Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

GANGGUAN PERILAKU DAN MENTAL : DELLIRIUM

Disusun Oleh:

No Nama NIM
1 Handa Tri Nurcahyo 18613229
2 Dinda Rizki Andini 18613183
3 Intan Pambudiasih 18613175
4 Dian Muntiasari 18613172
5 Wiwin Ambarwati 18613165
6 Ega Dwi Kurniasari 18613164
7 Fernanda Widya Pangastika 18613162
8 Kuraini Fingki Endra Cahyani 18613149

PRODI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah,


serta karunianya saya dapat menyelesaikan Makalah ini.

Makalah ini kami susun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Keperawatan Gerontik. Dengan segenap kerendahan hati tidak lupa saya

ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu

dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dengan segenap hati bahwa makalah ini masih jauh

dari sempurna, maka dari itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah kami yang akan datang.

Demikian atas perhatianya saya ucapkan terima kasih, semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Ponorogo, 23 Agustus 2020

Penyusun

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap gangguan kognitif dapat menyebabkan kebingungan,

misalnya berkurangnya kejelasan dan koherensi fikiran, persepsi,

pengertian, atau tindakan. Binggung merupakan gambaran pertama dan

gangguan kognitif yang diperhatikan oleh anggota keluarga atau

pemeriksa. Keadaan bingung akut adalah sindroma umum yang terdiri dari

gangguan global dari fungsi kognitif yang disertai dengan deficit perhatian

dan kesadaran. Gangguan kognitif biasanyameliput orientasi berubah,

persepsi abnormal, penalaran yang terganggu dan ingatan yang lemah.

Delirium adalah suatu keadaan mental yang abnormal yang

dicirikan oleh adanya disorientasi, ketakutan iritabilitas, salah

persepsiterhadap stimulasi sensorik dan sering kali disertai dengan

halusinasi visual. Tinggkah laku yang demikian biasanya menempatkan

penderita disuatu alam yang tak berhubungan dengan lingkunganya,

bahkan kadang pasien sulit mengenali dirinya sendiri. Biasanya delirium

menimbulkan delusi seperti alam mimpi yang kompleks, sistematis serta

secara psikologis tidak mungkin dicapai oleh pemeriksanya.

Penderita umumnya menjadi talkative, bicaranya keras, offensive,

curiga, agitatif. Keadaan ini timbulnya cepat dan jarang berlangsung

lebbih dari 4-7 hari namun salah persepsi dan halusinasinya dapat

berlangsung sampai beminggu-minggu terutama pada penderita alkoholik

atau penderita yang berkaitan dengan penyakit vaskuler kolagen. Keadaan

delirium biasanya tampil pada gangguan toksik dan metabolic susunan

sarat seperti keracunan atropine yang akut, sidroma putus obat, gagal hati

akut, ensefalitis, penyakit vaskuler kolagen.


Dalam delirium seseorang individu mengalami kesulitan dalam

menggerakkan, memusatkan, mengalihkan dan mempertahankan

perhatian. Beberapa simtom yang penting untuk diagnosis sebagai

delirium yaitu gangguan perseptual, pembicaraan tidak koheran, insomnia

atau mengantuk pada siang hari, aktivitas psikomotor meninggkat atau

menurun, dan disorientasi dan gangguan ingatan (Sarason & Sarason,

1993)

Delirium merupakan penyakit yang umum dan ditemukan pada

lebih dari 10% pasien berusia 65 tahun yang dirujuk ke rumah sakit.

Delirium dapat terjadi sebagai akibat kondisi otak yang akut atau kronis.

Ada empat penyebab delirium yaitu penyakit otak, penyakit atau infeksi

dari bagian tubuh lain yang mempengaruhi otak, intoksikasi, putus dari zat

yang menjadi ketergantungan individu. Kejadian delirium sangat tinggi

pada orang-orang yang sudah tua dantidak diketahui apa sebabnya mereka

mengalami delirium yang sangat tinggi selain hanya di ketahui bahwa

frekuensi penyakit otak organic dan penyakit sistemik meningkat usia tua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan delirium ?

2. Bagaimana etiologi delirium ?

3. Bagaimana patofisiologi delirium ?

4. Bagaimana manifestasi klinis delirium ?

5. Bagaimana periksaan diagnostic delirium ?

6. Bagaimana penatalaksaan dan prognosis dari delirium ?

7. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien delirium ?


1.3 Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien

dengan delirium

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui dan memahami definisi delirium

2. Mengetahui dan memahami etiologi delirium

3. Mengetahui dan memahami patofisiologi delirium

4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis delirium

5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic delirium

6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan dan prognosis

delirium

7. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien

delirium

1.4 Manfaat

1. Mahasiswa mengetahui definisi delirium

2. Mahasiswa mengetahui etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

pemeriksaan diagnostic, dan penatalaksanaan, serta prognosis dari

delirium

3. Mahasiswa mengetahui dan mampu menerapkan asuhan

keperawatan pada klien dengan delirium


BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Delirium

Delirium adalah suatu gangguan organik global, dan sementara dari fungsi

saraf pusat yang menyebabkan gangguan kesadaran dan perhatian (Allison

dkk,2004 dalam Septian,2005). Istilah ini sama dengan keadaan bingung akut

secara tegas. Biasanya terjadi dalam waktu yang singkat, kadang – kadang

tidak lebih dari beberapa jam dan berfluktuasi atau berubah sepanjang hari.

Dalam hal ini pasien sulit memberikan perhatian, mudah berdistraksi,

disorientasi atau halusinasi.

2.2 Etiologi Delirium

a. Faktor predisposisi:

1) Demenisa

2) Obat- obatan multiple

3) Umur lanjut

4) Kecelakaan otak seperti stroke, penyakit parkinson

5) Gangguan penglihatan dan pendengaran

6) Ketidakmampuan fungsional

b. Faktor presipitasi

1) Medikasi

2) Penyakit:

a. Infeksi

b. Metabolik
c. Kelainan SSP

d. Perubahan lingkungan

e. Penurunan rangsang sensoris

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Penyebab bisa berasal

dari penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik, intoksikasi akut, dan

zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem saraf pusat,

misalnya gagal ginjal, dan hati.

Penyebab delirium :

1. Penyebab intrakranial:

Epilepsi dan keadaan paksa kejang, trauma otak

2. Penyebab ekstraktrakanial:

Obat – obatan :

- Obat antikolinergik

- Simetidin

- Insulin

- Opiat

- Klonidin

Racun :

- Karbon monoksida

- Logam berat dan racun industri lain

2.3 Patofisiologi Delirium

Mekanisme penyebab delerium masih belum di pahami secara

seutuhnya. Delerium menyebabkan variasi yang luas terhadap gangguan


structural dan fisiologik. Neuropatologi dari delerium telah dipelajari pada

pasien dengan hepatic encephalopathy dan pada pasien dengan putus alcohol.

Hipotesis utama yaitu gangguan metabolisme oksidatif yang reversibel dan

abnormalitas dari multipel neurotransmiter.

Neurotransmiter utama yang berperan terhadap timbulnya delirium

adalah asetilkolin dan daerah neuroanatomis utama adalah farmasio

retikularis. Beberapa penelitian telah melaporkan bahwa berbagai faktor yang

meninduksi delerium diatas menyebabkan penurunan aktivitas aseltikolin di

otak. Mekanisme patofisiologi lain khsusnya berkenan dengan putus

zat/alkohol adlah hiperaktivitas lokus sereleus dan neuron non adrenergiknya

neurotranmiter lain yang juga berperan adalah serotonin dan glutamat

2.4 Manisfestasi Klinis Delirium

a. Gejala gejala utama

1) Kesadaran berkabut

2) Hipersensitivitas terhadap cahaya dan suara

3) Kesulitan mempertahankan atau mengalihkan perhatian

4) Disorietasi

5) Ilusi

6) Halusinasi

7) Perubahan kesadaran yang berfluktuasi

b. Gejala neurologis

1) Disfasia

2) Disartria

3) Tremor
4) Astriksis pada ensefalopati hepatikum dan uremia

5) Kelainan motorik

2.5 Pemeriksaan Delirium

Ada beberapa kriteria pemeriksaan diganostik pada pasien Delirium

berdasarkan penyebabnya seperti :

1. Kemampuan terbatasa untuk daya perhatian terhadap rangsanagn dari luar

seperti pertanyaan yang harus diulang karena daya perhatiannya melantur)

2. Alam pikiran yang kacau (cara berbicara yang ngawur dan tidak jelas)

3. Kesadaran menurun

4. Gangguan persepsi : halusinasi

5. Gangguan sikulus tidur seperti insomnia

6. Disorientasi terhadap waktu, tempat, dan orang

7. Gangguan daya ingat (tidak mampu mengingat materi baru)

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pasien dlirium adalah :

a. Anamnesa terutama riwayat medis menyeluruh termasuk obat-obatan

b. Pemeriksaan fisik menyeluruh

c. Pemeriksaan neurologis seperti status mintal, tes perasaan (sensasi), fungsi

motorik, fungsi kognitif (tingkat kesadaran, kemampuan bahasa, memori,

apraksia, agnosia dan gangguan citra tubuh)

Pemeriksaan penunjang

a. Uji darah

Memeriksa adanya komplikasi fisik akibat gangguan psikiatri untuk

menemukan gangguan metabolik dan pemeriksaan darah lengkap, urea dan


elektrolit, ujing fungsi tiroid, uji fungsi hati, kadar vitamin B12 dan asam

folat. Serologi sifilis.

b. Uji urin

Untuk memeriksa adanya penggunaan zat psikoaktif

c. EEG (Elektroensefaologram)

d. X-ray dada

e. CT Scan kepala

f. MRI scan kepala

g. Analisis ciran serebrospinal (CSF)

h. Uji Genetik

Pemeriksaan penggolongan kariotipe untuk memastikan adanya kelaiann

kromosom, berguna untuk menyelidiki orang dengan retardasi metal

2.6 Penatalaksanaan dan Prognosis Delirium

a. Penatalaksanaan

Tujuan utama untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan

delirium, tujuan utama yaitu memberikan bantuan fisik, sensorik dan

lingkungan. 2 gejala delirium yang memerlukan pengobatan adalah

psikologis dan insomnia. obat yang terpilih untuk psikosis adalah

haloperidol (Haldol) obat antipsikosis dosis awal 2-10mg IM. Diulang

dalam 1 jam jika pasien tetap teragitasi. Dosis harian efektif total

haloperidol 5-50mg.

Selain itu penatalksanaan pasien delirium yaitu :

1) Pengobatan etiologik harus sedini mungkin agar tidak terjadi kerusakan

otak yang menetap


2) Perdaran darah harus diperhatikan (nadi, jantung, tekanan darah)

3) Pemberian cairan harus cukup agar tidak dehidrasi

b. Prognosis

Delirium merupakan kondisi dimana kondisi sementara apabila

penyebab dasar delirium bisa diatasi. Beberapa kasus yang terjadi

penyebab delirium adalah cedera kepala atau ensefalitis yang

mengakibatkan pasien mengalami gangguan kognitif, perilaku, emosional

bahkan ketika penyebab delirium sudah diatasi. Semakin tua pasien maka

semakin lama waktu yang dibtuhkan untuk penyembuhan. Biasanya saat

sudah mereda pasien akan mengatakan bahwa kondisi yang dialaminya

karena mimpi buruk dan pasien akan tidak mengingat secara jelas atau

samar-samar.

2.7 Asuhan Keperawatan Delirium

I. Pengkajian

1. Identitas

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan dan alamat.

2. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan sebab utama yang menyebabkan klien

datang berobat (menurut klien dan atau keluarga). Gejala utama adalah

kesadaran menurun.

3. Riwayat

Karena penyebab delirium sering terkait dengan penyakit medis,

alkohol, atau obat lain, perawat perlu mendapatkan riwayat keseluruhan


area ini. Perawat mungkin perlu mendapatkan informasi dari anggota

keluarga jika kemampuan klien untuk memberikan data terganggu.

4. Faktor predisposisi

Menemukan gangguan jiwa yang ada sebagai dasar pembuatan

diagnosis serta menentukan tingkat gangguan serta menggambarkan

struktur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan riwayat dan

perkembangan gangguan jiwa yang terdapat. Dari gejala-gejala

psikiatrik tidak dapat diketahui etiologi penyakit badaniah itu, tetapi

perlu dilakukan pemeriksaan intern dan nerologik yang teliti. Gejala

tersebut lebih ditentukan oleh keadaan jiwa premorbidnya, mekanisme

pembelaan psikologiknya, keadaan psikososial, sifat bantuan dari

keluarga, teman dan petugas kesehatan, struktur sosial serta ciri-ciri

kebudayaan sekelilingnya. Gangguan jiwa yang psikotik atau

nonpsikotik yang disebabkan oleh gangguan jaringan fungsi otak.

Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit

badaniah yang terutama mengenai otak (meningoensephalitis, gangguan

pembuluh darah otak, tumor otak dan sebagainya) atau yang terutama di

luar otak atau tengkorak (tifus, endometriasis, payah jantung, toxemia

kehamilan, intoksikasi dan sebagainya).

5. Fisik

Kesadaran yang menurun dan sesudahnya terdapat amnesia. Tensi

menurun, takikardia, febris, berat badan menurun karena nafsu makan

yang menurun dan tidak mau makan.

6. Psikososial
a. Genogram: minimal tiga generasi masalah yang terkait

1) Interaksi di dalam keluarga

2) Penentu kebijakan di dalam keluarga

b. Konsep diri

1) Gambaran diri, stressor yang menyebabkan berubahnya

gambaran diri karena proses patologik penyakit.

2) Identitas, bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan

individu.

3) Peran, transisi peran dapat dari sehat ke sakit, tidak sesuaian

antara satu peran dengan peran yang lain dan peran yang ragu

deman individu tidak tahun dengan jelas perannya, serta peran

berlebihan sementara tidak mempunyai kemampuan dan sumber

yang cukup.

4) Ideal diri, keinginan yang tidak sesuai dengan kenyataan dan

kemampuan yang ada.

5) Harga diri, ketidakmampuan dalam mencapai tujuan sehingga

klien merasa harga dirinya rendah karena kegagalannya.

c. Hubungan sosial

Perkembangan hubungan sosial yang tidak menyebabkan kegagalan

individu untuk belajar mempertahankan komunikasi dengan orang

lain, akibatnya klien cenderung memisahkan diri dari orang lain dan

hanya terlibat dengan pikirannya sendiri yang tidak memerlukan

kontrol orang lain. Keadaan ini menimbulkan kesepian, isolasi

sosial, hubungan dangkal dan tergantung.


d. Spiritual

Keyakinan klien terhadap agama dan keyakinannya masih kuat.

tetapi tidak atau kurang mampu dalam melaksanakan ibadahnya

sesuai dengan agama dan kepercayaannya.

e. Status mental

1) Penampilan

2) Pembicaraan

Bicara juga dapat dipengaruhi, yaitu menjadi kurang koheren

dan lebih sulit dimengerti ketika delirium memburuk. Klien

dapat mengulang-ulang satu topik atau bahasan, berbicara

melantur dan sulit untuk diikuti, atau mengalami logorea yang

cepat, terpaksa, dan biasanya lebih keras dari normal. Kadang-

kadang klien dapat berteriak atau menjerit, terutama pada malam

hari (Burney-Puckett, 1996).

f. Aktivitas motorik

Klien delirium sering mengalami gangguan perilaku psikomotor.

Klien mungkin gelisah dan hiperaktif, sering menarik-narik seprai

atau berupaya bangun dari tempat tidur secara mendadak dan tidak

terkoordinasi. Sebaliknya, klien dapat mengalami perilaku motorik

yang lambat, tampak lesu dan letargi dengan sedikit gerakan.

7. Alam perasaan dan afek

Klien delirium sering mengalami perubahan mood yang cepat dan tidak

dapat diperkirakan. rentang respons emosional yang luas mungkin

terjadi, seperti ansietas, takut, iritabilitas, marah, euforia, dan apati.


Perubahan mood dan emosi ini biasanya tidak terkait dengan

lingkungan klien. Ketika klien merasa sangat takut dan merasa

terancam, klien mungkin melawan untuk melindungi dirinya dari

bahaya yang dirasakan.

8. Persepsi

Halusinasi yang paling sering terjadi adalah halusinasi penglihatan:

klien melihat benda-benda yang tidak ada stimulusnya dalam realitas,

seperti malaikat atau gambaran yang mengerikan melayang di atas

tempat tidur. Ketika lebih mampu berpikir jernih, beberapa klien dapat

menyadari bahwa mereka mengalami mispersepsi sensori. Akan tetapi

klien lainnya benar-benar meyakini salah interpretasi mereka sebagai

hal yang benar dan tidak dapat diyakinkan hal yang sebaliknya.

9. Proses pikir

Proses pikir sering mengalami disorganisasi dan tidak masuk akal.

Pikiran juga dapat terpecah (tidak berkaitan dan tidak lengkap). Klien

juga dapat memperlihatkan pikiran waham yang meyakini bahwa

perubahan persepsi sensorinya adalah nyata.

10. Tingkat kesadaran

Tanda utama delirium dan sering kali tanda awal delirium adalah

perubahan tingkat kesadaran yang jarang stabil dan biasanya

berfluktuasi sepanjang hari. Klien biasanya terorientasi pada orang,

tetapi sering kali terdisorientasi terhadap waktu dan tempat. Klien

menunjukkan penurunan kesadaran terhadap lingkungan atau situasi

dan dapat berfokus pada stimulus yang tidak berkaitan, seperti warna
seprai atau ruangan. Klien juga mudah terdistraksi oleh suara, orang,

atau mispersepsi sensorinya.

11. Memori

Klien tidak dapat memfokuskan, mempertahankan atau mengubah

perhatiannya secara efektif, dan terdapat kerusakan memori yang baru

dan yang sangat baru (DSM-IV-TR,2000). Hal ini berarti bahwa

perawat harus menanyakan atau memberikan arahan secara berulang-

ulang; meskipun kemudian klien mungkin tidak mempu melakukan hal-

hal yang diminta.

12. Kemampuan penilaian

Penilaian klien mengalami gangguan. Klien sering tidak dapat

menyadari situasi yang potensial membahayakan dan tidak dapat

bertindak demi kepentingan terbaik mereka sendiri. Misalnya, klien

mungkin mencoba mencabut slang intravena atau keteter urine secara

berulang-ulang sehingga menyebabkan nyeri dan mengganggu terapi

yang penting.

13. Daya tilik diri

Daya tilik bergantung pada keparahan delirium. Klien yang mengalami

delirium ringan dapat mengenali bahwa ia bingung, sedang

mendapatkan terapi, dan mungkin akan sembuh. Akan tetapi, klien

yang mengalami delirium berat dapat tidak memiliki daya tilik dalam

situasi ini.

14. Kebutuhan klien sehari-hari

a. Tidur
Klien sukar tidur karena cemas, gelisah, berbaring atau duduk dan

gelisah . Kadang-kadang terbangun tengah malam dan sukar tidur

kembali. Tidurnya mungkin terganggu sepanjang malam, sehingga

tidak merasa segar di pagi hari.

b. Selera makan

Klien tidak mempunyai selera makan atau makannya hanya sedikit,

karena putus asa, merasa tidak berharga, aktivitas terbatas sehingga

bisa terjadi penurunan berat badan.

c. Eliminasi

Klien mungkin tergnaggu buang air kecilnya, kadang-kadang lebih

sering dari biasanya, karena sukar tidur dan stres. Kadang-kadang

dapat terjadi konstipasi, akibat terganggu pola makan.

d. Mekanisme koping

Apabila klien merasa tidak berhasil, kegagalan maka ia akan

menetralisir, mengingkari atau meniadakannya dengan

mengembangkan berbagai pola koping mekanisme. Ketidak

mampuan mengatasi secara konstruktif merupakan faktor penyebab

primer terbentuknya pola tiungkah laku patologis. Koping

mekanisme yang digunakan seseorang dalam keadaan delerium

adalah mengurangi kontak mata, memakai kata-kata yang cepat dan

keras (ngomel-ngomel) dan menutup diri.

II. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS :
Harga diri rendah Resiko tinggi men-
Keluarga mengatakan
Isolasi sosial : cederai diri, orang
bahwa klien kadang
menarik diri lain dan
melihat bayangan yang
Perubahan sensori lingkungan sekitar
mendekati dirinya di
persepsi  (halusinasi
setiap ruangan yang
penglihatan)
bercahaya minimal.
Disorganisasi dan

Keluarga kadang tidak masuk akal

memegangi klien dikala Meyakini bahwa

sedang gelisah dan tidak perubahan persepsi

enak duduk dan tidur sensorinya adalah

serta berkeinginan untuk nyata

melepaskan jarum infus Resiko tinggi men-

yang terpasang cederai diri, orang

lain dan lingkungan


DO :
sekitar

Klien ketika didekati

perawat mengatakan

bahwa ditempat

terpasangnya infus ada

kecoa yang hinggap.

Klien nampak gelisah,

berontak, ngomel-

ngomel, tidak enak


duduk dan tidak enak

tidur, mata merah

Kontak mata klien saat

bertatap muka kurang

dan kadang salah

mengucapkan namanya

bila diajak berkenalan

Terdapat luka lecet pada

daerah dahi dan pelipis

bekas garukan
DS :

Ketidakseimbanga
Keluarga mengatakan
n nutrisi kurang
sudah dua hari ini klien
Putus asa
dari kebutuhan
tidak mau makan dan
Merasa tidak berharga
tubuh
kalau mau hanya bisa
Tidak nafsu  makan
menghabiskan makan
Ketidakseimbangan
dua atau tiga suap nasi
nutrisi kurang dari
yang disajikan
kebutuhan tubuh

DO :

Berat badan menurun,

membran mukosa kering

dan terjadi kelemahan


DS :

Harga diri rendah Isolasi Sosial :


Keluarga mengatakan
Kegagalan Menarik Diri
klien kadang-kadang
mempertahankan
berbicara sendiri dengan
komunikasi dengan
nada yang agak keras
orang lain

Klien gelisah Isolasi Sosial :

Menarik Diri
DO :

Kurang rasa percaya

pada orang lain, sukar

berinteraksi dengan

orang lain, komunikasi

yang tidak realistik,

kontak mata yang

kurang.
DS :

Gangguan perilaku Defisit perawatan


Keluarga mengatakan
psikomotor (lesu dan diri
klien sudah dua hari
letargi dengan sedikit
belum mandi
gerakan)

Klien kadang-kadang Keterbatasan aktivitas

masih ngompol dan Kemauan perawatan

kadang bilang kalau kebersihan diri

ingin kencing dengan menurun


Penampilan tidak rapi
menggunakan pispot
Defisit perawatan diri

DO :

Kemauan yang

menurun, penampilan

kurang rapi dan muka

agak kusut

Celana nampak sedikit

basah
                          

III. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama untuk klien yang mengalami delirium adalah:

1) Resiko tinggi mencederai diri,orang lain dan lingkungan berhubungan

dengan halusinasi

2) Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri

3) Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem

pendukung yang tidak adekuat dan harga diri yang rendah

4) Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi aktifitas

5) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan

system pendukung yang tidak adekuat

IV. Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan halusinasi.

Diagnosa 2 : Perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan

menarik diri.

TUK : Dalam 2 minggu klien dapat mengenal tanda-tanda peningkatan

kegelisahan dan melaporkan pada perawat agar dapat diberikan

intervensi sesuai kebutuhan.

TUM : Klien tidak akan membahayakan diri, orang lain dan lingkungan

selama di rumah sakit.

INTERVENSI RASIONAL
1. Pertahankan agar lingkungan
Tingkat ansietas atau gelisah
klien pada tingkat stimulus yang rendah
akan meningkat dalam
(penyinaran rendah, sedikit orang,
lingkungan yang penuh
dekorasi yang sederhana dan tingakat
stimulus.
kebisingan yang rendah)

2. Ciptakan lingkungan psikososial : Lingkungan psikososial yang

a. Sikap perawat yang terapeutik akan menstimulasi

bersahabat, penuh perhatian, lembuh dan kemampuan perasaan

hangat. kenyataan.

b. Bina hubungan saling

percaya (menyapa klien dengan ramah,

memanggil nama klien, jujur , tepat janji,

empati dan menghargai).


c. Tunjukkan sikap perawat

yang  bertanggung jawab

Observasi ketat merupakan hal

yang penting, karena dengan

demikian intervensi yang tepat


3. Observasi secara ketat perilaku
dapat diberikan segera dan
klien (setiap 15 menit)
untuk selalu memastikan

bahwa kien berada dalam

keadaan aman
Klien perlu dikembangkan
4. Kembangkan orientasi kenyataan:
kemampuannya untuk menilai
a. Bantu kien untuk
realita secara adequat agar
mengenal persepsinya.
klien dapat beradaptasi dengan
b. Beri umpan balik tentang
lingkungan.Klien yang berada
perilaku klien tanpa menyokong atau
dalam keadaan gelisah,
membantah kondisinya.
bingung, klien tidak
c. Beri kesempatan untuk
menggunakan benda-benda
mengungkapkan persepsi dan daya
tersebut untuk membahayakan
orientasi
diri sendiri maupun orang lain.
5. Lindungi klien dan keluarga dari
Klien halusinasi pada faase
bahaya halusinasi:
berat tidak dapat  mengontrol
a. Kaji halusinasi klien
perilakunya. Lingkungan yang
b. Lakukan tindakan
aman dan pengawasan yang
pengawasan ketat, upayakan tidak
tepat dapat mencegah cedera.
melakukan pengikatan.
Klien yang sudah dapat
Tingkatkan peran serta keluarga
mengontrol halusinasinya
pada tiap tahap perawatan dan jelaskan
perlu sokongan keluarga untuk
prinsip-prinsip tindakan pada halusinasi.
mempertahnkannya.
Obat ini dipakai untuk
Berikan obat-obatan antipsikotik
mengendalikan psikosis dan
sesuai dengan program terapi (pantau
mengurangi tanda-tanda
keefektifan dan efek samping obat).
agitasi.

Diagnosa 3 : Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan

sistem pendukung yang tidak adekuat dan harga diri yang rendah

TUK : Klien siap masuk dalam terapi aktivitas ditemani oleh seorang

perawat yang dipercayai dalam 1 minggu

TUM : Klien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama klien

lainnya dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat inap.

INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan lingkungan terapeutik:

Lingkungan fisik dan psikososial


a. Bina hubungan saling percaya
yang terapeutik akan
(menyapa klien dengan ramah, 
menstimulasi kemmapuan klien
memanggil nama klien, jujur , tepat janji,
terhadap kenyataan.
empati dan menghargai).

b. Tunjukkan perawat yang

bertanggung jawab.

c. Tingkatkan kontak klien dengan


lingkungan sosial secara bertahap.

2. Perlihatkan penguatan positif pada

klien.
Hal ini akan membuat klien
Temani klien untuk memperlihatkan
merasa menjadi orang yang
dukungan selama aktivitas kelompok
berguna.
yang mungkin mnerupakan hal yang

sukar bagi klien.


Kesadaran diri yang meningkat
3. Orientasikan klien pada waktu,
dalam hubungannya dengan
tempat dan orang.
lingkungan waktu, tempat dan

orang.
Obat ini dipakai untuk
4. Berikan obat anti psikotik sesuai
mengendalikan psikosis dan
dengan program terapi.
mengurangi tanda-tanda agitasi

Diagnosa 4 : Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan intoleransi

aktifitas

TUK : Klien dapat mengatakan keinginan untuk melakukan kegiatan

hidup sehari-hari dalam 1 minggu

TUM : Klien ampu melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri

dan mendemosntrasikan suatu keinginan untuk melakukannya.


INTERVENSI RASIONAL
Dukung klien untuk
Keberhasilan menampilkan
melakukan kegiatan hidup sehari-
kemandirian dalam melakukan suatu
hari sesuai dengan tingkat
aktivitas akan meningkatkan harga
kemampuan kien.
diri.
Dukung kemandirian klien,
Kenyamanan dan keamanan klien
tetapi beri bantuan klien saat kurang
merupakan prioritas dalam
mampu melakukan beberapa
keperawatan.
kegiatan.

Penguatan positif akan


Berikan pengakuan dan
meningkatkan harga diri dan
penghargaan positif untuk
mendukung terjadinya pengulangan
kemampuan mandiri.
perilaku yang diharapkan.
Perlihatkan secara konkrit,
Karena berlaku pikiran yang
bagaimana melakukan kegiatan yang
konkrit, penjelasan harus diberikan
menurut kien sulit untuk
sesuai tingkat  pengetian yang nyata.
dilakukaknya.

Keamanan klien merupakan suatu


Jangan membiarkan klien
prioritas. Klien mungkin tidak
memikul tanggung jawab atas
mampu membedakan secara akurat
keputusan atau tindakan apabila klien
tindakan atau situasi yang potensial
dalam keadaan tidak aman.
membahayakan
Apabila diperlukan batasan Klien mempunyai hak untuk

perilaku atau tindakan klien, jelaskan mendapatkan informasi tentan

batasan, konsekuensi, dan alasannya restriksi dan alasan batasan yang


dengan jelas dalam batasan

kemampuan klien untuk


diperlukan
memahaminya.

Libatkan klien dalam


Kepatuhan terhadap terapi
membuat rencana atau keputusan
meningkat apabila klien terlibat
sesuai kemampuannya untuk
secara emosional didalamnya.
berpartisipasi.

Klien harus menyadari perilakunya


Berikan umpan balik faktual
sebelum klien dapat mengambil
terhadap mispersepsi, waham, atau
tindakan untuk memodivikasi
halusinasi klien
perilaku tersebut.
Ketika diberikan umpan balik

dengan cara yang tidak menghakimi,


Sampaikan kepada klien
klien dapat merasa perasaannya
dengan cara yang sesuai dengan
tervalidasi , sementara bahwa orang
fakta bahwa orang lain tidak terlibat
lain tidak berespon terhadap
dalam interpretasi klien.
stimulus yang sama dengan cara

yang sama.
10. Kaji klien setiap hari atau
Klien yang mengalami masalah
lebih sering apabila diperlukan untuk
organik cenderung sering
mengetahui tingkat fungsinya
mengalami fluktuasi kemampuan.
11. Izinkan klien untuk
Pengambilan keputusan mening-
mengambil keputusan sesuai dengan
katkan partisipasi, kemandirian, dan
kemampuannya.
harga diri klien.
12. Bantu klien untuk menyusun Aktivitas yang rutin atau yang
menjadi kebiasaan klien yang tidak
kegiatan rutin harian, yang
membutuhkan keputusan yang terus-
mencangkup hygiene, aktivitas, dsb.
menerus tentang apakah melakukan

tugas tertentu atau tidak.

Diagnosa 5 : Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan

dengan system pendukung yang tidak adekuat

TUK : Klien dapat mencapai berat badan normal

Hasil laboratorium elektrolit serum klien akan kembali dalam batas

normal dalam 1 minggu.

TUM : Klien tidak memperlihatkan tanda-tanda /gejala malnutrisi saat

pulang.

INTERVENSI RASIONAL
Informasi ini penting untuk
1. Monitor masukan, haluaran dan
membuat pengkajian nutrisi yang
jumlah kalori sesuai kebutuhan.
akurat dan mempertahankan

keamanan klien.
Kehilangan berat badan merupakan
2. Timbang berat badan setiap pagi
informasi penting untuk mengethui
sebelum bangun
perkembangan status nutrisi klien.
3. Jelaskan pentingnya nutrisi yang Klien mungkin tidak memiliki

cukup bagi kesehatan dan proses pengetahuan yang cukup atau akurat

penyembuhan. berkenaan dengan kontribusi nutrisi


yang baik untuk kesehatan.
Kolaborasi :
4. Kolaborasi

a. Klien lebih suka menghabiskan


a. Dengan ahli gizi untuk menyediakan
makan yang disukai oleh klien.
makanan dalam porsi yang cukup sesuai
b. Cairan infus diberikan pada
dengan kebutuhan.
klien yang tidak, kurang dalam
b. Pemberian cairan perparenteral (IV-
mengintake makanan.
line)
c. Serum elektrolit yang normal
c. Pantau hasil laboraotirum (serum
menunjukkan adanya homestasis dalam
elektrolit)
tubuh.

5. Sertakan keluarga dalam memnuhi


Perawat bersama keluarga harus
kebutuhan sehari-hari (makan dan
memperhatikan pemenuhan
kebutuhan fisiologis lainnya)
kebutuhan secara adekuat.

Menurut Sheila L. Videbeck (2008) pada pasien delirium selain

dibutuhkan intervensi seperti demikian juga dibutuhkan penyuluhan kepada klien

atau keluarga antara lain:

1) Pantau kondisi kesehatan kronis secara cermat

2) Kunjungi dokter secara teratur

3) Beritahukan semua dokter dan pemberi perawatan kesehatan tentang obat-

obat yang digunakan termasuk obat bebas, suplemen diet, dan sediaan

herbal.

4) Periksa ke dokter sebelum menggunakan obat yang tidak diresepkan.

5) Hindari penggunaan alkohol dan obat penenang.


6) Pertahankan diet yang bergizi

7) Tidur yang cukup

8) Gunakan tindakan kewaspadaan keamanan ketika bekerja dengan pelarut

cair, insektisida dan produk serupa.

V. Evaluasi

Keberhasilan terapi penyebab yang mendasari delirium biasanya

mengembalikan klien ke tingkat fungsi sebelumnya .klien dan pemberi

perawatan atau keluarga perlu memahami praktik perawatan kesehatan yang

penting untuk mencegah rekurensi delirium. Hal ini dapat mencakup

pemantauan kondisi kesehatan yang kronis, penggunaan obat- obatan dengan

cermat atau berhenti menggunakan alkohol dan obat lain.

Hasil terapi untuk klien yang mengalami delirium dapat mencakup:

1) Klien akan bebas dari cedera.

2) Klien akan menunjukkan peningkatan orientasi  dan kontak realitas.

3) Klien akan mempertahankan keseimbangan aktifitas dan istirahat yang

adekuat.

4) Klien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi yang

adekuat.

5) Klien akan kembali ke tingkat fungsi optimalnya Aggraini, (2014 ).


BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Delirium adalah gangguan kognitif dan kesadaran dengan onset

akut. Dengan onset yang mendadak dan durasi yang pendek, delirium

terjadi dari jam sampai hari dan berfluktiatif. Delirium dapat disebabkan

oleh berbagai penyakit susunan saraf pusat, penyakit sistemik,

intoksikasiakut (reaksi putus otak) dan zat toksik.

Delirium hamper selalu merupakan kondisi sementara yang

sembuh apabila penyebab yang mendasarinya berhasil diatasi. Akan tetapi,

pada beberapa kasus yang penyebab deliriumnya, seperti cedera kepala

ensefalitis, dapat menyebabkan klien mengalami gangguan kognitif,

perilaku, atau emosional, bahkan setelah penyebab yang mendasarinya

diatasi.

3.2 Saran

Penulis menyarankan agar perawat mampu mmeberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan kognitif terutama delirium

dengan baikb sehingga klien mampu berinteraksi dengan lingkungan

sekitar. Perawat juga mampu memberikan hubungan saling percaya

kepada klien (pasien dan keluarga) sehingga memudahkan tercapainya

asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan kognitif.


DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/84f792be708bd93a0e18dd

e1c592ca79.pdf

https://www.academia.edu/9346216/delirium

https://id.scribd.com/doc/138889830/Makalah-Delirium-a11

https://www.academia.edu/36355630/Asuhan_Keperawatan_Pada_Lansia_Dengan

_Gangguan_Delirium

Anda mungkin juga menyukai