Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pre Operatif
A. Pengertian Pre Operasi
Pre operasi adalah tahap awal dari perawatan perioperatif yang
dimulai sejak pasien masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika
pasien dipindahkan ke meja operasi untuk melakukan pembedahan
(Hidayar & Siwi, 2019).
Pre operasi adalah fase operasi yang dimulai saat dibuatnya
keputusan untuk melakukan pembedahan dan berakhir saat klien di pindah
ke meja operasi (Pefbrianti et al., 2018).
Aktivitas keperawatan selama waktu pre operasi mencangkup
penetapan pengkajian dasar pasien, mengidentifikasi masalah keperawatan
potensi maupun aktual, merencanakan asuhan keperawatan, memberikan
penyuluhan pre operasi untuk klien dan keluarganya, dan menyiapkan
anestesi yang akan diberikan saat pembedahan (Violetha, Mariati, Susanti,
Mujimin, & Talib, 2021).
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pre operasi
adalah tahapan operasi yang dimulai ketika seseorang mengambil
keputusan untuk operasi hingga dipindah ke meja operasi.

B. Persiapan Operasi
Tahap awal dari perioperative adalah pre operasi, dimana seseorang
diputuskan untuk melakukan pembedahan hingga sampai di meja operasi.
Perawat memiliki peran untuk melakukan pengkajian status fisiologis dan
psikologis untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam upaya mendukung
keberhasilan tindakan operasi (Apriliani, 2019).
Menurut Syamsuhidajat (2010), persiapan pasien operasi di ruang
perawatan meliputi:
1. Persiapan Fisik
Beberapa persiapan fisik yang harus dilakukan pada pasien pre operasi
adalah:

5
6

a. Status Kesehatan Fisik Secara Umum


Status Kesehatan fisik meliputi identitas, riwayat penyakit
kesehatan masa lalu, status hemodinamik, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal, fungsi endokrin, fungsi imun, dll.
Selain itu pasien diharapkan untuk istirahat yang cukup supaya tidak
mengalami stress fisik dan tubuh menjadi rileks.
b. Status Nutrisi
Status nutrisi pasien perlu diperhatikan dengan mengukur
kebutuhan nutrisi. Kebutuhan nutrisi ditentukan dari tinggi dan
berat badan, lipat trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin), serta keseimbangan nitrogen. Sebelum
pembedahan, diharapkan pasien mendapat protein yang cukup
untuk perbaikan jaringan. Apabila pasien mengalami gizi buruk,
maka akan mengakibatkan komplikasi pasca operasi seperti
terjadinya infeksi, penyembuhan luka yang lama, hingga membuat
pasien lebih lama di rawat di rumah sakit.
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit berkaitan dengan fungsi
ginjal. Ginjal berfungsi dalam mengatur mekanisme asam basa dan
ekskresi metabolic obat-obat anestesi. Sehingga keseimbangan
cairan perlu diperhatikan supaya operasi dapat dilakukan dengan
baik.
d. Pencukuran Daerah Operasi
Rambut merupakan tempat persembunyian kuman dan dapat
menghambat proses perawatan penyembuhan luka. Oleh karena itu
perlu dilakukan pencukuran daerah operasi untuk menghindari
terjadinya infeksi pada area yang akan dilakukan pembedahan.
Daerah yang dicukur bergantung pada jenis operasi dan area yang
akan di operasi.
e. Personal Hygiene
Tubuh yang kotor merupakan sumber kuman yang
menyebabkan infeksi. Oleh karena itu pasien yang akan melakukan
7

tindakan pembedahan dianjurkan untuk mandi dan membersihkan


area operasi menggunakan sabun.
f. Pengosongan kandung kemih
Kegiatan ini dilakukan dengan memasang kateter pada
pasien yang akan melakukan operasi. Selain itu pengosongan
kandung kemih dengan menggunakan kateter dapat digunakan
untuk mengobservasi balance cairan.
2. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang yang dilakukan sebelum tindakan operasi
adalah pemeriksaan radiologi, laboratorium, EKG, dll
3. Pemeriksaan status anestesi
Pemeriksaan anestesi dilakukan dengan menilai status fisik
untuk mengetahui seberapa resiko pembiusan terhadap kondisi pasien
yang dapat mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah, dan
sistem saraf.
4. Informed Consent
Informed consent merupakan aspek hukum, tanggung jawab,
dan tanggung gugat terhadap pasien. Sebelum operasi akan
mendapatkan informasi terkait prosedur pemeriksaan, pembedahan,
dan pembiusan yang akan diberikan. Setelah itu pasien dan keluarga
harus menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi, yang
artinya pasien dan keluarga mengetahui manfaat, tujuan, resiko, dan
konsekuensi terkait pembedahan
5. Persiapan Mental/Psikis
Mental pasien sebelum operasi akan berpengaruh terhadap
kondisi fisiknya. Hal ini terjadi karena tindakan pembedahan menjadi
ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang
membangkitkan reaksi stress fisiologis dan psikologis. Kecemasan
pasien sebelum operasi dapat diketahui dengan perubahan fisik pasien
seperti meningkatnya frekuensi denyut jantung, pernafasan, dan
tekanan darah, Gerakan tangan tidak terkontrol, telapak tangan lembab,
8

gelisah, bertanya dengan pertanyaan berulang, sulit tidur dan sering


BAK.
Perawat memiliki peran untuk mengkaji mekanisme koping pasien
dalam menghadapi stress. Selain itu perawat juga memiliki peran untuk
membantu pasien menurunkan kecemasan dengan tindakan
komplementer. Tindakan kompelmenter yang dapat dilakukan yaitu
massage, relaksasi, psikoterapi, dll (Apriliani, 2019).

C. Respon Terhadap Tindakan Preoperasi


Tindakan pembedahan merupakan suatu ancaman yang bersifat
potensial maupun aktual terhadap integritas individu. Ancaman ini
menimbulkan reaksi stress secara fisiologis maupun psikologis. Berikut
adalah penjelasan mengenai respon fisiologis dan psikologis:
1) Respon Fisiologis.
Pembedahan menimbulkan stressor yang dapat memicu respon
neuroendokrin. Stress fisiologis pada sistem berat (kehilangan darah
dalam jumlah banyak) akan menimbulkan mekanisme kompensasi
tubuh dan menyebabkan syok.
Respon metabolik terjadi ketika protein tubuh dipecah untuk
memberikan suplai asam amino yang berfungsi untuk membentuk
jaringan baru. Asam amino yang tidak digunakan akan diurai menjadi
produk urea dan sisa metabolisme lainnya. Intake protein yang tinggi
dianjurkan untuk pasien setelah menjalani pembedahan guna
memenuhi kebutuhan untuk keperluan penyembuhan.
2) Respon Psikologis
Respon psikologis yang muncul sebelum operasi merupakan reaksi
emosional berupa kecemasan. Kecemasan tersebut muncul karena
takut tentang prosedur pembedahan, kehilangan orang terdekat,
ketergantungan dengan orang lain, mengalami cacat, nyeri setelah
operasi, hingga meninggal (Hidayat, et al., 2019).
9

Apabila kecemasan pre operasi tidak ditangani, maka akan menyebabkan


ketidakstabilan hemodinamik, stimuli otonom dan endokrin, memperburuk
kondisi metabolic (Suhadi & Pratiwi, 2020).

D. Asuhan Keperawatan Pasien Pre Operasi


1. Pengkajian pre operasi
Beberapa hal yang harus dikaji pada pasien pre operasi adalah
(Togatorop & Via, 2020):
a. Identitas klien: nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
pekerjaan, Pendidikan, golongan darah, alamat, nomor rekam medis,
tanggal masuk RS, dan diagnosa medis.
b. Ringkasan anamnesa pre operasi: keluhan ketika pasien dirawat inap
hingga sebelum dilakukan tindakan operasi.
c. Pengkajian psikologis: perasaan takut/cemas dan emosi klien
d. Pengkajian fisik : tanda-tanda vital (tekanan darah, frekuensi nafas,
nadi, dan suhu).
e. Sistem integument : lihat apakah klien pucat, sianosis, dan adakah
penyakit kulit di badan klien.
f. Sistem kardiovaskuler : identifikasi adanya gangguan pada sistem
kardiovaskuler, validasi apakah klien memiliki riwayat penyakit
jantung, kebiasaan konsumsi obat jantung, kebiasaan merokok,
minum alcohol, oedem, irama dan frekuensi jantung.
g. Sistem pernafasan: bagaimana frekuensi dan pola nafas klien.
h. Sistem gastrointestinal : apakah klien diare.
i. Sistem reproduksi: apabila wanita, apakah klien sedang menstruasi.
j. Validasi kesiapan fisik: apakah klien masih puasa, lavement, kapter,
menggunakan make up dan perhiasan, perlengkapan pakaian operasi,
dan validasi alergi obat.
10

2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa yang muncul pada klien pre operasi adalah (Putri,
2019):
1) Ansietas
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif
individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman. Beberapa gejala dan tanda-tanda
penyebab ansietas menurut Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia (SDKI) adalah:
a) Krisis situasional
b) Kebutuhan tidak terpenuhi
c) Krisis maturasional
d) Ancaman terhadap konsep diri
e) Ancaman terhadap kematian
f) Kekhawatiran mengalami kegagalan
g) Disfungsi sistem keluarga
h) Penyalahgunaan zat
i) Kurang terpapar informasi
j) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
k) Faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
l) Terpapar bahaya lingkungan, misal: toksin polutan, dan lain-lain.

Tabel 2.1 1 Gejala Dan Tanda Mayor Ansietas

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
• Merasa bingung • Tampak gelisah
• Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi • Tampak tegang
yang dihadapi • Sulit tidur
• Sulit berkonsentrasi
11

Tabel 2.1 2 Gejala Dan Tanda Minor Ansietas


Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
• Mengeluh pusing • Frekuensi napas meningkat
• Anoreksia • Frekuensi nadi meningkat
• Palpitasi • Tekanan darah meningkat
• Merasa tidak berdaya • Diaforesis
• Tremor
• Muka tampak pucat
• Suara bergetar
• Kontak mata buruk
• Sering berkemih
• Berorientasi pada masa lalu
Kondisi klinis terkait ansietas adalah penyakit kronis progresif
(kanker, penyakit autoimun), penyakit akut, hospitalisasi, rencana
operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit neurologis,
dan tahap tumbuh kembang (PPNI, 2017).

2) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensori atau emosional yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan
onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
dan konstan, yang berlangsung lebih dari 3 bulan. Penyebab nyeri
akut ada 3, yaitu:
a) Agen pencedera fisiologis, misal: inflamasi, iskemia, neoplasma
b) Agen pencedera kimiawi, misal: terbakar, bahan kimia iritan
c) Agen pencedera fisik, misal: abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebihan.
12

Tabel 2.1 3 Gejala Dan Tanda Mayor Nyeri Akut


Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
• Mengeluh nyeri • Tampak meringis
• Bersikap protektif, (waspada posisi menghindari nyeri )
• Gelisah
• Frekuensi nadi meningkat
• Sulit tidur
Tabel 2.1 4 Gejala Dan Tanda Minor Nyeri Akut
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
- • Bersikap protektif, misal: posisi menghindari nyeri
• Waspada
• Pola tidur berubah
• Anoreksia
• Fokus menyempit
• Berfokus pada diri sendiri
Kondisi terkait dengan nyeri akut antara lain: kondisi
pembedahan, cedera traumatis, infeksi, sindrom koroner akut,
glaucoma (PPNI, 2017).

3) Defisit pengetahuan
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau kurangnya informasi
kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Penyebab defisit
pengetahuan menurut SDKI yaitu:
a) Keterbatasan kognitif
b) Gangguan fungsi kognitif
c) Kekeliruan mengikuti anjuran
d) Kurang terpapar informasi
e) Kurang minat dalam belajar
f) Kurang mampu mengingat
g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi.
13

Tabel 2.1 5 Gejala Dan Tanda Mayor Defisit Pengetahuan

Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
• Menanyakan masalah • Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
yang dihadapi • Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Tabel 2.1 6 Gejala Dan Tanda Minor Defisit Pengetahuan
Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
- • Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat.
• Menunjukkan perilaku berlebihan, misal: apatis,
bermusuhan, agitasi, histeria
Kondisi klinis terkait dengan nyeri akut yaitu: kondisi klinis yang
baru dihadapi oleh klien, penyakit akut, penyakit kronis (PPNI,
2017).

3. Tujuan Dan Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan 3 diagnosa
diatas menurut Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) adalah:
1) Ansietas
Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan ansietas adalah
tingkat ansietas (L.09093) menurun (PPNI, 2018b).
Reduksi Ansietas (I.09314) adalah intervensi untuk
meminimalkan kondisi individu dan pengalaman subjektif terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman (PPNI, 2018a). Intervensi reduksi ansietas meliputi:
14

Tabel 2.1 7 Intervensi Keperawatan Reduksi Ansietas


Observasi:
a. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah, misal: kondisi, waktu, stresor
b. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal).
Teraupetik:
a. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
c. Pahami situasi yang membuat ansietas
d. Dengarkan dengan penuh perhatian
e. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
a. Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
b. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
c. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
d. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
e. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g. Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
(Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)

2) Nyeri akut
Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri akut adalah
tingkat nyeri (L.08066) menurun (PPNI, 2018b).
Manajemen Nyeri (I.08238) adalah intervensi keperawatan
dengan mengidentifikasi dan mengelola pengalaman
sensorik/emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan/fungsional dengan onset mendadak/lambat dan
berintensitas ringan hingga berat dan konstan (PPNI, 2018a).
Intervensi yang diberikan meliputi:
15

Tabel 2.1 8 Intervensi Keperawatan Manajemen Nyeri


Observasi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
c. Identifikasi nyeri non verbal
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
g. Monitor efek samping penggunaan analgetik.
Teraupetik:
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri, misal:
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin
b. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri, misal : suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
(Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
3) Defisit pengetahuan
Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan defisit pengetahuan
adalah tingkat pengetahuan (L.12111) meningkat (PPNI, 2018b).
Edukasi Kesehatan (I.12383) adalah intervensi keperawatan
dengan cara mengajarkan pengelolaan faktor resiko penyakit dan
perilaku hidup bersih sehat (PPNI, 2018a). Intervensi yang diberikan
antara lain:
16

Tabel 2.1 9 Intervensi Keperawatan Edukasi Kesehatan


Observasi:
a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat.
Teraupetik:
a. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
a. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b. Ajarkan perilaku hidup dan sehat
c. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
(Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan dari intervensi yang
telah direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan.
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan terhadap masalah yang muncul pada klien pre


operasi dinilai dari adanya kemampuan individu untuk mengurangi
kecemasan dengan berbagai cara, sehingga tingkat kecemasan klien
menurun. Selain itu klien juga dapat mengontrol nyeri, serta
pengetahuan klien mengenai proses pembedahan meningkat (Putri,
2019).

2.2 Konsep Dasar Masalah Kecemasan


A. Pengertian Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan khawatir yang tidak jelas dan menyebar
karena kondisi yang tidak pasti atau tidak berdaya (Asmintari, 2019).
17

Kecemasan merupakan keadaan patologis yang disertai oleh tanda-


tanda somatik seperti jantung berdetak kencang, sering buang air kecil,
mual, dan muntah (Alvianita, Ernamawan, & Rahmawati, 2015).
Kecemasan adalah perasaan subjektif seseorang akan ketegangan
mental dan menggelisahkan yang timbul akibat ketidakmampuan
mengatasi suatu masalah atau tidak merasakan aman pada dirinya
(Hidayat, 2019) Hal ini akan menimbulkan perubahan psikologis dan
fisiologis. Kecemasan dapat mengganggu seseorang karena akan memiliki
gejala fisik seperti berkeringat, gemetar, detak jantung meningkat, dan
pusing (APA, 2022).
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah suatu kondisi khawatir yang disebabkan karena hal tidak pasti dan
mengancam keamanan dirinya yang ditandai dengan peningkatan tekanan
darah, gemetar, berkeringat, pusing, hingga mual muntah.

B. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang akan muncul ketika mengalami kecemasan adalah
(Wekoadi, 2019):
1) Kardiovaskuler : detak jantung meningkat, tekanan darah meningkat,
rasa ingin pingsan.
2) Pernafasan : frekuensi nafas meningkat, rasa sesak di dada, nafas
dangkal, muncul sensasi tercekik dan terengah-engah.
3) Neuromuscular : gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, tremor
4) Gastrointestinal : kehilangan nafsu makan, rasa tidak nyaman pada
perut, mual, diare
5) Tractus Urinarius : tidak dapat menahan atau sering kencing.
6) Kulit : wajah tampak kemerahan, berkeringat pada telapak tangan/
seluruh tubuh, gatal, panas dingin pada kulit, wajah pucat,
7) Behavioral : perilaku menghindar, terguncang, dan terancam
8) Kognitif : khawatir, takut, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan
akan terjadi, takut kehilangan control, merasa tidak mampu mengatasi
masalah, dan tidak bisa dikendalikan.
18

C. Aspek -Aspek Kecemasan


Menurut Beck Anxiety Inventory Back dan Steer (BAI), kecemasan terdiri
dari 4 aspek, antara lain (Mahendra et al., 2020):
1) Subjektif
Perasaan tidak nyaman, gelisah, takut adalah kondisi psikologis yang
muncul karena pemikiran individu yang negatif.
2) Neurophysiologic
Neurophysiologic atau neuromotor adalah peningkatan gejala fisik
pada individu yang dipengaruhi oleh sistem saraf pusat, seperti mati
rasa, kesemutan (parahesia), dan peningkatan respon kejut
(hypergilance)
3) Autonomic
Individu akan memiliki gejala fisik yang menurun karena dipengaruhi
oleh sistem saraf pusat otonom seperti merasa panas, gangguan
pencernaan, peningkatan denyut jantung dan berkeringat (diaphoresis).
4) Panic
Panik adalah suatu kondisi individu yang takut kehilangan kontrol
dirinya.

Selain diatas, terdapat beberapa aspek kecemasan, diantaranya adalah


(Apriliani, 2019):

1) Aspek Fisik
Ciri-ciri kecemasan yang muncul pada aspek fisik adalah mengalami
gugup, gelisah, gemetar, banyak berkeringat, pusing, mulut/
kerongkongan terasa kering, sulit bicara, sulit bernafas, jantung
berdetak kencang, tubuh dan ekstremitas dingin, suara bergetar, lemas,
sulit menelan, leher dan punggung terasa kaku, sakit perut, mual, sering
BAK, wajah memasan, sensitif dan mudah marah.
2) Aspek perilaku
Ciri-ciri kecemasan yang dilihat dari aspek perilaku adalah munculnya
perilaku menghindar, melekat/dependen dan perilaku terguncang.
19

3) Aspek kognitif
Aspek kognitif dapat muncul berupa perasaan khawatir dengan sesuatu,
takut terhadap apa yang terjadi di masa depan, merasa terancam karena
peristiwa atau seseorang, takut tidak dapat mengatasi masalah, tidak
dapat mengendalikan apa yang terjadi, pikiran campur aduk, khawatir
ditinggal sendiri, dll.

D. Klasifikasi Kecemasan
Terdapat 4 jenis kecemasan menurut Stuart, yaitu (Ramadhan et al., 2019):
1) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan biasanya terjadi karena pengalaman kehidupan
sehari-hari. Kecemasan ringan berarti bagi perkembangan kepribadian
seseorang untuk bersikap hati-hati dan waspada dengan situasi yang
sama di waktu yang akan datang.
Terdapat beberapa respon yang muncul ketika mengalami kecemasan
ringan, yaitu respon kognitif, fisiologis, perilaku dan emosi. Respon
kognitif ditunjukkan dengan lapang persepsi yang melebar, dapat
menerima rangsang yang kompleks, dapat konsentrasi untuk
menjelaskan masalah. Respon fisiologis ditandai dengan adanya nafas
pendek, tekanan darah dan denyut nadi meningkat, muka mengkerut,
bibir bergetar, dan mual muntah. Sedangkan respon perilaku dan emosi
yang muncul adalah tidak dapat duduk tenang, tremor pada tangan dan
terkadang nada suara tinggi.
2) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang muncul ketika seseorang hanya fokus pada
perasaan khawatir yang sedang berlangsung dan menyebabkan lapang
persepsi seseorang menyempit. Hal ini menyebabkan seseorang tidak
dapat berkonsentrasi dan berpikir jernih, tetapi masih mampu belajar
untuk memecahkan masalah walaupun tidak optimal.
3) Kecemasan Berat
Kecemasan berat akan menjadikan seseorang sulit berkonsentrasi
untuk memahami sesuatu. Oleh karena itu seseorang tidak bisa
20

memecahkan masalah. Seseorang akan menunjukkan perasaan tidak


aman, verbalisasi cepat, dan blocking.
4) Panik
Seseorang yang mengalami kecemasan pada tingkat panik tidak dapat
mengendalikan diri dan sulit melakukan apapun. Respon perilaku dan
emosi yang muncul saat ini adalah agitasi, mengamuk, ketakutan,
berteriak, kehilangan kontrol diri, dan kacau.

E. Rentang Respon Kecemasan


Rentang respon kecemasan adalah derajat perjalanan cemas yang dialami
individu, yaitu:

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

(Hidayat, et al., 2019).


Gambar 2.2.1 Rentang Respon Kecemasan

F. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan, antara lain
(Narulita, 2019):
1) Usia
Semakin muda usia seseorang, maka cenderung lebih mudah
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena semakin
bertambahnya usia, maka semakin konstruktif dalam menggunakan
koping terhadap masalah yang dihadapi. Semakin muda usia seseorang,
maka masalah yang dihadapi akan mempengaruhi konsep dirinya.
2) Jenis kelamin
Kecemasan lebih sering dialami oleh perempuan dibandingkan dengan
laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan memiliki kepribadian
21

yang labil serta peran hormone yang dapat mempengaruhi kondisi


emosi hingga mudah meledak, cemas, dan curiga.
3) Lingkungan Fisik
Apabila seseorang berada pada lingkungan yang asing, maka akan
lebih mudah merasakan kecemasan daripada di lingkungan yang sudah
dikenalnya.

G. Cara Mengatasi Kecemasan


Kecemasan harus diatasi supaya tidak mengganggu proses operasi.
Terdapat beberapa teknik untuk mengatasi kecemasan, yaitu (Tamah et al.,
2019):
1) Teknik Farmakologi
Terdapat beberapa obat yang dapat mengatasi kecemasan, seperti
Benzodiazepine. Obat tersebut digunakan dalam jangka pendek karena
menyebabkan ketergantungan. Selain itu terdapat juga obat non
benzodiazepine seperti buspirone, dll.
2) Teknik Nonfarmakologi
Beberapa cara non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi kecemasan adalah:
a) Relaksasi
Mengajarkan pasien teknik relaksasi, seperti mendengarkan musik,
nafas dalam, massage, meditasi bertujuan untuk mengendalikan
dan meningkatkan percaya diri serta kecemasan yang dialami.
b) Distraksi
Distraksi adalah metode mengurangi kecemasan dengan
mengalihkan perhatian pada hal lain, sehingga pasien lupa dengan
perasaan cemas yang dialami. Stimulus sensori yang
menyenangkan menyebabkan pelepasan endorphin yang dapat
menghambat stimulus cemas, sehingga stimulus cemas yang
ditransmisikan ke otak lebih sedikit.
Distraksi dapat dilakukan dengan cara berdoa, imajinasi
terbimbing, dll.
22

H. Cara Mengukur Kecemasan


Kecemasan pre operasi dapat dinilai menggunakan instrument
Amsterdam Preoperative Anxiety and Information Scale (APAIS).
Instrument ini dapat menskrining kecemasan pre operasi dan kebutuhan
informasi pasien, sehingga kebutuhan dukungan tambahan dapat
diidentifikasi. Instrumen APAIS terdiri dari 6 pertanyaan, 2 pertanyaan
berisi tentang kecemasan terhadap anestesi (nomor 1 dan 2), dan 2
pertanyaan mengenai prosedur bedah (4 dan 5), 2 pertanyaan untuk
mengevaluasi kebutuhan informasi (3 dan 6). Perhitungan instrumen
APAIS yaitu: 1 (tidak sama sekali), 2 (tidak terlalu), 3 (sedikit), 4 (agak),
5 (sangat) (Wekoadi, 2019). Adapun hasil dari penjumlahan skor instrumen
APAIS adalah:
• Skor 1-6: tidak ada kecemasan
• Skor 7-12: kecemasan ringan
• Skor 13-18: kecemasan sedang
• Skor 19-24: kecemasan berat
• Skor 25-30: kecemasan berat sekali.
I. Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kecemasan
1. Pengkajian
Beberapa hal yang harus dikaji dalam memberikan asuhan keperawatan
dengan masalah kecemasan adalah sebagai berikut (Narulita, 2019):
a. Identifikasi tingkat kecemasan klien dan perilaku yang
menimbulkan kecemasan.
b. Identifikasi Respon fisiologis
1) Denyut jantung akan meningkat 10 kali per menit dari batas
normal selama 3 kali observasi serta adanya palpitasi
2) Tekanan darah akan meningkat lebih dari 10 mmHg di atas
normal selama tiga kali observasi.
3) Kecepatan pernapasan akan meningkat lebih dari 5 kali per
menit selama 3 kali observasi.
23

4) Vasokontriksi pembuluh darah pada kulit, kulit akan teraba


dingin, jari-jari kaki dan kuku pucat, terjadi peningkatan
capillary refil time lebih dari 3 detik
5) Terjadi vasokonstriksi pada pembuluh darah pada ginjal, yaitu
akan terjadi penurunan output urine bisa dibandingkan dengan
nilai normal dan intake cairan
6) Vasokonstriksi pada pembuluh darah lambung dan mesentery,
akan terjadi anoreksia, muntah, kembung pada abdomen disertai
flatus, bising usus menurun, hingga diare.
c. Identifikasi Respon Emosional
Respon emosional yang perlu dikaji pada pasien yang mengalami
kecemasan adalah adanya sikap menarik diri, denial, hingga
mengalami kemarahan.
d. Identifikasi Respon Kecemasan dan Aktivitas
Respon aktivitas yang ditemukan saat pengkajian pada pasien
kecemasan adalah adanya hiperaktivitas, pemikiran tidak
terorganisir, terjadi peningkatan sensitivitas terhadap lingkungan,
ketegangan otot meningkat, energi meningkat.
e. Evaluasi perilaku pertahanan diri yang digunakan klien saat
mengalami kecemasan.
f. Identifikasi pada diri klien mengenai berbagai perubahan penting
dalam hidupnya sebelum masuk rumah sakit
g. Evaluasi tingkat pengetahuan klien dan persepsi terhadap operasi
dan fase perioperative yang akan dilaksanakan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan menurut SDKI adalah
ansietas (D.0080). Ansietas masuk dalam kategori psikologis dan
subkategori integritas ego. Ansietas adalah kondisi emosi dan
pengalaman subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
24

Beberapa penyebab ansietas dalam SDKI adalah krisis situasional,


kebutuhan tidak terpenuhi, ancaman terhadap konsep diri/kematian,
kekhawatiran mengalami kegagalan, dan kurang terpapar informasi.
Ansietas dapat terjadi pada klien dengan kondisi penyakit kronis,
akut, hospitalisasi, rencana operasi, kondisi diagnosis penyakit yang
belum jelas, penyakit neurologis, dan tahap tumbuh kembang (PPNI,
2017).
3. Tujuan Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan kecemasan memiliki
beberapa tujuan, antara lain untuk (Narulita, 2019):
a. Mengidentifikasi tingkat stress dan kecemasan klien
b. Memberikan intervensi untuk menurunkan tingkat kecemasan dan
mengendalikan respon yang timbul akibat kecemasan
c. Mengobservasi penggunaan perilaku pertahanan diri klien dalam
beradaptasi pada situasi kecemasan.

Selain tujuan diatas, asuhan keperawatan kecemasan pada kecemasan


juga memiliki tujuan menurut SLKI, yaitu tingkat ansietas menurun
(L.09093) dengan kriteria hasil (PPNI, 2018b):

a. Verbalisasi kebingungan menurun


b. Perilaku gelisah dan tegang menurun
c. Anoreksia menurun
d. Palpitasi menurun
e. Frekuensi nafas menurun
f. Tekanan darah menurun
g. Denyut nadi menurun
h. Pucat dan tremor menurun
i. Konsentrasi dan kontak mata membaik.
j. Pola berkemih membaik.
4. Intervensi Keperawatan
Beberapa intervensi yang harus dilakukan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami kecemasan adalah sebagai
berikut (PPNI, 2018):
25

1) Reduksi ansietas (I.09314)


Reduksi ansietas adalah meminimalkan individu dan pengalaman
subjektif terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi
bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk
menghadapi ancaman. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan
adalah:

Tabel 2.2.1 Intervensi Reduksi Ansietas


Observasi
a. Identifikasi tingkat ansietas
b. Monitor tanda-tanda verbal dan nonverbal ansietas.
Terapeutik
a. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
b. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan , jika memungkinkan
c. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi
a. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
b. Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
c. Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
d. Latih teknik relaksasi.
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat anti anxietas, jika perlu.
(Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
2) Teknik Relaksasi (I.09326)
Teknik relaksasi adalah teknik peregangan untuk mengurangi
tanda-dan gejala ketidaknyamanan seperti kecemasan, ketegangan
otot, dan nyeri. Beberapa intervensi teknik relaksasi adalah:
26

Tabel 2.2.2 Intervensi Teknik Relaksasi


Observasi
a. Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu kemampuan kognitif
b. Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
c. Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
d. Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan
sesudah latihan
e. Monitor respons terhadap terapi relaksasi.
Terapeutik
a. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika memungkinkan
b. Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
c. Gunakan pakaian longgar
d. Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
a. Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis, relaksasi hand massage dan
Benson
b. Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi hand massage dan Benson
c. Anjurkan mengambil posisi nyaman
d. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
e. Anjurkan sering mengulang atau melatih teknik hand massage dan relaksasi
Benson
f. Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi hand massage dan Benson.
(Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
5. Implementasi
Beberapa intervensi yang telah direncanakan dilaksanakan kepada
klien yang mengalami kecemasan untuk mencapai hasil atau evaluasi
yang ditentukan (Hidayat, 2019).
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil yang diharapkan setelah dilakukan
implementasi. Beberapa evaluasi dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien kecemasan adalah (Wulandari, 2021):
a. Tingkat kecemasan klien dapat teridentifikasi
27

b. Intervensi yang telah diberikan dapat menurunkan tingkat


kecemasan
c. Respon dan mekanisme pertahanan diri klien dapat diidentifikasi.

2.3 Evidence based Nursing Practice


A. Hand Massage
1. Pengertian Hand Massage
Massage memiliki arti menyentuh atau meraba dalam Bahasa Arab,
dan pijat atau urut dalam Bahasa Indonesia. Massage adalah pijat yang
telah disempurnakan dengan ilmu tentang tubuh manusia dan gerakan
tangan secara mekanis untuk beberapa teknik. Massage merupakan
salah satu upaya relaksasi dengan mengaktifkan thalamus untuk
mengeluarkan hormon endorphin enkefalin untuk mengatasi
kecemasan (Sitompol & Mustikasari, 2016).
Hand Massage adalah pijat yang dilakukan pada area tangan
untuk menstimulasi respon saraf otonom, mempersepsikan relaksasi,
dan melancarkan peredaran darah vena (Kim & Sung, 2014).
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hand
massage adalah suatu pijat pada tangan yang dilakukan dengan
beberapa teknik untuk memberikan efek relaksasi dan mengatasi
kecemasan.
2. Manfaat Hand Massage
Massage memiliki beberapa manfaat, antara lain (Li et al., 2021):
a) Meredakan Stres
b) Menjadikan tubuh rileks
c) Melancarkan sirkulasi darah
d) Mengurangi rasa sakit/nyeri
3. Langkah -Langkah Hand Massage
Adapun langkah-langkah dari hand massage terlampir.
4. Mekanisme Hand Massage Dalam Menurunkan Kecemasan
Hand massage adalah suatu metode non farmakologis dalam
menurunkan kecemasan dengan memperlancar sirkulasi,
28

mengendurkan otot, dan merilekskan pasien perioperasi (Baydur,


2020).
Hand massage dapat menenangkan pasien melalui
kontak/sentuhan tangan yang akan terintegrasi melalui sensori yang
mempengaruhi aktivitas sistem saraf otonom. Setelah itu sentuhan
tersebut akan dipersepsikan sebagai stimulus rileks (Tamah et al.,
2019). Selain itu, hand massage juga dapat berdampak positif pada
tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan)
(Baydur, 2020).
Hand massage dapat meningkatkan aliran darah, aktivitas sistem
parasimpatis, melepaskan neurotransmitter dan mengurangi kadar
kortisol (Li et al., 2021).

B. Relaksasi Benson
1. Pengertian Relaksasi Benson
Relaksasi adalah terapi perilaku yang digunakan untuk
mengurangi ketegangan dan kecemasan. Relaksasi Benson adalah
teknik relaksasi yang digabung dengan keyakinan yang dianut pasien.
Keyakinan tersebut diungkapkan dalam bentuk kalimat tertentu yang
dibaca berulang-ulang dengan melibatkan unsur keyakinan dan
keimanan yang menimbulkan respon relaksasi yang lebih kuat. Kalimat
tersebut dapat menggunakan nama tuan atau kata yang memiliki makna
menenangkan bagi pasien yang dibaca secara berulang-ulang (Padillah,
2019).
Keuntungan dari relaksasi Benson adalah mudah dilakukan
dimana saja, tidak memerlukan biaya, dapat dilakukan secara mandiri,
dan tidak membutuhkan waktu yang lama (Salmanzadeh, et al., 2018).
Dari pengertian diatas, relaksasi Benson adalah suatu teknik
gabungan antara relaksasi dan keyakinan terhadap kalimat yang
menenangkan yang diungkapkan secara berulang-ulang.
29

2. Tujuan Relaksasi Benson


Relaksasi Benson dapat meningkatkan ventilasi pada alveoli,
menjaga pertukaran gas, mengurangi stress fisik, meningkatkan
efisiensi batuk dan emosional, mengurangi intensitas kecemasan dan
stres, serta menurunkan tekanan darah (Prima et al., 2020).
3. Manfaat Relaksasi Benson
Manfaat relaksasi Benson menurut Perdana (2018):
a) Ketentraman hati
b) Menurunkan kecemasan, gelisah, dan ketegangan
c) Menstabilkan detak jantung dan tekanan darah
d) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
e) Memperbaiki kesehatan mental
f) Meningkatkan daya ingat dan berpikir logis
g) Meningkatkan keyakinan dan kreatifitas.
4. Langkah -langkah Relaksasi Benson
Beberapa langkah relaksasi Benson terlampir.
5. Mekanisme Fisiologi Relaksasi Benson Dalam Menurunkan
Kecemasan
Teknik relaksasi Benson dilakukan dengan cara memusatkan
perhatian pada kalimat yang telah diyakini oleh klien yang disertai
dengan menarik nafas dalam bersamaan dengan pasrah kepada Tuhan.
Teknik tersebut diulang dalam ritme yang teratur. Saat klien menarik
nafas panjang, maka otot dinding perut akan menekan tulang rusuk
bagian bawah ke belakang dan mendorong sekat diafragma ke atas. Hal
ini akan menyebabkan peningkatan tekanan ada intra abdominal,
sehingga aliran darah ke vena cava inferior dan aorta abdominalis
meningkat ke seluruh tubuh, terutama bagian otak. Oleh sebab itu
kebutuhan oksigen di dalam otak tercukupi dan menjadikan tubuh
rileks (Perdana, 2018).
30

2.4 Kerangka Konsep

Operasi

Ancaman Integritas (Aktual dan Potensial)

Respon Psikologis: Kecemasan pre opeasi

Mekanisme Koping : Terapi Komplementer

Hand Massage Relaksasi Benson

( Sumber : Apriliani, 2019; Hidayat, Arif Imam; Siwi, 2019)

Gambar 2.4. 1 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai