DEMONSTRASI Spiritual Niw
DEMONSTRASI Spiritual Niw
Dosen Pembimbing :
Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Nama Kelompok :
Fitriatussa’dah 1114200663
TAHUN 2022/202
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Dialah satu-satunya dzat yang memberikan perlindungan dunia akhirat kelak. Dialah
sesungguhnya maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
Latar belakang..................................................................................................................................5
Rumusan masalah…........................................................................................................................6
Tujuan...............................................................................................................................................6
Tujuan Umum..................................................................................................................6
Tujuan Khusus.................................................................................................................6
Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................8
Konsep Spiritual dan kultural.........................................................................................................8
Pengertian spiritual..........................................................................................................8
Fungsi Spiritual pada penderita HIV/AIDS.....................................................................9
Gambaran Kebutuhan Spiritual Pada Pasien HIV/AIDS...............................................10
Konsep HIV/AIDS........................................................................................................................12
pengertian HIV/AIDS....................................................................................................12
etiologi...........................................................................................................................13
patofisiologi...................................................................................................................13
Penularan HIV/AIDS.....................................................................................................14
Gejala HIV/AIDS.........................................................................................................15
Diagnosis.......................................................................................................................16
pengobatan HIV/AIDS..................................................................................................17
Konsep long term care..................................................................................................................17
pengertian......................................................................................................................17
Tujuan long team care...................................................................................................18
Pengkajian Spitual Dengan Metode Faith.....................................................................18
BAB III.................................................................................................................................20
Role play...............................................................................................................................20
BAB IV.................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................26
Kesimpulan....................................................................................................................................26
Saran...............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sejauh ini HIV/AIDS telah memakan korban lebih dari 12 juta jiwa, namun dengan
meningkatnya akses pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan HIV/AIDS yang
efektif untuk infeksi HIV telah menjadi kondisi kesehatan kronis yang dapat dikelola
dan memungkinkan orang yang hidup dengan HIV terus menjalani hidup yang panjang
dan sehat. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yaitu merupakan salah satu masalah
darurat global di negara maju ataupun negara berkembang. Penyakit HIV sendiri dapat
menyerang sistem imun/kekebalan tubuh yang mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga penyakit-penyakit infeksi dan ganas dapat dengan mudah masuk ke
dalam tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Bagi setiap orang yang sudah
didiagnosa positif mengidap HIV dan AIDS sering disebut sebagai ODHA. Populasi
dari WHO (2019) terdapat penyebab penularan HIV/AIDS tersebut berasal dari
pemakaian jarum suntik dan seks bebas yang terdapat dikalangan remaja terutama
hubungan sesama jenis (W HO Data and statistics, 2019; Tanjung 2016).
Beberapa penelitian didapatkan jika seseorang sudah di diagnosis positif
HIV/AIDS, maka akan terjadi perbedaan di dalam hidupnya dari rencana hidup
sebelumnya. Betapa beratnya permasalahan yang dialami pasien HIV/AIDS yang dapat
mempengaruhi aspek psikologis, sosial dan spiritualitas. Pasien HIV/AIDS akan
mengalami masalah ekonomi, berduka yang berkepanjangan, frustasi, depresi dan akan
ketakutan menghadapi kematian. Maka orang yang sudah terkena HIV/AIDS akan
mengalami berbagai macam masalah misalnya kesehatan yang menurun, hilangnya
teman/kelompok sebaya, status sosial tidak sesuai dengan harapan, pendapatan dan
ekspektasi hidup yang sudah direncanakan (Tanjung, 2016; Kozier, 2015).
Berdasarkan penelitian Aspek Spiritual (Hubungan diri sendirir,hubungan dengan
tuhan,hubungan dengan alam,hubungan dengan orang lain) dengan metode Deskriptif
Kuantitatif didapatkan hampir setengah responden (42,9%) memiliki pengetahuan
lebih baik dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan spiritual pada pasien terminal,
sebagian besar reponden (61,4%), sikapnya mendukung untuk memenuhi kebutuhan
psikospiritual pada pasien terminal dengan jenis penetitian deskriptif kolerasi.
Berdasarkan hasil dari permasalahan spiritualitas itu bisa juga dapat dialami oleh
pasien HIV/AIDS contohnya menyalahkan tuhan, menjauh dari ibadah, ibadah tidak
sesuai dengan ketentuan, gangguan dalam beribadah maupun distress spiritual. Maka
pentingnya peran atau dukungan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan bagi setiap
individu. Jika pada saat mengalami stres dan menderita suatu penyakit maka dengan
spiritual maka bisa menjadi sumber koping ataupun sumber pendukung bagi setiap
individunya contohnya seperti memberi kepercayaandiri untuk kekuatan menghadapi
cobaan yang dialami, harapan, dan arti kehidupan (Tanjung, 2016; Dharma, 2016).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan pengkajian spiritual dan kultural pada pasien
HIV/AIDS dan long term care
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instansi
Hasil laporan ini diharapkan mampu menjadi salah satu reference dan penyumbang
ilmu pengetahuan dalam pengkajian spiritual dan kultural pada pasien HIV/AIDS
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Spiritual dan kultural
2.1.1 Pengertian spiritual
Spiritual merupakan bagian inti dari individu yang tidak pernah terlibat dan
memberikan makna dan tujuan hidup serta keterkaitkan dengan Yang Maha Tinggi
(Allah). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Arwin & Khotimah, 2016). Spiritaul dan keyakinan beragam
sangat penting. kehidupan manusia karena hasil tersebut dapat mempengaruhi gaya
hidup, kebiasaan dan perasaan terhadap kesakitan. Ketika penyakit, kehilangan atau
nyeri mempengaruhi seseorang, energy orang tersebut menipis, dan spirit orang
tersebut dipengaruhi (Potter dan Perry, 2006). Al Kaheel asal Suriah dalam
makalahnya menjelaskan bahwa solusi paling baik untuk seluruh penyakit
adalah..Al-Qur’an. Berdasarkan..pengalamannya ia mengatakan bahwa pengobatan
Al-Qur’an mampu mengobati penyakit yang dialaminya yang tidak mampu di obati
oleh tim medis. Dengan mendengarka ayat- ayat yang mulia dari Al-Qur’an getaran
neuron akan kembali stabil bahkan melakukan fungsi prinsipnya secara baik
(Fadilah, 2015).
Spiritualitas di definisikan sebagai aspek dari kemanusiaan yang mana hal
tersebut merujuk pada cara seseorang mencari dan mengekspresikan makna, tujuan
atau maksud, dan cara pengalaman mereka yang mana semua hal tersebut saling
berhubungan pada waktu atau kejadian, pada diri sendiri, pada yang lainnya, pada
alam, pada orang terdekat, maupun pada yang kuasa (Puchalski, 2013).
Pendampingan layanan spiritual pada pasien HIV/Aids merupakan sebuah
intervensi dari layanan spiritual yang bertujuan pasien mampu memaknai
kondisinya, berserah diri dan menyadari semua yang terjadi hidup adalah sebuah
nikmat dari Allah SWT sehingga pasien dapat meningkatkan koping yang dapat
menurunkan kecemasan (Kozier & Erb’s, 2016). Dalam penelitian Prasojo (2017)
menyatakan bahwa makna baru dalam kehidupan spiritual yaitu klien merasa lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan setelah terdiagnosis HIV/AIDS. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati et al., (2015) yang
menunjukkan bahwa diagnosis HIV/ AIDS membuat ODHA semakin dekat
dengan Tuhan. Mendekatkan diri kepada Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah
kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam meningkatkan
spiritual (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).
2.1.2 Fungsi Spiritual Pada Penderita HIV/AIDS
Chicoki (2007) mengatakan fungsi spritual pada klien HIV/AIDS adalah
mengobati masalah emosional melalui agama dan spiritual :
1. Memberikan makna baru dalam hidup : Agama dan spiritual membantu klien
dengan HIV/AIDS meninjau kembali kehidupan mereka, menafsirkan apa yang
mereka tamukan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk
kehidupan baru mereka dengan HIV. secara garis besar spiritual dan agam
membantu seseorang menukan “makna baru hidup” setelah didiagnosis HIV.
2. Mempunyai tujuan baru : Diagnosis HIV sering menjadi stimulus yang
diperlukan bagi seseorang untuk menggali kembali kehidupan rohani dari
kehidupan mereka. Membuat klien HIV/AIDS memberikan makna positif dalam
kehidupan baru mereka.
3. Kondisi sakit membuat klien dengan HIV/AIDS menjadi pribadi yang baru.
Secara sadar atau tidak sadar, klien dengan HIV/AIDS menggunakan penyakit
mereka sebagai cara untuk lebih memahami spiritual mereka dan diri mereka
sendiri.
4. Spiritual merupakan jawaban dari pertanyaan yang mmuncul setelah diagnosis
HIV/AIDS. Diagnosis HIV menyebabkan rasa takut terhadap penyakit itu
sendiri, takut akan adanya penderitaan, dan ketakutan akan masa depan.
Spiritual memberikan jawaban atas ketakutan dan penderitaan serta memberikan
penyembuhan dan perasaan tenang secara emosional.
2.2.2 Etiologi
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang
merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family retroviridae,
subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk
family retrovirus yang merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat
molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut,
yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Owens et al., 2019).
2.2.3 Patofisiologi
Virus HIV-AIDS menetap dalam nukleus sel sehingga sel dirangsang untuk
berkembang biak dan akan keluar dengan menggunakan dinding sel sebagai selaput
luar virus, melalui cara ini T-limfosit akan musnah. Virus baru ini akan mencari sel
yang lain dan proses yang sama akan berulang, untuk seterusnya memusnahkan
sistem daya tahan tubuh. Untuk mengtahui virus HIV/AIDS menyerang daya tahan
tubuh manusia maka digunakan parameter limfosit (sel darah putih). Limfosit
merupakan sel utama dalam sistem kekebalan. Terdapat hampir sekitar seratus
triliun sel di dalam tubuh manusia dan limfosit hanya satu persen. Peran limfosit
sangat penting untuk melawan penyakit menular yang utama seperti AIDS, kanker,
rabies dan TBC, serta penyakit lain yang cukup serius seperti jantung dan reumatik.
Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfae, namun dapat juga dijumpai
dalam jaringan limfoid (limfe, tonsil, apendiks, sumsum tulang, dan timus). Sel
limfosit merupakan target utama pada infeksi HIV, karena sel ini berfungsi sentral
dalam sistem imun. Karakteristik utama infeksi HIV dapat dilihat dengan
penurunan jumlah limfosit serta penyebab kegagalan sistem imun secara progresif
dapat diamati dari perubahan tanda - tanda klinis pasien (Ruterlin & Tandi, 2014).
Virus HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan akan
terjadi fungsi membrane HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke
dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV
dari RNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. DNA virus yang
dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan membentuk RNA dengan fasilitas
sel induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protase
menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel
induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada system
imun (imunosupresi) in akan menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah
dan fungsi sel limfosit T (Widoyono, 2011).
b. Transfuse Darah
1. Resiko penularan sebesar 90%
2. Prevalensi 3-5%
c. Hubungan Seksual
1. Prevalensi 70-80%
2. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir – akhir ini
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan
pengaman saat berhubungan intim.
2.2.6 Diagnosis
Widoyono (2011) menyatakan bahwa ditemukannya antibody HIV dengan
pemeriksaan ELISA perlu dikonfirmasi dengan Western Blot. Tes HIV Elisa (+)
sebanyak tiga kali dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan pasien positif
mengidap HIV. Pemeriksaan laboratorium ada tiga jenis, yaitu :
1. Pencegahan donor darah, dilakukan sekali oleh PMI. Bila positif disebut reaktif.
2. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko, dilaksanakan
dua kali pengujian dengan reagen yang berbeda.
3. Diagnosis, untuk menegakkan diagnosis dilakukan tiga kali pengujian.
Role Play
Seorang Perempuan 48th beragama Islam dirawat dengan diagnosa HIV/AIDS Pasien
sudah di rawat selama 1 Bulan, TD : 120/90 N : 89x/menit RR : 20x/menit S: 36,8 C
Dengan keadaan Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, nyeri saat menelan,
penurunan BB, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, kesemutan pada extremitas .Selama
pasien dirumah sakit pasien bedrest dan tidak pernah terlihat melakukan ibadah ,Perawat
pun menemui pasien untuk memeriksa kondisi dan mengkaji aspek spiritual pasien.
a. Berikan salam
Perawat 1 : selamat pagi bu , perkenalkan saya
perawat arif disini saya di temani oleh perawat alifya.
Jadi kedatangan saya kesini untuk melakukan
pengkajian spiritual pada ibu
Pasien : baik sus
b. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
Perawat 1 : untuk pengkajian ini mungkin
membutuhkan waktu 10-15 menit
Pasien : baik sus
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Perawat 1 : jadi tujuan saya ialah untuk mengkaji atau
bertanya terkait dengan aktivitas ,kendala spiritual ibu
Pasien : iya sus
d. Beri kesempatan klien untSuk bertanya
Perawat 1 : dari penjelasan saya tersebut apakah ada
yang ingin ibu tanyakan ?
Pasien : tidak ada sus
3. Tahap kerja:
F: Faith/spiritual beliefs
Perawat 2 :bagaimana kondisi ibu hari ini ?
Pasien : jadi begini sus keluhan saya saat ini yaitu
tidak nafsu makan dan saya juga merasa badan saya
sakit sus?
Perawat 2 : baik bu selain keluhan yang ibu sebutkan
tadi apakah ada keluhan lain bu?
Pasien : tidak ada sus
Perawat 2 :baiklah bu sebelum dilakukan pengkajian
oleh perawat arif, terlebih dahulu izinkan saya untuk
melakukan pemeriksaan ttv untuk mengetahui keadan
umum ibu ya bu, apakah ibu bersedia?
Pasien : iya sus silahkan.
Tindakan pemeriksaan ttv pun dilakukan oleh perawat
2
Perawat: baiklah bu tindakan saya sudah selesai.
Anak pasien : bagaimana keadaan ibu saya sus?
Perawat : untuk sekarang keadaan umum ibu adek,
alhamdulillah dalam batas normal. TD : 120/90 N :
89x/menit RR : 20x/menit S: 36,8 C.
Anak pasien : oh gitu ya sus
Perawat : baiklah kalau begitu saya tinggal dulu ya bu,
selanjutnya untuk pengkajian akan di lanjutkan oleh
perawat arif.
Setelah perawat 2 selesai melakukan ttv,perawat 2 pun
meninggalkan ruang pasien
Perawat1 : baiklah bu langsung saja ya, Sebelumnya
saya boleh tau ibu menganut agama apa ya ?
Pasien : saya beragama islam sus
Perawat : menurut ibu apa yang paling bermakna
dalam hidup ibu mengenai keyakinan yang saat ini ibu
anut ?
Pasien : dengan beribadah, sholat sus
Perawat 1 :bagaimana cara ibu mengendalikan sakit
ketika datang menurut keyakinan ibu?
Pasien : saya mengendalikannya rasa sakit itu dengan
cara beristighfar dan mengingat allah.
A: Application
Perawat 1 : bagaimana cara ibu mengaplikasikan
keyakinan dalam kehidupan sehari – hari ?
Pasien : dengan sholat sus
I: Influence/importance
Perawat 1 : apa yang ibu rasakan ketika ibu selesai
mengerjakan sholat?
Pasien : saya merasa tenang sus
Perawat 1 : seberapa penting menurut ibu keyakinan
dan kepercayaan disaat ibu dalam kondisi sakit?
Pasien : saya percaya bahwa allah akan memberikan
yang terbaik kepada saya sus
T: Talk/terminal events planning
Perawat 1 : biasanya saat dirumah ibu melakukan
ibadah dengan siapa?
Pasien : biasanya saya melakukannya dengan suami
dan anak saya sus,
Perawat 1 : Dalam hal persiapan, kita semuakan
sudah di takdirkan dan di gariskan bakalan di ambil,
meninggal semuanya, saya pun akan meninggal.
Sejauh ini ibu tau sendiri bahwa penyakit ini resiko
terbesarnya mengarah kesana. Jadi kita harus
mempersiapkan diri . Dengan kondisi seperti ini ibu
sudah mempersiapkan apa saja? baik itu dari pihak
keluarga mengenai mental/kesiapan semenjak tau ibu
terkena hiv/aids. Karena sewaktu – waktu tidak
menutup kemungkinan kita di panggil oleh yang
maha kuasa ?
Pasien : saya dan keluarga sudah tau mengenai
penyakit ini, dan cepat atau lambat saya akan di
panggil oleh sang maha kuasa, oleh karena itu saya
dan keluaga berserah diri kepada allah dengan cara
mengerjakan apa yang telah di perintahkannya.
Seperti sholat 5 waktu, hanya saja semenjak saya di
rawat di rumah sakit saya tidak bisa melakukan
kewajiban saya, karena keadaan saya sekarang
menyebabkan saya tidak bisa melakukan wudhu dan
saya tidak tahu bagaimana cara menggantikan wudhu
agar sholat saya tetap di terima sus.
H: Help
Perawat 1 : ooh jadi begitu ya bu, sekarang apa yang
bisa kami bantu ibu, dalam aktifitas ibadah ibu,
misalkan ibu membutuhkan bertayamum ingin di
pandu atau di tuntun terlebih dahulu. Kami siap
membantu kapan saja ibu siap untuk menjalankan
aktifitas sholat. Dan kami nanti akan memberitahukan
bagian shift jaga perawat untuk selalu menuntun ibu
untuk melakukan ibadah kalau ibu berkenan?
Pasien : iya sus saya bersedia
Perawat 1 : baiklah pengkajian sudah selesai bu,
sebelumnya apakah ada yg ingin ibu tanyakan?
Pasien : tidak ada sus
Perawat 1 : baiklah bu nanti pada saat waktu mau
sholat, shift jaga perawat akan datang kesini untuk
membantu memandu dan menuntun ibu bertayamum,
apakah ada yang ingin di tanyakan bu?
Pasien : tidak ada sus, trimakasih ya sus sudah mau
membantu saya
Perawat 1 : sama” bu itu sudah tugas kami sebagai
perawat disini, kalau begitu saya permisi dulu ya bu
Pasien : iya sus trimakasih.
4. Dokumentasikan:
a. Nama pasien, nomor rekam medis
b. Masalah keperawatan
c. Tindakan yang dilakukan
d. Respon klien : Subjektif, Objektif, Analisa, Planning
e. Tanggal, jam
f. Nama dan tandatangan perawat
5. Sikap :
a. Teliti
b. Empati
c. Peduli
d. Sabar
e. Sopan
f. Senyum
Nilai Akhir = (Total skor/21 x 100)
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut hasil analisis yang telah dilakukan mengenai kebutuhan spiritual dengan
kualitas hidup pasien HIV/AIDS didapatkan gambaran spiritual yang meliputi
mendekatkan diri kepada Tuhan, membutuhkan dukungan dari orang terdekat, dan
harapan hidup yang baik
dimasa depan. Adapun gambaran kualitas hidup dilihat dari domain fisik, domain
psikologis, domain sosial dan lingkungan, serta domain spiritual. Domain spiritual
memiliki nilai tertinggi pada domain kualitas hidup pasien HIV/AIDS yang dapat di
artikan semakin baik spiritual seseorang maka semakin baik pula kualitas hidup
seseorang sedangkan pada domain sosial dan lingkungan memiliki nilai kualitas hidup
terendah, hal ini dikarenakan masih tingginya stigma dan deskriminasi yang dialami
oleh pasien HIV/AIDS.
4.2 Saran
Pemberian Perawatan pasien dengan kondisi kronis seperti HIV-AIDS perlu
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan spiritual. Pengembangan penelitian terkait
faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual pasien HIV-AIDS dengan sampel yang
lebih banyak perlu dilakukan untuk studi eksplorasi yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Prasojo, D. (2017). Peran Reliugisitas pada Penderita HIV dan AIDS yang mengalami
Depresi. Jurnal Studia Insania, 5(1), 46.
https://doi.org/10.18592/jsi.v5i1.1270
Sugiyanto, Tarigan, E., & Kusumaningsih, I. (2018). Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien
Hiv/Aids Di Rsud Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista
Roy. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA, 1(2), 85–110.
https://doi.org/10.32524/jksp.v1i2.386
Yoost, B. L., & Crawford, L. R. (2016). Fundamental Of Nursing Active Learning For
Collaborative Practice. Australia: Elsevier.
Dalmida, S. G., Koenig, H. G., Holstad, M. M., & Tami, L. (2015). Religious and
Psychosocial Covariates of HealthRelated Quality of Life in People Living
with HIV/AIDS. HHS Public Access, 1(1), 1–26.
https://doi.org/10.17140/HARTOJ-1- 101.Religious
Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S. (2015). Manajemen Masalah Psikososiospiritual
Pasien HIV/AIDS di Kota Semarang. The 2nd University Research
Coloquium, 548–556.
Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
(2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika
Yodang, Y., & Nuridah, N. (2020). Instrumen Pengkajian Spiritual Care Pasien Dalam
Pelayanan Paliatif: Literature Review. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan, 5(3), 539-549.