Anda di halaman 1dari 28

DEMONSTRASI

Pengkajian Spiritual dan Kultural Pada Pasien HIV/AIDS


Dengan Menggunakan METODE FAITH

Dosen Pembimbing :
Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Nama Kelompok :

Arif Faturrahman 1114200659

Alifiya Almas 1114200656

Fatya Sabilla 1114200662

Fitriatussa’dah 1114200663

Noor Suhana 1114200674

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES DARUL AZHAR BATULICIN

TAHUN 2022/202

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Dialah satu-satunya dzat yang memberikan perlindungan dunia akhirat kelak. Dialah
sesungguhnya maha pemberi petunjuk yang tiada dapat menyesatkan. Pertama-tama
marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.

Laporan ini dapat tersusun dengan baik berkat bantuan, bimbingan, masukan dan
motivasi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Ritna Udiyani, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan masukan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini dengan tepat waktu.
2. Orang tua serta saudara-saudara tercinta atas do’a, motivasi, dan harapannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
3. Teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan yang baik kepada
penulis sehingga bisa menyelesaikan laporan ini dengan lancar.
Mudah-mudahan amal baik mereka senantiasa mendapat pahala dan balasan yang
setimpal dari Allah SWT. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Simpang Empat,4 juli 2022

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................5
PENDAHULUAN..................................................................................................................5
Latar belakang..................................................................................................................................5
Rumusan masalah…........................................................................................................................6
Tujuan...............................................................................................................................................6
Tujuan Umum..................................................................................................................6
Tujuan Khusus.................................................................................................................6
Manfaat.............................................................................................................................................6
BAB II.....................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................................8
Konsep Spiritual dan kultural.........................................................................................................8
Pengertian spiritual..........................................................................................................8
Fungsi Spiritual pada penderita HIV/AIDS.....................................................................9
Gambaran Kebutuhan Spiritual Pada Pasien HIV/AIDS...............................................10
Konsep HIV/AIDS........................................................................................................................12
pengertian HIV/AIDS....................................................................................................12
etiologi...........................................................................................................................13
patofisiologi...................................................................................................................13
Penularan HIV/AIDS.....................................................................................................14
Gejala HIV/AIDS.........................................................................................................15
Diagnosis.......................................................................................................................16
pengobatan HIV/AIDS..................................................................................................17
Konsep long term care..................................................................................................................17
pengertian......................................................................................................................17
Tujuan long team care...................................................................................................18
Pengkajian Spitual Dengan Metode Faith.....................................................................18
BAB III.................................................................................................................................20
Role play...............................................................................................................................20
BAB IV.................................................................................................................................26
PENUTUP.............................................................................................................................26
Kesimpulan....................................................................................................................................26
Saran...............................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................27
BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Sejauh ini HIV/AIDS telah memakan korban lebih dari 12 juta jiwa, namun dengan
meningkatnya akses pencegahan penyakit, pengobatan dan perawatan HIV/AIDS yang
efektif untuk infeksi HIV telah menjadi kondisi kesehatan kronis yang dapat dikelola
dan memungkinkan orang yang hidup dengan HIV terus menjalani hidup yang panjang
dan sehat. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab
Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) yaitu merupakan salah satu masalah
darurat global di negara maju ataupun negara berkembang. Penyakit HIV sendiri dapat
menyerang sistem imun/kekebalan tubuh yang mengakibatkan menurunnya daya tahan
tubuh sehingga penyakit-penyakit infeksi dan ganas dapat dengan mudah masuk ke
dalam tubuh yang dapat menyebabkan kematian. Bagi setiap orang yang sudah
didiagnosa positif mengidap HIV dan AIDS sering disebut sebagai ODHA. Populasi
dari WHO (2019) terdapat penyebab penularan HIV/AIDS tersebut berasal dari
pemakaian jarum suntik dan seks bebas yang terdapat dikalangan remaja terutama
hubungan sesama jenis (W HO Data and statistics, 2019; Tanjung 2016).
Beberapa penelitian didapatkan jika seseorang sudah di diagnosis positif
HIV/AIDS, maka akan terjadi perbedaan di dalam hidupnya dari rencana hidup
sebelumnya. Betapa beratnya permasalahan yang dialami pasien HIV/AIDS yang dapat
mempengaruhi aspek psikologis, sosial dan spiritualitas. Pasien HIV/AIDS akan
mengalami masalah ekonomi, berduka yang berkepanjangan, frustasi, depresi dan akan
ketakutan menghadapi kematian. Maka orang yang sudah terkena HIV/AIDS akan
mengalami berbagai macam masalah misalnya kesehatan yang menurun, hilangnya
teman/kelompok sebaya, status sosial tidak sesuai dengan harapan, pendapatan dan
ekspektasi hidup yang sudah direncanakan (Tanjung, 2016; Kozier, 2015).
Berdasarkan penelitian Aspek Spiritual (Hubungan diri sendirir,hubungan dengan
tuhan,hubungan dengan alam,hubungan dengan orang lain) dengan metode Deskriptif
Kuantitatif didapatkan hampir setengah responden (42,9%) memiliki pengetahuan
lebih baik dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan spiritual pada pasien terminal,
sebagian besar reponden (61,4%), sikapnya mendukung untuk memenuhi kebutuhan
psikospiritual pada pasien terminal dengan jenis penetitian deskriptif kolerasi.
Berdasarkan hasil dari permasalahan spiritualitas itu bisa juga dapat dialami oleh
pasien HIV/AIDS contohnya menyalahkan tuhan, menjauh dari ibadah, ibadah tidak
sesuai dengan ketentuan, gangguan dalam beribadah maupun distress spiritual. Maka
pentingnya peran atau dukungan spiritual dapat menjadi sumber kekuatan bagi setiap
individu. Jika pada saat mengalami stres dan menderita suatu penyakit maka dengan
spiritual maka bisa menjadi sumber koping ataupun sumber pendukung bagi setiap
individunya contohnya seperti memberi kepercayaandiri untuk kekuatan menghadapi
cobaan yang dialami, harapan, dan arti kehidupan (Tanjung, 2016; Dharma, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana mengetahui pengkajian spiritual dan kultural pada pasien HIV/AIDS
dan long term care

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui penerapan pengkajian spiritual dan kultural pada pasien
HIV/AIDS dan long term care

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Untuk Mengetahui konsep spiritual dan kultural
2. Untuk Mengetahui konsep HIV/AIDS
3. Untuk Mengetahui long term care

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Instansi
Hasil laporan ini diharapkan mampu menjadi salah satu reference dan penyumbang
ilmu pengetahuan dalam pengkajian spiritual dan kultural pada pasien HIV/AIDS

1.4.2 Bagi Masyarakat


Agar ilmu yang diberikan menjadi edukasi bagi masyarakat tentang pentingnya
spiritual dan kultural pada pasien HIV/AIDS
1.4.3 Bagi Mahasiswa
Agar mahasiswa dapat menerapkan teori-teori yang telah diterima secara langsung
didalam kondisi riil dilapangan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Spiritual dan kultural
2.1.1 Pengertian spiritual
Spiritual merupakan bagian inti dari individu yang tidak pernah terlibat dan
memberikan makna dan tujuan hidup serta keterkaitkan dengan Yang Maha Tinggi
(Allah). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Arwin & Khotimah, 2016). Spiritaul dan keyakinan beragam
sangat penting. kehidupan manusia karena hasil tersebut dapat mempengaruhi gaya
hidup, kebiasaan dan perasaan terhadap kesakitan. Ketika penyakit, kehilangan atau
nyeri mempengaruhi seseorang, energy orang tersebut menipis, dan spirit orang
tersebut dipengaruhi (Potter dan Perry, 2006). Al Kaheel asal Suriah dalam
makalahnya menjelaskan bahwa solusi paling baik untuk seluruh penyakit
adalah..Al-Qur’an. Berdasarkan..pengalamannya ia mengatakan bahwa pengobatan
Al-Qur’an mampu mengobati penyakit yang dialaminya yang tidak mampu di obati
oleh tim medis. Dengan mendengarka ayat- ayat yang mulia dari Al-Qur’an getaran
neuron akan kembali stabil bahkan melakukan fungsi prinsipnya secara baik
(Fadilah, 2015).
Spiritualitas di definisikan sebagai aspek dari kemanusiaan yang mana hal
tersebut merujuk pada cara seseorang mencari dan mengekspresikan makna, tujuan
atau maksud, dan cara pengalaman mereka yang mana semua hal tersebut saling
berhubungan pada waktu atau kejadian, pada diri sendiri, pada yang lainnya, pada
alam, pada orang terdekat, maupun pada yang kuasa (Puchalski, 2013).
Pendampingan layanan spiritual pada pasien HIV/Aids merupakan sebuah
intervensi dari layanan spiritual yang bertujuan pasien mampu memaknai
kondisinya, berserah diri dan menyadari semua yang terjadi hidup adalah sebuah
nikmat dari Allah SWT sehingga pasien dapat meningkatkan koping yang dapat
menurunkan kecemasan (Kozier & Erb’s, 2016). Dalam penelitian Prasojo (2017)
menyatakan bahwa makna baru dalam kehidupan spiritual yaitu klien merasa lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan setelah terdiagnosis HIV/AIDS. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Armiyati et al., (2015) yang
menunjukkan bahwa diagnosis HIV/ AIDS membuat ODHA semakin dekat
dengan Tuhan. Mendekatkan diri kepada Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Berdoa, membaca kitab suci, merenungkan berkat dalam hidup dan berserah
kepada Yang Maha Kuasa merupakan cara yang baik dalam meningkatkan
spiritual (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015).
2.1.2 Fungsi Spiritual Pada Penderita HIV/AIDS
Chicoki (2007) mengatakan fungsi spritual pada klien HIV/AIDS adalah
mengobati masalah emosional melalui agama dan spiritual :
1. Memberikan makna baru dalam hidup : Agama dan spiritual membantu klien
dengan HIV/AIDS meninjau kembali kehidupan mereka, menafsirkan apa yang
mereka tamukan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari untuk
kehidupan baru mereka dengan HIV. secara garis besar spiritual dan agam
membantu seseorang menukan “makna baru hidup” setelah didiagnosis HIV.
2. Mempunyai tujuan baru : Diagnosis HIV sering menjadi stimulus yang
diperlukan bagi seseorang untuk menggali kembali kehidupan rohani dari
kehidupan mereka. Membuat klien HIV/AIDS memberikan makna positif dalam
kehidupan baru mereka.
3. Kondisi sakit membuat klien dengan HIV/AIDS menjadi pribadi yang baru.
Secara sadar atau tidak sadar, klien dengan HIV/AIDS menggunakan penyakit
mereka sebagai cara untuk lebih memahami spiritual mereka dan diri mereka
sendiri.
4. Spiritual merupakan jawaban dari pertanyaan yang mmuncul setelah diagnosis
HIV/AIDS. Diagnosis HIV menyebabkan rasa takut terhadap penyakit itu
sendiri, takut akan adanya penderitaan, dan ketakutan akan masa depan.
Spiritual memberikan jawaban atas ketakutan dan penderitaan serta memberikan
penyembuhan dan perasaan tenang secara emosional.

2.1.3 Gambaran Kebutuhan Spiritual Pada Pasien HIV/AIDS


Spiritualitas adalah ekspresi makna dan tujuan hidup yang merupakan
manifestasi dari diri yang paling dalam. Manusia mengekspresikan spiritualitas
melalui kemampuan unik mereka untuk berfikir kontemplasi, dan eksplorasi makna
serta tujuan hidup (Yoost & Crawford, 2016). Kebutuhan spiritual saling berkaitan
antara hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan intrapersonal maupun hubungan
dengan interpersonal. Menurut penelitian Prasojo (2017) menyatakan bahwa peran
spiritualitas yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan, menghargai hidup pasca
diagnosis HIV/AIDS, membutuhkan dukungan dari orang terdekat, dan mempunyai
harapan untuk hidup yang lebih baik di masa depan dan hasil penelitian yang
dilakukan Sugiyanto et al., (2018) yaitu membahas mengenai dukungan keluarga
dalam bentuk emosional dan spiritual, cara mendekatkan diri kepada Tuhan serta
harapan terhadap kehidupan.
1. Mendekatkan diri kepada Tuhan
Dalam penelitian Prasojo (2017) menyatakan bahwa makna baru dalam
kehidupan spiritual yaitu klien merasa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
setelah terdiagnosis HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Armiyati et al., (2015) yang menunjukkan bahwa diagnosis HIV/
AIDS membuat ODHA semakin dekat dengan Tuhan. Mendekatkan diri kepada
Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Berdoa, membaca kitab suci,
merenungkan berkat dalam hidup dan berserah kepada Yang Maha Kuasa
merupakan cara yang baik dalam meningkatkan spiritual (Mubarak, Indrawati, &
Susanto, 2015). Menurut penelitian yang dilakukan Dalmida et al., (2015) yaitu
sebagian besar sampel terlibat dalam kehadiran layanan keagamaan reguler dan
berdoa. Hal ini sama dengan hasil penelitian Arrey, Bilsen, Lacor, & Deschepper
(2016) yang menyatakan bahwa berdoa, meditasi, kebaktian gereja reguler dan
kegiatan keagamaan adalah sumber utama spiritual/agama untuk mencapai
keterhubungan dengan Tuhan. Bentuk praktik spiritual yang dilakukan pasien
HIV/AIDS menjadikan salah satu kekuatan dalam menghadapi permasalahan
yang dialami.
Praktik kebutuhan spiritual yang dapat dilakukan oleh pasien HIV/AIDS adalah
sebagai berikut:
a. Berdoa
Berdoa bentuk praktik kebutuhan spiritual yang dapat dilakukan kapan saja
secara mandiri maupun dipimpin oleh pemuka agama sebagai bentuk komunikasi
dengan Tuhan. Berdoa pada umumnya dipahami sebagai permintaan atau
permohonan kepada Tuhan untuk mendapatkan hasil yang baik seperti memohon
pengampunan, pengasihan, dan penyembuhan (O’Brien, 2011). Dalam penelitian
Dalmida et al., (2015) sebagian besar pasien HIV/AIDS berdoa setiap hari atau
lebih sering sebanyak (66,2%) dan dalam penelitian yang dilakukan Arrey,
Bilsen, Lacor, & Deschepper (2016) berdoa menjadi salah satu sumber utama
spiritual untuk mencapai keterhubungan dengan Tuhan. Hal ini sejalan dengan
penelitian mengenai pengalaman spiritualitas. doa pada pasien HIV/AIDS bahwa
penderitaan yang dirasakan telah memberikan nilai dan juga memberikan makna
baru dalam kehidupnya. Makna baru tersebut merupakan cara dalam
mendekatkan diri kepada Tuhan seperti berdoa, berdzikir, melakukan kegiatan
keagamaan seperti membaca ayat-ayat kitab suci (Sugiyanto et al., 2018).
b. Meditasi
Meditasi merupakan kegiatan memfokuskan pikiran atau merefleksikan diri
untuk menemukan makna dari suatu hal, beberapa orang percaya bahwa melalui
meditasi yang mendalam seseorang dapat mengontrol dan memengaruhi fungsi
fisik dan psikologis serta perjalanan penyakit (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2010). Meditasi yang dilakukan pasien HIV/AIDS dapat mengurangi rasa stres
dan kekhawatiran sehingga meningkatkan respon emosi yang positif. Dalam
penelitian sutioningsih. Suniawati , dan suhuda, (2019) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh terapi meditasi (dzikir) terhadap tingkat stres pasien.

2.2 Konsep HIV/AIDS


2.2.1 Pengertian HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menginfeksi sel darah
putih dan menyebabkan penurunan imunitas manusia (WHO, 2014 dalam Pusdatin
Kemenkes, 2014). Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
kumpulan gejala kerusakan sistem kekebalan tubuh bukan disebabkan oleh
penyakit bawaan namun disebabkan oleh infeksi yang disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV) (Ovany et al., 2020). Human Immunodeficiency
Virus (HIV) adalah jenis virus yang tergolong familia retrovirus, sel-sel darah putih
yang diserang oleh HIV pada penderita yang terinfeksi adalah sel-sel limfosit T
(CD4) yang berfungsi dalam sistem imun (kekebalan) tubuh (Satiti et al., 2019).
Akibat penurunan daya tahan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV, seseorang
sangat rentan terhadap berbagai macam peradangan seperti tuberkulosis,
kandidiasis, kulit, paru-paru, saluran pencernaan, otak dan kanker. Stadium AIDS
memerlukan pengobatan antiretroviral (ARV) untuk mengurangi jumlah virus HIV
di dalam tubuh, sehingga kesehatan penderita dapat pulih kembali (Ramni et al.,
2018). Orang yang terkena virus HIV akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yangtelah ada
dapat memperlambat laju virus, namun penyakit ini belum benar – benar bisa
disembuhkan. Penularan HIV dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal,
ataupun oral), transfuse darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan
bayi selama kehamilan, bersalin atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan
cairan tubuh tersebut (Wibowo & Marom, 2014). Berdasarkan paparan diatas,
dapat disimpulkan bahwa HIV/AIDS merupakan virus yang dapat menyerang
system kekebalan tubuh manusia yang akan menyebabkan seseorang lebih rentan
terkena penyakit. Pada stadium AIDS, virus HIV berkembang biak dalam limfosit
yang terinfeksi dan menghancurkan sel-sel ini, mengakibatkan kerusakan pada
sistem kekebalan dan penurunan sistem kekebalan secara bertahap, sedangkan
limfosit sendiri merupakan sel utama yang menjaga system kekebalan tubuh untuk
mengantisipasi masuknya penyakit kedalam tubuh.

2.2.2 Etiologi
Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang
merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family retroviridae,
subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIV termasuk
family retrovirus yang merupakan kelompok virus RNA yang mempunyai berat
molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2.
Masing-masing grup mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut,
yang paling banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Owens et al., 2019).

2.2.3 Patofisiologi
Virus HIV-AIDS menetap dalam nukleus sel sehingga sel dirangsang untuk
berkembang biak dan akan keluar dengan menggunakan dinding sel sebagai selaput
luar virus, melalui cara ini T-limfosit akan musnah. Virus baru ini akan mencari sel
yang lain dan proses yang sama akan berulang, untuk seterusnya memusnahkan
sistem daya tahan tubuh. Untuk mengtahui virus HIV/AIDS menyerang daya tahan
tubuh manusia maka digunakan parameter limfosit (sel darah putih). Limfosit
merupakan sel utama dalam sistem kekebalan. Terdapat hampir sekitar seratus
triliun sel di dalam tubuh manusia dan limfosit hanya satu persen. Peran limfosit
sangat penting untuk melawan penyakit menular yang utama seperti AIDS, kanker,
rabies dan TBC, serta penyakit lain yang cukup serius seperti jantung dan reumatik.
Limfosit terletak secara tersebar dalam nodus limfae, namun dapat juga dijumpai
dalam jaringan limfoid (limfe, tonsil, apendiks, sumsum tulang, dan timus). Sel
limfosit merupakan target utama pada infeksi HIV, karena sel ini berfungsi sentral
dalam sistem imun. Karakteristik utama infeksi HIV dapat dilihat dengan
penurunan jumlah limfosit serta penyebab kegagalan sistem imun secara progresif
dapat diamati dari perubahan tanda - tanda klinis pasien (Ruterlin & Tandi, 2014).
Virus HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan akan
terjadi fungsi membrane HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke
dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV
dari RNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. DNA virus yang
dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan membentuk RNA dengan fasilitas
sel induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim protase
menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil selubung dari bahan sel
induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan pada system
imun (imunosupresi) in akan menyebabkan pengurangan dan terganggunya jumlah
dan fungsi sel limfosit T (Widoyono, 2011).

2.2.4 Penularan HIV/AIDS


Menurut Widoyono (2011), penyakit ini menular melalui berbagai cara antara
lain, melalui cairan tubuh, seperti darah, cairan genetalia, dan ASI. HIV tidak
dilaporkan terdapat dalam air mata dan keringat. Pria yang sudah sirkumsisi
memiliki resiko HIV yang lebih kecil dibandingkan dengan pria yang tidak
sirkumsisi. Selain melalui cairan tubuh, HIV juga ditularkan melalui :
a. Ibu Hamil
1. Secara intrauterine, intrapartum, dan postpartum (ASI).
2. Angka transmisi mencapai 20-50%
3. Angka transmisi melalui asi ASI dilaporkan lebih dari sepertiga
4. Laporan lain menyatakan resiko penularan melalui SI adalah 11- 29%
5. Sebuah studi meta-analisis prospektif yang melibatkan penelitian pada dua
kelompok ibu yang menyusui sejak awal kelahiran bayi dan kelompok ibu
yang menyusui setelah beberapa waktu usia bayinya, melaporkan bahwa
HIV pada bayi yangbelum disusui adalah 14% (yang diperoleh dari
penularan melalui mekanisme kehamilan dan persalian), dan angka
penularan HIV meningkat menjadi 29% setelah bayinya disusui.

b. Transfuse Darah
1. Resiko penularan sebesar 90%
2. Prevalensi 3-5%
c. Hubungan Seksual
1. Prevalensi 70-80%
2. Kemungkinan tertular adalah 1 dalam 200 kali hubungan intim
3. Model penularan ini adalah yang tersering di dunia. Akhir – akhir ini
dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakan
pengaman saat berhubungan intim.

2.2.5 Gejala HIV/AIDS


Gejala HIV dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah tahap infeksi
akut, dan terjadi pada beberapa bulan pertama setelah seseorang terinfeksi HIV. Pada
tahap ini system kekebalan tubuh orang yang terinfeksi membentuk antibody untuk
melawan virus HIV. Pada banyak kasus, gejala pada tahap ini muncul 1-2 bulan
setelah infeksi terjadi. Penderita umumnya tidak menyadari telah terinfeksi HIV. Hal
ini karena gejala yang muncul mirip dengan gejala penyakit flu, serta dapat hilang
dan kambuh kembali. Perlu diketahui, pada tahap ini jumlah virus di aliran darah
cukup tinggi. Oleh karena itu, penyebaran infeksi lebih mudah terjadi pada tahap ini.
Menurut Widoyono (2011) gejala tahap infeksi akut bisa ringan hingga berat, dan
dapat berlangsung hingga beberapa minggu, yang meliputi :
1. Demam hingga menggigil
2. Muncul ruam di kulit
3. Muntah
4. Nyeri pada sendi otot
5. Pembengkakan kelenjar getah bening
6. Sakit kepala dan perut
7. Sakit tenggorokan dan sariawan
Setelah beberapa bulan, infeksi HIV memasuki tahap laten. Infeksi tahap laten
dapat berlangsung hingga beberapa tahun atau decade. Pada tahap ini, virus HIV
semakin berkembang dan merusak kekebalan tubuh. Gejala infeksi HIV pada tahap
laten bervariasi. Beberapa penderita tidak merasakan gejala apapun pada tahap ini.
Akan tetapi, Sebagian penderita lainnya mengalami sejumlah gejala, seperti :
1. Berat badan turun
2. Berkeringat di malam hari
3. Demam, mual dan muntah
4. Diare
5. Herpes zoster
6. Pembengkakan kelenjar getah bening
7. Sakit kepala
8. Tubuh terasa lemah
Infeksi tahap laten yang terlambat ditangani, akan membuat virus HIV semakin
berkembang. Kondisi ini membuat infeksi HIV memasuki tahap ketiga, yaitu
AIDS. Ketika penderita memasuki tahap ini, system kekebalan tubuh sudah rusak
parah, terserang infeksi lain. Adapun gejala AIDS meliputi :
1. Berat badan turun tanpa dikethui penyebabnya
2. Berkeringat dimalam hari
3. Bercak putih di lidah, mulut, kelamin, dan anus
4. Bintik ungu pada kulit yang tidak bisa hilang. Ini kemungkinan menandakan
adanya Sarcoma Kaposi

2.2.6 Diagnosis
Widoyono (2011) menyatakan bahwa ditemukannya antibody HIV dengan
pemeriksaan ELISA perlu dikonfirmasi dengan Western Blot. Tes HIV Elisa (+)
sebanyak tiga kali dengan reagen yang berlainan merk menunjukkan pasien positif
mengidap HIV. Pemeriksaan laboratorium ada tiga jenis, yaitu :
1. Pencegahan donor darah, dilakukan sekali oleh PMI. Bila positif disebut reaktif.
2. Serosurvei, untuk mengetahui prevalensi pada kelompok berisiko, dilaksanakan
dua kali pengujian dengan reagen yang berbeda.
3. Diagnosis, untuk menegakkan diagnosis dilakukan tiga kali pengujian.

2.2.7 Pengobatan HIV/AIDS


Menurut Widoyono (2011), pengobatan pada penderita HIV/AIDS meliputi :
a. Pengobatan suportif
b. Penanggulangan penyakit
c. Pemberian obat antivirus
d. Penanggulangan dampak psikososial
Pengobatan dengan terapi anti-retroviral therapy (ART) dapat dimulai pada penderita
dengan syarat :
1) Stadium IV, tanpa melihat jumlah CD4
2) Stadium III, dengan jumlah CD4 <350/mm3
3) Stadium I atau II, dengan jumlah CD4 <200/mm3

2.3 Konsep long term care


2.3.1 pengertian
Perawatan jangka panjang mengacu pada rangkaian layanan medis dan
sosial yang dirancang untuk mendukung kebutuhan orang yang hidup dengan
masalah kesehatan kronis yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk
melakukan aktivitas sehari-hari. Layanan perawatan jangka panjang termasuk
layanan medis tradisional, layanan sosial, dan perumahan. Tujuan perawatan
jangka panjang jauh lebih rumit dan jauh lebih banyak sulit diukur dari pada
tujuan perawatan medis akut. Sedangkan yang utamaTujuan perawatan akut
adalah mengembalikan individu ke tingkat fungsisebelumnya, Perawatan
jangka panjang bertujuan untuk mencegahkemerosotan dan meningkatkan
penyesuaian sosial ke tahap penurunan (Harris,K., Sengupta, M., Park, Lee,
E., Valverde, R., 2013)

2.3.2 Tujuan long team care


Tujuan dari perawatan jangka panjang atau long term care (LTC) adalah
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga yang hidup dengan
HIV dan penyakit lainnya yang membutuhkan perawatan, secara rinci tujuan
utamanya adalah :
1. meningkatkan kapasitas keluarga untuk memberikan perawatan
2. mendukung peningkatan akses untuk mendapatkan perawatan secara terus
menerus
3. mengintegrasikan perawatan, dukungan, dan layanan pengobatan yang ada
4. menganjurkan untuk perawatan yang berkelanjutan dan holistik
5. meningkatkan akses terhadap obat-obatan dan komoditas pentingdalam
perawatan
6. meningkatkan kualitas pelayanan perawatan (Pratt JR., 2010)

2.3.3 Pengkajian Spitual Dengan Metode Faith


Menurut kesehatan (Blaber, Jone & Willis, 2015). Metode FAITH yaitu :
Metode FAITH merupakan intrumen pengkajian yang sederhana dan memiliki
kerangka kerja berfokus pada pasien sehingga dapat diaplikasikan oleh tenaga
kesehatan professional dan juga mahasiswa praktek klinis
F: Faith/spiritual beliefs
Apakah ada kepercayaan, keyakinan atau keagamaan khusus yang dianut oleh
pasien, apa yang dapat anda maknai dengan kehidupan anda, apa saja yang dapat
membantu mengatasi atau mengendalikan saat terjadi stress atau sakit.
A: Application
Dengan cara apa anda mempraktekkan atau mengaplikasikan keyakinan atau
kepercayaan anda dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda menjadi bagian dari
kelompok atau jamaah tertentu, apakah beribadah, berdoa atau meditasi merupakan
hal yang penting bagi anda.
I: Influence/importance of faith in life, in this illness and on healthcare
decisions.Bagaimana keyakinan dan kepercayaan spiritual anda mempengaruhi
kehidupan anda, apakah hal tersebut penting bagi anda, bagaimana keyakinan dan
kepercayaan spiritual anda mempengaruhi anda dalam kondisi sakit, apakah hal
tersebut mempengaruhi atau merubah sikap dan perilaku anda, apakah sakit yang
anda derita mempengaruhi keyakinan dan kepercayaan anda, apakah keyakinan atau
kepercayaan anda mempengaruhi terhadap keputusan anda terkait pengobatan dan
hal tersebut dapat membantu anda bila kami mengetahuinya.
T: Talk/terminal events planning
Apakah anda memiliki seseorang yang anda dapat percaya untuk berbicara tentang
spiritual anda, apakah anda membutuhkan pelayanan khusus bila dalam kondisi
menjelang akhir hayat.
H: Help
Apakah kami dapat membantu anda atau anda membutuhkan bantuan dari tenaga
kesehatan lainnya, apakah anda membutuhkan bantuan atau pertolongan untuk
melakukan ibadah, apakah anda membutuhkan rohaniawan, apakah anda ingin
mendiskusikan masalah spiritual anda pada tenaga kesehatan (Blaber, Jone &
Willis, 2015).
Metode ini telah di implementasi di layanan paliatif maupun hospice di
beberapa Negara seperti Inggris, Belanda, Amerika Serikat, Australia. FAITH
merupakan singkatan dari 5 elemen penting terkait spiritual pasien, yang mana
pertanyaan yang dapat diajukan berkenaan elemen tersebut adalahmKelebihan
pengkajian spiritual metode FAITH yaitu mudah diingat dan domain kuesioner
sudah mencakup spiritualitas, makna, kelompok keagamaan, keterkaitan dan agama
yang di yakini, instrument ini juga mengeksplorasi aktivitas spiritual seperti ibadah,
mempertemukan spiritualitas dan kesehatan, instrument ini juga memfasilitasi
terkait kondisi akhir hayat pasien, termasuk perencanaan perawatah tahap lanjut,
adanya pelibatan rohaniawan dalam pelayanan spiritual. Sedangkan kekurangan
instrument metode FAITH yaitu; instrument ini belum tervalidasi secara universal,
membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan pengkajian, instrument ini
tidak mencakup semua elemen penting dalam konteks spiritual seperti harapan dan
penerimaan akan kematian, kuesioner terkesan kaku dan tidak padat & Willis,
2015).
BAB III

Role Play
Seorang Perempuan 48th beragama Islam dirawat dengan diagnosa HIV/AIDS Pasien
sudah di rawat selama 1 Bulan, TD : 120/90 N : 89x/menit RR : 20x/menit S: 36,8 C
Dengan keadaan Mudah lelah, tidak nafsu makan, demam, diare, nyeri saat menelan,
penurunan BB, pusing, sakit kepala, kelemahan otot, kesemutan pada extremitas .Selama
pasien dirumah sakit pasien bedrest dan tidak pernah terlihat melakukan ibadah ,Perawat
pun menemui pasien untuk memeriksa kondisi dan mengkaji aspek spiritual pasien.

Fatya sabila : Narator


Fitri atussa’adah : pasien
Alifya almas : perawat
Noor suhana : keluarga
Arif faturrahman : perawat

No Aspek yang dinilai Ya Tidak


1. Pra interaksi:
a. Verifikasi catatan keperawatan
b. Jaga lingkungan
c. Cuci tangan
2. Tahap orientasi:

a. Berikan salam
Perawat 1 : selamat pagi bu , perkenalkan saya
perawat arif disini saya di temani oleh perawat alifya.
Jadi kedatangan saya kesini untuk melakukan
pengkajian spiritual pada ibu
Pasien : baik sus
b. Klarifikasi kontrak waktu tindakan
Perawat 1 : untuk pengkajian ini mungkin
membutuhkan waktu 10-15 menit
Pasien : baik sus
c. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
Perawat 1 : jadi tujuan saya ialah untuk mengkaji atau
bertanya terkait dengan aktivitas ,kendala spiritual ibu
Pasien : iya sus
d. Beri kesempatan klien untSuk bertanya
Perawat 1 : dari penjelasan saya tersebut apakah ada
yang ingin ibu tanyakan ?
Pasien : tidak ada sus

3. Tahap kerja:
F: Faith/spiritual beliefs
Perawat 2 :bagaimana kondisi ibu hari ini ?
Pasien : jadi begini sus keluhan saya saat ini yaitu
tidak nafsu makan dan saya juga merasa badan saya
sakit sus?
Perawat 2 : baik bu selain keluhan yang ibu sebutkan
tadi apakah ada keluhan lain bu?
Pasien : tidak ada sus
Perawat 2 :baiklah bu sebelum dilakukan pengkajian
oleh perawat arif, terlebih dahulu izinkan saya untuk
melakukan pemeriksaan ttv untuk mengetahui keadan
umum ibu ya bu, apakah ibu bersedia?
Pasien : iya sus silahkan.
Tindakan pemeriksaan ttv pun dilakukan oleh perawat
2
Perawat: baiklah bu tindakan saya sudah selesai.
Anak pasien : bagaimana keadaan ibu saya sus?
Perawat : untuk sekarang keadaan umum ibu adek,
alhamdulillah dalam batas normal. TD : 120/90 N :
89x/menit RR : 20x/menit S: 36,8 C.
Anak pasien : oh gitu ya sus
Perawat : baiklah kalau begitu saya tinggal dulu ya bu,
selanjutnya untuk pengkajian akan di lanjutkan oleh
perawat arif.
Setelah perawat 2 selesai melakukan ttv,perawat 2 pun
meninggalkan ruang pasien
Perawat1 : baiklah bu langsung saja ya, Sebelumnya
saya boleh tau ibu menganut agama apa ya ?
Pasien : saya beragama islam sus
Perawat : menurut ibu apa yang paling bermakna
dalam hidup ibu mengenai keyakinan yang saat ini ibu
anut ?
Pasien : dengan beribadah, sholat sus
Perawat 1 :bagaimana cara ibu mengendalikan sakit
ketika datang menurut keyakinan ibu?
Pasien : saya mengendalikannya rasa sakit itu dengan
cara beristighfar dan mengingat allah.
A: Application
Perawat 1 : bagaimana cara ibu mengaplikasikan
keyakinan dalam kehidupan sehari – hari ?
Pasien : dengan sholat sus
I: Influence/importance
Perawat 1 : apa yang ibu rasakan ketika ibu selesai
mengerjakan sholat?
Pasien : saya merasa tenang sus
Perawat 1 : seberapa penting menurut ibu keyakinan
dan kepercayaan disaat ibu dalam kondisi sakit?
Pasien : saya percaya bahwa allah akan memberikan
yang terbaik kepada saya sus
T: Talk/terminal events planning
Perawat 1 : biasanya saat dirumah ibu melakukan
ibadah dengan siapa?
Pasien : biasanya saya melakukannya dengan suami
dan anak saya sus,
Perawat 1 : Dalam hal persiapan, kita semuakan
sudah di takdirkan dan di gariskan bakalan di ambil,
meninggal semuanya, saya pun akan meninggal.
Sejauh ini ibu tau sendiri bahwa penyakit ini resiko
terbesarnya mengarah kesana. Jadi kita harus
mempersiapkan diri . Dengan kondisi seperti ini ibu
sudah mempersiapkan apa saja? baik itu dari pihak
keluarga mengenai mental/kesiapan semenjak tau ibu
terkena hiv/aids. Karena sewaktu – waktu tidak
menutup kemungkinan kita di panggil oleh yang
maha kuasa ?
Pasien : saya dan keluarga sudah tau mengenai
penyakit ini, dan cepat atau lambat saya akan di
panggil oleh sang maha kuasa, oleh karena itu saya
dan keluaga berserah diri kepada allah dengan cara
mengerjakan apa yang telah di perintahkannya.
Seperti sholat 5 waktu, hanya saja semenjak saya di
rawat di rumah sakit saya tidak bisa melakukan
kewajiban saya, karena keadaan saya sekarang
menyebabkan saya tidak bisa melakukan wudhu dan
saya tidak tahu bagaimana cara menggantikan wudhu
agar sholat saya tetap di terima sus.
H: Help
Perawat 1 : ooh jadi begitu ya bu, sekarang apa yang
bisa kami bantu ibu, dalam aktifitas ibadah ibu,
misalkan ibu membutuhkan bertayamum ingin di
pandu atau di tuntun terlebih dahulu. Kami siap
membantu kapan saja ibu siap untuk menjalankan
aktifitas sholat. Dan kami nanti akan memberitahukan
bagian shift jaga perawat untuk selalu menuntun ibu
untuk melakukan ibadah kalau ibu berkenan?
Pasien : iya sus saya bersedia
Perawat 1 : baiklah pengkajian sudah selesai bu,
sebelumnya apakah ada yg ingin ibu tanyakan?
Pasien : tidak ada sus
Perawat 1 : baiklah bu nanti pada saat waktu mau
sholat, shift jaga perawat akan datang kesini untuk
membantu memandu dan menuntun ibu bertayamum,
apakah ada yang ingin di tanyakan bu?
Pasien : tidak ada sus, trimakasih ya sus sudah mau
membantu saya
Perawat 1 : sama” bu itu sudah tugas kami sebagai
perawat disini, kalau begitu saya permisi dulu ya bu
Pasien : iya sus trimakasih.
4. Dokumentasikan:
a. Nama pasien, nomor rekam medis
b. Masalah keperawatan
c. Tindakan yang dilakukan
d. Respon klien : Subjektif, Objektif, Analisa, Planning
e. Tanggal, jam
f. Nama dan tandatangan perawat
5. Sikap :
a. Teliti
b. Empati
c. Peduli
d. Sabar
e. Sopan
f. Senyum
Nilai Akhir = (Total skor/21 x 100)
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut hasil analisis yang telah dilakukan mengenai kebutuhan spiritual dengan
kualitas hidup pasien HIV/AIDS didapatkan gambaran spiritual yang meliputi
mendekatkan diri kepada Tuhan, membutuhkan dukungan dari orang terdekat, dan
harapan hidup yang baik
dimasa depan. Adapun gambaran kualitas hidup dilihat dari domain fisik, domain
psikologis, domain sosial dan lingkungan, serta domain spiritual. Domain spiritual
memiliki nilai tertinggi pada domain kualitas hidup pasien HIV/AIDS yang dapat di
artikan semakin baik spiritual seseorang maka semakin baik pula kualitas hidup
seseorang sedangkan pada domain sosial dan lingkungan memiliki nilai kualitas hidup
terendah, hal ini dikarenakan masih tingginya stigma dan deskriminasi yang dialami
oleh pasien HIV/AIDS.

4.2 Saran
Pemberian Perawatan pasien dengan kondisi kronis seperti HIV-AIDS perlu
mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan spiritual. Pengembangan penelitian terkait
faktor yang mempengaruhi kebutuhan spiritual pasien HIV-AIDS dengan sampel yang
lebih banyak perlu dilakukan untuk studi eksplorasi yang lebih mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Prasojo, D. (2017). Peran Reliugisitas pada Penderita HIV dan AIDS yang mengalami
Depresi. Jurnal Studia Insania, 5(1), 46.
https://doi.org/10.18592/jsi.v5i1.1270

Sugiyanto, Tarigan, E., & Kusumaningsih, I. (2018). Pengalaman Spiritualitas Doa Pasien
Hiv/Aids Di Rsud Sawerigading Palopo Dengan Pendekatan Teori Calista
Roy. Jurnal Kesehatan Saelmakers PERDANA, 1(2), 85–110.
https://doi.org/10.32524/jksp.v1i2.386

Yoost, B. L., & Crawford, L. R. (2016). Fundamental Of Nursing Active Learning For
Collaborative Practice. Australia: Elsevier.

Dalmida, S. G., Koenig, H. G., Holstad, M. M., & Tami, L. (2015). Religious and
Psychosocial Covariates of HealthRelated Quality of Life in People Living
with HIV/AIDS. HHS Public Access, 1(1), 1–26.
https://doi.org/10.17140/HARTOJ-1- 101.Religious

Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S. (2015). Manajemen Masalah Psikososiospiritual
Pasien HIV/AIDS di Kota Semarang. The 2nd University Research
Coloquium, 548–556.

Mubarak, W. I., Indrawati, L., & Susanto, J. (2015). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar
(2nd ed.). Jakarta: Salemba Medika

Firdaus, M. R. (2019). ANALISIS KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA PASIEN PALIATIF


DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT AL-ISLAM BANDUNG
(Doctoral dissertation, Universitas' Aisyiyah Bandung).

Yodang, Y., & Nuridah, N. (2020). Instrumen Pengkajian Spiritual Care Pasien Dalam
Pelayanan Paliatif: Literature Review. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah
Problema Kesehatan, 5(3), 539-549.

Anda mungkin juga menyukai