Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENANGANAN HIV/ AIDS DI


KABUPATEN BANDUNG

Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Masalah Sosial

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dra. Eni Rahayuningsih, M.P

Oleh:

Annisa Madinatul Ulfa (2102082)

PROGRAM STUDI REHABILITASI SOSIAL

POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan HIV/ AIDS
di Kabupaten Bandung” dengan tepat waktu.

Makalah “Peran Pekerja Sosial dalam Penanganan HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung”
disusun guna memenuhi tugas dari Ibu Dra. Eni Rahayuningsih, M.P, selaku dosen pengampu
mata kuliah masalah sosial di kampus Politeknik Kesejahteraan Sosial. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca
tentang topik “HIV/ AIDS”.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dra. Eni Rahayuningsih, M.P,
selaku dosen mata kuliah masalah sosial. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyusunan makalah
ini.

Bandung, 6 Juni 2022

Penyusun,

Annisa Madinatul Ulfa


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan………………………………………………………………………….2
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................................................ 2
1.5 Sumber Data .................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4

2.1 Riwayat Masalah HIV/ AIDS ........................................................................................... 4


2.2 Faktor Penyebab Terjadinya HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung ...................................... 4
2.3 Dampak Terjadinya HIV/ AIDS ....................................................................................... 4
2.4 Data Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung……………………………………….......5
2.5 Upaya yang Sudah Dilakukan pada Level Kabupaten Bandung ........................................ 7
2.6 Skenario Program Pencegahan Kasus HIV/ AIDS yang Akan Dilakukan
oleh Pekerja Sosial ........................................................................................................... 7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 12

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 12

3.2 Saran .............................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 13


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu penyakit yang kini cukup dirasa sebagai permasalahan yang sudah dilakukan
penelitian dari pemerintah adalah penyakit HIV/AIDS. Pada tahun 1994, Presiden Soeharto
membuat Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 36 Tahun 1994 perihal Pembentukan
Komisi Penanggulangan AIDS yang kemudian diganti menjadi Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 75 Tahun 2006.
HIV (human immunodeficiency virus) adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh,
dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4 sebagai kata yang sederhana sel CD4
merupakan sel yang berperan untuk melawan berbagai parasit yang masuk ke tubuh
manusia, sehingga ketika tubuh manusia terinfeksi parasit baik itu virus atau bakteri, maka
sel CD4 lah yang akan melawannya. Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan,
kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang berbagai penyakit. HIV
jika tidak ditangani dengan serius maka akan menimnbulkan AIDS HIV merupakan virus
yang menyebabkan AIDS.
Kepanjangan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome. HIV dan AIDS adalah
dua hal yang berbeda. Orang-orang yang terinfeksi HIV belum tentu terkena penyakit
AIDS.
AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan sistem imun tubuh oleh virus HIV.
AIDS merupakan infeksi HIV pada stadium 3. Umumnya, infeksi HIV memerlukan waktu
10 tahun untuk menjelma menjadi AIDS jika tidak ditangani. AIDS terjadi apabila HIV
menimbulkan kerusakan pada sistem imun. Gejala AIDS pun dapat bervariasi antara
penderita yang satu dengan penderita lainnya. Orang yang terinfeksi HIV sendiri disebut
dengan ODHA (Orang dengan Hiv dan Aids).
Selain kurangnya pengetahuan, sikap negatif atau pengalaman terhadap penularan HIV
dianggap sebagai faktor yang dapat memengaruhi munculnya stigma dan diskriminasi.
Banyak beranggapan tentang penyakit “aib” karena virus ini menular melalui hubungan
seksual atau tranfusi jarum suntik yang biasanya dipakai oleh mereka yang menggunakan
narkoba, pada satu sisi memang betul bahwa hal tersbut merupakan media penularan HIV
yang efektif, namun sebenarnya penularan HIV tidaklah sesederhana orang berhubungan
intim saja atau memakai narkoba dengan jarum suntik. Mereka beranggapan bahwa
berdekatan atau bahkan menyentuh orang denngan HIV/AIDS akan demikian tertular
dengan penyakitnya yaitu HIV.
HIV/AIDS merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif untuk dibahas. Hal ini berkaitan
dengan karakteristik yang unik dari penyakit satu ini. Selain kasusnya yang sangat ekstrim,
yaitu penyebaran kasus HIV/AIDS yang tidak dapat diprediksi pada fase awalnya. Maka
kasus-kasus yang terlihat adalah pada saat terinfeksi dan telah dinyatakan positif terinfeksi
HIV/AIDS. Stigma dan diskriminasi pun banyak dialami oleh penderita dan keluarganya.
Tingginya stigma atau pandangan masyarakat terhadap penderita HIV/AIDS menyebabkan
banyaknya perlakuan diskriminatif baik dalam hal pengobatan, pekerjaan, perawatan,
pendidikan, dan hal lainnya.
1.2 Rumusan Masalah
a) Riwayat Masalah HIV/ AIDS
b) Faktor Penyebab Terjadinya HIV/ AIDS
c) Dampak Terjadinya HIV/ AIDS
d) Data Kasus HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung
e) Upaya yang Sudah Dilakukan Pada Level Kabupaten Bandung
f) Skenario Program Pencegahan Kasus HIV/ AIDS yang Akan Dilakukan oleh Pekerja
Sosial
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Masalah Sosial dan Realitas Sosial di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Selain itu
penulis berharap makalah ini membantu pembaca dan masyarakat luas untuk menambah
wawasan tentang hal-hal yang terkait dengan topik yang dibahas dan dapat
mengimplementasikan sebagaimana mestinya dalam kehidupan di masyarakat. Dan,
Untuk mengetahui serta menganalisis tentang penanganan HIV/ AIDS di Kabupaten
Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya dibidang Ilmu Pekerjaan Sosial mengenai peran oleh Pekerja
Sosial Profesional dalam penanganan HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis, khususnya
mengenai peran Pekerja Sosial Profesional dalam kasus HIV/ AIDS.
b) Bagi Pekerja Sosial profesional
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan wawasan dan bahan pertimbangan atau
masukan tersendiri bagi seluruh pekerja sosial profesional dalam
mengimplementasikan pendekatan sosial kepada para pengidap atau mantan pengidap
penyakit HIV/ AIDS.
c) Bagi masyarakat
Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang apa itu HIV/ AIDS, cara
penanganannya, dan ikut serta dalam membantu mensosialisasikan orang-orang yang
masih terkena HIV/ AIDS maupun mantan orang yang terkena HIV/ AIDS untuk
membuat mereka agar bisa mengembalikan keberfungsian mereka seperti orang
normal lainnya.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
tentang peran pekerja sosial profesional dalam penanganan kasus HIV/AIDS di
melalui pedekatan.
1.5 Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder ialah
data yang diperoleh oleh suatu organisasi atau perorangan yang berasal dari pihak lain
yang pernah mengumpulkan dan mengolah sebelumnya. Data sekunder antara lain
mencakup dokumen-dokumen resmi, artikel online, dan hasil-hasil penelitian yang
berwujud laporan dan sebagainya. Data sekunder tersebut mengkaji pendapat-pendapat
yang relevan dengan
identifikasi masalah dari berbagai jurnal, dokumen resmi, dan artikel online.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Riwayat Masalah HIV/ AIDS
Kasus AIDS pertama di Indonesia dilaporkan di Bali pada bulan April 1987, yaitu seorang
wisatawan belanda yang meninggal di RSUP Sanglah Denpasar. Pada awalnya penyebaran
HIV/ AIDS di Indonesia terjadi pada Pekerja Seks Komersial (PSK) beserta pelanggannya
dan kaum homo seksual. setelah itu terjadi penularan ke ibu-ibu rumah tangga yang tertular
dari pasangannya dan berlanjut ke bayi-bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV.
Pada beberapa tahun terakhir peningkatan kasus AIDS lebih banyak ditemukan pada
pengguna Napza jarum suntik (penasun). Para penyalahguna NAPZA suntik ini dapat pula
menulari pasangan seksualnya. Dengan demikian masalah infeksi HIV tidak hanya
berkaitan erat dengan hubungan seks yang tidak aman tapi amat erat hubungannya dengan
penggunaan NAPZA suntik.
Pada Kabupaten Bandung penularan HIV/ AIDS berasal dari hubungan seks bebas dan
tidak memakai pengaman, karena jika orang-orang yang berhubungan seks bebas itu
sampai mempunyai anak, maka anaknya tersebut mempunyai penyakit HIV/ AIDS juga,
kemudian jika tidak segera di obati atau para pengidap HIV/ AIDS masih berkeliaran
bersama orang-orang yang tidak terkena HIV/ AIDS maka orang-orang tersebut menjadi
tertular, dan popularitas Kabupaten Bandung menjadi banyak yang terkena HIV/ AIDS.
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung
Dengan laju pertumbuhan penduduk yang begitu tinggi diantaranya, urbanisasi dan migrasi
penduduk kabupaten Bandung, dengan adanya kehidupan malam hal ini dilihat dengan
banyaknya tempat-tempat hiburan malam dan lokalisasi, secara terselubung, perilaku seks
bebas yang berkembang dengan tanpa menggunakan kondom. Kondisi dan suasana seperti
ini yang mendorong begitu cepatnya proses penularan dan tersebarnya penyakit HIV/AIDS
di Kabupaten Bandung.
2.3 Dampak Terjadinya HIV/ AIDS
Dampak terjadinya HIV/ AIDS adalah sebagai berikut:
1) Penderita HIV akan mengalami gangguan penglihatan, saluran pencernaan, paru-paru,
atau lemah tulang sampai kesulitan berjalan.
2) Tingkat kematian semakin tinggi karena AIDS ini merupakan penyakit yang mudah
menular dengan perantaraan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
3) Di kalangan remaja, tingkat penerus bangsa semakin sedikit karena sebagian besar
masyarakat yang terinfeksi penyakit ini adalah remaja. Kurangnya jumlah remaja akan
memberikan dampak negatif bagi perkembangan ekonomi, politik dan aspek lainnya
yang berhubungan dengan kelangsungan hidup suatu negara.
4) Bagi sebagian masyarakat yang terbebas dari penyakit ini menjadi paranoid dan hidup
dengan tidak nyaman terhadap sekitarnya karena mereka merasa tidak aman dan takut
terkena penyakit ini pula.
5) Jumlah pengeluaran dan anggaran pemerintah semakin besar karena mereka ingin
melakukan segala upaya agar masyarakatnya dapat terbebas dari penyakit ini dan jika
pemerintah terus terpaku terhadap masalah pemberantasan penyakit HIV/ AIDS
kemungkinan besar penyelesaian untuk masalah lainnya akan terbengkalai.
2.4 Data Kasus HIV/ AIDS di Kabupatemn Bandung
1) Data jumlah kasus HIV/ AIDS tahun 2016, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung
No Kelompok Penderita Penderita Penderita Penderita Pasien Pasien
Umur HIV (L) HIV (P) AIDS AIDS Meninggal Meninggal
(Tahun) (L) (P) Akibat Akibat
AIDS (L) AIDS (P)
1 (<=4) 0 0 0 0 0 0

2 (5-14) 2 0 0 1 0 0

3 (15-19) 3 1 0 0 0 0

4 (20-24) 29 7 6 6 0 0

5 (25-49) 105 32 54 24 3 2

6 (>=50) 6 0 5 0 0 0

7 Tidak 2 0 0 2 0 0
Diketahui
Jumlah 147 40 orang 65 orang 33 orang 3 orang 2 orang
orang
2) Data jumlah kasus HIV/ AIDS tahun 2017, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung
No Kelompok Penderita HIV Penderita AIDS Jumlah Kematian
Umur (Tahun) Akibat AIDS
1 4 0 0 0
2 5-14 1 1 0
3 15-19 3 1 0
4 20-24 39 17 0
5 25-49 84 36 0
6 50 17 15 1
7 Tidak diketahui - - -
Jumlah 144 orang 70 orang 1 orang

3) Data jumlah kasus HIV/ AIDS tahun 2018, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung
No Kelompok Umur (Tahun) Penderita HIV Penderita AIDS
1 4 11 0
2 5 19 0
3 20 29 10
4 30 35 13
5 40 49 8
6 50 24 0
Jumlah 167 orang 31 orang

4) Data jumlah kasus HIV/ AIDS tahun 2019, menurut Dinas Kesehatan Kabupaten
Bandung
No Kelompok Umur Penderita HIV Penderita AIDS
Tahun
1 (15-19) 7 46
3 (20-49) 315 1991
4 (5-14) 2 12
5 (>= 50) 30 194
6 (>=4) 3 17
Jumlah 357 orang 2260 orang

2.5 Upaya yang Sudah Dilakukan Pada Level Kabupaten Bandung


Cegah HIV/AIDS, Pemerintah Kabupaten Bandung mempunyai program kegiatan
Konseling Tes Sukarela (KTS) di sejumlah puskesmas dan rumah sakit secara gratis,
kemudian asisten ekonomi dan kesejahteraan Kabupaten Bandung yang bernama Marlan
menyebutkan sudah merujuk delapan puskesmas untuk merealisasikan program ini.
Diantaranya, Banjaran Kota, Cicalengka, Pasir jambu, Pangalengan, Pacet, Bojong soang,
Solokan jeruk. Bahkan telah digelar penyuluhan rutin di Puskesmas Banjaran Kota yang
dinamakan Harm Reduction (HR).
KTS HIV bisa dilakukan untuk semua rumah sakit di Kabupaten Bandung, diantaranya ada
RSUD Soreang, RSUD Majalaya, RSUD Cicalengka, RSUD Al-Ihsan, Rumah Sakit
Sulaiman dan Rumah Sakit AMC Cileunyi semua bisa melayani KTS HIV.
Terdiri dari 100 orang PLKB/PKB (Petugas Lapangan Keluarga Berencana/ Penyuluh
Keluarga Berencana), 95 orang TPD (Tenaga Penggerak Desa), dan 59 orang MOTEKAR
(Motivasi Ketahanan Keluarga).
Para kader ini bertugas untuk memberikan sosialisasi, pembinaan, dan penyuluhan
terutama dalam rangka meningkatkan program-program Kependudukan Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Termasuk di dalamnya penyuluhan
mengenai pentingnya pencegahan penyebaran HIV/AIDS kepada masyarakat umum
maupun kepada pelajar dan remaja
Khusus untuk sosialisasi kepada kalangan pelajar dan remaja, tambahnya, pemerintah
sangat terbantu dengan adanya Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R). PIK-R ini
merupakan wadah kegiatan Pusat Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja (PKBR)
yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja.
2.6 Skenario Program Pencegahan Kasus HIV/ AIDS yang Akan Dilakukan oleh Pekerja
Sosial
Skenario program pencegahan HIV/ AIDS yang akan di lakukan oleh Pekerja Sosial di
mulai dari sebagai berikut:
a) Nama Program
Nama program yang penulis buat adalah “Kunjungan Rumah Peduli HIV/AIDS” dengan
nama komunitasnya “Kumpulan Penindas HIV/ AIDS”.
Deskripsi program “Kunjungan Rumah Peduli HIV/ AIDS”, pada program ini Pekerja
Sosial memberikan kesempatan kunjungan gratis ke rumah-rumah masyarakat yang
kurang mampu serta terpapar HIV/ AIDS khususnya di daerah Kabupaten Bandung
agar bisa mendapatkan pengobatan serta pengontrolan agar sembuh dari HIV/ AIDS.
Alasan program ini lebih di khususkan untuk masyarakat yang kurang mampu, karena
jika masyarakat yang kurang mampu terpapar HIV/AIDS kemungkinan dia
kebingungan untuk berobatnya di karenakan ada kendala dengan perekonomiannya,
maupun dari jarak tempuhnya ke Rumah Sakit, maka dari itu komunitas “Kumpulan
Penindasan HIV/ AIDS” membuka peluang bagi masyarakat yang kurang mampu agar
bisa mendapatkan pengobatan secara layak dan gratis walaupun pengobatannya
dilakukan di rumah, tetapi Pekerja Sosial serta profesi lainnya akan bekerja semaksmial
mungkin agar masyarakat tersebut bisa kembali pulih.
Pada komunitas ini di dalamnya terdapat Pekerja Sosial, psikolog, dokter, dan Lembaga
Dinas Sosial, untuk tugas dari masing-masing profesi dan lembaga tersebut adalah dari
Pekerja Sosialnya itu sendiri untuk membantu masyarakat yang terkena HIV/AIDS
untuk di berikan penanganan rehabilitasi agar bisa mengembalikan keberfungsian
sosialnya serta memberikan dukungan berupa nasehat dan semangat agar masyarakat
tersebut bisa sembuh, kemudian dari psikolog membantu agar psikis dan mental
masyarakat yang terpapar HIV/ AIDS atau mantan HIV/AIDS bisa lebih dikuatkan
mentalnya agar bisa hidup lebih baik dan bahagia, kemudian dokter untuk membantu
menyembuhkan penyakit HIV/ AIDS itu sendiri serta meberikan obat untuk
penyembuhan HIV/AIDS, dan Lembaga Dinas Sosial untuk membantu pembiayaan bagi
masyarakat kurang mampu yang terkena HIV/ AIDS serta memantau fasilitas dan
kinerja para ke empat profesi tersebut dalam bertugas agar berjalan dengan lebih baik.
Dalam menjalankan program ”Kunjungan Rumah Peduli HIV/ AIDS” di Kabupaten
Bandung setiap seminggu tiga kali dan satu harinya hanya mengunjungi satu tempat,
supaya bisa terkondisikan atau kondusif dalam melakukan pelayanannya.
b) Tujuan
Tujuan program ini terutama untuk masyarakat yang terpapar HIV/ AIDS nya adalah
agar dapat mengembalikan keberfungsian sosial, mental, dan kesembuhan dari penyakit
HIV/ AIDS nya tersebut, serta mau bersosialisasi lagi seperti sebelum dia terkena HIV/
AIDS.
Kemudian tujuan dari edukasi terhadap masyarakatnya supaya masyarakat selalu
waspada, tetapi dalam kewaspadaannya itu bukan berarti sampai mengucilkan bahkan
sampai mengasingkan masyarakat yang terpapar HIV/ AIDS, namun lebih di hilangkan
stigmanya sedikit demi sedikit, karena masyarakat yang terpapar HIV/ AIDS itu juga
manusia yang ingin di hargai serta dianggap keberadaannya, kemudian alangkah lebih
baiknya masyarakat bisa memberikan dukungan finansial maupun non finasial terhadap
orang yang terkena HIV/ AIDS dan yang sudah sembuhnya juga.
Memang dalam melakukan hal tersebut tidak bisa secepat mungkin, namun Pekerja
Sosial serta tim nya akan semaksimal mungkin supaya para masyarakat yang tidak
terpapar HIV/ AIDS bisa melakukan hal tersebut sedikit demi sedikit, agar harapan dari
kinerja program ini berjalan dengan semestinya.
c) Pelaksana (Stakeholder yang akan dilibatkan)
Stakeholder yang akan dilibatkan dalam program “Kunjungan Rumah Peduli HIV/
AIDS, seperti dokter, psikolog, dan Lembaga Dinas Sosial.
d) Sasaran
Sasarannya semua kalangan, namun lebih di khususkan untuk orang paling beresiko
tinggi terkena HIV/ AIDS, seperti pasangan homoseksual, heteroseksual, bayi yang
tertular dari ibunya, dan ibu rumah tangga yang tertular dari pasangannya
e) Waktu
 Waktu pelaksaan edukasi terhadap masyarakat Kabupaten Bandung setiap hari senin,
selasa, dan rabu.
Pelaksanaan dimulai dari jam dari jam 08. 30 - 10.00 (menyesuaikan dengan jadwal
praktek dokter dan psikolog).
 Waktu pelaksanaan kunjungan untuk pengobatan setiap hari senin, selasa, dan rabu.
Dimulai dari jam 10.00 sampai dengan selesai (menyesuaikan dengan kondisi
masyarakat yang terpapar HIV/ AIDS).
 Waktu pelaksanaan kunjungan dalam mengontrol pemulihan masyarakat yang
terkena HIV/ AIDS, yaitu setelah dua minngu pengobatan, pelaksanaan di mulai
setiap hari selasa atau jumat.
Dimulai dari jam 09.30 - 10.30 (menyesuaikan dengan jadwal praktek dokter dan
psikolog).
 Waktu Lembaga Dinas Sosial dalam mengevaluasi hasil kinerja program “Kunjungan
Rumah Peduli HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung setiap akhir bulan.
Dimulai dari jam 09. 00 – 11.00 (menyesuaikan dengan jadwal Dinas Sosialnya)
f) Tempat
Tempat dilakukan program ini di balai desa atau bangunan serba guna yang ada di
Kabupaten Bandung, dan khususnya rumah-rumah masyarakat yang kurang mampu
serta terpapar HIV/ AIDS di Kabupaten Bandung.
g) Langkah-langkah kegiatan
 Langkah awal kegiatan di mulai dari adanya kunjungan seminggu tiga kali ke
wilayah yang ada di Kabupaten Bandung.
 Kemudian meminta izin kepada RT/ RW maupun kepala desa setempat untuk
memperkenalkan komunitas, program yang akan di implementasikan kepada
masyarakat, meminta data masyarakat yang kurang mampu untuk keterangan berapa
jumlah masyarakat yang masih terpapar, yang sudah sembuh maupun yang sudah
meninggal karena HIV/ AIDS, meminta izin untuk meminjam balai desa atau
bangunan serba guna yang ada disetempat untuk awal melakukan penyuluhan, dan
meminta izin untuk berkunjung ke rumah–rumah masyarakat yang terpapar HIV/
AIDS untuk yang kurang mampu.
 Setelah di beri izin tempat dan di berikan data oleh RT/ RW mapun kepala desa
setempat maka Pekerja Sosial mulai mengedarkan surat kepada masyarakat setempat
untuk hadir dan mengikuti acara penyuluhan tersebut di balai desa atau di bangunan
serba guna yang ada di daerah setempat.
 Kemudian para Pekerja sosial, psikolog, dokter, dan dinas sosial ikut mengisi
kegiatan penyuluhan tersebut terutama dalam memberikan edukasi kepada
masyarakat khususnya kepada masyarakat yang tidak terpapar HIV/ AIDS.
 Setelah acara penyuluhan selesai Pekerja Sosial, psikolog, dokter, dan dinas sosial
mulai berkunjung ke rumah warga yang terkena HIV/ AIDS untuk di beri penanganan
gratis khusus yang kurang mampu.
 Kemudian masyarakat yang terkena HIV/ AIDS di beri saran apakah mau di berikan
penanganan gratis dan di kunjungi untuk di kontrol maksimal sebulan dua kali, jika
masyarakat tersebut menyetujui, maka akan di data supaya jelas dan kondusif.
 Setelah melakukan pendataan siapa saja masyarakat yang menyetujui maka dokter,
psikolog, dan Pekerja Sosial datang ke rumah masyarakat tersebut untuk memberikan
obat, penanganan berupa rehabilitasi agar keberfungsiannya kembali membaik, dan
memberikan konsultasi terhadap psikis dan mental kepada masyarakat yang terkena
HIV/ AIDS.
 Setelah penanganan tersebut di berikan nantinya ada kunjungan ke rumah masyarakat
yang di beri penanganan gratis tersebut untuk di kontrol apakah sudah membaik atau
malah bertambah buruk, jika sudah sembuh maka akan di masukkan ke data yang
sudah sembuh dan jika belum sembuh maka penangannya masih berlanjut.
 Kemudian pada tahap terakhir setiap sebulan sekali Lembaga Dinas Sosial akan
mengevaluasi program pelayanan “Kunjungan Rumah Peduli HIV/ AIDS” di tempat
pelaksanaan tersebut, supaya bisa memastikan hasil kinerja dari ke empat profesi itu
apakah penanganannya berjalan dengan baik atau belum.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Permasalahan kasus HIV/ AIDS memang sudah ada di Indonesia sejak lama, dan salah
satunya daerah yang terkana HIV/ AIDS adalah Kabupaten Bandung. Penyakit yang kini
cukup dirasa sebagai permasalahan yang sudah banyak dilakukan penelitian dari
pemerintah adalah penyakit HIV/AIDS. Banyak beranggapan tentang penyakit “aib”
karena virus ini menular melalui hubungan seksual atau tranfusi jarum suntik yang
biasanya dipakai oleh mereka yang menggunakan narkoba, pada satu sisi memang bahwa
hal tersbut merupakan media penularan HIV yang efektif, namun sebenarnya penularan
HIV tidaklah sesederhana orang berhubungan intim saja atau memakai narkoba dengan
jarum suntik. Stigma atau opini publik yang kuat terhadap orang yang hidup dengan
HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif, pekerjaan, perawatan,
pendidikan, dan lain-lain. Pada kasus seperti ini peran Pekerja sosial Bersama profesi lain
yang bersangkutan juga ikut cara menanggulanginya dengan menggunakan rehabilitasi
serta pengobatan dari dokter maupun dari psikolog, dan kedua penanganan tersebut harus
berjalan dengan bersamaan karena jika pengobatan saja tidak di barengi dengan rehabilitasi
maka penanganan tersebut kurang signifikan.
3.2 Saran
Penanganan dalam mengatasi kasus HIV/ AIDS memang tidak semudah itu untuk sembuh
total, bahkan jika sudah sembuh kemudian masyarakat tersebut tergoda untuk melakukan
hubungan seks bebas salah satunya dengan tanpa menggunakan kondom, maka penyakit
HIV/ AIDS tersebut akan kembali lagi menyerangnya, maka dari itu perlunya peran
masyarakat dalam adanya pendekatan terhadap masyarakat yang tidak terkena HIV/ AIDS
kepada masyarakat yang terkena HIV/ AIDS agar bisa memberikan dukungan berupa
finansial maupun non finansial, serta membantunya untuk mengontrol supaya masyarakat
yang sudah sembuh dari HIV/ AIDS tidak melakukan hal-hal terlarang lagi dan program
pemerintah serta peran peksos juga sangat penting untuk mengatasi kasus HIV/ AIDS
supaya programnya berjalan dengan maksimal dan dapat mengurangi jumlah kasus HIV/
AIDS dengan pasti.
DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan. 2020. Data Jumlah Kasus HIV AIDS di Bandung.


Melalui http://data.bandung.go.id/beta/index.php/portal/detail_dataset/a6e4b5e4-8b36-
4bf4-93ce-afddfac97569 (Diakses pada tanggal 30 Mei 2022).

Pradipa, Mitha Padawati. 2015. Gambaran Pengetahuan Remaja tentang Human


Immunodeficiency Virus/Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS).
Melalui http://repository.upi.edu/18398/9/D3_PER_1205599_chapter1.pdf (Diakses
pada tanggal 1 Juni 2022).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2017. Jauhi HIV/ AIDS Dekati ODHA.
Melalui https://jabarprov.go.id/index.php/news/26565/Jauhi_HIV_AIDS_Dekati_ODHA
(Diakses pada tanggal 4 Juni 2022).

Multicultural HIV and Hepatitis Service. 2018. Akibat-akibat yang Ditimbulkan oleh HIV/
AIDS.
Melalui https://mhahs.org.au/index.php/id/hiv/effects-of-hiv-aids (Diakses pada tanggal 4
Juni 2022).

Dinas Kesehatan. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Bandung Tahun.


Melalui http://ppid.bandungkab.go.id/image/document/dinas-kesehatan-profil-dinas-
kesehatan-2018-edisi-2019.pdf (Diakses pada tanggal 5 Juni 2022).

Anda mungkin juga menyukai