MAKALAH
Oleh
JURUSAN KEPERAWATAN
D4 KEPERAWATAN LAWANG
FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR
penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar..............................................................................................................................ii
Daftar Isi.......................................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan
2.1 Definisi....................................................................................................................................3
2.2 Etiologi....................................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi............................................................................................................................7
2.7.1 Pengkajian......................................................................................................................16
BAB 3 Penutup
3.1 Simpulan.................................................................................................................................19
3.2 Saran........................................................................................................................................19
Daftar Pustaka...............................................................................................................................20
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan (1) Latar Belakan, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan.
Berikut ini masing-masing subbahasan tersebut.
1
2
PEMBAHASAN
3
4
2.2 ETIOLOGI
1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster
berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo
2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8
atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan
virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.
3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun
atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai
timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.
2.4 PATOFISIOLOGI
PATHWAY
Dx.Kep : Risiko
Infeksi sistem respirasi sistem pencernaan
4. Serologis
a. Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
10
A. Non Farmakologi
1. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah
pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan
gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi :
a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian
infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien setiap saat, pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko
penyebaran infeksi.
Selama sakit, penerapan universal precautions oleh
perawat, keluraga, dan pasien sendiri sangat penting. Hal
ini di tunjukkan untuk mencegah terjadinya penularan
virus HIV.
11
B. Farmakologis :
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi
HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan
tubuh yang tercemar HIV.
a. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < 3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
didanosine, ribavirin, diedoxycytidine, dan recombinant CD 4
dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
15
4. Pemeriksaan fisik :
a. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
b. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
c. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
d. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
e. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
f. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
g. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
17
h. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
i. Gastro Intestinal
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
j. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
k. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif
Intervensi
1. Monitor turgor kulit pasien
2. Berikan cairan infuse sesuai kebutuhan
3. Ajarkan pasien untuk tidak megonsumsi makanan yang
bergas dan pedas.
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mendokumentasikan produk feses (volume, warna,
frekuensi, dan konsistensi).
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan diet pasien
c. Diagnosa 2 (Risiko Infeksi)
Tujuan : Kontrol infeksi yang adekuat
Kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dan
leukosit dalam rentang normal
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda infeksi
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya proses infeksi
2) Gunakan alat pelindung diri
Rasional : untuk mencegah penularan infeksi baik dari
perawat ke pasien begitu juga sebaliknya
3) Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Rasional : untuk melibatkan keluarga secara langsung
dalam membatu tugas perawat terutama dalam menjaga
kebersihan diri pasien
4) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : antibiotik dapat membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala
mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) ada dua
gejala, yang pertama gejala mayor yaitu berat badan menurun lebih dari
10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan
gangguan neurologis, demensia/ HIV ensefalopati, yang kedua yaitu
gejala minor sebagai berikut, batuk menetap lebih dari 1 bulan,
dermatitis generalisata, adanya herpes zoster multisegmental dan herpes
zoster berulang, kandidias orofaringeal, herpes simpleks kronis
progresif, limfadenopati generalisata, retinitis virus Sitomegalo.
3.2 Saran
19
Daftar Pustaka
https://www.academia.edu/38475014/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIV.
docx
https://www.academia.edu/6278210/LP_HIV_edit
https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.ners.unar.ac.id/materikuliah/BU
KU-
AIDS2007.pdf&ved=2ahUKEwiooaOIrbrnAhWzwTgGHcDMDrIQFjAAeg
QIAxAB&usg=AOvVaw0nttWbiPipU2bb9-V5d0ZC
20