LANSIA
KELOMPOK I
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang bertemakan “Askep Kegawatdaruratan Trauma pada Lansia” ini.
Dalam penulisan makalah ini, kami banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari pihak-
pihak luar sehingga makalah ini terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Ucapan terima kasih tidak lupa kami ucapkan kepada dosen Kegawatdaruratan yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini.
Segala sesuatu di dunia ini tiada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Saran dan
kritik sangatlah kami harapkan demi kesempurnan makalah berikutnya. Kami harapkan semoga
makalah ini dapat memberikan suatu manfaat bagi kita semua dan memilki nilai ilmu pengetahuan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk lansia dari tahun ketahun semakin meningkat.Pada tahun 2009, Indonesia
memiliki jumlah penduduk lansia 20.547, jumlah ini termasuk terbesar keempat setelah China, India dan
Jepang. Badan kesehatan dunia WHO memperkirakan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun
2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Sehingga perlu perhatian
khusus penaganan pasien lansia termasuk penaganan pasien lansia dengan trauma Trauma merupakan
penyebab utama kematian yang menepati urutan kelima pada pasien di atas usia 65. Pada lansia sengat
mudah mengalami fraktur tulang meskipun hanya mengalami trauma ringan. Perubahan anatomi dan
fisologi akibat proses menua mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas pada lansia, kurang
lebih 28 % pasien lansia meningal akibat trauma. Meskipun efek akibat proses penuaan tidak tiba-tiba
pada usia 65 tahun. Dalam studi menunjukan bahwa hampir 200.000 pasien trauma, ditetapkan bahwa
kematian akibat trauma berat mulai meningkat pada usia 40 tahun. Untuk setiap kenaikan 1 tahun di usia
lebih dari 65, kemungkinan meninggal setelah trauma meningkat lebih dari 6% (McMahon DJ. at al,
2006).
Pasien lansia dengan trauma memiliki perbedaan pola cidera yang berbeda sehingga perlu
pertimbangan khusus dalam penatalaksanaannya. Pasien lansia mungkin dengan penyakit pemberat
(komorbit) dan penurunan sensitif terhadap obat-obat tertentu sehingga akan mempersulit resusitasi.
Lansia dengan trauma membutuhkan pengananan yang berbeda/lebih intensif dari pada pasien
muda yang mengalami trauma yang serupa.Perawatan yang intensive dan segera resusitasi merupakan
hal yang penting untuk memperoleh outcome yang maksimal pada lansia.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Gadar pada Pasien Lansia dengan Trauma ?
C. Tujuan Penulisan
Mengetahui Asuhan Keperawatan Gadar pada Pasien Lansia dengan Trauma
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lansia
Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas (UU No.13 tahun
1998). Sedangkan menurut WHO lanjut usia meliputi: 1) usia pertengahan (Middle Age), yaitu kelompok
dengan rentang usia 45-59 tahun,2) usia lanjut (Elderly), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 60-
70 tahun,3) lanjut usia tua (Old), yaitu kelompok dengan rentang usia antara 75-90 tahun,4) usia sangat
tua (Very Old) kelompok dengan rentang usia 90 tahun ke atas (Setyoadi & Kusharyadi, 2010).
Menurut UU kesehatan No.23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 (Fatimah, 2010), merumuskan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan
sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya.
Oleh karena itu, kesehatan usia lanjut perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap dipelihara dan
ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kemampuan sehinnga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan (Fatimah, 2010).
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang sudah
berusia 65 tahun ke atas dan juga yang telah mengalami perubahan-perubahan yang meliputi perubahan
fisik, biologis, kejiwaan, dan sosial yang mengakibatkan penurunan fungsi-fungsi pada anggota tubuh.
B. Fisiologi Proses Penuaan
Aging dapat didefinisikan sebagai perubahan normal yang dapat diprediksi, dan ireversibel dari
berbagai sistem organ selama perjalanan waktu yang pada akhirnya mengarah pada kematian. Perubahan
fisiologis yang terjadi mengakibatkan hilangnya cadangan fungsional sistem organ. Perawat harus bisa
membedakan antara penyakit yang ada pada pasien dengan akibat dari proses penuaan. Terdapatnya
penyakit pemberat pada lansia berhubungan erat dengan morbiditas dan mortalitas pada pasien lansia
dengan trauma. Misalnya tulang dari pasien lanjut usia kurang mampu menahan kekuatan mekanik dari
trauma, dan cedera dapat terjadi dengan transmisi energi kinetik kurang dari pada pasien yang lebih
muda (Milzman DP, et al, 2006). Cadangan fungsional jantung berkurang seiring dengan bertambahnya
usia. Pasien lansia memiliki curah jantung yang lebih rendah sehingga kecil kemungkinannya untuk
dapat mengkopensasi apabila terjadi perubahan hemodinamik.Pasien lansia mengalami penurunan
aktivitas listrik jantung atau kurang sensitif terhadap obat-obatan, seperti beta-blocker atau kalsium
blockers mengakibatkan penurunan respon terhadap peningkatan heart rate untuk mengkompensi apabila
terjadi hipovolemia dan shock.Selain itu pasien lansia juga memiliki inotropik dan kronotropik yang
kurang sensitif untuk mengkompensasi apabila terjadi trauma.Pada pasien muda hampir semua
menujukan gejala takikardia untuk mengkompensasi apabila terjadi hipovolemia atau shock, tetapi pada
pasien lansia bisa tidak terjadi mekanisme kompensi dengan menaikan heart rate. Perubahan paru akibat
dari proses penuaan mengakibatkan hilangnya elastisitas dinding dada dan paru-paru. Penurunan alveolar
dapat menyebabkan penurunan difusi sehingga sangat tergantung pada tergantung pada tekanan oksigen
arteri.Penurunan kapasitas vital, volume ekspirasi paksa, dan cadangan fungsional sehingga perlu
pertimbangan khusus dalam pengelolaan ventilasi pada pasien lansia dengan trauma (Aschkenasy &
Rothenous, 2006).
C. Trauma
1. Definisi
Trauma adalah cedera fisik dan psikis, kekerasan yang mengakibatkan cedera (Sjamsuhidajat,
1997).Pada usila lanjut penyebab utamanya adalah karena jatuh (fall), lebih kurang terjadi pada 40%
usila. Sepuluh persen dari jatuh tersebut terjadi cedera berat dan 50% diantaranya terjadi fraktur.
Penyebab dari jatuh dengan trauma berat perlu ditelusuri lebih lanjut dan biasanya karena
kombinasi dari perubahan-perubahan yang terjadi pada proses menua. Misalnya turunnya daya
propriosepsi dan kelemahan otot yang sudah terjadi, dengan penyakit seperti parkinson, struke dan
penglihatan kabur. Begitu juga efek obat-obatan seperti vasodilator, anti depresi. Pengaruh lingkungan
seperti cahaya kurang, lantai licin, juga perlu dipertanyakan. Karena itu dalam melakukan anamnesis
pada kasus jatuh, perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
Contoh kasus
A. PENGKAJIAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Hindu
Tanggal Masuk RS : 12 Mei 2021, pukul 08.00 WITA
Alasan Masuk : Pasien mengalami penurunan kesadaran akibat kecelakaan
lalu lintas
Diagnosa Medis : CKS + SAH + Edema Serebri
Initial survey:
A (alertness) :
V (verbal) :
P (pain) :
U (unrespons) :
Warna triase
: P1 P2
P3 P4 P5
SURVEY PRIMER DAN RESUSITASI
AIRWAY DAN KONTROL SERVIKAL
BREATHING
1. Fungsi pernafasan
Jenis Pernafasan : Takipnea
Frekwensi Pernafasan : 25x/menit
Retraksi Otot bantu nafas : Ada
Kelainan dinding thoraks : Tidak ada kelainan, pergerakan dinding thorax simetris
Bunyi nafas : Vesikuler
Hembusan nafas : Dangkal
CIRCULATION
1. Keadaan sirkulasi
Tingkat kesadaran : Somnolen (E3V2M5)
Perdarahan (internal/eksternal) : Ada pada kepala bagian belakang
Kapilari Refill : < 2 detik
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Nadi radial/carotis : 88x/menit
Akral perifer : Hangat
DISABILITY
1. Pemeriksaan Neurologis:
GCS : (E3V2M5) 10
Reflex fisiologis : Terganggu
Reflex patologis : Tidak ada
Kekuatan otot : 3333 3333
3333 3333
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. RKD
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes mellitus dan
alergi.
b. RKS
Pasien datang dengan keluhan penurunan kesadaran setelah mengalami kecelakaan
lalu lintas sepeda motor tanggal 12 Mei 2021. Pasien dikatakan mengendarai sepeda
motor dan bertabrakan dengan pengendara motor lainnya. Setelah kejadian pasien
dikatakan sempat muntah – muntah namun tidak ada yang tahu jelas kejadian dan
keluhan yang dialami pasin. Saat ini kontak tidak adekuat dan pasien sempat
mengalami kejang. Keluhan sesak, demam, batuk sebelumnya disangkal. Riwayat
penggunaan alkohol tidak jelas. TD : 110/60 mmHg, S : 36 0C , RR : 25x/menit.
Diagnosa medis saat ini CKS.
c. RKK
Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang memiliki penyakit
keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, dll
A. Simpulan
Penatalaksanaan pasien lansia dengan trauma pada prinsipnya dalah
sama dengan dewasa yang meliputi airway, breating, circulasi. Akan tetapi
ada halhal yang harus diperhatikan oleh perawat terkait dengan proses
penuan. Proses penuan mengakibatkan penurunan berbagai fungsi organ
sehingga penaganannya harus lebih intensif dari pada pasien yang lebih muda
pada trauma yang sama. Segera melakukan resusitasi secara cepat dan tepat
dapat menghasilkan outcome yang lebih baik dan menurunkan mortalitas dan
morbiditas pada pasien lansian dengan trauma.
B. Saran
Semoga makalah kami dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca
serta dapat menjadi referensi bagi pembaca, apabila ada kritik dan saran
dalam penyusunan makalah ini dapat disampaikan demi meningkatkan
kualitas penyusunan makalah berikutnya. Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
http://ojs.widyagamahusada.ac.id/index.php/JIK/article/download/168/120/
https://books.google.co.id/books?id=m4DCnlySI-
YC&sitesec=buy&hl=id&source=gbs_vpt_read
https://fdokumen.com/document/trauma-geriatri.html