Anda di halaman 1dari 10

FOTMAT RESUM

RESUM ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TN. A DENGAN

(IMA) INFARK MIOKARD AKUT

Nama Mahasiswa : Devi Octavia

NIM : 18613150

Tanggal pengkajian : 5 Oktober 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama / Inisial : Tn. A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 65 tahun
No. Ruangan : Kelas III. A
Alamat :Kota P
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Tanggal MRS :5 Oktober 2020
Diagnosa Medis : (IMA) Infark Miokard Akut
II. KELUHAN UTAMA
Saat masuk MRS : keluarga pasien mengatakan keluhan nyeri dada

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada tanggal 5 oktober 2020 keluarga pasien mengatakan pasien merasakan nyeri dada,
dada seperti tertekan dan terbakar, nyeri seringkali menjalar hingga ke leher, bahu,
rahang dan lengan kiri. Hasil pemeriksaan didapatkan pasien tampak gelisah, kondisi
lemah dan tanda-tanda vital didapatkan, TD : 150/70 mmHg, N: 87 x/menit, RR : 32
x/menit, Suhu : 37 oC

IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien mengatakan pernah dirawat di RS pada bulan Juni 2020

V. PEMERIKSAAN FISIK FOKUS


1. Keadaan Umum
Keadaan umum lemah, kesadaran composmetris
TTV :
TD : 150/70 mmHg
N : 87 x/menit
RR : 32 x/menit
Suhu : 37 oC

2. ANALISA DATA
Nama : Tn. A
Umur : 65 tahun

No Tanggal Data Penyebab Masalah


1. 5 Oktober Ds : Pasien Agen pencedera Nyeri akut
2020 Jam mengatakan nyeri fisiologis
15.00 dada, dada seperti
tertekan dan terbakar,
nyeri seringkali
menjalar hingga leher,
bahu rahang dan
lengan kiri.

Do : Keadaan pasien
lemah composmentis
dengan TTV :
TD : 150/70 mmHg
N : 87 x/ menit
RR : 32 x/menit
Suhu : 37oC

2. 5 Oktober Ds : Pasien Ketidakseimbangan Intolerensi aktivitas


2020 jam mengatakan nyeri antara suplai dan
21.00 dada, dada seperti kebutuhan oksigen
tertekan dan terbakar,
nyeri seringkali
menjalar hingga leher,
bahu rahang dan
lengan kiri.

Do : Keadaan pasien
lemah composmentis
dengan TTV :
TD : 150/70 mmHg
N : 87 x/ menit
RR : 32 x/menit
Suhu : 37oC
3. 05 Oktober Ds : Pasien Perubahan frekuensi Resiko penurunan
2020 jam mengatakan nyeri jantung curah jantung
07.00 dada, dada seperti
tertekan dan terbakar,
nyeri seringkali
menjalar hingga leher,
bahu rahang dan
lengan kiri.

Do : Keadaan pasien
lemah composmentis
dengan TTV :
TD : 150/70 mmHg
N : 87 x/ menit
RR : 32 x/menit
Suhu : 37oC

VI. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNCUL


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera Fisiologis (iskemia).
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung

VII. RENCANA ASUHA KEPERAWATAN


Nama : Tn. A
Umur : 65 tahun

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi TTD


Keperawatan Kriteria Hasil (SIKI)
(SIKI)
1. Nyeri akut Setelah Manajemen nyeri
Definisi : dilakukan Definisi :
pengalaman sensorik tindakan Mengidentifikasi dan
atau emosional yang Kriteria mengelola pengalaman
berkaitan dengan hasil : sensorik atau
kerusakan jaringan 1.kemampuan emosional yang
actual atau menuntaskan berkaitan dengan
fungsional, dengan aktivitas kerusakan jaringan
onset mendadak atau menurun atau fungsional dengan
lambat dan 2. keluhan onset mendadak atau
berintensitas ringan nyeri lambat dan
hingga berat yang menurun berintensitas ringan
berlangung kurang 3. gelisah hingga berat
dari 3 bulan. menurun Tindakan
4. berfokus Observasi :
Penyebab : pada diri 1. identifikasi lokasi,
1. agen pencedera sendiri karakteristik, durasi ,
fisiologis menurun frekuensi, kualitas,
2. agen pencedera 5. perineum intensitas nyeri
kimiawi merasa 2. identifikasi skala
3. agen pencedera tertekan nyeri
fisik menurun 3. identifikasi respon
6. anoreksia nyeri non verbal
Gejala dan Tanda menurun 4. Identifikasi faktor
Mayor 7. perasaan yang memperberat dan
Subjektif : takut memperingan nyeri
1. mengeluh nyeri mengalami 5. identifikasi
Objektif cedera pengetahuan dan
1. tampak meringis berulang keyakinan teentang
2. bersikap propektif menurun nyeri
3. gelisah 6. identifikasi
4. frekuensi nadi pengaruh budaya
mningkat terhadap respon nyeri
5. sulit tidur 7. identifikasi
pengaruh nyeri pada
Gejala dan tanda kualitas hidup
Mayor 8. monitor
Sunjektif keberhasilan terapi
Tidak tersedia terapi komplementer
Objektif yang sudah diberikan
1. tekanan darah 9. monitor efek
meningkat samping penggunaan
2. pola napas analgesic
berubah Terapeutik :
3. nafsu makan 1. Berikan teknik
berubah nonfarmakologis untuk
4. proses berfikir mengurngi rasa nyeri
terganggu (kompres hangat)
5. menarik diri 2. Kontrol lingkungan
6. berfokus pada diri yang memperberat rasa
sendiri nyeri (mis.suhu
7. diaphoresis ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitas istirahat
tidur
4. Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri
Edukasi :
1.Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.
2. Intoleransi aktivitas 1. kemudahan Perawatan
Definisi : dalam Inkontinensia Urin
Ketidakcukupan melakukan Definisi :
energi untuk aktivitas Mengidentifikasi dan
melakukan aktivitas sehari-hari merawat pasien yang
sehari – hari meningkat mengalami
2. kecepatan pengeluaran urine
Penyebab : berjalan secara involuenter
1.ketidakseimbangan meningkat (tidak disadari)
antara suplai dan 3.kekuatan Tindakan :
kebutuhan oksigen tubh bagian Observasi
2. tirah baring atas 1.identifikasi penyebab
3. kelemahan meningkat inkontinensia urin
4. imobilitas 4.kekuatan (mis. Disfungsi
5. gaya hidup bagian bawah neurologis, gangguan
monoton meningkat medulla sspinalis,
5.keluhan ganggun reflex
Gejala dan Tanda lelah destrusor, obat-obatan,
Mayor menurun usia, riwayat operasi,
Subyektif 6.perasaan gangguan fungsi
Mengeluh lelah lemah kognitif)
Obyektif menurun 2. identifikasi perasaan
Frekuensi jantung 7.aritmia saat dan persepsi pasien
meningkat >20% aktivitas terhadap inkontinensia
dari kondisi istirahat menurun urin yang dialaminya
8.warna kulit 3. monitor keefektifan
Gejala dan tanda membaik obat, pembedahan dan
Minor 9.tekanan terapi modalitas
Subyektif darah berkemih
1. Dispnea membaik 4. monitor kebiasaan
saat/setelah aktivitas 10.frekuensi BAK
2. Merasa tidak napas Terapeutik
nyaman setelah membaik 1.bersihkan genetal
beraktifitas 11. EKG dan kulit sekitar secara
3. Merasa lemah iskemia rutin
Objektif membaik 2.berikan pujian atas
1. Tekanan darah keberhasilaan
berubah >20% dari mencegahinkontinensia
kondisi istirahat 3.buat jadwal
2. Gambaran EKG konsumsi obat-obat
menunjukkan deuretik
aritmia saat/setelah 4. ambol sampel urin
aktifitas unuk pemeriksaan urin
3. Gambaran EKG lengkap atau kultur
menunjukkan Edukasi
iskemia 1.jelaskan definisi,
4. Sianosis jenis inkontinensis,
penyebab
inkontinensia urin
2. jelaskan progam
penanganan
inkontinensia urin
3.jelaskan jenis
pakaian dan
lingkungan yang
mendukung proses
berkemih
4. anjurkan membatasi
konsumsi cairan2-3
jam menjelang tidur
5. ajarkan memantau
cairan keluar dan
masuk serta pola
eliminasi urin
Anjurkan menghindari
kopi, minuman
bersoda, the dan
cokelat
6.anjurkan konsumsi
buah dan sayur
menghindari konstipasi
Kolaborasi
Rujuk k ahli
inkontinensia, jika
perlu
3. Risiko penurunan 1.kekuatan Perawatan jantung
curah jantung nadi perifer akut
Definisisi : meningkat Definisi :
Beresiko mengalami 2.palpitasi Mengidentifikasikan
pemompaan jantung menurun dan mengelola pasien
yang tidak adekuat 3.brakikardia yang baru mengalami
untuk memenuhi menurun episode
kebutuhan 4.trakikardia ketidakseimbangan
metabolisme tubuh menurun antara ketersediaan dan
5.gambaran kebutuhan oksegen
Faktor resiko : EKG aritmia miokard
1. Perubahan menurun Tindakan :
afterload 6.lelah Observasi
2. Perubahan menurun 1.identifikasi
frekuensi jantung 7.edea karakteristik nyeri
3. Perubahan menurun dada(meliputi faktor
kontraktilitas 8.batuk pemicu dan pereda,
4. Perubahan irama meurun kualitas,lokasi,radasi,
jantung 9. murmur skala, durasi, dan
5. Perubahan preload jantung frekuensi)
menurun 2.Monitor EKG 12
10.berat bada sadaapaan untuk
menurun perubahaan ST dan T
11.tekanan 3. monitor aritmia
darah (kelainan irama dan
membaik frekuensi)
12.CRT 4.monitor saturasi
membaik oksigen
Terapeutik
1.pertahankan tirah
baring minimal 12 jam
2.pasang akses
intravena
3. puasakan hingga
bebas nyeri
4. berikan terapi
relaksasi untuk
mengurangi ansietas
dan stress
5. sediakan lingkungan
yang kondusif untuk
beristirahat dan
pemulihan
6. siapkan menjalani
intervensi coroner
perkutan, jika perlu
7. berikan dukungan
emosional dan spiritual
Edukasi :
1.anjurkan segera
melaporkan nyeri dada
2. anjurkan
menghindari manuver
valsava(mis.
Mengedan saat BAB
atau baatuk)
3.jelaskan tindakan
yang dijaalani pasien
4. ajarkan teknik
menurunkan
kecemasan dan
ketakutan
Kolaborasi
1.kolaborasi pemberian
antiplatelet, jika perlu
2. kolaborasi
pemberian antiangina
3.kolaborasi pemberian
morvin jika prlu
4.kolaborasi pemberian
inotropic, jika perlu
STANDAR OPERASIONAL PROSUDUR ( SOP)
KOMPRES HANGAT

 I.  Pengertian 
Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan
menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang
memerlukan. Pemberian kompres dilakukan pada radang persendian, kekejangan otot, perut
kembung, dan kedinginan.

II.  Tujuan
1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat,nyaman dan tenang pada klien
5. Memperlancar pengeluaran eksudat
6. Merangsang peristaltik usus

III. Indikasi
1. Klien yang kedinginan(suhu tubuh yang rendah)
2. Klien dengan perut kembung
3. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
4. Sepasme otot
5. Adanya abses, hematoma

IV. Alat dan Bahan


1. Larutan kompres berupa air hangat 40° dalam wadah (kom)
2. Handuk / kain / washlap untuk kompres
3. Handuk pengering
4. Sarung tangan
5. Termometer
V. Prosedur Tindakan
1. Beri tahu klien, dan siapkan alat, klien, dan lingkungan
2. Cuci tangan/pakain sarung tangan
3. Ukur suhu tubuh
4. Basahi kain pengompres dengan air, peras kain sehingga tidak terlalu basah
5. Letakkan kain pada daerah yang akan dikompres (dahi, ketiak, perut, leher, bagian
belakang)
6. Tutup kain kompres dengan handuk kering
7. Apabila kain telah kering atau suhu kain relatif menjadi dingin, masukkan kembali kain
kompres ke dalam cairan kompres dan letakkan kembali di daerah kompres, lakukan
berulang-ulang hingga efek yang diinginkan dicapai
8. Evaluasi hasil dengan mengukur suhu tubuh klien setelah 20 menit
9. Setelah selesai, keringkan daerah kompres atau bagian tubuh yang basah dan rapikan alat
10. Cuci tangan
VI. Evaluasi
1. Respon klien
2. Alat kompres terpasang dengan benar
3. Suhu tubuh klien membaik
VII. Dokumentasi
1. Waktu pelaksanaan
2. Catat hasil dokumentasi setiap tindakan yang dilakukan dan di evaluasi
3. Nama perawat yang melaksanakan

Anda mungkin juga menyukai