Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1

(KASUS MALARIA)

DOSEN PENGAJAR

Ns.RIRIN SRI HANDAYANI.,M.Kep.Sp.KMB

DISUSUN OLEH
NAMA : LUSYANA NIKITA SIAHAAN
NIM : 1914401023
KELAS : TINGKAT 2 REGULER 1

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
BAB I

PEMBAHASAN

Seorang pasien laki-laki usia 32 tahun bekerja sebagai nelayan dirawat di puskesmas dengan
diagnosa suspect malaria (diduga malaria).

1. Apakah keluhan utama, keluhan penyerta dan hasil pemeriksaan fisik yang anda temukan
sehingga pasien tersebut patut diduga menderita malaria ?

2. Pemeriksaan penunjang apakah yang dapat memperkuat dugaan anda tersebut ?

3. Jika pasien mengeluh kedinginan dan menggigil namun hasil pemeriksaan suhu tubuh
ternyata 40 derajat celcius, bagaimanakah penjelasan patofisiologinya ?

4. Jelaskan bagaimana tatalaksana malaria menurut Kemenkes RI !

Jawab :

1. Keluhan utama : demam

Keluhan penyerta : sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal

Pemeriksaan fisik :

a. Demam (>37,5 ºC aksila)


b. Konjungtiva atau telapak tangan pucat
c. Pembesaran limpa (splenomegali)
d. Pembesaran hati (hepatomegali)
e. Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam tinggi,
konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna coklat
kehitaman (Black Water Fever ), kejang dan sangat lemah (prostration).
2. Pemeriksaan penunjangnya bisa dilakukan dengan Pemeriksaan sediaan apus darah
mikroskopik untuk memastikan diagnosis malaria dengan sensitivitas 52,5% dan spesifisitas
77%. Selain itu bisa dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan Apus Darah Tebal, Pemeriksaan
Apus Darah Tipis, Pemeriksaan Apus Darah Tipis, Rapid Diagnostic Test (RDT), Polymerase
Chain Reaction Assay, Kultur Darah, Radiologi, Pungsi Lumbal.

3. Merasa kedingingan dan menggil pada suhu tubuh 40 derajat celcius merupakan tanda bahwa
tubuh sedang mengalami peradangan atau sedang melawan infeksi virus atau bakteri.

4. Salah satu strategi untuk eliminasi ialah penanganan/ pengobatan yang tepat dan efektif. Saat
ini Depart. Kesehatan telah mensosialisasikan pengobatan baru untuk malaria dengan
penggunaan obat ACT ( Artemisinin base Combination Therapy). Ada 3 jenis ACT yang
tersedia di Indonesia ialah kombinasi Artesunate + Amodiaquine, ArtemetherLumefantrine
dan Dihydroartemisinin- Piperakuin. Untuk pengobatan malaria berat di pakai artesunate
injeksi secara intra-vena.

• Perubahan yang besar dalam penanganan malaria berat ialah pemakaian artesunate intravena
untuk menurunkan mortalitas 34% dibandingkan dengan penggunaan kina. Pengobatan
malaria berat secara garis besar terdiri atas 3 komponen penting yaitu :

1) Pengobatan spesifik dengan kemoterapi anti malaria.

2) Pengobatan supportif (termasuk perawatan umum dan pengobatan simptomatik)

3) Pengobatan terhadap komplikas

• Pemantauan (Follow-up) pengobatan malaria :

Penderita perlu diperiksa sediaan darah untuk malaria pada hari ke 2, 3 dan hari 7, 14, 21 dan
28. Bila penderita rawat jalan dan tidak memungkinkan kembali hari ke-2 (48 jam setelah
mulai pengobatan), boleh datang hari ke-3. Penderita yang termasuk gagal pengobatan dini
ataupun kasep harus diberikan pengobatan yang lain. Dikatakan gagal pengobatan, bila
terdapat salah satu/lebih kriteria berikut (WHO, 2003) :

a. Gagal pengobatan dini (early treatment failure) : didefinisikan sebagai berkembangnya


menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini pada 3 hari pertama :
• Parasitemia dengan komplikasi klinis malaria berat pada hari 1, 2, 3.
• Parasitemia pada hari ke 2 > hari 0.
• Parasitemia pada hari ke 3 (>25 % dari hari 0)
• Parasitemia pada hari ke 3 masih positif + suhu aksila > 37,5 o C.

b. Gagal pengobatan kasep (late treatment failure) : didefinisikan sebagai berkembangnya


menjadi 1 atau lebih kondisi berikut ini antara hari ke 4 s/d ke 28, dan dibagi dalam 2 sub
grup :

1) Late Clinical (and Parasitological) Failure (LCF) :

• Parasitemia (spesies sama dengan hari ke 0) dengan komplikasi malaria


berat setelah hari ke 3.
• Suhu aksila > 37,5 o C disertai parasitemia antara hari ke 4 s/d ke 28.

2) Late Parasitological Failure (LPF) :

• Ditemukan parasitemia (spesies sama dengan hari ke 0) pada hari ke 7


sampai hari 28 tanpa disertai peningkatan suhu aksila < 37,5 oC.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/malaria/diagnosis

http://repository.uinsu.ac.id/8766/1/20200115.sahrir.diagnosis%20malaria%20KOMPLIT.pdf

Kementrian Kesehatan RI.Agustus 2017.Buku Saku Penatalaksanaan Kasus Malaria.

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta

Anda mungkin juga menyukai