TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pre Operatif
A. Pengertian Pre Operasi
Pre operasi adalah tahap awal dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk melakukan pembedahan
(Hidayar & Siwi, 2019).
Pre operasi adalah fase operasi yang dimulai saat dibuatnya
keputusan untuk melakukan pembedahan dan berakhir saat klien di pindah
ke meja operasi (Pefbrianti et al., 2018).
Aktivitas keperawatan selama waktu pre operasi mencangkup
penetapan pengkajian dasar pasien, mengidentifikasi masalah keperawatan
potensi maupun aktual, merencanakan asuhan keperawatan, memberikan
penyuluhan pre operasi untuk klien dan keluarganya, dan menyiapkan
anestesi yang akan diberikan saat pembedahan (Violetha, Mariati, Susanti,
Mujimin, & Talib, 2021).
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pre operasi
adalah tahapan operasi yang dimulai ketika seseorang mengambil
keputusan untuk operasi hingga dipindah ke meja operasi.
B. Persiapan Operasi
Tahap awal dari perioperative adalah pre operasi, dimana seseorang
diputuskan untuk melakukan pembedahan hingga sampai di meja operasi.
Perawat memiliki peran untuk melakukan pengkajian status fisiologis dan
psikologis untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam upaya mendukung
keberhasilan tindakan operasi (Apriliani, 2019).
Menurut Syamsuhidajat (2010), persiapan pasien operasi di ruang
perawatan meliputi:
1. Persiapan Fisik
Beberapa persiapan fisik yang harus dilakukan pada pasien pre operasi
adalah:
5
6
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa yang muncul pada klien pre operasi adalah (Putri,
2019):
1) Ansietas
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif
individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman. Beberapa gejala dan tanda-tanda
penyebab ansietas menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) adalah:
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Penyalahgunaan zat
i) Kurang terpapar informasi
j) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
k) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
l) Terpapar bahaya lingkungan, misal: toksin polutan, dan lain-lain.
2) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab nyeri
akut ada 3, yaitu:
a) Agen pencedera fisiologis, misal: inflamasi, iskemia, neoplasma
b) Agen pencedera kimiawi, misal: terbakar, bahan kimia iritan
c) Agen pencedera fisik, misal: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan.
12
3) Defisit pengetahuan
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Penyebab defisit
pengetahuan menurut SDKI yaitu:
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
13
2) Nyeri akut
Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri akut adalah
tingkat nyeri (L.08066) menurun (PPNI, 2018b).
Manajemen Nyeri (I.08238) adalah intervensi keperawatan
dengan mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik/emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan/fungsional dengan onset mendadak/lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan (PPNI, 2018a).
Intervensi yang diberikan meliputi:
15
B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang akan muncul ketika mengalami kecemasan adalah
(Wekoadi, 2019):
1) Kardiovaskuler : detak jantung meningkat, tekanan darah meningkat,
rasa ingin pingsan.
2) Pernafasan : frekuensi nafas meningkat, rasa sesak di dada, nafas
dangkal, muncul sensasi tercekik dan terengah-engah.
3) Neuromuscular : gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tremor
4) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada
perut, mual, diare
5) Tractus Urinarius : tidak dapat menahan atau sering kencing.
6) Kulit : wajah tampak kemerahan, berkeringat pada telapak tangan/
seluruh tubuh, gatal, panas dingin pada kulit, wajah pucat,
7) Behavioral : perilaku menghindar, terguncang, dan terancam
8) Kognitif : khawatir, takut, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan
akan terjadi, takut kehilangan control, merasa tidak mampu mengatasi
masalah, dan tidak bisa dikendalikan.
18
1) Aspek Fisik
Ciri-ciri kecemasan yang muncul pada aspek fisik adalah mengalami
gugup, gelisah, gemetar, banyak berkeringat, pusing, mulut/
kerongkongan terasa kering, sulit bicara, sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, tubuh dan ekstremitas dingin, suara bergetar, lemas,
sulit menelan, leher dan punggung terasa kaku, sakit perut, mual, sering
BAK, wajah memasan, sensitif dan mudah marah.
2) Aspek perilaku
Ciri-ciri kecemasan yang dilihat dari aspek perilaku adalah munculnya
perilaku menghindar, melekat/dependen dan perilaku terguncang.
19
3) Aspek kognitif
Aspek kognitif dapat muncul berupa perasaan khawatir dengan sesuatu,
takut terhadap apa yang terjadi di masa depan, merasa terancam karena
peristiwa atau seseorang, takut tidak dapat mengatasi masalah, tidak
dapat mengendalikan apa yang terjadi, pikiran campur aduk, khawatir
ditinggal sendiri, dll.
D. Klasifikasi Kecemasan
Terdapat 4 jenis kecemasan menurut Stuart, yaitu (Ramadhan et al., 2019):
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan biasanya terjadi karena pengalaman kehidupan
sehari-hari. Kecemasan ringan berarti bagi perkembangan kepribadian
seseorang untuk bersikap hati-hati dan waspada dengan situasi yang
sama di waktu yang akan datang.
Terdapat beberapa respon yang muncul ketika mengalami kecemasan
ringan, yaitu respon kognitif, fisiologis, perilaku dan emosi. Respon
kognitif ditunjukkan dengan lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsang yang kompleks, dapat konsentrasi untuk
menjelaskan masalah. Respon fisiologis ditandai dengan adanya nafas
pendek, tekanan darah dan denyut nadi meningkat, muka mengkerut,
bibir bergetar, dan mual muntah. Sedangkan respon perilaku dan emosi
yang muncul adalah tidak dapat duduk tenang, tremor pada tangan dan
terkadang nada suara tinggi.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang muncul ketika seseorang hanya fokus pada
perasaan khawatir yang sedang berlangsung dan menyebabkan lapang
persepsi seseorang menyempit. Hal ini menyebabkan seseorang tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir jernih, tetapi masih mampu belajar
untuk memecahkan masalah walaupun tidak optimal.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat akan menjadikan seseorang sulit berkonsentrasi
untuk memahami sesuatu. Oleh karena itu seseorang tidak bisa
20
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan menurut SDKI adalah
ansietas (D.0080). Ansietas masuk dalam kategori psikologis dan
subkategori integritas ego. Ansietas adalah kondisi emosi dan
pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
24
B. Relaksasi Benson
1. Pengertian Relaksasi Benson
Relaksasi adalah terapi perilaku yang digunakan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Relaksasi Benson adalah
teknik relaksasi yang digabung dengan keyakinan yang dianut pasien.
Keyakinan tersebut diungkapkan dalam bentuk kalimat tertentu yang
dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keyakinan dan
keimanan yang menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat. Kalimat
tersebut dapat menggunakan nama tuan atau kata yang memiliki makna
menenangkan bagi pasien yang dibaca secara berulang-ulang (Padillah,
2019).
Keuntungan dari relaksasi Benson adalah mudah dilakukan
dimana saja, tidak memerlukan biaya, dapat dilakukan secara mandiri,
dan tidak membutuhkan waktu yang lama (Salmanzadeh, et al., 2018).
Dari pengertian diatas, relaksasi Benson adalah suatu teknik
gabungan antara relaksasi dan keyakinan terhadap kalimat yang
menenangkan yang diungkapkan secara berulang-ulang.
29
Operasi