Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN dengan KASUS HIV / AIDS

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah

Keperawatan Medikal Bedah 2

yang dibina oleh Ibu Nurul Hidayah.S.Kep.,Ns.M.Kep.

Oleh

LUTFIAH MAULIDIA (P17221181010)

IZZABILLA KARINA PARAMITHA (P17221181014)

DEFVA MERIANDA (P17221181017)

ALIFIA ISNI NURSANTI (P17221183038)

FRISKA AYUNDA FARADITHA (P17221183050)

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

D4 KEPERAWATAN LAWANG

FEBRUARI 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT


karena berkat limpahan segala rahmat-Nya, penulisan makalah yang
berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN dengan KASUS HIV /
AIDS ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya dan berjalan dengan
baik tanpa suatu halangan yang berarti.

Sudah tentu dalam penulisan makalah ini, tidak terlepas dorongan


moral, bimbingan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada yang
terhormat :

1. Ibu Nurul Hidayah.S.Kep.,Ns.M.Kep. yang telah mencurahkan


segala perhatiannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
dengan ikhlas dalam penulisan makalah ini;
2. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu
3. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan
bantuan selama dan sampai terselesaikannya penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak


kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik maupun saran
dan sumbangan pemikiran dari semua pihak yang berseifat membangun.
Semoga materi dalam penulisan makalah yang sederhana ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan bagi
pembaca agar dapat memahami dan mencari solusi yang tepat.

Lawang, Februari 2020

penulis

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar..............................................................................................................................ii

Daftar Isi.......................................................................................................................................iii

BAB 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
BAB 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi....................................................................................................................................3

2.2 Etiologi....................................................................................................................................5

2.3 Tanda dan gejala.....................................................................................................................6

2.4 Patofisiologi............................................................................................................................7

2.5 Pemeriksaan penunjang...........................................................................................................9

2.6 Penatalaksanaan medis............................................................................................................10

2.7 Konsep asuhan keperawatan...................................................................................................16

2.7.1 Pengkajian......................................................................................................................16

2.7.2 Diagnosa keperawatan...................................................................................................17

2.7.3 Rencana keperawatan.....................................................................................................17

BAB 3 Penutup

3.1 Simpulan.................................................................................................................................19

3.2 Saran........................................................................................................................................19

Daftar Pustaka...............................................................................................................................20

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan (1) Latar Belakan, (2) Rumusan Masalah, (3) Tujuan.
Berikut ini masing-masing subbahasan tersebut.

1.1 Latar Belakang


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah sejenis virus yang
menyerang system kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan
AIDS. Sedangkan AIDS singkatan dari Acquired Immuno Deficiency
Syndrome, yang berarti kumpulan gejala atau sindrom akibat
menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV. HIV
adalah jenis parasite obligat yaitu parasite yang hanya bisa hidup pada
sel atau media yang hidup. Pengidap HIV lambat laun akan mengalami
kondisi AIDS, dan jika tidak ada pengobatan akan lebih cepat jatuh
pada kondisi AIDS. HIV umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran darah
dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, contohnya darah, air
mani, cairan vagina, sperma, dan ASI. Seperti yang kita ketahui
bersama, jika HIV / AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada
obatnya dan masih belum ada atau belum ditemukan untuk bisa
mencegah terjadinya HIV / AIDS, sehingga penyakit ini merupakan
salah satu penyakit yang berbahaya. HIV / AIDS juga membuat
penderita merasa menderita, baik secara fisik maupun mental.
Penderitaan pengidap HIV / AIDS secara fisik tidak terlihat secara
langsung, karena gejala HIV / AIDS masih akan terlihat setelah
beberapa bulan terkena virus HIV / AIDS. Tetapi orang yang
mengetahui jika dirinya mengidap HIV / AIDS langsung akan terlihat
jika menderita secara mental, pengidap HIV / AIDS akan merasakan

1
2

penderitaan batin yang berkepanjangan. Perawat merupakan factor yang


mempunyai peran penting pada pengelolaan
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian HIV / AIDS
1.2.2 Etiologi HIV / AIDS
1.2.3 Tanda dan gejala HIV / AIDS
1.2.4 Patofisiologi HIV / AIDS
1.2.5 Pemeriksaan penunjang HIV / AIDS
1.2.6 Penatalaksanaan medis HIV / AIDS
1.2.7 Konsep asuhan keperawatan HIV / AIDS
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahuai definisi HIV / AIDS
1.3.2 Mengetahui Etiologi HIV / AIDS
1.3.3 Mengetahui Tanda dan gejala HIV / AIDS
1.3.4 Patofisiologi HIV / AIDS
1.3.5 Pemeriksaan penunjang HIV / AIDS
1.3.6 Penatalaksanaan medis HIV / AIDS
1.3.7 Konsep asuhan keperawatan HIV / AIDS
BAB II

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan (1) Definisi HIV / AIDS, (2) Etiologi


HIV/AIDS, (3) Tanda dan Gejala HIV/AIDS, (4) Patofisiologi HIV/AIDS,
(5) Pemeriksaan Penunjang HIV/AIDS, (6) Penatalaksanaan HIV/AIDS (7)
Konsep Asuhan Keperawatan HIV/AIDS. Berikut ini masing-masing
subbahasan tersebut.

2.1 Definisi HIV/AIDS

HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada


manusia yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang
dalam jangka waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS.
Sedangkan AIDS sendiri adalah suatu sindroma  penyakit yang
muncul secara kompleks  dalam waktu relatif lama karena
penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. HIV menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang
bertugas menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut terutama
limfosit yang memiliki CD4 sebagai sebuah marker atau penanda
yang berada di permukaan sel limfosit. Karena berkurangnya nilai
CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah
putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam mengatasi
infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem
kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 1400-1500.
Sedangkan pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu
(misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama
akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai
nol).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah
sekumpulan gejala penyakit karena menurunnya sistem kekebalan

3
4

tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. (Doenges, 2000). Acquired


Immune Deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Virus HIV ditemukan dalam cairan tubuh terutama pada
darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu. Virus tersebut
merusak kekebalan tubuh manusia dan mengakibatkan turunnya atau
hilangnya daya tahan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit
infeksi. (Nursalam, 2007). Tubuh manusia mempunyai kekebalan
untuk melindungi diri dari serangan luar seperti kuman, virus, dan
penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh
ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain).
Menurut Nursalam (2007) pembagian stadium HIV menjadi AIDS
ada empat stadium yaitu
a. Stadium pertama HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti terjadinya
perubahan serologi ketika antibodi terhadap virus tersebut
berubah dari negatif menjadi positif. Rentan waktu sejak HIV
masuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIV menjadi
positif disebut window period. Lama window period satu sampai
tiga bulan, bahkan ada yang berlangsung sampai enam bulan.
b. Stadium kedua asimtomatik ( tanpa gejala )
Asimtomatik berarti bahwa didalam organ tubuh tidak
menunjukkan gejala - gejala. Keadaan ini dapat berlangsung
selama 5 – 10 tahun. Pasien yang tampak sehat ini sudah dapat
menularkan HIV kepada orang lain.
c. Stadium ketiga pembesaran kelenjar limfe
Pembesaran kelenjar limfe secara menetapdan merata (Persistent
Generalized Lymphadenopaty), tidak hanya muncul pada satu
tempat saja, dan berlangsung selama satu bulan.
d. Stadium keempat AIDS.
5

Keadaan inidisertai adanya bermacam – macam penyakit antara


lain penyakit saraf, infeksi sekunder dan lain – lain.

2.2 ETIOLOGI

AIDS adalah gejala dari penyakit yang mungkin terjadi saat


system imun dilemahkan oleh virus HIV. Penyakit AIDS disebabkan
oleh Human Immunedeficiency Virus (HIV), yang mana HIV
tergolong ke dalam kelompok retrovirus dengan materi genetik
dalam asam ribonukleat (RNA), menyebabkan AIDS dapat
membinasakan sel T-penolong (T4), yang memegang peranan utama
dalam sistem imun. Sebagai akibatnya, hidup penderita AIDS
terancam infeksi yang tak terkira banyaknya yang sebenarnya tidak
berbahaya, jika tidak terinfeksi HIV (Daili, 2005)
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
a. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah
infeksi. Tidak ada gejala.
b. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan
gejala flu likes illness.
c. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan
gejala tidak ada.
d. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam,
keringat malam hari, BB menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
e. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS
pertama kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan
tumor pada berbagai system tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria
maupun wanita. Yang termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
a. Lelaki homoseksual atau biseks.
b. Orang yang ketagian obat intravena
c. Partner seks dari penderita AIDS
6

d. Penerima darah atau produk darah (transfusi).


e. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2.3 TANDA DAN GEJALA

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu


gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

1. Gejala mayor:
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor:
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster
berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and


Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi
atas beberapa fase.
1. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala
dan tanda-tanda infeksi. Tapi kadang-kadang ditemukan
gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening.
7

Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita


HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

2. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8
atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan
virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS
akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti
pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala
yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan
pernafasan pendek.

3. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun
atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai
timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang
disebut AIDS.

2.4 PATOFISIOLOGI

Setelah virus masuk dalam tubuh maka target utamanya


adalah limfosit CD4 karena virus mempunyai afinitas terhadap
molekul permukaan CD4. Virus ini mempunyai kemampuan untuk
mentransfer informasi genetik mereka dari RNA ke DNA dengan
menggunakan enzim yang disebut reverse transcriptase. Limfosit
CD4 berfungsi mengkoordinasikan sejumlah fungsi imunologis yang
penting. Hilangnya fungsi tersebut menyebabkan gangguan respon
imun yang progresif.
Setelah infeksi primer, terdapat 4-11 hari masa antara infeksi
mukosa dan viremia permulaan yang dapat dideteksi selama 8-12
minggu. Selama masa ini, virus tersebar luas ke seluruh tubuh dan
mencapai organ limfoid. Pada tahap ini telah terjadi penurunan
8

jumlah sel-T CD4. Respon imun terhadap HIV terjadi 1 minggu


sampai 3 bulan setelah infeksi, viremia plasma menurun, dan level
sel CD4 kembali meningkat namun tidak mampu menyingkirkan
infeksi secara sempurna. Masa laten klinis ini bisa berlangsung
selama 10 tahun. Selama masa ini akan terjadi replikasi virus yang
meningkat. Diperkirakan sekitar 10 milyar partikel HIV dihasilkan
dan dihancurkan setiap harinya. Waktu paruh virus dalam plasma
adalah sekitar 6 jam, dan siklus hidup virus rata-rata 2,6 hari.
Limfosit T-CD4 yang terinfeksi memiliki waktu paruh 1,6 hari.
Karena cepatnya proliferasi virus ini dan angka kesalahan reverse
transcriptase HIV yang berikatan, diperkirakan bahwa setiap
nukleotida dari genom HIV mungkin bermutasi dalam basis harian.
Akhirnya pasien akan menderita gejala-gejala konstitusional
dan penyakit klinis yang nyata seperti infeksi oportunistik atau
neoplasma. Level virus yang lebih tinggi dapat terdeteksi dalam
plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut. HIV yang dapat
terdeteksi dalam plasma selama tahap infeksi yang lebih lanjut dan
lebih virulin daripada yang ditemukan pada awal infeksi.
Infeksi oportunistik dapat terjadi karena para pengidap HIV
terjadi penurunan daya tahan tubuh sampai pada tingkat yang sangat
rendah, sehingga beberapa jenis mikroorganisme dapat menyerang
bagian-bagian tubuh tertentu. Bahkan mikroorganisme yang selama
ini komensal bisa jadi ganas dan menimbulkan penyakit.
9

PATHWAY

Virus HIV masuk

Permukaan limfosit CD4

Menyebar ke seluruh tubuh dan organ limfoid

Penurunan jumlah limfosit CD4

Imunosupresi menyerang sistem metabolisme


tubuh

Dx.Kep : Risiko
Infeksi sistem respirasi sistem pencernaan

penurunan kekuatan otot pernafasan Dx.Kep :


Diare

Dx.Kep : ketidakefektifan pola nafas

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

4. Serologis
a. Tes antibody serum : Skrining Human Immunodeficiency
Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
10

b. Tes blot western : Mengkonfirmasi diagnosa Human


Immunodeficiency Virus (HIV)
c. Sel T limfosit :Penurunan jumlah total
d. Sel T4 helper ( CD 4 ) :Indikator system imun (jumlah <200 )
e. T8 ( sel supresor sitopatik ) :Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih
besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
f. Kadar Ig : Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal
atau mendekati normal
5. Histologis : pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan
spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya
infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
6. Neurologis : EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
7. Sinar X dada ; Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial
tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
2.6 PENATALAKSANAAN HIV/AIDS

A. Non Farmakologi
1. Fisik
Aspek fisik pada PHIV ( pasien terinfeksi HIV ) adalah
pemenuhan kebutuhan fisik sebagai akibat dari tanda dan
gejala yang terjadi. Aspek perawatan fisik meliputi :
a) Universal Precautions
Universal precautions adalah tindakan pengendalian
infeksi sederhana yang digunakan oleh seluruh petugas
kesehatan, untuk semua pasien setiap saat, pada semua
tempat pelayanan dalam rangka mengurangi risiko
penyebaran infeksi.
Selama sakit, penerapan universal precautions oleh
perawat, keluraga, dan pasien sendiri sangat penting. Hal
ini di tunjukkan untuk mencegah terjadinya penularan
virus HIV.
11

Prinsip-prinsip universal precautions meliputi:


1). Menghindari kontak langsung dengan cairan tubuh.
Bila mengenai cairan tubuh pasien menggunakan
alat pelindung, seperti sarung tangan, masker,
kacamata pelindung, penutup kepala, apron dan
sepatu boot. Penggunaan alat pelindung disesuakan
dengan jenis tindakan yang akan dilakukan.
2). Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan, termasuk setelah melepas sarung tangan.
3). Dekontaminasi cairan tubuh pasien.
4). Memakai alat kedokteran sekali pakai atau
mensterilisasi semua alat kedokteran yang dipakai
(tercemar).
5). Memelihara kebersihan tempat pelayanan kesehatan.
6). Membuang limbah yang tercemar berbagai cairan
tubuh secara benar dan aman.
b) Peran perawat dan pemberian ARV
1). Manfaat penggunaan obat dalam bentuk kombinasi
adalah:
(a) Memperoleh khasiat yang lebih lama untuk
memperkecil kemungkinan terjadinya
resistensi.
(b) Meningkatkan efektivitas dan lebih menekan
aktivitas virus. Bila timbul efek samping, bisa
diganti dengan obat lainnya, dan bila virus
mulai rasisten terhadap obat yang sedang
digunakan bisa memakai kombinasi lain.

2). Efektivitas obat ARV kombinasi:


(a) AVR kombinasi lebih efektif karena memiliki
khasiat AVR yang lebih tinggi dan
12

menurunkan viral load lebih tinggi


dibandingkan dengan penggunaan satu jenis
obat saja.
(b) Kemungkinan terjadi resistensi virus kecil,
akan tetapi bila pasien lupa minum dapat
menimbulkan terjadinya resistensi.
(c) Kombinasi menyebabkan dosis masing-
masing obat lebih kecil, sehingga
kemungkinan efek samping lebih kecil.
c) Pemberian nutrisi
Pasien dengan HIV/ AIDS sangat membutuhkan vitamin
dan mineral dalam jumlah yang lebih banyak dari yang
biasanya diperoleh dalam makanan sehari- hari. Sebagian
besar ODHA akan mengalami defisiensi vitamin
sehingga memerlukan makanan tambahan
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan
penyerapan nutrient. Hal ini berhubungan dengan
menurunnya atau habisnya cadangan vitamin dan
mineral dalam tubuh. Defisiensi vitamin dan mineral
pada ODHA dimulai sejak masih dalam stadium dini.
Walaupun jumlah makanan ODHA sudah cukup dan
berimbang seperti orang sehat, tetapi akan tetap terjadi
defisiensi vitamin dan mineral.
d) Aktivitas dan istirahat
(a) Manfaat olah raga terhadap imunitas tubuh
Hamper semua organ merespons stress olahraga.
Pada keadaan akut , olah raga akan berefek buruk
pada kesehatan, olahraga yang dilakukan secara
teratur menimbulkan adaptasi organ tubuh yang
berefek menyehatkan
(b) Pengaruh latihan fisik terhadap tubuh
13

(1) Perubahan system tubuh


Olahraga meningkatkan cardiac output dari 5
i/menit menjadi 20 1/menit pada orang dewasa
sehat. Hal ini menyebabkan peningkatan darah
ke otot skelet dan jantung.
(2) Sistem pulmoner
Olahraga meningkatkan frekuensi nafas,
meningkatkan pertukaran gas serta
pengangkutan oksigen, dan penggunaan oksigen
oleh otot.
(3) Metabolisme
Untuk melakukan olah raga, otot memerlukan
energi. Pada olah raga intensitas rendah sampai
sedang, terjadi pemecahan trigliserida dan
jaringa adiposa menjadi glikogen dan FFA (free
fatty acid). Pada olahraga intensitas tinggi
kebutuhan energy meningkat, otot makin
tergantung glikogen sehingga metabolisme
berubah dari metabolisme aerob menjadi
anaerob
2. Psikologis (strategi koping)
Mekanisme koping terbentuk melalui proses dan mengingat.
Belajar yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan
diri (adaptasi) pada pengaruh internal dan eksterna
3. Sosial
Dukungan social sangat diperlukan PHIV yang kondisinya
sudah sangat parah. Individu yang termasuk dalamdan
memberikan dukungan social meliputi pasangan (suami/istri),
orang tua, anak, sanak keluarga, teman, tim kesehatan,
atasan, dan konselor.
14

B. Farmakologis :
Belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi
HIV perlu dilakukan. Pencegahan berarti tidak kontak dengan cairan
tubuh yang tercemar HIV.
a. Pengendalian Infeksi Oportunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan
infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan kritis.
b. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT
yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi
antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan
menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk
pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya < 3 . Sekarang, AZT
tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus
(HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3.
c. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas sistem
imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
didanosine, ribavirin, diedoxycytidine, dan recombinant CD 4
dapat larut.
d. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut
seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis
dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
15

1) Pendidikan untuk menghindari alkohol dan obat terlarang,


makan-makanan sehat, hindari stress, gizi yang kurang,
alkohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
2) Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat
mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
16

2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS


2.7.1 Pengkajian
1. Riwayat saat ini : terkait dengan gejala infeksi HIV/AIDS Klien
sering datang dengan gangguan sistem pernafasan / sistem pencernaan (
diare lama )

2. Riw. Masa lalu : klien sering mengalami infeksi ( demam ) yang


hilang timbul, penyakit pernafasan, saluran pencernaan ( kandidiasis
oral s.d diare )

3. Faktor pencetus : Narkoba dengan injeksi, berhubungan sexual


dengan penderita, karena tranfusi, karena proses kelahiran ( pada pasien
anak/bayi )

4. Pemeriksaan fisik :

a. Keadaan Umum
Pucat, kelaparan
b. Gejala Subjektif
Demam kronik dengan atau tanpa mengigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia
c. Psikososial
Kehilangan pekerjaaan dan penghasilan, perubahan pola hidup
d. Status Mental
Marah atau pasrah, depresi , ide bunuh diri, halusinasi
e. Neurologis
Gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo,
ketidakseimbangan , kaku kuduk, kejang, paraplegia
f. Muskoloskletal
Focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL
g. Kardiovaskular
Takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness
17

h. Pernapasan
Dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
i. Gastro Intestinal
Intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun,
diare, inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
j. Gu
Lesi atau eksudat pada genital,
k. Integument
Kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif

2.7.2 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul


a. Ketidakefektifan pola nafas b.d penurunan kekuatan otot
pernafasan
b. Diare b.d proses infeksi
c. Risiko infeksi b.d imunodefisiensi seluler

2.7.3 Rencana Keperawatan


a. Diagnosa 1 (ketidakefektifan pola nafas)
Tujuan : pola nafas normal
Kriteria Hasil :
1. Kaji irama pernafasan
2. Kaji ada tidaknya penggunaan otot bantu pernafasan
3. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan pasien
4. Ajarkan posisi semi fowler untuk mengoptimalkan
pernafasan
5. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
b. Diagnosa 2 (Diare)
Tujuan : produk eliminasi fekal dapat berbentuk fisiologis
KH : Diare tidak ada
18

Intervensi
1. Monitor turgor kulit pasien
2. Berikan cairan infuse sesuai kebutuhan
3. Ajarkan pasien untuk tidak megonsumsi makanan yang
bergas dan pedas.
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
mendokumentasikan produk feses (volume, warna,
frekuensi, dan konsistensi).
5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan diet pasien
c. Diagnosa 2 (Risiko Infeksi)
Tujuan : Kontrol infeksi yang adekuat
Kriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi dan
leukosit dalam rentang normal
Intervensi :
1) Pantau tanda-tanda infeksi
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya proses infeksi
2) Gunakan alat pelindung diri
Rasional : untuk mencegah penularan infeksi baik dari
perawat ke pasien begitu juga sebaliknya
3) Instruksikan untuk menjaga personal hygiene
Rasional : untuk melibatkan keluarga secara langsung
dalam membatu tugas perawat terutama dalam menjaga
kebersihan diri pasien
4) Berikan terapi antibiotik bila perlu
Rasional : antibiotik dapat membunuh dan menghambat
pertumbuhan bakteri.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

HIV ( Human Immunodeficiency Virus ) adalah virus pada manusia


yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka
waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS. Sedangkan AIDS
sendiri adalah suatu sindroma  penyakit yang muncul secara kompleks 
dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh
yang disebabkan oleh infeksi HIV.

Menurut KPA (2007) gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala
mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) ada dua
gejala, yang pertama gejala mayor yaitu berat badan menurun lebih dari
10% dalam 1 bulan, diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan,
demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan, penurunan kesadaran dan
gangguan neurologis, demensia/ HIV ensefalopati, yang kedua yaitu
gejala minor sebagai berikut, batuk menetap lebih dari 1 bulan,
dermatitis generalisata, adanya herpes zoster multisegmental dan herpes
zoster berulang, kandidias orofaringeal, herpes simpleks kronis
progresif, limfadenopati generalisata, retinitis virus Sitomegalo.

3.2 Saran

Masyarakat membutuhkan edukasi tentang bahaya penyakit


HIV/AIDS dan bagaimana cara penularannya yang benar, untuk itu
perlu diadakannya seminar dan penyuluhan tentang HIV/AIDS, yang
paling utama yaitu budayakan hidup sehat, cuci tangan sebelum
melakukan hal apapun dan menghindari seks bebas/sering berganti
pasangan agar terhindar dari HIV/AIDS.

19
Daftar Pustaka

https://www.academia.edu/38475014/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIV.
docx

https://www.academia.edu/6278210/LP_HIV_edit

https://www.academia.edu/36355563/Asuhan_Keperawatan_HIV_AIDS

https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.ners.unar.ac.id/materikuliah/BU
KU-
AIDS2007.pdf&ved=2ahUKEwiooaOIrbrnAhWzwTgGHcDMDrIQFjAAeg
QIAxAB&usg=AOvVaw0nttWbiPipU2bb9-V5d0ZC

20

Anda mungkin juga menyukai