PENDAHULUAN
A. Latar belakang
asupan gizi juga dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan dari orang
tua, apalagi dengan kondisi di negeri ini yang masih banyak dijumpai
mendapat perhatian.
masa depan karena polio menjadi lebih berbahaya jika diderita oleh
orang dewasa. Orang yang telah menderita polio bukan tidak mungkin
1
mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
poliomyelitis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus
mengifeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
persen dari virion dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu
RNA kecil yang terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus
hitungan jam. Polio menyerang tanpa mengenal usia, lima puluh persen
kasus terjadi pada anak berusia antara 3 hingga 5 tahun. inkubasi polio
3
Polio dapat menyebar luas diam-diam karena sebagian besar
infeksi, virus akan keluar melalui feses selama beberapa minggu dan saat
B. Jenis poliomeilitis
1. Polio non-paralisis
lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung, otot
batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan
terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan
diserap oleh pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut
seluruh tubuh. Virus Polio menyerang saraf tulang belakang dan syaraf
seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi
4
ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat — menyebar sepanjang
kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada
dan otot pada toraks (dada) dan abdomen (perut), disebut quadriplegia.
3. Polio bulbar
trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air
mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran;
C. Etiologi
1. Virus polio, virus RNA yang berasal dari famili Picornaviridae,
genus Enterovirus. Virus ini memiliki inti dari single-stranded RNA
diliputi oleh kapsul protein tanpa sampul lipid sehingga tahan terhadap
5
zat yang dapat melarutkan lipid, dan stabil pada pH rendah. Virus
polio dapat dinonaktifkan dengan panas, formaldehida, klorin, sinar
ultraviolet.
Virus polio terdiri dari 3 jenis strain antigen atau serotipe wild
poliovirus (WPV) atau virus polio liar, yaitu tipe 1, tipe 2, dan tipe 3.
a. Virus Polio Tipe 1
Virus polio tipe 1 merupakan penyebab dari 85% kasus
polio paralitik. Virus ini memiliki sifat imunitas heterotipik
minimal, yaitu imunitas terhadap satu tipe, tidak melindungi
tubuh terhadap infeksi tipe lainnya. Namun, imunitas yang
timbul dari tiap tipe adalah untuk jangka panjang, atau seumur
hidup.
b. Virus Polio Tipe 2 dan 3
Virus polio tipe 2 secara resmi dideklarasikan dan
disertifikasi pada bulan September 2015, sebagai tipe yang
telah dieradikasi. Virus polio tipe 3 juga tidak terdeteksi sejak
November 2012. Karenanya, diperkirakan hanya tipe 1 WPV
yang masih bersirkulasi saat ini.
2. Reservoir
Hanya manusia yang diketahui sebagai reservoir virus polio.
Orang dengan defisiensi imun bisa menjadi carrier asimtomatik dari
virus ini.
3. Transmisi
Transmisi penularan virus polio melalui rute fekal-oral, ditularkan
melalui orang ke orang atau melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Rute oral-oral mungkin terjadi melalui saliva penderita
namun hal ini sangat jarang terjadi.
6
D. Faktor-faktor risiko :
1. Seseorang yang tidak pernah diimunisasi polio
2. Imunisasi yang tidak lengkap
3. Seseorang dengan gangguan kekebalan tubuh
4. Seseorang yang tinggal di lingkungan yang kurang bersih, dengan
higiene dan sanitasi yang buruk
5. Seseorang yang rentan dengan virus polio, dan tinggal atau berkunjung
ke daerah yang terdapat sirkulasi virus polio.
E. Manifestasi klinis
Tanda-tanda dan gejala-gejala dari polio berbeda tergantung pada
luas infeksi. Tanda-tanda dan gejala-gejala dapat dibagi kedalam polio
yang melumpuhkan (paralytic) dan polio yang tidak melumpuhkan (non-
paralytic).
Pada polio non-paralytic yang bertanggung jawab untuk
kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio, pasien-pasien
tetap asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala seperti flu
yang ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan muntah. Gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya
bertahan 48-72 jam, meskipun biasanya mereka bertahan untuk satu
sampai dua minggu.
Paralytic polio terjadi pada kira-kira 2% dari orang-orang yang
terinfeksi dengan virus polio dan adalah penyakit yang jauh lebih serius.
Gejala-gejala terjadi sebagai akibat dari sistim syaraf dan infeksi dan
peradangan sumsum tulang belakang (spinal cord). Gejala-gejala dapat
termasuk:
sensasi yang abnormal
kesulitan bernapas
kesulitan menelan
retensi urin
sembelit
mengeluarkan air liur
7
sakit kepala
turun naik suasana hati
nyeri dan kejang-kejang otot, dan
kelumpuhan.
F. Patofisiologi
Patofisiologi polio akibat masuknya virus polio ke dalam tubuh
terbagi dalam 2 fase, fase limfatik dan neurologis.
1. Fase Limfatik
Fase limfatik dimulai dengan masuknya virus polio ke dalam tubuh
manusia secara oral dan bermultiplikasi pada mukosa orofaring dan
gastrointestinal. Dari fokus primer tersebut, virus kemudian menyebar ke
tonsil, plakat Peyer, dan masuk ke dalam nodus-nodus limfatikus servikal
dan mesenterika.
Pada fase limfatik ini, virus polio bereplikasi secara berlimpah lalu
masuk ke dalam aliran darah, menimbulkan viremia yang bersifat
sementara, menuju organ-organ internal dan nodus-nodus limfatikus
regional. Kebanyakan infeksi virus polio pada manusia berhenti pada fase
viremia ini. Berdasarkan gejala yang muncul pada fase ini, polio
dibedakan menjadi polio nonparalitik, polio abortif, dan meningitis aseptik
nonparalitik.
Polio Nonparalitik
Hampir 72% infeksi virus polio pada anak-anak merupakan kasus
asimtomatik. Masa inkubasi untuk polio nonparalitik ini berkisar 3-6 hari.
Satu minggu setelah onset simtom, jumlah virus polio pada orofaring
makin berkurang. Namun virus polio ini akan terus diekskresikan melalui
feses hingga beberapa minggu kemudian, sekitar 3-6 minggu.
Polio Abortif
Sekitar 24% kasus infeksi virus polio pada anak-anak
bermanifestasi tidak spesifik, seperti demam ringan dan sakit tenggorokan,
disebut sebagai polio abortif. Pada polio abortif, terdapat kemungkinan
8
terjadinya invasi virus ke dalam sistem saraf pusat tanpa manifestasi klinis
atau laboratorium. Ciri khas kasus ini adalah terjadi kesembuhan total
dalam waktu kurang dari satu minggu.
Meningitis Aseptik Nonparalitik
Sekitar 1-5% infeksi virus polio pada anak-anak menimbulkan
meningitis aseptik nonparalitik setelah beberapa hari gejala prodromal.
Gejala yang dialami penderita berupa kekakuan leher, punggung, dan/atau
tungkai, dengan durasi sekitar 2-10 hari, lalu sembuh total.
2. Fase Neurologis
Bila infeksi ini berlanjut, maka virus akan terus bereplikasi di luar
sistem saraf terlebih dahulu, kemudian akan menginvasi ke dalam sistem
saraf pusat. Kondisi ini dikenal sebagai fase neurologis. Pada fase ini,
virus polio akan melanjutkan replikasi pada neuron motorik kornu anterior
dan batang otak, sehingga terjadi kerusakan pada lokasi tersebut.
Kerusakan sel-sel saraf tersebut akan berdampak pada manifestasi tipikal
pada bagian tubuh yang dipersarafinya. Keadaan ini berakibat terjadinya
lumpuh layu akut, dikenal juga sebagai acute flaccid paralysis (AFP)
sehingga polio yang terjadi dikenal sebagai polio paralitik.
Masa inkubasi untuk polio paralitik ini biasanya berkisar 7-21 hari.
Polio paralitik ini terjadi kurang dari 1% dari semua kasus infeksi virus
polio yang terjadi pada anak-anak.
Gejala paralisis umumnya timbul sekitar 1-18 hari setelah melewati
masa gejala prodromal, berlangsung progresif selama 2 hingga 3 hari.
Umumnya, progresivitas paralisis akan terhenti setelah suhu tubuh
kembali normal. Masa infeksius seseorang yang terjangkiti virus polio
adalah 7-10 hari sebelum dan sesudah onset gejala.
G. Penatalaksanaan
9
Tidak ada penatalaksanaan spesifik untuk poliomielitis karena itu
1. Penatalaksanaan Akut
10
H. Komplikasi
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap.
Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi
kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari
otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi
kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita
mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini
disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang
progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan.
Selain itu ada juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena,
Pelebaran lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus
dan emboli paru, Psikosis
I. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab :
Pemeriksaan darah
Cairan serebrospinal
Isolasi virus volio
2. Pemeriksaan radiologi
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat,
golongan darah, penghasilan
2. Riwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia
tertentu, riwayat tumor pada keluarga, penyakit yang mendahului
seperti sklerosis TB dan penyakit neurofibromatosis, kapan gejala
mulai timbul
3. Aktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan, kaku, hilang
keseimbangan. Tanda : perubahan kesadaran, letargi, hemiparese,
quadriplegi, ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola
istirahat, adanya faktor faktor yang mempengaruhi tidur seperti
nyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihan
4. Sirkulasi, Gejala : nyeri punggung pada saat beraktivitas.
Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau normal, perubahan
frekuensi jantung.
5. Integritas Ego, Gejala : faktor stres, perubahan tingkah laku atau
kepribadian, Tanda : cemas, mudah tersinggung, delirium, agitasi,
bingung, depresi dan impulsif.
6. Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami
gangguan fungsi.
7. Makanan / cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami
perubahan sklera. Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan
menelan (batuk, air liur keluar, disfagia)
8. Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus,
kehilangan pendengaran, tingling dan baal pad aekstremitas,
gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda : perubahan kesadaran
sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi
pada mata ketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan,
wajah tidak simetris, genggaman lemah tidak seimbang, reflek
12
tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi, kejang,
sensitiv terhadap gerakan
9. Nyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas yang
berbeda dan biasanya lama. Tanda : wajah menyeringai, respon
menarik dri rangsangan nyeri yang hebat, gelisah, tidak bisa
istirahat / tidur.
10. Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat,
dispnea, potensial obstruksi.
11. Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.
12. Sistem Motorik : scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan
13. Keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia toksisk, karsinogen,
pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit,
ulserasi
14. Seksualitas, Gejala: masalah pada seksual (dampak pada
hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
15. Interaksi sosial : ketidakadekuatan sistem pendukung, riwayat
perkawinan (kepuasan rumah tangga, dukungan), fungsi peran.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas
b/d paralysis otot.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
C. Intervensi
13
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan
muntah.
Intervensi :
Kaji pola makan anak.
Berikan makanan secara adekuat.
Berikan nutrisi kalori, protein, vitamin dan mineral.
Timbang berat badan.
Berikan makanan kesukaan anak.
Berikan makanan tapi sering.
2. Hipertermi b/d proses infeksi.
Intervensi :
Pantau suhu tubuh.
Jangan pernah menggunakan usapan alcohol saat
mandi/kompres.
Hindari mengigil.
Kompres air hangat durasi 20-30 menit.
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas
b/d paralysis otot.
Intervensi :
Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman.
Auskultasi bunyi nafas.
Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi duduk
tinggi atau semi fowler.
Berikan tambahan oksigen.
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.
Intervensi :
Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak
mengatasi nyeri.
Libatkan orang tua dalam memilih strategi.
14
Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non
farmakologis khusus sebelum nyeri.
Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan
srtategi selama nyeri.
Berikan analgesic sesuai indikasi.
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.
Intervensi :
Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak.
Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada).
Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan
untuk aktif seperti pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara
aman.
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
Intervensi :
Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat
ansietas (mis.renda, sedang,parah).
Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat
keluarga tanpa menayakan apa yang dipercaya.
Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika
diminta oleh keluarga.
Hindari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “
semua akan berjalan lancar”
15
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
(paralisis).
terdiri atas tiga strain berbeda dan amat menular. Virus akan
35 hari.
16
sehingga tidak tahu kalau mereka sendiri sedang terjangkit.
B. SARAN
Saran yang dapat saya berikan kepada masyarakat agar terhindar
dari penginfeksian penyakit poliomeilitis yang disebabkan oleh
virus yang disebut dengan poliovirus ini adalah :
a. Jagalah sanitasi lingkungan anda,
sanitasi lingkungan merupakan hal yang
sepele namun sangat penting. Apabila
sanitasi lingkungan kita tidak dijaga,
maka dapat menimbulkan berbagai
macam penyakit tidak hanya penyakit
poliomielitis.
b. Jagalah makanan ataupun minuman yang
akan dikonsumsi karena hal ini sangat
penting dimana makanan atau minuman
menjadi tempat perantara penyebaran
penyakit poliomielitis.
Untuk pencegahannya yaitu diberikan vaksin polio idealnya pada
anak-anak agar dapat diantisipasi penyakit poliomielitis ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
He, Y., et al., Complexes of poliovirus serotypes with their common cellular
receptor, CD155. J Virol, 2003. 77(8): p. 4827-35.
Howard, R.S., Poliomyelitis and the postpolio syndrome. BMJ : British Medical
Journal, 2005. 330(7503): p. 1314-1318.
18