Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL

PENGALAMAN BERKOMUNIKASI PETUGAS PENDAFTARAN


DENGAN ODHA DI RS PARU DR. H.A. ROTINSULU
TAHUN 2021

OLEH :
DIAN FAJRIN SEPTYANINGRUM
1320120006

PROGRAM STUDI S1 ILMU KESEHATAN


MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG
2021

0
KATA PENGATAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian ini dengan
judul Pengalaman Petugas Pendaftaran dengan ODHA di RS Paru Dr. H.A. Rotinsulu. Proposal
penelitian ini di susun untuk memenuhi nilai mata kuliah Penelitian Kualitatif Program Studi
Kesehatan Masyarakat.
Dalam menyusun Proposal penelitian ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari bahwa dalam menyusun Proposal penelitian
ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun guna sempurnanya Proposal penelitian ini. Penulis berharap semoga
Proposal penelitian ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun untuk semuanya.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………...............................………………………………………i


DAFTAR ISI ……………………….....................................……………………………...…….ii
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………….....................………………………………………3
B. Permasalahan………....................…………………………………………...……4
C. Tujuan………………....................…..……………………………………………5
D. Manfaat……………………....................…………………………………………5
PENGALAMAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA KESMAS DENGAN ODHA DI
STIK IMMANUEL
A. Pengalaman........………….............................………………………………...…6
B. Komunikasi…… ……………............................................……….…………….6
C. Mahasiswa Kesmas..................…………………………………………………...7
D. ODHA.......................………................................................…………………...8
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian……………….......……………………………………..……..10
B. Definisi Operasional……………………….....…………………...………….....10
C. Populasi Sampel/informan……………………......………………………..……10
D. Pengolahan dan analisis data………………………......…………………...……10
E. Etika Penelitian…………………………………………..…..........………..……10
DAFTAR PUSTAKA
PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN – LAMPIRAN

2
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang masuk dalam kawasan Asia, yang menduduki
peringkat ke-3 dengan HlV/AlDS terbanyak dengan total 5,2 juta penderita. Indonesia
menyumbang sebanyak 620.000 penderita. Salah satu hal yang menjadi kendala
penurunan kasus HIV/AIDS yaitu adanya stigma dan diskriminasi terhadap Orang
dengan HlV/AlDS (ODHA). Stigma dan diskriminasi paling banyak terdapat pada
pelayanan kesehatan. Mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat
yang nantinya akan terjun ke pelayanan kesehatan diharapkan dapat melakukan
pencegahan terjadinya stigma terhadap ODHA. Dampak dari adanya stigma terhadap
orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah penderita menarik diri dari masyarakat, tidak
mau melakukan pengobatan secara rutin karena takut apabila statusnya terbuka. (Galuh I.
N. A., Besar T. H., dan Syamsulhuda B. M. 2020)
Orang dengan HIV/ AIDS akan mengalami masalah dalam beinteraksi sosial di
masyarakat tempat tinggal mereka. Pada umumnya masalah interaksi sosial yang dialami
oleh Orang dengan HIV/ AIDS antara lain karena mereka dianggap pembawa aib yang
memalukan bagi masyarakat sekitar dan terutama pada keluarga. Masyarakat
beranggapan bahwa penyakit HIV/ AIDS merupakan penyakit menular paling ganash dan
sudah tidak ada obatnya lagi. Akibatnya masyarakat akan menjauh dan menghindari
kontak sosial dengan penderita HIV/AIDS (Liping et al., 2015).
Orang dengan HIV/ AIDS cenderung merasakan perasaan rendah diri, mengalami
depresi sehingga menyebabkan penderita HIV/ AIDS menganggap dirinya tidak berguna
dan berencana untuk mengahiri hidupnya. Akibatnya Orang dengan HIV/ AIDS akan
terganggu juga mental dan kejiwaannya (Tran, 2012).
Bentuk interaksi sosial Orang dengan HIV/ AIDS di lingkungan masyarakat
tempat tinggal mereka berbeda-beda terkait dengan apa penyebab seseorang itu menderita
HIV/ AIDS. Orang dengan HIV/ AIDS yang tertular melalui proses transfusi darah
mereka cenderung lebih percaya diri karena penyakit sekarang yang diderita adalah
bukan dari kesalahan yang mereka perbuat (Tanney, Naar- King and MacDonnel, 2012).
Lain halnya Orang dengan HIV/ AIDS yang tertular akibat dari kesalahan yang mereka

3
perbuat sendiri, yaitu akibat dari penggunaan obat terlarang (Narkoba) dengan cara
bergantian menggunakan jarum suntik, sek bebas, atau sering menggunakan jasa di
tempat pelacuran. Mereka akan merasa bersalah terhadap dirinya sendiri serta pada
orang-orang terdekatnya (Muslim, 2013).
Akibatnya mereka akan merasa tertekan, mengalami stress, dan menarik diri dari
lingkungan sosial tempat tinggal mereka, dan interaksi sosial Orang dengan HIV/ AIDS
akan mengalami kesenjangan dan menyebabkan adanya masalah interaksi sosial Orang
dengan HIV/ AIDS terhadap lingkungan masyarakat tempat tinggal (Sari, 2014).
Pengalaman interaksi sosial Orang dengan HIV/ AIDS terhadap lingkungan
masyarakat tempat tinggal, tempat kerja, serta di lingkungan keluarga mereka cenderung
menarik diri dan berusaha mengasingkan diri mereka dari lingkungan asal (Rydstrom et
al., 2016). Orang dengan HIV/ AIDS akan mencari tempat tinggal baru yang dimana di
tempat yang baru tidak ada orang yang mengetahui bahwa dia menderita HIV/ AIDS.
Harapan Orang dengan HIV/ AIDS di tempat yang baru adalah agar mereka bisa hidup
normal seperti sebelum menderita HIV/ AIDS dengan tidak adanya masyarakat yang
mengucilkan mereka (Infected, 2014).

B. Permasalahan
Stigma dan diskriminasi telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya
kecemasan dan prasangka terhadap ODHA. Penyakit HIV/AIDS tidak saja menjadi
fenomena biologis ataupun medis, akan tetapi juga telah menjadi fenomena sosial di
masyarakat begitu juga di kalangan mahasiswa. Masalah yang diangkat dalam penelitian
ini adalah mengenai Stigma terhadap ODHA di kalangan mahasiswa Kesmas STIK
Immanuel. Bagaimanakah pengalaman berkomunikasi mahasiswa Kesmas dengan Orang
dengan HIV/AIDS (ODHA), apakah mahasiswa sudah mengetahui bagaimana penularan
penyakit HIV, dan juga apakah mahasiswa memberikan pandangan yang negatif terhadap
ODHA atau justru sebaliknya mahasiswa memberikan pandangan yang positif.

4
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah pengalaman
berkomunikasi mahasiswa Kesmas dengan Orang dengan HIV/AIDS (ODHA).

D. Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan untuk acuan supaya tidak ada lagi
stigma maupun diskriminasi terhadap ODHA di kalangan mahasiswa Kesmas STIK
Immanuel dan juga untuk memenuhi tugas mata kuliah penelitian kualitatif.

5
PENGALAMAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA KESMAS
DENGAN ODHA DI STIK IMMANUEL

A. Pengalaman
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata pengalaman adalah
yang pernah dialami (dirasai, dijalani, ditanggung dan sebagainya). Contoh: ia suka
menceritakan pengalamannya semasa revolusi fisik. Pengalaman berasal dari kata dasar
alam.
Pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh
melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam,
keadaan, gagasan, dan penginderaan (Loehoer, 2002). Pengalaman merupakan
suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku
baik dari pendidikan formal maupun informal, atau dapat diartikan sebagai
suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu polah tingkah laku yang lebih
tinggi (Ananing, 2006). (dalam Rr. Putri Arsika Nirmala, 2013)
Pengalaman mahasiswa Kesmas berkomunikasi berpengaruh terhadap bagaimana
mahasiswa berinteraksi sosial baik ketika mahasiswa masih di jenjang pendidikan
maupun ketika nanti di dunia kerja.

B. Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Onong Uchjana Effendy, komunikasi
berasal dari kata Inggris communication dan dari bahasa Latin commucatio yang
berarti sama, sama di sini adalah sama makna. Senada dengan hal itu menurut Stanley J.
Baran communication is the transmission of a message from a source to a receiver.
Artinya, tujuan dari komunikasi adalah untuk membuat persamaan antara sender atau
pengirim pesan dan receiver atau penerima pesan.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, komunikasi merupakan proses
pengiriman pesan antara dua orang atau lebih dengan usaha untuk membangun
kebersamaan pikiran tentang suatu makna.

6
Beberapa aturan berkomunikasi bagi orang-orang yang distigma dalam
menghadapi orang-orang “normal,” menurut Goffman (Crossman 2016), antara lain:
1. Seseorang harus mengasumsikan bahwa orang normal hanyalah tidak
memiliki informasi memadai dan bukan pembenci.
2. Tidak perlu merespons hinaan, dan orang yang distigma harus
mengabaikan atau dengan sabar menyangkal serangan atau pandangan
yang melatarbelakanginya.
3. Orang-orang dengan stigma harus mencoba membantu mengurangi
ketegangan dengan berbasa-basi dan menggunakan lelucon, atau bahkan
“ejekan terhadap diri sendiri.”
4. Orang-orang dengan stigma harus memperlakukanorang-orang “normal”
seakan-akan mereka mendapatkan kehormatan sebagai si bijaksana.
5. Orang-orang dengan stigma harus membiarkan pertanyaan-pertanyaan
yang mengganggu dan bersedia dibantu.
6. Orang-orang dengan stigma harus menggunakan taktik “waktu jeda”
dalam percakapan untuk pemulihan dari keterkejutan karena sesuatu yang
mungkin diucapkan oleh orang lain.
7. Orang-orang dengan stigma harus mengikuti etiket penyingkapan,
misalnya dengan menggunakan ketidakmampuan sebagai topik dalam
percakapan serius
8. Seorang yang distigma harus melihat dirinya “normal” agar mudah
menghadapi orang “normal.”

C. Mahasiswa Kesmas
1. Pengertian Mahasiswa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mahasiswa adalah mereka
yang sedang belajar di perguruan tinggi. Berdasarkan pengertian diatas,
peneliti menyimpulkan bahwa mahasiswa adalah orang yang sedang
menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi setelah
lulus dari SLTA.
2. Pengertian mahasiswa Kesmas

7
D. Orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu virus yang
menyerang, merusak bahkan menginfeksi sel darah putih yang mengakibatkan turunnya
imunitas tubuh manusia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome adalah
sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh infeksi HIV (Kemenkes RI, 2014).
Data Kementerian Kesehatan menunjukan bahwa dari tahun ke tahun kasus HIV
yang terlaporkan cenderung meningkat dan pada tahun 2018 tercatat sebanyak 46.659
kasus HIV dan 10.190 kasus AIDS. Angka kematian terkait AIDS di Indonesia pada
tahun 2018 meningkat 58% dari tahun 2010, yakni dari 24.000 menjadi 38.000 kasus
(Kemenkes RI, 2019).
Pemerintah telah membuat komitmen serius untuk meningkatkan surveilans
seperti meningkatkan rawatan, dukungan, dan pengobatan. Pada akhir 2005, pengobatan
anti retroviral (ARV) telah disediakan untuk 10.000 dari perkiraan 15.000 ODHA
yang membutuhkan pengobatan ini melalui program 3 by 5. Di samping itu, berbagai
upaya pencegahan juga dilakukan dengan peningkatan cakupan layanan, terutama akses
jarum steril, pengobatan substitusi, tes dan konseling sukarela (VCT), perawatan medis,
dan kelompok dukungan ( Komisi Penanggulangan AIDS, 2012)
Peran serta ODHA merupakan persoalan serius yang telah berulangkali
dinyatakan para aktivis dan organisasi internasional. ODHA bukan obyek
penanggulangan HIV dan AIDS melainkan subyeknya. Sebagai subyek, maka potensi
ODHA untuk membagi pengalaman mereka secara bermakna dalam semua aspek
penanggulangan harus diakui, dihargai, dan diberikan kesmpatan seluas- luasnya. Pada
banyak negara ODHA berperan dalam menambah pengetahuan medis dan teknis dalam
memahami HIV dan ODHA memberikan sumbangan besar dalam mendukung sesama
ODHA dan peranan mereka dalam penanggulangan HIV/AIDS di masyarakat semua ini
menjadi contoh-contoh praktek nyata yang baik (best practices).
Sumbangan ODHA di Indonesia dalam memberikan dukungan bagi ssesama
ODHA telah lama diketahui dan menurut APN+ (2004) ini merupakan salah satu best
practice dari GIPA (Greater Involvement of People with HIV/AIDS). Meskipun
demikian, masih banyak ODHA yang belum terlibat dalam berbagai upaya

8
penanggulangan – terutama dalam riset, monitoring dan evaluasi. Keterlibatan ODHA
dalam bidang-bidang ini tentu akan memberikan sumbangan penting, karena banyak
penelitian dan pengembangan program yang hanya dilakukan para pakar dan birokrat
belum tentu dapat menyelami kehidupan ODHA. Keterlibatan ODHA akan membantu
birokrat dan perencana program melakukan penyempurnaan (fine-tuning) penerapan
hasil- hasil penelitian ODHA sehingga bisa tersusun program yang lebih peka terhadap
kebutuhan ODHA (Komisi Penanggulangan AIDS, 2012).

9
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses
dan makna (perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Riset
kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui
pengumpulan data sedalam-dalamnya (Wikipedia, 2021).
B. Definisi Operasional
1. Pengalaman berkomunikasi Mahasiswa
2. Pengalaman berkomunikasi dengan ODHA
C. Populasi Sampel/Informan
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Kesmas di STIK
Immanuel selaku partisipannya.
D. Pengolahan dan Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan
menganalisis jawaban yang diberikan oleh responden berdasarkan hasil wawancara dan
kuesioner.
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mendapatkan adanya rekomendasi
dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada institusi atau
lembaga tempat penelitian untuk mencegah timbulnya masalah etika. Prinsip etik dasar
menurut Kemenkes (2017) adalah sebagai berikut:
1. Prinsip menghormati harkat martabat manusia
Prinsip ini merupakan bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia
sebagai pribadi (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih dan
sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya sendiri. Secara
mendasar prinsip ini bertujuan untuk menghormati otonomi, yang mempersyaratkannya
bahwa manusia yang mampu memahami pilihan pribadinya untuk mengambil keputusan
mandiri (self-determination), dan melindungi manusia yang otonominya terganggu atau
kurang, mempersyaratkan bahwa yang berketergantungan (dependent) atau rentan

10
(vulnerable) perlu diberikan perlindungan terhadap kerugian atau penyalahgunaan (harm
and abuse).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek
Semua orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan
individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu, peneliti tidak menampilakan
informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas partisipan, sehingga peneliti hanya
memberi inisial saja sebagai pengganti identitas partisipan.
3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu dikondisikan
sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian.
Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Peneliti menjelaskan tentang manfaat dari penelitian ini baik bagi partisipan
ataupun pihak yang bersangkutan, sehingga peneliti dapat meminimalisasi dampak yang
merugikan partisipan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Crossman, Ashley. (2016). Stigma: Notes on the Management of Spoiled Identity. Diunduh dari
http://sociology.about.com/od/Works/a/Stigma-Notes-On-The-Management-Of-
Spoiled-Identity.htm

Dasrun Hidayat, Komunikasi Antar pribadi dan Mediannya. (Yogyakarta: GRAHA ILMU.
2012)

Infected, P. (2014) ‘INTERAKSI SOSIAL ORANG DENGAN HIV / AIDS


DIBAWAH NAUNGAN LEMBAGA ADVOKASI DAN Interaction of
People Infected by HIV / AIDS under the Institute for Advocacy
Pendahuluan’

Galuh I. N. A., Besar T. H., Syamsulhuda B. M. (2020) ‘Stigma Mahasiswa Kebidanan dan
Keperawatan Terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Kabupaten
Kebumen’,Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal),
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Liping, M. et al. (2015) ‘Quality of life of people living with HIV/ AIDS: A Cross-sectional
study in zhejiang province, China’, PLoS
ONE,10(8),pp.1-14.doi:10.1371/journal.pone.0135705.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Komunikasi. Diakses di


kbbi.web.id/komunikasi pada 11 November 2021

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Pengalaman. Diakses di


kbbi.web.id/pengalaman pada 11 November 2021

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Mahasiswa. Diakses di


kbbi.web.id/mahasiswa pada 11 November 2021

Kemenkes RI. (2014). InfoDATIN : Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

KPA ( 2012) ODHA dan AKSES Pelayanan Kesehatan Dasar. Penelitian Partisipatif MAP
(2004). AIDS in Asia: Face the Facts. A comprehensive analysis of the AIDS.
epidemics in Asia. MAP report.

Muslim, A. (2013) ‘Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis’, Jurnal


DiskursusIslam,1(3),pp.483494.Availableat:http://journal.uinalauddin.ac.id/
index.php/diskursus_islam/article/view/6642.

12
Rr. Putri Arsika Nirmala (2013) ‘Pengaruh Imdependensi, Pengalaman, Due Professional care,
Akuntabilitas, Kompleksitas Audit, dan Time Budget Pressure Terhadap Kualitas
Audit’, http://eprints.undip.ac.id/39989/1/NIRMALA.pdf

Sari, A. T. K. (2014) ‘Interaksi Sosial Narapidana Pengidap HIV/AIDS di Lingkungan


Lembaga Pemasyarakatan Narkotikan Kelas II A Yogyakarta’.

Stanley J. Baran, Introduction to Mass Comunnication Media Literacy & Culture. (New York:
McGraw Hill Higher Education, 2009)

Tanney, M., Naar-King, S. and MacDonnel, K. (2012) ‘Depression and stigma in high-risk youth
living with HIV: a multi-site study’, J Pediatr Health Care, 26(4).

Tran, B. X. (2012) ‘Quality of life outcomes of antiretroviral treatment for HIV/AIDS patients in
Vietnam’, PLoS ONE, 7(7), pp. 1–8. doi: 10.1371/journal.pone.0041062.

Wikipedia. (2021). Penelitian kualitatif. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.


https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif. (Diakses tanggal 11 November
2021).
Suhaeri, Suhaeri. (2018). Strategi Komunikasi Inovasi Dalam Meminimalisir Konflik Horizontal
Pengemudi Taksi Online Dan Konvensional Di Kota Bandung. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 3(2), 122–131.

Supinganto, A., Misroh, M., &. Suharmanto. (2015). Indentifikasikomunikasi efektif SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram. Jurnal
Keperawatan (Publikasi)

Aan Komariah, Djam’an Satori. 2014 Metodologi Penelitian Kualitatif.


Bandung : Alfabeta

Moleong, L. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda karya


Ahmad Tanzeh. 2011. Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras.

https://ojs.stiami.ac.id/index.php/lugas/article/view/105/93 strategi komunikasi odha


https://publikasi.polije.ac.id/index.php/j-remi/article/view/1998/1630 gambaran stres kerja
petugas pendaftaran

INSTRUM
NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR PARTISIPAN SOA
EN
N
1 Pemahaman  Informasi dan a. Mendapatkan Petugas Wawancara
komunikasi pengetahuan informasi. Pendaftaran mengajukan
dengan tentang b. Pengetahuan pertanyaan
ODHA HIV/AIDS c. Pengalaman

13
2 Stigma sosial  Dihindari dan Petugas Wawancara Apa k
petugas dijauhi teman Pendaftaran mengajukan yang
pendaftaran sejawat . pertanyaan selam
terhadap  Diusir dan mend
ODHA dikucilkan pasie
masyarakat ODH
Paru
Rotin

3 Tantangan Petugas Wawancara Apa t


selama  Kesulitan Pendaftaran mengajukan yang
merawat melakukan pertanyaan selam
pasien tindakan dan mend
COVID-19 menggunakan pasie
APD ODH
 Menghadapi Paru
pasien dan Rotin
keluarga yang
tidak kooperatif
 Kesulitan
melakukan
tindakan dengan
jumlah tenaga
yang kurang
 Tantangan
melakukan
pemulasaran
jenazah
COVID-19

4 Harapan Petugas Wawancara Apa y


selama  Harapan Pendaftaran mengajukan harap
merawat pandemi pertanyaan beker
pasien berakhir mend
COVID-19  Harapan pasie
terhadap ODH
kesejahteraan Paru
perawat. Rotin
 Harapan
terhadap
masyarakat

14
5 Dukungan Petugas Wawancara Apa d
selama  Dukungan dari Pendaftaran mengajukan yang
merawat manajemen pertanyaan butuh
pasien rumah sakit. beker
COVID-19  Dukungan dari mend
keluarga. pasie
 Dukungan dari ODH
pemerintah. Paru
 Dukungan dari Rotin
teman sejawat
6 Petugas Wawancara Apak
Pendaftaran mengajukan komu
pertanyaan sudah
selam
mend
pasie
ODH
Paru
Rotin
7 Petugas Wawancara Apa d
Pendaftaran mengajukan yang
pertanyaan butuh
beker
mend
pasie
ODH
Paru
Rotin
Apak
stigm
diskri
ketika
berko
dengn
RS P
Rotin

15

Anda mungkin juga menyukai