Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN MAKALAH

PRINSIP KOMUNIKASI KONSELING


PADA KLIEN DENGAN HIV/ AIDS
DAN PENYALAH GUNAAN NAPZA

Disusun Oleh
Kelompok 10 :

1. Agus Setiawan 21218005


2. Anisa Wahyu Ningsih 21218017
3. Clarita Naomi Turnip 21218032
4. Diki Ilham Adhari 21218044

5. Elisa Makdalena 21218053

6. Ariyanti prabila 21218021

1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS YATSI MADANI
2022

2
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-
Nya makalah ini dapat kami susun. Makalah pembelajaran ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS. Makalah ini membahas
tentang Prinsip komunikasi konseling pada klien dengan HIV/ AIDS dan
penyalahgunaan NAPZA . Kami harap makalah ini dapat menjadi acuan belajar dan
memberikan ilmu wawasan yang lebih mendalam kepada mahasiswa lainnya.

Makalah ini tentunya masih banyak kekurangannya, oleh sebab itu saran dan
masukan yang positif sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Dan kami
mengucapkan terimakasih banyak kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu mengarahkan kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Tangerang,27Maret2003

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. L a t a r B e l a k a n g . … … . . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . 1 . 1
B. R u m u s a n M a s a l a h … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . 1 . 2
C. T u j u a n … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . 1 . 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip Komunikasi konseling pada klien HIV / AIDS…………………………..…..2.1
B. D e f i n i s H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . . … . 2 . 2
C. C a r a P e n u l a r a n H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … . … 2 . 3
D. T a n d a d a n G e j a l a … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 4
E. C a r a P e n c e g a h a n H I V / A I D S … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 5
F. P r i n s i p H I V / A I D S … . … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … 2 . 6
G. Cara Komunikasi dengan Klien HIV / AID S………………………………………….2.7
H. Prinsip Komunikasi Konseling pada Klien Penyalahgunaan NAPZA……………… ..2.8
I. Prinsip Proses Komunikasi Terhadap Klien Penyalahgunaan NAPZA………………..2.9
J. P e n g g o l o n g a n N A P Z A … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … . … … 2 . 1 0
K. Dampak dari NAPZA yang Disalah Gunakan Pengguna…………………………….2.11
L. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Pencegahan NAPZA………………………….2.12
BAB III PENUTUP
A. Tinjau kasus………………………………………………………………………………3.1
B. Kesimpulan……………………………………………………………………………..3.2
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Konseling merupakan suatu proses yang melibatkan dua orang yang tidak ada
hubungannya satu sama lain bertemu untuk memecahkan suatu masalah , atau
membuat keputusan yang menyangkut perilaku dan persoalan yang secara pribadi.

Konseling sangat berguna bagi ODHA karna tidak semua ODHA sadar bahwa
mereka telah mengidap HIV/AIDS , Koseling memberikan keuntungan baik bagi mereka
yang posetif maupun bagi mereka yang negative mengidap penyakit AIDS karena
konseling dapat mengurangi kegelisaan , meningkatkan prepesi / pengetahuan tentang
faktor- faktor resiko terkena infeksi HIV
Seorang konselor hendaknya mempunyai srategi komunikasi yang baik dalam
menghadapi segala permasalahan dalam mengenai ODHA dan berupaya mencapai
kualitas komunikasi yang baik dengan pasien agar terciptanya hubungan yang lebih baik
psikologis atara konsoler dan pasien sehingga pasien mampu membuka statusnya dan
konseler mendapat kepercayaan dari pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana prinsip - prinsip komunikasi konseling pada klien HIV/ AIDS?


2. Mengetahui tentang penyakit HIV/ AIDS
3. Tanda dan Gejala penderita HIV/ AIDS
4. Bagaimana cara pencegahan HIV/ AIDS
5. Bagaimana prinsip - prinsip komunikasi konseling pada klien penyalahgunaan
napza?
6. Apa saja yang termasuk/tergolong ke dalam jenis NAPZA?
7. Bagaimana dampak dari NAPZA yang disalahgunakan penggunanya?
8. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah NAPZA?

1.3 Tujuan

1
1. Mengetahui prinsip - prinsip komunikasi konseling pada klien HIV/ AIDS

2. Mengetahi penyakit HIV/ AIDS

3. Mengetahui tanda dan gejala penderita HIV/ AIDS

4. Mengetahi cara pencegahan HIV/ AIDS

5. Mengetahui prinsip - prinsip komunikasi konseling pada klien penyalahgunaan


napza
6. Mengetahui zat serta bahan kimia yang tergolong ke dalam jenis NAPZAsehingga
dapat membedakan zat satu dengan zat lainnya
7. Mengetahui faktor faktor yang menyebabkan seseorang menggunakan
jugamenyalahgunakan NAPZA itu sendiri

BAB II
PEMBAHASAN

7.1.1 Prinsip Komunikasi Konseling Pada Klien HIV/ AIDS


HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan suatu virus yang
menyebabkan terjadinya penyakit AIDS yang menyerang sistem kekebalan tubuh
sehingga mengakibatkan tubuh kekurangan sistem imun dalam melawan infeksi.
Konseling HIV/ AIDS bersifat komunikasi rahasia antara klien dan petugas
kesehatan kesehatan betujuan memungkinkan klien menghadapi stres dan
menentukan pilihan pribadi berkaitan dengan HIV/ AIDS
Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau konseling dan Testing Sukarela
merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat yang sebagai pintu masuk
ke seluruh layanan kesehatan HIV-AIDS yang berkelanjutan. Melalui tes HIV,
seorang dapat mengetahui status HIV -nya setelah melalui proses konseling .
Tes HIV yang umum adalah dengan mendeteksi antibodi yang diproduksi oleh
sistem kekebalan tubuh dalam merespons infeksi HIV. Tujuan dilakukannya
konseling dalam menanggulangi penularan HIV /AIDS untuk mengetahui status
lebih dini akan memudahkan perencanaan penanganan , meningkatkan kualitas
hidup sehingga mengurangi angka kesakitan dan kematian (walaupun tidak
dapat disembuhkan , penyakit dapat di kendalikan dengan baik ),dan memutus

2
mata rantai penularan HIV yang meluas .

Prinsip- prinsip konseling merupakan pedoman atau acuan yang digunakan


dalam melaksanakan konseling. Prinsip - prinsip tersebut dibuat berdasarkan
kajian filosofis , hasil - hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakekat
manusia ,perkembangan budaya, pengertian , tujuan , fungsi , dan proses
penyelenggaraan konseling . Prinsip - prinspi konseling ini akan
mendasarkanpada factor proses, tanggung jawab serta tujuan dari konseling.

7.1.2 Definisi HIV/ AIDS


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang
menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh manusia. Sedangkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome adalah berbagai kumpulan gejala-gejala penyakit yang timbul
karena terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh
infeksi virus HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyerang


sel darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya
sistem imun tubuh manusia dan membuatnya lebih rentan terhadap berbagai
penyakit, sulit sembuh dari berbagai penyakit oportunistik dan bisa
menyebabkan kematian. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom
(AIDS) adalah kumpulan tanda gejala yang muncul karena rusaknya system
kekebalan yang bersifat progresif pada tubuh manusia akibat virus HIV
(Nuzzillah and Sukendra 2017).

ODHA merupakan singkatan dari orang dengan HIV/AIDS, apabila


seseorang

3
sudah dinyatakan mengidap HIV/AIDS maka bukan hanya status fisik yang
menurun
namun status psikologi dan sosialnya turut terpengaruh. HIV/AIDS merupakan
penyakit defisiensi imun sekunder yang paling umum terjadi di dunia dan
sampai saat ini masih menjadi masalah epidemi dunia yang serius karena
adanya peningkatan angka kejadian yang terus bertambah dari waktu ke waktu
(Fau, Sumardiani Y., Nasution, Zuraiah, Hadi 2019)

7.1.3 Cara Penularan HIV/ AIDS


1. Media penularan HIV/ AIDS:
HIV dapat ditularkan melalui pertukaran berbagai cairan tubuh dari individu
yang terinfeksi, seperti darah, air susu ibu, air mani dan cairan vagina. Individu
tidak dapat terinfeksi melalui kontak sehari-hari biasa seperti berciuman,
berpelukan, berjabat tangan, atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.
2. Cara penularan HIV/AIDS

a) Hubungan seksual : hubungan seksual yang tidak aman dengan orang


yang telah terpapar HIV.
b) Transfusi darah : melalui transfusi darah yang tercemar HIV.
c) Penggunaan jarum suntik : penggunaan jarum suntik, tindik, tato, dan
pisau cukur yang dapat menimbulkan luka yang tidak disterilkan secara
bersama-sama dipergunakan dan sebelumnya telah dipakai orang yang
terinfeksi HIV. Caracara ini dapat menularkan HIV karena terjadi kontak
darah
d) Ibu hamil kepada anak yang dikandungnya :

4
1) Antenatal : saat bayi masih berada di dalam rahim, melalui plasenta.
2) Intranatal : saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau cairan
vagina
3) Postnatal : setelah proses persalinan, melalui air susu ibu. Kenyataannya
25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi di
negara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV
tertular dari ibunya
3. Perilaku berisiko yang menularkan HIV/AIDS:
a) Melakukan seks anal atau vaginal tanpa kondom.
b) Memiliki infeksi menular seksual lainnya seperti sifilis, herpes, klamidia,
kencing nanah, dan vaginosis bakterial.
c) Berbagi jarum suntik yang terkontaminasi, alat suntik dan peralatan
suntik lainnya dan solusi obat ketika menyuntikkan narkoba.
d) Menerima suntikan yang tidak aman, transfusi darah, transplantasi
jaringan, prosedur medis yang melibatkan pemotongan atau tindakan
yang tidak steril.
e) Mengalami luka tusuk jarum yang tidak disengaja, termasuk diantara
pekerja kesehatan.
f) Memiliki banyak pasangan seksual atau mempunyai pasangan yang
memiliki banyak pasangan lain
7.1.4 Tanda Dan Gejala :
Gejala-gejala HIV bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Meskipun orang
yang hidup dengan HIV cenderung paling menular dalam beberapa bulan
pertama, banyak yang tidak menyadari status mereka sampai tahap
selanjutnya. Beberapa minggu pertama setelah infeksi awal, individu mungkin
tidak mengalami gejala atau penyakit seperti influenza termasuk demam,
sakit kepala, ruam, atau sakit tenggorokan.Ketika infeksi semakin
memperlemah sistem kekebalan, seorang individu dapat mengembangkan
tanda dan gejala lain, seperti kelenjar getah bening yang membengkak,
penurunan berat badan, demam, diare dan batuk. Tanpa pengobatan, mereka
juga bisa mengembangkan penyakit berat seperti tuberkulosis, meningitis
kriptokokus, infeksi bakteri berat dan kanker seperti limfoma dan sarkoma
kaposi.

7.1.5 Cara Pencegahan HIV / AIDS:


Lima cara untuk mencegah penularan HIV, dikenal konsep “ABCDE” sebagai
berikut:

5
1) A (Abstinence): artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan
seks bagi yang belum menikah.
2) B (Be faithful): artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan
seks (tidak berganti-ganti pasangan).
3) C (Condom): artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual
dengan menggunakan kondom.
4) D (Drug No): artinya Dilarang menggunakan narkoba.
5) E (Education): artinya pemberian Edukasi dan informasi yang benar
mengenai HIV, cara penularan, pencegahan dan pengobatannya.

7.1.6 Prinsip -Prinsip Hiv / AIDS


1. Sukarela dalam melaksanakan testing HIV. Pemeriksaan HIV hanya
dilaksanakan atas dasar kerelaan klien tanpa paksaan dan tanpa tekanan
dari orang lain dan keputusan untuk melakukan pemeriksaan terletak di
tangan klien.
2. Saling mempercayai dan terjaminnya konfidensialitas. Layanan VCT harus
bersifat profesional, menghargai hak dan martabat semua klien . Semua
informasi yang di sampaikan klien harus dijaga kerahasiaannya oleh
konselor dan petugas kesehatan, dan tidak diperkenankan di diskusikan
diluar konteks kunjungan klien. Semua informasi tertulis harus disimpan
dalam tempat yang tidak dapat dijangkau oleh mereka yang tidak berhak.
3. Mempertahankan hubungan relasi konselor dan klien yang efektif konselor

6
mendukung klien untuk kembali mengambil hasil testing dan mengikuti
pertemuan konseling pasca testing untuk mengurangi perilaku beresiko.
Pada saat VCT dikomunikasikan juga mengenai respon dan perasaan klien
dalam menerima hasil testing dan tahapan penerimaan hasil testing psitif.
4. Testing merupakan salah satu komponen dari VCT. WHO dan Departemen
Kesehatan RI telah memberikan pedoman yang dapat digunakan untuk
melakukan testing HIV. Penerimaan hasil testing senantiasa diikuti oleh
konseling pasca testing oleh konselor yang sama atau konselor lain yang
disetuji oleh klien.

7.1.7 Cara Komunikasi

Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling


menguntungkan , didasarkan pada prinsip Humanity of Nursing and Clients.

Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang


keluarga, budaya dan keunikan tiap individu, komunikasi yang dilakukan harus
dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan , dalam hal ini
perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri klien.komunikasi
yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu
sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan
masalahnya.

7.1.8 Prinsip Komunikasi Konseling Pada Klien Penyalahgunaan Napza


Narkotika, Alkohol, Prikotropika Dan Zat Adiktif lainnya, atau biasa dikenal
dengan singkatan NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk
pegobatan dan penelitian. Namun berbagai jenis obat tersebut kemudian
disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara dan untuk menghindar
dari masalah yang akhirnya menyebabkan ketagihan dan kecanduan untuk
ketergantungan.
1. Prinsip konseling pada penyalahgunaan NAPZA:
a. Mencegah sebelum terjadi korban.
b. Sesudah terlanjur menjadi korban pengguna.

7
2. Prinsip Komunikasi Terapeutik yang digunakan untuk konseling tersebut
meliputi :
a. Menghormati Pasien :
Menghormati adalah memandang positif sebagai sesama manusia
Koselor menghormati pasien dengan tidak bertindak semena - mena
dan saling bertoleransi satu dengan yang lain baik dalam mejalankan
program rehabilitasi.
b. Menunjukan Kesungguhan Penuh kepada pasien :
Kesungguhan untuk membantu pasien lepas dari kecanduaan
narkoba, Kesungguhan untuk membantu pasien ditunjukkan dengan
bersikap sabar terhadap pasien ,termasuk ketika pasien melakukan
pemberontakan pada saat menjalani rehabilitasi.
c. Menumbuhkan Rasa Empati :
Empati kepada pasien adalah kasih sayang dan kepedulian dari
dalam hati. Koselor mampu merasakan kondisi, situasi dan perasaan
yang dirasakan oleh pasien.
d. Menciptakan Kepercayaan :
Pasien memiliki kepercayaan dalam diri bahwa konselor dapat
membantu pasien keluar dari permasalahaan yang dihadapi.Untuk
menumbuhkan
kepercayaan, Konselor melakukan pendekatan individu melalui konseling
dan
memberikan motivasi terhadap pasien.
e. Menjaga Kerahasiaan:
Kerahasiaan menjadi hak privasi setiap pasien. Dengan menjaga
kerahasiaan berarti sama halnya menjaga kepercayaan pasien. Yayasan
panti rehabilitasi ORBIT memiliki kebijakan khusus untuk wajib menjaga
segala hal yang berkaitandengan pasien, baik mulai dari identitas
maupun hal -hal lain yang dianggap perlu dijaga kerahasiannya.
7.1.9 Prinsip Yang Digunakan Oleh Konselor Dalam Proses Komunikasi
Terhadap Klien Penyalahgunaan Napza:
1. Konseling Individu:
Konseling individu adalah pertemuan antara seorang koselor dengan
seorang klien secara individual, dimana terjadi hubungan konselin yang
bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberi bantuan untuk

8
mengembangkan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi
permasalahan yang sedang dihadapi:
Prinsip- prinsip konseling individu yaitu:
 Setiap konselor harus menghormati kejujuran klien untuk bertemu
dengannya karna meminta pertolongan.
 Konselor harus menjelaskan persaratan konseling kepada klien
seperti tempat dan hari bertemu.
 Konselor harus bertanggung jawab mencari lembaga referensi jika
terdapat kliennya mengancam keselamatan orang lain.
2. Konseling Kelompok:
Konseling kelompok adalah salah satu bentuk teknik bimbingan.
Konseling kelompok merupakan bagian terpadu dari seluruh program.
Yang terlibat dalam konseling kelompok adalah seseorang atau
beberapa konselor dengan sekelompok konseli. Konselor sebagai
helper memerlukan penguasaan keterampilan tertentu yang diperoleh
melalui pendidikan.

7.2.0 Definisi NAPZA:


NAPZA( Narkotika, Psikotropika,dan Zat Adiktif) adalah bahan /zat/
obat yang bila masuk ke dalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga dapat
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis,dan fungsi
sosialnya. Selain itu, penggunaan NAPZA dapat merusak fungsi
sosial karena terjadi kebiasaan, kecanduan, dan ketergantungan.

7.2.1 Penggolongan NAPZA:

a) Narkotika:

9
1) Golongan I: Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan ilmu pengetahuandantidakdigunakandalamterapi,serta
mempunyai potensisangat tinggi, serta dapat menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Heroin,Kokain, Ganja.
2) Golongan II : Narkotika yang bersifat pengobatan, digunakan
sebagai pilihanterakhir dan dapatdigunakan dalam terapi dan
tujuan ilmu
pengetahuan. NarkotikagogoIIjugaakibatketergantungantinggi.
Contoh:Morfin, Petidin

3) Golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan


seringdigunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan sertamempunyai potensi ringan menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Kodein,dan garam garam dari
golongan Narkotika tertentu.

b) Penggolongan Psikotropika:
Menurut UU No 5 /1997, Psikotropika adalah zat atau obat,
baik alamiah maupun sintetik bukan Narkotika yang bersifat
psikoaktif melalui pengaruh perbedaan pada susunan saraf pusat
yang penyebab perubahan khas aktivifas mental dan perilaku.
1) Golongan I: Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dantidak dgunakan untukterapi,sertamempunyai
potensikuatsindroma sindroma ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
2) Golongan II : Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan
dapatdigunakan dalam terapi dan untuk tujuan ilmu
pengetahuan. Dapatmengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Amfetamin.
3) Golongan III: Psikotropika ini dapat digunakan dalam pengobatan
dan terapi.Selain itu, juga digunakan dalam pengembangan ilmu
pengetahuan berpotensisedang menyebabkan
ketergantungan. Contoh: Fenobarbital.
4) Golongan VI : Psikotropika golongan IV, berguna untuk
pengobatan dandipakai sangat luas untuk terapi, juga ilmu
pengetahuan karena berpotensiringan mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam.

10
C. Penggolongan Zat Adikif Lainnya:

Yang dimaksud dengan Zat Adiktif lainnya yaitu bahan / zat yng
berpengaruh Psikoaktif diluar Narkotika dan psikotropika , meliputi:

1) Minuman Alkohol: mengandung etanol etil alkoh ol y ang berpengaruhmenekan


susunan saraf pusat, seringmenjadi bagian dari kehidupan manusiasehari hari
dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersama Narkotika
danPsikotropika akan mempengaruhi pengaruh obat/zat tersebut dalam
tubuhmanusia. Ada 3 golongan alkohol:
a) Golongan A: Kadar Etanol 1-5% (Bir)
b) Golongan B: Kadar Etanol 5-20% (Berbagai minuman Anggur)
c) Golongan C: Kadar Etanol 20 -45% (Wiski, Vod ka, Bourborn,Vermouth)

2) Inhalasi (Gas yang dihirup) dan Solven (Gas Pelarut) mudah menguap
berupasenyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah
tangga,kantor, dan sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan: Lem,
Tiner,Penghapus Cat Kuku, dan Bensin.

3) Tembakau. Tembakau hingga kini masih dikonsumsi masyarakat secara


luas.Walaupun dampaknya menyerang tidak secepat lainnya, namun rokok juga
sering menjadi pintu masuk jebakan NAPZA alkohol lain yang lebih berbahaya.

11
7.2.2 Dampak dari NAPZA Yang Disalahgunakan Penggunanya:

Penyalahgunaan NAPZA sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh . Bahaya NAPZA


bagi organ tubuh , Psikologis,dan Lingkungan Sekitar, antara lain:

1) Otak dan susunan saraf pusat: Gangguan daya ingat, gangguan perhatian
dankonsentrasi, gangguan bertindak rasional, gangguan persepsi
yangmengakibatkan halusinasi, kehilangan motivasi, dan sulit
membedakan yanghal baik dan buruk

2) Saluran napas: dapat terjadi radang paru, pembengkakan paru sertainfeksi


lain karena pemakaian NAPZA yang berlebihan dengan cara dihirup.

3) Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS

4) Di lingkungan Masyarakat: Tercipta pasar gelap antara pengedar dan


pemakai, pengedar/bandarbiasanyamenggunakanremajayangtelahmengala
miketergantungan NAPZA untuk mendapatkan lebih banyak
korban,Meningkatnya tindak kriminal di masyarakat, melonjaknya angka
kematian akibat OD NAPZA

7.2.3 Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah NAPZA:

1) Pencegahan Utama: Mengenali remaja yang berisiko tinggi


terancam NAPZAdanmelakukaninterverensi.Upayainidilakukanuntukkenaliremaja
yang berkemungkinan besar pecandu NAPZA. Mohon, upaya inidilakukan sejak usia
dini, agar faktor yang dapat menghambat pertumbuhandapat diatasi dengan baik.

2) Pencegahan Sekunder: Mengobati dan interverensi supaya tidak ada lagi pengguna


NAPZA.

3) Pencegahan Tersier: Merehabilitasi Pecandu NAPZA

4) Dilingkungan masyarakat : menumbuhkan perasaan kebersamaan di tempat tinggal,


sehingga masalah dapat diselesaikan secara terbuka dan bersamasama,
melibatkan semua unsur masyarakat dalam mencegah penjelajahan NAPZA,
memberikan penyuluhan hukum yang berkait dengan NAPZA.

12
BAB III
TINJAU KASUS

Kasus
Pada saat pengkajian tanggal 27 Maret 2023 jam 10.00 WIB didapatkan pasien dengan
kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak lemah dan letih. Pasien
mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari konsistensi cair, bewarna
kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di sebelah kanan bagian bawah dan punggung
kanan, nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6
sampai 7, nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien mengatakan tidak
ada keluhan pada paru.

A. Pengkajian
1. Identifikasi Klien
a. Nama : Tn.A
b. Tempat/ Tgl Lahir : Jakarta, 13 Februari 1988
c. Umur : 29 tahun
d. Jenis Kelamin : Laki – Laki
e. Status : Belum Menikah
f. Agama : Islam
g. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
h. Pekerjaan : Guru honorer
i. Tanggal Masuk : 25 Maret 2023
j. Alamat : Jl. Pegangsaan Timur Rt 09 Rw 02
k. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP SIDA putus
obat,susp TB, condidiasis oral, Diare kronis Gangguan Faal hepar
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari

13
konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di
sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti
mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6 sampai 7,
nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan pada paru.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS,
pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh
mual saat makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan
tahun 2012, pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah
terpengaruh dengan lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam,
pasien berhubungan seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut
dengan homoseksual. Pasien mengatakan tidak minum alkohol,
merokok, ataupun narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki
penyakit HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung
serta penyakit TBC.
3. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien
mengkonsumsi nasi ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang
juga mengkonsumsi buah dan makanan tambahan seperti snack.
Pasien mengatakan tidak memiliki alergi makanan. Pasien minum
air putih 6-7 gelas/hari. Pasien mengatakan berat badan sebelum

14
sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg dan berat badan sekarnag 31 kg.
2) Sakit
Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5
sendok dalam 1 kali makan.Pasien mengatakan sudah mengalami
penurunan nafsu makan sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di
rawat di rumah pasien lebih sering mengkonsumsi bubur kacang
hijau dan susu. Pasien sulit untuk makan karena sariawan dan bibir
kering serta ada mual dan muntah. Saat dirawat dirumah pasien
minum 5-6 gelas dan minum susu 3 x 200 ml. Pasien mengatakan
saat dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4 sendok dari
porsi makanan yang disediakan di rumah sakit Pasien mendapatkan
diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus tiga kali sehari. Saat sakit
pasien minum air putih 2 sampai 3 gelas ±600 cc perhari
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak bewarna kecoklatan.
BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih kurang 5 kali sehari, pasien
BAK dengan lancar
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari,
bewarna kuning, konsistensi cair.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan
tidur siang 1-2 jam.
2) Sakit

15
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih
banyak digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang
ditemukan pasien saat tidur yaitu pada malam hari terbangun karena
BAB, demam serta berkeringat malam.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari
secara mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan
bergerak di dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua
untuk aktivitas makan dan minum, mandi serta toileting.
e. Pola bekerja
1) Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn
selama 6 kali dalam seminggu
2) Sakit
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa
lemah dan letih, pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi
mengajar.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 157 cm
2) Berat badan : 31 kg
3) IMT : 12,91 ( Berat badan kurang )
4) Lingkar lengan: 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah: 80/60 mmHg

16
7) Nadi : 89 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 36,0 C
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada
udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut
mudah rontok, berketombe
E. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva
anemis, sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek
pupil isokor, ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak
terdapat pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral,
terdapat sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga,
terdapat serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru

17
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat retraks
dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
M. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma
kaposi) terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di tangan
sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT > 3 detik,
tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik, tonus
otot melemah.
5. Data Psikologis
a. Status Emosional

18
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan
lesu. Pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin
memburuk dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c. Pola Koping
Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat
dalam menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit
yang di deritanya.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih
banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum
menikah dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan
merasa malu dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri
dengan tubuhnya saat ini dan malu jika bertemu dengan orang lain.
Pasien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya saat ini.
6. Data Sosial
Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak dan sering
menyendiri di kamar.
7. Data Spiritual
Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien
rajin melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak
melaksanakan shalat
8. Program Dan Rencana Pengobatan
Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2022 sampai

19
29 mei 2022 adalah sebagai berikut :
IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf
Caeftazidime 2 x 1 g (IV)
Paracetamol 3 x 500 g (PO)
Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)
Flukonazole 1 x 150 g (PO)
Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO)
Ciprofloxacin 2 x 120 (IV)
Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV)
KCL 400 mg (IV)
WIDA KN-2 1 kolf

B. Diagnosa Keperawatan
Nyeri Akut b/d Agen Pencedera Fisiologis
Data Masalah Etiologi
Keperawatan
Subjektif : Nyeri Akut Agen Pencedera
a. Pasien Fisiologi
mengatakan
nyeri
dada di sebelah
kanan bagian
bawah dan
punggung
kanan
b. Pasien
mengatakan
nyeri
terasa seperti
mendesak
c. Pasien
mengatakan

20
skala
nyeri berkisar
antara 6
sampai 7
d. Pasien
mengtakan
nyeri
terasa hilang
timbul
e. Pasien
mengatakan
posisi
tidur lebih
senang miring
ke
kiri, agar tidak
terasa nyeri
Objektif :
a. Pasien
tampak tidak
bersemangat
b. Pasien
tampak
melindungi
area nyeri
c. Nyeri pada
abdomen
kuadran atas
d. TD : 80/60
mmHg
e. N : 89 x/i

21
C. Rencan Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Luaran Keperawatan Intervensi
Problem : Luaran Utama : Intervensi Utama
Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
Etiologi : Luaran Tambahan : Intervensi Pendukung
Agen Pencedera Kontrol Nyeri Pemberian Obat
Fisiologis Tujuan : Observasi
Dibuktikan dengan, Setelah dilakukan a. Identifikasi lokasi,
Data Subjektif : tindakan karakteristik, durasi,
keperawatan
Klien mengeluh nyeri frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam,
Data Objektif : intensitas nyeri.
diharapkan tingkat
a. Tampak meringis b. Identifikasi skala
nyeri menurun,
b. Bersikap protektif : nyeri
dengan
Melindungi area nyeri Terapeutik
Kriteria Hasil :
c. Frekuensi nadi a. Berikan teknik non
a. Keluhan nyeri
meningkat farmakologis untuk
menurun (5)
mengurangi nyeri
b. Meringis menurun
b. Fasilitasi istirahat
(5)
dan tidur
c. Sikap protektif
Edukasi
menurun (5)
a. Jelaskan strategi
d. Frekuensi nadi

22
membaik (5) meredakan nyeri
b. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
D. Implementasi Dan Evaluasi
Diagnosa Hari Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan
dan Waktu
Nyeri Akut Senin, 27 Maret - Mengidentifikasi S:
b/d Agen 2023 lokasi, karakteristik, - Pasien
Pencedera 10.00 WIB durasi, frekuensi, mengatakan
Fisiologis Senin, 27 Maret kualitas, intensitas nyeri masih
2023 nyeri. terasa
10.16 WIB - Mengidentifikasi - Pasien
Senin, 27 Maret skala nyeri mengatakan
2023 - Memberikan nyeri terasa
teknik
10.48 WIB seperti
non farmakologis
Senin, 27 Maret mendesak
untuk mengurangi
2023 - Pasien
nyeri : terapi pijat
12.30 WIB mengtakan skala
- Memfasilitasi
Senin, 27 Maret nyeri berkisar
istirahat dan tidur
2023 antara 4 sampai
- Kolaborasi
16.05 WIB 5
pemberian
- Pasien
analgetik
mengatakan
- Menganjurkan
nyeri terasa

23
menggunakan hilang timbul
analgetik secara - Pasien
tepat
mengtakan
- Menjelaskan
posisi tidur lebih
strategi
nyaman miring
meredakan nyeri
ke kiri, agar
tidak terasa
nyeri
O:
- Pasien tampak
melindungi
nyeri
- TD: 90/70
mmHg
- N : 93 x/i
A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

24
BAB IV

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Prinsip- prinsip konseling merupakan pedoman atau acuan yang digunakan


dalam melaksanakan konseling. Prinsip-prinsip tersebut dibuat berdasarkan
kajian filosofis , hasil - hasil penelitian dan pengalaman praktis tentang hakekat
manusia, perkembangan budaya, pengertian,tujuan ,fungsi, dan proses
penyelenggaraan konseling. Prinsip-prinsip konseling ini akan mendasarkan pada
factor proses, tanggung jawab serta tujuan dari konseling Voluntary Counseling
and Testing (VCT) atau Konseling dan Testing sukarela merupakan salah satu
strategi kesehatan masyarakat dan sebagai pintu masuk ke seluruh layanan
kesehatan HIV-AIDS yang berkelanjutan

Narkotika, Alkohol, PsikotropikaDan Zat Adiktif lainnya, atau biasa dikenal


dengan singkatan NAPZA pada mulanya ditemukan dan dikembangkan untuk
pengobatan dan penelitian . Namun berbagi jenis obat tersebut kemudian
disalahgunakan untuk mencari kenikmatan sementara dan untuk menghindar
dari masalah yang akhirnya menyebabkan ketagihan dan kecanduan atau
ketergantungan:

Prinsip konseling pada penyalahgunaan NAPZA:

 Mencegah sebelum terjadi korban .

 Sesudah terlanjur menjadi korban pengguna.

25
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI.(2007). Pedoman Pengembangan Jejaring Layanan Dukungan,


Perawatan dan pengobatan HIVdan AIDS.Jakarta.

Kasus HIV dan AIDS . Jakarta : Yayasan Layak.Komisi Penanggulangan AIDS


Nasional.(2009).HIV dan AIDS Sekilas Pandang.

Edy karsono,mengenal kecanduan narkoba dan minuman keras bandung:yrana widia,2004

Farid ashari, pembinaan korban penyalahgunaan narkotika psikotropika dan zat adiktif (napza)

26
27
28

Anda mungkin juga menyukai