Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

KOVER......................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1
1.2 Rumus masalah................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 3

BAB II .TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................4


2.1 Definisi Leukemia ...........................................................................................................4
2.2 Etiologi Leukemia ............................................................................................................4
2.3 Pantofisiologi leukemia.....................................................................................................5
2.4 Manifestasi klinis...............................................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN ............................................................................................................6


3.1 Konsep asuhan keperawatan..............................................................................................6
3.2 Pada anak dengan leukemia..............................................................................................6
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................7
3.4 Simpulan...........................................................................................................................7
3.5 Saran .................................................................................................................................8
3.6 Daftar pustaka....................................................................................................................9
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertambahan
jumlah sel darah putih (leukosit).Pertambahan ini sangat cepat dan tidak terkendali serta
bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Beberapa ahli menyebut leukemia sebagai
keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia Ini sering berakibat fatal
meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic leucaemla), dahulu
disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan pengobatan yang
intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya risiko anak-anak
terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu perhatian dan kesigapan.
Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala mirip dengan gejala kanker. Lebih
ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam, mengetahui dan mendapatkan
infomasi cukup tentang kanker dan tumor yang menyerang anak-anak. Masyaraka
diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya berbuat sesuatu untuk menghadapi
kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus memberikan perhatian khusus pada
kanker anak yang antara lain adalah kanker darah atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal,
dan getah bening. Pengobatan penyakit-penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang
dewasa, karena mereka masih di usia pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan
bertambahnya sel darah abnormal --sel sarah putih- secara berlebihan dan tidak
terkendali, dan penyebarannya ke seluruh tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan
pengobatan yang intensif.
Kasus leukemia di Indonesia sebanyak 7000 kasus tahun dengan angka kematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (CPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60
% dlantaranya disebabkan oleh leukemla (Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan
bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kall lipat sejak
tahun 1971 (Katrin, 1997).DI Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa
menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan
meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penulisan ini adalah
bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendeskripsikan konsep penyakit
leukemia pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan masalah leukemia.
2. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap klien anak
dengan leukemia.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi keperawatan yang
telah disusun.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan yang telah
dilaksanakan.
1.4 Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut.
14.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teorids penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar mengerti konsep penyakit
leukemia pada anak.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar menerapkan asuhan keperawatan
pada anak dengan leukemia sesuai dengan konsep
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Leukimia

Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam pembentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. (Kapita Selekta kedokteran, 2000).

2.2 Etiologi Leukemia

Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil penelitian,
orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit leukemia.

1. Host

a. Umur, jenis kelamin, ras

Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur.

LLA merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak anak, dengan puncak insiden
antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak
ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua (umur rata-rata
60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden
yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit
hitam.

Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari setiap 100.000
orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali kemungkinan terserang leukemia
daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi
pada anak-anak, hal itu terjadi paling sering sebelum usia 4 tahun.

Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-University of
Southern Califomia (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa penderita leukemia menurut
etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani
oleh LCA + USA Medical Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia
(23,0%), Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).

b. Faktor Genetik

Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak daripada
normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut
juga meningkat pada penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital,
sindrom Ellis Van Creveld penyakit seliak sindrom Bloom anemia Fanconi sindrom sindrom
Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.

Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam keluarga.
Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain
itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.

Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA
(OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali
memiliki riwayat keluarga positif leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita
leukemia.

2. Agent

a. Virus

Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada beberapa
hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu penyebab leukemia yaitu
enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah penderita leukemia. Seperti diketahui
enzim ini ditemukan di dalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang.

Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV
(virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis CRNA, telah ditunjukkan oleh mikroskop
elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus leukemia/limfoma sel T yang umum
pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia
dan Amerika Serikat.

b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan leukemia.
Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum
proteksi terhadap sinar radioaktif rutin dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita
leukemia 10 kali lebih besar dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk
Hirosima dan Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai 7 tahun setelah
ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing spondylitis yang diobati
dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14 kali lebih banyak.

c. Zat Kimia

Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon) diduga dapat
meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan dapat menjadi penyebab
leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi leukemia nonlimfoblastik akut.

Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang
terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia terutama LMA (OR=2,26 dan
Cl=1,17-4,37) artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene
dibandingkan dengan yang tidak menderita leukemia.

d. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia. Rokok
mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama LMA.

Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA Penelitian
Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan bahwa merokok lebih dari
10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang
menderita LMA kemungkinan 3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang
yang tidak menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan
antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan
bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya leukemia pada
orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan lamanya merokok.

e. Lingkungan (Pekerjaan)

Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan dengan kejadian
leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang, sebagian besar kasus berasal dari
rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
meneliti hubungan ini, pasien termasuk mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan
pekerja di bidang lain. Di antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah
tangga, dan 17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang
yang bekerja di pertanian atau petemakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR= 2,35, CI 1,0-
5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di pertanian atau
peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.

2.3 Patofisiogi Leukemia

Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap infeksi. Sel
ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari
normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi.
Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah
merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.

Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang


terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.

Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami
gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang kompleks).
Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum
tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal.
Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah
bening, ginjal, dan otak.

2.4 Manifestasi Klinis

Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah sebagai berikut.

a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan. sumsum
tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya konsentrasi
hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak yang
menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan daya
tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan tubuh
tidak dapat bekerja secara optimal.

c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa seperti
gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut petekia.
Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, pendarahan dapt terjadi sangat spontan
d. penurunan kesadaran
disebabkan karena adanya infiltrasi sel – sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
bebagai gangguan seperti kejang sampai koma
e. penurunan nafsu makan

f. kelemahan dan kelelahan fisik

Manifestasi Klinis Leukemia berdasarkan jenisnya.

a. Leukemia Limfositik Akut


Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan
femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura
atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100
ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan
hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami
gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan
kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan
atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase
akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa
cepat kenyang akibat desakan limpa dan lambung. Penurunan berat badan terjadi
setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase akselerasi ditemukan keluhan anemia
yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam yang disertai infeksi.

BAB III

PEMBAHASAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA

3.1 Pengkajian

1. Identitas Klien dan Penanggung jawab

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai infeksi) juga
disertai dengan sakit kepala.

b. Riwayat Perawatan Sekarang

c. Riwayat Perawatan Sebelumnya.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang terserang terlebih pada
kembar monozigot (identik).

e .Riwayat Tumbuh Kembang Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa
pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.

3. Pemeriksaan Fisik

a. Kaji adanya tanda-tanda anemia

1) Pucat

2) Kelemahan

3) Sesak

4) Nafas cepat
b. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia.

1) Demam.

2) Infeksi

c. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia

1) Ptechiae

2) Purpura

3) Perdarahan membran mukosa

d. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola

1) Limfadenopati

2) Hepatomegali

3) Splenomegali

e. Kaji adanya pembesaran testis

f. Kaji adanya

1) Hematuria

2) Hipertensi

3) Gagal ginjal

4) Inflamasi disekitar rectal.

5) Nyeri

4. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan
sumsum tulang.

a. Pemeriksaan Darah Tepi


Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan
trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm²., sedangkan
pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan
hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic
gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita
LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit lebih 40% dari total sel yang
berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopocisis. Jumlah granulosit lebih
dari 30.000/mm

5. Analisa Data

a. Data Subjektif

Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut.

1) Lelah

2) Letargi

3) Pusing

4) Sesak

5) Nyeri dadal

6) Napas sesak

7) Priapismus

8) Hilangnya nafsu makan

9) Demam

10) Merasa cepat kenyang

11) Waktu yeng cukup lama

12) Nyeri Tulang dan Persendian.

b. Data Objektif

Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai berikut.

1) Pembengkakan Kelenjar Lympa


2) Anemia

3) Perdarahan

4) Gusi berdarah.

5) Adanya benjolan tiap lipatan

6) Ditemukan sel-sel muda

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
adalah suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar
untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan diamana perawat bertanggung
gugat" (Wong,D.L., 2004: 331).Menurut Wong, D.L (2004:596-610), diagnosa pada anak
dengan leukemia adalah

a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh


b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera: perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan mebran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping
agen kemotrapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi,
imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.

3.3 Intervensi

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk mencapai tujuan
pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat
Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana keperawatan sebagai berikut
(Wong,D.L: 2004)

Diagnosa Tujuan Intervensi


keperawatan
resiko infeksi berhubungan Anak tidak mengalami gejala- 1.Pantau suhu dengan teliti
dengan menurun nya sistem gejala infeksi Rasional : Untuk mendeteksi
pertumbuhan tubuh kemungkinan infeksi
2. Tempatkan anak pada
ruang kusus
Rasional : untuk
meminimalkan anak dari
sumber infeksi
3. Anjurkan semua staf
pengunjung rumah sakit
untuk menggunakan teknik
mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk
meminimalkan pajanan pada
organisme infeksi
4. Gunakan teknik aseptik
yang cermat untuk semua
prosedur invasive
Rasional : untuk mencegah
kontaminasi silang
/Menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan anak
terhadap tempat tempat
munculnya infeksi, seperti
tempat penusukan
jarum,ulselarasi mukosa, dan
masalah gigi
Rasional : untuk intervensi
dini penanganan infeksi
6.infeksi membran mukosa
mulut , bersihkan mulut
dengan baik
Rasional: rongga mulut
adalah medium yang baik
untuk pertumbuhan
organisme
7. Berikan periode istirahat
tanpa gangguan
Rasional: menambah energi
untuk penyembuhan
8.berikan diet lengkap nutrisi
sesuai usia
Rasional : Untuk mendukung
pertumbuhan alami tubuh
9.berikan antibiotik sesuai
kebutuhan
Rasional : diberikan sebagai
profilaktik atau mengobati
infeksi kusus
intoleransi aktivitas Terjadi peningkatan toleransi 1.Evaluasi laporan
berhubungan dengan kelemahan aktifitas kelemahan,perhatikan
akibat anemia ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam
aktivitas sehari hari
Rasional: menentukan derajat
dan efek 
ketidakmampuan
2. Berikan lingkungan tenang
dan perlu istirahat tanpa
gangguan
Rasional : menghemat energi
untuk aktivitas dan regenerasi
seluler atau penyambungan
jaringan
3.Kaji kemampuan untuk
berpartisipasi pada aktivitas
yang diinginkan atau
dibutuhkan
Rasional : mengidentivikasi
kebutuhan individual.dan
membantu pemilihan
inter:ensi
4. Berikan bantuan dalam
aktivitas sehari hari dan
ambulasi
Rasional : memaksimalkan
sediaan energi untuk tugas
perawatan diri
Resiko terhadap cedera/ Klien tidak menunjukan bukti- 1. Gunakan semua tindakan
perdarahan yang berhubungan bukti perdarahan untuk 
dengan penurunan jumlah mencegah perdarahan
trombosit khususnya pada daerah
ekimosis
Rasional :
karena perdarahan
memperberat
kondisi anak dengan adanya
anemia
2. Cegah ulserasi oral dan
rectal
Rasional : karena kulit yang
luka cenderung
untuk berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil
pada saat
melakukan injeksi
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi
yang lunak dan
lembut
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
5. Laporkan setiap tanda
tanda perdarahan
tekanan darah menurun,
denyut nadi cepat, dan pucat
Rasional : untuk memberikan
intervensi dini dalam
mengatasi perdarahan
6. Hindari obat obatan yang
mengandung aspirin
Rasional : karena aspirin
mempengaruhi fungsi
trombosit
7. Ajarkan orang tua dan anak
yang lebih besar ntuk
mengontrol perdarahan
hidung
Rasional : untuk mencegah
perdarahan
Resiko tinggi kekurangan 1.terjadi kekurangan volume 1. Berikan antiemetik awal
volume cairan berhubungan cairan sebelum dimulainya
dengan mual dan muntah 2. pasien tidak mengalami kemoterapi
mual dan muntah Rasional : untuk mencegah
mual dan muntah
2. Berikan antiemetik secara
teratur pada waktu
dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah
episode berulang
3. Kaji respon anak terhadap
anti emetic
Rasional : karena tidak ada
obat antiemetik yang secara
umum berhasil
4. Hindari memberikan
makanan yang beraroma
menyengat
Rasional :
bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan
muntah
5. Anjurkan makan dalam
porsi kecil tapi sering
Rasional:
karena jumlah kecil biasanya
di toleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena
sesuai ketentuan
Rasional : untuk
mempertahankan hidrasi
Perubahan membran mukosa Pasien tidak mengalmi 1. Inspeksi mulut setiap hari
mulut: stomatis yang muskositis oral untuk adanya ulkus oral
berhubungan dengan efek Rasional : untuk mendapatkan
samping agen kemoterapi tindakan yang
segera
2. Hindari mengukur suhu oral
Rasional : untuk mencegah
trauma
3. Gunakan sikat gigi berbulu
lembut, aplikator berujung
kapaso atau jari yang dibalut
kasa
Rasional : untuk menghindari
trauma
4. Berikan pencucian mulut
yang sering dengan
cairan salin normal atau tanpa
larutan bikarbonat
Rasional : untuk
meningkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir 
Rasional : untuk menjaga agar
bibir tetap lembab
dan mencegah pecah pecah
(visura)
6. Hindari penggunaan larutan
lidokain pada anak 
kecil
Rasional : karena bila
digunakan pada faring, dapat
menekan
Refleks muntah
yang
mengakibatkan resiko aspirasi
dan dapat
menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut
dan lunak 
Rasional : agar makanan yang
masuk dapat ditoleransi anak 
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi
kemungkinan infpeksi
9. Dorong masukan cairan
dengan menggunakan
sedotan
Rasional : untuk membantu
melewati area nyeri
10. Menghindari penggunaa
swab gliserin, hidrogen
 peroksida dan susu magnesia
Rasional :
dapat mengiritasi jaringan
yang luka
dan dapat membusukkan gigi,
memperlambat
penyembuhan dengan
memecah protein dan
dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat obatan anti
infeksi sesuai ketentuan
Rasional :
untuk mencegah atau
mengatasi
mukositis
12. Berikan analgetik 
Rasional :
untuk mengendalikan nyeri
Perubahan nutrisi kurang dari Pasien mendapat nutrisi yang 1. Dorong orang tua untuk
kebutuhan tubuh yang adekuat tetap rileks pada
berhubunan dengan saat anak makan
anoreksia,malaise, mual dan Rasional: jelaskan bahwa
muntah, efek samping hilangnya nafsu makan
kemoterapi dan stomatitis adalah akibat langsung dari
mual dan muntah
serta kemoterapi
2. Izinkan anak memakan
semua makanan
yang dapat ditoleransi,
rencanakan untuk
memperbaiki kualitas gizi
pada saat
selera makan anak meningkat
Rasional: untuk
mempertahankan nutrisi yang
optimal
3. Berikan makanan yang
disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti
susu
bubuk atau suplemen yang
dijual bebas
Rasional: untuk
memaksimalkan kualitas
intake
nutrisi
4. Izinkan anak untuk terlibat
dalam
persiapan dan pemilihan
makanan
Rasional: untuk mendorong
agar anak
mau makan
5. Dorong masukan nutrisi
dengan jumlah
sedikit tapi sering Rasional:
karena jumlah yang kecil
biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk
makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan
metabolik
ditingkatkan begitu juga
cairan untuk
menghilangkan produk sisa
suplemen dapat
memainkan
peranan
penting dalam
mempertahankan masukan
kalori dan protein
yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan
ketebalan Rasional:
membantu dalam
mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB dan
pengukuran antropometri
kurang dari normal
lipatan kulit trisep
Nyeri yang berhubungan Pasien tindak mengalami 1. Mengkaji tingkat nyeri
dengan efek fisiologi dari nyeri atau nyeri menurun dengan skala 0
leukemia sampai tingkat yang dapat di sampai 5
terima anak Rasional: informasi
memberikan data
dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan
atau keefektifan intervensi
2. Jika mungkin, gunakan
prosedur-
prosedur (misal pemantauan
suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional: untuk
meminimalkan rasa
tidak aman
3. Evaluasi efektifitas
penghilang nyeri
dengan derajat kesadaran dan
sedasi
Rasional: untuk menentukan
kebutuhan
perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4. Lakukan teknik
pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik
tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri
secara
teratur
Rasional: untuk mencegah
kambuhnya nyeri
Kerusakan integritas kulit Pasien mempertahan kan 1. Berikan perawatan kulit
berhubungan dengan integritas kulit yang cemat, terutama di
pembefrian agens dalam mulut dan daerah
kemotrapi,radioterapi perianal
Rasional: karena area ini
cenderung mengalami
ulserasi
2. Ubah posisi dengan sering
Rasional: untuk merangsang
sirkulasi dan
mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air
hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan
kebersihan tanpa
mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering
terhadap efek samping
terapi kanker
Rasional: efek kemerahan
atau kulit kering dan
pruritus, ulserasi dapat terjadi
dalam area radiasi
pada beberapa agen
kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak
menggaruk dan
menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu
mencegah friksi atau trauma
kulit
6. Dorong masukan kalori
protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah
keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Pilih pakaian yang longgar
dan lembut diatas
Activat
area yang teradiasi
Rasional: untuk
meminimalkan iritasi
tambahan
Gangguan citra tubuh Pasien atau keluarga 1. Dorong anak untuk memilih
berhubungan dengan alopesia menunjukan prilaku koping "wig (anak
atau perubahan cepat pada positif perempuan) yang serupa gaya
penampilan dan warna rambut
anak sebelum rambut mulai
rontok
Rasional: untuk membantu
mengembangkan
penyesuaian rambut terhadap
kerontokan rambut
2. Berikan penutup kepala
yang adekuat selama
pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya
perlindungan rambut
3. Anjurkan untuk menjaga
agar rambut yang tipis
itu tetap bersih, pendek dan
halus
Rasional: untuk menyamarkan
kebotakan parsial
4. Jelaskan bahwa rambut
mulai tumbuh dalam 3
hingga 6 bulan dan mungkin
warna atau
teksturya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan
anak dan keluarga erhadap
perubahan penampilan
rambut baru
5. Dorong hygiene, berdan,
dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig
skarf, topi, tata rias, dan
pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan
penampilan

3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L. (2004 hal 596-610) hasil yang diharapkan
pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut.

a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi

b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan


peningkatan toleransi aktifitas.

c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.

d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah

e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman f. Masukan
nutrisi adekuat

g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.

h. Kulit tetap bersih dan utuh

i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak membantu
menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan
anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.

j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan


pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama anak.

k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada tahap terminal,
pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.

BAB IV

PENUTUP
4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Pada tahap pengkajian yaitu saat pemeriksaan fisik, kaji adanya tanda-tanda anemia (pucat,
kelemahan, sesak nafas cepat), kaji adanya tanda-tanda leucopenia (demam, infeksi), kaji adanya
tanda-tanda trombositopenia (ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa), kaji adanya
tanda- tanda invasi ekstra medulola (limfadenopati, hepatomegali, splenomegali), kaji adanya
pembesaran testis, kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, dan
nyeri. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.

Menurut Wang, D.L (2004 -596-610), diagnosa pada anak dengan leukemia adalah resiko infeksi
berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh, intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahan akibat anemia, resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan
penurunan jumlah trombosit, resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah, perubahan membrane mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia.malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis, lalu
nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas dan gangguan citra
tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran pemulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa keperawatan diharapkan banyak membaca referensi mengenal asuhan keperawatan


pada anak dengan leukemia

2. Perawat diharapkan untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin pada klien anak
dengan leukemia.

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai