Anda di halaman 1dari 18

GAMBARAN HASIL PEMERIKSAAN PAP SMEAR LBC DAN TES HPV

UNTUK DETEKSI DINI LESI PREKANKER DAN KANKER SERVIKS DI


RUMAH SAKIT MEDISTRA DESEMBER 2015 – JANUARI 2017

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Keperawatan Maternitas

Yang Di berikan Oleh Ibu Sumirah Budi Pertami,SKp,M.Kep

Disusun Oleh :

Aldilla Oktadianti Permata

P17221183039

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN LAWANG

DESEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga pereview dapat menyelesaikan review jurnal yang
berjudul ”Gambaran Hasil Pemeriksaan Pap Smear LBC dan Tes HPV untuk
Deteksi Dini Lesi Prekanker dan Kanker Serviks di Rumah Sakit Medistra
Desember 2015 – Januari 2017” ini. Dalam penyusunan review jurnal ini
mungkin ada hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari seluruh
pihak, pereview dapat menyelesaikan review jurnal ini dengan baik.

Ucapan terima kasih pereview ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan review jurnal ini dari awal hingga akhir. Serta
pereview berharap dengan adanya review jurnal ini, semoga dapat membantu
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Pereview menyadari bahwa review jurnal yang pereview selesaikan ini


masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, pereview bersedia menerima
kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna
kesempurnaan review jurnal selanjutnya.

Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Pemilihan Jurnal dan Relevansi Topik..............................................................1

BAB II RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal...........................................................................................................2

B. Ringkasan Jurnal.........................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN...............................................................................................10

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...............................................................................................................14

B. Saran...........................................................................................................................14

Daftar Rujukan................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Human Papilloma Virus (HPV) adalah virus yang paling sering


dijumpai pada penyakit menular seksual di dunia dan diduga berperan dalam
proses terjadinya kanker terutama kanker serviks. Terdapat sekitar 130 tipe HPV
yang telah berhasil diidentifikasi dan lebih dari 40 tipe HPV dapat menginfeksi
area genital laki-laki, area genetalia perempuan, mulut, dan tenggorokan. Virus
terutama ditularkan melalui hubungan seksual dan non seksual. Virus ini paling
sering ditularkan melalui hubungan seksual termasuk oral sex, anal sex, dan
hand sex.

Kanker serviks adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh


human papilloma virus (HPV) onkogenik. Kanker serviks ini menyerang leher
rahim. Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan penapisan kanker serviks,
sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut
(paling sering dijumpai pada pasien yang sudah memasuki stadium III).

B. Pemilihan Jurnal dan Relevansi Topik


Jurnal yang saya pilih berjudul “Gambaran Hasil Pemeriksaan Pap Smear
LBC dan Tes HPV untuk Deteksi Dini Lesi Prekanker dan Kanker Serviks di
Rumah Sakit Medistra Desember 2015 – Januari 2017“ diambil dari Jurnal
Kedokteran, volume 1, halaman 340-345 tahun 2019 yang disusun oleh Jovian
Lutfi Daniko, dan Sony Sugiharto. Saya memilih jurnal ini karena relevan dengan
topik mata kuliah Keperawatan Maternitas Semester 3 dengan bab Gangguan
Reproduksi pada Wanita.

1
BAB II

RINGKASAN JURNAL

A. Identitas Jurnal

Judul Gambaran Hasil Pemeriksaan Pap Smear LBC dan Tes


HPV untuk Deteksi Dini Lesi Prekanker dan Kanker
Serviks di Rumah Sakit Medistra Desember 2015 – Januari
2017
Jurnal Jurnal Kedokteran
Volume dan Halaman Volume 1, halaman 340-345
Tahun 2019
Penulis Jovian Lutfi Daniko, dan Sony Sugiharto.
Lembaga Penulis Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta,
Indonesia
Lembaga yang Jurnal Kedokteran Tarumanegara, diakses melalui
Menerbitkan Jurnal https://scholar.google.co.id

2
3

B. Ringkasan Jurnal

Pendahuluan Kanker serviks menduduki peringkat kedua dalam daftar


kanker yang sering menyerang wanita di dunia dan juga
termasuk ke dalam penyebab kematian akibat kanker. Ada
sekitar 527.600 kasus kanker serviks baru dan 265.700 kematian
di seluruh dunia pada tahun 2012. Tingkat insiden tertinggi di
sub-Sahara Afrika, Amerika Latin dan Karibia, serta Melanesia.
Untuk tingkat terendah ada di Asia Barat, Australia/ Selandia
Baru, dan Amerika Utara. Hampir 90% dari kematian akibat
kanker serviks terjadi di negara berkembang, 60.100 kematian di
Afrika, 28.600 di Amerika Latin dan Karibia, dan 144.400 di
Asia. India menduduki urutan kedua, menyumbang 67.500
kematian (25%) dari kematian akibat kanker serviks.

Dengan dilakukannya skrining melalui pemeriksaan pap


smear LBC dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Hal ini
dapat dilakukan dengan mendeteksi perubahan sel prekanker
sebelum berkembang menjadi kanker. Semenjak diketahui
risiko terbesar kanker serviks adalah infeksi HPV, skrining
prekanker serviks tidak hanya dilakukan pap smear LBC tapi
dilakukan tes HPV, khususnya HPV tipe high risk. Banyak
geno-type dari HPV yang ditemukan di seluruh dunia, tapi ada
5 genotype HPV yang paling sering ditemukan, yaitu HPV 16,
18, 52, 31, dan 58. HPV 16 dan 18 merupakan genotype tersering
ditemukan di dunia, dimana kedua jenis HPV tersebut dapat
menyebabkan 70% lesi prekanker serviks dan kanker serviks.
Namun di Indonesia, prevalensi HPV yang paling sering
ditemukan adalah HPV tipe 52, menyusul tipe 16 dan 18. HPV
tipe 52 sebanyak 36,8%, dengan DKI Jakarta menduduki
peringkat pertama sebanyak 14,8%. Sisanya 12,7% untuk HPV
tipe 16 dan 11,9% untuk HPV tipe 18.5.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaannya genotype


4

HPV high risk di Indonesia yang menyebabkan kanker serviks,


dimana hal tersebut merupakan faktor risiko utama terhadap
perkembangan lesi prekanker menjadi kanker serviks. Tujuan
penelitian ini yaitu ingin memengetahui gambaran hasil pap
smear LBC dan genotype HPV pada pasien yang melakukan tes
HPV di Rumah Sakit Medistra, sehingga dapat menjadi bahan
masukan bagi rumah sakit sebagai instansi kesehatan dalam
mencegah terjadinya kanker serviks dengan pemberian
profilaksis pada tahap awal perkembangan lesi prekanker.

Penelitian ini bertujuan untuk memengetahui gambaran


hasil pap smear LBC dan genotype HPV pada pasien yang
melakukan tes HPV di Rumah Sakit Medistra.
Kajian Teori Hampir semua kasus kanker serviks dihubungkan dengan
infeksi Human Papilloma Virus (HPV). Ada banyak geno-type
dari HPV yang ditemukan di seluruh dunia, tapi ada 5 genotype
HPV yang paling sering ditemukan di dunia, yaitu HPV 16, 18,
52, 31, dan 58. Dua jenis HPV (16 dan 18) menyebabkan 70% lesi
prekanker serviks dan kanker serviks. Di Indonesia, prevalensi
HPV yang paling sering ditemukan adalah HPV tipe 52,
menyusul tipe 16 dan 18. Tingginya kasus baru kanker
berkaitan erat dengan faktor risiko kanker yang sebetulnya
dapat dicegah secara dini. Deteksi dini dengan melakukan pap
smear secara rutin akan menghindarkan wanita dari kanker
serviks dan deteksi infeksi virus HPV. Di Timur Tengah, dan
Afrika Selatan, serta Melanesia, perbedaan geografis yang luas
mencerminkan perbedaan ketersediaan dalam skrining untuk
mendeteksi lesi prekanker dan infeksi HPV.

Berdasarkan jurnal penelitian sebelumnya oleh Bruni Laia


pada tahun 2010, dengan menggunakan sampel sebanyak
215.568 wanita dengan pap smear LBC yang normal guna untuk
mendeteksi HPV dengan menggunakan PCR/HC2 didapatkan
HPV high risk yang paling sering ditemukan di dunia, yaitu
5

HPV tipe 16, 18, 52, 31, 58, 39, 51, dan 56. HPV 16 menjadi tipe
yang paling umum di seluruh dunia. HPV 18 dan jenis onkogen
lainnya, seperti tipe 52, 31, 58, 39, 56, dan 51, memiliki
prevalensi serupa dan termasuk jenis HPV yang paling umum
setelah HPV16. HPV 31 sangat umum terjadi di Eropa dan
Amerika Latin namun jauh lebih jarang terjadi di Amerika
Utara atau Asia, di mana yang paling sering ditemukan HPV 52.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Vet JNI tentang prevalensi HPV berdasarkan populasi di
tiga daerah di Indonesia yaitu Jakarta, Tasikmalaya, dan Bali
pada tahun 2008, dengan sampel penelitian sebanyak 2686
wanita berusia 15-70 tahun didapatkan hasil infeksi yang paling
sering ditemukan adalah tipe HPV 52, 16, dan 18.

Penyebab utama tingginya angka kejadian kanker serviks


adalah karena kurang adanya pap smear yang efektif yang
ditujukan untuk mendeteksi pada fase lesi prekanker. Diagnosis
dan pengobatan dini sangat penting untuk mengurangi angka
kematian kanker serviks. Kanker serviks memiliki masa lesi
prekanker panjang yang memberikan kesempatan mengobati
sebelum berubah menjadi kanker serviks invasif. Deteksi dini
dengan melakukan pap smear secara rutin akan menghindarkan
wanita dari kanker serviks, karena jika didapatkan lesi
prekanker dapat segera dilakukan penanganan dini sehingga
tidak sampai menjadikan kanker serviks. Jika seorang wanita
melakukan pap smear secara rutin, maka 90% kanker serviks
dapat dicegah. Namun hasil positif palsu dapat terjadi, karena
setelah dilakukan biopsy histopatologi sebagian besar sel
normal. Untuk itu perlu ditambahkan pemeriksaan lanjutan
seperti tes HPV. Menurut guidelines American Cancer Society
merekomendasikan tes HPV. Hubungan tes HPV dengan
strategi skrining kanker serviks mempunyai potensi untuk
meningkatkan deteksi penyakit dan meningkatkan interval
6

skrining jangka panjang Tes HPV dapat lebih baik


memperkirakan perkembangan lesi prekanker serviks lebih dari
5 sampai 15 tahun daripada pap smear. Untuk pemeriksaan
lanjutan HPV, diperlukan sampel yang dapat diperoleh
sekaligus pada pemeriksaan pap smear liquid base cytology
(LBC).

Menurut American Society for Colposcopy and Cervical


Pathology dan didukung dengan rekomendasi dari American
Congress of Obstetricians and Gynecologist, usia 30-65 tahun
lebih baik tes HPV dan pap smear tiap 5 tahun atau pap smear
saja tiap 3 tahun, sedangkan usia diatas 65 tahun tidak
dilakukannya skrining jika hasil sebelumnya negatif. Penelitian
ini juga didukung oleh American Cancer Society yang
mengatakan bahwa kanker serviks cenderung terjadi pada usia
pertengahan. Sebagian besar kasus ditemukan pada wanita
berusia di bawah 50 tahun. Kanker ini jarang terjadi pada
wanita yang telah menjalani tes reguler untuk kanker serviks
sebelum mereka berusia 65 tahun.
Metodelogi Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan cross
Penelitian sectional study. Teknik pengambilan sampel yang digunakan
ialah Consecutive Non Random Sampling. Penelitian ini
menggunakan sampel dari data pasien wanita yang melakukan
skrining kanker serviks di rumah sakit Medistra yang berusia
≥21 tahun. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 101 pasien
pada Rumah Sakit Medistra, Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui hasil
pemeriksaan pasien yang melakukan skrining dengan pap
smear LBC dan tes HPV untuk mengetahui adanya lesi
prekanker dan kanker serviks. Penelitian dilakukan oleh satu
orang peneliti dengan meminta ijin kepada pihak rumah sakit
untuk melakukan penelitian. Data akan dimasukkan dan
dikelompokkan untuk mendapatkan hasil berupa table
7

distribusi frekuensi dan persentase dari setiap variable. Data


yang didapatkan akan disajikan dengan cara deskriptif.
Pembahasan Penelitian ini menggunakan sampel dari data pasien wanita
yang melakukan skrining kanker serviks di rumah sakit
Medistra yang berusia ≥21 tahun. Pada penelitian ini
didapatkan sampel sebanyak 101 pasien yang melakukan tes
pap smear LBC dilanjutkan dengan tes HPV. Pasien terbanyak
termasuk dalam kelompok usia 30-65 tahun sebanyak 85 pasien,
dan sisanya terdiri atas 16 pasien pada kelompok usia 21 – 29
tahun. Pasien usia termuda adalah 23 tahun dan usia tertua
adalah 64 tahun. Pada hasil tes yang sudah didapatkan
menunjukkan bahwa tidak ada pasien usia <21 tahun dan >65
tahun yang terkena distribusi penyebaran infeksi bakteri dari
pemeriksaan pap smear LBC dan distribusi hasil tes HPV. Hasil
penelitian ini sesuai dengan American Society for Colposcopy
and Cervical Pathology dan didukung dengan rekomendasi
dari American Congress of Obstetricians and Gynecologist yang
usia 30-65 tahun lebih baik tes HPV dan pap smear tiap 5 tahun
atau pap smear saja tiap 3 tahun, sedangkan usia diatas 65
tahun tidak dilakukannya skrining jika hasil sebelumnya
negatif. Penelitian ini juga didukung oleh American Cancer
Society yang mengatakan bahwa kanker serviks cenderung
terjadi pada usia pertengahan. Sebagian besar kasus ditemukan
pada wanita berusia di bawah 50 tahun. Kanker ini jarang
terjadi pada wanita yang telah menjalani tes reguler untuk
kanker serviks sebelum mereka berusia 65 tahun.

Dari 101 responden terdapat 16 pasien yang terinfeksi HPV,


sedangkan 85 pasien lainnya negatif terinfeksi HPV. Tes HPV
ditemukan hasil positif sebanyak 2 pasien yang terinfeksi HPV
16, 3 pasien terinfeksi HPV 18, 8 pasien terinfeksi HPV high risk
tipe lain, dan 3 pasien terinfeksi HPV 16 dan HPV high risk tipe
lain. Hal ini juga sesuai dengan jurnal penelitian sebelumnya
8

oleh Bruni Laia pada tahun 2010. Penelitian tersebut


menggunakan sampel sebanyak 215.568 wanita dengan pap
smear LBC yang normal dan untuk mendeteksi HPV dengan
menggunakan PCR/HC2 didapatkan HPV high risk yang
paling sering ditemukan di dunia, yaitu HPV tipe 16, 18, 52, 31,
58, 39, 51, dan 56. HPV 16 menjadi tipe yang paling umum di
seluruh dunia. HPV 18 dan jenis onkogen lainnya, seperti tipe
52, 31, 58, 39, 56, dan 51, memiliki prevalensi serupa dan
termasuk jenis HPV yang paling umum setelah HPV16. HPV 31
sangat umum terjadi di Eropa dan Amerika Latin namun jauh
lebih jarang terjadi di Amerika Utara atau Asia, di mana yang
paling sering ditemukan HPV 52.4 Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Vet JNI tentang
prevalensi HPV berdasarkan populasi di tiga daerah di
Indonesia yaitu Jakarta, Tasikmalaya, dan Bali pada tahun 2008,
dengan sampel penelitian sebanyak 2686 wanita berusia 15-70
tahun didapatkan hasil infeksi yang paling sering ditemukan
adalah tipe HPV 52, 16, dan 18. Di kebanyakan negara, HPV 16
adalah tipe yang paling umum pada kanker serviks dan pada
populasi umum, diikuti oleh HPV 18

Pada penelitian ini didapatkan tes HPV positif tetapi hasil


pap smear LBC tidak menunjukan lesi prekanker atau kanker.
Hal ini membuktikan bahwa tes HPV lebih baik untuk skrining
awal, karena sejak infeksi sampai timbulnya lesi prekanker atau
kanker serviks membutuhkan waktu.
Kesimpulan Hasil penelitian didapatkan pasien usia 30-65 tahun
dan Saran merupakan usia terbanyak yang melakukan pemeriksan,
sebanyak 85 pasien (84,2%) dan disusul dengan pasien yang
berusia 21-29 tahun, sebanyak 16 pasien (15,8%). Dari tes HPV
didapatkan sebanyak 2 pasien (2%) terinfeksi HPV 16, sebanyak
3 (3%) pasien terinfeksi HPV 18, sebanyak 8 (7,9%) pasien
terinfeksi HPV high risk tipe lain, dan 3 (3%) pasien terinfeksi
9

HPV 16 dan high risk tipe lain. Sedangkan pada pap smear LBC
didapatkan seluruh pasien normal. Tes HPV lebih baik
dibandingkan pap smear untuk skrining awal, karena
membutuhkan waktu sejak infeksi sampai timbulnya lesi
prekanker atau kanker serviks.

Untuk selanjutnya dibutuhkan peran pemerintah agar


memberikan peluang untuk pemeriksaan yang murah atau
gratis untuk skrining seperti IVA, dan menyediakan vaksin
sesuai dengan HPV high risk tipe lain, karena vaksin yang ada
saat ini hanya untuk HPV 16 dan 18.
BAB III

PEMBAHASAN

HPV (Human Papilloma Virus) merupakan virus yang menginfeksi kulit


(epidermis) dan membran mukosa manusia, seperti mukosa oral, esofagus,
laring, trakea, konjungtiva, genital, dan anus. Virus ini ditularkan melalui seks
dan non seks. Human Papilloma Virus (HPV) dapat ditularkan melalui
hubungan seksual termasuk oral sex, anal sex, dan hand sex. Virus ini juga dapat
ditularkan melalui kontak nonseksual seperti transmisi vertikal ibu kepada
bayinya ( namun hal ini sangat jarang terjadi), penggunaan alat-alat yang telah
terkontaminasi seperti handuk, sarung tangan, dan pakaian, serta dapat
ditularkan melalui toilet umum. Virus ini menular melalui kontak langsung
dengan lesi yang telah terinfeksi.

Menurut Setiawati dalam jurnalnya yang berjudul “Human Papilloma


Virus Dan Kanker Serviks “, masa inkubasi HPV 3-4 bulan (bervariasi antara 1
bulan hingga 2 tahun). Human Papilloma Virus (HPV) membelah berkali- kali
bila respon imun rendah, misalnya pada kasus HIV, merokok, hamil, dan
malnutrisi. Human Papilloma Virus (HPV) tidak dapat disembuhkan. Individu
yang telah terinfeksi akan selalu membawa virus ini. Veruka genital yang dapat
terlihat pada vulva, vagina, anus atau serviks, seperti di area anus dan penis
pada pria, umumnya disebabkan oleh HPV tipe 6, 11, 16, 18 dan 31. Masa
inkubasi dimulai 2 minggu hingga 9 bulan setelah pajanan, namun bisa lebih
lama. Veruka ini bisa berbentuk datar atau bulat, besar atau kecil. Bentuk Veruka
genital menyerupai kembang kol.

Kanker mulut rahim atau yang bisa disebut dengan kanker serviks adalah
sejenis

kanker yang 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)


onkogenik. Kanker serviks ini menyerang leher rahim. Di Indonesia hanya ada
11

sekitar 5% yang melakukan Penapisan Kanker mulut rahim, sehingga 76,6%


pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium Lanjut (biasanya IIIB ke atas),
karena Kanker mulut rahim biasanya tanpa gejala apapun pada stadium
awalnya. Penapisan kanker leher rahim dapat dilakukan dengan melakukan tes
Pap smear dan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA). Di negara berkembang,
termasuk di Indonesia penggunaan secara luas program pengamatan leher rahim
dapat mengurangi insiden kanker mulut rahim yang invasif sebesar 50% atau
lebih.

Human Papilloma Virus (HPV) berperan dalam daftar penyebab terjadinya


kanker serviks tetapi bukan satu-satunya penyebab terjadinya kanker serviks.
Human Papilloma Virus (HPV) tipe 16 dan 18 menyebabkan 68% keganasan tipe
skuamosa dan 83% tipe adenokarsinoma. Meskipun infeksi Human Papilloma
Virus HPV biasanya tanpa gejala infeksi pada serviks bisa menghasilkan
perubahan secara histologi yang digolongkan dalam Cervical intraepitelial
Neoplasm (CIN) derajat 1, 2, 3 didasarkan pada derajat kerusakan dari sel epitel
pada serviks atau adenokarsinomainsitu. CIN 1 biasanya sembuh spontan (60%

dari seluruh kasus) dan beberapa berkembang ke arah keganasan (1%).


CIN 2 dan 3 memiliki persentase sedikit untuk sembuh spontan dan memiliki
persentase yang tinggi untuk berkembang ke arah keganasan.

Menurut Laras (2009) usia rata-rata pasien dengan kanker serviks adalah 32
tahun sampai 45 tahun. Hasil ini berasal dari penelitian retrospektif yang
dilakukan oleh Schellekens dan Ranti di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin,
Bandung pada periode Januari 2000 sampai Juli 2001 dengan interval usia mulai
21 tahun sampai 85 tahun (N=307).

Hal ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7


hingga 10 tahun untuk terjadinya kanker invasif sehingga sebagian besar
diketahuinya setelah berusia lanjut.

Hal tersebut juga terbukti pada hasil penelitian dari Jovian Lutfi Daniko
dan Sony Sugiharto yang dilakukan di Rumah Sakit Medistra pada periode
Desember 2015 – Januari 2017. Pada penelitian ini didapatkan sampel sebanyak
101 pasien yang melakukan tes pap smear LBC dilanjutkan dengan tes HPV.
12

Pasien terbanyak termasuk dalam kelompok usia 30-65 tahun sebanyak 85


pasien, dan sisanya terdiri atas 16 pasien pada kelompok usia 21 – 29 tahun.
Pasien usia termuda adalah 23 tahun dan usia tertua adalah 64 tahun. Pada hasil
tes yang sudah didapatkan menunjukkan bahwa tidak ada pasien usia <21 tahun
dan >65 tahun yang terkena distribusi penyebaran infeksi bakteri dari
pemeriksaan pap smear LBC dan distribusi hasil tes HPV. Hasil penelitian ini
sesuai dengan American Society for Colposcopy and Cervical Pathology dan
didukung dengan rekomendasi dari American Congress of Obstetricians and
Gynecologist yang usia 30-65 tahun lebih baik tes HPV dan pap smear tiap 5
tahun atau pap smear saja tiap 3 tahun, sedangkan usia diatas 65 tahun tidak
dilakukannya skrining jika hasil sebelumnya negatif. Penelitian ini juga
didukung oleh American Cancer Society yang mengatakan bahwa kanker serviks
cenderung terjadi pada usia pertengahan. Sebagian besar kasus ditemukan pada
wanita berusia di bawah 50 tahun. Kanker ini jarang terjadi pada wanita yang
telah menjalani tes reguler untuk kanker serviks sebelum mereka berusia 65
tahun.

Menurut American Society for Colposcopy and Cervical Pathology dan


didukung dengan rekomendasi dari American Congress of Obstetricians and
Gynecologist, usia 30-65 tahun lebih baik tes HPV dan pap smear tiap 5 tahun
atau pap smear saja tiap 3 tahun, sedangkan usia diatas 65 tahun tidak
dilakukannya skrining jika hasil sebelumnya negatif. Penelitian ini juga
didukung oleh American Cancer Society yang mengatakan bahwa kanker serviks
cenderung terjadi pada usia pertengahan. Sebagian besar kasus ditemukan pada
wanita berusia di bawah 50 tahun. Kanker ini jarang terjadi pada wanita yang
telah menjalani tes reguler untuk kanker serviks sebelum mereka berusia 65
tahun.

Bruni Laia telah melakukan sebuah penelitian pada tahun 2010. Penelitian
tersebut menggunakan sampel sebanyak 215.568 wanita dengan pap smear LBC
yang normal dan untuk mendeteksi HPV dengan menggunakan PCR/HC2
didapatkan HPV high risk yang paling sering ditemukan di dunia, yaitu HPV
tipe 16, 18, 52, 31, 58, 39, 51, dan 56. HPV 16 menjadi tipe yang paling umum di
seluruh dunia. HPV 18 dan jenis onkogen lainnya, seperti tipe 52, 31, 58, 39, 56,
13

dan 51, memiliki prevalensi serupa dan termasuk jenis HPV yang paling umum
setelah HPV16. HPV 31 sangat umum terjadi di Eropa dan Amerika Latin namun
jauh lebih jarang terjadi di Amerika Utara atau Asia, di mana yang paling sering
ditemukan HPV 52.4 Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Vet JNI tentang prevalensi HPV berdasarkan populasi di tiga
daerah di Indonesia yaitu Jakarta, Tasikmalaya, dan Bali pada tahun 2008,
dengan sampel penelitian sebanyak 2686 wanita berusia 15-70 tahun didapatkan
hasil infeksi yang paling sering ditemukan adalah tipe HPV 52, 16, dan 18. Di
kebanyakan negara, HPV 16 adalah tipe yang paling umum pada kanker serviks
dan pada populasi umum, diikuti oleh HPV 18.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tes HPV lebih baik untuk skrining awal, karena sejak infeksi sampai
timbulnya lesi prekanker atau kanker serviks membutuhkan waktu. Hal ini
sesuai dengan penelitian dari Jovian Lutfi Daniko dan Sony Sugiharto yang
dilakukan di Rumah Sakit Medistra pada periode Desember 2015 – Januari 2017.
Penelitian tersebut mendapatkan tes HPV pada pasien di rumah sakit tersebut
terbaca positif tetapi hasil pap smear LBC tidak menunjukan lesi prekanker atau
kanker.

B. Saran

Untuk selanjutnya dibutuhkan peran pemerintah agar memberikan


peluang untuk pemeriksaan yang murah atau gratis untuk skrining seperti IVA,
dan menyediakan vaksin sesuai dengan HPV high risk tipe lain, karena vaksin
yang ada saat ini hanya untuk HPV 16 dan 18.

14
Daftar Rujukan

Daniko, J., L., dan Sugiharto, S. 2019. Gambaran Hasil Pemeriksaan Pap Smear
LBC dan Tes HPV untuk Deteksi Dini Lesi Prekanker dan Kanker Serviks
di Rumah Sakit Medistra Desember 2015 – Januari 2017. Jakarta :
Universitas Tarumanegara.
Laras, L. 2009. Analisis Faktor Penyebab Kanker Serviks. Jakarta : Universitas
Indonesia.
Setawati, D. 2014. Human Papilloma Virus Dan Kanker Serviks. Makassar : UIN
Alauddin Makassar.

15

Anda mungkin juga menyukai