3. Mampu
personal, waktu dengan benar memperhatikan
dan tempat 3. Klien mampu dan
meningkat atau memperhatikan mendengarkan
baik. dan dengan baik
mendengarkan 4. Mampu menjawab
dengan baik pertanyaan
4. Klien dapat dengan tepat
menjawab 5. mengenal
pertanyaan identitas diri
dengan tepat dengan baik
5. Klien 6. mengenal
mengenal identitas orang
identitas diri disekitar dengan
dengan baik tepat
6. Klien
mengenal
identitas orang
disekitar

24
dengan tepat
2. Hambatan Setelah 1. Gunakan 1. Melakukan
komunikasi dilakukan penerjemah penerjemah agar
verbal bd tindakan jika diperlukan penerimaan
gangguan keperawatan 2. Berikan satu interpretasi dan
pendengaran selama 3 x 24 kata simpel ekspresi pesan,
jam saat bertemu Lisan, tulisan dan
(selamat pagi) non verbal
3. Dorong pasien meningkat
untuk bicara 2. Agar dapat
perlahan melakukannya
4. Anjurkan 3. Klien mampu
untuk untuk
berbicara memperoleh
dalam mengatur,
kelompok menggunakan
wisma informasi
5. Anjurkan 4.Mampu
untuk memberi memanajemen,
stimulus kemampuan fisik
komunikasi yang di miliki.

3. Defisit Perawatan Setelah 1. mandikan 1. Memandikan


Diri bd dengan dilakukan asuhan pasien dengan pasien dengan
konfusi, keperawatan tepat tepat agar pasien
kehilangan pada lansia 2. berikan mengerti
kognitif, dan dengan defisit bantuan 2. Memberikan
perilaku disfungsi perwatan diri sampai pasien bantuan agar
selama 3 X 24 benar-benar pasien dapa
jam, diharapkan mampu membersihkan
pasien dapat merawat secara mandiri
meningkatkn dirinya secara 3. Menyediakan
perawatan diri mandiri lingkungan yang

25
selama dalam 3. sediakan nyaman dan rileks
perawatan lingkungan yg agar pasien
teraupetik tenang
dengan
memastikan
kehangatan
4. suasana rileks
dan nyaman
serta menjaga
privasi pasien

3.6. Implementasi Keperawatan


No Diagnosa Kep Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan Setelah 1. Mengenal kapan 1. Mengenal kapan
proses pikir bd dilakukan klien lahir , klien lahir ,
kehilangan tindakan Mengenal orang Mengenal orang
ingatan/memori keperawatan atau hal penting atau hal penting
selama 3x24 jam 2. Mengenal hari 2. Mengenal hari
kesadaran klien bulan tahun bulan tahun dengan
terhadap dengan benar benar
identitas 3. Klien mampu 3.mampu
personal, waktu memperhatikan memperhatikan dan
dan tempat dan mendengarkan
meningkat atau mendengarkan dengan baik
baik. dengan baik 4. Mampu menjawab
4. Klien dapat pertanyaan dengan
menjawab tepat
pertanyaan 5. mengenal identitas
dengan tepat diri dengan baik
5. Klien mengenal 6. mengenal identitas
identitas diri orang disekitar
dengan baik dengan tepat
6. Klien mengenal

26
identitas orang
disekitar dengan
tepat
2. Hambatan Setelah 1. Gunakan 1. Melakukan
komunikasi dilakukan penerjemah jika penerjemah agar
verbal bd tindakan diperlukan penerimaan
gangguan keperawatan 2. Berikan satu kata interpretasi dan
pendengaran selama 3 x 24 simpel saat ekspresi pesan,
jam bertemu (selamat Lisan, tulisan dan
pagi) non verbal
3. Dorong pasien meningkat
untuk bicara 2. Agar dapat
perlahan melakukannya
4. Anjurkan untuk 3. Klien mampu untuk
berbicara dalam memperoleh
kelompok wisma mengatur,
5. Anjurkan untuk menggunakan
memberi stimulus informasi
komunikasi 4.Mampu
memanajemen,
kemampuan fisik
yang di miliki.
3. Defisit Setelah 1. mandikan pasien 1. Memandikan
Perawatan Diri dilakukan dengan tepat pasien dengan tepat
bd dengan asuhan 2. berikan bantuan agar pasien
konfusi, keperawatan sampai pasien mengerti
kehilangan pada lansia benar-benar 2. Memberikan
kognitif, dan dengan defisit mampu merawat bantuan agar pasien
perilaku perwatan diri dirinya secara dapa
disfungsi selama 3 X 24 mandiri membersihkan
jam, diharapkan 3. sediakan secara mandiri
pasien dapat lingkungan yg 3. Menyediakan
meningkatkn teraupetik dengan lingkungan yang

27
perawatan diri memastikan nyaman dan rileks
selama dalam kehangatan agar pasien tenang
perawatan 4. suasana rileks dan
nyaman serta
menjaga privasi
pasien

3.7. Evaluasi
No Diagnosa Tgl/Waktu Evaluasi
keperawatan
1. Gangguan proses - S : klien mengatakan sekarang hari senin,
pikir bd kehilangan tanggal 08 Oktober, jam 09.00, Nama F,
ingatan/memori menyebutkan nama tempat teratai, teman
wisma lupa nama, mengatakan kegiatan pagi

menyapu.
O : Klien mampu menjawab pada saat perawat
menanyakan sekarang jam berapa. Ny F
menjawab jam 09.00
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2. Hambatan - S : Klien mengatakan malas untuk berbicara,
komunikasi verbal hanya ingin tidur
bd gangguan O : kadang berbicara tapi berbicara untuk
pendengaran membahas yang disenangi Ny F, tidak ada
kontak mata dengan perawat, klien menerima
kehadiran perawat
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3. Defisit Perawatan - S : Klien mengatakan sudah mandi pada pagi
Diri bd dengan hari
konfusi, kehilangan O : Klien tampak bersih dari penampilannya
kognitif, dan dan wangi, rambut juga rapih
perilaku disfungsi A : Masalah Teratasi

28
P : Hetikan Intervensi

BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN

A. Pertemuan pertama
1. Kondisi klien
- Daya ingat terganggu
- Sukar berfikir

29
- Disorentasi
- Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses berfikir terhadap gangguan otak
2) Kerusakan komunikasi verbal terhadap gangguan kognitif
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mengidentifikasi tempat, waktu dan orang
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengutarakan isi hatinya
5. Strategi Komunikasi
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi bu... perkenalkan nama saya... saya perawat dari Rs.
Ciremai, saya disini akan menemani ibu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi ibu. Sebelum itu, kalau saya boleh tau nama ibu
siapa? Sekarang ibu tinggalnya dimana?”
b. Evaluasi/validasi
“bu, siapa yang mengantar ibu kesini? Apa yang terjadi sampai ibu
bisa sampai kesini? Apakah ibu ingat semuanya?”
c. Kontrak
“baiklah bu. Bu.. bagaimana kalau kita berbincang-bincang sedikit
tentang barang-barang kesayangan ibu? Kira-kira ibu maunya berapa
lama? Bagaimana kalau 15-20 menit? Kalau ibu setuju, ibu mau
berbicaranya dimana? Disini atau ibu punya tempat lain?
d. Fase kerja
“baik bu, kita mulai ya. Sekarang hari apa ya bu ? tanggal berapa?
Tahun berapa?”
“dulu ibu sebelum ke panti, ibu bekerja sebagai apa?”
“ibu ingat tidak kenapa ibu bisa tinggal di panti?”
“siapa yang mengantar ibu ke sini?”
“bagaimana perasaan ibu ketika tinggal di panti?”

30
“ibu kangen tidak dengan anak-anak ibu? Biasanya setiap kapan
anak-anak ibu datang ke sini untuk menjenguk ibu”
“ibu tau tidak siapa saja nama teman-teman ibu di dalam panti?”
“ibu, apakah ibu mempunyai barang kesayangan? Barang
kesayangan itu barang yang sangat ibu suka, berharga, dan takut
kehilangan barang tersebut.”
“Apakah ibu masih ingat dengan barang-barang kesayangan ibu?”
“coba ibu sebutkan barang apa saja yang menjadi kesayangan ibu?”
“ibu ingat tidak, ibu dapat barang itu dari mana?”
“bagaimana perasaan ibu ketika mendapatkan barang itu?”
“Kapan ibu menerima barang itu?”
e. Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
“bagaimana perasaan ibu setelah tadi kita berbincang-bincang?”
“coba ibu sebutkan tadi kita berbincang tentang apa saja? Lalu apa
saja barang-barang yang ibu sayang?”
2) Tindak lanjut klien
“untuk pertemuan selanjutnya kita akan berbincang kembali mengenai
barang kesayangan ibu dan dari mana barang-barang tersebut ya bu.”
3) Kontrak yang akan datang
“baik bu, karena waktunya sudah habis sesuai perjanjian kita, maka kita
cukupkan saja pertemuan kali ini ya bu. Untuk pertemuan selanjutnya
saya akan membantu ibu untuk mengatasi masalah ibu ya.”
“untuk kontrak selanjutnya bagaimana kalau kita berbincang-bincang
kurang lebih 20-30 menit? Bagaimana apakah ibu bersedia?”
“untuk tempatnya ibu mau dimana? Apakah disini lagi atau ibu punya
tempat lain yang membuat ibu lebih merasa nyaman?”
“baik bu, kalau begitu sampai ketemu di pertemuan selanjutnya ya bu.”
B. Pertemuan Kedua
1. Kondisi klien
- Daya ingat terganggu
- Sukar berfikir

31
- Disorentasi
- Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses berfikir terhadap gangguan otak
2) Kerusakan komunikasi verbal terhadap gangguan kognitif
3. Tujuan Khusus
Klien dapat mendiskusikan topik yang diingat
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengutarakan isi hatinya
5. Strategi Komunikasi
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi bu, kita bertemu lagi ya bu. Saya perawat.... dari Rs.
Ciremai. Ibu ingat tidak sebelumnya kapan kita berbincang-bincang?
Wah bagus ibu mengingatnya... saya disini akan melanjutkan terapi
yang kemarin ya bu.”
b. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam tidur dengan
nyenyak? Sudah mandi? Sudah makan? Wah ibu sudah melakukan
semuanya dengan baik, bagus sekali.”
“ibu senang tidak bertemu dengan saya lagi?”
c. Kontrak
“baik bu, sebelumnya kita sudah pernah bertemu ya bu. Hari ini kita
akan melanjutkan kegiatan yang kemarin. Kita akan berbincang-
bincang tentang barang kesayangan ibu lagi, untuk mengetahui apakah
ibu mengingatnya dengan baik atau tidak. Untuk waktunya kurang
lebih 20-30 menit bagaimana ibu bersedia? Untuk tempatnya ibu ingin
disini atau di tempat lain?”
d. Fase kerja
“baik ibu kita mulai ya, sebelumnya coba ibu ingat kembali siapa
nama saya?”

32
“sekarang hari apa bu? Tanggal berapa? Tahun berapa?”
“ibu masih ingat dengan barang-barang kesayangan ibu?”
“coba sebutkan apa saja barang kesayangan ibu?”
“kapan ibu mendapatkan barang-barang tersebut?”
“siapa yang memberikan barang-barang tersebut?”
“bagaimana perasaan ibu ketika mendapatkan barang-barang
tersebut?”
e. Terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”
“hari ini apa saja yang sudah kita bicarakan?”
“coba ibu ulang kembali apa saja barang kesayangan ibu?”
2) Tindak lanjut klien
“bu pertemuan ini sudah selesai sesuai dengan perjanjian kita. Untuk
pertemuan selanjutnya kita akan membicarakan tentang proses meminum
obat ibu. Bagaimana bu?”
3) Kontrak yang akan datang
“untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita lakukan kurang lebih
10-20 menit? Apakah ibu bersedia? Untuk tempatnya ibu inginnya
dimana? Disini?”
“baik bu, kalau begitu sampai bertemu lagi.”
C. Pertemuan Ketiga
1. Kondisi klien
- Daya ingat terganggu
- Sukar berfikir
- Disorentasi
- Gelisah
2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan proses berfikir terhadap gangguan otak
2) Kerusakan komunikasi verbal terhadap gangguan kognitif
3. Tujuan Khusus
- klien dapat mengontrol pola pikir
- klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

33
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengutarakan isi hatinya
5. Strategi Komunikasi
1) Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi bu, kita bertemu lagi ya bu. Saya perawat.... dari Rs.
Ciremai. Ibu ingat tidak sebelumnya kapan kita berbincang-bincang?
Wah bagus ibu mengingatnya... saya disini akan melanjutkan terapi
yang kemarin ya bu.”
b. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Apakah semalam tidur dengan
nyenyak? Sudah mandi? Sudah makan? Wah ibu sudah melakukan
semuanya dengan baik, bagus sekali.”
“ibu senang tidak bertemu dengan saya lagi?”
c. Kontrak
“baik bu, sebelumnya kita sudah pernah bertemu ya bu. Hari ini kita
akan melanjutkan kegiatan yang kemarin. Kita akan berbincang-
bincang tentang proses meminum obat yang baik untuk ibu. Untuk
waktunya kurang lebih 10-20 menit bagaimana ibu bersedia? Untuk
tempatnya ibu ingin disini atau di tempat lain?”
d. Fase kerja
“baik ibu kita mulai ya, sebelumnya coba ibu ingat kembali siapa
nama saya?”
“sekarang hari apa bu? Tanggal berapa? Tahun berapa?”
“ibu masih ingat dengan barang-barang kesayangan ibu?”
“coba sebutkan apa saja barang kesayangan ibu?”
“kapan ibu mendapatkan barang-barang tersebut?”
“apakah ibu sudah meminum obat hari ini?”
“Berapa jumlah obat yang ibu minum hari ini?”
“apa saja warna dari obat yang ibu minum?”
“kapan ibu minum obatnya? Jam berapa?”

34
“siapa yang memberikan ibu obat?”
“bagaimana perasaan ibu ketika meminum obat itu? Apakah ibu
menjadi susah tidur atau tidak?”
e. Terminasi
“bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang?”
“hari ini apa saja yang sudah kita bicarakan?”
2) Tindak lanjut klien
“bu pertemuan ini sudah selesai sesuai dengan perjanjian kita. Kalau sulit
mengingat sesuatu ibu bisa menuliskan semuanya di buku ya bu, dan
kalau ibu butuh bantuan ibu bisa meminta tolong pada ibu panti disini.”
3) Kontrak yang akan datang
“ada yang ingin ibu tanyakan pada saya? Kalau tidak nanti kita akan
bertemu lagi untuk melakukan terapi selanjutnya.”
“untuk pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita lakukan kurang lebih
10-20 menit? Apakah ibu bersedia? Untuk tempatnya ibu inginnya
dimana? Disini?”
“baik bu, kalau begitu sampai bertemu lagi.”

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Demensia merupakan gangguan fungsi memori, daya ingat dan daya
pikir yang perlahan namun semakin memburuk. Fungsi kognitif yang
semakin mengalami perburukan, akan berdampak terhadap penurunan

35
kemampuan aktivitas sehari-hari. Penjelasan dari Azizah (2010) bahwa
demensia dapat mempengaruhi kemampuan aktivitas sehari-hari disebabkan
oleh pengaruhi kumpulan gejala seperti penurunan fungsi kognitif, mood
yang mudah berubah, serta tingkah laku. Demensia merupakan sebuah
sindrom karena penyakit otak, bersifat kronis atau progresif dimana terdapat
banyak gangguan fungsi kortikal yang lebih tinggi, termasuk memori,
berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, kemampuan belajar, bahasa, dan
penilaian kesadaran tidak terganggu. Gangguan fungsi kognitif kadang-
kadang didahului oleh kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku
sosial, atau motivasi. Sindrom ini terjadi pada penyakit Alzheimer, penyakit
serebrovaskular dan dalam kondisi lain terutama penyakit sekunder yang
mempengaruhi otak (Durand dan Barlow, 2006).
Menurut WHO Demensia adalah sindrom akibat penyakit otak yang
biasanya bersifat kronis/progresif, dimana ada gangguan fungsi kortikal
ganda, perhitungan, kapasitas belajar.Bahasa dan penghakiman. Kesadaran
tidak mendukung merupakan gangguan dari fungsi kognitif yang sering
disertai atau didahulukan oleh penurunan pengendalian emosi, perilaku
social/motivasi(Stanley.2006,hlm 335). Dan ada 2 jenis Demensia yaitu :
Demensia tipe Alzheimer, Demensia Vaskuler.
Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Dalam proses
penuaan terjadi penurunan secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. Selain penurunan
pada jaringan tubuh manusia, proses penuaan juga mengalami perubahan
kesehatan. Masalah kesehatan lansia meliputi kemunduran dan kelemahan
yang salah satunya adalah intellectual impairment (gangguan
intelektual/demensia) (Kane & Ouslander dalam Stanley & Patricia). Menurut
Azizah (2010) perubahan-perubahan yang terjadi pada lanjut usia adalah
perubahan fisik, kognitif, spiritual dan psikososial.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan pada klien didapatkan
diagnosa keperawatan prioritas yaitu Gangguan Prose Pikir berhubungan
dengan Kehilangan memori/ingatan yang ditandai dengan klien merasa susah
untuk mengingat dan dalam pengkajian SPMSQ hasilnya adalah Fungsi

36
Intelektual Kerusakan Ringan dan MMSE hasilnya adalah probable gangguan
kognitif.. Batasan karakteristik yang terdapat pada kedua klienjuga sesuai
teori penegakan diagnosa keperawatan yang ada pada buku Wilkinson (2011).
Dalam merencanakan tindakan keperawatan tidak ada perbedaan antara teori
dan kasus, akan tetapi perencanaan yang dilakukan pada kasustetap
disesuaikan dengan kondisi klien.

5.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca bisa mengerti atau
mengenali tentang masalah kesehatan lansia meliputi kemunduran dan
kelemahan yang salah satunya adalah intelektual impairment (Gangguan
Intelektual/Demensia). Bisa saja perawat melakukan promosi kesehatan ke
masyarakat yang isinya itu tentang gangguan fungsi memori, daya ingat dan
daya pikir pada lansia. Perawat harus memberitahu apa saja penyebabnya apa
yang dirasakan dan apa saja terapi yang harus dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

Ii, B. A. B. 2009. Tingkat Keefektifan Terapi..., RIANA INDRIANI, Fakultas Ilmu


Kesehatan UMP, 2013.
Kushariyadi. 2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika.
Morgan. 2019. No Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.

37
Nugroho, H. wahjudi. 2006. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.
Jakarta: EGC
Nugroho, H. wahjudi. 2009. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3.
Jakarta: EGC

38

Anda mungkin juga menyukai