Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


DENGAN LEUKEMIA

Disusun Untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Fina Oktaridha 212113011
Novi Putri Sri Mayunda 212113023

PRODI DIII KEPERAWATAN TINGKAT 1


STIKES HANG TUAH TANJUNGPINANG
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Leukemia” Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Pihak-pihak tersebut
adalah:
1. Dosen pengampu mata kuliah Ilmu Keperawatan Anak
2. Teman-teman kelas prodi DIII Keperawatan yang juga telah mendukung penulis
dalam membuat makalah.
Penulis telah berusaha sebaik-baiknya untuk menyusun makalah ini. Namun,
makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan.

Tanjungpinang, 25 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................... .............................................. i


BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................... .............................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................... .............................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................... .............................................. 3
1.4 Manfaat Penulisan ..................................... .............................................. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Leukemia .................................... .............................................. 5
2.2 Etiologi Leukemia .................................... .............................................. 6

2.3 Patofisiogi Leukemia ................................ .............................................. 7

2.4 Manifestasi Klinis ..................................... .............................................. 8

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................9
3.2 Pada Anak Dengan Leukemia..........................................................................10
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan.....................................................................................................11
B. Saran...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Leukemia (kanker darah) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan
pertambahan jumlah sel darah putih (leukosit). Pertambahan ini sangat cepat dan tidak
terkendali serta bentuk sel-sel darah putihnya tidak normal. Beberapa ahli menyebut
leukemia sebagai keganasan sel darah putih (neoplasma hematology). Leukemia ini
sering berakibat fatal meskipun leukemia limpositik yang menahun (chronic lympocytic
leucaemia), dahulu disebut sebagai jenis leukemia yang bisa bisa bertahan lama dengan
pengobatan yang intensif.
Kemungkinan anak-anak terkena kanker cukup tinggi. Mengingat tingginya
risiko anak-anak terkena kanker dan tumor, diingatkan bahwa para orangtua perlu
perhatian dan kesigapan. Terutama terhadap anak-anak yang memiliki gejala-gejala
mirip dengan gejala kanker. Lebih ditekankan para orangtua, terutama masyarakat awam,
mengetahui dan mendapatkan informasi cukup tentang kanker dan tumor yang
menyerang anak-anak. Masyarakat diharapkan tahu banyak, sadar, percaya, dan akhirnya
berbuat sesuatu untuk menghadapi kanker ini. Sekarang seluruh warga Indonesia harus
memberikan perhatian khusus pada kanker anak yang antara lain adalah kanker darah
atau leukemia, kanker tulang, saraf, ginjal, dan getah bening. Pengobatan penyakit-
penyakit ini pada anak-anak berbeda dari orang dewasa, karena mereka masih di usia
pertumbuhan. Kanker darah atau leukemia merupakan bertambahnya sel darah abnormal
--sel sarah putih-- secara berlebihan dan tidak terkendali, dan penyebarannya ke seluruh
tubuh sangat cepat. bertahan lama dengan pengobatan yang intensif.
Kasus leukemia di Indonesia sebanyak ± 7000 kasus/ tahun dengan angka kematian mencapai
83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan
60 % diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO
menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2
kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya
seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240
orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penulisan ini
adalah bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak dengan leukemia?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai
berikut.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah mendeskripsikan konsep penyakit
leukemia pada anak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien anak dengan masalah
leukemia.
2. Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
3. Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap
klien anak dengan leukemia.
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
5. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan
yang telah dilaksanakan.

1.4 Manfaat Penulisan


Berdasarkan tujuan penulisan di atas, maka manfaat penulisan ini adalah sebagai
berikut.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar mengerti konsep
penyakit leukemia pada anak.
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penulisan ini adalah bagi mahasiswa agar menerapkan asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia sesuai dengan konsep
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Leukimia


Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi sel
hemopoetik muda yang di tandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam
pembentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lain. (Kapita Selekta
kedokteran, 2000).

2.2 Etiologi Leukemia


Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya
penyakit leukemia.
1. Host
a. Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA
merupakan leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak
insiden antara usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan
LMK banyak ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada
orang tua (umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria
dibandingkan pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara
Kaukasia (kulit putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9 dari
setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi
paling sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b. Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.

2. Agent
a. Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada
binatang. Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah
satu penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis
khusus leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.
b. Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin
dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai
7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14
kali lebih banyak.
c. Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia. Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak
menderita leukemia.
d. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia
terutama LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko
LMA. Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
memperlihatkan bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian
LMA (OR=3,81; CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan
3,81 kali merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak
menderita LMA. Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan
antara LMA dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim
menyebutkan bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko
terjadinya leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi,
banyaknya, dan lamanya merokok.
e. Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di
antara pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan
17% adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang
yang bekerja di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR =
2,35, CI = 1,0-5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35
kali bekerja di pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita
leukemia.

2.3 Patofisiogi Leukemia


Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang
yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak
berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain
pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk
menyuplai oksigen pada jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi
perubahan angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau
perubahan struktur termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan
insersi. Pada kondisi ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan
perkembangan gen yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel
abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal
dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada
akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel
yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam
organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak.
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah sebagai berikut.
a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang. Anak
yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-kadang sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan menurunkan
daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk mempertahankan daya tahan
tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan mukosa
seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang sering disebut
petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena trauma. Apabila kadar
trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi secara spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat menyebabkan
berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan fisik

Manifestasi Klinis Leukemia berdasarkan jenisnya.


a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan
sumsum tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi,
pusing, sesak, nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi,
nyeri tulang dan sendi, hipermetabolisme. Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada
sternum, tibia dan femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan
oleh sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk
purpura atau petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari
100 ribu/mm3) biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan
priapismus. Selain itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia
dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang
mengalami gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat
badan dan kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan
kemampuan latihan atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah
sejalan dengan perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada
fase kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa
dan lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada
fase akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis
dan demam yang disertai infeksi.

PATHWAY LEUKIMIA
BAB III
PEMBAHASAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN LEUKEMIA


3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien dan Penanggungjawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika disertai
infeksi) juga disertai dengan sakit kepala.
b. Riwayat Perawatan Sekarang
c. Riwayat Perawatan Sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
e. Riwayat Tumbuh Kembang
Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa pertumbuhan
dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji adanya tanda-tanda anemia
1) Pucat
2) Kelemahan
3) Sesak
4) Nafas cepat
b. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
1) Demam
2) Infeksi
c. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia
1) Ptechiae
2) Purpura
3) Perdarahan membran mukosa
d. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola
1) Limfadenopati
2) Hepatomegali
3) Splenomegali
e. Kaji adanya pembesaran testis
f. Kaji adanya
1) Hematuria
2) Hipertensi
3) Gagal ginjal
4) Inflamasi disekitar rectal
5) Nyeri

4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-
kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit
dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan
keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia
(blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa
sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh
limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95%
pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah
megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari
30.000/mm3.
5. Analisa Data
a. Data Subjektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai
berikut.
1) Lelah
2) Letargi
3) Pusing
4) Sesak
5) Nyeri dada
6) Napas sesak
7) Priapismus
8) Hilangnya nafsu makan
9) Demam
10) Merasa cepat kenyang
11) Waktu ycng cukup lama
12) Nyeri Tulang dan Persendian.

b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita leukemia adalah sebagai
berikut.
1) Pembengkakan Kelenjar Lympa
2) Anemia
3) Perdarahan
4) Gusi berdarah
5) Adanya benjolan tiap lipatan
6) Ditemukan sel-sel muda

3.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing Diagnosis Association
(NANDA) adalah “ suatu penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan diamana perawat bertanggung gugat “ (Wong,D.L, 2004: 331).
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia adalah:
a. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
c. Resiko terhadap cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit
d. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah
e. Perubahan membran mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek
samping agen kemoterapi
f. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia,
malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis
g. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
i. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada
penampilan.

3.3 Intervensi
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk
mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Intervensi keperawatan adalah
preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang
harus dilakukan oleh perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun
rencana keperawatan sebagai berikut (Wong,D.L: 2004)

Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan
a. Resiko infeksi Anak tidak 1. Pantau suhu dengan teliti
berhubungan mengalami Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
dengan gejala-gejala 2. Tempatkan anak dalam ruangan khusus
menurunnya infeksi Rasional: untuk meminimalkan terpaparnya anak
sistem pertahanan dari sumber infeksi
tubuh 3. Anjurkan semua pengunjung dan staff rumah
sakit untuk menggunakan teknik mencuci tangan
dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada
organisme infektif
4. Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk
semua prosedur invasive
Rasional: untuk mencegah kontaminasi
silang/menurunkan resiko infeksi
5. Evaluasi keadaan anak terhadap tempat-tempat
munculnya infeksi seperti tempat penusukan
jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional: untuk intervensi dini penanganan
infeksi
6. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan
mulut dengan baik
Rasional: rongga mulut adalah medium yang
baik untuk pertumbuhan organisme
7. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional: menambah energi untuk penyembuhan
dan regenerasi seluler
8. Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional: untuk mendukung pertahanan alami
tubuh
9. Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional: diberikan sebagai profilaktik atau
mengobati infeksi khusus
Intoleransi Terjadi 1. Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan
aktivitas peningkatan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam
berhubungan toleransi aktifitas aktifitas sehari-hari
dengan Rasional: menentukan derajat dan efek
kelemahan akibat ketidakmampuan
anemia 2. Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat
tanpa gangguan
Rasional: menghemat energi untuk aktifitas dan
regenerasi seluler atau penyambungan jaringan
3. Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada
aktifitas yang diinginkan atau dibutuhkan
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan individual
dan membantu pemilihan intervensi
4. Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan
ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk
tugas perawatan diri
Resiko terhadap Klien tidak 1. Gunakan semua tindakan untuk
cedera/ menunjukkan mencegah perdarahan khususnya pada daerah
perdarahan yang bukti-bukti ekimosis
berhubungan perdarahan Rasional: karena perdarahan memperberat
dengan kondisi anak dengan adanya anemia
penurunan 2. Cegah ulserasi oral dan rectal
jumlah trombosit Rasional: karena kulit yang luka cenderung untuk
berdarah
3. Gunakan jarum yang kecil pada saat
melakukan injeksi
Rasional: untuk mencegah perdarahan
4. Menggunakan sikat gigi yang lunak dan
lembut
Rasional: untuk mencegah perdarahan
5. Laporkan setiap tanda-tanda perdarahan
(tekanan darah menurun, denyut nadi
cepat, dan pucat)
Rasional: untuk memberikan intervensi dini
dalam mengatasi perdarahan
6. Hindari obat-obat yang mengandung
aspirin
Rasional: karena aspirin mempengaruhi fungsi
trombosit
7. Ajarkan orang tua dan anak yang lebih
besar ntuk mengontrol perdarahan
hidung
Rasional: untuk mencegah perdarahan
Resiko tinggi 1. Tidak terjadi 1. Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya
kekurangan kekurangan kemoterapi
volume cairan volume cairan Rasional: untuk mencegah mual dan muntah
berhubungan 2. Pasien tidak 2. Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan
dengan mual dan mengalami program kemoterapi
muntah mual dan Rasional: untuk mencegah episode berulang
muntah 3. Kaji respon anak terhadap anti emetic
Rasional: karena tidak ada obat antiemetik yang
secara umum berhasil
4. Hindari memberikan makanan yang beraroma
menyengat
Rasional: bau yang menyengat dapat
menimbulkan mual dan muntah
5. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional: karena jumlah kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional: untuk mempertahankan hidrasi
Perubahan Pasien tidak 1. Inspeksi mulut setiap hari untuk adanya ulkus
membran mukosa mengalami oral
mulut: stomatitis mukositis oral Rasional: untuk mendapatkan tindakan yang
yang segera
berhubungan 2. Hindari mengukur suhu oral
dengan efek Rasional: untuk mencegah trauma
samping agen 3. Gunakan sikat gigi berbulu lembut, aplikator
kemoterapi berujung kapas, atau jari yang dibalut kasa
Rasional: untuk menghindari trauma
4. Berikan pencucian mulut yang sering dengan
cairan salin normal atau tanpa larutan bikarbonat
Rasional: untuk menuingkatkan penyembuhan
5. Gunakan pelembab bibir
Rasional: untuk menjaga agar bibir tetap lembab
dan mencegah pecah-pecah (fisura)
6. Hindari penggunaan larutan lidokain pada anak
kecil
Rasional: karena bila digunakan pada faring,
dapat menekan refleks muntah yang
mengakibatkan resiko aspirasi dan dapat
menyebabkan kejang
7. Berikan diet cair, lembut dan lunak
Rasional: agar makanan yang masuk dapat
ditoleransi anak
8. Inspeksi mulut setiap hari
Rasional: untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
9. Dorong masukan cairan dengan menggunakan
sedotan
Rasional: untuk membantu melewati area nyeri
10. Hindari penggunaa swab gliserin, hidrogen
peroksida dan susu magnesia
Rasional: dapat mengiritasi jaringan yang luka
dan dapat membusukkan gigi, memperlambat
penyembuhan dengan memecah protein dan
dapat mengeringkan mukosa
11. Berikan obat-obat anti infeksi sesuai ketentuan
Rasional: untuk mencegah atau mengatasi
mukositis
12. Berikan analgetik
Rasional: untuk mengendalikan nyeri
Perubahan nutrisi Pasien mendapat 1. Dorong orang tua untuk tetap rileks pada
kurang dari nutrisi yang saat anak makan
kebutuhan tubuh adekuat Rasional: jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan
yang adalah akibat langsung dari mual dan muntah
berhubungan serta kemoterapi
dengan anoreksia, 2. Izinkan anak memakan semua makanan
malaise, mual yang dapat ditoleransi, rencanakan untuk
dan muntah, efek memperbaiki kualitas gizi pada saat
samping selera makan anak meningkat
kemoterapi dan Rasional: untuk mempertahankan nutrisi yang
atau stomatitis optimal
3. Berikan makanan yang disertai
suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional: untuk memaksimalkan kualitas intake
nutrisi
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam
persiapan dan pemilihan makanan
Rasional: untuk mendorong agar anak
mau makan
5. Dorong masukan nutrisi dengan jumlah
sedikit tapi sering
Rasional: karena jumlah yang kecil biasanya
ditoleransi dengan baik
6. Dorong pasien untuk makan diet tinggi
kalori kaya nutrient
Rasional: kebutuhan jaringan metabolik
ditingkatkan begitu juga cairan untuk
menghilangkan produk sisa suplemen dapat
memainkan peranan penting dalam
mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
7. Timbang BB, ukur TB dan ketebalan
lipatan kulit trisep
Rasional: membantu dalam mengidentifikasi
malnutrisi protein kalori, khususnya bila BB dan
pengukuran antropometri kurang dari normal
Nyeri yang Pasien tidak 1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0
berhubungan mengalami nyeri sampai 5
dengan efek atau nyeri Rasional: informasi memberikan data
fisiologis dari menurun sampai dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
leukemia tingkat yang atau keefektifan intervensi
dapat diterima 2. Jika mungkin, gunakan prosedur-
anak prosedur (misal pemantauan suhu non invasif,
alat akses vena
Rasional: untuk meminimalkan rasa
tidak aman
3. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri
dengan derajat kesadaran dan sedasi
Rasional: untuk menentukan kebutuhan
perubahan dosis. Waktu pemberian atau obat
4. Lakukan teknik pengurangan nyeri non
farmakologis yang tepat
Rasional: sebagai analgetik tambahan
5. Berikan obat-obat anti nyeri secara
teratur
Rasional: untuk mencegah kambuhnya nyeri
Kerusakan Pasien 1. Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di
integritas kulit mempertahankan dalam mulut dan daerah perianal
berhubungan integritas kulit Rasional: karena area ini cenderung mengalami
dengan ulserasi
pemberian agens 2. Ubah posisi dengan sering
kemoterapi, Rasional: untuk merangsang sirkulasi dan
radioterapi mencegah tekanan pada kulit
3. Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional: mempertahankan kebersihan tanpa
mengiritasi kulit
4. Kaji kulit yang kering terhadap efek samping
terapi kanker
Rasional: efek kemerahan atau kulit kering dan
pruritus, ulserasi dapat terjadi dalam area radiasi
pada beberapa agen kemoterapi
5. Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan
menepuk kulit yang kering
Rasional: membantu mencegah friksi atau trauma
kulit
6. Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional: untuk mencegah keseimbangan
nitrogen yang negative
7. Pilih pakaian yang longgar dan lembut diatas
area yang teradiasi
Rasional: untuk meminimalkan iritasi tambahan
Gangguan citra Pasien atau 1. Dorong anak untuk memilih wig (anak
tubuh keluarga perempuan) yang serupa gaya dan warna rambut
berhubungan menunjukkan anak sebelum rambut mulai rontok
dengan alopesia perilaku koping Rasional: untuk membantu mengembangkan
atau perubahan positif penyesuaian rambut terhadap kerontokan rambut
cepat pada 2. Berikan penutup kepala yang adekuat selama
penampilan pemajanan pada sinar matahari, angin atau dingin
Rasional: karena hilangnya perlindungan rambut
3. Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis
itu tetap bersih, pendek dan halus
Rasional: untuk menyamarkan kebotakan parsial
4. Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3
hingga 6 bulan dan mungkin warna atau
teksturnya agak berbeda
Rasional: untuk menyiapkan anak dan keluarga
terhadap perubahan penampilan rambut baru
5. Dorong hygiene, berdan, dan alat alat yang
sesuai dengan jenis kelamin , misalnya wig,
skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional: untuk meningkatkan penampilan
3.4 Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Menurut Wong. D.L, (2004 hal 596-610) hasil
yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut.
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya
laporan peningkatan toleransi aktifitas.
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d. Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e. Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f. Masukan nutrisi adekuat
g. Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-
bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h. Kulit tetap bersih dan utuh
i. Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
j. Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga
menunjukkan pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya. Keluarga
mengekspresikan perasaan serta kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama
anak.
k. Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan, keluarga dan anak
mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan dan keinginan mereka pada
tahap terminal, pasien dan keluarga mendapat dukungan yang adekuat.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka simpulan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut. Pada tahap pengkajian yaitu saat pemeriksaan fisik, kaji adanya tanda-
tanda anemia (pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat), kaji adanya tanda-tanda leucopenia
(demam, infeksi), kaji adanya tanda-tanda trombositopenia (ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa), kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola
(limfadenopati, hepatomegali, splenomegali), kaji adanya pembesaran testis, kaji adanya
hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, dan nyeri. Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
Menurut Wong, D.L (2004 :596 – 610) , diagnosa pada anak dengan leukemia
adalah resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh,
intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia, resiko terhadap
cedera : perdarahan yang berhubungan dengan penurunan jumlah trombosit, resiko tinggi
kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah, perubahan membran
mukosa mulut : stomatitis yang berhubungan dengan efek samping agen kemoterapi,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia,malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau stomatitis, lalu
nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia, kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi, radioterapi, imobilitas, dan gangguan
citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat pada penampilan.

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka saran pemulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Mahasiswa keperawatan diharapkan banyak membaca referensi mengenai asuhan
keperawatan pada anak dengan leukemia
2. Perawat diharapkan untuk memberikan pelayanan semaksimal mungkin pada klien
anak dengan leukemia.
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC


Ngastiyah. 2005.Perawatan Anak Sakit Edisi 2.Jakarta:EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.
Suriadi & Rita. 2006. Asuhan Keperawatan anak Edisi 2. Jakarta:Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai