Disusun Oleh
Kelompok 10 :
1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YATSI MADANI
2022
2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-
Nya makalah ini dapat kami susun. Makalah pembelajaran ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Makalah ini membahas
tentang Prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV/ AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA . Kami harap makalah ini dapat menjadi acuan belajar dan
memberikan ilmu wawasan yang lebih mendalam kepada mahasiswa lainnya.
Makalah ini tentunya masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu saran dan
masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan kami
mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu mengarahkan kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Tangerang,27Maret2003
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. L a t a r B e l a k a n g . … … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . 1 . 1
B. R u m u s a n M a s a l a h … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 1 . 2
C. T u j u a n … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . 1 . 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Komunikasi konseling pada klien HIV / AIDS…………………………..…..2.1
B. D e f i n i s H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . … . 2 . 2
C. C a r a P e n u l a r a n H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . … 2 . 3
D. T a n d a d a n G e j a l a … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 4
E. C a r a P e n c e g a h a n H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 5
F. P r i n s i p H I V / A I D S … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 6
G. Cara Komunikasi dengan Klien HIV / AID S………………………………………….2.7
H. Prinsip Komunikasi Konseling pada Klien Penyalahgunaan NAPZA……………… ..2.8
I. Prinsip Proses Komunikasi Terhadap Klien Penyalahgunaan NAPZA………………..2.9
J. P e n g g o l o n g a n N A P Z A … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … 2 . 1 0
K. Dampak dari NAPZA yang Disalah Gunakan Pengguna…………………………….2.11
L. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Pencegahan NAPZA………………………….2.12
BAB III PENUTUP
A. Tinjau kasus………………………………………………………………………………3.1
B. Kesimpulan……………………………………………………………………………..3.2
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Konseling merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang yang tidak ada
hubungannya satu sama lain bertemu untuk memecahkan suatu masalah , atau
membuat keputusan yang menyangkut perilaku dan persoalan yang secara pribadi.
Konseling sangat berguna bagi ODHA karna tidak semua ODHA sadar bahwa
mereka telah mengidap HIV/AIDS , Koseling memberikan keuntungan baik bagi mereka
yang posetif maupun bagi mereka yang negative mengidap penyakit AIDS karena
konseling dapat mengurangi kegelisaan , meningkatkan prepesi / pengetahuan tentang
faktor- faktor resiko terkena infeksi HIV
Seorang konselor hendaknya mempunyai srategi komunikasi yang baik dalam
menghadapi segala permasalahan dalam mengenai ODHA dan berupaya mencapai
kualitas komunikasi yang baik dengan pasien agar terciptanya hubungan yang lebih baik
psikologis atara konsoler dan pasien sehingga pasien mampu membuka statusnya dan
konseler mendapat kepercayaan dari pasien.
1.3 Tujuan
1
1. Mengetahui prinsip - prinsip komunikasi konseling pada klien HIV/ AIDS
BAB II
PEMBAHASAN
2
mata rantai penularan HIV yang meluas .
3
sudah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya status fisik yang
menurun
namun status psikologi dan sosialnya turut terpengaruh. HIV/AIDS merupakan
penyakit defisiensi imun sekunder yang paling umum terjadi di dunia dan
sampai saat ini masih menjadi masalah epidemi dunia yang serius karena
adanya peningkatan angka kejadian yang terus bertambah dari waktu ke waktu
(Fau, Sumardiani Y., Nasution, Zuraiah, Hadi 2019)
4
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu. Kenyataannya
25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di
negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV
tertular dari ibunya
3. Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS:
a) Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
b) Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia,
kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan
suntik lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi
jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan
yang tidak steril.
e) Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara
pekerja kesehatan.
f) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang
memiliki banyak pasangan lain
7.1.4 Tanda Dan Gejala :
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang
yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan
pertama, banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap
selanjutnya. Beberapa minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin
tidak mengalami gejala atau penyakit seperti influenza termasuk demam,
sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan.Ketika infeksi semakin
memperlemah sistem kekebalan, seorang individu dapat mengembangkan
tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah bening yang membengkak,
penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Tanpa pengobatan, mereka
juga bisa mengembangkan penyakit berat seperti tuberkulosis, meningitis
kriptokokus, infeksi bakteri berat dan kanker seperti limfoma dan sarkoma
kaposi.
5
1) A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan
seks bagi yang belum menikah.
2) B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan
seks (tidak berganti-ganti pasangan).
3) C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
4) D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5) E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.
6
mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti
pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku beresiko.
Pada saat VCT dikomunikasikan juga mengenai respon dan perasaan klien
dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing psitif.
4. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT. WHO dan Departemen
Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk
melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh
konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lain yang
disetuji oleh klien.
7
2. Prinsip Komunikasi Terapeutik yang digunakan untuk konseling tersebut
meliputi :
a. Menghormati Pasien :
Menghormati adalah memandang positif sebagai sesama manusia
Koselor menghormati pasien dengan tidak bertindak semena - mena
dan saling bertoleransi satu dengan yang lain baik dalam mejalankan
program rehabilitasi.
b. Menunjukan Kesungguhan Penuh kepada pasien :
Kesungguhan untuk membantu pasien lepas dari kecanduaan
narkoba, Kesungguhan untuk membantu pasien ditunjukkan dengan
bersikap sabar terhadap pasien ,termasuk ketika pasien melakukan
pemberontakan pada saat menjalani rehabilitasi.
c. Menumbuhkan Rasa Empati :
Empati kepada pasien adalah kasih sayang dan kepedulian dari
dalam hati. Koselor mampu merasakan kondisi, situasi dan perasaan
yang dirasakan oleh pasien.
d. Menciptakan Kepercayaan :
Pasien memiliki kepercayaan dalam diri bahwa konselor dapat
membantu pasien keluar dari permasalahaan yang dihadapi.Untuk
menumbuhkan
kepercayaan, Konselor melakukan pendekatan individu melalui konseling
dan
memberikan motivasi terhadap pasien.
e. Menjaga Kerahasiaan:
Kerahasiaan menjadi hak privasi setiap pasien. Dengan menjaga
kerahasiaan berarti sama halnya menjaga kepercayaan pasien. Yayasan
panti rehabilitasi ORBIT memiliki kebijakan khusus untuk wajib menjaga
segala hal yang berkaitandengan pasien, baik mulai dari identitas
maupun hal -hal lain yang dianggap perlu dijaga kerahasiannya.
7.1.9 Prinsip Yang Digunakan Oleh Konselor Dalam Proses Komunikasi
Terhadap Klien Penyalahgunaan Napza:
1. Konseling Individu:
Konseling individu adalah pertemuan antara seorang koselor dengan
seorang klien secara individual, dimana terjadi hubungan konselin yang
bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberi bantuan untuk
8
mengembangkan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi
permasalahan yang sedang dihadapi:
Prinsip- prinsip konseling individu yaitu:
Setiap konselor harus menghormati kejujuran klien untuk bertemu
dengannya karna meminta pertolongan.
Konselor harus menjelaskan persaratan konseling kepada klien
seperti tempat dan hari bertemu.
Konselor harus bertanggung jawab mencari lembaga referensi jika
terdapat kliennya mengancam keselamatan orang lain.
2. Konseling Kelompok:
Konseling kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan.
Konseling kelompok merupakan bagian terpadu dari seluruh program.
Yang terlibat dalam konseling kelompok adalah seseorang atau
beberapa konselor dengan sekelompok konseli. Konselor sebagai
helper memerlukan penguasaan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui pendidikan.
a) Narkotika:
9
1) Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuandantidakdigunakandalamterapi,serta
mempunyai potensisangat tinggi, serta dapat menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Heroin,Kokain, Ganja.
2) Golongan II : Narkotika yang bersifat pengobatan, digunakan
sebagai pilihanterakhir dan dapatdigunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu
pengetahuan. NarkotikagogoIIjugaakibatketergantungantinggi.
Contoh:Morfin, Petidin
b) Penggolongan Psikotropika:
Menurut UU No 5 /1997, Psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetik bukan Narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh perbedaan pada susunan saraf pusat
yang penyebab perubahan khas aktivifas mental dan perilaku.
1) Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dantidak dgunakan untukterapi,sertamempunyai
potensikuatsindroma sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
dapatdigunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan. Dapatmengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Amfetamin.
3) Golongan III: Psikotropika ini dapat digunakan dalam pengobatan
dan terapi.Selain itu, juga digunakan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan berpotensisedang menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Fenobarbital.
4) Golongan VI : Psikotropika golongan IV, berguna untuk
pengobatan dandipakai sangat luas untuk terapi, juga ilmu
pengetahuan karena berpotensiringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam.
10
C. Penggolongan Zat Adikif Lainnya:
Yang dimaksud dengan Zat Adiktif lainnya yaitu bahan / zat yng
berpengaruh Psikoaktif diluar Narkotika dan psikotropika , meliputi:
2) Inhalasi (Gas yang dihirup) dan Solven (Gas Pelarut) mudah menguap
berupasenyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah
tangga,kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan: Lem,
Tiner,Penghapus Cat Kuku, dan Bensin.
11
7.2.2 Dampak dari NAPZA Yang Disalahgunakan Penggunanya:
1) Otak dan susunan saraf pusat: Gangguan daya ingat, gangguan perhatian
dankonsentrasi, gangguan bertindak rasional, gangguan persepsi
yangmengakibatkan halusinasi, kehilangan motivasi, dan sulit
membedakan yanghal baik dan buruk
12
BAB III
TINJAU KASUS
Kasus
Pada saat pengkajian tanggal 27 Maret 2023 jam 10.00 WIB didapatkan pasien dengan
kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah dan letih. Pasien
mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan punggung
kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6
sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien mengatakan tidak
ada keluhan pada paru.
A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
a. Nama : Tn.A
b. Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 13 Februari 1988
c. Umur : 29 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki – Laki
e. Status : Belum Menikah
f. Agama : Islam
g. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
h. Pekerjaan : Guru honorer
i. Tanggal Masuk : 25 Maret 2023
j. Alamat : Jl. Pegangsaan Timur Rt 09 Rw 02
k. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus
obat,susp TB, condidiasis oral, Diare kronis Gangguan Faal hepar
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari
13
konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di
sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti
mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6 sampai 7,
nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan pada paru.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS,
pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh
mual saat makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan
tahun 2012, pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah
terpengaruh dengan lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam,
pasien berhubungan seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut
dengan homoseksual. Pasien mengatakan tidak minum alkohol,
merokok, ataupun narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung
serta penyakit TBC.
3. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien
mengkonsumsi nasi ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang
juga mengkonsumsi buah dan makanan tambahan seperti snack.
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan. Pasien minum
air putih 6-7 gelas/hari. Pasien mengatakan berat badan sebelum
14
sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg dan berat badan sekarnag 31 kg.
2) Sakit
Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5
sendok dalam 1 kali makan.Pasien mengatakan sudah mengalami
penurunan nafsu makan sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di
rawat di rumah pasien lebih sering mengkonsumsi bubur kacang
hijau dan susu. Pasien sulit untuk makan karena sariawan dan bibir
kering serta ada mual dan muntah. Saat dirawat dirumah pasien
minum 5-6 gelas dan minum susu 3 x 200 ml. Pasien mengatakan
saat dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4 sendok dari
porsi makanan yang disediakan di rumah sakit Pasien mendapatkan
diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus tiga kali sehari. Saat sakit
pasien minum air putih 2 sampai 3 gelas ±600 cc perhari
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak bewarna kecoklatan.
BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5 kali sehari, pasien
BAK dengan lancar
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari,
bewarna kuning, konsistensi cair.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan
tidur siang 1-2 jam.
2) Sakit
15
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih
banyak digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang
ditemukan pasien saat tidur yaitu pada malam hari terbangun karena
BAB, demam serta berkeringat malam.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari
secara mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan
bergerak di dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua
untuk aktivitas makan dan minum, mandi serta toileting.
e. Pola bekerja
1) Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn
selama 6 kali dalam seminggu
2) Sakit
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa
lemah dan letih, pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi
mengajar.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 157 cm
2) Berat badan : 31 kg
3) IMT : 12,91 ( Berat badan kurang )
4) Lingkar lengan: 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah: 80/60 mmHg
16
7) Nadi : 89 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 36,0 C
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada
udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut
mudah rontok, berketombe
E. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek
pupil isokor, ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak
terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral,
terdapat sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga,
terdapat serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
17
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat retraks
dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
M. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma
kaposi) terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan
sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik,
tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus
otot melemah.
5. Data Psikologis
a. Status Emosional
18
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan
lesu. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin
memburuk dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c. Pola Koping
Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat
dalam menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit
yang di deritanya.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih
banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum
menikah dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan
merasa malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri
dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain.
Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat ini.
6. Data Sosial
Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak dan sering
menyendiri di kamar.
7. Data Spiritual
Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien
rajin melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak
melaksanakan shalat
8. Program Dan Rencana Pengobatan
Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2022 sampai
19
29 mei 2022 adalah sebagai berikut :
IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf
Caeftazidime 2 x 1 g (IV)
Paracetamol 3 x 500 g (PO)
Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)
Flukonazole 1 x 150 g (PO)
Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO)
Ciprofloxacin 2 x 120 (IV)
Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV)
KCL 400 mg (IV)
WIDA KN-2 1 kolf
B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
Data Masalah Etiologi
Keperawatan
Subjektif : Nyeri Akut Agen Pencedera
a. Pasien Fisiologi
mengatakan
nyeri
dada di sebelah
kanan bagian
bawah dan
punggung
kanan
b. Pasien
mengatakan
nyeri
terasa seperti
mendesak
c. Pasien
mengatakan
20
skala
nyeri berkisar
antara 6
sampai 7
d. Pasien
mengtakan
nyeri
terasa hilang
timbul
e. Pasien
mengatakan
posisi
tidur lebih
senang miring
ke
kiri, agar tidak
terasa nyeri
Objektif :
a. Pasien
tampak tidak
bersemangat
b. Pasien
tampak
melindungi
area nyeri
c. Nyeri pada
abdomen
kuadran atas
d. TD : 80/60
mmHg
e. N : 89 x/i
21
C. Rencan Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Problem : Luaran Utama : Intervensi Utama
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Etiologi : Luaran Tambahan : Intervensi Pendukung
Agen Pencedera Kontrol Nyeri Pemberian Obat
Fisiologis Tujuan : Observasi
Dibuktikan dengan, Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
Data Subjektif : tindakan karakteristik, durasi,
keperawatan
Klien mengeluh nyeri frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam,
Data Objektif : intensitas nyeri.
diharapkan tingkat
a. Tampak meringis b. Identifikasi skala
nyeri menurun,
b. Bersikap protektif : nyeri
dengan
Melindungi area nyeri Terapeutik
Kriteria Hasil :
c. Frekuensi nadi a. Berikan teknik non
a. Keluhan nyeri
meningkat farmakologis untuk
menurun (5)
mengurangi nyeri
b. Meringis menurun
b. Fasilitasi istirahat
(5)
dan tidur
c. Sikap protektif
Edukasi
menurun (5)
a. Jelaskan strategi
d. Frekuensi nadi
22
membaik (5) meredakan nyeri
b. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
D. Implementasi Dan Evaluasi
Diagnosa Hari Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
dan Waktu
Nyeri Akut Senin, 27 Maret - Mengidentifikasi S:
b/d Agen 2023 lokasi, karakteristik, - Pasien
Pencedera 10.00 WIB durasi, frekuensi, mengatakan
Fisiologis Senin, 27 Maret kualitas, intensitas nyeri masih
2023 nyeri. terasa
10.16 WIB - Mengidentifikasi - Pasien
Senin, 27 Maret skala nyeri mengatakan
2023 - Memberikan nyeri terasa
teknik
10.48 WIB seperti
non farmakologis
Senin, 27 Maret mendesak
untuk mengurangi
2023 - Pasien
nyeri : terapi pijat
12.30 WIB mengtakan skala
- Memfasilitasi
Senin, 27 Maret nyeri berkisar
istirahat dan tidur
2023 antara 4 sampai
- Kolaborasi
16.05 WIB 5
pemberian
- Pasien
analgetik
mengatakan
- Menganjurkan
nyeri terasa
23
menggunakan hilang timbul
analgetik secara - Pasien
tepat
mengtakan
- Menjelaskan
posisi tidur lebih
strategi
nyaman miring
meredakan nyeri
ke kiri, agar
tidak terasa
nyeri
O:
- Pasien tampak
melindungi
nyeri
- TD: 90/70
mmHg
- N : 93 x/i
A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
24
BAB IV
PENUTUP
3.1Kesimpulan
25
DAFTAR PUSTAKA
Farid ashari, pembinaan korban penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif (napza)
26
27
28