Dahulu Pulau Jawa dikenal dengan nama JawaDwipa. JawaDwipa berasal dari bahasa
Sanskerta yang berarti “Pulau Padi” dan disebut dalam epik Hindu Ramayana.
Epik itu mengatakan “Jawadwipa, dihiasi tujuh kerajaan, Pulau Emas dan perak, kaya dengan
tambang emas”, sebagai salah satu bagian paling jauh di bumi.
Ahli geografi Yunani, Ptolomeus juga menulis tentang adanya “negeri Emas” dan “negeri
Perak” dan pulau-pulau, antara lain pulau “”Iabadiu” yang berarti “Pulau Padi”.
Dalam catatan Wang Ta-yuan, komoditas ekspor Jawa pada saat itu ialah lada, garam, kain,
dan burung kakak tua. Mata uangnya dibuat dari campuran perak, timah putih, timah hitam,
dan tembaga. Selain itu, catatan kunjungan biarawan Roma tahun 1321, Odorico da
Pordenone, menyebutkan bahwa istana Raja Jawa penuh dengan perhiasan emas, perak, dan
permata.
Menurut banyak pakar, pulau tersubur di dunia adalah Pulau Jawa. Hal ini masuk akal,
karena Pulau Jawa mempunyai konsentrasi gunung berapi yang sangat tinggi. Banyak gunung
berapi aktif di Pulau Jawa. Gunung inilah yang menyebabkan tanah Pulau Jawa sangat subur
dengan kandungan nutrisi yang di perlukan oleh tanaman.
Raffles pengarang buku The History of Java merasa takjub pada kesuburan alam Jawa yang
tiada tandingnya di belahan bumi mana pun. “Apabila seluruh tanah yang ada dimanfaatkan,”
demikian tulisnya, “bisa dipastikan tidak ada wilayah di dunia ini yang bisa menandingi
kuantitas, kualitas, dan variasi tanaman yang dihasilkan pulau ini.”
Kini pulau Jawa memasok 53 persen dari kebutuhan pangan Indonesia. Pertanian padi banyak
terdapat di Pulau Jawa karena memiliki kesuburan yang luar biasa. Pulau Jawa dikatakan
sebagai lumbung beras Indonesia. Jawa juga terkenal dengan kopinya yang disebut kopi
Jawa. Curah hujan dan tingkat keasaman tanah di Jawa sangat pas untuk budidaya kopi. Jauh
lebih baik dari kopi Amerika Latin ataupun Afrika.
Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buahan juga benyak terdapat
di Jawa, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis,
lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam,
kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas,
mangga, pepaya, pisang, sawo, salak,apel, anggur serta rambutan.
Bahkan di Jawa kini dicoba untuk ditanam gandum dan pohon kurma. Bukan tidak mungkin
jika lahan di Pulau Jawa dipakai dan diolah secara maksimal untuk pertanian maka Pulau
Jawa bisa sangat kaya hanya dari hasil pertanian.
Kalimantan – Pulau Lumbung energi
Dahulu nama pulau terbesar ketiga di dunia ini adalah Warunadwipa yang artinya Pulau
Dewa Laut. Kalimantan dalam berita-berita China (T’ai p’ing huan yu chi) disebut dengan
istilah Chin li p’i shih.
Nusa Kencana” adalah sebutan pulau Kalimantan dalam naskah-naskah Jawa Kuno. Orang
Melayu menyebutnya Pulau Hujung Tanah (P’ulo Chung). Borneo adalah nama yang dipakai
oleh kolonial Inggris dan Belanda.
Pada zaman dulu pedagang asing datang ke pulau ini mencari komoditas hasil alam berupa
kamfer, lilin dan sarang burung walet melakukan barter dengan guci keramik yang bernilai
tinggi dalam masyarakat Dayak. Para pendatang India maupun orang Melayu memasuki
muara-muara sungai untuk mencari lahan bercocok tanam dan berhasil menemukan tambang
emas dan intan di Pulau ini.
Di Kalimantan berdiri kerajaan Kutai. Kutai Martadipura adalah kerajaan tertua bercorak
Hindu di Nusantara. Nama Kutai sudah disebut-sebut sejak abad ke 4 (empat) pada berita-
berita India secara tegas menyebutkan Kutai dengan nama “Quetaire” begitu pula dengan
berita Cina pada abat ke 9 (sembilan) menyebut Kutai dengan sebutan “Kho They” yang
berarti kerajaan besar.
Dan pada abad 13 (tiga belas) dalam kesusastraan kuno Kitab Negara Kertagama yang
disusun oleh Empu Prapanca ditulis dengan istilah “Tunjung Kute”. Peradaban Kutai masa
lalu inilah yang menjadi tonggak awal zaman sejarah di Indonesia.
Kini Pulau Kalimantan merupakan salah satu lumbung sumberdaya alam di Indonesia
memiliki beberapa sumberdaya yang dapat dijadikan sebagai sumber energi, diantaranya
adalah batubara, minyak, gas dan geothermal. Hutan Kalimantan mengandung gambut yang
dapat digunakan sebagai sumber energi baik untuk pembangkit listrik maupun pemanas
sebagai pengganti batu bara.
Yang luar biasa ternyata Kalimantan memiliki banyak cadangan uranium yang bisa dipakai
untuk pembangkit listrik tenaga nuklir. Disamping itu Kalimantan juga memiliki potensi lain
yakni sebagai penyedia sumber energi botani atau terbaharui. Sumber energi botani atau
bioenergi ini adalah dari CPO sawit. Pulau Kalimantan memang sangat kaya.
Orang Belanda menyebutnya sebagai ‘the three golden from the east’ (tiga emas dari timur)
yakni Ternate, Banda dan Ambon. Sebelum kedatangan Belanda, penulis dan tabib Portugis,
Tome Pirez menulis buku ‘Summa Oriental’ yang telah melukiskan tentang Ternate, Ambon
dan Banda sebagai ‘the spices island’.
Pada masa lalu wilayah Maluku dikenal sebagai penghasil rempah-rempah seperti cengkeh
dan pala. Cengkeh adalah rempah-rempah purbakala yang telah dikenal dan digunakan ribuan
tahun sebelum masehi. Pohonnya sendiri merupakan tanaman asli kepulauan Maluku
(Ternate dan Tidore), yang dahulu dikenal oleh para penjelajah sebagai Spice Islands.
Pada 4000 tahun lalu di kerajaan Mesir, Fir’aun dinasti ke-12, Sesoteris III. Lewat data
arkeolog mengenai transaksi Mesir dalam mengimpor dupa, kayu eboni, kemenyan, gading,
dari daratan misterius tempat “Punt” berasal. Meski dukungan arkeologis sangat kurang,
negeri “Punt” dapat diidentifikasi setelah Giorgio Buccellati menemukan wadah yang berisi
benda seperti cengkih di Efrat tengah.
Pada masa 1.700 SM itu, cengkih hanya terdapat di kepulauan Maluku, Indonesia. Pada abad
pertengahan (sekitar 1600 Masehi) cengkeh pernah menjadi salah satu rempah yang paling
popular dan mahal di Eropa, melebihi harga emas.
Pada akhir tahun 500 M, pengarang Tiongkok bernama Ghau Yu Kua memberi nama
TUNGKI, dan pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan
menggunakan nama JANGGI. Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya
sebagai PAPA-UA yang sudah berubah dalam sebutan menjadi PAPUA.
Pada tahun 1545, Inigo Ortiz de Retes memberi nama NUEVA GUINEE dan ada pelaut lain
yang memberi nama ISLA DEL ORO yang artinya Pulau Emas. Robin Osborne dalam
bukunya, Indonesias Secret War: The Guerilla Struggle in Irian Jaya (1985), menjuluki
provinsi paling timur Indonesia ini sebagai surga yang hilang.
Tidak diketahui apakah pada peradaban kuno sebelum masehi di Papua telah terdapat
kerajaan. Bisa jadi zaman dahulu telah terdapat peradaban maju di Papua. Pada sebuah
konferensi tentang lampu jalan dan lalulintas tahun 1963 di Pretoria (Afrika Selatan), C.S.
Bola-bola lampu tersebut tampak secara aneh bersinar setelah matahari mulai terbenam dan
terus menyala sepanjang malam setiap hari. Kita tidak tahu akan kebenaran kisah ini tapi jika
benar itu merupakan hal yang luar biasa dan harus terus diselidiki.
Di sulawesi pernah berdiri Kerajaan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di
Sulawesi. Wilayah Luwu merupakan penghasil besi. Bessi Luwu atau senjata Luwu (keris
atau kawali) sangat terkenal akan keampuhannya, bukan saja di Sulawesi tetapi juga di luar
Sulawesi.
Dalam sejarah Majapahit, wilayah Luwu merupakan pembayar upeti kerajaan, selain dikenal
sebagai pemasok utama besi ke Majapahit, Maluku dan lain-lain. Menurut catatan yang ada,
sejak abad XIV Luwu telah dikenal sebagai tempat peleburan besi.
Di Pulau Sulawesi ini juga pernah berdiri Kerajaan Gowa Tallo yang pernah berada dipuncak
kejayaan yang terpancar dari Sombaopu, ibukota Kerajaan Gowa ke timur sampai ke selat
Dobo, ke utara sampai ke Sulu, ke barat sampai ke Kutai dan ke selatan melalui Sunda Kecil,
diluar pulau Bali sampai ke Marege (bagian utara Australia). Ini menunjukkan kekuasaan
yang luas meliputi lebih dari 2/3 wilayah Nusantara.
Selama zaman yang makmur akan perdagangan rempah-rempah pada abad 15 sampai 19,
Sulawesi sebagai gerbang kepulauan Maluku, pulau yang kaya akan rempah-rempah.
Kerajaan besar seperti Makasar dan Bone seperti yang disebutkan dalam sejarah Indonesia
timur, telah memainkan peranan penting.
Pada abad ke 14 Masehi, orang Sulawesi sudah bisa membuat perahu yang menjelajahi dunia.
Perahu pinisi yang dibuat masyarakat Bugis pada waktu itu sudah bisa berlayar sampai ke
Madagaskar di Afrika, suatu perjalanan mengarungi samudera yang memerlukan tekad yang
besar dan keberanian luar biasa.
Ini membuktikan bahwa suku Bugis memiliki kemampuan membuat perahu yang
mengagumkan, dan memiliki semangat bahari yang tinggi. Pada saat yang sama Vasco da
Gama baru memulai penjelajahan pertamanya pada tahun 1497 dalam upaya mencari
rempah-rempah, dan menemukan benua-benua baru di timur, yang sebelumnya dirintis
Marco Polo.
Sampai saat ini Sulawesi sangat kaya akan bahan tambang meliputi besi, tembaga, emas,
perak, nikel, titanium, mangan semen, pasir besi/hitam, belerang, kaolin dan bahan galian C
seperti pasir, batu, krikil dan trass. Jika saja dikelola dengan baik demi kemakmuran rakyat
maka menjadi kayalah seluruh orang Sulawesi.
Sumatera – Pulau Emas
Dalam berbagai prasasti, pulau Sumatera disebut dengan nama Sansekerta: Suwarnadwipa
(“pulau emas”) atau Suwarnabhumi (“tanah emas”).
Nama-nama ini sudah dipakai dalam naskah-naskah India sebelum Masehi. Sumatera juga
dikenal sebagai pulau Andalas.
Pada masa Dinasti ke-18 Fir’aun di Mesir (sekitar 1.567SM-1.339SM), di pesisir barat pulau
sumatera telah ada pelabuhan yang ramai, dengan nama Barus.
Barus (Lobu Tua – daerah Tapanuli) diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum
Masehi. Barus dikenal karena merupakan tempat asal kapur barus. Ternyata kamper atau
kapur barus digunakan sebagai salah satu bahan pengawet mummy Fir’aun Mesir kuno.
Di samping Barus, di Sumatera terdapat juga kerajaan kuno lainnya. Sebuah manuskrip
Yahudi Purba menceritakan sumber bekalan emas untuk membina negara kota Kerajaan Nabi
Sulaiman diambil dari sebuah kerajaan purba di Timur Jauh yang dinamakan Ophir.
Kemungkinan Ophir berada di Sumatera Barat. Di Sumatera Barat terdapat gunung Ophir.
Gunung Ophir (dikenal juga dengan nama G. Talamau) merupakan salah satu gunung
tertinggi di Sumatera Barat, yang terdapat di daerah Pasaman. Kabarnya kawasan emas di
Sumatera yang terbesar terdapat di Kerajaan Minangkabau.
Menurut sumber kuno, dalam kerajaan itu terdapat pegunungan yang tinggi dan mengandung
emas. Konon pusat Kerajaan Minangkabau terletak di tengah-tengah galian emas. Emas-emas
yang dihasilkan kemudian diekspor dari sejumlah pelabuhan, seperti Kampar, Indragiri,
Pariaman, Tikus, Barus, dan Pedir.
Di Pulau Sumatera juga berdiri Kerajaan Srivijaya yang kemudian berkembang menjadi
Kerajaan besar pertama di Nusantara yang memiliki pengaruh hingga ke Thailand dan
Kamboja di utara, hingga Maluku di timur.
Kini kekayaan mineral yang dikandung pulau Sumatera banyak ditambang. Banyak jenis
mineral yang terdapat di Pulau Sumatera selain emas. Sumatera memiliki berbagai bahan
tambang, seperti batu bara, emas, dan timah hitam. Bukan tidak mungkin sebenarnya bahan
tambang seperti emas dan lain-lain banyak yang belum ditemukan di Pulau Sumatera.
Beberapa orang yakin sebenarnya Pulau Sumatera banyak mengandung emas selain dari apa
yang ditemukan sekarang. Jika itu benar maka Pulau Sumatera akan dikenal sebagai pulau
emas kembali.
Sejumlah pulau yang kemudian terbentuk di dataran Sunda diberi nama dengan
menggunakan istilah Sunda pula yakni Kepulauan Sunda Besar dan Kepulauan Sunda Kecil.
Kepulauan Sunda Besar ialah himpunan pulau besar yang terdiri dari Sumatera, Jawa,
Madura dan Kalimantan. Sedangkan Sunda Kecil merupakan gugusan pulau Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Sumba, dan Timor.
Daerah Kepulauan Sunda kecil ini dikenal sebagai daerah wisata karena keindahan alamnya
yang menakjubkan. Sejak dulu telah ada yang berwisata ke daerah ini. Perjalanan Rsi
Markandiya sekitar abad 8 dari Jawa ke Bali, telah melakukan perjalanan wisata dengan
membawa misi-misi keagaman.
Demikian pula Empu Kuturan yang mengembangkan konsep Tri Sakti di Bali datang sekitar
abad 11. Pada tahun 1920 wisatawan dari Eropa mulai datang ke Bali. Bali di Eropa dikenal
juga sebagai the Island of God.
Di Tempat lain di Kepulauan Sunda Kecil tepatnya di daerah Nusa Tenggara Barat dikenal
dari hasil ternaknya berupa kuda, sapi, dan kerbau. Kuda Nusa tenggara sudah dikenal dunia
sejak ratusan tahun silam. Abad 13 M Nusa Tenggara Barat telah mengirim kuda-kuda ke
Pulau Jawa. Nusa Tenggara Barat juga dikenal sebagai tempat pariwisata raja-raja. Raja-raja
dari kerajaan Bali membangun Taman Narmada pada tahun 1727 M di daerah Pulau Lombok
untuk melepas kepenatan sesaat dari rutinitas di kerajaan.
Daerah Sunda Kecil yang tidak kalah kayanya adalah Nusa Tenggara Timur, karena di daerah
ini terdapat kayu cendana yang sangat berharga. Cendana adalah tumbuhan asli Indonesia
yang tumbuh di Propinsi Nusa Tenggara Timur. Cendana dari Nusa Tenggara Timur telah
diperdagangkan sejak awal abad masehi.
Sejak awal abad masehi, banyak pedagang dari wilayah Indonesia bagian barat dan Cina
berlayar ke berbagai wilayah penghasil cendana di Nusa Tenggara Timur terutama Pulau
Sumba dan Pulau Timor. Konon Nabi Sulaiman memakai cendana untuk membuat tiang-
tiang dalam bait Sulaiman, dan untuk alat musik. Nabi Sulaiman mengimpor kayu ini dari
tempat-tempat yang jauh yang kemungkinan cendana tersebut berasal dari Nusa Tenggara
Timur.
Kini Kepulauan Sunda kecil ini merupakan tempat pariwisata yang terkenal di dunia. Bali
merupakan pulau terindah di dunia. Lombok juga merupakan salah satu tempat terindah di
dunia. Sementara itu di Nusa tenggara Timur terdapat Pulau yang dihuni binatang purba satu-
satunya di dunia yang masih hidup yaitu komodo. Kepulauan Sunda kecil merupakan tempat
yang misterius dan sangat menawan. Kepulauan ini bisa mendapat banyak kekayaan para
pelancong dari seluruh dunia jika dikelola secara maksimal.
(sumber: http://indonesiatanahairku-indonesia.blogspot.com/)